Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan
kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) :
merupakan pilihan utama untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
TATA LAKSANA : Medikamentosa
Tindakan Operatif Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung
Tindakan Konservatif pada bentuk bangkitan dan sindroma
Lama Perawatan epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal
dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan
pasien juga ditentukan oleh harga dan efek
samping OAE yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
STROKE
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh :
kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor
otak, AVM).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PEMERIKSAAN Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska
PENUNJANG stroke, resiko pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan
penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding,
faktor risiko, komplikasi, prognosa dan pengobatan.
TATA LAKSANA : Penatalaksanaan Umum
Tindakan Operatif 1. Umum
Tindakan Konservatif Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung,
Lama Perawatan ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan,gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan
sekunder
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel,
dipiridamol, cilostazol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk
stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral :
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal
hemostasis)
- Mencegah / mengatasi vasospasme otak akibat
perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif : Dilakukan pada kasus yang
indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3
cm pada fossa posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda
peninggian TIK akut dan ancaman herniasi
otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebellum
- GCS > 7
Terapi Komplikasi
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi
medik
Infark berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
2. Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah
1 tahun : 20-30%
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Meningoensefalitis karena virus
2. Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak
sempurna
3. Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit
(Cryptococcus neoformans atau Toxoplasmagondii),
Sarkoid meningitis.
4. Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk
karsinoma, limfoma, leukemia, glioma,melanoma, dan
meduloblastoma.
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila
PENUNJANG tidak ada tanda tanda peninggian tekanan intrakranial),
pemeriksaan darah rutin kimia, elektrolit.
Pemeriksaan sputum BTA (+)
2. Pemeriksan Radiologik
- Foto polos paru
- CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan
pungsi lumbi bila dijumpai peninggian tekanan
intrakranial.
3. Pemeriksaan penunjang lain:
- IgG anti TB (Untuk mendapatkan antigen bakteri
diperiks
counterimmunoelectrophoresis,radioimmunoassay
atau teknik ELISA).
- PCR
TATA LAKSANA : 1. Umum
Tindakan Operatif 2. Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa
Tindakan Konservatif (OAT).
Lama Perawatan • INH
• Pyrazinamida
• Rifampisin
• Etambutol
3. Kortikosteroid
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya
meninggalkan sekuele neurologis.
2. Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, meninggal
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi ) Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus
rabies, bermanifestasi sebagai kelainan
neurologi yang umumnya berakhir dengan kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar dengan anjing,
kucing atau binatang lainnya yang :
• Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
• Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
• Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari,
sebagainya)
• Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik
1. Stadium prodromal (2-10 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal
rabies), sakit kepala, lemah,
anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi.
2. Stadium kelainan neurologis (2-7 hari)
• Bentuk spastik : Peka terhadap rangsangan ringan,
kontraksi otot farings dan esofagus,kejang,
aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delirium,
semikoma, meninggal setelah 3-5 hari.
• Bentuk demensia
• Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila
mendadak, dapat melakukan tindakan kekerasan,
koma, mati.
• Bentuk paralitik (7-10 hari)
Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum
diagnosis tegak, terdapat monoplegi atau paraplegi
flaksid, gejala bulbar, kematian karena kelumpuhan otot
napas.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Intoksikasi obat-obatan
2. Ensefalitis
3. Tetanus
4. Histerikal pseudorabies
5. Poliomielitis
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan laboratorium: Lekosit, hematokrit, Hb,
PENUNJANG Albumin urine, dan Lekosit urine, Likuor Serebrospinal
bila perlu.
2. Pemeriksaan radiologik : Dapat dilakukan pemeriksaan
CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain.
3. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
TATA LAKSANA : KRITERIA TERSANGKA RABIES SEBAGAI BERIKUT :
Tindakan Operatif 1. Anjing/hewan yang menggigit terbukti secara laboratorium
Tindakan Konservatif adalah positif rabies.
Lama Perawatan 2. Anjing atau hewan yang menggigit mati datam waktu 5 - 10
hari
3. Anjing atau hewan yang menggigit menghilang atau
terbunuh
4. Anjing atau hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat
diobservasi atau hewan tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau
anjing yang menggigit penderita tetap sehat selama
observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai
sarung tangan, pakaian dan masker.
