SKENARIO B
Kelompok 5
Dosen Pembimbing: dr. Putri Zalika, M.Pd.Ked
Muhammad Rizko Junior K 702020050
Nabila Risky Ramadhanti 702022009
Alanna Syira Alandia 702022025
Fakhri Rizqulloh 702022032
Erlangga Yoga Pratama Wijaya 702022038
Rifa Aulianisa Syafitri 702022054
Assayyidah Aisyah Madina Darul 2 702022074
Muhammad Faiz Ridha 702022089
Fasya Aulia Azzahra 702022094
Nabila Hartina 702022112
Aryaditha Insani Bintari 702022121
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-
Nya juga kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Kasus Blok VII Skenario B
Sholawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Putri Zalika, M.Pd.Ked atas
bimbingan beliau dan bantuan teman-teman kelompok 5 akhirnya kami dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial Kasus Blok VII Skenario B ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan laporan ini, apabila tanpa bantuan dan kerjasama yang
baik maka laporan ini tidak dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Kami menyadari Laporan Tutorial Kasus Blok VII Skenario B ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga kita semua selalu
dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.
Akhir kata, semoga laporan ini berguna dan bermanfaat sebagai bahan
pembelajaran untuk orang yang membacanya.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
2.7 Kesimpulan................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Sistem Pertahan Tubuh Dan Infeksi adalah blok ke- VII pada
semester II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Dalam proses
pembelajaran ini diterapkan strategi pembelajaran berupa Problem Based
Learning (PBL). Artinya mahasiswa melakukan proses pembelajaran
menggunakan kasus atau skenario masalah sebagai media pembelajarannya.
Penerapan dalam metode Problem Based Learning (PBL) ini
diimplementasikan dalam proses pembelajaran tutorial. Dalam kegiatan
tutorial ini, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok akan dibimbing oleh seorang dosen/tutor sebagai fasilitator untuk
memecahkan kasus yang diberikan.
Pada kesempatan ini dilaksanakan pembelajaran tutorial dengan kasus
scenario B yang berjudul “Sakit Setelah Berkemah” yang memaparkan tentang
Tn. U berusia 42 Tahun, alamat Palembang, datang ke rumah sakit karena
demam hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu. Di pagi hari, pasien merasa
sehat dan suhu tubuh normal, di sore hari timbul demam. Sebelum demam,
pasien mengalami menggigil, setelah demam diikuti berkeringat banyak dan
suhu tubuh Kembali normal. Keluhan lainnya terdapat sakit kepala, mual, dan
lemas. Empat minggu yang lalu, Tn. U menjalani perkemahan tim SAR di desa
X, kabupaten Lahat, Sumsel. Tiga minggu yanglalu, Tn. U mengalami sakit
yang sama seperti ini, berobat ke poliklinik dan diberi obat klorokuin, kemudia
ada perbaikan. Tn. U menunjukan hasil pemeriksaan rapid diagnosis test
(RDT) saat berobat ke poli klinik tersebut, yaitu;
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang , kesadaran compos mentis, BB: 70 kg .
1
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, nadi100x/menit (isi dan tegangan cukup), RR
: 20x/menit, T axilla; 39℃.
Kepala : konjungtiva palpebra tampak pucat,sklera tidak ikterik.Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks : pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen : hepatomegaly ringan. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Ekstremitas : Tidak ada ruam kulit.
Pemeriksaan laboratorium
Darah Rutin : Hb8,9gr%, leukosit 7.800/mm3, trombosit 196,000/mm3
Urinalisi dan feses rutin normal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang , kesadaran compos mentis, BB: 70
kg .
Tanda Vital : TD 120/80 mmHg, nadi100x/menit (isi dan tegangan cukup),
RR : 20x/menit, T axilla; 39 derajat .
Kepala : konjungtiva palpebra tampak pucat,sklera tidak ikterik.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks : pemeriksaan jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen : hepatomegaly ringan. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Ekstremitas : Tidak ada ruam kulit.
