Anda di halaman 1dari 71

STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


001.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit


neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak akibat
PENGERTIAN
terdapatnya sejumlah darah di parenkim otak atau di sistem ventrikel dan
bukan disebabkan trauma.
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat
ANAMNESIS
hipertensi (faktor risiko stroke lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi yang terjadi
PEMERIKSAAN
FISIK mendadak.

KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK SESUAI DENGAN DIAGNOSIS
BERIKUT:
PERDARAHAN INTRASEREBRAL(PIS) / INTRACEREBRAL
HEMORAGE / PERDARAHAN SUBARACHNOID (PSA) /
SUBARACHNOID HEMORAGE
KRITERIA Klinis :
DIAGNOSIS
 Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko stroke lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang.
 Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
DIAGNOSIS
Stroke Hemoragik
KERJA
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh : kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
4. Migren hemiplegik.
DIAGNOSIS
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor otak, AVM).
BANDING
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati
(SGOT

STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


001.02.02.11.300801 02 2/3
8

dan SGPT), Protein darah (Albumin, Globulin), Hemostasis (PT, APTT,


INR), Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL), Homosistein atas
indikasi, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan cairan
serebrospinal.
Radiologis
PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi maupun
PENUNJANG
kelainan jantung
• Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
• Brain MRI tanpa kontras atas indikasi
• Brain CT angiografi dengan kontras atas indikasi
• Transcranial doppler
Pemasangan infus Asering, NGT dan Kateterisasi urin atas indikasi
 Antivasospasme : Nimodipin intravena atau 4 x 60 mg peroral (Pada
PSA)
 Citicholine 2 x 1000 mg iv
 Anti fibrinolitik : asam tranexamat 4 x 1 gr iv
 Pencahar: laxadin 3 x 1sdm
 Analgetik: codein 3 x 30 mg per oral
 Tranguilizer: haloperidol 2-3 x 5-10 mg im atau per oral(jika gelisah)
 Operatif : Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan
dikonsultasikan ke bagian bedah saraf
TATALAKSANA
 Antiedema : larutan Manitol 20% 0,5-1 gr/kgbb/4-6 jam
 Anti hipertensi parenteral apda hipertensi emergensi: nicardipine 2,5-15
mg/jam atau diltiazem 0,5-40 mcg/kgbb
 Antikonvulsan : diazepam injeksi, phenobarbital oral atau injeksi atau
phenitoin oral atau injeksi atas indikasi
Penatalaksanaan faktor risiko:
 Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (Guidelines
stroke 2004)
 Antidislipidemia : atorvastatin 40mg atau rosuvastatin 20mg atas indikasi
Rata-rata 2-4 minggu (tergantung keadaan umum penderita)
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :0
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun : 20-30%

STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


001.02.02.11.300801 02 3/3
8

TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
a. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko stroke (mayor,
minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari) termasuk berkonsultasi
kepada sejawat dari bagian terkait.
b. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan transcranial dopler
(TCD)/Duplex Sonography, CT Scan, MRI, MRA, echocardiography
c. Mampu menangani penderita stroke akut pada keadaan emergensi.
INDIKATOR
d. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti kejang, tekanan
MEDIS
intrakranial tinggi (TIK), infeksi paru
e. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas harian, dan
handicap pasien stroke termasuk menetapkan Barthel Index serta
melakukan neurorestorasi dan merencanakan neurorehabilitasi
f. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer dan sekunder
termasuk community stroke care
1. Guideline Stroke. PERDOSSI. Jakarta, 2011.
2. Stroke, J.P Mohr et al, Elsevier, 2011.
KEPUSTAKAAN
3. Principles of Cerebrovascular Disease, Harold. P. adams, Mc.Graw Hill
medical, 2007.
STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


002.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis yang disebabkan


PENGERTIAN
oleh infark serebri fokal, infark medula spinalis atau infark retina.
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat
ANAMNESIS
hipertensi (faktor risiko stroke lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang
PEMERIKSAAN
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK SESUAI DENGAN
DIAGNOSIS BERIKUT:
STROKE ISKEMIK/ STROKEINFARK/INFARK SEREBRI/TROMBOSIS
SEREBRI/TROMBOEMBOLI SEREBRI/EMBOLI SEREBRI
Klinis :
KRITERIA
DIAGNOSIS  Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko strok lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang.
 Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
DIAGNOSIS
Stroke Non Hemoragik
KERJA
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh : kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
4. Migren hemiplegik.
DIAGNOSIS
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor otak, AVM).
BANDING
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati
(SGOT dan SGPT), Protein darah (Albumin, Globulin), Hemostasis (PT,
APTT, INR), Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL),
Homosistein, Analisa Gas Darah dan Elektrolit. Jika perlu pemeriksaan cairan
serebrospinal.

STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


002.02.02.11.300801 02 2/3
8

Radiologis
• Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi maupun
kelainan jantung
PEMERIKSAAN • Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
PENUNJANG • Brain MRI
• Brain CT angiografi dengan kontras atas indikasi
• Transcranial doppler
• Carotid duplex ultrasound
 Anti agregasi platelet : Aspirin 1x325 mg(48 jam pertama) dilanjutkan
dengan 2x80 mg dengan atau klopidogrel dengan atau dipiridamol dengan
atau cilostazol
 Trombolitik : rt-PA o,9 mg/kgBB infus (jika onset dalam 6 jam)
 Antikoagulan : heparin atau Low Molecular Weight Heparin atau warfarin
atau dabigatran atau rivaroxaban(atas indilkasi)
 Citicholine 2 x 1000 mg iv dilanjutkan peroral setelah 3 hari pertama
 Antiedema : larutan Manitol 20% 0,5-1 gr/kgbb/4-6 jam
TATALAKSANA  Anti hipertensi parenteral apda hipertensi emergensi: nicardipine 2,5-15
mg/jam atau diltiazem-,5-40 mcg/kgbb
 Antikonvulsan : atas indikasi
Penatalaksanaan faktor risiko:
 Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (Guidelines
stroke 2004)
 Antidislipidemia : atorvastatin 1x40mg atau rosuvastatin 20 mg atas
indiukasi
1 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
PROGNOSIS Penilaian dengan parameter :0
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun : 20-30%
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI

PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI

STROKE HEMORAGIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


002.02.02.11.300801 02 3/3
8

a. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko stroke (mayor,


minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari) termasuk berkonsultasi
kepada sejawat dari bagian terkait.
b. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan transcranial dopler
(TCD)/Duplex Sonography, CT Scan, MRI, MRA, echocardiography
c. Mampu menangani penderita stroke akut pada keadaan emergensi.
INDIKATOR
d. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti kejang, tekanan
MEDIS
intrakranial tinggi (TIK), infeksi paru
e. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas harian, dan
handicap pasien stroke termasuk menetapkan Barthel Index serta
melakukan neurorestorasi dan merencanakan neurorehabilitasi
f. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer dan sekunder
termasuk community stroke care
1. Guideline Stroke. PERDOSSI. Jakarta, 2011.
2. Stroke, J.P Mohr et al, Elsevier, 2011.
KEPUSTAKAAN
3. Principles of Cerebrovascular Disease, Harold. P. adams, Mc.Graw Hill
medical, 2007.
MENINGITIS TUBERKULOSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


003.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak


PENGERTIAN
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia,
mual/muntah, demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan
ANAMNESIS
penurunan kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus
infeksi sangat mendukung.
 Tanda-tanda rangsangan meninggal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue
PEMERIKSAAN
dan kernig.
FISIK
 Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia,
mual/muntah, demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan
penurunan kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus
KRITERIA
DIAGNOSIS infeksi sangat mendukung.
Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda rangsangan meninggal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue
dan kernig.
 Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.
DIAGNOSIS
Meningitis Tuberkulosa
KERJA
 Meningoensefalitis karena virus
 Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
DIAGNOSIS  Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcusneoformans
BANDING atau Toxoplasmagondii), Sarkoid meningitis.
 Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma,
leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma.
PEMERIKSAAN  Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda tanda
PENUNJANG peninggian tekanan intrakranial), pemeriksaan darah rutin kimia, elektrolit.
 Pemeriksaan sputum BTA (+)
 Foto polos paru
 Brain CT-Scan dengan kontras atau MRI dengan kontras
 IgG anti TB (Untuk mendapatkan antigen bakteri diperiks counter
immunoelectrophoresis, radioimmunoassay atau teknik ELISA) atas
indikasi
 PCR TB atas indikasi
 Pemeriksaan rapid test, CD4 atas indikasi

MENINGITIS TUBERKULOSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


003.02.02.11.300801 02 2/2
8

- Umum
- Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
o INH 5-10mg/kg BB/hari
o Pyrazinamida 25-35 mg/kg BB/hari
o Rifampisin 10-15 mg/kg BB/hari
o Etambutol 20-30 mg/ kg BB/hari
TATALAKSANA
o Streptomisin 25-30 mg/kg BB/hari
- Kortikosteroid : dexametason 0,4mg/kg BB/hari atau metilprednisolon
4x125 mg iv tapp off
- Ranitidine 50 mg intravena 2-3 kali sehari
- Vitamin B6 (Piridoksin) 2x5mg peroral
Minimal 3-4 minggu, tergantung respon pengobatan.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
- Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya meninggalkan
PROGNOSIS sekuele neurologis.
- Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI

PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI

a. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko stroke (mayor,


minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari) termasuk berkonsultasi
kepada sejawat dari bagian terkait.
b. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan transcranial dopler
(TCD)/Duplex Sonography, CT Scan, MRI, MRA, echocardiography
c. Mampu menangani penderita stroke akut pada keadaan emergensi.
INDIKATOR
d. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti kejang, tekanan
MEDIS
intrakranial tinggi (TIK), infeksi paru
e. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas harian, dan
handicap pasien stroke termasuk menetapkan Barthel Index serta
melakukan neurorestorasi dan merencanakan neurorehabilitasi
f. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer dan sekunder
termasuk community stroke care
1. Guideline Stroke. PERDOSSI. Jakarta, 2011.
2. Stroke, J.P Mohr et al, Elsevier, 2011.
KEPUSTAKAAN
3. Principles of Cerebrovascular Disease,
Harold.P.adams,Mc.GrawHill.2007

MENINGITIS BAKTERIALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


004.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis


purulenta) adalah suatu infeksi cairan likuorserebrospinalis dengan proses
PENGERTIAN
peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 17 hari.
ANAMNESIS Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia,
mual, muntah, kejang, perubahari status mental sampai penurunan kesadaran.
Tanda-tanda rangsang meningeal
• Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
PEMERIKSAAN
• Gejala neurologis fokal berupagangguan saraf kranialis
FISIK
• Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
Klinis :
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 17 hari.
Gejala berupa
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah,
kejang, perubahari status mental sampai penurunan kesadaran.
KRITERIA
DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik
• Tanda-tanda rangsang meningeal
• Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
• Gejala neurologis fokal berupagangguan saraf kranialis
• Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia,
 infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
DIAGNOSIS
Meningitis Bakterialis
KERJA
 Meningitis virus

DIAGNOSIS  Perdarahan Subarakhnoid


BANDING  Meningitis chemikal
 Meningitis TB, Meningitis Leptospira, Meningoensefalitis fungal.
PEMERIKSAAN • Lumbal pungsi dan Pemeriksaan Likuor
PENUNJANG • Pemeriksaan kultur likuor dan darah
• Pemeriksaan darah hb,leukosit,diff count,LED,hematokrit,trombosit
• Pemeriksaan kimia darah (gula darah sewaktu, fungsi ginjal:
ureum/kreatinin, fungsi hati: SGOT&SGPT) dan elektrolit darah
• Foto polos paru

