Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 26

Oleh: KELOMPOK G4
Tutor: dr. Syifa, Sp.OG

Safira Ainun Syafri 04011381722172


Farah Azizah Putri 04011381722180
Alvinia Fadhillah 04011381722181
Cahaya Dwi Yulika 04011381722183
Nafrah Ardita 04011381722189
M. Faishal Zamzami 04011381722191
Muhammad Rudi Syahputra 04011381722200
Muhammad Maverick A 04011381722203
Peksi Saphira Miradalita 04011381722213
Aulia Oktavianty Said 04011381722227
Kashaya Ayudina Nurrohma 04011381722232

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Skenario B Blok 26 Tahun 2020” sebagai tugas kompetensi
kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terima kasih
kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Syifa, Sp.OG, SpBS selaku tutor kelompok G4,
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD GAMMA 2017

Semoga Tuhan memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Tuhan.

Palembang, 07 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2


Daftar Isi ................................................................................................................ 3
Kegiatan Diskusi………………………………………………………………… 4
Skenario ................................................................................................................. 5
I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................... 7
II. Identifikasi Masalah .................................................................................... 9
III.Analisis Masalah ......................................................................................... 12
IV.Keterbatasan Ilmu Pengetahuan .................................................................. 45
V.Kerangka Konsep ......................................................................................... 47
VI.Sintesis ........................................................................................................ 48
VII.Kesimpulan ................................................................................................ 77
Daftar Pustaka........................................................................................................ 78

KEGIATAN DISKUSI

Tutor : dr. Syifa, Sp.OG

3
Moderator : M. Maverick A
Sekretaris 1 : Nafrah Ardita
Sekretaris 2 : Alvinia Fadhillah
Presentan : Safira Ainun Syafri
Pelaksanaan : 28 September 2020 (13.00 - 15.00 WIB)
07 Oktober 2020 (13.00 - 15.00 WIB)

Peraturan selama tutorial:


1. Jika bertanya atau mengajukan pendapat harus mengangkat tangan terlebih dahulu,
2. Jika ingin keluar dari ruangan izin dengan moderator terlebih dahulu,
3. Boleh minum,
4. Tidak boleh ada forum dalam forum,
5. Tidak memotong pembicaraan orang lain,
6. Menggunakan hp saat diperlukan.

4
SKENARIO B BLOK 26 Tahun 2020

Yudi, anak laki-laki 2 tahun, BB 12 kg. TB 87 cm dibawa ibunya ke UGD RSMH karena
mengalami kesulitan bernafas. Tiga hari sebelumnya, Yudi menderita panas tidak tinggi
disertai batuk pilek. Batuk terdengar kasar, seperti anjing menyalak

Kesan pertama pada penilaian umum terlihat :


Anak sadar, gerakan aktif, tidak tampak lemas. Menangis terus dengan suara sekali sekali
terdengar parau, gelisah, tapi masih bisa ditenangkan oleh ibunya. Sewaktu anak hendak
diperiksa anak berontak dan langsung menangis memeluk ibunya. Nafas terlihat cepat dengan
peningkatan usaha nafas. Terlihat nafas cuping hidung, terlihat retraksi supra sternal dan
terdengar stridor inspirasi. Bibir dan mukosa tidak sianosis, kulit tidak pucat dan tidak
mottled.

Dokter menetapkan problem anak ini adalah distres nafas sedang dicurigai obstruksi ringan
disaluran nafas atas. dokter jaga melakukan manajemen airway dengan memposisikan jalan
nafas anak agar bernafas lebih nyaman dan memberikan Oksigen Nasal 1 liter/menit

Kemudian dokter melakukan survey primer.


