SKENARIO B
BLOK 17
Disusun oleh:
KELOMPOK 7
Tutor: dr. Eka Febri Zulissetiana, M.Biomed.
Melros Trinita Tampubolon (04011181621023)
Dwi Putri Tania (04011181621024)
Furqan Indah (04011181621043)
Fatya Annisa Lutfiah (04011181621062)
Ningrum Jayanti (04011181621072)
Wiena Nadella Praja (04011181621079)
M. Khoirudin (04011281621139)
Rahmi isman (04011281621140)
Syakina (04011281621142)
Jesslyn Harapan (04011281621151)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya laporan tutorial
skenario B Blok 17 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa tim mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan tutorial B ini.
Tim menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, tim
mohon maaf apabila terdapat maksud atau penulisan kata yang salah ataupun yang kurang
berkenan dalam laporan ini. Maka dari itu, pendapat, kritik, dan saran akan sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan ini.
Tim penyusun,
Kelompok 7
1
DAFTAR ISI
2
KEGIATAN TUTORIAL
Moderator : M. Khoirudin
Sekretaris 2 : Syakina
Prosedur tutorial:
1. Tutorial tahap 1
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin do’a sebelum tutorial.
d. Moderator menyebutkan peraturan selama tutorial.
e. Moderator membacakan skenario.
f. Anggota mengklarifikasi istilah dalam skenario.
g. Anggota menentukan fakta dan masalah dalam skenario, lalu menentukan prioritas
masalahnya disertai dengan alasan yang logis.
h. Anggota saling mengajukan pertanyaan di analisis masalah.
i. Anggota mendiskusikan mengenai kaitan antar masalah.
j. Anggota menentukan Learning issue dan moderator membagi LI ke masing-masing
anggota kelompok.
k. Tutorial ditutup oleh moderator.
3
2. Belajar mandiri
3. Tutorial tahap 2
a. Semua anggota kelompok masuk ruang tutorial dan duduk di kursi yang telah
disediakan.
b. Sekretaris papan menyalakan layar LCD dan mempersiapkan laptop untuk mengetik
ide selama tutorial.
c. Moderator memimpin doa sebelum tutorial.
d. Moderator mempersilakan kepada masing-masing anggota untuk memaparkan hasil
belajarnya. Moderator mengatur diskusi yang meliputi mempersilakan anggota lain
menambahkan ide dan sesi tanya-jawab.
e. Anggota merancang kerangka konsep bersama-sama dan membuat resume dari
kerangka konsep.
f. Anggota menjawab pertanyaan yang ada di analisis masalah.
g. Anggota menarik kesimpulan dari LI dan skenario yang ada.
h. Tutorial ditutup oleh moderator.
4. Penyusunan laporan pleno.
4
HASIL TUTORIAL DAN BELAJAR MANDIRI
Skenario A Blok 19
Ny. Y umur 66 Tahun dibawa anak dan suaminya ke dokter karena semakin sering lupa
meletakan benda bahkan ketinggalan belanjaan di pasar. Dia sering tidak mengenali orang-
orang terdekatnya. Seringjkali dia tersesat bila mau pulang ke rumah. Penderita juga sering
lupa waktu makan dan mandi. Menurut anak dan suaminya, makanan yang beliau masak
sekarang terasa tidak enak padahal sebelumnya Ny Y sangat pandai memasak. Kejadian ini
sudah berlangsung selama 6 bulan. Sejak 8 bulan yang lalu penderita sudah sukar berjalann
karena kelemahan tubuh sebelah kanan. Sebelum stroke, sejak 1 tahun yang lalu memang Ny
Y kadang-kadang sudah mulai lupa meletakkan barang-barangnya. Riwayat hipertensi ada
sejak 10 tahun dan riwayat DM ada sejak 5 tahun tetapi tidak rutin minum obat.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda vital:
GCS 15, TD 170/100, nadi 80x/menit regular, RR 20x/menit,
Suhu : 3,27oC
Status neurologis : gerakan ekstrimitas kanan menurun, kekuatan ekstrimitas
kanan 4 refleks fisiologis kanan meningkat, reflex patologis (+)
sebelah kanan.
Pemeriksaan laboratorium : GDS 260mg/dl, kolesterol total 230 mg%, TG 190 mg% LDL
210 mg%
Pemeriksaan penunjang : CT scan kepala infark lacunar di lobus temporalis kiri
Pemeriksaan kognitif : MMSE 17/30
5
I. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Definisi
Serangan berat yang mendadak dengan infrak di daerah
6
II. Identifikasi Masalah
No. Masalah Konsen
Ny. Y umur 66 Tahun dibawa anak dan suaminya ke
dokter karena semakin sering lupa meletakan benda
bahkan ketinggalan belanjaan di pasar. Dia sering
tidak mengenali orang-orang terdekatnya. Seringkali
dia tersesat bila mau pulang ke rumah. Penderita juga
1. sering lupa waktu makan dan mandi. Menurut anak Keluhan utama dan identitas
dan suaminya, makanan yang beliau masak sekarang
terasa tidak enak padahal sebelumnya Ny Y sangat
pandai memasak. Kejadian ini sudah berlangsung
selama 6 bulan.