MENINGITIS BAKTERIALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


004.02.02.11.300801 02 2/3
8

• Brain CT-Scan dengan kontras atau MRI dengan kontras


PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan antigen bakteri spesifik (C Reactive Protein atau PCR
PENUNJANG
(Polymerase Chain Reaction).
Umum :
- Elevasi kepala 30o
- Terapi empiris: ceftriaxone 2 x2 gr iv atau, Cefotaxime 3-4 x 2 gr iv atau,
meropenem 3 x 2 gr iv (post traumatic brain injury atau post op) atau,
kloramfenikol 4x1 gr iv plus ampisilin 4x2 gr iv atau, vancomicyne
60mg/kgbb/hari plus ceftriaxone 2x2gr (IV) atau cefotaxime 2x2gr (IV)
(post traumatic brain injury atau post op atau jika dicurigai pneumococcus
resisten penisilin atau sefalosporin)
- Terapi kausal sesuai etiologi atau sesuai kultur dan sensitivas Antibiotika
sesuai jenis kuman selama :
- Streptokokus Pneumoni : (Vancomisin + Sefalosporin gen 3) /
TATALAKSANA (Meropenem + fluoroquinon)
- Neiseria Meningitidis ; Sefalosporin gen3 / (Ampisilin, Penisilin G,
kloramfenikol, flurokuinon, azteonam)
- Listeria monocytogenes : Ampisilin / penisilin G . Meropenem
- H. Influenza : Sefalosporin gen3 / Cefepim / Meropenem
- Esteria Koli : Sefalosporin Gen 3 / Azteonam
- Terapi tambahan : Deksametason 0,15mg/ kgBB/ 6 jam/ IV selama 4 hari
dan diberikan 20 menit sebelum pemberian antibiotik.
- Ranitidine 50 mg intravena 2-3 kali sehari
- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- Hiperventilasi untuk mempertahankan pC02 antara 27-30 mmHg
4-6minggu
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS - Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR a. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi saraf pusat melalui anamnesis
MEDIS dan pemeriksaan klinis pasien
b. Mampu menyimpulkan etiologi penderita infeksi SSP secara klinik dan
laboratorik
c. Merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi pada kasus infeksi dan
mampu menafsirkan hasilnya

MENINGITIS BAKTERIALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


004.02.02.11.300801 02 3/3
8

d. Mampu merencanakan terapi empiris pada seluruh infeksi SSP


e. Mampu melaksanakan dan menjelaskan terapi infeksi SSP dan resistensi
INDIKATOR
antibiotik
MEDIS
f. Mampu merencanakan tindakan operatif sesuai indikasi (misal: drainase
ventrikel, biopsi, pengangkatan massa infeksi)
 Konsensus Kelompok Studi Neuro Infeksi, PERDOSSI, 2011.
 Infection of central Nervous System 3 ed, W. Micael Scheld, Lippincott
Wilkins & Williams, 2004
KEPUSTAKAAN  Cerebral Fluid in Clinical Practice, David N irani, Saunders Elsevier,
2009
 Practice Guideline for the Management of Bacterial Meningitis, 2008
 EFNS Guideline of community acquired bacterial meningitis, 2008
MENINGITIS KRIPTOKOKKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


005.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Meningitis kriptokokkus adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur


PENGERTIAN
kriptokokus
Gejala berupa demam, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang,
ANAMNESIS
perubahan status mental sampai penurunan kesadaran.
PEMERIKSAAN • Tanda-tanda rangsang meningeal
FISIK • Gejala neurologis fokal
Klinis :
KRITERIA Predisposisi
DIAGNOSIS
Gangguan Imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan atau sedang
dalam terapi keganasan)
DIAGNOSIS
Meningitis Kriptokokkus
KERJA
DIAGNOSIS
 Meningitis serosa sebab lain
BANDING
• Lumbal pungsi dan Pemeriksaan Likuor dengan profil LCS menyerupai M.
TB
PEMERIKSAAN
• Pengecatan tinta India/Gram terhadap LCS
PENUNJANG
• Pemeriksaan rapid test, CD4 atas indikasi
• Kultur Sabauraud
Kausal :
 Tanpa HIV : Amfoterisin B 1mg/kgBB+ Flucytosine ( 100mg/kg/day)
selama 4 minggu atau Liposomal AmB + Flucytosin dilanjutkan
Flukonazol 400mg / Itrakonazol 400mg
TATALAKSANA
 Dengan HIV : Amfoterisin B 1mg/kgBB+ Flucytosine ( 100mg/kg/day)
selama 8 minggu dilanjutkan Flukonazol 400mg / Itrakonazol 400mg
Terapi simtomatik / suportif : Disesuaikan keadaan pasien.
Berhubungan dengan defisit
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Buruk
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS
KSM NEUROLOGI
MENINGITIS KRIPTOKOKKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


005.02.02.11.300801 02 2/2
8

a. Mampu menyimpulkan kelainan infeksi saraf pusat melalui anamnesis


dan pemeriksaan klinis pasien
b. Mampu menyimpulkan etiologi penderita infeksi SSP secara klinik dan
laboratorik
INDIKATOR
c. Merencanakan pemeriksaan penunjang radiologi pada kasus infeksi dan
MEDIS
mampu menafsirkan hasilnya
d. Mampu merencanakan terapi empiris pada seluruh infeksi SSP
g. Mampu melaksanakan dan menjelaskan terapi infeksi SSP dan resistensi
antibiotika
1. Konsensus Kelompok Studi Neuro Infeksi, PERDOSSI, 2011.
2. Infection of central Nervous System 3 ed, W. Micael Scheld, Lippincott
Wilkins & Williams, 2004
a. KEPUSTAKAAN 3. Cerebral Fluid in Clinical Practice, David N irani, Saunders Elsevier,
2009
4. Clinical Practice Guideline for The Management of Cryptococcal
Disease : 2010 Update by the Infectious Disease Society of America
VERTIGO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


006.02.02.11.300801 02 1/4
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
PENGERTIAN
otonomik yang disebabkan oteh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit.
• Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
• Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
• Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
• Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
ANAMNESIS
• Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
• Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru.
• Adanya nyeri kepala.
• Adanya kelemahan anggota gerak.
PEMERIKSAAN Umum
FISIK
Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi, jantung,
paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
• Kesadaran
• Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot wajah,
pendengaran,
dan menelan.
Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan
perifer.
• Fungsi vestibuler / serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
• Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
VERTIGO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


006.02.02.11.300801 02 2/4
8

Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif


(symptoms) dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif
• Pusing, rasa kepala ringan
• Rasa terapung, terayun
• Mual
Gejala objektif
• Keringat dingin
• Pucat
• Muntah
KRITERIA • Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
DIAGNOSIS • Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat / diprovokasi perubahan posisi
kepala.
Dapat disertai gejala berikut:
• Kelainan THT
• Kelainan Mata
• Ketainan Saraf
• Kelainan Kardiovaskular
• Kelainan Penyakit Dalam lainnya
• Kelainan Psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik
DIAGNOSIS KERJA Vertigo
DIAGNOSIS
-
BANDING
Sesuai etiologi:
 Laboratorium : pada kasus stroke, infeksi
 EEG: pada kasus vestibular epilepsi
 EMG: pada kasus neuropati
PEMERIKSAAN
 EKG: pada kasus serebrovaskular
PENUNJANG
 TCD: pada kasus serebrovaskular
 LP : pada kasus infeksi
 CT scan dengan kontras/ MRI dengan kontras pada kasus stroke, infeksi,
tumor
TATALAKSANA Pengobatan simptomatik vertigo :
 Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan menekan
pelepasan glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja
langsung sebagai depresor labirin):
Flunarizine1x 5-10 mg/hr po
 Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory;
monoaminergik dengan akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x
25 mg/hr, Dimenhidrinat 3x50 mg/hr.

VERTIGO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


006.02.02.11.300801 02 3/4
8

• Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis lateralis) :


Betahistine 3 x 6-12mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di M.
oblongata)
• Chlorpromazin : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron pada n.
vestibutaris) 3x2-5 mg/hr
• Antiepileptik : Carbamazepin 3 x 200 mg/hr, Fenitoin 3x 100 mg (bila
TATALAKSANA
ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
• Antikolinergik : scopolamine 3 x 0.6mg, atropin 3x0.4mg
• Kombinasi obat-obat di atas.
Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :
• Metoclopramide 3 x 10 mg/hr
Terapi rehabilitasi
• Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Galt Exercise
• Minimal 1 minggu.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis.
PROMOTIONAL)
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
PROGNOSIS c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR  Mampu membedakan kelainan sentral dan perifer pada vertigo
MEDIS
 Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang untuk kasus neurootologi
sesuai indikasi
 Mampu menganalisa dizziness dan sinkope berdasarkan kemungkinan
penyebabnya
 Mampu menangani vertigo sesuai penyebabnya
 Mampu mempraktekkan latihan posisi khusus vertigo
Mampu menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang diagnosis penyakit
yang diderita dengan bahasa yang mudah dipahami dan beretika

VERTIGO

No. Dokumen No. Revisi Halaman


006.02.02.11.300801 02 4/4
8

 Konsensus Pedoman Tatalaksana Vertigo, PERDOSSI, 2012.


 Vertigo and Disequilibrium Practical To diagnosis and management,
Peter C Weber, Thieme, 2008
 Basic and Clinical Aspects of vertigo and Dizzenes, Mihael Strupp,
KEPUSTAKAAN
Annals of The New York Academy of Science, 2009
 Practice Parameter: Therapies for Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(an evidence-based review), T.D Fife et al, American Academy of
Neurology, 2008.
MIGREN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


007.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Migren adalah nyeri kepala dengan karakteristik:unilateral, berdenyut,


intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik. Selama
PENGERTIAN
nyeri kepala dapat disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
Nyeri kepala dengan karakteristik berikut :unilateral, berdenyut, intensitas
sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik.
ANAMNESIS Selama nyeri kepala dapat disertai salah satu berikut : nausea dan atau
muntah, fotofobia dan fonofobia.
Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
PEMERIKSAAN -
FISIK
KRITERIA Migren tanpa aura (G43.0) :
DIAGNOSIS
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai. sedikitnya 2
karakteristik berikut :unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b. Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
Migren dengan aura (G43.1) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan nyeri kepala berulang yang
didahului gejala neurologi fokal yang reversibel secara bertahap 5-20 menit
dan berlangsung kurang dari60 menit.
b. Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini yang reversibel seperti : gangguan
visual, gangguan sensoris, gangguan bicara disfasia.
c. Paling sedikit dua dari karakteristik berikut :
1. gejala visual homonim dan / atau gejala sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan / atau
jenis aura
yang lainnya > 5 menit.
3. tiap gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit
d. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
Status Migrenous (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat yang berlangsung > 72 jam (tidak
hilang dalam 72 jam).
b. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

MIGREN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


007.02.02.11.300801 02 2/3
8

DIAGNOSIS KERJA Migren


1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik / elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
DIAGNOSIS 2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural hematom, neoplasma, dll
BANDING 3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
Laboratorium
darah rutin, elektrolit, kadar gula darah(atas indikasi, untuk menyingkirkan
PEMERIKSAAN penyebab sekunder).
PENUNJANG Radiologi
Brain CT Scan atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab sekunder
TCD atas indikasi
1. Terapi Non Farmakologik: Hindari faktor pencetus, tatalaksana psikologik
(atasi stres), tatalaksana fisiologik (relaksasi)
2. Terapi Farmakologik
2.a Terapi abortif :
Nonspesifik : paracetamol 500-1000 mg/6-8jam; aspirin 500-1000mg/4-
6jam (maksimal 4gram/hari); naproxen sodium 275-550mg/2-6jam/hari
(maksimal 1,5gr/hari); diklofenak potasium 50 mg-100mg/hari single dose;
ketorolac 60mg IM/15-30menit
Antiemetik:metoclopramide10mg iv atau oral; (maksimal 120mg/hari,
tidak lebih 5 hari).
Obat spesifik : Sumatriptans25, 50, 100mg po (dapat diulang setelah 2
jam, maks 200mg/hari); Rizatriptan 5-10mg podapat diulang setelah 2jam
TATALAKSANA
(maks 30mg po);Zolmitriptan 1, 2.5, 5mg podapat diulang setelah 2
jam( maksimal 10mg/hari), narariptan 1-2.5mg po dapat iulang setelah
4jam (maksimal 5mg/hari);Gol. Ergotamin : ergotamintartat 1-2
mg,dihidroergotamin 1mg IM
2.b Profilaksis
Propanolol 40-320mg 2x sehari, timolol 20-60mg/hari, pizotifen 0.5mg-
1.5mg/hari, methysergide 1-6mg/hari, verapamil 160-320mg/hari,
flunarizine 5-10mg/hari
- Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan
respon terhadap pengobatan).