Jalan nafas tidak terlihat lendir maupun benda asing, tonsil T1/T1 dan farinx dalam batas
normal. Laju nafas: 45 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+) Gerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, tampak retraksi supra sternal dan sela iga. Suara nafas Vesikuler. Tidak
terdengar ronkhi. Tidak terdengar wheezing. SpO2 95 %. Bunyi jantung dalam batas normal,
bising jantung tidak terdengar. Nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Laju nadi 135 kali/
menit. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time 2 detik. Tidak ditemukan
kelainan pada survey disability dan survey exposure. Berdasarkan evaluasi PAT dan survey
primer problem utama pada pasien ini adalah ditres nafas sedang yang disebabkan
kemungkinan oleh obstruksi jalan nafas atas yang belum terlihat perbaikan dengan oksigen
nasal 1 liter/menit. Dokter jaga memutuskan memberikan O2 dengan sungkup non
rebreathing 6 liter/menit.

5
I. Klarifikasi istilah

No Istilah Pengertian
.
1. Capillary refill time Tes yang dilakukan cepat pada daerah kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke
jaringan.
2. Retraksi Tindakan menarik kembali atau keadaan tertarik
kembali.
3. Sianosis Diskolorasi kebiruan dari kulit dan membran
mukosa akibat konsentrasi Hb tereduksi berlebihan
di dalam darah
4. SpO2 Pengukuran seberapa banyak hemoglobin yang
terikat dengan oksigen dibandingkan dengan
hemoglobin yang tidak terikat dengan oksigen
5. Stridor inspirasi Bunyi nafas kasar bernada tinggi saat inspirasi
6. Sungkup non- Alat untuk mengalirkan oksigen kecepatan rendah
rebreathing pada pasien yang bisa bernapas spontan, memiliki
komponen reservoir oksigen murni dan katup
pernapasan satu arah yang memungkinkan
pengiriman oksigen konsentrasi tinggi kepada
pasien (FiO2 sekitar 90%)

7. PAT (Pediatric Alat evaluasi cepat yang menetapkan status klinis


Assement Triangle) anak dan kategori penyakitnya untuk mengarahkan
prioritas penanganan awal.
8. Mottled Ditandai oleh bintik atau bercak dengan berbagai
warna atau corak.
9. Survey disability Pemeriksaan neurologis yang terdirid ari alert,
verbal stimuli respon, painful, unresponsive disertai
pemeriksaan kesadaran (GCS)
10. Survey exposure Pemeriksaan inspeksi kepada pasien untuk melihat
adanya tanda trauma perdarahan, luka, dan lainnya.
Selain itu suhu pasien juga biasa diperiksa di survey
exposure.
11. Distres nafas Kondisi dimana system pernafasan tidak mampu
melakukan pertukaran gas secara normal tanpa
bantuan/kesulitan bernafas.
12. Obstruksi ringan saluran Penyumbatan pada saluran pernafasan sehingga

6
nafas mengubah jalur pernafasan melalui mulut.
Termasuk obstruksi parsial yaitu masih bisa
bernafas dan ada suara gurgling

7
II. Identifikasi Masalah

No Fakta Ketidaksesuaia Prioritas


. n
1. Yudi, anak laki-laki 2 tahun, BB 12 kg. TB 87 cm
dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami
Tidak sesuai
kesulitan bernafas. Tiga hari sebelumnya, Yudi VVV
harapan
menderita panas tidak tinggi disertai batuk pilek.
Batuk terdengar kasar, seperti anjing menyalak
2. Kesan pertama pada penilaian umum terlihat :
Anak sadar, gerakan aktif, tidak tampak lemas.
Menangis terus dengan suara sekali sekali
terdengar parau, gelisah, tapi masih bisa
ditenangkan oleh ibunya. Sewaktu anak hendak
Tidak sesuai
diperiksa anak berontak dan langsung menangis VV
harapan
memeluk ibunya. Nafas terlihat cepat dengan
peningkatan usaha nafas. Terlihat Nafas cuping
hidung, terlihat retraksi supra sternal dan terdengar
stridor inspirasi. Bibir dan mukosa tidak sianosis,
kulit tidak pucat dan tidak motled.
3. Dokter menetapkan problem anak ini adalah distres
nafas sedang dicurigai obstruksi ringan disaluran
nafas atas. dokter jaga melakukan manajemen Tidak sesuai
V
airway dengan memposisikan jalan nafas anak agar harapan
bernafas lebih nyaman dan memberikan Oksigen
Nasal 1 liter/menit
4. Kemudian dokter melakukan survey primer. Tidak sesuai VV
Jalan nafas tidak terlihat lendir maupun benda harapan
asing, tonsil T1/T1 dan farinx dalam batas normal.
Laju nafas: 45 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+)
Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
tampak retraksi supra sternal dan sela iga. Suara
nafas Vesikuler. Tidak terdengar ronkhi. Tidak
terdengar wheezing. SpO2 95 %. Bunyi jantung
dalam batas normal, bising jantung tidak terdengar.