Pemeriksaan laboratorium
Darah Rutin : Hb8,9gr%, leukosit 7.800/mm3, trombosit 196,000/mm3
Urinalisi dan feses rutin normal.
4
belakang bola mata bersambungan dengan kornea
dan selubungan luar saraf optic (Dorland, 30)
5
Urinalisi dan feses rutin normal.
Alasan: karena jika tidak tatalaksana dgn cepat dan sigap dapat
menimbulkan komplikasi pada pasien.
Jawab:
9
g. Apa hubungan keluhan utama dengan keluhan tambahan pada
kasus?
Jawab:
10
diberi obat klorokuin, kemudia ada perbaikan. Tn. U menunjukan
hasil pemeriksaan rapid diagnosis test (RDT).
a. Apa hubungan riwayat berkemah empat minggu lalu di kabupaten
Lahat, Sumsel dengan penyakit pada kasus?
Jawab:
Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat 34.052 kasus malaria yang
tersebar di 15 kabupaten dan kota, dengan jumlah kasus terbanyak
di tiga daerah endemis, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ulu
dengan Angka Annual Malaria Incidence (AMI) sebesar 27,07,
Kabupaten Lahat dengan AMI sebesar 22,08, dan Kabupaten Muara
Enim dengan AMI sebesar 17,53. Di Kabupaten Lahat, malaria
termasuk dalam sepuluh kasus terbanyak beberapa tahun berturut-
turut, dengan prevalensi pada tahun 2010 adalah sekitar 16,4%.
Berdasarkan data triwulan tahun 2011, dari 30 Puskesmas yang
terdapat di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat, empat
Puskesmas meliputi Bandar Jaya, Selawi, Pagar Agung, dan Pseksu
adalah Puskesmas yang rata-rata mempunyai jumlah penderita
malaria klinis terbanyak.
Dari data di atas bisa diambil kesimpulan jika lokasi kemah yang
dilakukan oleh Tn. U merupakan wilayah endemis malaria yang
menjadikan ini termasuk dari penyebab mengapa Tn. U bisa
mengalami malaria.
d. Apa hubungan ”Tiga minggu yang lalu, Tn. U mengalami sakit yang
12
sama seperti ini” terkait penyakit pada kasus?
Jawab:
13
timbul lagi. (Ganiswara, S.G, 1995)
Jawab:
Klorokuin bekerja dengan menghambat pertumbuhan parasit plasmodium
penyebab malaria di dalam sel darah merah. Dengan begitu, kerusakan sel
darah merah bisa dicegah. Untuk meningkatkan efektivitasnya, obat ini
dapat dikombinasikan dengan obat antimalaria lain.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Jawab:
Kuinin/Kina
16
bekerja sebagai skizontosida darah dan gametositosida terhadap P. vivax
dan P. malariae. Karena kina merupakan suatu basa lemah, konsen trasinya
tinggi di vakuola makanan pada P. falciparum. Obat ini bekerja dengan
menghambat hemapolimerase, sehingga mengakibatkan penumpukan zat
sitotoksik yaitu heme. Kuinin mudah diabsorbsi pada pemberian secara
oral atau intra muskular. Kadar puncak dalam plasma dicapai 1-3 jam
setelah pemberian oral dan waktu paruh sekitar 11 jam. Dosis
pemeliharaan harus diturunkan bila pengobatan lebih dari 48 jam. Obat ini
dimetabolisme di hati dan hanya 10% diekskresi secara utuh di urin. Tidak
dijumpai penumpukan efek toksik pada pemberian yang lama.
Primakuin
Sulfadoksin-pirimetamin
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
Malaria ini umunya disertai gejala dan tanda klinis yang ringan,
terutama sakit kepala, demam, menggigil, dan mual serta tanpa
kelainan fungsi organ. Kadang-kadang dapat disertai sedikit penurunan
trombosit dan sedikit peningkatan bilirubin serum
2) Klasifikasi plasmodium
19
k. Bagaimana proses perjalanan penyakit pada kasus?