4. Dokter/ Perawat harus terlebih dahulu memberikan
penjelasan secukupnya tentang jumlah kali pemberian
vaksin anti rabies (VAR) / serum anti rabies (SAR),
termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin
timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/ pemberian
serum anti rabies (SAR) terhadap penderita terlebih dahulu
dimintai persetujuan dari penderita ataupun keluarga
terdekat penderita atas pemberian vaksinasi/ serum
tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga terdekat
penderita harus menandatangani surat persetujuan
(informed consent) disaksikan oleh dua orang saksi
termasuk dokter/ Perawat.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Infaust/ meninggal dunia
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering
disebabkan oleh P. falciparum. Diagnosis ditegakkan
pada penderita malaria (terbukti dari pemeriksaan apus
darah) yang mengalami penurunan kesadaran (GCS < 7)
disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Antimalaria : Kinin dihidroklorida lV
Tindakan Operatif Terapi suportif : antikonvulsan
Tindakan Konservatif antipirektika
Lama Perawatan penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan etektrolit
Pencegahan : Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum
perjalanan ke daerah endemis
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang,
hemiparesis
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Meningitis serosa sebab lain
PROGNOSIS Buruk
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi ) Deflnisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien
yang memenuhi kriteria A dan B
dibawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang
menggunakan dua antigen yang berbeda.
B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :
1. - Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak
diketahui sebabnya.
- Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau
periodik.
2. Tuberkulosis milier atau menyebar.
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan
adanya kandidiasis mulut yang disertai disfagia /
odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas
sehari-hari, yang tidak diketahui sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Demensia Vaskuler
2. Demensia Lewi body
3. Demensia lobus frontal
4. Pseudodemensia (depresi)
PEMERIKSAAN Radioimaging :
PENUNJANG • CT sken : Atrofi serebri terutama daerah temporal dan
parietal
• MRI : Atrofi serebri dan atrofi hipokampus
• SPECT : Penurunan serebral blood flow terutama di
kedua kortek temporoparietal
• PET : Penurunan tingkat metabolisme kedua kortek
temporoparietal
Laboratorium :
• Urinalisis
• Elektrolit serum
• Kalsium
• BUN
• Fungsi hati
• Hormon tiroid
BAKU EMAS (PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI) :
1. • Ditemukan neurofibrillary tangles dan senile
plaque
TATA LAKSANA : PENATALAKSANAAN
Tindakan Operatif Farmakotogi
Tindakan Konservatif • Simptomatik :
Lama Perawatan Penyekat Asetilkolinesterasa:
Donepezil HCl tablet 5 mg, 1 x 1 tablet / hari
Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari
2 x 1,5 mg sampai maksimal 2 x 6 mg
Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari
2 x 4 mg sampai maksimal 2 x 16 mg
• Gangguan perilaku :
Depresi :
Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama) :
Sertraline tablet 1 x 50 mg, Flouxetine tablet 1 x 20 mg
Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors :
Reversible MAO-A inhibitor (RIMA) : Moclobemide
Delusi / halusinasi / agitasi
Neuroleptik atipikal
o Risperidon tablet 1 x 0,5 mg - 2 mg / hari
o Olanzapin
o Quetiapin tablet : 2 x 25 mg – 100 mg
Neuroleptik tipikal
o Haloperidol tablet : 1 x 0,5 mg – 2 mg / hari
Non Farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
• Orientasi realitas
• Stimulasi kognisi : memory enhancement program
• Reminiscence
• Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
• Training dan konseling
Intervensi lingkungan
• Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
• Fasilitasi aktivitas
• Terapi cahaya
• Terapi musik
• Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
• Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi,
ibadah, rekreasi dll)
• Menghindari tugas yang kompleks.
• Bersosialisasi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PEMERIKSAAN FISIK
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri pada area distribusi ruam setelah menderita herpes
zoster. Timbul tanpa ataupun dengan
interval bebas nyeri (umumnya satu bulan). Rasa nyeri
seperti panas, kesetrum, menyentak, dan
timbul alodinia dan hiperestesi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa :
Tindakan Operatif Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Tindakan Konservatif Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na
Lama Perawatan valporat
Lain-lain : Meksiletin, klonidin
Topikal : Krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform
Nonmedikamentosa :
TENS
Ice-pack
Terapi behavior
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan
daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah
dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang
berasal dari daerah lain dirasakan didaerah punggung bawah
(referred pain).