8
Nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Laju nadi
135 kali/ menit. Kulit berwarna merah muda,
hangat, capillary refill time 2 detik. Tidak
ditemukan kelainan pada survey Disability dan
survey exposure.
5. Berdasarkan evaluasi PAT dan survey primer
problem utama pada pasien ini adalah ditres nafas
sedang yang disebabkan kemungkinan oleh
obstruksi jalan nafas atas yang belum terlihat VV
perbaikan dengan oksigen nasal 1 l/menit. Dokter
jaga memutuskan memberikan O2 dengan sungkup
non rebreathing 6 liter/menit.

Alasan prioritas : Dikarenakan yudi mengalami kesulitan bernafas dan hal tersebut yang
menyebabkan ibunya membawa yudi ke rumah sakit

III. Analisis Masalah

9
1. Yudi, anak laki-laki 2 tahun, BB 12 kg, TB 87 cm dibawa ibunya ke UGD RSMH
karena mengalami kesulitan bernafas. Tiga hari sebelumnya, Yudi menderita panas
tidak tinggi disertai batuk pilek. Batuk terdengar kasar, seperti anjing menyalak
a. Apa kemungkinan penyebab dari kesulitan bernafas pada kasus? 1,9, 6
b. Bagaimana interpretasi status gizi pada Yudi? 2, 10, 7
c. Bagaimana hubungan status gizi Yudi dengan keluhan? 3, 11, 8
d. Apa saja kriteria gawat nafas pada anak? 4, 1, 9
e. Apa makna dari Yudi menderita panas tidak tinggi disertai batuk pilek tiga hari
sebelumnya? 5, 2, 10
f. Apa saja kemungkinan yang menyebabkan batuk terdengar kasar, seperti anjing
menyalak? 6, 3, 11
g. Bagaimana mekanisme kesulitan bernafas pada kasus? 7, 4, 1
h. Bagaimana mekanisme batuk terdengar kasar, seperti anjing menyalak pada
kasus? 8, 5, 2
i. Bagaimana mekanisme panas tidak tinggi disertai batuk pilek pada kasus? 9, 6, 3
j. Bagaimana hubungan keluhan tiga hari sebelumnya dan keluhan yang dialami
sekarang? 10, 7, 4
k. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus? 11, 8, 5
2. Kesan pertama pada penilaian umum terlihat :
Anak sadar, gerakan aktif, tidak tampak lemas. Menangis terus dengan suara sekali
sekali terdengar parau, gelisah, tapi masih bisa ditenangkan oleh ibunya. Sewaktu
anak hendak diperiksa anak berontak dan langsung menangis memeluk ibunya. Nafas
terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas. Terlihat Nafas cuping hidung, terlihat
retraksi supra sternal dan terdengar stridor inspirasi. Bibir dan mukosa tidak sianosis,
kulit tidak pucat dan tidak motled.
a. Bagaimana interpretasi pada kesan pertama penilaian umum pada kasus? 1, 9, 6
Kesan pertama pada penilaian umum terlihat :

Kasus Normal
Kesadaran Sadar, Gerakan Sadar, Gerakan Normal
aktif, tidak tampak aktif, tidak tampak
lemas lemas
Suara Parau, gelisah tapi Abnormal
masih bisa