Pemeriksaan fisik:
GCS 15, TD 170/100, nadi 80x/menit regular, RR
20x/menit,
Suhu : 3,27oC
4. Status neurologis : gerakan ekstrimitas kanan Pemeriksaan Fisik
menurun, kekuatan ekstrimitas kanan 4 refleks
fisiologis kanan meningkat, reflex patologis (+)
sebelah kanan.
7
Pemeriksaan laboratorium : GDS 260mg/dl,
kolesterol total 230 mg%, TG 190 mg% LDL 210 mg%
5. Pemeriksaan penunjang : CT scan kepala infark Pemeriksaan penunjang
lacunar di lobus temporalis kiri
Pemeriksaan kognitif : MMSE 17/30
8
Pada penyakit demensia seperti Alzheimer atau demensia vaskular, kerusakan
dan penyusutan jaringan otak (atrofi) mempengaruhi hubungan antara sel-sel otak, yang
membuat lebih sulit bagi orang untuk menyimpan kejadian.
d. Apa organ yang terganggu dalam kasus?
Berdasarkan CT scan kepala, terdapat infark lakunar di lobus temporalis kiri,
jadi organ yang terganggu adalah hemisfer otak lobus temporalis sinistra. Lobus
temporalis di perdarahi oleh 2 arteri yaitu a.cerebri media dan a.cerebri posterior.
Kemungkinan yang mengalami oklusi adalah a.cerebri posterior yang hampir
memperdarahi seluruh lobus temporalis.
e. Apa faktor risiko yang dapat menyebabkan lupa pada
kasus?
Usia dewasa tua, riwayat stroke, hipertensi, dan diabetes. Faktor lainnya yang
dapat menyebabkan lupa adalah sebagai berikut:
- Obat-obatan, seperti: anti-depresan, anti-histamin, anti-ansietas, obat tidur, dan lain-lain
- Alkohol, merokok (tembakau), atau narkotika
- Kurangnya kuantitas dan/atau kualitas tidur
- Depresi, ansietas, dan stress
- Defisiensi nutrisi, khususnya vitamin B1 dan B12 yang dapat berdampak pada fungsi
memori
- Trauma kepala, umumnya fungsi memori dapat kembali normal
- Stroke
- Demensia, dapat disebabkan oleh: penyakit Alzheimer, penyakit pembuluh darah, dan
lain-lain
Lain-lain, seperti: hipertiroidisme dan infeksi (HIV, tuberkulosis, sifilis) pada
otak.
9
g. Apa saja klasifikasi gangguan memori? Jelaskan.
10
c. Apa perbedaan lupa sebelum stroke dan setelah stroke?
Sebelum stroke : atherosclerosis ringan dan hiperglikemia (belum menyebabkan
infark serebri) MCI hanya berupa gangguan memori seperti lupa menaruh barang.
Penyeb
Setelah stroke : Stroke terjadinya gangguan fungsi kognisi (lupa jalan
pulang, lupa waktu makan dan mandi) dan defisit neurologi.
4. Pemeriksaan fisik
GCS 15, TD 170/100, nadi 80x/menit regular, RR 20x/menit,
Suhu : 3,27oC
Status neurologis : gerakan ekstrimitas kanan
menurun, kekuatan ekstrimitas kanan 4 refleks
11
fisiologis kanan meningkat, reflex patologis (+)
sebelah kanan.
Pemeriksaan laboratorium : GDS 260mg/dl, kolesterol total
230 mg%, TG 190 mg% LDL 210
mg%
Pemeriksaan penunjang : CT scan kepala infark lacunar di lobus
temporalis kiri
Pemeriksaan kognitif : MMSE 17/30
Mekanisme hipertensi :
Faktor usia + riwayat DM Hiperglikemia dan dyslipidemia Terjadinnya aterosklerosis
terbentuk plak penurunan elastisitas dinding pembuluh darah karena usia tahanan
vascular meningkat hipertensi.
b. Apa interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan
pemeriksaan neurologis?