Jawab:
20
Pertama jari tengah disetrilkan terlebih dahulu menggunakan kertas
beralkohol, kemudian dengan menggunakan autoklik yang berisi lancet
ditusukkan pada jari tengah. Darah yang pertama keluar diapus dan
darah berikutnya diambil menggunakan pipet kapiler sampai tanda
batas, kemudian diteteskan pada RDT dan teteskan pula buffer. dicatat
waktu dan kode responden pada RDT, tunggu hingga 20 menit (Santi
& Faudzy, 2013).
1) Hasil positif palsu dan negatif palsu pada beberapa studi kasus. Hasil
22
positif palsu terjadi karena reaksi silang dengan faktor rheumatoid di
darah. Hasil negatif palsu yang jarang disebabkan oleh delesi atau
mutasi gen hrp-2.
3. Pemeriksaan Fisik :
23
Hasil pemeriksaan Keadaan normal interpretasi
febris
24
4. Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin : Hb8,9gr%, leukosit 7.800/mm3, trombosit 196,000/mm3
Urinalisi dan feses rutin normal.
a. bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
25
b. bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium pada
kasus?
Jawab:
1. Malaria
2. Demam dangue
3. Demam Tifoid.
dilakukanmelalui:
2. Tes antigen
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dan
P.falciparum dan antigen terdapat LDH (Laktate Dehydrogenase)
yangterdapat pada plasmodium lainnya. Tes ini sekarang dikenal sebagai
tescepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Jawab:
Jawab:
28
Artemeter + Lumefantrine
Artesunate + Mefloquine
Artesunate + Amodiaqine
Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine
Dihidroatemisinin + piperkuine
29
12. Apa komplikasi pada kasus?
Jawab:
1) Anemia berat
2) Hipoglikemia
3) Syok
14. Apa saja nilai-nilai islam yang terkandung dalam skenario kasus
tersebut?
• QS. . Ar-Rad (11)
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Maknanya:
Allah tidak akan mengubah keadaan hambanya tanpa adanya usaha dari hambanya,
Tn. U telah melakukan usaha dalam melawan penyakitnya yang mana telah
membantu dalam penanganan penyakit yang di derita saat ini.
30
• “Janganlah Engkau mencela demam. Karena demam itu bisa menghilangkan
kesalahan-kesalahan (dosa) manusia, sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai
besi) bisa menghilangkan karat besi.” (HR Muslim)
Maknanya:
Demam dapat menguraikan dosa yang mana tidak sepatutnya dicela ataupun tidak
disyukuri, namun sebaliknya harus dihadapin dengan tabah agar mendapatkan
manfaat seperti meningkatkan kekebalan tubuh ataupun yang lainnya.
2.7 Kesimpulan
Tn. U berusia 42 Tahun. Datang dengan keluhan demam hilang timbul
disertai sakit kepala, mual, dan lemas karena mengalami malaria
Falciparum.
31
2.8 Kerangka Konsep
32
DAFTAR PUSTAKA
Daysema, S. D., Warouw, S. M., & Rompis, J. (2016). Gambaran prevalensi malaria
pada anak SD YAPIS 2 di Desa Maro Kecamatan Merauke Kabupaten Merauke
Papua. e-CliniC, 4(1).
Kombolangi, Reira Surira. 2015. Manajemen Terapi Malaria Falciparum yang Resisten
Terhadap Klorokuin. Jurnal MAJORITY Volume 4 Nomor 6 2015
McCarty. L. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Nelwan, R. H.H. 2017. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6.
33
Jakarta: Interna Publishing, 2767-2768.
Oakley, M.S., Gerald, N., McCutchan, T.F., Aravind, L. dan Kumar, S., 2011. Clinical
and molecular aspects of malaria fever. Trends in parasitology, 27(10), pp.442-
449
Santi & Faudzy. 2013. Gambaran Penggunaan Rapid Diagnostic Test Parasit Malaria
di Desa Pasirmukti Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Aspirator. Vol,
5. No, 2. Hh, 55-60
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing, 2767-2768.
Sherwood, L., 2016. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 9 ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG.
Silnernagl, Florian. 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Sudoyo. W.A., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Ed 5. Interna
Publishing.
34
35