10
ditenangkan ibunya
Nafas Work of breathing Work of breathing Abnormal
meningkat normal
Nafas cuping hidung Abnormal
Retraksi suprasternal Tidak ada retraksi Abnormal
Stridor inspirasi Tidak ada stridor Abnormal
Bibir dan mukosa Tidak sianosis Tidak sianosis Normal
Kulit Tidak pucat dan Tidak pucat dan Normal
tidak mottled tidak mottled

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas pada pada kesan pertama penilaian umum


pada kasus? 2, 10, 7
3. Dokter menetapkan problem anak ini adalah distres nafas sedang dicurigai obstruksi
ringan di saluran nafas atas. dokter jaga melakukan manajemen airway dengan
memposisikan jalan nafas anak agar bernafas lebih nyaman dan memberikan Oksigen
Nasal 1 liter/menit
a. Bagaimana manajamen airway yang baik dan benar? 3, 11, 8
b. Apa definisi distress nafas serta kriteria pada anak? 4, 1, 9
c. Apa saja penyebab distress nafas pada anak? 5, 2, 10
d. Apa saja tanda tanda obstruksi nafas pada anak? 6, 3, 11
e. Apa saja penyebab obstruksi nafas pada anak? 7, 4, 1
f. Apa makna dokter memberikan oksigen nasal 1 liter/menit pada kasus? 8, 5, 2

4. Kemudian dokter melakukan survey primer


Jalan nafas tidak terlihat lendir maupun benda asing, tonsil T1/T1 dan farinx dalam
batas normal. Laju nafas: 45 kali/ menit. Nafas cuping hidung (+) Gerakan dinding
dada simetris kiri dan kanan, tampak retraksi supra sternal dan sela iga. Suara nafas
Vesikuler. Tidak terdengar ronkhi. Tidak terdengar wheezing. SpO2 95 %. Bunyi
jantung dalam batas normal, bising jantung tidak terdengar. Nadi brachialis kuat, nadi
radialis kuat. Laju nadi 135 kali/ menit. Kulit berwarna merah muda, hangat,
capillary refill time 2 detik. Tidak ditemukan kelainan pada survey disability dan
survey exposure.
a. Bagaimana interpretasi survey primer pada kasus? 9, 6, 3

11
Kasus Normal Mekanisme
Abnormalitas
Tonsil T1/T1 Normal
Faring Normal Normal
RR 45x/menit 20-24 siklus per
menit
Takipneu
Nafas cuping hidung Abnormal
Gerakan dinding Normal
dada simetris kiri
dan kanan
Vesikuler Normal
Tidak terdapat Normal
wheezing
Tidak terdapat Normal
ronkhi
SpO2 95% 95-100%
Normal
Bunyi jantung Normal Normal
Bising jantung Tidak terdengar Normal
Laju nadi 135x/menit 70 – 110 Takikardi

90-140 Normal

Nadi brachialis Kuat


Nadi radialis Kuat
Kulit Berwarna merah Normal
muda, hangat (Tidak ada sianosis)

CRT 2 detik Normal


Survey disability Tidak ditemukan Normal
kelainan
Survey Exposure Tidak ditemukan Normal
kelainan
Evaluasi PAT Distress nafas sedang Abnormal

b. Bagaimana mekanisme abnormalitas survey primer airway pada kasus? 10, 7, 4


c. Bagaimana mekanisme abnormalitas survey primer breathing pada kasus? 11, 8, 5
d. Bagaimana mekanisme abnormalitas survey primer circulation pada kasus? 1, 9, 6
e. Bagaimana cara pemeriksaan primary survey pada anak? 2, 10, 7

12
5. Berdasarkan evaluasi PAT dan survey primer problem utama pada pasien ini adalah
distres nafas sedang yang disebabkan kemungkinan oleh obstruksi jalan nafas atas
yang belum terlihat perbaikan dengan oksigen nasal 1 liter/menit. Dokter jaga
memutuskan memberikan O2 dengan sungkup non rebreathing 6 liter/menit.
a. Bagaimana cara melakukan evaluasi PAT? 3, 11, 8
b. Apa saja jenis-jenis sungkup yang dapat diberikan pada anak dengan keluhan
dstres nafas? 4, 1, 9
c. Apa indikasi pemberian O2 dengan sungkup non rebreathing? 5, 2, 10
d. Apa makna pemberian O2 dengan sungkup non rebreathing 6 liter/menit? 6, 3, 11
e. Bagaimana cara perhitungan O2 yang harus diberikan pada pasien? 7, 4, 1
f. Bagaimana evaluasi keberhasilan pada manajemen airway? 8, 5, 2