12
No Status neurologis Mekanisme
1. Gerakan ekstremitas kanan Hiperkolesterol, riwayat hipertensi, diabetes
menurun mellitus tidak terkontrol atherosclerosis
2. Kekuatan ekstremitas kanan 4 plak rupture thrombus/emboli (?)
3. Reflex fisiologis kanan stroke oklusi pada cerebrovaskular
meningkat hipoperfusi cerebrovascular
4. Reflex patologis (+) sebelah iskemia/infark (?) vasospasme pembuluh
kanan darah otak & metabolism otak anaerob
↓sintesis ATP kegagalan autoregulasi
ketidakseimbangan pH, elektrolit, gradient
cairan edema jaringan otak kematian
sel otak (hemisfer kiri dengan region
spesifik yang atur motorik ekstremitas
bagian dekstra) hemiparesis ekstremitas
dekstra
Mekanisme hipertensi :
13
Faktor usia + riwayat DM Hiperglikemia dan dyslipidemia Terjadinnya aterosklerosis
terbentuk plak penurunan elastisitas dinding pembuluh darah karena usia tahanan
vascular meningkat hipertensi.
d. Apa interpretasi dan mekanisme hasil pemeriksaan
penunjang?
Mekanisme abnormalitas:
Penurunan fungsi kognitif disebabkan oleh demensia vaskular yang terjadi pada
Ny. Y sebagai akibat dari stroke, riwayat hipertensi dan DM serta usianya yang
merupakan faktor risiko dari demensia itu sendiri. Infark lakunar pada lobus temporalis
Ny. Y mengindikasikan adanya nekrosis pada sel sel otak Ny. Y karena kematian sel
inilah menyebabkan penurunan fungsi kognitifnya.
14
Kita berada dimana ? Negara, provinsi, kota, jalan, alamat rumah? = nilai 5 jika
jawaban benar semua, jika salah dikurangi dengan yang benar, contoh 4 benar 1 salah.
2. Registrasi
Sebutkan 3 buah nama benda, contoh apel, meja, kursi. Tiap benda harus
dijawab satu detik, pasien disuruh mengulangi nama benda tadi.
Nilai 1 untuk nama tiap benda yang benar, ulangi sampai pasien dapat
menyebutkan dengan benar dan catat pengulangan.
5. Bahasa
Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjuk, contoh: pensil, buku =
nilai 2 jika jawaban benar.
Pasien disuruh kata-kata.
Contoh: namun..... tanpa.... bila..... ( bila hujan aku sedia payung), ganti kata
bila dengan namun atau tanpa = nilai 1 jika jawaban benar.
Pasien disuruh melakukan perintah, contoh: angkat tangan kiri bapak, jika yang
diangkat tangan kanan maka jawaban salah. Nilai = 1 jika jawaban benar.
Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah, contoh: tulis di kertas "tutup
mata", kemudian pasien melihat tulisan dan melakukan perintah dari secarik kertas,
nilai = 1 jika jawaban benar.
15
Pasien disuruh menulis spontan, contoh: tulis nama anda dengan cepat, nilai= 1
jika pasien bisa menulis spontan.
Pasien disuruh menggambar, contoh: tanda tangani kertas ini, nilai =1 jika
tandatangan sama atau hampir mirip dengan tanda tangan yang dulu. Boleh juga
menggambar objek, seperti segilima, segitiga, lingkaran, dll
Total Skor:
Total skor pada MMSE jika semua jawaban benar adalah 30.
Berdasarkan skor pada MMSE, status demensia pasien dapat digolongkan
menjadi:
- Normal : skor 25-30
- Demensia ringan : skor 20-24
- Demensia sedang : skor 13-19
- Demensia berat : skor 0-12
Sehingga, demensia dapat ditunjukkan dengan skor MMSE 0-24 (Alzheimer’s
Association, 2007).
16
g. Apa indikasi dilakukan pemeriksaan MMSE?
Apabila terjadi gangguan fungsi kognitif yang butuh pemeriksaan lanjutan.
Defisit local untuk demensia vascular.
17
V. Sintesis
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI FUNGSI LUHUR
Fungsi Luhur adalah suatu fungsi pada manusia yang mengolah dan mengintegrasikan
persepsi secara adekuat.
Fungsi kortikal luhur adalah sifat khas manusia yang meliputi kebudayaan, bahasa,
memori dan pengertian. Fungsi ini merupakan hasil pengolahan fungsi kortikal, tiap bagian
korteks berintegrasi baik antar lobus dalam satu hemisfer maupun antar hemisfer.
Fungsi ini terdiri atas kognisi, memori, Bahasa, emosi, visuospasial.
Fungsi luhur kognisi
Proses berpikir hingga tindakan. Proses mental untuk memperoleh pemahaman
terhadap sesuatu. Rangkaiannya ialah: Sensasi, persepsi, asosiasi, pikiran, perhatian,
pertimbangan, memori.
