Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A BLOK 24

Oleh: KELOMPOK G7
Tutor: dr. Puji Rizki Suryani, M. Kes

Gabriella Azalia Maghriza 04011381722155


Saphira Nada Khalishah 04011381722156
Nabila Nurshadrina 04011381722157
Nadiah Putri 04011381722158
Fannysha Arrahma 04011381722159
Nys Salsabila Hamidah 04011381722160
Laras Pramudita Setyabrata 04011381722179
Noorharsy Taqillah 04011381722199
Muhhamad Rudi Syahputra 04011381722200
Muhammad Maverick A 04011381722203
Athallah Zhafira 04011381722206

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan
Tutorial Skenario A Blok 24 Tahun 2020” sebagai tugas kompetensi kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Puji Rizki Suryani, M. Kes selaku tutor kelompok G7,
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017
Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.

Palembang, 4 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2


Daftar Isi ................................................................................................................ 3

Kegiatan Diskusi ………………………………………………………………… 4

Skenario ................................................................................................................. 5
I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 6
II. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9
III. Analisis Masalah ......................................................................................... 11
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan .................................................................. 42
V. Kerangka Konsep ......................................................................................... 43
VI. Sintesis ........................................................................................................ 44
VII. Kesimpulan ................................................................................................ 71

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 72

3
KEGIATAN DISKUSI

Tutor : dr. Puji Rizki Suryani, M. Kes


Moderator : Saphira Nada Khalishah
Sekretaris 1 : Fannysha Arrahma
Sekretaris 2 : Nys Salsabila Hamidah
Presentan : Gabriella Azalia Maghriza
Pelaksanaan : 4 Mei 2020 (09.40 - 13.50 WIB)
6 Mei 2020 (09.00 - 13.50 WIB)

Peraturan selama tutorial :


1. Jika bertanya atau mengajukan pendapat harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
2. Jika ingin keluar dari ruangan izin dengan moderator terlebih dahulu,
3. Boleh minum,
4. Tidak boleh ada forum dalam forum,
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain,
6. Menggunakan hp saat diperlukan.

4
SKENARIO A BLOK 24 Tahun 2020

Dr. Syantika telah bertugas sebagai Kepala Puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan jumlah
penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat Bidan Desa,
3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Poskesdes. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas “Sumber
Sehat” terdiri dari 56% pria yang mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah ibu hamil saat
ini di wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun yang lalu tercatat
4 ibu meninggal karena melahirkan.
Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat di sekitar pabrik terpapar
debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu oleh pemerintah setempat di lingkungan
rumah dan di dalam rumah penduduk, didapatkan hasil pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas
nilai ambang batas normal sebesar 80 µg/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di
dalam rumah penduduk.
Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan usia
kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny.A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga Dr.
Syantika memutuskan untuk merujuk Ny.A ke RSUD BUGAR untuk mencegah penularan
kepada anak. Di RSUD BUGAR, Ny.A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang
menangani Ny.A kebetulan sedang melakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menilai efektivitas terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam
mencegah penularan virus kepada anak yang dikandung. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga
membawa Nina, anak perempuannya yang berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung normal dirumah,
cukup bulan dan dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa
Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh
petugas Dinas Kesehatan Provinsi.
Sebagai dokter Syantika, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pada wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” tersebut.

5
I. Klarifikasi istilah
No. Istilah Pengertian
1. IVIG Imunoglobulin intravena (IVIg) adalah Terapi
pemberian antibodi melalui pembuluh darah
yang diberikan pada pasien dengan defisiensi
antibodi. antibodi tersebut diperoleh dari plasma
orang sehat (ncbi)
2. Puskesmas Puskesmas adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merta, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran aktif serta masyarakat dan
menggunakan hasil ilmu pengembangan
pengetahuan dan kesehatan dengan biaya
yang dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
3. Herpes Simpleks Herpes Simpleks adalah Penyakit yang
diakibatkan oleh virus HSV yang menyerang
bagian kulit, mulut, dan alat kelamin ditandai
dengan adanya vesikel mengelompok berisi
cairan dengan dasar yang eritem dan meninggi
pada kulit dan sering disertai demam.
4. Nilai ambang batas Nilai Ambang Batas menunjukkan kadar
dimana manusia dapat bereaksi fisiologis
terhadap suatu zat
5. Stunting Stunting adalah masalah kurang gizi kronis
akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang
cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak. Seorang anak dianggap
mengalami stunting jika tinggi badan mereka
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar
usianya
6. Kadar debu PM2,5 Partikulat debu yang berukuran lebih kecill dari
2,5 um.

6
7. Posyandu Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi.
8. Poskesdes Poskesdes adalah singkatan dari pos kesehatan
desa. dimana lembaga ini adalah upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat yang
berfungsi sebagai wadah bagi kesehatan
masyarakat desa. Poskesdes siap melayani
segala keluhan masyarakat mengenai kesehatan
desa sebelum penanganan lebih lanjut ke
puskesmas lalu ke rumah sakit.
9. Bidan Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
10. Sistem Rujukan Sistem rujukan adalah Sistem yang
memungkinkan pengalihan tanggung jawab satu
kasus dari pusat pelayanan ke pusat pelayanan
lain yang berbeda kemampuannya: Sistem
sebagai studi pelayanan kesehatan
mengikutsertakan puskesmas dan rumah sakit
baik negeri maupun swasta.
11. Poliklinik KIA Poli Klinik KIA (Kesehatan Ibu dan anak)
adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.

7
12. Asi eksklusif ASI eklusif adalah pemberian asi selama 6 bulan
pertama tanpa minuman atau makanan
tambahan lain
13. Derajat kesehatan Derajat kesehatan atau indikator kualitas
kesehatan seperti angka kematian, kesakitan,
kelahiran, status gizi
14. ANC Ante natal care adalah tipe dari pelayanan
kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan yang
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari
ibu hamil.

8
II. Identifikasi Masalah
No. Fakta Ketidaksesuaian Prioritas
1. Dr. Syantika telah bertugas sebagai Kepala
Puskesmas “Sumber Sehat” di kecamatan
Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras
mempunyai luas wilayah 375 Ha dengan
jumlah penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang
terdiri dari 4 desa. Pada setiap Desa terdapat
Bidan Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Tidak sesuai
VV
Poskesdes. Penduduk di wilayah kerja harapan
Puskesmas “Sumber Sehat” terdiri dari 56%
pria yang mayoritas bekerja sebagai petani
Karet. Jumlah ibu hamil saat ini di wilayah
kerja Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak
135 orang dan tahun yang lalu tercatat 4 ibu
meninggal karena melahirkan.
2. Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat
pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari
sehingga masyarakat di sekitar pabrik
terpapar debu. Pernah dilakukan
pemeriksaan kadar debu oleh pemerintah Tidak sesuai
V
setempat di lingkungan rumah dan di dalam harapan
rumah penduduk, didapatkan hasil
pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas nilai
ambang batas normal sebesar 80 µg/m3 per
24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di
dalam rumah penduduk.
3. Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA
Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Tidak sesuai
VVVV
Natal Care) kehamilan yang ke-2, dengan harapan
usia kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC,
Ny.A terdiagnosa Herpes Simplex, sehingga

9
Dr. Syantika memutuskan untuk merujuk
Ny.A ke RSUD BUGAR untuk mencegah
penularan kepada anak. Di RSUD BUGAR,
Ny.A ditangani oleh dokter spesialis. Dokter
spesialis yang menangani Ny.A kebetulan
sedang melakukan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menilai efektivitas terapi
IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam
mencegah penularan virus kepada anak yang
dikandung.
4. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga
membawa Nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak
mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat
kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung
Tidak sesuai
normal dirumah, cukup bulan dan dibantu VVV
harapan
oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny
Ani sangat jarang membawa Nina ke
Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di
Posyandu Nina dinyatakan Stunting oleh
petugas Dinas Kesehatan Provinsi.

10
III. Analisis Masalah

1. Dr. Syantika telah bertugas sebagai Kepala Puskesmas “Sumber Sehat” di


kecamatan Waras selama 3 tahun. Kecamatan Waras mempunyai luas wilayah
375 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 38.000 jiwa yang terdiri dari 4 desa.
Pada setiap Desa terdapat Bidan Desa, 3 Posyandu, 2 SD, 2 SMP dan Poskesdes.
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” terdiri dari 56% pria yang
mayoritas bekerja sebagai petani Karet. Jumlah ibu hamil saat ini di wilayah kerja
Puskesmas “Sumber Sehat” sebanyak 135 orang dan tahun yang lalu tercatat 4
ibu meninggal karena melahirkan.
a. Apa definisi, tujuan, dan manfaat Puskesmas?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun
2014 tentang pusat Kesehatan Masyarakat, Pasal 1, yang dimaksud dengan Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Pasal 2 menyatakan pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang:
a) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
b) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c) Hidup dalam lingkungan sehat
d) Memiliki derajat kesehatanyang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
a) Paradigma sehat
b) Pertanggungjawaban wilayah
c) Kemandirian masyarakat
d) Pemerataan
e) Teknologi tepat guna
f) Keterpaduan dan kesinambungan.

11
b. Apa fungsi dari puskesmas?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun
2014 tentang pusat Kesehatan Masyarakat, Pasal 5 menyatakan bahwa dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi:
a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

c. Apa tugas kepala puskesmas?


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal 33 Ayat:
(3) Kepala Puskesmas Bertanggung jawab Atas Seluruh kegiatan di Puskesmas,
pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya, pengelolaan keuangan, dan
pengelolaan bangunan, prasarana, dan peralatan.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Kepala Puskesmas merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya
Puskesmas kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Tugas Pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan
dengan baik.
Fungsi: 1) Sebagai seorang dokter
2) Sebagai manajer

d. Apa saja program kerja puskesmas?


Berdasarkan PP No. 75 tahun 2014, ada dua program pokok
puskesmas yaitu, program esensial dan program pengembangan. Program
esensial terdiri dari:
a) Program esensial
1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan KIA dan KB yang bersifat PKM
4) Pelayanan gizi yang bersifat PKM
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
b) Program Pengembangan
1) Pelayanan kesehatan jiwa
12
2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
3) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
4) Pelayanan kesehatan olahraga
5) Pelayanan kesehatan indra
6) Pelayanan kesehatan lansia
7) Pelayanan kesehatan kerja
8) Pelayanan kesehatan lainnya sesuai kebutuhan

e. Bagaimana struktur organisasi Puskesmas?