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai
dengan paralisis salah satu atau
lebih dari N.III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah N.V1 dan 2.
Dapat sembuh spontan tetapi
dapat relaps kembali.
Dihubungkan dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan,
kontinyu atau intermiten tanpa faktor pemicu.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Lesi vaskuler : aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL) / tumor di fissura orbitalis superior,
area parasela, fossa posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif 2. Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Tindakan Konservatif 3. Nonmedikamentosa : -
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk,
ditikam, kesetrum, disobek,
diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit
mengenal barang dalam kantong,
hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan > 50 % penderita diabetes lama menderita neuropati
diabetika
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Neuropati oleh sebab lain selain DM
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Kausal
Tindakan Operatif Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar HbA1c
Tindakan Konservatif dipertahankan 7%
Lama Perawatan Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel
syndrome/ CTS ) berupa kesemutan,
rasa terbakar dan baal di jari tangan I, II, III dan setengah bagian
lateral jari IV terutama malam
atau dini hari akibat jebakan N. Medianus di dalam terowongan
karpal. Pada keadaan berat rasa nyeri dapat menjalar kelengan
atas dan atrofi otot tenar.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif Suntikan lokal (steroid dan anestesi)
Tindakan Konservatif Analgetik ajuvan
Lama Perawatan 2. Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang
pergelangan tangan Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau
nyeri membandel STK akut dan berat
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu,
tersobek, ditusuk jarum, disestesi
dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan sensorik lesi
susunan saraf pusat seperti
pada sklerosis multipel, pasca stroke, siringomieli, mielopati toksik,
infeksi SSP kelainan
degenerasi. Nyeri sedang sampai berat dan sering diperburuk bila
melakukan aktivitas ringan,aktivitas viseral seperti berkemih,
perubahan cuaca dan stres emosional.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Sesuai etiologi
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Tindakan Konservatif Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Lama Perawatan 2. Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Klinis
- Migren tanpa aura (G43.0) :
a) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan
nyeri kepala berulang dengan manifestasi
b) serangan berlangsung 4-72 jam, yang
mempunyai. sedikitnya 2 karakteristik
berikut :
c) unilateral, berdenyut, intensitas sedang
atau berat, bertambah berat dengan
aktivitas fisik.
d) Selama nyeri kepala disertai salah satu
berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan
e) fonofobia.
f) Serangan nyeri kepala tidak berkaitan
dengan kelainan yang lain.
- Migren dengan aura (G43.1) :
a) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan
nyeri kepala berulang yang didahului
gejala
b) neurologi fokal yang reversibel secara
bertahap 5-20 menit dan berlangsung
kurang dari
c) 60 menit.
d) Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini
yang reversibel seperti : gangguan visual,
e) gangguan sensoris, gangguan bicara
disfasia.
f) Paling sedikit dua dari karakteristik
berikut :
1. gejala visual homonim dan / atau gejala
sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura
secara gradual > 5 menit dan / atau jenis
aura
g) yang lainnya > 5 menit.
1. tiap gejala berlangsung > 5 menit dan <
60 menit
h) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
- Status Migrenous (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat
yang berlangsung > 72 jam (tidak hilang
dalam
b) 72 jam).
a. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
2. Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula
darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan
penyebab sekunder).
3. Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan
penyebab sekunder).
4. Gold Standard : kriteria diagnostik nyeri kepala
kelompok studi nyeri kepala perdossi 2005 yang
diadaptasi dari IHS (International Headache Society)
5. Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata,
hipertensi, infeksi, toksik, gangguan metabolik /
elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural
hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Hindari faktor pencetus
Tindakan Operatif 2. Terapi abortif :
Tindakan Konservatif - Nonspesifik : analgetik I NSAIDs, Narkotik
Lama Perawatan analgetik, adjunctive therapy (mis :
- metoklopramide)
- Obat spesifik : Triptans, DHE, obat kombinasi
(mis : aspirin dengan asetaminophen
- dan kafein), obat gol.ergotami.
- - Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang
meng
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan
nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan
atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
• Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll
(atas indikasi untuk menyingkirkan
penyebab sekunder)
• Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder).
• Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala
Kelompok studi Nxeri kepala Perdossi 2005
yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
• Patologi Anatomik :
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi,
infeksi, toksik, gangguan
2. metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
3. Nyeri kepala servikogenik Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa :
Tindakan Operatif 1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
Tindakan Konservatif 2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
Lama Perawatan 3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : got. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan
ergotamin
d. Behaviour treatment
Terapi fisik
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
• Klinis : Nyeri kepala, tidak khas
a. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala terjadi
dalam 7 hari setelah trauma kepala
atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali.
b. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma
kepala.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan
sejak trauma kepala.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS a. Nyeri kepala, tidak khas
b. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala
timbul dalam 7 hari sesudah trauma atau
c. sesudah kesadaran penderita pulih kembati
d. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan
setelah trauma kepala
Laboratorium : darah rutin, kimia darah, LCS
(atas indikasi)
Radiologi : Foto tengkorak, Neuromaging CT
scan/ MRI
Gold Standard : Kriteria diagnostic Nyeri Kepala
Kelompok studi Nyeri kepala Pardossi
2005 yang diadaptasi dari kepala HIS
(International Headache Society)
Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata,
hipertensi, infeksi, toksis, gangguan
metabolic/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Peredaran Intrakranial (subdural, subarahnoid,
intrkranial)
3. Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan Operatif 2. Tindakan : atas indikasi
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Migren
2. Nyeri kepala Master
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. 4. Nyeri kepala servikogenik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Terapi terhadap neuralgia trigeminal klasik
Tindakan Operatif Medikamentosa : Karbamasepin, Okskarbasepin,
Tindakan Konservatif Gabapentin, Fenitoin, Lamotrigin, Baklofen
Lama Perawatan Tindakan : Operasi pada kasus intraktabel
Terapi terhadap Neuralgia trigeminal simptomatik
1. Kausal
2. Terapi farmaka : sama dengan neuralgia trigeminal
idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat
tumor
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. MEDIKAMENTOSA :
Tindakan Operatif - Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat
Tindakan Konservatif menghambat progresivitas
Lama Perawatan - Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan
(amitriptylin atau imipramine, nortriptylin),
SSRI (fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mglhari,
B. TINDAKAN : Tidak ada
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal,
Sebab kematian biasanya aspirasi pneumonia atau trauma
sekunder akibat jatuh.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
RSUD KELAS B
MAJALAYA TREMOR ESENSIAL
PENGERTIAN
( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
FISIK
KRITERIA A. KLINIS :
DIAGNOSIS • Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary
Criteria (Lihat Tabel)
B. Tindakan
• Bedah : continuos deep brain stimulation with electrode
implanted pada ventral
intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
• Physical terapi : speech terapi
EDUKASI
( Hospital Health
Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT A/B/C
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : - Terapi kausa
Tindakan Operatif - Simptomatis : analgetik, antiepileptik
Tindakan Konservatif - Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
Lama Perawatan - Fisioterapi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa : - antiinflamasi, analgetik
Tindakan Operatif 2. Tindakan : - release n. medianus
Tindakan Konservatif splint
Lama Perawatan 3. Terapi kausa
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
Etiologi :
- tumor ( gangglion, lipoma dll)
- artritis rematoid
- tekanan eksternal
- gerakan berulang pada pergelangan tangan
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Klinis : - gangguan sensoris pada jari 5 & 1/2 lateral jari ke 4
bagian dorsal & palmar
- kelemahan otot intrinsik ulnaris
- claw hand (jari ke-4 & 5)
2. Laboratorium : - Hematologi rutin, gula darah puasa
3. Radiologi : - Rongent pergelangan tangan: artritis, fraktur
- CT scanning pergelangan tangan: gangglion,
tumor
4. Gold standard : - ENMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Gangguan radik
- ALS
- Gangguan pleksus brakialis
- Syringomyeli
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : - Terapi kausa
Tindakan Operatif - Medikamentosa : antiinflamasi, analgetik
Tindakan Konservatif - Tindakan pembedahan
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS • Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
• Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu
yang berlangsung sampai
beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh
rotasi lateral leher secara
bersamaan (Spurling manuver)
• Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang
meninggikan tekanan intradiskal seperti batuk,
bersin, mengedan, atau manuver valsava.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING • HNP
• Menginitis TBC Servikal
PEMERIKSAAN Intermitted test
PENUNJANG • Foto cervikal AP / lateral dan oblik
• EMNG
• Myelografi
• CT-Myelo
TATA LAKSANA : Konservatif 3-6 minggu, berupa:
Tindakan Operatif • Istirahat servikal → Neck Collar bila perlu
Tindakan Konservatif • NSAID
Lama Perawatan • Suntikan lokal
• Fisioterapi
Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
Nyeri neuropatik
Kelumpuhan anggota gerak
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahan nyeri kepalaan
(obat tak menolong) bila diduga ada
penyebab lain.