18
Terddapat 3 daerah untuk fungsi bahasa yaitu 2 daerah reseptif (Wernick area) dan girus
angularis; dan 1 daerah ekspresif yaitu area Broca. Funsi luhur bahasa terdiri dari dua jenis:
i. VerbalHemisfer dominan.
ii. Non-verbal hemisfer non-diminan
Ekspresi emosi untuk memperjelas bahasa verbal (intonasi, gerakan mata, kepala,
dan badan; isyarat).
Fungsi luhur emosi
Perasaan yang kompleks sehingga dapat mendorong muculnya respon atau perilaku
tertentu. Berada di bawah kontrol sistem saraf otonom. Emosi dasar yaitu senang, marah,
takut, kasih sayang. Bagian otak yang berkaitan dengan fungsi luhur emosi adalah system
limbik.
Otak merupakan organ untuk berfikir yang dapat terganggu oleh berbagai sebab seperti
stroke. Bagian tertentu otak mernpunyai fungsi khusus, fungsi luhur dalam keadaan normal
merupakan fungsi integritas tertinggi otak yang dapat dinilai.
B. Demensia
1. Definisi
Demensia didefinisikan sebagai gangguan progresif fungsi kognitif yang terjadi
dalam kesadaran yang jelas (yaitu, dengan tidak adanya delirium). Demensia terdiri dari
berbagai gejala yang menunjukkan disfungsi kronis dan luas. Gangguan global
intelektualitas adalah fitur penting, yang dimanifestasikan sebagai kesulitan dengan
ingatan, perhatian, pemikiran, dan pemahaman. Fungsi mental lainnya sering dapat
terpengaruh, termasuk suasana hati, kepribadian, penilaian, dan perilaku sosial. (Kaplan
and Saddock).
Menurut WHO, demensia adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena
adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi
luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai
20
dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi. Demensia bukan merupakan
satu penyakit yang spesifik.
Menurut PPDGJ – III, Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit /
gangguan otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan
fungsi luhur kortikal yang multiple ( multiple higher cortical function ), termasuk di
dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap ( comprehension ), berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai ( judgement ). Umumnya disertai dan
ada kalanya diawali dengan kemrosotan ( deterioration ) dalam pengendalian emosi,
perilaku sosial, atau motivasi hidup.
2. Etiologi
Penyebab paling umum dari demensia pada individu yang lebih tua dari 65
tahun adalah (1) penyakit Alzheimer; (2) demensia vaskular dan, (3) demensia vaskular
dan Alzheimer. Penyakit lain yang mencapai sekitar 10 persen termasuk demensia
tubuh Lewy; Penyakit Pick; demensia frontotemporal; hidrosefalus tekanan normal
(NPH); demensia alkohol; demensia menular, seperti human immunodeficiency virus
(HIV) atau sifilis; dan penyakit Parkinson.
Banyak jenis demensia yang dievaluasi dalam pengaturan klinis dapat dikaitkan
dengan penyebab yang dapat balik, seperti kelainan metabolik (misalnya,
hipotiroidisme), defisiensi nutrisi (misalnya, defisiensi vitamin B12 atau folat), atau
sindrom demensia yang disebabkan oleh depresi.
Tabel berikut memaparkan etiologi demensia lainnya:
21
Tabel etiologi demensia. Sumber tabel: http://www.jgmh.org/article.asp?issn=2348-
9995;year=2016;volume=3;issue=2;spage=100;epage=107;aulast=Grover
3. Epidemiologi
Demensia bergantung pada usia. Demensia dapat terjadi secara awal jika
onsetnya terjadi pada usia <65 tahun atau terlambat pada usia >65 tahun. Mayoritas
kasus demensia (97%) terjadi pada onset terlambat. Sindroma klinis demensia,
dicirikan dengan penurunan kognitif yang progresif, dapat terjadi akibat berbagai
proses patofisiologi.
Populasi demensia pada orang yang tinggal di negara berpendapatan tinggi
adalah 37%, sedangkan pada negara dengan pendapatan sedang dan rendah sekitar
63%. Pria lebih sering menderita demensia.Usia 60-79 tahun pria: wanita adalah 13,6%:
12% dan menurun pada usia 80-89 tahun menjadi 4,8% dan 7%. Usia 60-69 tahun:
14,8% dan usia lebih dari 80 tahun: 52,3%,tetapi 36,4% menderita demensia Alzheimer
dan sekuele stroke.