5-7 hari
EDUKASI  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
(HOSPITAL
 Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
HEALTH
PROMOTIONAL)

MIGREN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


007.02.02.11.300801 02 3/3
8

PROGNOSIS Bonam
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
• Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis nyeri kepala termasuk
faktor yang memperberat dan meringankan nyeri kepala
• Mampu membedakan nyeri kepala primer dan sekunder
• Mampu mebedakan 3 jenis nyeri kepala primer (migren, tension
headache dan cluster headache)
• Mampu menguraikan indikasi untuk melakukan eksplorasi lebih jauh
tentang penyebab nyeri kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
INDIKATOR funduskopi
MEDIS • Mampu menyimpulkan keadaan darurat nyeri kepala akut (disebabkan
oleh vaskuler) dan nyeri kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
intrakranial)
• Mampu merencanakan tindakan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
dan mampu menafsirkan hasilnya
• Mampu menangani kasus nyeri kepala dengan terapi umum,
medikamentosa (abortif, simptomatis dan profilaksis) dan terapi
nonmedikamentosa (terapi perilaku, relaksasi)
1. Konsensus National Penanganan Nyeri Kepala di Indonesia. Kelompok
Studi Nyeri Kepala. PERDOSSI
2. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
Elsevier, 2010
3. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
KEPUSTAKAAN
Williams, 2010
4. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
5. Neurology. Evidence-Based guideline update: Pharmacologic treatment
for episodic migrain prevention in adult, American Academy of
Neurology and The American Headache Society, S.D Silberstein, 2012
STATUS EPILEPTIKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


008.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 5 menit atau dua atau lebih
PENGERTIAN bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran.
- Bangkitan berlangsung lebih dari 5 menit atau dua atau lebih bangkitan
ANAMNESIS
- Diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran
PEMERIKSAAN Pemeriksaan tanda vital, bau nafas, pupil, sistem motoric
FISIK
- Kejang dengan bangkitan 2x atau lebih disertai penurunan kesadaran
dimana diantara kejang tidak terdapat pemulihan kesadaran
- Kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit baik penderita sadar atau tidak
- Gejala tekanan intrakranial yang meningkat (pada kasus lesi desak ruang)
- Gejala sistemik sebagai penyebab dasar (hepatoma, gagal ginjal, hipoksia,
KRITERIA imbalance elektrolit, sepsis, dll)
DIAGNOSIS - Gejala fokal :
 True localizing sign
 False localizing sign
 Neighbouring sign
• Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL).
DIAGNOSIS KERJA Status Epileptikus
DIAGNOSIS
BANDING
• Foto polos tengkorak
PEMERIKSAAN
• Neurofisiologi : EEG, BAEP
PENUNJANG
• CT Scanning dengan kontras/ MRI kepala dengan kontras
TATALAKSANA Stadium Penatalaksanaan
Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik,
Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen,
resusitasi
Stadium II (0-60 Memasang infus pada pembuluh darah besar
menit) Mengambil 5-10cc darah untuk pemeriksaan
lab
Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20
mg iv (kecepatanpemberian < 2-5 mg/menit
atau rectal dapat diulang 15
menitkemudian.Memasukan 50 cc glukosa 40%
dengan atau tanpa thiamin 250 mg intravena
Menangani asidosis

STATUS EPILEPTIKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


008.02.02.11.300801 02 2/3
8

dengan atau tanpa thiamin 250 mg intravena


Menangani asidosis
Lorazepam 0,1-0,15mg/kg BB dengan
kecepatan pemberian 1-2 menit, dapat diulangi
5 menit kemudian jika masih kejang.
Stadium III (0-60 - 90 Menentukan etiologi
menit) Bila kejang berlangsung terus 5 menit setelah
pemberian diazepampertama, beri phenytoin iv
15-20 mg/kgBB dengan kecepatan 50mg/menit.
Memulai terapi dengan vasopresor bila
diperlukan
Mengoreksi komplikasi
Stadium IV (30-90 Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60
TATALAKSANA
menit) menit, transfer pasien ke ICU, beri Propofol
(2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu)
atauThiopentone (100-250 mg bolus iv
pemberian dalam 20 menitdilanjutkan dengan
bolus 50 mg setiap 2-3
menit)dilanjutkansampai 12-24 jam setelah
bangkitan klinis atau bangkitan EEGterakhir,
lalu dilakukan tapering offatau Midazolam
0,2mg/kg BB bolus dengan kecepatan
2mg/menit, maximal 10mg. Memonitor
bangkitan dan EEG, tekanan intracranial,
memulaipemberian OAE dosis maintenance
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
PROGNOSIS c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobata
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI

STATUS EPILEPTIKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


008.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Mampu menyimpulkan diagnosis kejang berdasarkan gambaran klinik


 Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan dengan obat antikejang yang
sesuai secara rasional
INDIKATOR
 Mampu menangani kejang sesuai sindroma epilepsi yang terjadi dan
MEDIS
mengevaluasi hasil terapi secara teratur
 Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk memantau efek
samping obat dan kadar obat dalam darah
1. Pedoman Tatalaksana Epilepsi, PERDOSSI, 2014.
2. ILAE Treatment Guideline:Evidence-based Analysis of Antiepileptic
Drug Efficacy and Effectiveness as Initial Monotherapy for Epileptic
Seizures and Syndromes.
3. Epilepsy; A Comprehensive Textbook, Engel Pedley, Lippincott Wilkins
& Williams, 2008
KEPUSTAKAAN
4. The treatment of epilepsy 2 edition, Simon D Sharvon et al, Blackwell
science, 2004
5. Epilepsy Syndrome, Mary Ann Werz, Saunders Elsevier, 2010
6. Wyllies Teratment of Epilepsy, Elaine Wyllies, Lippincott Wilkins &
Williams, 2011psy, Elaine Wyllies, Lippincott Wilkins & Williams,
2011
EPILEPSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


009.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

EPILEPSI
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang
berulang, yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy
sendiri adalah suatu manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama)
PENGERTIAN terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya
timbul intermiten dan 'self-limited'.
Sindroma Epilepsi
penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul
bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan usia
saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan prognosa)
ANAMNESIS Bangkitan epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa provokasi
PEMERIKSAAN
Status Neurologis
FISIK
KRITERIA Klasifikasi Bangkitan Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1981)
DIAGNOSIS
I. Bangkitan Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala-psikis
4. Disertai gejata autonomik
B. Parsial kompleks
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa
automatism
2. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa
automatism
C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik
klonik
II. Bangkitan Umum
A. Bangkitan Lena (absence) &atypical absence
B. Bangkitan Mioklonik
C. Bangkitan Klonik
D. Bangkitan Tonik
E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik

STATUS EPILEPTIKUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


009.02.02.11.300801 02 2/3
8

III. Bangkitan yang tidak terklasifikasikan


DIAGNOSIS KERJA Epilepsi
1. Bangkitan Psychogenik
2.Gerak lnvolunter (Tics, headnodding,
paroxysmalchoreoathethosisldystonia, benign sleep myoclonus,
paroxysmal torticolis, startle response, jitterness, dll.)
3. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks, TIA, TGA,
narkolepsi, attention deficit)
DIAGNOSIS
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding, hiperventilasi)
BANDING
5.Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking, nightmares, confusion,
sindroma psikotik akut)
6. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri abdomen)
7. Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy speels, hydrocephalic
spells, cardiac arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic paralysis,
migren, dll)
PEMERIKSAAN Laboratorium/ Pemeriksaan Penunjang:
PENUNJANG 1. EEG
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik atas indikasi
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya
Perlu diperiksa pada sindroma tertentu
1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbat Pungsi
Radiologi atas indikasi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI) dengan kontras
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan utama
untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging

EPILEPSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


009.02.02.11.300801 02 3/3
8

Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
TATALAKSANA
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
5. Topiramat : 2,5-6mg/kgBB/hari
6. Lamotrigin : 0,15mg/kg BB/hari
7. Levitiracetam : 20-50mg/kg BB/hari
Tergantung kondisi klinis.

Pengobatan dilakukan secara teratur sampai 3 tahun bebas kejang dengan


tanpa efek samping dan komplikasi

EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung kondisi klinis
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR  Mampu menyimpulkan diagnosis kejang berdasarkan gambaran klinik
MEDIS
 Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan dengan obat antikejang yang
sesuai secara rasional
 Mampu menangani kejang sesuai sindroma epilepsi yang terjadi dan
mengevaluasi hasil terapi secara teratur
 Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk memantau
efek samping obat dan kadar obat dalam darah
1. Pedoman Tatalaksana Epilepsi, PERDOSSI, 2012.
2. Epilepsy; A Comprehensive Textbook, Engel Pedley, Lippincott Wilkins
& Williams, 2008
3. The treatment of epilepsy 2 edition, Simon D Sharvon et al, Blackwell
KEPUSTAKAAN science, 2004
4. Epilepsy Syndrome, Mary Ann Werz, Saunders Elsevier, 2010
5. Wyllies Teratment of Epilepsy, Elaine Wyllies, Lippincott Wilkins &
Williams, 2011
6.

TENSION TYPE HEADACHE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


010.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Tension Type Headache adalah nyeri kepala bilateral menekan atau mengikat
dengan intensitas ringan hingga sedang, yang tidak bertamabah dnegan
PENGERTIAN
aktifitas fisik, tidak didapatkan mual, namun bisa terdapat fotofobiaatau
fonofobia.
a) Episode serangan nyeri kepala
Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
ANAMNESIS
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
PEMERIKSAAN
Status Neurologis, perikranial tenderness (+)
FISIK
KRITERIA KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
DIAGNOSIS KERJA Tension Type Headache
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.

DIAGNOSIS 2. Nyeri kepala servikogenik


BANDING 3. Psikosomatis

TENSION TYPE HEADACHE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


010.02.02.11.300801 02 2/3
8

Laboratorium
darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
PEMERIKSAAN Radiologi :
PENUNJANG Rontgen cervical
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi Nxeri
kepala Perdossi 2005yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 100 mg/hari, NSAIDs
(Ketoprofen 25-50mg/hari
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin 12,5-25mg
5. Antiansietas : got. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
TATALAKSANA
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
e. EMG Biofeedback
f. terapi relaksasi
Terapi Preventif :
- Amitriptilin dimulai 10-25 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai 125 mg
- Preparat lain yang bisa dipakai untuk profilaksis adalah sodium valproat,
venlafaxin, dan Topiramat.
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan
respon terhadap pengobatan).
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Baik
TINGKAT II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis nyeri kepala termasuk

faktor yang memperberat dan meringankan nyeri kepala

INDIKATOR o Mampu membedakan nyeri kepala primer dan sekunder


MEDIS o Mampu mebedakan 3 jenis nyeri kepala primer (migren, tension headache
dan cluster headache)

TENSION TYPE HEADACHE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


010.02.02.11.300801 02 3/3
8

o Mampu menguraikan indikasi untuk melakukan eksplorasi lebih jauh


tentang penyebab nyeri kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
funduskopi
o Mampu menyimpulkan keadaan darurat nyeri kepala akut (disebabkan oleh
vaskuler) dan nyeri kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
INDIKATOR
intrakranial)
MEDIS
o Mampu merencanakan tindakan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
dan mampu menafsirkan hasilnya
o Mampu menangani kasus nyeri kepala dengan terapi umum,
medikamentosa (abortif, simptomatis dan profilaksis) dan terapi
nonmedikamentosa (terapi perilaku, relaksasi)
1. International Headache Society. The International Classification of
Hedache Disorder, 3rd edition. 2013.
2. Konsensus National Penanganan Nyeri Kepala di Indonesia. Kelompok
Studi Nyeri Kepala. PERDOSSI
3. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
KEPUSTAKAAN Elsevier, 2010
4. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
Williams, 2010
5. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
6. EFNS guideline on the treatment of tension type headache report of an
EFNS force, European Journal of Neurology, 2010, 2011
NYERI KEPALA CLUSTER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