Berdasarkan PMK No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas Organisasi,
Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori,
upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:
1) Kepala Puskesmas
2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3) Penanggung Jawab UKM & Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
4) Penanggung Jawab UKP, Kefarmasian & Laboratorium
5) Penanggung Jawab Jaringan Pelayanan Puskesmas & Jejaring Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

13
f. Apa tujuan dan fungsi Posyandu?
Tujuan: Tujuan pokok dari pelayanan terpadu adalah mempercepat penurunan
angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan,dan ibu nifas) dan anak,
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu , mempercepat penerimaan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) atau membudayakan NKKBS,
meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat sejahtera serta pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografis, berfungsi
sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan
keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
Fungsi
A. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan.
Kegiatan utama, mencakup;
– kesehatan ibu dan anak;
– keluarga berencana;
– imunisasi;
– gizi;
– pencegahan dan penanggulangan diare.
B. Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan
baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan
Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
– Bina Keluarga Balita (BKB);
– Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
– Bina Keluarga Lansia (BKL);
– Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
– berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama;
- bayi dan anak balita;
- ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
- pasangan usia subur;
- pengasuh anak.
14
g. Apa tujuan dan fungsi Poskesdes?
Tujuan
1. Tujuan Umum
Terwujudnya masyarakat sehat yang peduli, tanggap, dan mampu
mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di
bidang kesehatan.
b. Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan (bidan) dan kader kesehatan.
c. Terselenggaranya pengamatan, pencatatan, dan pelaporan dalam
rangka meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) serta faktorfaktor risikonya
(termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).
Fungsi
1. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan guna lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan
masalah kesehatan.
3. Sebagai wahana pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

h. Bagaimana hubungan puskesmas dengan bidan, posyandu dan poskesdes?


Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), seperti Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) memiliki hubungan kerja
dengan PUSKESMAS yang bersifat pembinaan, koordinasi, dan/atau rujukan di
bidang upaya kesehatan. Sesuai dengan pasal 49 ayat 3 pada PERMENKES RI
nomor 43 tahun 2019.
Bidan merupakan salah satu personil tenaga kesehatan pada Pelayanan
Kesehatan Perorangan Primer (PKPP).

15
i. Apa saja faktor dari ibu yang meninggal karena melahirkan?
Umur ibu, paritas, jarak kehamilan, perilaku kesehatan ibu, status kesehatan ibu,
dan faktor dari sistem pelayanan kesehatan.

j. Apa pelayanan yang diberikan pada ibu hamil di puskesmas?


Pelayanan Antenatal care seperti :
1) Ukur tinggi badan
2) Timbang berat badan dan Lingkar Lengan Atas (LiLA)
3) Ukur tekanan darah
4) Ukur tinggi fundus uteri ((TFU)
5) Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
6) Pemberian tablet besi (Fe)
7) Tanya temu wicara

k. Apa yang dapat dilakukan puskesmas untuk menekan angka kematian ibu
hamil?
Untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan, diperlukan pelayanan
antenatal (antenatal care/ANC), hal ini juga dilakukan untuk menjamin ibu untuk
melakukan persalinan di fasiltas kesehatan. Sekitar 93% ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan profesional selama masa kehamilan.

l. Bagaimana hubungan antara sosial ekonomi dengan dampak kesehatan


masyarakat di kecamatan Waras?
Kondisi sosial ekonomi, sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya
stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuni
asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
Sedangkan sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatakan risiko terjadinya
penyakit infeksi.
Di wilayah kecamatan Waras terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat disekitar
pabrik terpapar debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu oleh pemerintah
setempat di lingkungan rumah dan didalam rumah penduduk. Didapatkan hasil
pemeriksaan debu PM2,5 diatas nilai ambang batas normal sebesar 80
mikrogram/m3 per 24 jam d lingkungan rumah dan di lingkungan rumah 40
mikrogram/m3 dan didalam rumah penduduk.

16
m. Adakah peraturan pemerintah yang mengatur fasilitas kesehatan di suatu
daerah?
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2019 tentang
pusat kesehatan masyarakat dalam pasal 10 menyatakan bahwa puskesmas harus
didirikan pada setiap kecamatan. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu)
kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu) Puskesma berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.

n. Apa standar minimal sumber daya manusia yang harus tersedia di Puskesmas
“Sumber Sehat” untuk pelayanan kesehatan di Kecamatan Waras?
Berdasarkan PMK No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
minimal sumber daya manusia di puskesmas terdapat pada Pasal 17 seperti
berikut:
(1) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
meliputi dokter dan/atau dokter layanan primer.
(2) Selain dokter dan/atau dokter layanan primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Puskesmas harus memiliki:
a. Dokter gigi;
b. Tenaga kesehatan lainnya; dan
c. Tenaga nonkesehatan.
(3) Jenis Tenaga Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b paling sedikit terdiri atas:
a. Perawat;
b. Bidan;
c. Tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku;
d. Tenaga sanitasi lingkungan;
e. Nutrisionis;
f. Tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian; dan
g. Ahli teknologi laboratorium medik.

17
o. Apa standar minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi pelayanan kesehatan di
Kecamatan Waras?
Berdasarkan PMK No. 31 Tahun 2018 tentang Aplikasi Sarana, Prasarana, Dan
Alat Kesehatan:
Sarana
1) Data Bangunan
Data bangunan berisi:
a) Nama bangunan
b) Luas total bangunan (m2)
c) Tahun pendirian
d) Tahun renovasi
e) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
f) Izin Penggunaan Bangunan/Sertifikat Laik Fungsi (IPB/SLF)
18
g) Jumlah lantai
h) Sumber Anggaran
2) Data Ruangan
Data berisi tentang ruangan dalam bangunan yang dimiliki Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Data mengenai ruangan pelayanan kesehatan
tersebut disesuaikan dengan peraturan Perundang-Undangan.

Prasarana
Prasarana bangunan puskesmas meliputi :
a) Sumber listrik
b) Sumber air
c) Pengelolaan limbah
d) Sentral gas medik dan vakum medik
e) Penanggulangan bahaya kebakaran
f) Sistem komunikasi
g) Boiler
h) Lift
i) Ambulan
j) Puskesmas keliling

p. Apakah diperlukan koordinasi dengan lembaga atau dinas lain untuk memenuhi
pelayanan kesehatan di Kecamatan Waras?
Ya, diperlukan. Berdasarkan PMK No. 43 Tahun 2019 tentang Pusat Pelayanan
Kesehatan di Pasal 65 sebagai berikut:
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota dapat melibatkan organisasi profesi dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Puskesmas.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dalam bentuk bantuan teknis, pendidikan, dan pelatihan.
19
2. Di wilayah kecamatan “Waras” terdapat pabrik pengolahan kayu, dimana pabrik
memproduksi bahan olahan kayu setiap hari sehingga masyarakat di sekitar
pabrik terpapar debu. Pernah dilakukan pemeriksaan kadar debu oleh
pemerintah setempat di lingkungan rumah dan di dalam rumah penduduk,
didapatkan hasil pemeriksaan kadar debu PM2.5 diatas nilai ambang batas
normal sebesar 80 µg/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di dalam
rumah penduduk.
a. Hazard apa saja yang terdapat pada pabrik pengolahan kayu?
1) Physical Hazard jenis noise dan vibration yang dapat ditimbulkan oleh
mesin pengolahan kayu. Apabila pajanan melebihi ambang batas dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, gangguan
saraf dan lainnya.
2) Chemical Hazard disebabkan oleh debu kayu yang berasal dari proses
pengolahan kayu. Pajanan debu kayu dapat menyebabkan gangguan
pernafasan apabila masuk ke saluran pernafasan dan iritasi atau alergi pada
kulit.

b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan kadar debu di Kecamatan Waras dan di


dalam rumah penduduk?
Jenis Parameter Kasus Normal Interpretasi
Debu PM2.5 di 80µg/m3 per 24 65µg/m3 per 24 Pencemaran
lingkungan jam jam udara ambien
rumah
Hasil pengukuran PM2,5 (partikel kurang dari 2,5 mikron) dengan nilai
80µg/m3 per 24 jam di lingkungan rumah dan 40 µg/m3 di dalam rumah
penduduk. Termasuk katagori ISPU (Tidak Sehat). Dampak partikulat bagi
manusia, Pengaruh partikulat debu bentuk padat tergantung ukurannya.

c. Bagaimana klasifikasi ambang batas debu terhadap kesehatan?


Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, sudah ditetapkan baku mutu udara ambien nasional untuk PM2,5 sebesar
65 µm/m3 untuk rata-rata 24 jam. Untuk udara di dalam ruangan (indoor) baku
mutu 35 µm/m3 sesuai dengan Permenkes No 1077 tahun 2011, sedangkan
menurut United States Environmental Protection Agency (USEPA) batas aman
PM2,5 di udara ambien untuk satu tahun adalah 15 µm/m3.
20
Efek kesehatan PM2,5 yang ditimbulkan partikulat adalah kematian dini pada
orang dengan penyakit jantung dan paru-paru, serangan jantung, detak jantung
tidak teratur, asma, penurunan fungsi paru, serta peningkatan gejala pernapasan
seperti iritasi pada saluran pernapasan, batuk dan kesulitan bernapas (US EPA,
2016). Efek pajanan PM2,5 lebih banyak terjadi pada organ pernapasan yang
salah satunya adalah gangguan fungsi paru. Gangguan fungsi paru ini ditandai
dengan adanya gangguan pada ventilasi sehingga terjadi penurunan fungsi.
Gangguan ventilasi terdiri atas gangguan restriksi yaitu gangguan
pengembangan paru, dan gangguan obstruksi yaitu terjadi perlambatan aliran
udara di saluran napas karena meningkatnya produksi mukus sehingga saluran
pernapasan menyempit (Depkes RI., 2008).

d. Bagaimana tingkat kesehatan lingkungan dan kerja pada Kecamatan Waras?