Grafik dan tabel insiden demensia tiap tahun berdasarkan usia. Sumber grafik dan tabel:
http://www.who.int/mental_health/neurology/dementia/dementia_thematicbrief_epidemiology.pd
f
22
4. Klasifikasi
Terdapat 4 subtipe demensia, yaitu sebagai berikut:
1. Penyakit Alzheimer’s
• Onsetnya terjadi secara tiba-tiba dan penurunan fungsi kognitif terjadi
secara progresif lambat
• Gangguan memori jangka pendek (short-term memory impairment)
pada tahap awal; defisit 3 sampai dengan 5 kata pengulangan; gangguan
fungsi eksekutif pada tahap lanjut
2. Demensia vaskular
• Onset terjadi secara tiba-tiba atau gradual
• Biasanya berkorelasi dengan penyakit serebrovaskular (infark lacunar,
stroke) dan komorbiditas atherosclerosis (diabetes, hipertensi, penyakit
jantung coroner)
• Gangguan memori ringan (mild) pada tahap awal
• Kemungkinan gangguan cara berjalan (gait) dan jatuh (tergantung luas
stroke yang terjadi)
Demensia vascular terdiri dari 3 subtipe, yaitu:
i. Demensia vascular paska stroke, biasanya mempunyai korelasi waktu
yang jelas antara stroke dan terjadinya demensia. Mencakup demensua
infark strategis, demensia muti-infark, dan stroke hemoragik.
ii. Demensia subkortikal, meliputi infark lacunar dan penyakit Biswanger
dengan kejadian Transient Ischemich Attack (TIA) atau stroke yang
tidak terdeteksi.
iii. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler
dalam kombinasi dengan demensia Alzheimer’s.
23
5. Faktor risiko
Faktor genetic
Hipertensi
Diabetes
Penyakit serebrovaskular
Merokok
6. Patogenesis dan patofisiologi
1. Penyakit Alzheimer’s
Alzheimer’s merupakan penyakit neurodegeneratif yang paling sering
menyebabkan demensia, sebanyak 60 – 80% kasus. Penyebab alzheimer’s dipercaya
akibat akumulasi plak beta-amyloid dan neurofibrilar yang berkelut, pertama pada
korteks entorhinal dan hippocampus, yang menginduksi jejas neuronal dan kemudian
kematian neuronal. Akibatnya terjadi penurunan neurotransmitter kolinergik sehingga
timbul kehilangan memori dan kognisi. Neurofibrillary tangles (kelutan neurofilbilar)
tersusun dari elemen sitoskeletal, terutama protein tau terfosforilasi,
Abnormalitas neurotransmitter termasuk penurunan choline acetyltransferase
(terlibat dalam pembentukan acetylcholine) dan penurunan jumlah neuron cholinergic.
Saat hal tersebut meluas ke bagian lain pada otak, secara progresif neuron pada area
yang terkena akan mati, hal ini memperburuk gejala Alzheimer’s.
Faktor genetic berkontribusi terhadap perkembangan penyakit Alzheimer’s.
Penyakit Alzheimer’s onset awal (didiagnosis pada individu usia 30 – 60 tahun)
berhubungan dengan mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Salah satu
faktor genetic penyakit Alzheimer’s onset lambat adalah apolipoprotein E.
24
pada korteks yang tampak dalam bentuk plak. Sumber gambar:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4488926/
2. Demensia vaskuler
Merupakan demensia paling banyak kedua setelah demensia penyakit
Alzhimer’s. Demensia vascular merupakan sindroma klinis heterogen yang terdiri dari
demensia, yang disebabkan oleh kerusakan otak akibat iskemik, hemoragik, anoksia,
atau hipoksia. Pasien demensia vaskuler memiliki kondisi komorbid seperti diabetes,
hipertensi, dan hyperlipidemia. Pasien biasanya megalami penyakit serebrovaskuler
atau stroke biasanya dalam 3 bulan terakhir.
Demensia vascular terjadi akibat deprivasi oksigen neuronal karena penurunan
atau sumbatan aliran darah ke otak. Selain itu, hipertensi dapat menyebabkan lesi pada
substansia alba. Akumulasi lesi pada substansia alba dapat menyebabkan penurunan
kognitif karena memutus koneksi jalur kortiko-subkortikal (cortico-subcotical
pathways). Lesi substansia alba juga berhubungan dengan gangguan cara berjalan dan
risiko sering jatuh.
Penyakit serebrovaskular fokal terjadi sekunder akibat oklusi vaskotik atau
emboli vaskular. Area umum otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif adalah
materi putih dari belahan otak dan inti abu-abu dalam, terutama striatum dan talamus.
Hipertensi adalah penyebab utama penyakit difus, dan pada banyak pasien, kedua
penyakit fokal dan difus diamati bersama. 3 mekanisme yang paling umum dari
demensia vaskular adalah beberapa infark kortikal, infark tunggal strategis, dan
penyakit pembuluh darah kecil.
7. Manifestasi klinis
Gejala timbul secara gradual, persisten, dan progresif.