011.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Nyeri kepala cluster adalah nyeri kepala hebat, nyeri selalu unilateral di
orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi dari tempat-tempat tersebut,
berlangsung 15-180 menit terjadi dengan frekuensi dari sekali tiap dua hari
PENGERTIAN sampai 8 kali sehari, serangan disertai satu atau lebih sebagai berikut ,
semuanya ipsilateral injeksi konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal,
rhinorrhea, berkeringat di wajah dan kening, mioosis, ptosis, edema palpebra.
Sela serangan sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila takdiobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
ANAMNESIS
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan : dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
PEMERIKSAAN
Status Neurologis
FISIK
KRITERIA KRITERIA DIAGNOSIS:
DIAGNOSIS
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila takdiobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan

NYERI KEPALA CLUSTER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


011.02.02.11.300801 02 2/3
8

DIAGNOSIS KERJA Nyeri Kepala Cluster


1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma
DIAGNOSIS
kelenjar pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker nasofaring.
BANDING
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
• Laboratorium : darah rutin
• Radiologi : CT-scan dengan kontras/MRI dengan kontras
(menyingkirkan penyebab lain)
PEMERIKSAAN
• Gold Standard : Kriteria diagnosis Nyeri Kepala Kelompok studi Nyeri
PENUNJANG
kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari I H S (Intrenational Headache
Society)
• Patologi Anatomik : -
TATALAKSANA Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1. Inhalasi 02 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
2. Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3. Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
4. Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5. Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6. Indometasict (rektal suppositoria)
7. Opioids
8. Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
9. Gabapentin atau topiramat
10. Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes saputangan dan
inhale selama beberapa detik.
Tindakan :
- Penyuntikan dan blokade saraf
- Operatif pada intraktabel
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan
respon terhadap pengobatan).
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Baik
TINGKAT
II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI

NYERI KEPALA CLUSTER

No. Dokumen No. Revisi Halaman


011.02.02.11.300801 02 3/3
8

o Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis nyeri kepala termasuk


faktor yang memperberat dan meringankan nyeri kepala
o Mampu membedakan nyeri kepala primer dan sekunder
o Mampu mebedakan 3 jenis nyeri kepala primer (migren, tension headache
dan cluster headache)
o Mampu menguraikan indikasi untuk melakukan eksplorasi lebih jauh
tentang penyebab nyeri kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
INDIKATOR funduskopi
MEDIS o Mampu menyimpulkan keadaan darurat nyeri kepala akut (disebabkan oleh
vaskuler) dan nyeri kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
intrakranial)
o Mampu merencanakan tindakan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
dan mampu menafsirkan hasilnya
o Mampu menangani kasus nyeri kepala dengan terapi umum,
medikamentosa (abortif, simptomatis dan profilaksis) dan terapi
nonmedikamentosa (terapi perilaku, relaksasi)
1. International Headache Society. The International Classification of

Hedache Disorder, 3rd edition. 2013.


2. Konsensus National Penanganan Nyeri Kepala di Indonesia. Kelompok
Studi Nyeri Kepala. PERDOSSI
3. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
KEPUSTAKAAN Elsevier, 2010
4. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
Williams, 2010
5. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
6. Diagnosis and management of headache in young people and adult, NICE
guidelines, September 2012
NYERI PUNGGUNG BAWAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


012.02.02.11.300801 02 1/4
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
PENGERTIAN
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral.
• nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah
• nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya
• nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
ANAMNESIS
kearah tungkai dan kaki.
• Nyeri berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (referred pain).
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya (red flags)
- neoplasma / karsinoma
- infeksi
- fraktur vertebra,
PEMERIKSAAN
- sindrom kauda ekwina
FISIK
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifiK
Sekitar > 90 % NPB akut atau kronik (> 3 bulan) merupakan NPB non-
spesifik
KRITERIA Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
DIAGNOSIS
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau campuran
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.
DIAGNOSIS KERJA Nyeri Punggung Bawah
Pembagian Nyeri Punggung Bawah menurut Alberta Canada :
 Spondylogenik
 Nyeri neurogenik
DIAGNOSIS
 Nyeri punggung bawah vaskulogenik
BANDING
 Nyeri punggung bawah viscerogenik
 Nyeri punggung bawah psikogenik

NYERI PUNGGUNG BAWAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


012.02.02.11.300801 02 2/4
8

Menurut American College of Physician and the American Pain Society


 NPB non spesifik
 NPB karena gangguan neurologis
 NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius ( red flag )
Nyeri punggung bawah dengan kategori red flag
DIAGNOSIS Neoplasma / karsinoma
BANDING Infeksi
Fraktur vertebra
Sindrom kauda equine
NPB dengan kelainan neurologic berat
NPB dengan sindrom radikuler
Umur > 50 tahun atau < 20 tahun
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PENUNJANG Atas indikasi :
- laju endap darah
- darah perifer lengkap (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit, Trombosit )
- ureum, creatinin
- elektrolit ( Natrium, Kalium, Klorida, kalsium, Magnesium )
- C – reaktif protein (CRP)
- faktor rematoid
- urinalisa
- LCS
- Tumor marker ( PSA, AFP, CEA, ALP, β-hCG, thyroglobulin,
calcitonin )
NEUROFISIOLOGI
atas indikasi : ENMG
NEURORADIOLOGI(atas indikasi)
- Foto polos
- Mielografi
- CT – mielografi
- BMD
Kausatif
Terutama kasus NPB dengan tanda bahaya ( red flag )
Simptomatik
b. Tergantung jenis dan intensitas
Nyeri inflamasi
TATALAKSANA
 Anti inflamasi ( steroid, NSAID sesuai fornas)
 Relaksan otot ( esperison Hcl, diazepam, tizanidin)
 Analgetik opioid lemah ( codein )
 Analgetik opioid kuat ( morphine sulfate )

NYERI PUNGGUNG BAWAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


012.02.02.11.300801 02 3/4
8

Nyeri neuropatik
 Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan ( carbamazepine, gabapentin,
okscarbazepine, feniton, asam valproat, pregabalin )
 Anti depressant ( amitryptiline )
 Relaksan otot ( esperison Hcl, diazepam, tizanidin)
 Analgetik opioid lemah ( codein )
 Analgetik opioid kuat ( morphine sulfate )
Nyeri campuran
• Injeksi epidural ( steroid, lidokain, opioid ) pada sindroma radikuler (atas
indikasi)
• Terapi invasive minimal (atas indikasi)
TATALAKSANA
• Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+), injeksi kortikosteroid intra artikular
• Sacroiliac joint pain : radiofrekuensi ablasi
• Coccygodynia : ganglion impar block, terapi elektrothermal intra discal
( IDET)
• Injeksi proloterapi
Rehabilitatif (sesuai diagnosis etiologic) : fisioterapi , terapi okupasi, social
worker, orthose/ prothesa
CBT ( Cognitive Behavioural Therapy )
Operatif (atas indikasi)
lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Baik
TINGKAT II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Mampu membedakan nyeri nosiseptif, neuropatik dan psikogenik
berdasarkan gambaran nyeri dan penyebabnya
 Mampu melakukan pemeriksaan spesifik untuk diagnosis (penilaian dan
pengukuran nyeri)
 Mampu menyimpulkan lokasi/ topis lesi
INDIKATOR
 Mampu menafsirkan penyebab nyeri dan mengevaluasinya
MEDIS
 Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang dan mampu
menyimpulkan Mampu menangani keluhan secara farmakologik dan
nonfarmakologik (Cognitive Behavioral Therapy, Biofeedback), serta
mengevaluasi hasilnya

NYERI PUNGGUNG BAWAH

No. Dokumen No. Revisi Halaman


012.02.02.11.300801 02 4/4
8

INDIKATOR • Mampu melaksanakan perujukan kepada sejawat dari bagian lain yang
MEDIS terkait dengan persoalan nyeri termasuk rehabilitasinya
1. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
Elsevier, 2010
KEPUSTAKAAN 2. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
Williams, 2010
3. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
NEUROPATI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


013.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa proses


demielinisasi atau degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf
PENGERTIAN
perifer mencakup saraf otak, saraf spinal dengan akar saraf serta cabang-
cabangnya, saraf tepi dan bagian-bagian tepi dari susunan saraf otonom.
ANAMNESIS Gangguan Sensoris, gangguan motorik
PEMERIKSAAN
Status Neurologis
FISIK
Klinis :
- gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan rasa raba, vibrasi
dan
posisi.
KRITERIA
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
DIAGNOSIS
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
EMG atas indikasi
USG atas indikasi
DIAGNOSIS KERJA Neuropati
- miopati
DIAGNOSIS
- motor neuron disease
BANDING
- multipel sklerosis
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG - Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12 darah, kadar
logam berat, fungi
- hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi atas indikasi
- - Biopsi saraf atas indikasi
Terapi Farmakologi kombinasi obat di bawah ini:
- Pregabalin, 300-600 mg/hari (Level of evedence A)
- Gabapentin, 900-3600/hari. Asam Valproat , 500-1200/hari (level
evidence B)
- Amitriptillin 25-100 mg/hari
TATALAKSANA
- Duloxetine, 60-120 mg/hari
- Tramadol, 210 mg/hari
- Morphine Sulfat, dititrasi sampai 120 mg/hari
- Fluoxetine 1-2 x20mg
Antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat

NEUROPATI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


013.02.02.11.300801 02 2/2
8

EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
TINGKAT
II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
(termasuk lesi pleksus)
 Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik neuropati perifer
(termasuk akut dan kronik)
 Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan dasar

INDIKATOR neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.


MEDIS  Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari terjadinya neuropati
(defisiensi, metabolik, trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
 Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma prototip, gejala yang
dominan (motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta
gejala lain yang menyertai
 Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan PA
 Evidence based guideline : Treatment of Painfull Diabetic Neuropaty.
KEPUSTAKAAN
American Academy of Neurology. Bril V England J,2011.
PENYAKIT PARKINSON

No. Dokumen No. Revisi Halaman


014.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Penyakit degenerasi otak dimana terjadi penurunan jumlah dopamine di otak


yang berperan dalam mengontrol gerakan sebagai akibat kerusakan sel saraf
PENGERTIAN
di substansia grisea pars kompakta di batang otak, berlangsung kronik
progresif, dan belum ditemukan obat untuk menghentikan progresifitasnya.
ANAMNESIS Anamnesis:
 Awitan keluhan atau gejala tidak diketahui dengan pasti
 Perjalanan gejala semakin memberat
 Gejala dimulai pada satu sisi anggota gerak, tetapi seiring waktu akan
mengenai kedua sisi batang tubuh.
 Jenis gejala yang mungkin timbul :
- Merasakan tubuh kaku dan berat
- Gerakan lebih kaku dan lambat
- Tulisan tangan mengalami mengecil dan tidak terbaca
- Ayunan lengan berkurang saat berjalan
- Kaki diseret saat berjalan
- Suara bicara pelan dan sulit dimengerti
- Tangan dan kaki gemetar
- Merasa goyah saat berdiri
- Merasa kurang bergairah
- Berkurang fungsi penghidu / penciuman
- Keluar air liur berlebihan
 Faktor yang memperingan gejala : istirahat, tidur, suasana tenang
 Faktor yang memperberat gejala : kecemasan, kurang istirahat,
 Riwayat penggunaan obat anti Parkinson dan respon terhadap pengobatan
a. Pemeriksaan saat pasien duduk : tremor saat istirahat, ekspresi wajah
seperti topeng
b. Pemeriksaan bradikinesia
PEMERIKSAAN
c. Pemeriksaan saat pasien berjalan : kesulitan/ tampak ragu-ragu saat mulai
FISIK
berjalan, kaki diseret, jalan makin lama makin cepat.
d. Ditemukan rigiditas pada pemeriksaan tonus otot, seperti “roda gigi”
e. Pemeriksaan instabilitas postural / tes retropulsi
Criteria hughes:

KRITERIA a. Possible
DIAGNOSIS Bila terdapat salah satu gejala utama :
 Tremor istirahat

PENYAKIT PARKINSON

No. Dokumen No. Revisi Halaman


014.02.02.11.300801 02 2/3
8

 Rigiditas
 Bradikinesia
 Kegagalan reflex postural
KRITERIA b. Probable
DIAGNOSIS Bila terdapat kombinasi dua gejala utama ( termasuk kegagaln reflex
postural)
c. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala utama.
DIAGNOSIS KERJA Penyakit Parkinson
 Tremor esensial
 Tremor distonik
 Parkinson terinduksi oleh obat
 Penyakit Wilson
DIAGNOSIS
 Demdensia Lewi Bodies
BANDING
 Multiple system atrophy
 Progressive suprnuclear palsy
 Paskinsonism vaskuler
 Normopressure hydrocephalus
Pencitraan otak
c. Pencitraan structural
 CT scan kepala

PEMERIKSAAN  MRI Kepala


PENUNJANG  Ultrasonografi transkranial
d. Pencitraan fungsional
 PET
 SPECT
TATALAKSANA 1. Stadium penyakit awal
a. Non farmakologis dan non pembedahan
Nutrisi : diet sehat berupa sayur dan buah-buahan
Aktifitas : edukasi, aerobic, penguatan, latihan keseimbangan
fisioterapi
b. Farmakologis
Levodopa, MAO-B Inhibitor (selegiline, rasagiline), agonis
dopamine ( pramipexol, ropinirole, rotigotine )
2. Stadium penyakit lanjut
a. Terapi simptomatik lanjut (komplikasi motorik)
 Farmakologi : levodopa, antivirus (amantadine ), MAO-B inhibitor
(selegiline, rasagiline), COMT (entacapon), agonis dopamine
(pramipexol, ropinirole, rotigotine )

PENYAKIT PARKINSON

No. Dokumen No. Revisi Halaman


014.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Pembedahan fungsional : palidotomi unilateral, deep brain


stimulation ( palidum posteroventral, nucleus subtalamikus)
 Non farmakologi : fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan
bahasa
b.Terapi simptomatik lanjut (komplikasi non motorik)
 demensia : rivastigmin, donepezil, galantamin, memantin
 psikosis : clozapine, olanzapin, quetiapin, risperidon
TATALAKSANA
 depresi : antidepresan trisiklik, SSRIs
 hipotensi ortostatik : midodrine, fludrokortison
 mual dan muntah : domperidon, ondansetron
 konstipasi : polyethylene glycol solution, suplemen serat
 disfungsi ereksi : sildenafil, vardefanil, papaverin iv
 kantuk di siang hari : modafinil
 gangguan perilaku tidur REM : klonazepam
 Menjelaskan tentang diagnosis dan tatalaksana
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang progresifitas penyakit
HEALTH  Menjelaskan tentang efek samping obat
PROMOTIONAL)
 Memberikan kondisi lingkungan rumah yang aman
Ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Mampu mendiagnosis
INDIKATOR
MEDIS  Mampu melakukan tatalaksana tahap lanjut secara paripurna dan
multidisiplin
KEPUSTAKAAN 1. Canadian guidline on Parkinson’s disease, Can J Neurol Sci. 2012;39:
Suppl 4:SI-S30
2. Consensus Guidline for Treatment of Parkinson Disease. Movement
Disorders Concil. Malaysia Society of Neuroscience. 2012
3. Kelompok Studi Movement Disorder Perdossi. 2013 Buku Panduan
Penyakit Parkinson dan Gangguan gerak lainnya, Desantara Utama.
4. National Institute for helath and Clinical Excellence- Parkinson’s
Disease: diagnosis and management in primary and secondary care. June
2006

MIELOPATI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


015.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh
PENGERTIAN
adanya lesi komplit atau inkomplit.
Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air
ANAMNESIS besar,
gangguan sensibilitas
• parese / plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau

PEMERIKSAAN • campuran UMN dan LMN), hipestesi / anestesi segmental, gangguan


FISIK fungsi otonom.
• Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
• Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
• parese / plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau

KRITERIA • campuran UMN dan LMN), hipestesi / anestesi segmental, gangguan


DIAGNOSIS fungsi otonom.
• Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
• Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
DIAGNOSIS KERJA Mielopati
DIAGNOSIS
Polineuropati
BANDING
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Laboratorium:
PENUNJANG • Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat :
kokain, heroin
• Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik :
• Foto polos vertebra AP / Lateral / Oblik
• Mielografi
• CT mielografi
Pemeriksaan penunjang lain :
• ENMG
• Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia
• SSEP / VEP
• MRI dengan kontras

NEUROPATI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


015.02.02.11.300801 02 2/2
8

Kausal
• injeksi Metil Prednisolon 4x 250 mg (IV) selama 3-7 hari
• Plasma excange ( Jika terapi gagal dengan kortikosteroid)
• Rituximab ( Jika diduga Neoromielits Optica)
TATALAKSANA • Simptomatik
• Suportif
• *Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
• Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung penyebab dan berat penyakit
TINGKAT
II
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
(termasuk lesi pleksus)
 Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik (termasuk akut dan
kronik)
 Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan dasar
INDIKATOR neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.
MEDIS
 Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari (defisiensi, metabolik,
trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
 Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma prototip, gejala yang
dominan (motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta
gejala lain yang menyertai
 Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan PA
 Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
2008
 Skeie, Apostolski, A. Evoli, N. E. Gilhus.et all. Guideline for treatement
KEPUSTAKAAN
of autoimun neuromuscular disorder. EFNS Guideline.2010.European
jurnal of Neurology
 Clinical evaluation and treadment of tranverse myelitis,2011

SINDROMA GUILLAN BARRE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


016.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sistem saraf


PENGERTIAN tepi dan menyebabkan kelemahan otot, apabila parah dapat mengakibatkan
kelumpuhan, bahkan otot-otot pernapasan.
 Kelemahan ascendendan simetris
 Anggota gerak bawah dulu baru menjalar ke atas
 Kelemahan akut dan progresif yang ditandai arefleksia
 Puncak defisit 4 minggu
ANAMNESIS  Pemulihan 2-4 minggu pasca onset
 Gangguan sensorik pada umumnya ringan
 Gangguan otonom dapat terjadi
 Gangguan saraf cranial
 Gangguan otot-otot nafas
 Kelemahan saraf Cranialis III, IV, VI, VII, IX, X

PEMERIKSAAN  Kelemahan angota gerak yang cenderung simtris dan asendens


FISIK  Hiporefleksi atau arefleksia
 Tidak ada tonus atau reflek patologis
KRITERIA Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurofisiologi,
DIAGNOSIS dan lumbal pungsi.
DIAGNOSIS KERJA Sindroma Gullian Barre
DIAGNOSIS
CIDP, Mielitis Transversa dan polineuropati akut lainnya
BANDING
PEMERIKSAAN - Laboratorium (untuk menyingkirkan diagnosis banding lainnya) :
PENUNJANG pemeriksaan darah lengkap, ureum/kreatinin, SGOT/SGPT, elektrolit,
creatinin kinase, serologi CMV/EBV/Micoplasma, antibodi glycolipid,
antibodi GMI
- Pencitraan : MRI minimal potongan sagital untuk menyingkirkan
diagnosis banding lain
- Lumbal pungsi
- Pemberian IVIG 0,4 gram/kgBB/hari selama 5 hari atau plasma exchange
digunakan sebagai lini pertama pengobatan (Level A)
- Pemberian IVIG memiliki efek samping yang lebih sedikit, sehingga lebih
TATALAKSANA banyak dipilih (Level B)
- Kombinasi methylprednisolon dosis tinggi dan IVIG memiliki manfaat
singkat (Level C)

SINDROMA GUILLAN BARRE

No. Dokumen No. Revisi Halaman


016.02.02.11.300801 02 2/2
8

- Pada anak-anak pemberian IVIG lebih direkomendasikan (Level C)


- Pemberian IVIG pada kasus yang relaps tetap harus dipertimbangkan
TATALAKSANA (GPP/Good Practice Price)
- Tindakan rehabilitasi disesuaikan dengan derajat kelemahan dan
disabilitas pasien
 Penjelasan sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur,
masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
EDUKASI
(HOSPITAL  Penjelasan mengenai GBS , risiko, dan komplikasi selama perawatan
HEALTH  Penjelasan mengenai faktor resiko dan pencegahan rekurensi
PROMOTIONAL)
 Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
 Penjelasan mengenai gejala GBS dan apa yang harus dilakukan sebelum
dibawa ke RS
Ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR
MEDIS
KEPUSTAKAAN - Elovaara I, Apostolski S, van Doorn P, et al, 2008,EFNS Guideline for the
use of intravenous immunoglobulin in treatment of neurological disease,
Eur J of Neurol, 15:893-908
- England JD, Gronseth GS, Franklin G, et al, 2009, Practice Parameter:
Evaluation of Distal symetric Polyneuropathy : Role of Laboratory and
Genetic Testing, Neurology, 72:185-192
- Orsini M, fritas MRG, Presto B, et al 2010, Guideline for Neuromuscular
Rehabilitation in Guillain Barre Syndrome, What can we do? Rev
Neuroscience, 18(4):572-580
- Patwa.HS, Chauderey V, Katzberg, Raegent. Evidenbased guideline:
Intravenous imunoglobulin in the treatement of neuromuscular
disorder.2012.american association of Neurology.78: 1009-1015
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
- Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia 2015

TUMOR MEDULLA SPINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


017.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah
PENGERTIAN
servikal pertama hingga sakral.
 Tumor ekstradura : Gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan ,diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom. Terdapat nyeri
radikular.
 Tumor intradural extramedullar : Gejala timbul akibat kompresi tumor
ANAMNESIS
diawali dengan gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan,diikuti
gejala motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala
otonom.
 Tumor intramedula : gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
 Pada pemeriksaan umum dieksplorasi kemungkinan metastase dari organ-
organ paru,prostat (pria) dan serviks uteri (wanita).
PEMERIKSAAN
 Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan
FISIK
sensorik,ditentukan adanya level gangguan sensorik pada tumor
ekstradura, keterlibatan otonom dan sadle anastesi pada tumor intramedula.
KRITERIA Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Anamnesis:
 Tumor ekstradura : baal atau kesemutan, diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending,gejala otonom, nyeri radikular.
 Tumor intradural extramedullar: berupa baal atau kesemutan,diikuti gejala
motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom.
 Tumor intramedula : diawali gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan umum ; eksplorasi tumor lain
 Pemeriksaan neurologis : motorik, sensorik, otonom
DIAGNOSIS KERJA Tumor Medulla Spinalis
DIAGNOSIS  Stroke medula spinalis
BANDING  Infeksi
Laboratorium: darah perifer lengkap (DPL), Gula darah, Fungsi ginjal
(Ureum, Kreatinin) , Fungsi hati (SGOT/SGPT), elektrolit, hemostasis (PT,

PEMERIKSAAN aPTT, INR) , tumor marker


PENUNJANG Radiologis
 Foto polos tulang belakang AP dan Lateral sesuai letak lesi
 MRI dengan kontras sesuai letak lesi

TUMOR MEDULLA SPINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


017.02.02.11.300801 02 2/2
8

 Lumbal pungsi: Pemeriksaan LCS rutin,quickenstedt test,serologi

PEMERIKSAAN LCS.
PENUNJANG  Bone scan dan bone skintigrafi
Golden standard: Biopsi
Tatalaksana dapat dilakukan dengan penanganan kausa yakni dengan
tindakan operasi, radioterapi atau kemoterapi.
methyl prednisolon 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi.
TATALAKSANA
Pemberian pengobatan simptomatik seperti dengan analgetik
Rehabilitasi medik
Lama Rawat Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung jenis tumor,lokasi tumor, ukuran tumor, modalitas dan tindakan
PROGNOSIS
yang dilakukan (reseksi tumor total atau parsial)
TINGKAT
III
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu membedakan tumor dengan infeksi berdasarkan perjalanan
penyakit dan gambaran radiologik

INDIKATOR o Mampu menyimpulkan kemungkinan metastasis tumor medula spinalis


MEDIS (dari cerviks, mammae, prostat, rektum, testis, paru dll)
o Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologik yang direncanakan
sebelumnya terkait kasus yang ditangani
- Mampu melakukan kerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kasus neuroonkologi
KEPUSTAKAAN  Central Nervous System Cancer;Clinical Practice in Oncology. 2011.
Journal National Comprehensive Cancer Network:352-400
 Chamberlain MC and Tredway TL. Adult primary intradural spinal cord
tumors: a review. Curr Neurol Neurosci Rep. 2011; 11(2):320-8.
 Raj VS and Lofton LT. Invited review: rehabilitation and treatment of
spinal cord tumors. The Journal of Spinal Cord Medicine. 2013; 36(1):1-
8

TUMOR MEDULLA SPINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


017.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah
PENGERTIAN
servikal pertama hingga sakral.
 Tumor ekstradura : Gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan ,diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom. Terdapat nyeri
radikular.
 Tumor intradural extramedullar : Gejala timbul akibat kompresi tumor
ANAMNESIS
diawali dengan gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan,diikuti
gejala motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala
otonom.
 Tumor intramedula : gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
 Pada pemeriksaan umum dieksplorasi kemungkinan metastase dari organ-
organ paru,prostat (pria) dan serviks uteri (wanita).
PEMERIKSAAN
 Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan
FISIK
sensorik,ditentukan adanya level gangguan sensorik pada tumor
ekstradura, keterlibatan otonom dan sadle anastesi pada tumor intramedula.
KRITERIA Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Anamnesis:
 Tumor ekstradura : baal atau kesemutan, diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending,gejala otonom, nyeri radikular.
 Tumor intradural extramedullar: berupa baal atau kesemutan,diikuti gejala
motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom.
 Tumor intramedula : diawali gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan umum ; eksplorasi tumor lain
 Pemeriksaan neurologis : motorik, sensorik, otonom
DIAGNOSIS KERJA Tumor Medulla Spinalis
DIAGNOSIS  Stroke medula spinalis
BANDING  Infeksi
Laboratorium: darah perifer lengkap (DPL), Gula darah, Fungsi ginjal
(Ureum, Kreatinin) , Fungsi hati (SGOT/SGPT), elektrolit, hemostasis (PT,

PEMERIKSAAN aPTT, INR) , tumor marker


PENUNJANG Radiologis
 Foto polos tulang belakang AP dan Lateral sesuai letak lesi
 MRI dengan kontras sesuai letak lesi

TUMOR MEDULLA SPINALIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


017.02.02.11.300801 02 2/2
8

 Lumbal pungsi: Pemeriksaan LCS rutin,quickenstedt test,serologi

PEMERIKSAAN LCS.
PENUNJANG  Bone scan dan bone skintigrafi
Golden standard: Biopsi
Tatalaksana dapat dilakukan dengan penanganan kausa yakni dengan
tindakan operasi, radioterapi atau kemoterapi.
methyl prednisolon 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi.
TATALAKSANA
Pemberian pengobatan simptomatik seperti dengan analgetik
Rehabilitasi medik
Lama Rawat Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung jenis tumor,lokasi tumor, ukuran tumor, modalitas dan tindakan
PROGNOSIS
yang dilakukan (reseksi tumor total atau parsial)
TINGKAT
III
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu membedakan tumor dengan infeksi berdasarkan perjalanan
penyakit dan gambaran radiologik

INDIKATOR o Mampu menyimpulkan kemungkinan metastasis tumor medula spinalis


MEDIS (dari cerviks, mammae, prostat, rektum, testis, paru dll)
o Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologik yang direncanakan
sebelumnya terkait kasus yang ditangani
- Mampu melakukan kerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kasus neuroonkologi
KEPUSTAKAAN  Central Nervous System Cancer;Clinical Practice in Oncology. 2011.
Journal National Comprehensive Cancer Network:352-400
 Chamberlain MC and Tredway TL. Adult primary intradural spinal cord
tumors: a review. Curr Neurol Neurosci Rep. 2011; 11(2):320-8.
 Raj VS and Lofton LT. Invited review: rehabilitation and treatment of
spinal cord tumors. The Journal of Spinal Cord Medicine. 2013; 36(1):1-
8

ABSES SEREBRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


018.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Penumpukan materi piogenik yang terlokalisir di dalam/diantara parenkim


otak, dengan etiologi bermacam-macam meliputi :
 Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus, Streptococcus anaerob,
PENGERTIAN Sreptococcus β hemolitikus, Streptococcus α hemolitikus, E. coli,
Bacteroides.
 Jamur N. asteroids, Candida, Aspergillus, Actinomycetes
 Parasit : E. Histolitika, Cystisercosis, Schistosomiasis
 Demam, nyeri kepala, perubahan kesadaran, dapat disertai kejang dan
ANAMNESIS
defisit neurologis fokal.
PEMERIKSAAN
 Kesadaran menurun, demam, kejang, dan terdapat defisit neurologis fokal
FISIK
 Gambaran klinisnya tidak khas. Kriteria terdapat gejala infeksi seperti
demam; peningkatan tanda TIK (sakit kepala yang semakin memberat,
muntah proyektil, penurunan kesadaran), dan tanda neurologis fokal
 Pemeriksaan darah rutin : 50-60% didapati leukoitosis, 70-95% LED
KRITERIA meningkat
DIAGNOSIS
 Ditemukan fokus seperti otitis media, sinusitis, endokarditis, pneumonia,
selulitis
 CT Scan kepala dengan kontras : massa hipodens dengan
penyangatan cincin pada tepinya
DIAGNOSIS KERJA ABSES SEREBRI
DIAGNOSIS Space Occupying Lesion lainnya seperti toksoplasmosis otak, tuberkuloma,
BANDING abses TB, keganasan.
PEMERIKSAAN  Darah rutin (leukosit, LED), ureum, kreatinin, SGOT, SGPT
PENUNJANG
 Pungsi lumbal : dilakukan bila tidak ada kontra indikasi untuk kultur dan
sensitifitas
 CT Scan kepala + kontras
 MRI kepala + kontras
 Terapi kausal :
Terapi empirik :
- Sefalosporin generasi III intravena (ceftriaxone 2 gr/12 jam iv atau
TATALAKSANA cefotaxime 2 gr/8 jam iv)
- Metronidazole 500 mg/8 jam

ABSES SEREBRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


018.02.02.11.300801 02 2/2
8

 Terapi kausal :
Terapi empirik :
- Sefalosporin generasi III intravena (ceftriaxone 2 gr/12 jam iv atau
cefotaxime 2 gr/8 jam iv)
- Metronidazole 500 mg/8 jam
Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai dengan
TATALAKSANA
hasiltes sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber
infeksi.
Jika hasil isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi empirik
dapat dilanjutkan hingga 6-8 minggu
 Antiedema : dexamethasone/manitol sesuai indikasi
 operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter ≥ 2,5 cm
 Penjelasan sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur,
masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
EDUKASI  Penjelasan mengenai Myasthenia Crisis , risiko, dan komplikasi selama
(HOSPITAL perawatan
HEALTH
PROMOTIONAL)  Penjelasan mengenai faktor resiko dan pencegahan rekurensi
 Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
 Penjelasan mengenai gejala Myasthenia Crisi dan apa yang harus
dilakukan sebelum dibawa ke RS
Ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR
MEDIS
KEPUSTAKAAN - Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
- Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia 2015

MULTIPLE SCLEROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


019.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Penyakit demielinisasi pada sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh proses
PENGERTIAN
autoimun
Gejala dan tanda neurologis dengan pola klinis remisi dan eksaserbasi,
dimana manifestasi klinis:
ANAMNESIS Menurunnya tajam penglihatan pada satu mata yang dapat disertai dengan
nyeri pada pergerakan mata, pandangan ganda, gangguan sensorik dan atau
kelemahan, gangguan keseimbangan
Penurunan ketajaman penglihatan dan nyeri pergerakan mata, gangguan
sensorik atau kelemahan, gangguan keseimbangan, Lhermitte sign positif
1. Neuritis Retrobulbar ( biasanya unilateral) : berkembang dari
gangguan penglihatan warna, gangguan visus dan nyeri daerah orbita
2. Gangguan gerakan bola mata dan nyeri pergerakan mata
3. Lhermitte sign positif (pada fleksi leher berupa rasa tersetrum yang
menjalar ke tulang belakang dan ekstremitas )

PEMERIKSAAN 4. Gangguan sensorik


FISIK 5. Gejala traktus piramidalis dan peningkatan refleks
6. Gejala serebelum yang ditandai dengan gangguan koordinasi, ataksi
dan tremor intensi
7. Disfungsi kandung kemih : Inkontinensia
8. Fenomena iktal: neuralgia trigeminal, serangankejang akut, distonia
paroksismal, disartria, atau ataksia
Tonic brainstem seizures : kekakuan tonik yang disertai nyeri dan bersifat
paroksismal pada otot-otot pada satu sisi tubuh
KRITERIA Kriteria Diagnosis menggunakan Kriteria McDonald 2010
DIAGNOSIS
≥ 2 serangan; terdapat Tidak ada
bukti klinis
≥ 2 lesi atau 1 lesi
dengan riwayat serangan
sebelumnya
≥ 2 serangan; terdapat DIS (dissemination in space):
bukti klinis 1 lesi Pada gambaran MRI didapatkan ≥ 1 lesi pada
minimal 2 dari 4 area tipikal MS yaitu
periventrikuler, jukstakortikal, infratentorial dan
medulla spinalis
1 serangan, terdapat bukti DIT (Dissemination in time);
klinis ≥ 2 lesi Terdapat lesi lain yang asimptomatik yang
menyangat atau tidak menyangat kontras

MULTIPLE SCLEROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


019.02.02.11.300801 02 2/3
8

Atau
Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat
kontras yang dilakukan pada saat follow-up, tanpa
melihat waktu pelaksaan MRI sebelumnya
1 serangan, terdapat bukti DIS dan DIT
klinis untuk 1 lesi DIS:
(clinically isolated Pada gambaran MRI didapatkan ≥ 1 lesi pada
syndrome) minimal 2 dari 4 area tipikal MS yaitu
periventrikuler, jukstakortikal, infratentorial dan
medulla spinalis
DIT:
Terdapatnya lesi lain yang asimtomatik yang
menyangat atau tidak menyangat kontras.
Atau
Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat
kontras yang dilakukan pada saat follow-up tanpa
melihat waktu pelaksanaan MRI sebelumnya
Gejala neurologis Progresivitas penyakit dalam satu tahun terakhir
progresif yang Ditambah dua dari 3 kriteria:
menyerupai MS (primary 1. DIS pada otak ≥1, berdasarkan potongan T2
Progressive MS) minimal 1 area khas MS (periventrikuler,
jukstakortikal, infratentorial dan medulla
spinalis)
2. Terdapat DIS pada medulla spinalis ≥ 2
3. Terdapatnya hasil positif pada cairan
serebrospinal (CSS) (oligoclonal Band (OCB)
dan atau pen
ingkatan IgG)
Laboratorium
 Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah
Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat),
Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), elektrolit, anti HIV, ANA, dsDNA,
profil ANA, anti SSA, anti SSB, antibody anti aquaporin 4
(menyingkirkan NMO), sputum BTA

PEMERIKSAAN  LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS


PENUNJANG Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik (> 5 sel per mm3) umumnya
sel mononuklear jarang polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa
semakin tinggi jumlah sel.Kadar protein : dengan sistem pandy positif,
kwantitatif kadar gamma globulin meningkat.
 Funduskopi : kepucatan fundus bitemporal
 EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik

MULTIPLE SCLEROSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


019.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Elektro okulo / nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak


terlihat mata telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi ½ -2 cm
Radiologis
PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan Rontgen thorax untuk melihat ada tidaknya infeksi maupun
PENUNJANG
kelainan jantung
• Brain CT-Scan dengan/tanpa kontras
• MRI Brain dengan kontras dan Medulla Spinalis dengan kontras
(Gold Standard
Terapi relaps:
1. metilprednisolon Intravena 500mg-1000mg selama 3-5 hari
2. Alternatif terapi : Metilprednisolon oral 500-1000mg selama 3-5 hari.
dalam dosis tunggal atau terbagi
Terapi jangka panjang
TATALAKSANA
1. Clinically Isolated Syndrome (CIS) : Interferon β
2. Relapsing-Remiting Multiple Sclerosis (RRMS) : Interferon β 1a dan
1b, Glatiramer Asetat, Fingolimod
3. Secondary Progressive MS (PPMS) : hingga saat ini belum ada obat
yang direkomendasikan untuk PPMS
EDUKASI - Penjelasan sebelum MRS ( rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur,
(HOSPITAL
masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
HEALTH
PROMOTIONAL) komplikasi)
- Penjelasan mengenai MS, risiko dan komplikasi selama rawatan
- Penjelasan mengenai faktor resiko dan pencegahan rekurensi
- Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
- Penjelasan mengenai gejala MS, dan apa yang harus dilakukan sebelum
dibawa ke RS
Ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR
MEDIS
KEPUSTAKAAN Panduan Praktik Klinis Nuerologi Perdossi 2016

NEUROMYELITIS OPTICA (NMO)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


020.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Penyakit demielinisasi inflamatorik pada sistim saraf pusat yang


PENGERTIAN
menyebabkan mielitis dan inflamasi pada saraf optic
Ditemukan gangguan penglihatan yang lebih berat,ditemukan gangguan
ANAMNESIS
sensorik yang simetrik dan disfungsi spingter.
PEMERIKSAAN
Ada defisit neurologis
FISIK
KRITERIA NMOSD dengan IgG-AQP4 positif
DIAGNOSIS
 Minimal terdapat 1 karakteristik klinis utama
 IgG-AQP4 positif mengguanakan metode deteksi terbaik
(direkomendasikan Cell based assay)
 Diagnosis alternative telah diekseklusi
NMOSD dengan IgG-AQP4 negatif atau status IgG-AQP4 tidak diketahui
a. Minimal terdapat 2 karakteristik klinis utama yang muncul pada 1
kali relaps atau lebih dan memenuhi criteria berikut ini :
 Setidaknya 1 dari karakteristik klinis utama adalah neuritis
optic, mielitis akut dengan long extended transverse myelitis
(LETM) atau sindrom area postrema
 Dissemination in spac,yaitu ≥2 sindrom klinis yang berbeda
 Temuan MRI yang mendukung sindrom tersebut
b. IgG-AQP4 negatif
c. Diagnosis alternative telah diekseklusi
Karakteristik Klinis uatama
a. Neuritis optic
b. Mielitis akut
c. Sindrom area postrema/dorsal medulla
d. Sindrom batang otak/periependimal akut
e. Narkolepsi simptomatik atau sindrom klinis diensefalik akut dengan
MRI diensefalon yang tipikal NMOSD
f. Sindrom serebral simtomatik dengan lesi otak tipikal NMOSD
Gambaran MRI yang harus terpenuhi pada NMOSD dengan IgG-AQP4
negatif atau tidak diketahui
a. Neuritis optic akut : MRI otak harus
 Normal atau hanya ada lesi susbstansia alba yang
nonspesifik, atau
 Hiperintens pada nervus optikus pada MRI sekuens T2 atau
lesi menyangat gadolinium pada sekuens T1 dengan panjang
lebih

NEUROMYELITIS OPTICA (NMO)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


020.02.02.11.300801 02 2/3
8

dari ½ nervus optikus atau melibatkan kiasma optikus


b. Mielitis akut:
 Pada MRI didapatkan lesi pada ≥3 segmen intramedula
spinalis yang berdekatan (LETM), atau
 Atrofi fokal pada ≥ 3segmen medulla spinalis yang
berdekatan pada pasien dengan riwayat mielitis akut
c. Sindrom area postrema : adanya lesi pada area postrema atau dorsal
medulla
d. Sindrom batang otak akut : adanya lesi pada batang otak
periependimal
Diagnosis NMOSD dapat ditegakkan setelah mengalami satu serangan klinis,
tidak cukup hanya dinuktikan dengan ditemukannya IgG-AQP4 atau temuan
MRI yang sesuai namun asimtomatik
DIAGNOSIS KERJA Neuromyelitis optica (nmo)
DIAGNOSIS
Multipel Sklerosis
BANDING
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG
 Seropositif antibodi anti-AQP4/IgG-NMO
 Pemeriksaan Hitung jenis darah, koagulasi, kimia darah, gula darah,
kadar asam folat, vitamin B12, pemeriksaan antibodi (ANA, anti
dsDNA, antifosfolipid). Urinalisa dan sedimen
 Pemeriksaan Cairan Serebrospinal : pleositosis ( > 50sel/mm 3 )
dengan predominan neutrofil serta peningkatan protein (100-500
mg/dl) merupakan hasil yang palig banyak ditemukan
Radiologis
MRI Brain dengan kontras dan MRI Medula Spinalis dengan kontras
Visual evoked potential : mendeteksi lesi nervus optikus
Terapi pada serangan akut :
 Kortikosteroid: metilprednisolon iv 1000 mg/hari selama 5 hari atau
lebih
 Plasmaferesis: 5-7 siklus, untuk serangan yang semakin progresif
atau refrakter terhadap terapi kortikosteroid
 Imunoglobulin Intravena : 0,7 gram/kgBB selama 3 hari
 Siklofosfamid : 2 gram/hari selama 4 hari
TATALAKSANA
Terapi pencegahan relaps:
 Prednisolon: 2-20 mg/hari
 Rituksimab : 1 gram/hari pada hari ke-1 dan ke-14 diulang setiap 6
bulan
 Plasmafaresis : 5 kali
 Siklofosfamid : 2 gram/hari selama 4 hari

NEUROMYELITIS OPTICA (NMO)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


020.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Azatriopin : 2,5 mg-3 mg/kgbb/hari secara oral (monitor kadar


hematologi dan enzim hati)
 Micofenolat mofetil : 750-3000 mg/hari
 Mitoksantron : Inisiasi 12 mg/m2 tiap bulan selama 3-6 bulan; Dosis
rumatan 6-12 mg/m2 tiap 3 bulan
TATALAKSANA
 Metotreksat : 7,5-25mg satu kali seminggu
 Siklosporin A : 2,5 mg/kgBB
Terapi preventif : Interferon beta 1 B (bermanfaat pada jenis optiko-spinal
dan MS tipe western)
7-14 hari
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
Ad vitam
PROGNOSIS
Ad Functionam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR
MEDIS
KEPUSTAKAAN Buku ajar neurologi FKUI 2017
MIELITIS TRANSVERSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


021.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Kelainan neurologis yang disebabkan oleh proses inflamasi yang menyilang


PENGERTIAN pada kedua sisi atau segmen medula spinalis yang mengenai saraf motorik,
sensorik dan otonom, penyebab tersering adalah infeksi virus.
Nyeri lokal punggung bawah, paresthesia mendadak (sensasi abnormal
seperti terbakar, menggelitik, menusuk atau kesemutan) pada anggota gerak,
ANAMNESIS
Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air besar
(gangguan otonom),gangguan sensibilitas, nyeri tulang belakang
 Kelemahan tungkai dan lengan
 Nyeri tulang belakang
 Gangguan sensoris (kebas, kesemutan, rasa dingin, atau terbakar)
PEMERIKSAAN
 Disfungsi saluran cerna dan kandung kemih ( inkontinensia, kesulitan
FISIK
saat BAK, rasa seperti masih ada sisa setelah BAK, dan konstipasi)
 Dapat terjadi akut (berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa
hari) atau subakut ( berkembang dalam 1 hingga 2 minggu)
 Memenuhi criteria anamnesis
 Kelemahan tungkai dan lengan

KRITERIA  Nyeri tulang belakang


DIAGNOSIS  Gangguan sensoris (kebas, kesemutan, rasa dingin, atau terbakar)
 Disfungsi saluran cerna dan kandung kemih ( inkontinensia, kesulitan
saat BAK, rasa seperti masih ada sisa setelah BAK, dan konstipasi)
DIAGNOSIS KERJA MIELITIS TRANSVERSA
DIAGNOSIS Spondilitis TB dan lesi kompresi medulla spinalis lainnya, Sindroma Guillan
BANDING Barre
Pemeriksaan Laboratorium:
• Darah rutin (Hb, Leukosit, Hematokrit, Trombosit), kimia darah (SGOT,
SGPT, Ureum Kreatinin, Natrium, Kalium), Urin lengkap
PEMERIKSAAN • Likuor serebrospinalis (lumbal punksi)
PENUNJANG Pemeriksaan Radiologik :
• Foto polos vertebra AP / Lateral / Oblik
• Mielografi
• MRI medula spinalis dengan kontras
Kausal
• Simptomatik: analgetik
TATALAKSANA • Suportif: glukokortikoid oral (prednison) 1 mg/kgBB dosis tunggal selama 2
minggu secara bertahap diturunkan dan dihentikan setelah 7 hari.

MIELITIS TRANSVERSA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


021.02.02.11.300801 02 2/2
8

: methyl prednisolon injeksi 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi
selama 7-10 hari.
TATALAKSANA • Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
 Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang penyebab mielitis transversa, diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung penyebab dan berat penyakit
Quo ad vitam : Bonam
PROGNOSIS
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR  Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
MEDIS
(termasuk lesi pleksus)
 Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik (termasuk akut dan
subakut)
 Mampu menganalisa diagnosis topik, keluhan pasien dengan dasar
neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.
 Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari (defisiensi, metabolik,
trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
 Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, gejala yang dominan
(motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala lain
yang menyertai
 Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan
pemeriksaan penunjang lainnya
 Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
KEPUSTAKAAN
2008

PERIODIK PARALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


022.02.02.11.300801 02 1/2
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan.


Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai
PENGERTIAN
dengan : awitan akut dengan gejala
kelumpuhan anggota gerak.
awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak.
ANAMNESIS Serangan terutama pada pagi hari. Setelah makan banyak karbohidrat, terlalu
lelah, cuaca dingin.
kelumpuhan anggota gerak akut.

PEMERIKSAAN Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena.


FISIK Refleks tendon mungkin menurun.
Tidak ada gangguan sensoris.
kelumpuhan anggota gerak akut
Tidak ada gangguan sensoris.

KRITERIA Serangan terutama pada pagi hari.


DIAGNOSIS Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah, cuaca dingin.
Kadar kalium darah 2-3 mEq. Laboratorium lain dalam batas normal Pria
lebih banyak daripada wanita
DIAGNOSIS KERJA Periodik paralisis
DIAGNOSIS Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
BANDING
PEMERIKSAAN Laboratorium : lab darah rutin, gula darah, faal ginjal, kalium,natrium,
PENUNJANG klorida dan magnesium darah, fungsi tiroid
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
Biopsi otot
Terapi Farmaka :
Fase Akut : Pemberian K secara peroral dan atau parenteral
Profilaksis : Diet tinggi Kalium, rendah Na, rendah karbohidrat
TATALAKSANA
Aldakton 100 mg po / hari
Tiamin HCl 50 mg / hari
Terapi hipertiroidsm.
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Ad bonam
TINGKAT
II
EVIDENCE

PERIODIK PARALISIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


022.02.02.11.300801 02 2/2
8

TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular periodik
paralisis
 Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik periodik paralisis

 Melakukan pemeriksaan Kalium darah


INDIKATOR
MEDIS  Melakukan EMG dan EKG

 Menentukan diagnosis banding

 Memberikan pengobatan yang sesuai dengan respon terhadap terapi

 Melakukan pencegahan terhadap timbulnya periodik paralisis


KEPUSTAKAAN Standar pelayanan medik PERDOSSI
TUMOR INTRAKRANIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


023.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Massa intrakranial -- baik primer maupun sekunder -- yang memberikan


PENGERTIAN
gambaran klinis proses desak ruang dan atau gejala fokal neurologis.
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :
 Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesic
 Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
 Papil edema (sembab papil = choked disc)
 Kesadaran menurun / berubah
Gejala fokal :
ANAMNESIS
 True location sign
 False location sign
 Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL).
 Papil edema (sembab papil = choked disc)
 Kesadaran menurun / berubah
 Gejala fokal :
PEMERIKSAAN
 True location sign
FISIK
 False location sign
 Neighbouring sign
• Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya
- Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :
- Gejala fokal :
 True location sign
KRITERIA  False location sign
DIAGNOSIS  Neighbouring sign
- Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
- Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL).
DIAGNOSIS KERJA Tumor Intrakranial
 Abses Cerebri
 Subdural Hematoma
DIAGNOSIS
 Tuberkuloma
BANDING
 Pseudotumor Cerebri

TUMOR INTRAKRANIAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
023.02.02.11.300801 02 2/3
8

• Foto polos kepala (posisi scaddle)


PEMERIKSAAN
• Neurofisiologi : EEG, BAEP
PENUNJANG
• Brain CT Scan dengan kontras/ Brain MRI dengan kontras
Kausal
1. Operatif
2. Radioterapi:
Meningioma: Radiasi eksternal dengan dosis 5000 – 5500 cGy, difraksinasi
180 – 200 cGy perhari dan diberikan selama 5 – 6 minggu atau dosis besar
dengan satu kali pemberian, yaitu dengan radiosurgeri stereotaktik pada
tumor yang berukuran <3 cm dan tidak melibatkan nervus optikus atau
struktur vital lainnya.

Astrositoma: Radioterapi konvensional (external beam radiotherapy) setelah


operasi. Stereotactic brachytherapy diindikasikan pada tumor rekuren setelah
radioterapi konvensional dan reseksi ulang.

3. Kemoterapi
Astrositoma: temozolamide capsul dengan dosis 150mg/m2 selama 5 hari,
dapat diberikan hingga 6 siklus dengan jarak pemberian 4 minggu atau
kombinasi vinkristin dan prokarbazin diberikan sebanyak 12 siklus dengan
jarak 6 minggu (dosis vinkristin 1,5mg/m 2 intravena dosis maksimal 2mg
diberikan pada hari 1, dosis prokarbazin 100mg/m 2 bid per oral diberikan
pada hari 2-11)
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial:
TATALAKSANA
 Deksamethasone 16 mg/hari iv dibagi dalam 4 dosis, dosis maksimal
100 mg/hari.
 Proton pump inhibitor diberikan jika pasien mendapatkan terapi
kortikosteroid intravena
 Manitol infus 0,5-1 gr/kgbb/4-6 jam
 Posisi kepala ditinggikan 20 – 30 derajat
Simptomatik (bila diperlukan) :
 Antikonvulsan intravenous atau per oral jika ditemukan kejang:
phenitoin/ karbamazepine/ asam valproat sesuai dengan PPK epilepsi
dan status epileptikus
 Analgetik/ anti piretik : paracetamol 3 x 10-15mg/kgbb/kali
pemberian, codein 3 x 30 mg
 Sedativa/ Antidepresan (amitriptilin 12,5-25 mg per hari) bila perlu
Obat lain:
 Pada Meningioma rekurens diperlukan antiprogesteron, yaitu
mifepristone.
 Pada Tumor Hipofisis : pemberian agonis dopamin untuk menginhibisi
sekresi prolaktin, atau analog somatostatin untuk menginhibisi GH.
Pemberian bromokriptin dilakukan pada mikroadenoma
TUMOR INTRAKRANIAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


023.02.02.11.300801 02 3/3
8

Rehabilitasi medik
TATALAKSANA
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu menangani kondisi darurat untuk mengatasi nyeri kepala, kejang,
dan peninggian tekanan intrakranial
o Mampu membedakan SOL (space occupying lesion) dengan infeksi

INDIKATOR berdasarkan perjalanan penyakit dan gambaran radiologik


MEDIS o Mampu menyimpulkan kemungkinan metastasis dini tumor di otak (dari
mammae, prostat, rektum, testis, paru dll)
o Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan radiologik yang direncanakan
sebelumnya terkait kasus yang ditangani
o Mampu melakukan kerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan kasus neuroonkologi
 Brain tumor, Andre H. Kaye - Edward R. Laws, Elsevier, 2013.
 Central Nervous System Cancer;Clinical Practice in Oncology. 2011.
Journal National Comprehensive Cancer Network:352-400
KEPUSTAKAAN
 Clinical practice guidelines for management of adult gliomas. Cancer
council Australia, 2009
 Levin et al, 2000. Clin. Cancer Res., 6; pages 3878-84
MIASTENIA GRAVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Kelemahan/kelumpuhan otot yang terjadi akibat gangguan neuromuscular


PENGERTIAN
junction postsynapticyangmenyebabkan kelemahan fluktuatif.
Kelemahan / kelumpuhan otot yang berfluktuasi pada awalnya, bertambah
ANAMNESIS dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat , tanpa disertai gangguan
sensorik.
Kelemahan / kelumpuhan otot yang berfluktuasi pada awalnya, lemah setelah
beraktivitas dan pulih dengan istirahat. Keluhan bisa berupa :
PEMERIKSAAN
Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia, disfonia, Kelemahan otot farings,
FISIK
kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara
Test Wartenberg
Klinis
Kelemahan / kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan
secara umum
2/3 pasien : gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan
berbicara

KRITERIA 10% :
DIAGNOSIS - Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari danmemberat jika siang,
seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Faktor yang memperparah gejala : emosi, infeksi viral,
hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuskular
- Wartenberg test positif
DIAGNOSIS KERJA Miastenia Gravis
- Botulism
- Eaton-Lambert Syndrome (ELS)
DIAGNOSIS - Multiple Sclerosis
BANDING - Symptomatic Miasthenia
- Syndroma Moebius
- Cholinergic Crisis
Laboratorium :
- Pemeriksaan endrophonium cloride (tensilon)
PEMERIKSAAN - Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
PENUNJANG - Serum anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibody (untuk kasus
dengan AchR negatif)
MIASTENIA GRAVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 2/3
8

Penunjang :
1. Repetitive Nerve stimulation dengan frekuensi 3x/detik
PEMERIKSAAN 2. Single fiber EMG
PENUNJANG 3. Brain MRI dengan kontras (untuk kasus yang dicurigai penyebabnya
lesi struktural otak)
4. CT scan dada untuk mengevaluasi adanya suatu timoma
- Monitoring fungsi pernafasan dan menelan
- Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan gangguan pada tiroid
- Pertimbangkan plasmaferesis : (55mL/kg/hr selama 5 hari)atau
pemberian IVIg (0,4gr/kgBB/hari) selama 5-7 hari.
- Cholinesterasi (CHE) inhibitor, 30 – 60 mg setiap 4 jam,menurunkan
hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik, kemungkinan
memperbaiki gejala miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyridostigminbromide (Mestinon) dan Neostigramin Bromide
(Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE
TATALAKSANA
inhibitor sangat bervariatif
- Mycofenolate mofetil : 1-2 gr (PO)
- Thymectomy : pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon
yang diharapkan muncul 2-5 tahun post OP.
- Imunosupresan dengan prednison : 1,6-2 mg/kg/BB atau
azatioprin(2-4 mg/kg/hr).
- Ranitidin 50 mg setiap 12 jam atau PPI 30 mg setiap 24 jam
± 1 minggu (tergantung respon masing-masing pasien terhadap pengobatan
Untuk kasus krisis miatenik indikasi perawatan di ruang ICU
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
 Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular miastenia
gravis
 Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia gravis

 Identifikasi miastenia gravis berdasarkan klasifikasinya


INDIKATOR
 Melakukan pemeriksaan EMG berupa uji Harvey-Masland
MEDIS
 Menganjurkan pemeriksaan single fibre bila uji Harvey-Masland negatif

 Menentukan diagnosis banding

 Memberikan pengobatan yang sesuai dengan respon terhadap terapi


MIASTENIA GRAVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Melakukan pencegahan terhadap timbulnya krisis miastenia dan

INDIKATOR menangani krisis miastenia dan membedakan dengan krisis kholinergik


MEDIS  Menganjurkan tindakan timektomi pada pasien dengan timoma, miastenia
umum, dan yang tidak berespon dengan terapi medikamentosa
1. Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
2008.
2. Myasthenia Gravis and related Disorders, Henry J. Kaminski, Humana
KEPUSTAKAAN
Press, 2009.
3. Myasthenia gravis: Association of British Neurologists’ management
guidelines .Sussman J, et al. Pract Neurol 2015;15:199–206
MIASTENIA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 1/3
8

Ditetapkan oleh Direktur Utama


PANDUAN
PRAKTIK Tanggal Terbit :
KLINIS 30 Agustus 2018
Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Sp.B-Sp.U
NIP. 197009062000031005

Kelemahan/kelumpuhan otot yang terjadi akibat gangguan neuromuscular


PENGERTIAN
junction postsynapticyangmenyebabkan kelemahan fluktuatif.
Kelemahan / kelumpuhan otot yang berfluktuasi pada awalnya, bertambah
ANAMNESIS dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat , tanpa disertai gangguan
sensorik.
Kelemahan / kelumpuhan otot yang berfluktuasi pada awalnya, lemah setelah
beraktivitas dan pulih dengan istirahat. Keluhan bisa berupa :
PEMERIKSAAN
Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia, disfonia, Kelemahan otot farings,
FISIK
kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara
Test Wartenberg
Klinis
Kelemahan / kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan
secara umum
2/3 pasien : gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan
berbicara

KRITERIA 10% :
DIAGNOSIS - Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari danmemberat jika siang,
seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Faktor yang memperparah gejala : emosi, infeksi viral,
hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuskular
- Wartenberg test positif
DIAGNOSIS KERJA Miastenia Gravis
- Botulism
- Eaton-Lambert Syndrome (ELS)
DIAGNOSIS - Multiple Sclerosis
BANDING - Symptomatic Miasthenia
- Syndroma Moebius
- Cholinergic Crisis
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG - Pemeriksaan endrophonium cloride (tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
- Serum anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibody (untuk kasus
dengan AchR negatif)
MIASTENIA GRAVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 2/3
8

Penunjang :
1. Repetitive Nerve stimulation dengan frekuensi 3x/detik
PEMERIKSAAN 2. Single fiber EMG
PENUNJANG 3. Brain MRI dengan kontras (untuk kasus yang dicurigai penyebabnya
lesi struktural otak)
4. CT scan dada untuk mengevaluasi adanya suatu timoma
- Monitoring fungsi pernafasan dan menelan
- Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan gangguan pada tiroid
- Pertimbangkan plasmaferesis : (55mL/kg/hr selama 5 hari)atau
pemberian IVIg (0,4gr/kgBB/hari) selama 5-7 hari.
- Cholinesterasi (CHE) inhibitor, 30 – 60 mg setiap 4 jam,menurunkan
hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik, kemungkinan
memperbaiki gejala miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyridostigminbromide (Mestinon) dan Neostigramin Bromide
(Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE
TATALAKSANA
inhibitor sangat bervariatif
- Mycofenolate mofetil : 1-2 gr (PO)
- Thymectomy : pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon
yang diharapkan muncul 2-5 tahun post OP.
- Imunosupresan dengan prednison : 1,6-2 mg/kg/BB atau
azatioprin(2-4 mg/kg/hr).
- Ranitidin 50 mg setiap 12 jam atau PPI 30 mg setiap 24 jam
± 1 minggu (tergantung respon masing-masing pasien terhadap pengobatan
Untuk kasus krisis miatenik indikasi perawatan di ruang ICU
EDUKASI
(HOSPITAL  Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH  Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR  Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular miastenia
MEDIS
gravis
 Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia gravis

 Identifikasi miastenia gravis berdasarkan klasifikasinya

 Melakukan pemeriksaan EMG berupa uji Harvey-Masland

 Menganjurkan pemeriksaan single fibre bila uji Harvey-Masland negatif

 Menentukan diagnosis banding

 Memberikan pengobatan yang sesuai dengan respon terhadap terapi


MIASTENIA GRAVIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


024.02.02.11.300801 02 3/3
8

 Melakukan pencegahan terhadap timbulnya krisis miastenia dan

INDIKATOR menangani krisis miastenia dan membedakan dengan krisis kholinergik


MEDIS  Menganjurkan tindakan timektomi pada pasien dengan timoma, miastenia
umum, dan yang tidak berespon dengan terapi medikamentosa
4. Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
2008.
5. Myasthenia Gravis and related Disorders, Henry J. Kaminski, Humana
KEPUSTAKAAN
Press, 2009.
6. Myasthenia gravis: Association of British Neurologists’ management
guidelines .Sussman J, et al. Pract Neurol 2015;15:199–206

Anda mungkin juga menyukai