Pada skenario hanya diberikan data tentang kadar debu PM2.5 yang meningkat
dari nilai ambang batas. Dari data tersebut sudah tidak memenuhi salah satu
persyaratan kesehatan lingkungan kerja menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri.

e. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pabrik dalam


menurunkan kadar debu di Kecamatan Waras?
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Bab III:
1) Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan
melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak
termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
2) Penanggulangan pencemaran udara sumber tidak bergerak meliputi
pengawasan terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan,
pemantauan emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu udara ambien di
sekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan
persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara.
3) Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi
pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang,
21
pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan
kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di sekitar
jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan
pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar
belerang rendah sesuai standar internasional.
4) Penanggulangan pencemaran udara dari kegiatan sumber gangguan
meliputi pengawasan terhadap penaatan baku tingkat gangguan,
pemantauan gangguan yang keluar dari kegiatannya dan pemeriksaan
penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran
udara.

f. Bagaimana edukasi yang tepat dalam mengatasi terpaparnya debu hasil produk
pabrik kayu pada wilayah Kecamatan Waras?
Edukasi dari puskesmas adalah:
1) Apabila berpergian keluar rumah, gunakan masker dan kacamata
pelindung
2) Menghimbau untuk selalu mersihkan rumah dari debu.
3) Menghimbau untuk memasang penangkap debu (electro precipitator)
pada ventilasi rumah.
4) Menghimbau untuk menanam tanaman di sekeliling rumah untuk
mengurangi masuknya debu ke dalam rumah.
5) Pabrik perlu mempertimbangkan solusi untuk mengurangi debu yang
dihasilkan dari pengolahan kayu.
6) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.
7) Mencupuki kebutuhan nutrisi buah dan sayur serta minum air 8 gelas
sehari
8) Pemantauan berkala kadar debu di area sekitar untuk mengecek kualitas
udara

g. Apa saja dampak akibat adanya kadar debu di atas ambang normal terhadap
kesehatan?
Debu kayu tergolong respiratory sensitisers atau asthmagens yaitu bahan yang
dapat menyebabkan penyakit pernafasan pada manusia. Debu kayu dapat
menyebabkan occupational asthma yaitu asthma yang disebabkan oleh kerja.
(Triatmo dkk, 2006).
22
Debu yang masuk ke saluran ke pernafasan akan dianggap benda asing didalam
tubuh, sehingga tubuh menunjukan reaksi sebagai berikut :
1. Batuk
2. Alergi pernapasan
3. Iritasi kulit
4. Gangguan fungsi paru.

h. Apa saja faktor yang memperburuk kadar debu disuatu daerah?


Polusi udara di daerah tersebut, baik dari kendaraan, pabrik, dan juga lingkungan
yang tidak sehat seperti daerah yang berada di sekita tempat pembuangan
sampah.

i. Bagaimana upaya pabrik dalam menjaga keselamatan pekerja?


Di bawah ini sejumlah langkah yang dapat dikerjakan untuk mengawasi
keselamatan kerja di pabrik.
1. Mengaplikasikan Standar Operasional Procedure (SOP).
Pabrik harus mempunyai ketentuan dan Standar Operasional
Procedure atau SOP yang benar dan pas berkaitan keselamatan para
pekerja. SOP itu jadi dasar untuk tiap pekerja dalam mengawasi
keselamatan pada saat kerja.
2. Menyiapkan Safety Kit
Safety Kit ialah piranti yang dipakai untuk melakukan
pertolongan pertama pada saat berlangsungnya bahaya. Contoh dari
Safety kit adalah tabung pemadam kebakaran, jalur evakuasi, tangga
darurat dan kotak P3K.
3. Menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD).
Pihak perusahaan harus menyiapkan atau memberikan alat
pelindung diri pada tiap pekerjanya, agar bahaya dari kecelakaan yang
mungkin bisa berlangsung bisa diminimalisir, alat pelindung diri itu
mencakup Helm Safety, Kacamata Safety, Masker, Alat pelindung muka,
Sarung tangan Safety, Sepatu Safety serta alat pelindung diri yang lain.
4. Menyelamatkan Bahan Baku yang tidak Berbahaya.
Beberapa pabrik mungkin menggunakan bahan baku yang
berbahaya yang dapat membahayakan pekerjanya. Contohnya dalam
pemakaian bahan kimia, pekerja salah mencampurkan bahan kimia, tentu
23
saja hal itu sangatlah beresiko. Karenanya berilah evaluasi pada tiap
pekerja tentang langkah kerja yang benar serta berilah info tentang apa
bahan-bahan yang berbahaya dan cara mengatasinya.

j. Bagaimana prosedur untuk menghitung kadar debu disuatu daerah?


Menurut Badan Standarisasi Nasional pengukuran kadar debu total di udara
tempat kerja secara gravimetric meliputi tahap persiapan, pengambilan contoh,
penimbangan dan perhitungan kadar debu total. Alat dan bahan yang dibutuhkan
berupa:
- Low volume dust sampler (LVS) dilengkapi dengan pompa penghisap
udara dengan kapasitas 5-15 l/menit dan selang silicon atau selang telfon.
- Timbangan balik dengan sensitivitas 0,01 mg
- Pinset
- Desikator, suhu (20±1)o C dan kelembaban udara (50±5)%
- Flowmeter
- Tripod
- Thermometer
- Hygrometer
- Filter hidrofobik (missal: PVC, fiberglass) dengan ukuran pori 0,5µm

Prosedur kerja
1. Persiapan
a) Filter yang diperlukan disimpan di dalam desikator selama 24 jam
agar mendapatkan kondisi stabil
b) Filter kosong pada *ditimbang sampai diperoleh berat konstan,
minimal tiga kali penimbangan, sehingga diketahui berat filter
sebelum pengambilan contoh, catat berat filter blanko dan filter
contoh masing-masing dengan berat B1 (mg) dan W1(mg). Masing-
masing filter tersebut ditaruh di dalam holder setelah diberi nomor
(kode).
c) Filter contoh dimasukkan ke dalam low volume dust sampler holder
dengan menggunakan pinset dan tutup bagian atas holder.
d) Pompa pengisap udara dikalibrasi dengan kecepatan laju aliran udara
10 Vmenit dengan menggunakan tlowmeter (flowmeter harus
dikalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi).
24
2. Pengambilan contoh
a) LVS pada point * di atas dihubungkan dengan pompa pengisap udara
dengan menggunakan selang silikon atau telfon.
b) LVS diletakkan pada titik pengukuran (di dekat tenaga kerja terpapar
debu) dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan
tenaga kerja.
c) Pompa pengsap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan contoh
dengan kecepatan laju aliran udara (flowrate) 10 l/menit.
d) Lama pengambilan contoh dapat dilakukan selama beberapa menit
hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan. tujuan dan kondisi di
lokasi pengukuran).
e) Pengambilan contoh dilakukan minimal 3 kah dalam 8 jam kerja yaitu
pada awal. pertengahan dan akhir shift kerja.
f) Setelah selesai pengambilan contoh, debu pada bagian luar holder
dibersihkan untuk menghindan kontaminasi.
g) Filter dipindahkan dengan menggunakan pinset ke kaset filter dan
dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
3. Penimbangan
a) Filter blanko sebagai pembanding dan filter contoh ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik yang sama sehingga diperoleh berat
filter blanko dan filter contoh masing-masing B2 (mg) dan W2 (mg).
b) Catat hasil penimbangan berat filter blanko dan filter contoh sebelum
pengukuran (lihat *) dan sesudah pengukuran pada formulir seperti
pada Lampiran A.
4. Perhitungan
Kadar debu total di udara dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut dan hasilnya dicatat pada formulir seperti pada Lampiran B.
(W2 – W1)– (B2 – B1)
C= (mg/I)
𝑉

atau
(W2 – WI)– (B2 – B1)
C= x 103 (mg/m3)
𝑉

dengan:
C adalah kadar debu total (mg/l) atau (mg/ m3);
W2 adalah berat filter contoh setelah pengambilan contoh (mg);
W1 adalah berat fitter contoh sebelum pengambilan contoh (mg);
25
B1 adalah berat filter blanko setelah pengambilan contoh (mg);
B2 adalah berat fitter blanko sebelum pengambilan contoh (mg);
V adalah volume udara pada waktu pengambilan contoh (l).

k. Apa peran pemerintah dan juga masyarakat guna menurunkan kadar debu
disuatu daerah?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Menurut pasal 18 peran pemerintah
meliputi:
a) Pelaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara di daerah
dilakukan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II.
b) Pelaksanaan koordinasi operasional pengendalian pencemaran udara di
daerah dilakukan oleh Gubernur .
c) Kebijaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali setelah 5
(lima) tahun.
Menurut pasal 19:
(1) Dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan operasional pengendalian
pencemaran udara di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1), daerah menyusun dan menetapkan program kerja daerah di
bidang pengendalian pencemaran udara.
(2) Ketentuan mengenai pedoman penyusunan dan pelaksanaan
operasional pengendalian pencemaran udara di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
Peran masyarakat pada pasal 21: Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau baku tingkat gangguan ke udara
ambien wajib :
(1) menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat
gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang
dilakukannya;
(2) melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara
yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;

26
(3) memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam
rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha
dan/atau kegiatannya.

3. Seminggu yang lalu, Poliklinik KIA Puskesmas “Sumber Sehat” kedatangan Ny.
Ani, berumur 27 tahun, untuk ANC (Ante Natal Care) kehamilan yang ke-2,
dengan usia kehamilan 32 minggu. Pada saat ANC, Ny.A terdiagnosa Herpes
Simplex, sehingga Dr. Syantika memutuskan untuk merujuk Ny.A ke RSUD
BUGAR untuk mencegah penularan kepada anak.Di RSUD BUGAR, Ny.A
ditangani oleh dokter spesialis. Dokter spesialis yang menangani Ny.A kebetulan
sedang melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menilai efektivitas
terapi IVIG (Intravenous Immunoglobulin) dalam mencegah penularan virus
kepada anak yang dikandung.
a. Berapa standar dilakukannya ANC pada ibu hamil menurut WHO dan
Kemenkes?
Kemenkes: Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama
masa kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali
pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
WHO: the first ANC visit occurs before 12 weeks of pregnancy, the second
around 26 weeks, the third around 32 weeks, and the fourth between 36 and 38
weeks of gestation. Thereafter, women are advised to return to ANC at 41 weeks
of gestation or sooner if they experience danger signs.

b. Bagaimana upaya puskesmas dalam melakukan pencegahan dan pengawasan


penyakit menular?
Five level prevention:
1. Promosi Kesehatan (health promotion)
Promosi kesehatan (health promotion) merupakan tindakan atau upaya
kesehatan yang dilakukan pada saat masyarakat atau individu masih
dalam keadaan sehat. Seseorang tersebut diberi penjelasan tentang
kesehatan dan pencegahan penyakit agar seseorang atau individu tersebut
tidak terserang penyakit. Tujuan dari promosi kesehatan (health
promotion) ini adalah memberikan pembinaan atau penyuluhan kepada
masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat dari penyakit,
seperti pada penyakit Herpes simplex yaitu hindari berganti-ganti
27
pasangan seksual. Semua ini dapat dilakukan melalui iklan pada poster,
media massa, surat kabar, sosialisasi
2. Perlindugan khusus melalui imunisasi (specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu. Tujuan
dari specific protection ini adalah sebagai perlindungan khusus terhadap
ancaman seperti penyakit. Tindakan atau upaya pencegahan penyakit
berdasarkan specific protection ini adalah hindari risiko terpapar virus
seperti berhati-hati saat berciuman atau berhubungan seksual, jangan
berbagi makanan dan minuman dari orang lain, biasakan menjaga
kebersihan tubuh.
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment) Tujuan utama dari tindakan ini adalah:
a. Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan
penyakit menular .
b. Mengobati dan menghentikan proses penyakit
c. Menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi
dan cacat.
Contohnya: pemeriksaan pap smear bagi remaja yang telah melakukan
hubungan seksual aktif, skrining kanker rahim.
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and promotif
treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar
penderita sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.
5. Pemulihan (rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial. Contohnya: pendidikan pada pasien untuk
menurunkan kondisi sakit dan megoptimalkan kemampuan yang
dimiliki, misalnya mengoptimalkan kemampuan orang yang terpapar
Herpes simplex.

28
c. Apa saja program Poliklinik KIA?
Program pada unit pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah sebagai
berikut :
1) Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2) Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3) Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
4) Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
5) Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6) Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8) Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
9) Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

d. Bagaimana prosedur rujuk dari puskesmas ke RSUD?


Langkah-langkah rujukan:
1) Menentukan kegawatdaduratan penderita Tenaga kesehatan harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan
kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus
dirujuk.
2) Menentukan tempat rujukan: Prinsip menentukan tempat rujukan adalah
fasilitas pelayanan yang mempunyai wewenang dan terdekat termasuk
fasilitas pelayanan swasta denan tidak mengabaikan kesediaan da
kemampuan penderita.
3) Memberikan informasi pada tempat rujjkan yang dituju.
4) Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
a) Dengan memberitahukan bahwa aka nada penderita yangdituju
29
b) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiaan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c) Meminta petunjuk dan cara penangan dan cara penangan unutk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim
5) Persiapan penderita ; Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan,
Uang dan Donor Darah.
6) Pengiriman penderita
7) Tindak lanjut penderita. Untuk penderita yang telah dikembalikan

e. Bagaimana aspek EBM Therapy IVIG pada kasus?


Berdasarkan aspek EBM, dokter sebaiknya memberikan terapi pada pasien
berlandaskan literatur-literatur sahih dan terpercaya.
Penerapan EBM dengan lima langkah meliputi:
1. Formulasikan masalah klini dengan pertanyaan yang dapat dijawab
2. Cari bukti terbaik: Gunakan internet atau online database untuk bukti
yang terbaru
3. Lakukan Kritikal appraisal (Validity, Importance, Appicability)
4. Terapkan bukti
5. Evaluasi kinerja penerapan bukti

f. Apa epidemiologi dari herpes simplex?


Virus Herpes Simpleks memiliki distribusi di seluruh dunia dan menghasilkan
infeksi primer, laten dan berulang. Lebih dari sepertigapopulasi dunia
diperkirakan memiliki kemampuan untuk menularkan virus selama periode
penyebaran virus. Pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun, infeksi herpes
sering asimtomatik dan dengan tope tersering adalah HSV-1 (80-90%). Analisis
yang dilakukan secara global telah menunjukkan adanya HSV-1 pada sekitar
90% individu berumur 20-40 tahun. HSv-2 merupakan penyebab infeksi herpes
genital yang paling banyak (70-90%) meskipun studi terbaru menunjukkan
peningkatan kejadian dapat disebabkan oleh HSV-1 (10-30%). Antibodi HSV-
2 jarang ditemukan sebelum masa remaja karena asosiasi HSV-2 terkait dengan
aktivitas seksual. HSV dapat menginfeksi janin dan menyebabkan kelainan.
Seorang ibu yang terinfeksi HSV dapat menularkan virus itu padanya saat baru
lahir selama persalinan pervagina, terutama jika ibu memiliki infeksi aktif pada
saat pengiriman. Namun, 60-8-% dari infeksi HSV yang didapat oleh bayi yang
30
baru lahir terjadi pada wanita yang tidak memiliki gejala HSV atau riwayat
infeksi HSV genital.

g. Bagaimana kode etik atau peraturan jika dokter ingin melakukan sebuah
penelitian kepada pasien?
Dalam penelitian kedokteran dengan subjek manusia, pertimbangan mengenai
kesehatan manusia sebagai subjek uji haruslah menjadi pertimbangan awal di
atas kepentingan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Terdapat persyaratan Etis
untuk hal ini yaitu:
a) Persetujuan komite etik
b) Manfaat Ilmiah
c) Nilai sosial
d) Resiko dan Keuntungan
e) Informed consent (persetujuan mengikuti penelitian, menjadi subyek)
f) Kerahasiaan
g) Konflik peran
h) Jujur melaporkan hasil
i) Peringatan bagi yang tidak etis
j) Masalah-masalah yang tidak terselesaikan

4. Pada saat ke Puskesmas, Ny Ani juga membawa Nina, anak perempuannya yang
berumur 3,5 tahun dengan riwayat tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Riwayat
kelahiran Nina, anak Nina, berlangsung normal dirumah, cukup bulan dan
dibantu oleh bidan. Dan karena kesibukannya, Ny Ani sangat jarang membawa
Nina ke Posyandu, pada kunjungan terakhirnya di Posyandu Nina dinyatakan
Stunting oleh petugas Dinas Kesehatan Provinsi.
a. Apa dampak riwayat tidak mendapat asi eksklusif?
Dampak jangka pendek:
1) Infeksi
2) Sudden infant death syndrome (SIDS)
3) Mortalitas yang disebabkan oleh diare dan penyakit respiratori
4) Overweight dan obsestias
5) Necrotizing enterocolitis (NET)
Dampak jangka panjang:
1) Dermatitis atopik
31
2) Kanker pada masa kanak
3) Asma
4) Gangguan kognisi dan perkembangan otak

b. Apa saja yang menjadi faktor risiko stunting?


1) Tidak diberi ASI eksklusif
2) Infeksi kronik pada bayi dan balita
3) Asupan makanan balita yang tidak adekuat yang disebabkan karema ibu
yang tidak memahami cara pemberian makanan standar pada bayi
4) Masih kurangnya akses kepada makanan bergizi. Hal ini dikarenakan
harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong mahal.

c. Apa dampak dari stunting?


Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Perawakan tubuhnya akan terlihat pendek dan
baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun dampak lainnya anak tersebut akan
memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Stunting pada anak juga dapat
mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal.

d. Apa saja peran Posyandu dalam pencegahan stunting?


Upaya yang dapat dilakukan oleh kader posyandu berkaitan dengan intervensi
pencegahan stunting adalah memantau pertumbuhan balita di posyandu, karena
itu merupakan upaya yang strategis untuk mendeteksi secara dini terjadinya
gangguan pertumbuhan.

e. Apa saja pelayanan yang diberikan oleh posyandu?


A. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
1) Pelayanan untuk ibu hamil
a) Penimbangan berat badan
b) Pengukuran tinggi badan
c) Pengukuran tekanan darah
d) Pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas)
e) Pemberian tablet besi
f) Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
32
g) Pemeriksaan fundus uteri
h) Penyuluhan termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), pentingnya IMD, dan ASI
eksklusif
i) KB pasca-persalinan
2) Pelayanan untuk ibu nifas dan menyusui
a) Penyuluhan/konseling kesehatan
b) KB pasca-persalinan
c) ASI eksklusif
d) Gizi untuk ibu nifas dan menyusui
e) Pemberian kapsul vitamin A
f) Perawatan payudara
g) Pemeriksaan kesehatan umum
3) Pelayanan untuk bayi dan balita
a) Penimbangan berat badan
b) Penentuan status pertumbuhan
c) Penyuluhandankonseling
d) Pemeriksaan kesehatan (dilakukan bila ada tenaga
kesehatan)
B. Keluarga berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga
kesehatan Puskesmas, dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan
konseling KB.
C. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program terhadap bayi dan ibu hamil.
D. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu adalah sebagai berikut:
1) Penimbangan berat badan.
2) Deteksi dini gangguan pertumbuhan.
3) Penyuluhan dan konseling gizi.
4) Pemberian makanan tambahan (PMT) lokal.
5) Suplementasi kapsul vitamin A dan tablet Fe.
33
E. Pencegahan dan penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare
dilakukan dengan pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan
lebih lanjut, akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

f. Siapa yang mengelola posyandu?


Pengelola posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra
pemerintah dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu
dan kepedulian terhadap pelayanan sosail dasar masyarakat di posyandu.

g. Berapakali idealnya ibu membawa anaknya ke posyandu?


Pada usia 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir, minimal 4 kali untuk
mendapatkan pelayanan kesehetan bayi.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3-5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6-8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9-11 bulan.

h. Bagaimana upaya puskesmas dalam melakukan pencegahan terhadap stunting?


Puskesmas telah melakukan upaya-upaya kesehatan sebagaimana termasuk
dalam UU no.75 tahun 2014 (pasal 36 ayat 2) tentang puskesmas bahwa upaya
kesehatan masyarakat esensial yang dilakukan di puskesmas meliputi pelayanan
promosi kesehatan, pelayanan kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu,
anak dan keluarga, pelayanan gizi serta pelayanan dan pencegahan pengendalian
penyakit. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi
stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1000 hari pertama kehidupan
(HPK). Beberapa program yang membantu untuk meningkatkan peran ibu
dalam mencegah stunting pada anak yaitu: kelas ibu, buku KIA dan skrining
tumbuh kembang, serta MTBS.

34
i. Bagaimana edukasi yang dapat diberikan puskesmas terhadap ibu agar
memberikan asi eksklusif?
- Metode sosialisasi ASI eksklusif adalah berbagai jenis informasi dalam
rangka sosialisasi yang dapat disampaikan dalam pola dan bentuk kegiatan,
yaitu melalui berbagai jenis event seperti: seminar, workshop, talk show,
simulasi ataupun penyebaran buku, leflet, brosur, CD dan sebaran lainnya.
- Kegiatan intervensi adalah kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan
kepada tokoh masyarakat dan pemberdayaan bidan di desa, petugas
puskesmas, kader dan masyarakat guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam menyebarluaskan pelaksanaan peningkatan ASI
eksklusif.
- Memberikan edukasi mengenai asi eksklusif. Nutrisi yang diperoleh sejak
bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk
risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD),
gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
sangat penting dalam mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik
pertumbuhannya agar tidak terjadi gagal tumbuh (growth faltering) yang
dapat menyebabkan stunting.

j. Bagaimana peran dinas kesehatan dalam mengatasi masalah di kecamatan


Waras?
1) Tahap Perencanaan
a) Koordinasi & kerjasama dengan pemerintah provinsi kab/kota
b) Awali usulan rencana program pencegahan stunting
c) Mendorong munculnya riset terkait akar masalah stunting terkait
dengan daerah setempat
2) Tahap Pelaksanaan
a) Sosialisasi kebijakan pencegahan stunting kepada masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya
b) Pembinaan kepada UPT kesehatan dalam peningkatan status gizi dan
kesehatan masyarakan
c) Melaksanakan strategi promosi kesehatan
3) Tahap Pemantauan dan Evaluasi
4) Mengukur capaian kinerja dan menyusun laporan hasil pemantauan
dan evaluasi, serta capaian kinerja.

35
k. Bagaimana tugas tenaga kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat?
Berdasarkan Teori H.L. Bloom, ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan.(Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: CV. Trans
Info Media)
a) Faktor lingkungan/Environment
b) Faktor perilaku/Life styles
c) Faktor pelayanan/Medical care services
d) Faktor herediter atau kependudukan/Heredity
Dari Faktor pelayanan/Medical care services berupa:
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai pengobatan) maupun
rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan kesehatan bersumber daya
masyarakat; kinerja/kecakupan serta pembiayaan/anggaran.

l. Bagaimana tugas dinas kesehatan provinsi dalam meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat?
Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara
umum adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh
agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua
Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan
Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya,
koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian
1. Pengembangan Sumber Daya

Dalam rangka pengembangan sumber daya, peran Dinas Kesehatan
Provinsi terutama adalah dalam pengembangan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan, melalui penyelenggaraan pelatihan untuk
pelatih (training of trainers – TOT). Dinas Kesehatan Provinsi meminta
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya untuk
mengirimkan calon-calon pelatih untuk melatih tenaga-tenaga kesehatan
Puskesmas. Sesuai dengan arahan dan bekerjasama dengan Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi kemudian menyelenggarakan
pelatihan untuk pelatih (training of trainers – TOT), dengan memanfaatkan
Balai Pelatihan Kesehatan yang ada di provinsi bersangkutan.


36
2. Koordinasi dan Bimbingan
Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengundang Kepala-kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya untuk membahas dan
menetapkan hal-hal apa yang dapat dilaksanakan secara terkoordinasi
(misalnya pelatihan, pengadaan, dan lain-lain) dan bagaimana mekanisme
koordinasinya. Selain itu juga untuk menentukan jadwal kunjungan Dinas
Kesehatan Provinsi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayahnya
dalam rangka bim- bingan. Bimbingan terutama dilakukan untuk
memecahkan masalah- masalah yang dihadapi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas.
3. Pemantauan dan Pengendalian
Pemantauan dan pengendalian dilaksanakan dengan mengembangkan
sistem pelaporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan
Provinsi, sehingga Dinas Kesehatan Provinsi dapat mengetahui IKS tingkat
kabupaten/kota dari masing - masing kabupaten dan kota di wilayah
kerjanya, dan menghitung IKS tingkat provinsi.

5. Sebagai dokter Syantika, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan pada wilayah kerja Puskesmas “Sumber Sehat” tersebut.
a. Bagaimana penyusunan rencana usulan kegiatan Puskesmas “Sumber Sehat”?
Identifikasi masalah
No Program Target Pencapaian Masalah
1 Kesling Paparan debu diatas ambang
normal
2 Gizi Stunting
3 KIA AKI
Tabel 1. Identifikasi masalah
Prioritas
Masalah Kegiatan Masalah Masalah Masalah
Paparan debu kayu Stunting AKI
Tingkat urgensi
Tingkat keseriusan
Tingkat perkembangan
UxSxG
Tabel 2. Prioritas
37
Perumusan masalah
1) Permasalahan debu kayu
- What:
- Where:
- When:
- Who:
- Why:
- How:
2) Stunting
- What:
- Where:
- When:
- Who:
- Why:
- How:
Akar penyebab masalah

38
b. Apa yang harus dilakukan dokter Syantika untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di Kecamatan Waras?
1) Permasalahan Debu
Dokter Santi perlu melakukan kerjasama lintas sektor (Petugas dinas
kesehatan dan pemerintah setempat) dalam beberapa hal, diantaranya:
1. Peninjauan batas ambang debu
2. Audiensi pihak pabrik mengenai paparan
3. Edukasi pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4. Pemberian APD pada pekerja
5. Deteksi dini penyakit akibat paparan paru
6. Telusuri risiko bahaya lainnya
39
2) Permasalahan Kesehatan Ibu Hamil
a) Promosi Kesehatan:
1. Meningkatkan penyuluhan tentang pemeriksaan antenatal
(ANC Rutin).
2. Memberikan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dengan materi untuk calon pengantin dan pasangan usia
subur (prakonsepsi) meliputi kesehatan reproduksi dan
pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, persiapan yang
perlu dilakukan dalam persiapan pranikah, dan informasi
lain.
3. Edukasi tentang PHBS kepada ibu hamil.
b) Early Diagnosis and Prompt Treatment:
Melakukan diagnosis dan merujuk Ny. Ani ke dokter spesialis
obgyn.
c) Disability Limitation:
Pemantauan kembali Ny. Ani setelah dirujuk balik dari rumah
sakit.
3) Permasalahan Angka Kematian Ibu
a) Sasaran remaja:
- Promosi Kesehatan mengenai bahaya kehamilan dini
- Kebijakan batas usia pernikahan
b) Sasaran Pasangan Usia Subur:
- Promkes persiapan sebelum kehamilan
c) Sasaran Ibu hamil:
- ANC terpadu rutin
- Kelas ibu hamil
- Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
komplikasi (P4K)
- Promkes Persalinan oleh tenaga kesehatan
- Promkes persalinan di faskes
- Sistem SIAGA
- Pelayanan Kontrasepsi pasca persalinan
d) Sasaran Ibu Bersalin:
- Persalinan bersih dan aman

40
4) Permasalahan Stunting
a) Promotif:
- Melakukan promosi kesehatan kepada bumil dan calon bumil
mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan di
puskesmas
- Sosialisasi kepada masyarakat bahwa stunting dapat di catch
up (dikejar) pertumbuhannya sehingga anak stunting tidak
harapan dikucilkan di masyarakat.
b) Specific protection:
- Melakukan ANC teratur dengan tindakan 10T
- Intervensi gizi baik untuk bumil
- Inisiasi menyusui dini
- Asi eksklusif 6 bulan
c) Early diagnosis & prompt treatment:
- Melakukan pemantauan pertumbugan balita di posyandu dan
puskesmas.
d) Disability limitation:
- Catch up pertumbuhan dengan intervensi gizi.
5) Permasalahan Rasio Puskesmas dengan Jumlah Penduduk
Menurut peraturan menteri hukum dan hak asasi manusia nomor 34
tahun 2016, 1 Puskesmas idealnya melayani 16.000 penduduk.
Sedangkan pada kasus, cakupan pelayanan puskesmas yang terlalu
banyak untuk 1 kecamatan yaitu 1 Puskesmas kecamatan Rawas
melayani 36.000 penduduk.Hal yang dapat dilakukan adalah pengajuan
pembukaan puskesmas baru untuk mengatasi masalah rasio puskesmas
terhadap penduduk di kecamatan waras.

Hipotesis:
Terdapat permasalahan di Puskesmas “Sumber Sehat” sehingga harus dilakukan PTP untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja.

41
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

No Learning Issues What I Know What I Don’t What I Have to How I


Know Prove Learn

1. Public Health Definisi dan - Penilaian,


Administration penjelasan indikator,
(PHA) mengenai manajemen
puskesmas, PKP,
PTP, UKBM
(poskesdes dan
posyandu), PWS-
KIA)
Jurnal,
2. Public Health Five level of Aplikasi Tahapan textbook,
Education (PHE) prevention internet

3. Kesehatan Air quality indeks Pengukuran Tindakan dinas


Lingkungan dan dan dampak polusi udara kesehatan,
Tenaga Kerja polusi udara dampak,
pencegahan
4. Epidemiologi dan AKI, faktor risiko - Cara
Biostatistika sunting, dan EBM perhitungan,
teraoi interpretasi

42
V. Kerangka Konsep

43
VI. Sintesis

A. PUBLIC HEALTH ADMINISTRATION (PHA)


1. Puskesmas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Pelayanan Kesehatan Puskesmas yang
selanjutnya disebut dengan Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh
Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pencatatan, dan pelaporan yang dituangkan dalam suatu sistem.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat
b. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas dalam rangka
mewujudkan kecamatan sehat. Kecamatan sehat) dilaksanakan untuk mencapai
kabupaten/kota sehat.
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.