Perubahan kognisi dan perilaku
26
Defisit kognitif dapat berupa kehilangan memori, komunikasi dan gangguan
berbahasa, agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek), apraxia
(ketidakampuan untuk melakukan suatu pekerjaan yang pernah dipelajari atau
dikuasai), dan kerusakan fungsi eksekutif (reasoning, penilaian, dan perencanaan).
1. Penyakit Alzheimer’s
Gejala pertama umumnya berupa hilangnya memori jangka pendek
Defisit gradual fungsi kognitif secara progresif
Gangguan fungsi kognitif berupa kehilangan memori, aphasia, agnosia, apraxia,
disorientasi (gangguan persepsi waktu, tidak dapat mengenali orang yang
familiar), gangguan fungsi visuospatial, dan gangguan fungsi eksekutif
Gangguan fungsi nonkognitif berupa depresi, gejala psikotik (halusinasi,
delusi), dan gejala behavioral (agresi verbal dan fisik, hiperaktivitas motoric,
tidak kooperatif, sering berkhayal, aktivitas dan sikat yang repetitive).
2. Demensia vaskuler
Disorientasi
Memori dapat tidak terpengaruh pada demensia vascular
Perubahan secara tiba-tiba fungsi eksekutif seperti berpikir dan reasoning
Kesulitan berkonsentrasi
Kesulitan mengingat
Kesulitan atau gangguan berbicara atau berkomunikasi
Gangguan motoric atau koordinasi
Hemiparesis
Defisit lapangan pandang
Defisit hemisensori
Pseudobulbar palsy
Perubahan mood
3. Demensia Lewy Body
Gangguan kognitif yang fluktuatif
Defisit atensi (perhatian) dan konsentrasi
Kesulitan menjalankan tugas visuospasial
Psikomotor melambat
Sensitif terhadap obat neuroepileptik
Halusinasi visual
27
Parkinsonisme
4. Demensia frontotemporal
Perubahan kepribadian
Perilaku sosial yang tidak wajar atau melanggar norma (inappropriate social
conduct)
Hilangnya respon emosional
Kemampuan visiospasial dan memori biasanya masih terjaga
8. Algoritma penegakkan diagnosis
28
i. Anamnesis
Riwayat kesehatan
Ditanyakan faktor resiko demensia vaskular seperti hipertensi, Diabetes
melitus dan hiperlipidemia. Juga riwayat stroke atau adanya infeksi SSP.
Riwayat obat-obatan dan alkohol
Adakah penderita peminum alkohol yang kronik atau pengkonsumsi obat-
obatan yang dapat menurunkan fungsi kognitif seperti obat tidur dan antidepresan
golongan trisiklik.
Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit
serebrovaskular.
29
Skor iskemik Hachinski
Skor ini berguna untuk membedakan demensia Alzheimer dengan demensia
vaskular. Bila skor ≥7: demensia vaskular. Skor ≤4: penyakit Alzheimer.
CT scan
MRI
9. Diagnosis banding
Diagnosis banding dari demensia vascular adalah sebagai berikut:
Demensia penyakit Alzheimer’s
Demensia Lewy Body
Demensia frontotemporal
Delirium
Demensia alzheimer
Gangguan afektif
Retardasi mental ringan dan sedang
Pendarahan subdural (traumatik dan nontraumatik)
30
10. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Penghentian konsumsi obat antikolinergik
Acetylcholinesterase inhibitor (tacrine, donepezil, rivastigmine,
galantamine)
Memantine
31
Penelitian di Rotterdam mendapati terdapat peningkatan resiko demensia vaskular
berhubungan dengan konsumsi lemak total. Asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12
yang rendah juga berhubungan dengan peningkatan homosisteine yang merupakan
faktor resiko stroke.
Olahraga aerobic 30 menit per hari, dapat menurunkan depresi pada penyakit
Alzheimer’ss dan memperbaiki fungsi kognitif
Latihan kognitif (cognitive training)
Membawa nota untuk mencatat nama, tanggal, dan tugas yang perlu dilakukan.
Melatih otak dengan mengingat kembali acara sepanjang hari sebelum tidur. Ini dapat
membina kapasiti memori
Menjauhi distraksi seperti televisi atau radio ketika coba memahami pesan atau
instruksi panjang.
11. Prognosis
Quo ad vitam :dubia ad malam
Quo ad fungsionam :dubia ad malam
Quo ad sanasionam :dubia ad malam
Beberapa pasien dapat mengalami beberapa siri stroke dan kemudian bebas
stroke selama beberapa tahun jika diterapi untuk modifikasi faktor resiko dari stroke.
