KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS STROKE HEMORAGIK SESUAI DENGAN DIAGNOSIS
BERIKUT:
PERDARAHAN INTRASEREBRAL(PIS) / INTRACEREBRAL
HEMORAGE / PERDARAHAN SUBARACHNOID (PSA) /
SUBARACHNOID HEMORAGE
KRITERIA Klinis :
DIAGNOSIS
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/ istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/ tidak, muntah/ tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko stroke lainnya), lamanya (onset), serangan
pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.
DIAGNOSIS
Stroke Hemoragik
KERJA
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh : kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
4. Migren hemiplegik.
DIAGNOSIS
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor otak, AVM).
BANDING
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah Sewaktu
(GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat), Fungsi Hati
(SGOT
STROKE HEMORAGIK
STROKE HEMORAGIK
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
a. Mampu menyimpulkan dan menangani faktor risiko stroke (mayor,
minor, faktor risiko baru dan masih dipelajari) termasuk berkonsultasi
kepada sejawat dari bagian terkait.
b. Mampu menafsirkan pemeriksaan penunjang dengan transcranial dopler
(TCD)/Duplex Sonography, CT Scan, MRI, MRA, echocardiography
c. Mampu menangani penderita stroke akut pada keadaan emergensi.
INDIKATOR
d. Mampu menangani komplikasi yang timbul seperti kejang, tekanan
MEDIS
intrakranial tinggi (TIK), infeksi paru
e. Mampu menyimpulkan derajat impairment, aktivitas harian, dan
handicap pasien stroke termasuk menetapkan Barthel Index serta
melakukan neurorestorasi dan merencanakan neurorehabilitasi
f. Mampu melaksanakan tindakan pencegahan primer dan sekunder
termasuk community stroke care
1. Guideline Stroke. PERDOSSI. Jakarta, 2011.
2. Stroke, J.P Mohr et al, Elsevier, 2011.
KEPUSTAKAAN
3. Principles of Cerebrovascular Disease, Harold. P. adams, Mc.Graw Hill
medical, 2007.
STROKE HEMORAGIK
STROKE HEMORAGIK
Radiologis
• Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi maupun
kelainan jantung
PEMERIKSAAN • Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
PENUNJANG • Brain MRI
• Brain CT angiografi dengan kontras atas indikasi
• Transcranial doppler
• Carotid duplex ultrasound
Anti agregasi platelet : Aspirin 1x325 mg(48 jam pertama) dilanjutkan
dengan 2x80 mg dengan atau klopidogrel dengan atau dipiridamol dengan
atau cilostazol
Trombolitik : rt-PA o,9 mg/kgBB infus (jika onset dalam 6 jam)
Antikoagulan : heparin atau Low Molecular Weight Heparin atau warfarin
atau dabigatran atau rivaroxaban(atas indilkasi)
Citicholine 2 x 1000 mg iv dilanjutkan peroral setelah 3 hari pertama
Antiedema : larutan Manitol 20% 0,5-1 gr/kgbb/4-6 jam
TATALAKSANA Anti hipertensi parenteral apda hipertensi emergensi: nicardipine 2,5-15
mg/jam atau diltiazem-,5-40 mcg/kgbb
Antikonvulsan : atas indikasi
Penatalaksanaan faktor risiko:
Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu (Guidelines
stroke 2004)
Antidislipidemia : atorvastatin 1x40mg atau rosuvastatin 20 mg atas
indiukasi
1 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
Ad Functionam
PROGNOSIS Penilaian dengan parameter :0
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah 1 tahun : 20-30%
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
STROKE HEMORAGIK
MENINGITIS TUBERKULOSA
- Umum
- Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).
o INH 5-10mg/kg BB/hari
o Pyrazinamida 25-35 mg/kg BB/hari
o Rifampisin 10-15 mg/kg BB/hari
o Etambutol 20-30 mg/ kg BB/hari
TATALAKSANA
o Streptomisin 25-30 mg/kg BB/hari
- Kortikosteroid : dexametason 0,4mg/kg BB/hari atau metilprednisolon
4x125 mg iv tapp off
- Ranitidine 50 mg intravena 2-3 kali sehari
- Vitamin B6 (Piridoksin) 2x5mg peroral
Minimal 3-4 minggu, tergantung respon pengobatan.
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis penyakit
PROMOTIONAL)
- Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya meninggalkan
PROGNOSIS sekuele neurologis.
- Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal
TINGKAT I
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
MENINGITIS BAKTERIALIS
MENINGITIS BAKTERIALIS
MENINGITIS BAKTERIALIS
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
PENGERTIAN
otonomik yang disebabkan oteh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh
berbagai keadaan atau penyakit.
• Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
• Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
• Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
• Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
ANAMNESIS
• Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
• Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi,
hipotensi, penyakit paru.
• Adanya nyeri kepala.
• Adanya kelemahan anggota gerak.
PEMERIKSAAN Umum
FISIK
Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan tegak, nadi, jantung,
paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
• Kesadaran
• Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot wajah,
pendengaran,
dan menelan.
Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan
perifer.
• Fungsi vestibuler / serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
• Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
VERTIGO
VERTIGO
VERTIGO
MIGREN
5-7 hari
EDUKASI Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
(HOSPITAL
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
HEALTH
PROMOTIONAL)
MIGREN
PROGNOSIS Bonam
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
• Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis nyeri kepala termasuk
faktor yang memperberat dan meringankan nyeri kepala
• Mampu membedakan nyeri kepala primer dan sekunder
• Mampu mebedakan 3 jenis nyeri kepala primer (migren, tension
headache dan cluster headache)
• Mampu menguraikan indikasi untuk melakukan eksplorasi lebih jauh
tentang penyebab nyeri kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
INDIKATOR funduskopi
MEDIS • Mampu menyimpulkan keadaan darurat nyeri kepala akut (disebabkan
oleh vaskuler) dan nyeri kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
intrakranial)
• Mampu merencanakan tindakan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
dan mampu menafsirkan hasilnya
• Mampu menangani kasus nyeri kepala dengan terapi umum,
medikamentosa (abortif, simptomatis dan profilaksis) dan terapi
nonmedikamentosa (terapi perilaku, relaksasi)
1. Konsensus National Penanganan Nyeri Kepala di Indonesia. Kelompok
Studi Nyeri Kepala. PERDOSSI
2. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
Elsevier, 2010
3. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
KEPUSTAKAAN
Williams, 2010
4. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
5. Neurology. Evidence-Based guideline update: Pharmacologic treatment
for episodic migrain prevention in adult, American Academy of
Neurology and The American Headache Society, S.D Silberstein, 2012
STATUS EPILEPTIKUS
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 5 menit atau dua atau lebih
PENGERTIAN bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran.
- Bangkitan berlangsung lebih dari 5 menit atau dua atau lebih bangkitan
ANAMNESIS
- Diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan kesadaran
PEMERIKSAAN Pemeriksaan tanda vital, bau nafas, pupil, sistem motoric
FISIK
- Kejang dengan bangkitan 2x atau lebih disertai penurunan kesadaran
dimana diantara kejang tidak terdapat pemulihan kesadaran
- Kejang yang berlangsung lebih dari 5 menit baik penderita sadar atau tidak
- Gejala tekanan intrakranial yang meningkat (pada kasus lesi desak ruang)
- Gejala sistemik sebagai penyebab dasar (hepatoma, gagal ginjal, hipoksia,
KRITERIA imbalance elektrolit, sepsis, dll)
DIAGNOSIS - Gejala fokal :
True localizing sign
False localizing sign
Neighbouring sign
• Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL).
DIAGNOSIS KERJA Status Epileptikus
DIAGNOSIS
BANDING
• Foto polos tengkorak
PEMERIKSAAN
• Neurofisiologi : EEG, BAEP
PENUNJANG
• CT Scanning dengan kontras/ MRI kepala dengan kontras
TATALAKSANA Stadium Penatalaksanaan
Stadium I (0-10 menit) Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik,
Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen,
resusitasi
Stadium II (0-60 Memasang infus pada pembuluh darah besar
menit) Mengambil 5-10cc darah untuk pemeriksaan
lab
Pemberian OAE emergensi : Diazepam 10-20
mg iv (kecepatanpemberian < 2-5 mg/menit
atau rectal dapat diulang 15
menitkemudian.Memasukan 50 cc glukosa 40%
dengan atau tanpa thiamin 250 mg intravena
Menangani asidosis
STATUS EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS
EPILEPSI
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang
berulang, yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy
sendiri adalah suatu manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama)
PENGERTIAN terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya
timbul intermiten dan 'self-limited'.