44
c. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
d. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang
didukung dengan manajemen Puskesmas.
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan, Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya
dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara
Puskesmas mengintegrasikan program untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi
keluarga.
Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat
b. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di
wilayah kerjanya
UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
45
c. Sebagai wahana pendidikan bidang kesehatan, wahana program internsip, dan/atau
sebagai jejaring rumah sakit pendidikan
Wewenang Puskesmas
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah
kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan Puskesmas
dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan
respon penanggulangan penyakit
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga
l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui pengoordinasian sumber daya kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas

Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah


kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang mengintegrasikan faktor biologis,
46
psikologi, sosial, dan budaya dengan membina hubungan dokter - pasien yang erat
dan setara
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada individu, berfokus
pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok dan masyarakat
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan kesehatan,
keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama
inter dan antar profesi
f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan
akses Pelayanan Kesehatan
h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan di
wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Persyaratan Puskesmas
a. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)
Puskesmas.
c. Kondisi tertentu ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan,
jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
d. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.

Kategori Puskesmas
a. Berdasarkan arakteristik wilayah (ditetapkan bupati/ wali kota)
1. Puskesmas kawasan perkotaan
Memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan berikut:
- Aktivitas > 50% penduduknya sektor non agraris, terutama industri,
perdagangan, dan jasa
- Memiliki fasilitas perkotaan: sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km,
47
memiliki RS /hotel radius < 5 km
- > 90% rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
- Terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
2. Puskesmas kawasan perdesaan
Memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan berikut:
- Aktivitas > 50% penduduk pada sektor agraris atau maritim
- Memiliki fasilitas antara lain sekolah radius >2,5 km, pasar dan perkotaan
radius >2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas
berupa hotel
- Rumah tangga dengan listrik kurang dari 90%
- Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas
3. Puskesmas kawasan terpencil
4. Puskesmas kawasan sangat terpencil
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan
sangat terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi
Tenaga Kesehatan
- Dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan
kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan
- Pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal
- Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola
kehidupan masyarakat di kawasan terpencil dan sangat terpencil
- Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas
dan jejaring Puskesmas
- Pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus
pulau/cluster dan/atau pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan
aksesibilitas

b. Berdasarkan kemampuan pelayanan


1. Puskesmas nonrawat inap
Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan jalan, perawatan di rumah
(home care), dan pelayanan gawat darurat. Puskesmas nonrawat inap dapat
menyelenggarakan rawat inap pada pelayanan persalinan normal.
2. Puskesmas rawat inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya sesuai pertimbangan
48
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan rawat inap pada
pelayanan persalinan normal dan pelayanan rawat inap pelayanan kesehatan
lainnya. Puskesmas yang dapat menjadi Puskesmas rawat inap merupakan
Puskesmas di kawasan perdesaan, kawasan terpencil dan kawasan sangat
terpencil, yang jauh dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan rujukan tingkat lanjut.

2. Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)


Berdasarkan PMK No. 44 tahun 2016, Penilaian Kinerja Puskesmas adalah
suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan
menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan
Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil
kerja/prestasi Puskesmas. Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan oleh
Puskesmas dan kemudian hasil penilaiannya akan diverifikasi oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pelaksanaan penilaian kinerja Puskesmas
1) Di tingkat Puskesmas:
a) Kepala Puskesmas membentuk tim kecil Puskesmas untuk melakukan
kompilasi hasil pencapaian.
b) Masing-masing penanggung jawab kegiatan melakukan pengumpulan data
pencapaian, dengan memperhitungkan cakupan hasil (output) kegiatan dan
mutu bila hal tersebut memungkinkan.
c) Hasil kegiatan yang diperhitungkan adalah hasil kegiatan pada periode
waktu tertentu. Penetapan periode waktu penilaian ini dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota bersama Puskesmas. Sebagai contoh periode
waktu penilaian adalah bulan Januari sampai dengan bulan Desember.
d) Data untuk menghitung hasil kegiatan diperoleh dari Sistem Informasi
Puskesmas, yang mencakup pencatatan dan pelaporan kegiatan Puskesmas
dan jaringannya; survei lapangan; laporan lintas sektor terkait; dan laporan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
e) Penanggung jawab kegiatan melakukan analisis terhadap hasil yang telah
dicapai dibandingkan dengan target yang ditetapkan, identifikasi
kendala/hambatan, mencari penyebab dan latar belakangnya, mengenali
faktor-faktor pendukung dan penghambat.

49
f) Bersama-sama tim kecil Puskesmas, menyusun rencana pemecahannya
dengan mempertimbangkan kecenderungan timbulnya masalah (ancaman)
ataupun kecenderungan untuk perbaikan (peluang).
g) Dari hasil analisa dan tindak lanjut rencana pemecahannya, dijadikan dasar
dalam penyusunan Rencana Usulan Kegiatan untuk tahun (n+2). n adalah
tahun berjalan.
h) Hasil perhitungan, analisis data dan usulan rencana pemecahannya
disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota yang selanjutnya akan
diberi umpan balik oleh dinas kesehatan.

2) Di tingkat kabupaten/kota:
a) Menerima rujukan/konsultasi dari Puskesmas dalam melakukan
perhitungan hasil kegiatan, menganalisis data dan membuat pemecahan
masalah.
b) Memantau dan melakukan pembinaan secara integrasi lintas program
sepanjang tahun pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan urutan
prioritas masalah.
c) Melakukan verifikasi hasil penilaian kinerja Puskesmas dan menetapkan
kelompok peringkat kinerja Puskesmas.
d) Melakukan verifikasi analisis data dan pemecahan masalah yang telah
dibuat Puskesmas dan mendampingi Puskesmas dalam pembuatan rencana
usulan kegiatan.
e) Mengirim umpan balik ke Puskesmas dalam bentuk penetapan kelompok
tingkat kinerja Puskesmas.
f) Penetapan target dan dukungan sumber daya masingmasing Puskesmas
berdasarkan evaluasi hasil kinerja Puskesmas dan rencana usulan kegiatan
tahun depan.

3. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


PTP merupakan singkatan dari Perencanaan Tingkat Puskesma dilaksanakan
melalui 4 tahap, yaitu tahap persiapan, analisis situasi, penyusunan drap Rencana
Usulan Kegiatan (RUK), dan penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
Mekanisme perencanaan dimulai dari menyusun RUK yang terdiri dari usulan kegiatan
wajib dan usulan kegiatan pengembangan. RUK ini merupakan RUK tahun yang akan
datang. RUK puskesmas kemudian dirangkum dengan usulan dinas kesehatan untuk
50
diajukan ke DPRD dan mendapatkan persetujuan pembiayaan yang telah disusun di
RUK. Sesuai pembiayaan, akan disusun RPK. RPK ini merupakan RUK tahun lalu
melalui penyesuaian dan pertimbangan. RPK dilaksanakan pada bulan Januari melalui
loka karya mini pertama awal tahun.
a. Tahap persiapan
Staf puskesmas dilibatkan dalam forum loka karya mini tingkat puskesmas
untuk memperoleh kesepakatan dan pandangan yang sama. Agar staf dapat
memahami tentang PT, kepala puskesmas menjelaskan PTP dan membentuk tim
penyusunan PTP, serta menerbitkan SK TIM penyusunan PTP. Staf terdiri dari
penanggung jawab, ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota.

b. Tahap analisis situasi


Untuk mengetahui situasi wilayah kerja puskesmas, dilakukan pengumpulan
data umum dan khusus.
Data umum terdiri dari:
1) Peta Wilayah Kerja dan Fasilitas Yankes
2) Sumber Daya Ketenagaan
3) Sumber Daya Obat dan Bahan habis pakai
4) Peralatan
5) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan daerah),
masyarakat dan sumber lainnya
6) Sarana dan prasarana
7) Data peran serta masyarakat
8) Data penduduk dan sasaran program
9) Data sekolah
10) Data kesehatan lingkungan
Data khusus terdiri dari:
1) Data kematian
2) Kunjungan Kesakitan
3) 10 penyakit terbesar
4) Kejadian luar biasa
5) Cakupan Program 1 tahun terakhir pelayanan kesehatan/kinerja
6) Hasil survei

51
c. Tahap penyusunan drap Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah seperti tidak tercapainya
target, menentukan prioritas masalah (USG), merumuskan masalah (5W+H),
menentukan akar penyebab masalah (diagram fish bone), dan menentukan alternatif
pemecahan masalah terpilih.

d. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)


RPK disusun berdasarkan RUK tahun sebelumnya (alokasi biaya yang disetujui
oleh DPRD). Tahapan penyusunan meliputi,
1) Alokasi biaya yang disetujui DPRD untuk melakukan kegiatan
2) Membandingkan usulan RUK dengan RPK yang akan dilaksanakan
3) Matrik dibuat sesuai dengan kreteria UKM wajib,pengembangan dan
pengobatan dan termasuk administrasi.
4) Membuat RPK tahunan dan bulanan dalam bentuk matrik

4. UKBM (Posyandu, Poskesdes)


a) Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan
1) Tujuan Umum:
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2) Tujuan Khusus:
a) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

52
c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1) Bayi
2) Anak balita
3) lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4) Pasangan Usia Subur (PUS)
Fungsi
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

Manfaat
1) Bagi Masyarakat
a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2) Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA
b) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA
3) Bagi Puskesmas
a) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan

53
kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.
b) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4) Bagi sektor lain
a) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.
b) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu
sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

Struktur Organisasi

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,


organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra
pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu
dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu.
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat musyawarah
pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai
berikut:
1) Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.
2) Memiliki semangat pengabdian, · berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi
masyarakat.
3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

54
b) Poskesdes
Poskesdes, singkatan dari Pos Kesehatan Desa, adalah upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes berada di tingkat desa, kelurahan, nagari, atau sebutan lainnya bagi
satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.
Tujuan
1) Tujuan umum
Mewujudkan masyarakat sehat yang siaga terhadap masalah kesehatan.
2) Tujuan khusus
a) Terselenggaranya desa dan kelurahan siaga aktif dengan adanya
pelayanan kesehatan dasar yang dekat masyarakat
b) Memberdayakan masyarakat agar dapat mandiri di bidang kesehatan.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
d) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan,
terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya (termasuk status
gizi dan ibu hamil yang berisiko).
e) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar oleh masyarakat dan
tenaga profesional kesehatan.
f) Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.

Fungsi
1) Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.
2) Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan.
3) Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan
cakupan pelayanan kesehatan.
4) Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa.
5) Sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif.

55
Manfaat
1) Bagi Masyarakat Desa
a) Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini sehingga
bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi
dan kemampuan yang ada.
b) Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang
dapat dijangkau (secara geografis).
2) Bagi Kader
a) Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan.
b) Kader mendapatkan kebanggaan bahwa dirinya lebih berkarya bagi
warga desanya.

Pelayanan Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan bersalin
2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
3) Pelayanan kesehatan untuk anak
4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit

5. Sistem Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal
dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang
sama.
Jenis Rujukan
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana,
dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman,
pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini
adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup
rujukan teknologi, sarana dan opersional.
56
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical service).
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan.
Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab
secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun
horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional.
Jenis rujukan medik antara lain:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat.

6. Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA)


1) ANC
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesusai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik
kehamilan, untuk menghadapi persalinan. Dengan pengawasan hamil dapat
diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau
komplikasi hami sehingga segera diatasi.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter
spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) untuk ibu selama masa kehamilannya,
sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal sangat

57
penting untuk mendeteksi dini komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu hamil selama kehamilan.
Menurut Wiknjosastro, tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia
sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan calon anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan postpartum sehat dan
normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental, ini berarti dalam antenatal care
harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat.
b. Adanya kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sedini mungkin dan
diobati.
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik
dan mental.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tujuan pelayanan antenatal
adalah
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin
b. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu
dan janin
c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal
g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi

2) Survey Demografi Kesehatan Indonesia


SDKI khusus dirancang untuk mengumpulkan berbagai informasi mengenai
tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi. Tidak terdapat perbedaan puncak umur melahirkan pada
SDKI 2012 dan SDKI 2017, yaitu pada umur 25-29. Akan tetapi angka kelahiran
pada wanita umur 15-19 tahun turun dari 48 kelahian per 1.000 wanita pada SDKI
58
2012 menjadi 36 kelahiran pada SDKI 2017. Demikian pula angka kelahiran pada
wanita umur 20-24 tahun dari 138 kelahiran per 1.000 wanitapada SDKI 2012
menjadi 111 pada SDKI 2017. Sebaliknya terjadi peningkatan pada wanita umur
30-34, dari 103 kelahiran per 1.000 wanitapada SDKI 2012 menjadi 113 pada
SDKI 2017.

B. PUBLIC HEALTH EDUCATION (PHE)


a) Five levels of prevention
Leavell dan clark membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan
yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha
pencegahan itu adalah (Azwar, 2004):
A. Masa sebelum sakit (pre-pathogenesis)
1. Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion).
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific
protection).
B. Pada masa sakit (patogenesis)
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment).
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation).
3. Rehabilitasi (Rehabilitation).

1. Health promotion
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya (Azwar, 2004).
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.
- Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti :
a. Penyediaan air rumah tangga yang baik,
b. Perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah,
c. Membuka jendela agar sirkulasi udara baik,
d. Rajin membersihkan rumah sehingga debunya berkurang berefek
pada berkurangnya faktor resiko terjadinya asma bronkial.
e. Mencuci tangan ketika makan,
59
f. Mandi minimal 2x sehari menggunakan sabun dan tidak memakai
handuk secara bersama,
g. Rajin mencuci handuk dan pakaian lainnya.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat misalnya melalui penyuluhan

2. Specific protection
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu (Azwar, 2004):
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Isolasi penderita

3. Early diagnosis and treatment


Tujuan utama dari usaha ini adalah (Azwar, 2004):
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha di antaranya berdasarkan kasus :
- Mengobati penderita secara komprehensif.
- Mengobati semua orang yang telah berhubungan dengan penderita skabies.
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu
diberikan.
- Cuci semua handuk , pakaian , sprei dalam air hangat untuk membunuh
tungaunya.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan (Azwar, 2004):
- Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit.
- Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
- Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
- Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

60
4. Disability limitation
Dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita
sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar
kecacatan tersebut tidak bertambah berat (dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh
yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin. Pada kasus diatas
pasien yang menderita skabies dan asma bronkial, penyakit ini tidak
mengakibatkan kecacatan yang berarti (Azwar, 2004).

5. Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat,sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat,semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuannya. Pada kasus diatas, tidak mennyebabkan adanya masalah
dengan masyarakat , sehingga tidak perlunya dilakukan rehabilitasi (Azwar,
2004).
Rehabilitasi ini terdiri atas (Azwar, 2004):
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan, patah kakinya
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.

61
C. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA
a. Air Quality Index dalam dan luar rumah
I. Indoor Air Quality
Pemerintah Indonesia telah mengatur udara sehat dalam rumah dalam
Permenkes 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah dan mengatur persyaratan kualitas udara dalam ruang
perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa
Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas kuman patogen.

1) Kualitas Udara Dalam Ruangan


Kualitas udara dalam suatu ruang atau di kenal dengan istilah Indoor Air
Quality adalah salah satu aspek keilmuan yang memfokuskan perhatian
pada mutu udara dalam suatu ruang dan udara yang akan dimasukkan ke
dalam ruang atau gedung yang ditempati oleh manusia, apakah udara yang
dipergunakan dalam ruang atau gedung tersebut memenuhi syarat
kesehatan atau sebaliknya. Udara dalam ruang atau indoor air menurut
NHMRC (National Health Medical Researt Counsil) adalah udara yang
berada di dalam suatu ruangan gedung yang ditempati oleh sekelompok
orang yang memiliki tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal
satu jam.
Ruang kerja yang terlalu padat penghuninya dan sistem AC yang kurang
terawat dengan sirkulasi udara yang kurang memadai akan dapat
meningkatkan risiko timbulnya gangguan kesehatan. Risiko tersebut
kemungkinan dapat lebih diperparah oleh kondisi sebagai berikut :
1. Asap rokok dalam ruangan
2. Bahan-bahan bangunan, furniture, dan peralatan-peralatan modern
3. Produk-produk pembersih ruangan
4. Bahan-bahan pencemar udara dari luar ruangan dan lain-lain
Pada dasarnya ada tiga syarat utama yang berhubungan dengan kualitas
udara dalam suatu ruangan atau Indoor Air Quality adalah:
1. Level suhu atau panas dalam suatu ruang atau gedung masih dalam
batas- batas yang dapat diterima.
2. Gas-gas hasil pernafasan dalam konsentrasi normal

62
3. Kontaminan atau bahan-bahan pencemar udara berada di bawah level
ambang batas kesehatan.

2) Sumber Polusi Udara Dalam Ruangan


Beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat
menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu :
a) Karbon dioksida (CO2)
Kadar CO2 merupakan indikator yang bagusuntuk mengetahui
efektif tidaknya sistemventilasi dalam ruangan yang
bersangkutan.Kadar CO2 dalam suatu ruangan harusdiusahakan <
1000 ppm. ASHRA Standard 62-1989 merekomendasikan untuk
ruang kerjaperkantoran harus mempunyai rata-rata aliranudara masuk
sekurangkurangnya 10liter/det/orang untuk mempertahankan
kadarCO2 di bawah 1000 ppm.
b) Produk hasil pembakaran
Produk sisa hasil pembakaran dapat meliputikarbon
monoksida (CO), nitrogen oksida (NO)dan mungkin hidrokarbon
(HC). Gas-gastersebut dapat bersumber dari dalam bangunanitu
sendiri seperti; pembakaran akibat proses masak-memasak, merokok
dalam ruang kerja.Sumber-sumber bahan pencemaran yangberasal
dari luar bangunan biasanya dibawamasuk ke dalam -uangan melalui
aliran udaraventilasi.
c) Formaldehid
Formaldehid merupakan gas yang tidakberwarna dengan bau
yang cukup tajam.Formaldehid biasanya dihasilkan dari bahan-
bahanbangunan seperti plywood, karpet,furniture. Urea
Formaldehyde FoamInsulation (UFFI). Pemaparan formaldehidpada
kadar yang cukup rendah 0,05 - 0,5 ppmdapat menyebabkan mata
terbakar, iritasi padasaluran nafas bagian atas dan dicurigai
sebagaikarsinogen.
d) Ozon (O3)
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon, antara lain;
printer lazer, lampu UV, mesinphoto copy dan ioniser. Ozon
merupakan gasyang sangat beracun dan mempunyai efek
padakonsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata
63
dan saluran pernafasan. Ozonmerupakan gas yang sangat mudah
bereaksinamun hanya mempunyai pengaruh yang kecilpada
lingkungan udara dalam ruang kerja.

3) Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara dalam Ruangan


Kualitas udara dalam ruangan suatu gedung dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik yang berasal dari dalam gedung sendiri maupun dari
luar gedung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas udara dalam
ruang adalah:
1. Faktor fisik
a. Suhu/temperatur (tekanan udara)
b. Kelembaban
c. Kecepatan gerakkan udara (air movement)
2. Faktor kimia
a. Partikulat
 Asbestos, fiber glass, debu cat, debu kertas, partikel shoot
 Debu bangunan atau konstruksi, partikel ETS
b. Produk-produk pernapasan, seperti uap air, karbondioksida
3. Gas-gas produk kebakaran
a. Karbondioksida, CO,NO2
b. Poliaromatik hidrokarbon
c. ETS fase gas
d. Ozone (sumber dari fotocopy, lampu UV, printer laser, ionizer)
e. Formaldehida (sumber: Plywood, partikel board, karpet, bahan
isolasi foam yang terbuat dari urea formaldehid)
f. Zat-zat organik mudah menguap, seperti: alkohol, aldehid,
hidrokarbon, alipatik, aromatik, ester, kelompok halogen.
Sumber: material bangunan gedung, kosmetik, asap rokok, zat
pembersih, purnish, bahan adesif atau perekat dan cat.
g. Radon dan produk peluruhannya
h. ETS (Environtmental Tobacco Smoke)
i. Mikrobiologi (virus, bakteri dan jamur)

64
4) Dampak Polusi Udara Dalam Ruangan
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan
lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa
dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan
kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh
terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung
dengan udara meliputi organ sebagai berikut:
1. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
2. Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering
3. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung,
sulit berkonsentrasi
4. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak
nafas, rasa berat di dada
5. Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal
6. Gangguan saluran cerna: diare
7. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

5) Solusi Buruknya Kualitas Udara Dalam Ruangan


Pencegahan permasalahan Indoor Air Quality dapat berupa:
1. Pengukuran Indoor Air Quality
Metode yang dapat dipakai antara lain: mengidentifikasi sumber
dari polutan, mengevaluasi penggunaan sistem Heating, Ventilating
and Air Conditioning (HVAC), mengukur level kontaminasi, serta
pengujian secara medis dan fisik.
2. Efisiensi Sistem Ventilasi
Ventilasi menggunakan antara 25% hingga 30% dari total energi
yang dipakai pada sebuah gedung, hal ini menyebabkan isolasi panas
pada bangunan yang meningkatkan temperatur ruangan.
Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas
udara dalam ruangan kita, berupa:
a. Membersihkan rumah kita, dengan membersihkan rumah secara
teratur dapat menghilangkan penyebab alergi
b. Pada saat membersihkan rumah sebaiknya menggunakan produk
pembersih yang ramah lingkungan

65
c. Membuka kaca atau jendela agar udara segar dapat masuk setiap hari
agar udara segar tersebut dapat membuang udara kotor yang terdapat
dalam ruangan
d. Menggunakan kipas pada kamar mandi dan dapur untuk
menghilangkan lembab, pastikan kipas tersebut membuang
anginnya keluar
e. Mengganti penyaring pada sistem HVAC secara rutin, atau
menggunakan HEPA (High Efficiency Particulate Air)
f. Memakai tanaman dalam ruangan seperty lily, palm bambu, bunga
krisan untuk membantu membersihkan udara. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan sebuah perguruan tinggi di Sydney,
Australia, diketahui bahwa bunga cantik yang satu ini mampu
mengurangi 90% polutan di dalam ruangan. Supaya kerjanya
maksimal, tempatkan 2-3 pot dalam ruangan berukuran
30m².Manfaat yang sama juga bisa didapat dengan menempatkan
Lidah Mertua (Sansivieria). Tanaman berdaun panjang ini efektif
menyerap formaldehyde, racun yang salah satunya dihasilkan oleh
asap rokok.
g. Pastikan pintu garasi tertutup rapat agar gas buang oleh kendaraan
bermotor tdak sampai masuk rumah
h. Jika ingin merenovasi rumah sebaiknya menggunakan bahan
bangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan cat VOC
rendah. Lebih baik pilih cat berbahan dasar air (water base), karena
lebih aman dibandingkan cat solvent base
i. Jangan merokok didalam rumah
j. Selalu bersihkan karpet dan perabot-perabotan agar tidak berdebu
dengan cara dilap atau di vaccum

b. Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan


a) Dampak
Pembangunan sektor industri kayu banyak memberikan dampak
positif terhadap perekonomian Indonesia, tercipta lapangan kerja yang cukup
besar, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Kristanto,
2004: 76).

66
Disisi lain industri pengolahan kayu juga memberikan dampak
negative, salah satunya adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu dari
proses pengolahan atau hasil industri tersebut. Debu kayu ini akan mencemari
daerah industri dan lingkungannya sehingga pekerja maupun masyarakat
disekitar industri dapat terpapar oleh debu.
Secara tidak langsung kehadiran debu dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan seperti gangguan pernafasan, iritasi mata dan kulit
(gangguan fisiologis) yang akan mempengaruhi produktivitas pekerja karena
pekerja menderita sakit. Pada dasarnya debu kayu sama dengan karakteristik
debu pada umumnya, hanya komponen dan ukurannya saja yang berbeda
sehingga pengaruh yang ditimbulkan debu kayu terhadap kesehatan pekerja
juga tidak jauh berbeda dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh debu pada
umumnya (Anderson dalam Mayasari, 2010).
Selain itu industri pengolahan kayu juga akan memberikan dampak
seperti:
1. Pandangan yang kurang menyenangkan pada wilayah industri
2. Penurunan nilai tanah disekitar industri bagi pemukiman
3. Timbul kebisingan oleh operasi peralatan
4. Bahan-bahan buangan yang dikeluarkan industri dapat menggangu atau
mengkotori udara, air dan tanah
5. Perpindahan penduduk yang dapat menimbulkan dampak social
6. Hasil produksi dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat
7. Timbul kecemburuan social

b) Upaya pencegahan dan pengendalian


1) Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan
melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak
termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.
2) Penanggulangan pencemaran udara sumber tidak bergerak meliputi
pengawasan terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan,
pemantauan emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu udara ambien di
sekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan
persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara.
67
3) Penanggulangan pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi
pengawasan terhadap penaatan ambang batas emisi gas buang,
pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan bermotor tipe baru dan
kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien di sekitar
jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan
pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar
belerang rendah sesuai standar internasional.
4) Penanggulangan pencemaran udara dari kegiatan sumber gangguan
meliputi pengawasan terhadap penaatan baku tingkat gangguan,
pemantauan gangguan yang keluar dari kegiatannya dan pemeriksaan
penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis pengendalian
pencemaran udara.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Bab III)

c) Edukasi
1) Apabila berpergian keluar rumah, gunakan masker dan kacamata
pelindung
2) Menghimbau untuk selalu mersihkan rumah dari debu.
3) Menghimbau untuk memasang penangkap debu (electro precipitator)
pada ventilasi rumah.
4) Menghimbau untuk menanam tanaman di sekeliling rumah untuk
mengurangi masuknya debu ke dalam rumah.
5) Pabrik perlu mempertimbangkan solusi untuk mengurangi debu yang
dihasilkan dari pengolahan kayu.
6) Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
7) Mencupuki kebutuhan nutrisi buah dan sayur serta minum air 8 gelas
sehari
8) Pemantauan berkala kadar debu di area sekitar untuk mengecek kualitas
udara.

D. EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA


a) Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian pada wanita saat hamil atau pada
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan,
68
yang disebabkan oleh berbagai hal yang berhubungan dengan kehamilan atau
penanganannya, namun bukan berasal dari kecelakaan atau kasus insidentil. Angka
kematian ibu menunjukkan jumlah kematian ibu hamil per 100.000 kelahiran
hidup.Target AKI berdasarkan SDGs adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup.
b) Faktor Risiko Stunting
 BBLR
 Gizi yang diberikan kurang
 Tidak mendapatkan ASI yang cukup
 Penyakit infeksi
 Sanitasi lingkungan yang buruk
c) EBM Terapi
“Evidence-based medicine is the integration of best research evidence with clinical
expertise and patient values” –EBM adalah integrasi bukti-bukti riset terbaik
dengan keterampilan klinis dan nilai-nilai pasien (Sackett et al., 2000).
Berikut ini 5 langkah EBM:
1. Rumuskan masalah klinis pasien
2. Cari bukti di internet (Cochrane,
3. PubMed/ Medline, dll)
4. Lakukan Critical Appraisal (VIA)
5. Terapkan bukti
6. Evaluasi kinerja penerapan bukti

Berikut ini karakteristik terapi yang baik,


1. Memberikan banyak manfaat daripada kerugian (efek samping)
2. Cost effective
3. Memenuhi kaidah etik
Berikut ini 3 macam efek terapi/intervensi medis yang diharapkan,
1. Menurunkan risiko terjadinya hasil yang buruk (bad outcome)
Hasil buruk: merupakan akibat buruk dari penyakit seperti komplikasi,
kecacatan, disfungsi, rekurensi, relaps, atau kematian. Contoh: terapi insulin
intensif menurunkan risiko retinopati diabetic
2. Meningkatkan probabilitas terjadinya hasil yang baik (good outcome) Hasil
baik: kesembuhan, remisi, regresi, perbaikan klinis lainnya, atau perbaikan

69
hasil laboratorium. Contoh: terapi insulin intensif meningkatkan terjadinya
level HbA1c yang optimal
3. Meningkatkan probailitas terjadinya hasil buruk yang tidak diinginkan (harm,
adverse effect): Contoh: terapi insulin intensif meningkatkan risiko
hipoglikemia.

70
VII. Kesimpulan

Terdapat permasalahan paparan debu, Angka Kematian Ibu (AKI), kurangnya


ANC, dan stunting di Puskesmas “Sumber Sehat” sehingga harus dilakukan PTP untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja.

71
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore International


Foundation: Singapore.
BPJS Kesehatan. Sistem Rujukan Berjenjang dan Pola Pembayaran BPJS Kesehatan
Berjenjang. 2015
Kemenkes RI. 2018. Cegah Gangguan Kesehatan akibat Dampak Asap bagi Pekerja. [Diaskes
http://www.depkes.go.id/article/view/15111300004/cegah-gangguankesehatan-akibat-
dampak-asap-bagi-pekerja.html tanggal 4 Mei 2020].
Kementerian Kesehatan RI. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi
Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
Kementerian PPN/Bappenas. 2017. Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas.
Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kedeputian Pembangunan Manusia,
Masyarakat dan Kebudayaan Kementrian PPN/Bappenas.
Kurnia, Rohmat. 2019. Posyandu: Pedoman Pelaksanaan Posyandu, Kesehatan Masyarakat
Desa dan Kelurahan. Bee Media Pustaka, Jakarta, Indonesia, hal 24.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomo 44 tahun 2016 tentangPedoman
Manajemen Puskesmas.
Murti Bhisma Prof. 2011. Pengantar Evidence-Based Medicine. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2014.
Rahadian, Arief. Kematian Ibu dan Upaya-Upaya Penanggulangannya [Internet]. Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). 2018 [cited 5 Mei 2020] available from
https://pkbi.or.id/kematian-ibu-dan-upaya-upaya-penanggulangannya/
Suharyo widagdo. 2009. Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja. Sigma Epsilon ISSN 0853-9103.
Vol.13 No. 3.

72

Anda mungkin juga menyukai