TENAGA
v Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf /
Ortopedi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Umumnya baik, biasanya diperlukan fisioterapi lanjutan
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi ) Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri
ke tungkai, hanya menjalar ke bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-
tendon tanpa adanya ruptur atau avulsii pada cedera ringan.
Sedangkan pada cedera berat dapat terjadi robekan pada otot.
Merupakan 60-70 % penyebab NPB
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi ) Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot
(merupakan perubahan patologik
primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik, histologik
atau neurofisiologi.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Anamnesis :
• Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
• Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
• Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
2. Pemeriksaan Fisik :
• Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot,
kekuatan otot dan cara berdiri / berjalan
• Pemeriksaan refleks tendon
3. Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan laboratorium : Kadar enzim creatinin kinase (CK),
lactic dehydorogenose
(LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
• Pemeriksaan EMG
• Pemeriksaan biopsi otot
A. DISTROFIA MUSKULER TIPE “DUCHENE”
• Hampir selalu laki-laki karena diturunkan secara x-linked
resesif.
• Timbulnya gejala pada usia sekitar 2 tahun, anak sering jatuh
waktu berjalan, usia 5
tahun tidak pandai berlari, “Gower sign" dan "Wadding gait"
dapat ditemukan.
• Kelemahan otot terutama bagian proksimal dan lebih dahulu
timbul pada otot pinggang
daripada otot-otot bahu dan terdapat pseudohypertrofi pada otot
gastroknemius.
• Kelemahan, atrofi, kontraktor dan deformitas otot skelet terjadi
dengan cepat sehingga
umumnya penderita memerlukan kursi roda pada usia 12-13
tahun.
• Kenaikan enzim-enzim serum terutama pada waktu penderita
masih mobile. Di antara
enzim-enzim tersebut maka CPK terbukti paling mudah
dikerjakan dan hasilnya tepat
(70-80 %).
• Progresifitas penyakit cepat dan biasanya meninggal dalam 15
tahun sesudah onset.
PENGERTIAN ( Definisi ) Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla
spinalis oleh adanya lesi komplit atau
inkomplit.
Etiologi
- Vaskuler - Tumor
- Obat-obatan - Demielinisasi
- Radiasi - Trauma
- Infeksi - Tidak diketahui
- Degenerasi
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Polineuropati
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah
unilateral.
Terjadinya akut (dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler
posterior, penurunan sekresi air Mata, gangguan rasa kecap,
hiperakusi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Parese N. VII perifer simtomatik
PEMERIKSAAN 1. EMG, Bila curiga parese N. VII simtomatik seperti :
PENUNJANG 2. Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
3. Foto mastoid
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka : Prednison 1 mg / kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab /
Tindakan Operatif hari sampai 10 hari
Tindakan Konservatif (stadium akut)
Lama Perawatan Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri Terapi-Non Farmakologi : Fisioterapi setelah
hari ke 4 awitan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 – 6 bulan.
PERIODIK PARALISIS
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit
otosomal dominan. Disebabkan gangguan
pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai dengan
: awitan akut dengan gejala
kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks
tendon mungkin menurun. Tidak ada
gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan
bila tidak diterapi dapat menetap
sampai 36 jam.
Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah,
cuaca dingin.
Kadar kalium darah 2-3 mEq. Laboratorium lain dalam batas
normal Pria lebih banyak daripada wanita
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab
lain
PEMERIKSAAN Laboratorium : kalium darah
PENUNJANG EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka :
Tindakan Operatif Fase Akut : Pemberian K secara peroral atau parenteral
Tindakan Konservatif Profilaksis : Diet tinggi Katium, rendah Na, rendah karbohidrat
Lama Perawatan Aldakton 100 mg po / hari
Tiamin HCl 50 mg / hari
Terapi hipertiroidsm
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad bonam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper
extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi : -
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi ) Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oteh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan
atau penyakit.
Klasifikasi :
Vestibulogenik :
a. Primer : motion sickness, benign paroxysmal positional
vertigo, Meniere disease,
neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi
vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler : Gangguan serebellar, hiperventilasi,
psikogenik, dll.
ANAMNESIS Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
• Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan
tubuh, keletihan, ketegangan.
• Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
• Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
• Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin,
salisilat.
• Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit
paru.
• Adanya nyeri kepala.
• Adanya kelemahan anggota gerak.
PEMERIKSAAN FISIK Umum : Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring
dan tegak, nadi, jantung, paru,
abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
• Kesadaran
• Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di
muka, otot wajah, pendengaran,
dan menelan.
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20-30 tahun),
walaupun kadang terjadi sebelum
usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu
mengantuk berlebihan
pada siang hari yang segera membaik dan kembali segar
setelah tidur singkat kurang
dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan
berlangsung sebentar yang khas
terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya tertawa
terbahak-bahak atau marah
yang berlebihan. Kelumpuhan dapat komplit atau parsial dan
biasanya singkat (detik
- menit). Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa : tindihen) yaitu ketidakmampuan
untuk bergerak atau bicara
yang terjadi awal (hipnagoqic) atau akhir tidur (hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau
pendengaran yang muncul
sebagai representasi mimpi dan terjadi segera pada awal
tidur, kadang-kadang
terjadi pada saat bangun pagi (hipnopompic). Halusinasi
dapat berupa bayangan
orang yang mengancam, binatang atau biasanya hantu /
monster disertai rasa takut
yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia : yaitu saat penderita
mengantuk dan berusaha
mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi dibawah
alam sadar. la dapat
melanjutkan tugasnya dengan benar tetapi tidak dapat
menjawab pertanyaan yang
komplek. Kadang keluar kata-kata yang tidak mengandung
arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa
yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai
beberapa jam, biasanya
saat mengerjakan aktivitas monoton seperti mengendarai
mobil, sehingga sering
terjadi kecelakaan. Karena itu kalau mengantuk sebaiknya
berhenti dan tidur singkat
(10-30 menit) sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada
orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh
malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu : 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling
sedikit pada 2 dari 5
kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat
pada 90-100% penderita
narkolepsi tergantung ras-nya)
b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
• Khas : Pemendekan ‘sleep onset’ dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang dapat
menyebabkan hipersomnia
• MSLT : rata-rata sleep latency < 5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15
menit paling sedikit 2 dari 5
kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit (8-10 menit) masih
dianggap abnormal.
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan
munculnya gambaran tidur
tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit.
Dianggap normal bila REM
terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila REM
terjadi <15 menit (SOREM).
c. Radiologis
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Sindroma Obstructive sleep apnoea-hypopnoea
- Kurang tidur pada malam hari
- Circadian rhythm sleep disorders
- Idiopathic central nervous system (CNS) hypersomnia
- Periodic limb movement disorder
- Trauma kepala dan gangguan neurologi lainnya
- Depresi
- Efek samping obat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia
dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS,
dan REM Sleep / Behaviour
Disease.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang,
sulit bangun dari tidur.
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar
kembali
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal
b. Laboratorium
• PSG : yang khas menunjukan tidur yang memanjang dan
efisiensi tidur yang tinggi
dengan proporsi stadium tidur yang normal.