Hipotesis :
Yudi, laki-laki 2 tahun mengalami keluhan distress nafas et causa obstruksi ringan
saluran nafas atas (croup)

1. Bagaimana algoritma penegakkan diagnosis pada kasus? 1, 5


2. Apa diagnosis banding pada kasus? 2, 6
3. Apa diagnosis kerja pada kasus? 3, 7
4. Apa definisi penyakit pada kasus? 4, 8
5. Bagaimana epidemiologi penyakit pada kasus? 5, 9
6. Bagaimana etiologi penyakit pada kasus? 6, 10
7. Bagaimana patofisiologi penyakit pada kasus? 7, 11

Patogenesis dan Patofisiologi


Kelainan utama pada ARDS adalah adanya inflamasi yang disebabkan oleh aktivasi neutrophil, dan
untuk mengerti patogenesisnya perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan akumulasi cairan di interstitial paru dan di distal alveolus
2. Mekanisme yang mengganggu reabsorpsi cairan edema

Berdasarkan karakteristik gambaran histopatologinya, ARDS dibagi menjadi 3 fase seperti tampak
pada gambar 1 yaitu:

1. Fase akut (hari 1-6) = tahap eksudatif


a. Edema interstitial dan alveolar dengan akumulasi neutrofil, makrofag, dan sel darah
merah

13
b. Kerusakan endotel dan epitel alveolus
c. Membran hialin yang menebal di alveoli
2. Fase sub-akut (hari 7-14) = tahap fibroproliferatif
d. Sebagian edema sudah direabsorpsi
e. Proliferasi sel alveolus tipe II sebagai usaha untuk memperbaiki kerusakan
f. Infiltrasi fibroblast dengan deposisi kolagen
3. Fase kronis (setelah hari ke-14) = tahap resolusi
g. Sel mononuclear dan makrofag banyak ditemukan di alveoli
h. Fibrosis dapat terjadi pada fase ini

Proses terjadinya ARDS melibatkan kerusakan pada endotel kapiler paru dan sel epitel
alveolus karena produksi mediator proinflamasi lokal maupun yang terdistribusi melalui arteri
pulmonalis.

Hal ini menyebabkan hilangnya integritas barrier alveolar-kapiler sehingga terjadi transudasi cairan
edema yang kaya protein. (Gambar 2).

1. Kerusakan endotel kapiler paru Kerusakan endotel kapiler paru berperan dalam terjadinya
ARDS. Kerusakan endotel tersebut menyebabkan permeabilitas vaskular meningkat sehingga
terjadi akumulasi cairan yang kaya akan protein. Kerusakan endotel ini dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme. Mekanisme yang utama adalah terjadinya kerusakan paru melalui
keterlibatan netrofil. Pada ARDS (baik akibat infeksi maupun non-infeksi) menyebabkan
neutrofil terakumulasi di mikrovaskuler paru. Neutrofil yang teraktivasi akan berdegranulasi
dan melepaskan beberapa mediator toksik yaitu protease, reactive oxygen species, sitokin
proinflamasi, dan molekul pro-koagulan. Mediator-mediator inflamasi tersebut
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan hilangnya fungsi endotel yang
normal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya akumulasi cairan yang berlebihan di
interstitial dan alveoli. Selain neutrofil dalam patogenesis ARDS, platelet juga mempunyai
peran yang penting. Studi yang ada membuktikan efek sinergisme antara platelet dengan
neutrofil yang menyebabkan kerusakan paru.
2. Kerusakan epitel alveoli Dalam patogenesisnya kerusakan endotel saja tidak cukup
menyebabkan ARDS. Kerusakan sel epitel alveoli juga merupakan faktor yang penting.
Neutrophil berperan dalam meningkatkan permeabilitas paraselular pada ARDS. Dalam
keadaan normal neutrophil dapat melintasi ruang paraselular dan menutup kembali