Berdasarkan beberapa penelitian, demensia vaskular dapat memperpendek jangka
hayat sebanyak 50% pada lelaki, individu dengan tingkat edukasi yang rendah dan pada
individu dengan hasil uji neurologi yang memburuk. Penyebab kematian adalah
komplikasi dari demensia, penyakit kardiovaskular dan berbagai lagi faktor seperti
keganasan.
12. Kompetensi
3A. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
32
C. Mild Cognitive Impairment (MCI)
1. Definisi
Mild cognitive impairment (MCI) didefinisikan sebagai fungsi kognitif di
bawah normal tetapi tidak cukup untuk diagnosis demensia. MCI berbeda dengan
penyakit Alzheimer atau demensia lainnya; perubahan kognitif pada MCI tidak berat
dan tidak mengganggu aktivitas harian. Tidak semua penderita MCI mengalami
perburukan, sebagian dapat mengalami perbaikan. Akan tetapi, diketahui bahwa
individu dengan MCI memiliki peningkatan risiko untuk menjadi Alzheimer, terutama
jika masalah utama adalah memori.
2. Epidemiologi
Prevalensi MCI meningkat seiring usia, yaitu 10% pada usia 70-79 tahun dan
25% pada usia 80-89 tahun. Petersen melaporkan bahwa 10-15% MCI akan berlanjut
menjadi demensia setiap tahun. Pada studi Mayo Clinic, didapatkan bahwa prevalensi
amnestic MCI usia 70 sampai 89 tahun sebesar 11,1% dan non-amnestic MCI sebesar
4,9%. Banyak penelitian mengindikasikan risiko penyakit Alzheimer lebih tinggi pada
wanita dibandingkan pria, demikian juga MCI.
3. Etiologi
Penyebab MCI belum sepenuhnya dimengerti. Para ahli percaya bahwa pada
beberapa kasus terdapat perubahan otak yang merupakan tahap paling awal penyakit
Alzheimer dan demensia lainnya. Faktor risiko yang dihubungkan dengan MCI antara
lain usia lanjut, riwayat keluarga yang menderita demensia, merokok, dan kondisi yang
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.
33
4. Klasifikasi
MCI dapat diklasifikasikan berdasarkan keterlibatan fungsi memori menjadi
subtipe amnestic MCI dan non-amnestic MCI. Pada amnestic MCI, seseorang dapat
melupakan informasi penting yang seharusnya dapat diingat dengan mudah, seperti
pertemuan, percakapan, dan kejadian yang baru berlalu. Namun, kapasitas kognitif
lainnya seperti fungsi eksekutif, bahasa, dan kemampuan visuospasial masih baik, dan
aktivitas fungsional masih normal. Amnestic MCI mungkin pertanda penyakit
Alzheimer, karena banyak penderita amnestic MCI menjadi penderita Alzheimer dalam
6 tahun.
MCI yang Berdampak pada Kemampuan Berpikir Dibandingkan Memori (Non-
amnestic MCI). Kemampuan berpikir berdampak pada saat membuat keputusan dan
menyelesaikan tugas kompleks. Jenis ini merupakan tipe MCI yang relatif jarang dan
biasanya tidak dihubungkan dengan penyakit Alzheimer. Non-amnestic MCI dapat
dihubungkan dengan penyakit serebrovaskuler, Lewy body dementia, degenerasi lobus
frontotemporal, penyakit Parkinson atau penyebab patologi yang tidak spesifik.
5. Diagnosis
MCI merupakan diagnosis klinis berdasarkan gejala dan bukan diagnosis
definitif. Sampai saat ini belum ada suatu tes atau prosedur spesifik yang tepat. MCI
merupakan suatu gangguan yang belum cukup memenuhi kriteria demensia. Beberapa
kriteria telah diajukan untuk mendiagnosis MCI, antara lain:
Keluhan kognitif (memori, bahasa, konsentrasi, perhatian, dan
kemampuan visuospasial
Terdapat satu atau lebih fungsi kognitif abnormal pada usianya
34
Adanya penurnan dari satu atau lebih aspek fungsi kognitif
Aktivitas fungsional dalam batas normal
Tidak ada amnesia
Riwayat
MCI sangat sulit didiagnosis karena gejala yang kadang tidak khas. Kebanyakan
pasien dapat menjalani hidup normal. Secara umum tidak ada kesulitan dalam berpikir
dan dapat berkomunikasi dengan normal. Keluhan paling umum adalah mudah lupa
yang merupakan gambaran MCI tipe amnestic. Keluhan yang lebih jarang termasuk
gangguan berbahasa (kesulitan menemukan kata-kata), gangguan perhatian (kesulitan
untuk memfokuskan percakapan), penurunan kemampuan visuospasial (disorientasi
keadaan lingkungan yang familiar).