• MSLT : pemendekan sleep latency (< 10 menit, tetapi lebih
lama dari narkolepsi) tanpa
ada periode SOREM
• Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa catap(exy
c. Radiologis
d. Gold Standard : PSG dan MSLT
e. Patologi anatomi : -
Differential Diagnosis :
Narkolepsi tanpa cataplexy
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Non Medikamentosa
Tindakan Operatif • Sulit diobati dengan hasil memuaskan
Tindakan Konservatif • Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan
Lama Perawatan hygiene tidur yang baik
• Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti
narkolepsi)
b. Medikamentosa
• Modafinil adalah terapi awal pilihan
• Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan
methylphenidate
• Kombinasi obat long dan short acting sering
memberikan efek terbaik
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tidak bisa sembuh
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa : Long acting benzodiazepin
Tindakan Operatif B. Tindakan : -
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS biasanya membaik dengan pengobatan gangguan
psikiatrinya
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
GANGGUAN DEPRESI
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi,
terutama pada awal
tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu dini, mimpi
buruk,
nyenyak berlangsung hampir tiap hari.
b. Pemeriksaan fisik : Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda : Abnormal
- Pada Usia Lanjut :
- TST ↓ 1 & 2 NREM Sleep ↑
- Awakening ↑ 3 & 4 N REM Sleep ↓
- EWM (+) REM Sleep Latency ↓
- Sleep Latency ↑ REM Sleep ↑, Daytime nap +
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Demensia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa
Tindakan Operatif - Anti depressant Trisiklik
Tindakan Konservatif - SSRIs
Lama Perawatan - MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
KRITERIA DIAGNOSIS a. Anamnesa : Sulit tidur / kurang tidur nyenyak & kelelahan
tiap hari yang berlangsung 6 bulan.
Lemas, gangguan konsentrasi & memori.
b. Pemeriksaan Fisik : nyeri pada seluruh otot-otot
c. Polysomnografi :
- TST ↓
- SL ↑
- 1 & 2 REM ?
- RM ↑
- Alpha intrusion (+)
- Awakening : ?
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Banding :
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : • Anti depresan & anti ansietas
Tindakan Operatif • Perbaikan sleep hygiene
Tindakan Konservatif • Mengurangi cahaya saat tidur
Lama Perawatan • Pembatasan gerak
• Cognitive therapy
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Kurang baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
- Terutama dari anamnesis
- Dysesthesia dan restlesness di tungkai yang membaik
dengan gerakan
- Gejala timbul dan memburuk di waktu sore dan malam
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu
jari kaki dan kadang-kadang
fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15-30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun (normal > 40 mg / L)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat
Tindakan Operatif efektif pada RLS dan PLMS
Tindakan Konservatif - Pramipexol : dosis efektif (0,25 - 1 mg/hari diberikan tiga kali
Lama Perawatan sehari) atau
- Ropinirole (0,25 - 2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam
18.00-20.00.
- L-dopa atau Carbidopa (25/100 - 100/400 mg) diberikan
satu jam sebelum onset atau
dapat diberikan tiap 4 - 6 jam.
- Sering memerlukan tambahan obat sedativ (seperti
Gabapentine, benzodiazepin,
Trazodone) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan Gabapentin (second line agent)
c. Benzodiazepin (third line agent)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita
dengan stadium akhir penyakit
ginjal.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
b. Laboratorium :
Pada anak : tidak diperlukan karena biasanya jinak dan
terbatas waktunya.
Pada dewasa : onset baru dan serangan berulang,
membutuhkan evaluasi klinis dan
Polysomnography
Pemeriksaan Polysomnography ditemukan bangun singkat
dari stadium 3-4 NREM pada saat
terjadinya sleep terror (biasanya pada 1-4 jam awal tidur),
tetapi tidak mencatat kejadian
parasomnianya, karena itu rekaman video saat kejadian
sangat penting.