Sindroma Epilepsi
penyakit epilepsi yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul
bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor presipitan usia
saat awitan, beratnya penyakit, siklus harian dan prognosa)
ANAMNESIS Bangkitan epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa provokasi
PEMERIKSAAN
Status Neurologis
FISIK
KRITERIA Klasifikasi Bangkitan Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1981)
DIAGNOSIS
I. Bangkitan Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana
1. Disertai gejala motorik
2. Disertai gejala somato-sensorik
3. Disertai gejala-psikis
4. Disertai gejata autonomik
B. Parsial kompleks
1. Disertai dengan gangguan kesadaran sejak awitan dengan atau tanpa
automatism
2. Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran dengan atau tanpa
automatism
C. Parsial sederhana yang berkembang menjadi umum sekunder
1. Parsial sederhana menjadi umum tonik klonik
2. Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik
3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi umum tonik
klonik
II. Bangkitan Umum
A. Bangkitan Lena (absence) &atypical absence
B. Bangkitan Mioklonik
C. Bangkitan Klonik
D. Bangkitan Tonik
E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
STATUS EPILEPTIKUS
EPILEPSI
Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
TATALAKSANA
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
5. Topiramat : 2,5-6mg/kgBB/hari
6. Lamotrigin : 0,15mg/kg BB/hari
7. Levitiracetam : 20-50mg/kg BB/hari
Tergantung kondisi klinis.
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung kondisi klinis
TINGKAT
I
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR Mampu menyimpulkan diagnosis kejang berdasarkan gambaran klinik
MEDIS
Mampu melaksanakan terapi pemeliharaan dengan obat antikejang yang
sesuai secara rasional
Mampu menangani kejang sesuai sindroma epilepsi yang terjadi dan
mengevaluasi hasil terapi secara teratur
Mampu menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk memantau
efek samping obat dan kadar obat dalam darah
1. Pedoman Tatalaksana Epilepsi, PERDOSSI, 2012.
2. Epilepsy; A Comprehensive Textbook, Engel Pedley, Lippincott Wilkins
& Williams, 2008
3. The treatment of epilepsy 2 edition, Simon D Sharvon et al, Blackwell
KEPUSTAKAAN science, 2004
4. Epilepsy Syndrome, Mary Ann Werz, Saunders Elsevier, 2010
5. Wyllies Teratment of Epilepsy, Elaine Wyllies, Lippincott Wilkins &
Williams, 2011
6.
Tension Type Headache adalah nyeri kepala bilateral menekan atau mengikat
dengan intensitas ringan hingga sedang, yang tidak bertamabah dnegan
PENGERTIAN
aktifitas fisik, tidak didapatkan mual, namun bisa terdapat fotofobiaatau
fonofobia.
a) Episode serangan nyeri kepala
Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
ANAMNESIS
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
PEMERIKSAAN
Status Neurologis, perikranial tenderness (+)
FISIK
KRITERIA KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.E. Bangkitan Tonik-klonik
F. Bangkitan Atonik
DIAGNOSIS KERJA Tension Type Headache
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
Laboratorium
darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)
PEMERIKSAAN Radiologi :
PENUNJANG Rontgen cervical
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi Nxeri
kepala Perdossi 2005yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 100 mg/hari, NSAIDs
(Ketoprofen 25-50mg/hari
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin 12,5-25mg
5. Antiansietas : got. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
TATALAKSANA
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
e. EMG Biofeedback
f. terapi relaksasi
Terapi Preventif :
- Amitriptilin dimulai 10-25 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai 125 mg
- Preparat lain yang bisa dipakai untuk profilaksis adalah sodium valproat,
venlafaxin, dan Topiramat.
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan
respon terhadap pengobatan).
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Baik
TINGKAT II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan gejala dan tanda klinis nyeri kepala termasuk
Nyeri kepala cluster adalah nyeri kepala hebat, nyeri selalu unilateral di
orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi dari tempat-tempat tersebut,
berlangsung 15-180 menit terjadi dengan frekuensi dari sekali tiap dua hari
PENGERTIAN sampai 8 kali sehari, serangan disertai satu atau lebih sebagai berikut ,
semuanya ipsilateral injeksi konjungtival, lakrimasi, kongesti nasal,
rhinorrhea, berkeringat di wajah dan kening, mioosis, ptosis, edema palpebra.
Sela serangan sebagian besar pasien gelisah atau agitasi.
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila takdiobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
ANAMNESIS
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan : dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
PEMERIKSAAN
Status Neurologis
FISIK
KRITERIA KRITERIA DIAGNOSIS:
DIAGNOSIS
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila takdiobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
PENGERTIAN
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral.
• nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah
• nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya
• nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
ANAMNESIS
kearah tungkai dan kaki.
• Nyeri berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (referred pain).
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya (red flags)
- neoplasma / karsinoma
- infeksi
- fraktur vertebra,
PEMERIKSAAN
- sindrom kauda ekwina
FISIK
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifiK
Sekitar > 90 % NPB akut atau kronik (> 3 bulan) merupakan NPB non-
spesifik
KRITERIA Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
DIAGNOSIS
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau campuran
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.
DIAGNOSIS KERJA Nyeri Punggung Bawah
Pembagian Nyeri Punggung Bawah menurut Alberta Canada :
Spondylogenik
Nyeri neurogenik
DIAGNOSIS
Nyeri punggung bawah vaskulogenik
BANDING
Nyeri punggung bawah viscerogenik
Nyeri punggung bawah psikogenik
Nyeri neuropatik
Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan ( carbamazepine, gabapentin,
okscarbazepine, feniton, asam valproat, pregabalin )
Anti depressant ( amitryptiline )
Relaksan otot ( esperison Hcl, diazepam, tizanidin)
Analgetik opioid lemah ( codein )
Analgetik opioid kuat ( morphine sulfate )
Nyeri campuran
• Injeksi epidural ( steroid, lidokain, opioid ) pada sindroma radikuler (atas
indikasi)
• Terapi invasive minimal (atas indikasi)
TATALAKSANA
• Lumbar facet joint pain: Radiofrekuensi ablasi pada cabang medial rami
dorsales (1B+), injeksi kortikosteroid intra artikular
• Sacroiliac joint pain : radiofrekuensi ablasi
• Coccygodynia : ganglion impar block, terapi elektrothermal intra discal
( IDET)
• Injeksi proloterapi
Rehabilitatif (sesuai diagnosis etiologic) : fisioterapi , terapi okupasi, social
worker, orthose/ prothesa
CBT ( Cognitive Behavioural Therapy )
Operatif (atas indikasi)
lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Baik
TINGKAT II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
Mampu membedakan nyeri nosiseptif, neuropatik dan psikogenik
berdasarkan gambaran nyeri dan penyebabnya
Mampu melakukan pemeriksaan spesifik untuk diagnosis (penilaian dan
pengukuran nyeri)
Mampu menyimpulkan lokasi/ topis lesi
INDIKATOR
Mampu menafsirkan penyebab nyeri dan mengevaluasinya
MEDIS
Mampu merencanakan pemeriksaan penunjang dan mampu
menyimpulkan Mampu menangani keluhan secara farmakologik dan
nonfarmakologik (Cognitive Behavioral Therapy, Biofeedback), serta
mengevaluasi hasilnya
INDIKATOR • Mampu melaksanakan perujukan kepada sejawat dari bagian lain yang
MEDIS terkait dengan persoalan nyeri termasuk rehabilitasinya
1. Pain Management Secrets 3 edition, Charles E argoff, MD, Mosby
Elsevier, 2010
KEPUSTAKAAN 2. Bonicas Management of Pain, Scott M. Fishman, Lippincott Wilkins &
Williams, 2010
3. Pain 2010 An Updated Review, Jeffrey Mogil, IASP Press, 2010
NEUROPATI
NEUROPATI
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
TINGKAT
II
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
(termasuk lesi pleksus)
Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik neuropati perifer
(termasuk akut dan kronik)
Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan dasar
KRITERIA a. Possible
DIAGNOSIS Bila terdapat salah satu gejala utama :
Tremor istirahat
PENYAKIT PARKINSON
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan reflex postural
KRITERIA b. Probable
DIAGNOSIS Bila terdapat kombinasi dua gejala utama ( termasuk kegagaln reflex
postural)
c. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala utama.
DIAGNOSIS KERJA Penyakit Parkinson
Tremor esensial
Tremor distonik
Parkinson terinduksi oleh obat
Penyakit Wilson
DIAGNOSIS
Demdensia Lewi Bodies
BANDING
Multiple system atrophy
Progressive suprnuclear palsy
Paskinsonism vaskuler
Normopressure hydrocephalus
Pencitraan otak
c. Pencitraan structural
CT scan kepala
PENYAKIT PARKINSON
MIELOPATI
Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla spinalis oleh
PENGERTIAN
adanya lesi komplit atau inkomplit.
Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan buang air
ANAMNESIS besar,
gangguan sensibilitas
• parese / plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau
NEUROPATI
Kausal
• injeksi Metil Prednisolon 4x 250 mg (IV) selama 3-7 hari
• Plasma excange ( Jika terapi gagal dengan kortikosteroid)
• Rituximab ( Jika diduga Neoromielits Optica)
TATALAKSANA • Simptomatik
• Suportif
• *Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
• Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan.
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung penyebab dan berat penyakit
TINGKAT
II
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
(termasuk lesi pleksus)
Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik (termasuk akut dan
kronik)
Mampu menganalisa diagnosis topis keluhan pasien dengan dasar
INDIKATOR neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.
MEDIS
Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari (defisiensi, metabolik,
trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, sindroma prototip, gejala yang
dominan (motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta
gejala lain yang menyertai
Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan PA
Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
2008
Skeie, Apostolski, A. Evoli, N. E. Gilhus.et all. Guideline for treatement
KEPUSTAKAAN
of autoimun neuromuscular disorder. EFNS Guideline.2010.European
jurnal of Neurology
Clinical evaluation and treadment of tranverse myelitis,2011
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah
PENGERTIAN
servikal pertama hingga sakral.
Tumor ekstradura : Gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan ,diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom. Terdapat nyeri
radikular.
Tumor intradural extramedullar : Gejala timbul akibat kompresi tumor
ANAMNESIS
diawali dengan gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan,diikuti
gejala motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala
otonom.
Tumor intramedula : gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pada pemeriksaan umum dieksplorasi kemungkinan metastase dari organ-
organ paru,prostat (pria) dan serviks uteri (wanita).
PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan
FISIK
sensorik,ditentukan adanya level gangguan sensorik pada tumor
ekstradura, keterlibatan otonom dan sadle anastesi pada tumor intramedula.
KRITERIA Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Anamnesis:
Tumor ekstradura : baal atau kesemutan, diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending,gejala otonom, nyeri radikular.
Tumor intradural extramedullar: berupa baal atau kesemutan,diikuti gejala
motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom.
Tumor intramedula : diawali gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum ; eksplorasi tumor lain
Pemeriksaan neurologis : motorik, sensorik, otonom
DIAGNOSIS KERJA Tumor Medulla Spinalis
DIAGNOSIS Stroke medula spinalis
BANDING Infeksi
Laboratorium: darah perifer lengkap (DPL), Gula darah, Fungsi ginjal
(Ureum, Kreatinin) , Fungsi hati (SGOT/SGPT), elektrolit, hemostasis (PT,
PEMERIKSAAN LCS.
PENUNJANG Bone scan dan bone skintigrafi
Golden standard: Biopsi
Tatalaksana dapat dilakukan dengan penanganan kausa yakni dengan
tindakan operasi, radioterapi atau kemoterapi.
methyl prednisolon 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi.
TATALAKSANA
Pemberian pengobatan simptomatik seperti dengan analgetik
Rehabilitasi medik
Lama Rawat Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung jenis tumor,lokasi tumor, ukuran tumor, modalitas dan tindakan
PROGNOSIS
yang dilakukan (reseksi tumor total atau parsial)
TINGKAT
III
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu membedakan tumor dengan infeksi berdasarkan perjalanan
penyakit dan gambaran radiologik
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal dimulai dari daerah
PENGERTIAN
servikal pertama hingga sakral.
Tumor ekstradura : Gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan ,diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom. Terdapat nyeri
radikular.
Tumor intradural extramedullar : Gejala timbul akibat kompresi tumor
ANAMNESIS
diawali dengan gangguan sensoris berupa baal atau kesemutan,diikuti
gejala motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala
otonom.
Tumor intramedula : gejala timbul akibat kompresi tumor diawali dengan
gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pada pemeriksaan umum dieksplorasi kemungkinan metastase dari organ-
organ paru,prostat (pria) dan serviks uteri (wanita).
PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan
FISIK
sensorik,ditentukan adanya level gangguan sensorik pada tumor
ekstradura, keterlibatan otonom dan sadle anastesi pada tumor intramedula.
KRITERIA Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS
Anamnesis:
Tumor ekstradura : baal atau kesemutan, diikuti gejala motorik yang
bersifat ascending,gejala otonom, nyeri radikular.
Tumor intradural extramedullar: berupa baal atau kesemutan,diikuti gejala
motorik yang bersifat ascending baru kemudian terdapat gejala otonom.
Tumor intramedula : diawali gejala otonom,sensorik kemudian motorik.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum ; eksplorasi tumor lain
Pemeriksaan neurologis : motorik, sensorik, otonom
DIAGNOSIS KERJA Tumor Medulla Spinalis
DIAGNOSIS Stroke medula spinalis
BANDING Infeksi
Laboratorium: darah perifer lengkap (DPL), Gula darah, Fungsi ginjal
(Ureum, Kreatinin) , Fungsi hati (SGOT/SGPT), elektrolit, hemostasis (PT,
PEMERIKSAAN LCS.
PENUNJANG Bone scan dan bone skintigrafi
Golden standard: Biopsi
Tatalaksana dapat dilakukan dengan penanganan kausa yakni dengan
tindakan operasi, radioterapi atau kemoterapi.
methyl prednisolon 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi.
TATALAKSANA
Pemberian pengobatan simptomatik seperti dengan analgetik
Rehabilitasi medik
Lama Rawat Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung jenis tumor,lokasi tumor, ukuran tumor, modalitas dan tindakan
PROGNOSIS
yang dilakukan (reseksi tumor total atau parsial)
TINGKAT
III
EVIDENCE
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu membedakan tumor dengan infeksi berdasarkan perjalanan
penyakit dan gambaran radiologik
ABSES SEREBRI
ABSES SEREBRI
Terapi kausal :
Terapi empirik :
- Sefalosporin generasi III intravena (ceftriaxone 2 gr/12 jam iv atau
cefotaxime 2 gr/8 jam iv)
- Metronidazole 500 mg/8 jam
Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai dengan
TATALAKSANA
hasiltes sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari sumber
infeksi.
Jika hasil isolasi tidak ditemukan kuman penyebab, maka terapi empirik
dapat dilanjutkan hingga 6-8 minggu
Antiedema : dexamethasone/manitol sesuai indikasi
operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter ≥ 2,5 cm
Penjelasan sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur,
masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
EDUKASI Penjelasan mengenai Myasthenia Crisis , risiko, dan komplikasi selama
(HOSPITAL perawatan
HEALTH
PROMOTIONAL) Penjelasan mengenai faktor resiko dan pencegahan rekurensi
Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
Penjelasan mengenai gejala Myasthenia Crisi dan apa yang harus
dilakukan sebelum dibawa ke RS
Ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR
MEDIS
KEPUSTAKAAN - Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014
tentang Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer
- Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia 2015
MULTIPLE SCLEROSIS
Penyakit demielinisasi pada sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh proses
PENGERTIAN
autoimun
Gejala dan tanda neurologis dengan pola klinis remisi dan eksaserbasi,
dimana manifestasi klinis:
ANAMNESIS Menurunnya tajam penglihatan pada satu mata yang dapat disertai dengan
nyeri pada pergerakan mata, pandangan ganda, gangguan sensorik dan atau
kelemahan, gangguan keseimbangan
Penurunan ketajaman penglihatan dan nyeri pergerakan mata, gangguan
sensorik atau kelemahan, gangguan keseimbangan, Lhermitte sign positif
1. Neuritis Retrobulbar ( biasanya unilateral) : berkembang dari
gangguan penglihatan warna, gangguan visus dan nyeri daerah orbita
2. Gangguan gerakan bola mata dan nyeri pergerakan mata
3. Lhermitte sign positif (pada fleksi leher berupa rasa tersetrum yang
menjalar ke tulang belakang dan ekstremitas )
MULTIPLE SCLEROSIS
Atau
Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat
kontras yang dilakukan pada saat follow-up, tanpa
melihat waktu pelaksaan MRI sebelumnya
1 serangan, terdapat bukti DIS dan DIT
klinis untuk 1 lesi DIS:
(clinically isolated Pada gambaran MRI didapatkan ≥ 1 lesi pada
syndrome) minimal 2 dari 4 area tipikal MS yaitu
periventrikuler, jukstakortikal, infratentorial dan
medulla spinalis
DIT:
Terdapatnya lesi lain yang asimtomatik yang
menyangat atau tidak menyangat kontras.
Atau
Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat
kontras yang dilakukan pada saat follow-up tanpa
melihat waktu pelaksanaan MRI sebelumnya
Gejala neurologis Progresivitas penyakit dalam satu tahun terakhir
progresif yang Ditambah dua dari 3 kriteria:
menyerupai MS (primary 1. DIS pada otak ≥1, berdasarkan potongan T2
Progressive MS) minimal 1 area khas MS (periventrikuler,
jukstakortikal, infratentorial dan medulla
spinalis)
2. Terdapat DIS pada medulla spinalis ≥ 2
3. Terdapatnya hasil positif pada cairan
serebrospinal (CSS) (oligoclonal Band (OCB)
dan atau pen
ingkatan IgG)
Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula Darah
Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan Asam Urat),
Fungsi Hati (SGOT dan SGPT), elektrolit, anti HIV, ANA, dsDNA,
profil ANA, anti SSA, anti SSB, antibody anti aquaporin 4
(menyingkirkan NMO), sputum BTA
MULTIPLE SCLEROSIS
MIELITIS TRANSVERSA
: methyl prednisolon injeksi 1-2 gr/hari secara intravena dalam dosis terbagi
selama 7-10 hari.
TATALAKSANA • Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung
dalam hitungan minggu hingga bulan.
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang penyebab mielitis transversa, diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
Tergantung penyebab dan berat penyakit
Quo ad vitam : Bonam
PROGNOSIS
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
TINGKAT
EVIDENCE
TINGKAT
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR Mengevaluasi hasil penatalaksanaan pasien dengan gangguan saraf tepi
MEDIS
(termasuk lesi pleksus)
Mampu menyimpulkan pola gejala dan tanda klinik (termasuk akut dan
subakut)
Mampu menganalisa diagnosis topik, keluhan pasien dengan dasar
neuroanatomi, pemeriksaan fisik dan EMG yang benar.
Mampu menyimpulkan penyebab yang mendasari (defisiensi, metabolik,
trauma/kompresi, keganasan, genetik, imunologik)
Mampu menjelaskan perjalanan penyakit, gejala yang dominan
(motorik/sensorik) dan identifikasi gejala-gejala atipikal, serta gejala lain
yang menyertai
Mampu merencanakan pemeriksaan laboratorium, lumbal pungsi dan
pemeriksaan penunjang lainnya
Neuromuscular disorder, Anthony A. Amato, Mc Graw Hill Medical,
KEPUSTAKAAN
2008
PERIODIK PARALISIS
PERIODIK PARALISIS
TINGKAT
A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular periodik
paralisis
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik periodik paralisis
TUMOR INTRAKRANIAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
023.02.02.11.300801 02 2/3
8
3. Kemoterapi
Astrositoma: temozolamide capsul dengan dosis 150mg/m2 selama 5 hari,
dapat diberikan hingga 6 siklus dengan jarak pemberian 4 minggu atau
kombinasi vinkristin dan prokarbazin diberikan sebanyak 12 siklus dengan
jarak 6 minggu (dosis vinkristin 1,5mg/m 2 intravena dosis maksimal 2mg
diberikan pada hari 1, dosis prokarbazin 100mg/m 2 bid per oral diberikan
pada hari 2-11)
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial:
TATALAKSANA
Deksamethasone 16 mg/hari iv dibagi dalam 4 dosis, dosis maksimal
100 mg/hari.
Proton pump inhibitor diberikan jika pasien mendapatkan terapi
kortikosteroid intravena
Manitol infus 0,5-1 gr/kgbb/4-6 jam
Posisi kepala ditinggikan 20 – 30 derajat
Simptomatik (bila diperlukan) :
Antikonvulsan intravenous atau per oral jika ditemukan kejang:
phenitoin/ karbamazepine/ asam valproat sesuai dengan PPK epilepsi
dan status epileptikus
Analgetik/ anti piretik : paracetamol 3 x 10-15mg/kgbb/kali
pemberian, codein 3 x 30 mg
Sedativa/ Antidepresan (amitriptilin 12,5-25 mg per hari) bila perlu
Obat lain:
Pada Meningioma rekurens diperlukan antiprogesteron, yaitu
mifepristone.
Pada Tumor Hipofisis : pemberian agonis dopamin untuk menginhibisi
sekresi prolaktin, atau analog somatostatin untuk menginhibisi GH.
Pemberian bromokriptin dilakukan pada mikroadenoma
TUMOR INTRAKRANIAL
Rehabilitasi medik
TATALAKSANA
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi)
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
o Mampu menyimpulkan diagnosis etiologis kasus neuroonkologi
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan neurologi dan penunjang
o Mampu menangani kondisi darurat untuk mengatasi nyeri kepala, kejang,
dan peninggian tekanan intrakranial
o Mampu membedakan SOL (space occupying lesion) dengan infeksi
KRITERIA 10% :
DIAGNOSIS - Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari danmemberat jika siang,
seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Faktor yang memperparah gejala : emosi, infeksi viral,
hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuskular
- Wartenberg test positif
DIAGNOSIS KERJA Miastenia Gravis
- Botulism
- Eaton-Lambert Syndrome (ELS)
DIAGNOSIS - Multiple Sclerosis
BANDING - Symptomatic Miasthenia
- Syndroma Moebius
- Cholinergic Crisis
Laboratorium :
- Pemeriksaan endrophonium cloride (tensilon)
PEMERIKSAAN - Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
PENUNJANG - Serum anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibody (untuk kasus
dengan AchR negatif)
MIASTENIA GRAVIS
Penunjang :
1. Repetitive Nerve stimulation dengan frekuensi 3x/detik
PEMERIKSAAN 2. Single fiber EMG
PENUNJANG 3. Brain MRI dengan kontras (untuk kasus yang dicurigai penyebabnya
lesi struktural otak)
4. CT scan dada untuk mengevaluasi adanya suatu timoma
- Monitoring fungsi pernafasan dan menelan
- Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan gangguan pada tiroid
- Pertimbangkan plasmaferesis : (55mL/kg/hr selama 5 hari)atau
pemberian IVIg (0,4gr/kgBB/hari) selama 5-7 hari.
- Cholinesterasi (CHE) inhibitor, 30 – 60 mg setiap 4 jam,menurunkan
hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik, kemungkinan
memperbaiki gejala miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyridostigminbromide (Mestinon) dan Neostigramin Bromide
(Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE
TATALAKSANA
inhibitor sangat bervariatif
- Mycofenolate mofetil : 1-2 gr (PO)
- Thymectomy : pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon
yang diharapkan muncul 2-5 tahun post OP.
- Imunosupresan dengan prednison : 1,6-2 mg/kg/BB atau
azatioprin(2-4 mg/kg/hr).
- Ranitidin 50 mg setiap 12 jam atau PPI 30 mg setiap 24 jam
± 1 minggu (tergantung respon masing-masing pasien terhadap pengobatan
Untuk kasus krisis miatenik indikasi perawatan di ruang ICU
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular miastenia
gravis
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia gravis
KRITERIA 10% :
DIAGNOSIS - Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari danmemberat jika siang,
seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progresif
- Faktor yang memperparah gejala : emosi, infeksi viral,
hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi neuromuskular
- Wartenberg test positif
DIAGNOSIS KERJA Miastenia Gravis
- Botulism
- Eaton-Lambert Syndrome (ELS)
DIAGNOSIS - Multiple Sclerosis
BANDING - Symptomatic Miasthenia
- Syndroma Moebius
- Cholinergic Crisis
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG - Pemeriksaan endrophonium cloride (tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
- Serum anti-muscle-specific kinase (MuSK) antibody (untuk kasus
dengan AchR negatif)
MIASTENIA GRAVIS
Penunjang :
1. Repetitive Nerve stimulation dengan frekuensi 3x/detik
PEMERIKSAAN 2. Single fiber EMG
PENUNJANG 3. Brain MRI dengan kontras (untuk kasus yang dicurigai penyebabnya
lesi struktural otak)
4. CT scan dada untuk mengevaluasi adanya suatu timoma
- Monitoring fungsi pernafasan dan menelan
- Periksa dan obati infeksi, hipokalemia dan gangguan pada tiroid
- Pertimbangkan plasmaferesis : (55mL/kg/hr selama 5 hari)atau
pemberian IVIg (0,4gr/kgBB/hari) selama 5-7 hari.
- Cholinesterasi (CHE) inhibitor, 30 – 60 mg setiap 4 jam,menurunkan
hidrolisis enzim Ach, pada sinap cholinergik, kemungkinan
memperbaiki gejala miastenia gravis lebih besar dari yang lain.
Pyridostigminbromide (Mestinon) dan Neostigramin Bromide
(Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE
TATALAKSANA
inhibitor sangat bervariatif
- Mycofenolate mofetil : 1-2 gr (PO)
- Thymectomy : pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon
yang diharapkan muncul 2-5 tahun post OP.
- Imunosupresan dengan prednison : 1,6-2 mg/kg/BB atau
azatioprin(2-4 mg/kg/hr).
- Ranitidin 50 mg setiap 12 jam atau PPI 30 mg setiap 24 jam
± 1 minggu (tergantung respon masing-masing pasien terhadap pengobatan
Untuk kasus krisis miatenik indikasi perawatan di ruang ICU
EDUKASI
(HOSPITAL Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
HEALTH Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROMOTIONAL)
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis
TINGKAT III
EVIDENCE
TINGKAT
B
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS KSM NEUROLOGI
INDIKATOR Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan kelainan molekular miastenia
MEDIS
gravis
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik miastenia gravis