Pemeriksaan Neuropsikologi
Pemeriksaan neuropsikologi sangat membantu, tetapi bukanlah suatu
pemeriksaan definitif untuk MCI. Pemeriksaan neuropsikologi dibutuhkan untuk
memastikan apakah skor tes memori di bawah standar. Pemeriksaan serial dianjurkan
untuk menilai apakah fungsi kognitif meningkat, tetap, atau memburuk menuju
demensia. Pemeriksaan yang sering digunakan adalah Mini Mental State Examination
(MMSE), Clinical Demensia Rating (CDR), dan Global Deterioration Scale (GDS).
Mini Mental State Examination (MMSE) telah digunakan secara luas untuk
identifikasi demensia. Namun, MMSE tidak sensitif atau spesifik untuk suatu diagnosis
MCI. Beberapa studi menunjukkan Montreal Cognitive Assesment (MoCA) lebih
sensitif dalam mendeteksi MCI. Dari perspektif klinis, MCI harus dicurigai sebagai
gejala awal penyakit Alzheimer. MCI merupakan suatu proses abnormal dan
outcomenya belum dapat dipastikan. Seseorang yang didiagnosis MCI sebaiknya
direevaluasi setiap enam bulan, untuk melihat apakah gejala menetap, membaik, atau
memburuk.
Neuroimaging
Pencitraan otak tidak rutin dilakukan untuk diagnosis MCI. Pemeriksaan hanya
terbatas pada dugaan seperti infark, tumor, atau hematoma subdural. Namun, teknik
35
pencitraan terus berkembang. Volume lobus medial pada MRI dilaporkan lebih kecil
pada pasien MCI dibandingkan penuaan normal.
6. Tatalaksana
Farmakologi
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA). Beberapa uji klinis terkontrol dengan plasebo atas pengobatan
yang biasa digunakan pada Alzheimer (donepezil, galantamine, rivastigmine) tidak
menunjukkan penurunan signifi kan progresivitas MCI. Donepezil dapat mengurangi
perkembangan MCI menjadi Alzheimer pada 2 tahun pertama. Dosis 10 mg Donepezil
setiap hari dapat mengurangi risiko amnestic MCI menjadi Alzheimer selama satu
tahun. Akan tetapi, manfaat itu menghilang dalam waktu tiga tahun. Penelitian juga
menunjukkan bahwa 2.000 IU vitamin E setiap hari tidak mengurangi risiko
berkembangnya MCI amnestic menjadi Alzheimer.
Aktivitas Fisik
Bukti studi epidemiologi mendukung bahwa latihan dan aktivitas fisik
dihubungkan dengan rendahnya risiko demensia. Hubungan tersebut tampaknya terkait
tidak hanya dengan jumlah kalori yang dikeluarkan saat latihan, tetapi juga dengan
jumlah kegiatan, yang menunjukkan bahwa ada sinergi antara latihan dan stimulasi
kognitif. Data penelitian telah menunjukkan hubungan antara adanya faktor risiko
36
kardiovaskuler dengan MCI dan peningkatan risiko demensia. Suatu studi
menunjukkan bahwa program latihan fisik (150 menit per minggu) selama 6 bulan
dapat meningkatkan fungsi kognitif.
VII. Kesimpulan
Nyonya Y, 66 tahun, mengalami demensia vascular akibat stroke.
37
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan. Media
Aesculapius FKUI.
Dubois B, Feldman HH, Jacova C, Hampel H, Molinuevo JL, Blennow K, et al. Advancing
research diagnostic criteria for Alzheimer's disease: the IWG -2 criteria. Lancet
Neurology. 2014;13(6):614–29.
E. Rowan, PhD; C.M. Morris, PhD, et al. 2005. Impact of Hypertension and
Apolipoprotein E4 on Poststroke Cognition in Subjects >75 Years of Age.
https://www.ahajournals.org/doi/pdf/10.1161/01.str.0000 177524.17424.2a. American
Heart Association. September 2005.
38
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ -III dan DSM-
V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
Jakarta: PT Nuh Jaya.
Prince M, Guerchet M, Prina M. Policy Brief for Heads of Government: The Global
Impact of Dementia 2013 - 2050; London: Alzheimer's Disease International; 2013.
Rasmin Menaldi, dkk. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Edisi kedua.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia .
Roman GC, TatemichiTK, ErkinjunttiT, Cummings JL, Masdeu JC, Garcia JH, et al.
Vascular dementia: diagnostic criteria for research studies. Report of the NINDS -AIREN
International Workshop.Neurology 1993; 43: 250 -60.
Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Delirium, dementia, amnestic and
cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
BehavioralSciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Sutriastini, N W, dkk. 2016. Angka Prevalensi Demensia: Perlu Perhatian Kita Semua.
Policy Brief, Survey Meter.
39