14
intercellular junction sehingga barrier epitel dan ruang udara di distal alveoli tetap utuh.
Pada kondisi patologis neutrofil dalam jumlah besar dapat merusak epitel alveoli melalui
mediator inflamasi yang dapat merusak intercellular junction dan melalui mekanisme
apoptosis atau nekrosis sel epitel. Sel alveolus tipe I (yang menyusun 90% epitel alveoli)
merupakan jenis sel yang paling mudah rusak. Kerusakan sel tersebut menyebabkan
masuknya cairan ke dalam alveoli dan menurunnya bersihan cairan dari rongga alveoli. Sel
tipe II bersifat tidak mudah rusak dan memiliki fungsi yang penting dalam memproduksi
surfaktan, transport ion, dan lebih lanjut dapat berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
alveoli tipe I. Kerusakan pada kedua sel tersebut menyebabkan penurunan produksi
surfaktan dan penurunan elastisitas paru.
3. Resolusi dari inflamasi dan edema alveoli Pada tahap awal resolusi ARDS ditandai dengan
pembersihan cairan edema dari rongga alveoli, dimana cairan tersebut akan direabsorpsi ke
sistem limfatik paru, mikrosirkulasi paru dan rongga pleura. Pembersihan cairan edema dari
rongga alveoli membutuhkan transport aktif sodium dan klorida yang akan membuat
gradient osmosis sehingga air dapat direabsorpsi. Pada kondisi ARDS, pembuangan cairan
edema dari alveoli terjadi lebih lambat karena epitel alveoli mengalami kerusakan.

Disfungsi selular dan kerusakan yang terjadi pada ARDS berdampak pada:

- Ketidak sesuaian antara ventilasi (V) dan perfusi (Q)  V/Q mismatching disertai dengan shunting

15
- Hipertensi pulmonal

- Penurunan elastisitas paru (stiff lungs) dan hiperinflasi alveoli yang tersisa

- Gangguan proses perbaikan paru yang normal  fibrosis paru pada stadium lanjut

8. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit pada kasus? 8, 1


9. Bagaimana pemeriksaan fisik dari penyakit pada kasus? 9, 2
10. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit pada kasus? 10, 3
11. Bagaimana tatalaksana dari penyakit pada kasus? 11, 4
12. Bagaimana komplikasi dari penyakit pada kasus? 1, 5
13. Bagaimana prognosis dari penyakit pada kasus? 2, 6
14. Bagaimana komunikasi, informasi, dan edukasi pada kasus? 3, 7
15. Bagaimana SKDI penyakit pada kasus? 4, 8

IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

No Learning What I Know What I Don’t What I Have to How I


Issues Know Prove Learn

1. Anatomi dan - -
fisiologi
saluran nafas
2, 4, 6, 8, 10

2. Distres nafas Algoritme - -


(SEMUA) penegakan
diagnosis, definisi,
Jurnal,
epidemiologi,
textbook,
etiologi, faktor
internet
risiko, klasifikasi,
patofisiologi,
patologi, diagnosis,
pemeriksaan fisik,
pemeriksaan

16
penunjang,
tatalaksana,
komplikasi,
prognosis, SKDI
3. Obstruksi Algoritme - -
ringan saluran penegakan
nafas atas diagnosis, definisi,
(croup) epidemiologi,
1, 3, 5, 7, 9, 11 etiologi, faktor
risiko, klasifikasi,
patofisiologi,
patologi, diagnosis,
pemeriksaan fisik,
pemeriksaan
penunjang,
tatalaksana,
komplikasi,
prognosis, SKDI

17
V. Kerangka Konsep

18
VI. Sintesis

VII.Kesimpulan

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai