SKENARIO A BLOK 24
Oleh: KELOMPOK G7
Tutor: dr. Puji Rizki Suryani, M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario A Blok 24 Tahun 2020” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :
1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Puji Rizki Suryani, M. Kes selaku tutor kelompok G7,
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Skenario ................................................................................................................. 5
I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 6
II. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9
III. Analisis Masalah ......................................................................................... 11
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan .................................................................. 42
V. Kerangka Konsep ......................................................................................... 43
VI. Sintesis ........................................................................................................ 44
VII. Kesimpulan ................................................................................................ 71
3
KEGIATAN DISKUSI
4
SKENARIO A BLOK 24 Tahun 2020
Dr. Syantika telah bertugas sebagai Kepala Puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan jumlah
penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat Bidan Desa,
3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Poskesdes. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas “Sumber
Sehat” terdiri dari 56% pria yang mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah ibu hamil saat
ini di wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun yang lalu tercatat
4 ibu meninggal karena melahirkan.
Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat di sekitar pabrik terpapar
debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu oleh pemerintah setempat di lingkungan
rumah dan di dalam rumah penduduk, didapatkan hasil pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas
nilai ambang batas normal sebesar 80 µg/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di
dalam rumah penduduk.
Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan usia
kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny.A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga Dr.
Syantika memutuskan untuk merujuk Ny.A ke RSUD BUGAR untuk mencegah penularan
kepada anak. Di RSUD BUGAR, Ny.A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang
menangani Ny.A kebetulan sedang melakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam
mencegah penularan virus kepada anak yang dikandung. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga
membawa Nina, anak perempuannya yang berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung normal dirumah,
cukup bulan dan dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa
Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh
petugas Dinas Kesehatan Provinsi.
Sebagai dokter Syantika, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” tersebut.
5
I. Klarifikasi istilah
No. Istilah Pengertian
1. IVIG Imunoglobulin intravena (IVIg) adalah Terapi
pemberian antibodi melalui pembuluh darah
yang diberikan pada pasien dengan defisiensi
antibodi. antibodi tersebut diperoleh dari plasma
orang sehat (ncbi)
2. Puskesmas Puskesmas adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merta, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran aktif serta masyarakat dan
menggunakan hasil ilmu pengembangan
pengetahuan dan kesehatan dengan biaya
yang dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
3. Herpes Simpleks Herpes Simpleks adalah Penyakit yang
diakibatkan oleh virus HSV yang menyerang
bagian kulit, mulut, dan alat kelamin ditandai
dengan adanya vesikel mengelompok berisi
cairan dengan dasar yang eritem dan meninggi
pada kulit dan sering disertai demam.
4. Nilai ambang batas Nilai Ambang Batas menunjukkan kadar
dimana manusia dapat bereaksi fisiologis
terhadap suatu zat
5. Stunting Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang
cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Seorang anak dianggap
mengalami stunting jika tinggi badan mereka
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar
usianya
6. Kadar debu PM2,5 Partikulat debu yang berukuran lebih kecill dari
2,5 um.
6
7. Posyandu Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi.
8. Poskesdes Poskesdes adalah singkatan dari pos kesehatan
desa. dimana lembaga ini adalah upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
berfungsi sebagai wadah bagi kesehatan
masyarakat desa. Poskesdes siap melayani
segala keluhan masyarakat mengenai kesehatan
desa sebelum penanganan lebih lanjut ke
puskesmas lalu ke rumah sakit.
9. Bidan Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10. Sistem Rujukan Sistem rujukan adalah Sistem yang
memungkinkan pengalihan tanggung jawab satu
kasus dari pusat pelayanan ke pusat pelayanan
lain yang berbeda kemampuannya: Sistem
sebagai studi pelayanan kesehatan
mengikutsertakan puskesmas dan rumah sakit
baik negeri maupun swasta.
11. Poliklinik KIA Poli Klinik KIA (Kesehatan Ibu dan anak)
adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
7
12. Asi eksklusif ASI eklusif adalah pemberian asi selama 6 bulan
pertama tanpa minuman atau makanan
tambahan lain
13. Derajat kesehatan Derajat kesehatan atau indikator kualitas
kesehatan seperti angka kematian, kesakitan,
kelahiran, status gizi
14. ANC Ante natal care adalah tipe dari pelayanan
kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari
ibu hamil.
8
II. Identifikasi Masalah
No. Fakta Ketidaksesuaian Prioritas
1. Dr. Syantika telah bertugas sebagai Kepala
Puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras
mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan
jumlah penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang
terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat
Bidan Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Tidak sesuai
VV
Poskesdes. Penduduk di wilayah kerja harapan
Puskesmas “Sumber Sehat” terdiri dari 56%
pria yang mayoritas bekerja sebagai petani
Karet. Jumlah ibu hamil saat ini di wilayah
kerja Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak
135 orang dan tahun yang lalu tercatat 4 ibu
meninggal karena melahirkan.
2. Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat
pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari
sehingga masyarakat di sekitar pabrik
terpapar debu. Pernah dilakukan
pemeriksaan kadar debu oleh pemerintah Tidak sesuai
V
setempat di lingkungan rumah dan di dalam harapan
rumah penduduk, didapatkan hasil
pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas nilai
ambang batas normal sebesar 80 µg/m3 per
24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di
dalam rumah penduduk.
3. Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA
Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Tidak sesuai
VVVV
Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan harapan
usia kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC,
Ny.A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga
9
Dr. Syantika memutuskan untuk merujuk
Ny.A ke RSUD BUGAR untuk mencegah
penularan kepada anak. Di RSUD BUGAR,
Ny.A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter
spesialis yang menangani Ny.A kebetulan
sedang melakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menilai efektivitas terapi
IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam
mencegah penularan virus kepada anak yang
dikandung.
4. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga
membawa Nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat
kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung
Tidak sesuai
normal dirumah, cukup bulan dan dibantu VVV
harapan
oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny
Ani sangat jarang membawa Nina ke
Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di
Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh
petugas Dinas Kesehatan Provinsi.
10
III. Analisis Masalah
11
b. Apa fungsi dari puskesmas?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun
2014 tentang pusat Kesehatan Masyarakat, Pasal 5 menyatakan bahwa dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
13
f. Apa tujuan dan fungsi Posyandu?
Tujuan: Tujuan pokok dari pelayanan terpadu adalah mempercepat penurunan
angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan,dan ibu nifas) dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu , mempercepat penerimaan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) atau membudayakan NKKBS,
meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat sejahtera serta pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis, berfungsi
sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan
keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
Fungsi
A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan.
Kegiatan utama, mencakup;
– kesehatan ibu dan anak;
– keluarga berencana;
– imunisasi;
– gizi;
– pencegahan dan penanggulangan diare.
B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan
baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan
Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
– Bina Keluarga Balita (BKB);
– Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
– Bina Keluarga Lansia (BKL);
– Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
– berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama;
- bayi dan anak balita;
- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- pasangan usia subur;
- pengasuh anak.
14
g. Apa tujuan dan fungsi Poskesdes?
Tujuan
1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat sehat yang peduli, tanggap, dan mampu
mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di
bidang kesehatan.
b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan (bidan) dan kader kesehatan.
c. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan dalam
rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktorfaktor risikonya
(termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).
Fungsi
1. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan guna lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan
masalah kesehatan.
3. Sebagai wahana pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.
15
i. Apa saja faktor dari ibu yang meninggal karena melahirkan?
Umur ibu, paritas, jarak kehamilan, perilaku kesehatan ibu, status kesehatan ibu,
dan faktor dari sistem pelayanan kesehatan.
k. Apa yang dapat dilakukan puskesmas untuk menekan angka kematian ibu
hamil?
Untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan, diperlukan pelayanan
antenatal (antenatal care/ANC), hal ini juga dilakukan untuk menjamin ibu untuk
melakukan persalinan di fasiltas kesehatan. Sekitar 93% ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan profesional selama masa kehamilan.
16
m. Adakah peraturan pemerintah yang mengatur fasilitas kesehatan di suatu
daerah?
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang
pusat kesehatan masyarakat dalam pasal 10 menyatakan bahwa puskesmas harus
didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu)
kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesma berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.
n. Apa standar minimal sumber daya manusia yang harus tersedia di Puskesmas
“Sumber Sehat” untuk pelayanan kesehatan di Kecamatan Waras?
Berdasarkan PMK No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
minimal sumber daya manusia di puskesmas terdapat pada Pasal 17 seperti
berikut:
(1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
meliputi dokter dan/atau dokter layanan primer.
(2) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Puskesmas harus memiliki:
a. Dokter gigi;
b. Tenaga kesehatan lainnya; dan
c. Tenaga nonkesehatan.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b paling sedikit terdiri atas:
a. Perawat;
b. Bidan;
c. Tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. Tenaga sanitasi lingkungan;
e. Nutrisionis;
f. Tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. Ahli teknologi laboratorium medik.
17
o. Apa standar minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di
Kecamatan Waras?
Berdasarkan PMK No. 31 Tahun 2018 tentang Aplikasi Sarana, Prasarana, Dan
Alat Kesehatan:
Sarana
1) Data Bangunan
Data bangunan berisi:
a) Nama bangunan
b) Luas total bangunan (m2)
c) Tahun pendirian
d) Tahun renovasi
e) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
f) Izin Penggunaan Bangunan/Sertifikat Laik Fungsi (IPB/SLF)
18
g) Jumlah lantai
h) Sumber Anggaran
2) Data Ruangan
Data berisi tentang ruangan dalam bangunan yang dimiliki Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Data mengenai ruangan pelayanan kesehatan
tersebut disesuaikan dengan peraturan Perundang-Undangan.
Prasarana
Prasarana bangunan puskesmas meliputi :
a) Sumber listrik
b) Sumber air
c) Pengelolaan limbah
d) Sentral gas medik dan vakum medik
e) Penanggulangan bahaya kebakaran
f) Sistem komunikasi
g) Boiler
h) Lift
i) Ambulan
j) Puskesmas keliling
p. Apakah diperlukan koordinasi dengan lembaga atau dinas lain untuk memenuhi
pelayanan kesehatan di Kecamatan Waras?
Ya, diperlukan. Berdasarkan PMK No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Pelayanan
Kesehatan di Pasal 65 sebagai berikut:
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dapat melibatkan organisasi profesi dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Puskesmas.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dalam bentuk bantuan teknis, pendidikan, dan pelatihan.
19
2. Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat di sekitar
pabrik terpapar debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu oleh
pemerintah setempat di lingkungan rumah dan di dalam rumah penduduk,
didapatkan hasil pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas nilai ambang batas
normal sebesar 80 µg/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di dalam
rumah penduduk.
a. Hazard apa saja yang terdapat pada pabrik pengolahan kayu?
1) Physical Hazard jenis noise dan vibration yang dapat ditimbulkan oleh
mesin pengolahan kayu. Apabila pajanan melebihi ambang batas dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, gangguan
saraf dan lainnya.
2) Chemical Hazard disebabkan oleh debu kayu yang berasal dari proses
pengolahan kayu. Pajanan debu kayu dapat menyebabkan gangguan
pernafasan apabila masuk ke saluran pernafasan dan iritasi atau alergi pada
kulit.
f. Bagaimana edukasi yang tepat dalam mengatasi terpaparnya debu hasil produk
pabrik kayu pada wilayah Kecamatan Waras?
Edukasi dari puskesmas adalah:
1) Apabila berpergian keluar rumah, gunakan masker dan kacamata
pelindung
2) Menghimbau untuk selalu mersihkan rumah dari debu.
3) Menghimbau untuk memasang penangkap debu (electro precipitator)
pada ventilasi rumah.
4) Menghimbau untuk menanam tanaman di sekeliling rumah untuk
mengurangi masuknya debu ke dalam rumah.
5) Pabrik perlu mempertimbangkan solusi untuk mengurangi debu yang
dihasilkan dari pengolahan kayu.
6) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
7) Mencupuki kebutuhan nutrisi buah dan sayur serta minum air 8 gelas
sehari
8) Pemantauan berkala kadar debu di area sekitar untuk mengecek kualitas
udara
g. Apa saja dampak akibat adanya kadar debu di atas ambang normal terhadap
kesehatan?
Debu kayu tergolong respiratory sensitisers atau asthmagens yaitu bahan yang
dapat menyebabkan penyakit pernafasan pada manusia. Debu kayu dapat
menyebabkan occupational asthma yaitu asthma yang disebabkan oleh kerja.
(Triatmo dkk, 2006).
22
Debu yang masuk ke saluran ke pernafasan akan dianggap benda asing didalam
tubuh, sehingga tubuh menunjukan reaksi sebagai berikut :
1. Batuk
2. Alergi pernapasan
3. Iritasi kulit
4. Gangguan fungsi paru.
Prosedur kerja
1. Persiapan
a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam
agar mendapatkan kondisi stabil
b) Filter kosong pada *ditimbang sampai diperoleh berat konstan,
minimal tiga kali penimbangan, sehingga diketahui berat filter
sebelum pengambilan contoh, catat berat filter blanko dan filter
contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1(mg). Masing-
masing filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor
(kode).
c) Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder
dengan menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder.
d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara
10 Vmenit dengan menggunakan tlowmeter (flowmeter harus
dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi).
24
2. Pengambilan contoh
a) LVS pada point * di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara
dengan menggunakan selang silikon atau telfon.
b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar
debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan
tenaga kerja.
c) Pompa pengsap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh
dengan kecepatan laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit.
d) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit
hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan. tujuan dan kondisi di
lokasi pengukuran).
e) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kah dalam 8 jam kerja yaitu
pada awal. pertengahan dan akhir shift kerja.
f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder
dibersihkan untuk menghindan kontaminasi.
g) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan
dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
3. Penimbangan
a) Filter blanko sebagai pembanding dan filter contoh ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik yang sama sehingga diperoleh berat
filter blanko dan filter contoh masing-masing B2 (mg) dan W2 (mg).
b) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sebelum
pengukuran (lihat *) dan sesudah pengukuran pada formulir seperti
pada Lampiran A.
4. Perhitungan
Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut dan hasilnya dicatat pada formulir seperti pada Lampiran B.
(W2 – W1)– (B2 – B1)
C= (mg/I)
𝑉
atau
(W2 – WI)– (B2 – B1)
C= x 103 (mg/m3)
𝑉
dengan:
C adalah kadar debu total (mg/l) atau (mg/ m3);
W2 adalah berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg);
W1 adalah berat fitter contoh sebelum pengambilan contoh (mg);
25
B1 adalah berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg);
B2 adalah berat fitter blanko sebelum pengambilan contoh (mg);
V adalah volume udara pada waktu pengambilan contoh (l).
k. Apa peran pemerintah dan juga masyarakat guna menurunkan kadar debu
disuatu daerah?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Menurut pasal 18 peran pemerintah
meliputi:
a) Pelaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara di daerah
dilakukan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
b) Pelaksanaan koordinasi operasional pengendalian pencemaran udara di
daerah dilakukan oleh Gubernur .
c) Kebijaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali setelah 5
(lima) tahun.
Menurut pasal 19:
(1) Dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan operasional pengendalian
pencemaran udara di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1), daerah menyusun dan menetapkan program kerja daerah di
bidang pengendalian pencemaran udara.
(2) Ketentuan mengenai pedoman penyusunan dan pelaksanaan
operasional pengendalian pencemaran udara di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
Peran masyarakat pada pasal 21: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau baku tingkat gangguan ke udara
ambien wajib :
(1) menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat
gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukannya;
(2) melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
26
(3) memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam
rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha
dan/atau kegiatannya.
3. Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2,
dengan usia kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny.A terdiagnosa Herpes
Simplex, sehingga Dr. Syantika memutuskan untuk merujuk Ny.A ke RSUD
BUGAR untuk mencegah penularan kepada anak.Di RSUD BUGAR, Ny.A
ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang menangani Ny.A kebetulan
sedang melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menilai efektivitas
terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam mencegah penularan virus
kepada anak yang dikandung.
a. Berapa standar dilakukannya ANC pada ibu hamil menurut WHO dan
Kemenkes?
Kemenkes: Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama
masa kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali
pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
WHO: the first ANC visit occurs before 12 weeks of pregnancy, the second
around 26 weeks, the third around 32 weeks, and the fourth between 36 and 38
weeks of gestation. Thereafter, women are advised to return to ANC at 41 weeks
of gestation or sooner if they experience danger signs.
28
c. Apa saja program Poliklinik KIA?
Program pada unit pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah sebagai
berikut :
1) Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3) Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
4) Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
5) Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
9) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
g. Bagaimana kode etik atau peraturan jika dokter ingin melakukan sebuah
penelitian kepada pasien?
Dalam penelitian kedokteran dengan subjek manusia, pertimbangan mengenai
kesehatan manusia sebagai subjek uji haruslah menjadi pertimbangan awal di
atas kepentingan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Terdapat persyaratan Etis
untuk hal ini yaitu:
a) Persetujuan komite etik
b) Manfaat Ilmiah
c) Nilai sosial
d) Resiko dan Keuntungan
e) Informed consent (persetujuan mengikuti penelitian, menjadi subyek)
f) Kerahasiaan
g) Konflik peran
h) Jujur melaporkan hasil
i) Peringatan bagi yang tidak etis
j) Masalah-masalah yang tidak terselesaikan
4. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga membawa Nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat
kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung normal dirumah, cukup bulan dan
dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa
Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan
Stunting oleh petugas Dinas Kesehatan Provinsi.
a. Apa dampak riwayat tidak mendapat asi eksklusif?
Dampak jangka pendek:
1) Infeksi
2) Sudden infant death syndrome (SIDS)
3) Mortalitas yang disebabkan oleh diare dan penyakit respiratori
4) Overweight dan obsestias
5) Necrotizing enterocolitis (NET)
Dampak jangka panjang:
1) Dermatitis atopik
31
2) Kanker pada masa kanak
3) Asma
4) Gangguan kognisi dan perkembangan otak
34
i. Bagaimana edukasi yang dapat diberikan puskesmas terhadap ibu agar
memberikan asi eksklusif?
- Metode sosialisasi ASI eksklusif adalah berbagai jenis informasi dalam
rangka sosialisasi yang dapat disampaikan dalam pola dan bentuk kegiatan,
yaitu melalui berbagai jenis event seperti: seminar, workshop, talk show,
simulasi ataupun penyebaran buku, leflet, brosur, CD dan sebaran lainnya.
- Kegiatan intervensi adalah kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan
kepada tokoh masyarakat dan pemberdayaan bidan di desa, petugas
puskesmas, kader dan masyarakat guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menyebarluaskan pelaksanaan peningkatan ASI
eksklusif.
- Memberikan edukasi mengenai asi eksklusif. Nutrisi yang diperoleh sejak
bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk
risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD),
gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik
pertumbuhannya agar tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang
dapat menyebabkan stunting.
36
2. Koordinasi dan Bimbingan
Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengundang Kepala-kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya untuk membahas dan
menetapkan hal-hal apa yang dapat dilaksanakan secara terkoordinasi
(misalnya pelatihan, pengadaan, dan lain-lain) dan bagaimana mekanisme
koordinasinya. Selain itu juga untuk menentukan jadwal kunjungan Dinas
Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya
dalam rangka bim- bingan. Bimbingan terutama dilakukan untuk
memecahkan masalah- masalah yang dihadapi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi, sehingga Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat
kabupaten/kota dari masing - masing kabupaten dan kota di wilayah
kerjanya, dan menghitung IKS tingkat provinsi.
5. Sebagai dokter Syantika, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pada wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” tersebut.
a. Bagaimana penyusunan rencana usulan kegiatan Puskesmas “Sumber Sehat”?
Identifikasi masalah
No Program Target Pencapaian Masalah
1 Kesling Paparan debu diatas ambang
normal
2 Gizi Stunting
3 KIA AKI
Tabel 1. Identifikasi masalah
Prioritas
Masalah Kegiatan Masalah Masalah Masalah
Paparan debu kayu Stunting AKI
Tingkat urgensi
Tingkat keseriusan
Tingkat perkembangan
UxSxG
Tabel 2. Prioritas
37
Perumusan masalah
1) Permasalahan debu kayu
- What:
- Where:
- When:
- Who:
- Why:
- How:
2) Stunting
- What:
- Where:
- When:
- Who:
- Why:
- How:
Akar penyebab masalah
38
b. Apa yang harus dilakukan dokter Syantika untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di Kecamatan Waras?
1) Permasalahan Debu
Dokter Santi perlu melakukan kerjasama lintas sektor (Petugas dinas
kesehatan dan pemerintah setempat) dalam beberapa hal, diantaranya:
1. Peninjauan batas ambang debu
2. Audiensi pihak pabrik mengenai paparan
3. Edukasi pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4. Pemberian APD pada pekerja
5. Deteksi dini penyakit akibat paparan paru
6. Telusuri risiko bahaya lainnya
39
2) Permasalahan Kesehatan Ibu Hamil
a) Promosi Kesehatan:
1. Meningkatkan penyuluhan tentang pemeriksaan antenatal
(ANC Rutin).
2. Memberikan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dengan materi untuk calon pengantin dan pasangan usia
subur (prakonsepsi) meliputi kesehatan reproduksi dan
pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, persiapan yang
perlu dilakukan dalam persiapan pranikah, dan informasi
lain.
3. Edukasi tentang PHBS kepada ibu hamil.
b) Early Diagnosis and Prompt Treatment:
Melakukan diagnosis dan merujuk Ny. Ani ke dokter spesialis
obgyn.
c) Disability Limitation:
Pemantauan kembali Ny. Ani setelah dirujuk balik dari rumah
sakit.
3) Permasalahan Angka Kematian Ibu
a) Sasaran remaja:
- Promosi Kesehatan mengenai bahaya kehamilan dini
- Kebijakan batas usia pernikahan
b) Sasaran Pasangan Usia Subur:
- Promkes persiapan sebelum kehamilan
c) Sasaran Ibu hamil:
- ANC terpadu rutin
- Kelas ibu hamil
- Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
komplikasi (P4K)
- Promkes Persalinan oleh tenaga kesehatan
- Promkes persalinan di faskes
- Sistem SIAGA
- Pelayanan Kontrasepsi pasca persalinan
d) Sasaran Ibu Bersalin:
- Persalinan bersih dan aman
40
4) Permasalahan Stunting
a) Promotif:
- Melakukan promosi kesehatan kepada bumil dan calon bumil
mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas
- Sosialisasi kepada masyarakat bahwa stunting dapat di catch
up (dikejar) pertumbuhannya sehingga anak stunting tidak
harapan dikucilkan di masyarakat.
b) Specific protection:
- Melakukan ANC teratur dengan tindakan 10T
- Intervensi gizi baik untuk bumil
- Inisiasi menyusui dini
- Asi eksklusif 6 bulan
c) Early diagnosis & prompt treatment:
- Melakukan pemantauan pertumbugan balita di posyandu dan
puskesmas.
d) Disability limitation:
- Catch up pertumbuhan dengan intervensi gizi.
5) Permasalahan Rasio Puskesmas dengan Jumlah Penduduk
Menurut peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor 34
tahun 2016, 1 Puskesmas idealnya melayani 16.000 penduduk.
Sedangkan pada kasus, cakupan pelayanan puskesmas yang terlalu
banyak untuk 1 kecamatan yaitu 1 Puskesmas kecamatan Rawas
melayani 36.000 penduduk.Hal yang dapat dilakukan adalah pengajuan
pembukaan puskesmas baru untuk mengatasi masalah rasio puskesmas
terhadap penduduk di kecamatan waras.
Hipotesis:
Terdapat permasalahan di Puskesmas “Sumber Sehat” sehingga harus dilakukan PTP untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja.
41
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
42
V. Kerangka Konsep
43
VI. Sintesis
44
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan, Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya
dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara
Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
45
c. Sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau
sebagai jejaring rumah sakit pendidikan
Wewenang Puskesmas
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas
dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan
respon penanggulangan penyakit
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga
l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas
Persyaratan Puskesmas
a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
c. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
d. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.
Kategori Puskesmas
a. Berdasarkan arakteristik wilayah (ditetapkan bupati/ wali kota)
1. Puskesmas kawasan perkotaan
Memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan berikut:
- Aktivitas > 50% penduduknya sektor non agraris, terutama industri,
perdagangan, dan jasa
- Memiliki fasilitas perkotaan: sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km,
47
memiliki RS /hotel radius < 5 km
- > 90% rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
- Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
2. Puskesmas kawasan perdesaan
Memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan berikut:
- Aktivitas > 50% penduduk pada sektor agraris atau maritim
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius >2,5 km, pasar dan perkotaan
radius >2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas
berupa hotel
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%
- Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
3. Puskesmas kawasan terpencil
4. Puskesmas kawasan sangat terpencil
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan
sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi
Tenaga Kesehatan
- Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
- Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal
- Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring Puskesmas
- Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas
49
f) Bersama-sama tim kecil Puskesmas, menyusun rencana pemecahannya
dengan mempertimbangkan kecenderungan timbulnya masalah (ancaman)
ataupun kecenderungan untuk perbaikan (peluang).
g) Dari hasil analisa dan tindak lanjut rencana pemecahannya, dijadikan dasar
dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan untuk tahun (n+2). n adalah
tahun berjalan.
h) Hasil perhitungan, analisis data dan usulan rencana pemecahannya
disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota yang selanjutnya akan
diberi umpan balik oleh dinas kesehatan.
2) Di tingkat kabupaten/kota:
a) Menerima rujukan/konsultasi dari Puskesmas dalam melakukan
perhitungan hasil kegiatan, menganalisis data dan membuat pemecahan
masalah.
b) Memantau dan melakukan pembinaan secara integrasi lintas program
sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan
prioritas masalah.
c) Melakukan verifikasi hasil penilaian kinerja Puskesmas dan menetapkan
kelompok peringkat kinerja Puskesmas.
d) Melakukan verifikasi analisis data dan pemecahan masalah yang telah
dibuat Puskesmas dan mendampingi Puskesmas dalam pembuatan rencana
usulan kegiatan.
e) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk penetapan kelompok
tingkat kinerja Puskesmas.
f) Penetapan target dan dukungan sumber daya masingmasing Puskesmas
berdasarkan evaluasi hasil kinerja Puskesmas dan rencana usulan kegiatan
tahun depan.
51
c. Tahap penyusunan drap Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah seperti tidak tercapainya
target, menentukan prioritas masalah (USG), merumuskan masalah (5W+H),
menentukan akar penyebab masalah (diagram fish bone), dan menentukan alternatif
pemecahan masalah terpilih.
52
c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1) Bayi
2) Anak balita
3) lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4) Pasangan Usia Subur (PUS)
Fungsi
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Manfaat
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2) Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
53
kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4) Bagi sektor lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
Struktur Organisasi
54
b) Poskesdes
Poskesdes, singkatan dari Pos Kesehatan Desa, adalah upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes berada di tingkat desa, kelurahan, nagari, atau sebutan lainnya bagi
satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Tujuan
1) Tujuan umum
Mewujudkan masyarakat sehat yang siaga terhadap masalah kesehatan.
2) Tujuan khusus
a) Terselenggaranya desa dan kelurahan siaga aktif dengan adanya
pelayanan kesehatan dasar yang dekat masyarakat
b) Memberdayakan masyarakat agar dapat mandiri di bidang kesehatan.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
d) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan,
terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya (termasuk status
gizi dan ibu hamil yang berisiko).
e) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar oleh masyarakat dan
tenaga profesional kesehatan.
f) Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.
Fungsi
1) Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.
2) Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan.
3) Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan
cakupan pelayanan kesehatan.
4) Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa.
5) Sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif.
55
Manfaat
1) Bagi Masyarakat Desa
a) Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini sehingga
bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi
dan kemampuan yang ada.
b) Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang
dapat dijangkau (secara geografis).
2) Bagi Kader
a) Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan.
b) Kader mendapatkan kebanggaan bahwa dirinya lebih berkarya bagi
warga desanya.
Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan bersalin
2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
3) Pelayanan kesehatan untuk anak
4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit
5. Sistem Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang
sama.
Jenis Rujukan
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana,
dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,
pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini
adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup
rujukan teknologi, sarana dan opersional.
56
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical service).
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan.
Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab
secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun
horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional.
Jenis rujukan medik antara lain:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat.
57
penting untuk mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu hamil selama kehamilan.
Menurut Wiknjosastro, tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia
sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan calon anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam antenatal care
harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat.
b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sedini mungkin dan
diobati.
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik
dan mental.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tujuan pelayanan antenatal
adalah
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin
b. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu
dan janin
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
1. Health promotion
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya (Azwar, 2004).
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
- Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti :
a. Penyediaan air rumah tangga yang baik,
b. Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah,
c. Membuka jendela agar sirkulasi udara baik,
d. Rajin membersihkan rumah sehingga debunya berkurang berefek
pada berkurangnya faktor resiko terjadinya asma bronkial.
e. Mencuci tangan ketika makan,
59
f. Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun dan tidak memakai
handuk secara bersama,
g. Rajin mencuci handuk dan pakaian lainnya.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan
2. Specific protection
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu (Azwar, 2004):
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Isolasi penderita
60
4. Disability limitation
Dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita
sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh
yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. Pada kasus diatas
pasien yang menderita skabies dan asma bronkial, penyakit ini tidak
mengakibatkan kecacatan yang berarti (Azwar, 2004).
5. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat,sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuannya. Pada kasus diatas, tidak mennyebabkan adanya masalah
dengan masyarakat , sehingga tidak perlunya dilakukan rehabilitasi (Azwar,
2004).
Rehabilitasi ini terdiri atas (Azwar, 2004):
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.
61
C. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA
a. Air Quality Index dalam dan luar rumah
I. Indoor Air Quality
Pemerintah Indonesia telah mengatur udara sehat dalam rumah dalam
Permenkes 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah dan mengatur persyaratan kualitas udara dalam ruang
perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa
Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas kuman patogen.
62
3. Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada di bawah level
ambang batas kesehatan.
64
4) Dampak Polusi Udara Dalam Ruangan
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan
lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa
dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan
kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh
terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung
dengan udara meliputi organ sebagai berikut:
1. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
2. Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering
3. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung,
sulit berkonsentrasi
4. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak
nafas, rasa berat di dada
5. Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal
6. Gangguan saluran cerna: diare
7. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar
65
c. Membuka kaca atau jendela agar udara segar dapat masuk setiap hari
agar udara segar tersebut dapat membuang udara kotor yang terdapat
dalam ruangan
d. Menggunakan kipas pada kamar mandi dan dapur untuk
menghilangkan lembab, pastikan kipas tersebut membuang
anginnya keluar
e. Mengganti penyaring pada sistem HVAC secara rutin, atau
menggunakan HEPA (High Efficiency Particulate Air)
f. Memakai tanaman dalam ruangan seperty lily, palm bambu, bunga
krisan untuk membantu membersihkan udara. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan sebuah perguruan tinggi di Sydney,
Australia, diketahui bahwa bunga cantik yang satu ini mampu
mengurangi 90% polutan di dalam ruangan. Supaya kerjanya
maksimal, tempatkan 2-3 pot dalam ruangan berukuran
30m².Manfaat yang sama juga bisa didapat dengan menempatkan
Lidah Mertua (Sansivieria). Tanaman berdaun panjang ini efektif
menyerap formaldehyde, racun yang salah satunya dihasilkan oleh
asap rokok.
g. Pastikan pintu garasi tertutup rapat agar gas buang oleh kendaraan
bermotor tdak sampai masuk rumah
h. Jika ingin merenovasi rumah sebaiknya menggunakan bahan
bangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan cat VOC
rendah. Lebih baik pilih cat berbahan dasar air (water base), karena
lebih aman dibandingkan cat solvent base
i. Jangan merokok didalam rumah
j. Selalu bersihkan karpet dan perabot-perabotan agar tidak berdebu
dengan cara dilap atau di vaccum
66
Disisi lain industri pengolahan kayu juga memberikan dampak
negative, salah satunya adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu dari
proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Debu kayu ini akan mencemari
daerah industri dan lingkungannya sehingga pekerja maupun masyarakat
disekitar industri dapat terpapar oleh debu.
Secara tidak langsung kehadiran debu dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit
(gangguan fisiologis) yang akan mempengaruhi produktivitas pekerja karena
pekerja menderita sakit. Pada dasarnya debu kayu sama dengan karakteristik
debu pada umumnya, hanya komponen dan ukurannya saja yang berbeda
sehingga pengaruh yang ditimbulkan debu kayu terhadap kesehatan pekerja
juga tidak jauh berbeda dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh debu pada
umumnya (Anderson dalam Mayasari, 2010).
Selain itu industri pengolahan kayu juga akan memberikan dampak
seperti:
1. Pandangan yang kurang menyenangkan pada wilayah industri
2. Penurunan nilai tanah disekitar industri bagi pemukiman
3. Timbul kebisingan oleh operasi peralatan
4. Bahan-bahan buangan yang dikeluarkan industri dapat menggangu atau
mengkotori udara, air dan tanah
5. Perpindahan penduduk yang dapat menimbulkan dampak social
6. Hasil produksi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat
7. Timbul kecemburuan social
c) Edukasi
1) Apabila berpergian keluar rumah, gunakan masker dan kacamata
pelindung
2) Menghimbau untuk selalu mersihkan rumah dari debu.
3) Menghimbau untuk memasang penangkap debu (electro precipitator)
pada ventilasi rumah.
4) Menghimbau untuk menanam tanaman di sekeliling rumah untuk
mengurangi masuknya debu ke dalam rumah.
5) Pabrik perlu mempertimbangkan solusi untuk mengurangi debu yang
dihasilkan dari pengolahan kayu.
6) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
7) Mencupuki kebutuhan nutrisi buah dan sayur serta minum air 8 gelas
sehari
8) Pemantauan berkala kadar debu di area sekitar untuk mengecek kualitas
udara.
69
hasil laboratorium. Contoh: terapi insulin intensif meningkatkan terjadinya
level HbA1c yang optimal
3. Meningkatkan probailitas terjadinya hasil buruk yang tidak diinginkan (harm,
adverse effect): Contoh: terapi insulin intensif meningkatkan risiko
hipoglikemia.
70
VII. Kesimpulan
71
DAFTAR PUSTAKA
72