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
d. Gold Standard :
Tidak ada
e. Patologi Anatomi :
Tidak diperlukan
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic Nocturnal wandering
6. REM Sleep behaviour disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic Attacks
9. Post Traumatic Stress disorder
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas
waktunya (terbanyak 4 - 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat
menyebabkan tingkah laku seksual dan tindak kekerasan
atau terluka.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi mental sangat berat
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epi lepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
PEMERIKSAAN Tes psikometri / Test intelegensi :
PENUNJANG - Bayi : Developmental Quotient (DQ)
- Anak usia belum sekolah :
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelfigense
(WPPSI)
- Anak usia sekolah :
Wechsler Intelligence Scale for Children (Revised) (WISC-R)
- Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah :
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin : mencari gangguan kimia / metabolik
Serologi darah dan titer antibodi TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal (kelenjar tiroid)
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila kejang
Tindakan Operatif Metilfenidat bila hiperaktif
Tindakan Konservatif Hormon tiroid pada gangguan tiroid
Lama Perawatan Terapi Non Farmaka : fisioterapi
terapi okupasi
terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB) tipe C
KONSULTASI
Anak
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
PROGNOSIS Ad bonam
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini
yang disebabkan suatu cacat otak
atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai
dengan paresis, gerakan involunter atau gangguan
koordinasi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Neuromuskuler :
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif :
Friedriech's ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak
Metabolik :
Penyakit Wilson
Kelainan Tulang & Sendi :
Arthero gryphosis multiplex kongenital
Penyakit gangguan gerak involunter :
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolik
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia
PEMERIKSAAN Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental
PENUNJANG retardasi, learning disability & ADHD
EEG mencari epilepsi
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
Pemeriksaan mata : mencari strabismus, gangguan refraksi,
gangguan lapang pandang dan
buta sentral
Pemeriksaan THT : mencari tuli sentral
1. Pemeriksaan Ortopedi : mencari kontraktur sendi,
skoliosis, small stotur, subluksasi sendi
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tipe tetraplegi : ad vitam & ad functionam : ad malam
Tipe hemiparesis atau diparesis ringan : ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsi, gangguan lihat / dengar :
prognosis kurang baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
Radiologi : -
Laboratorium :
- Kadar Kreatinin Kinase (CK) sangat tinggi (10.000 - 30
000)
- Elektrodiagnostik : gambaran miogenik
- Biopsi otot
Gold Standar :
Gejala klinik, pemeriksaan CK dan EMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya
Tindakan Operatif bersifat simtomatik dan suportif untuk
Tindakan Konservatif mencegah deformitas yang lebih berat.
Lama Perawatan - Keluarga perlu mengetahui mengenai progresifitas penyakit
dan perkiraan mengenai umur
harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada
dekade kedua.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status iieurologi setiap hari
- Mengatasi gangguan nafas
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Nutrisi yang baik
PENYULIT
Oedem otak
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
Tier 1 :
- Klonidin → dosis permulaan 0,05 mg, dapat
ditingkatkan menjadi 2 x 0.05 mg. Dosis dapat
ditingkatkan setiap 5 - 7 hari dan dapat diberikan
sampai 0,1 - 0,4 mg / hari.
- Guanfasin → dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan
dapat ditingkatkan secara bertahap sampai 3 mg / hari
dibagi dalam dua dosis.
- Klonazepam → digunakan sebagai terapi ajuvan pada
pasien dengan kecemasan. Efek samping berupa
mengantuk, dizziness, fatigue.
Tier 2 :
Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil
dapat diberikan neuroleptik yang klasik
maupun neuroleptik yang atipik. Neurileptik klasik :
- Pimozid → 2 - 6 mg / hari, mulai dengan dosis 0,5 - 1
mg / hari sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Flufenazin → 2 - 4 mg / hari, mulai dengan dosis 1
mg / hari sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Haloperidol → 1 - 5 mg / hari, mulai dengan dosis 0,5
mg / hari, dinaikkan secara bertahap.
PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
Gangguan gerakan yang disebabkan karena disfungsi
basal ganglia. Gerakan menyentak, cepat,
ireguler, tidak dapat diprediksikan dapat terjadi pada satu
bagian tubuh yang kemudian dapat
mengenai bagian tubuh yang lain, dapat disertai dengan
kesulitan untuk makan gangguan gait,
clumsiness.
Chorea yang banyak terjadi pada anak adalah
Sydenham's chorea (SC, rheumatic chorea, chorea
minor, St. Vitus’ dance). Penyebabnya dapat bermacam-
macam, antara lain : paroxysmal
dyskinesias, penyakit imunologi (SC, SLE, antifosfolipid
antibodies), gangguan yang diturunkan
(ataxia teleangiectasia, benign familial), gangguan
metabolic (hipertiroid mitochondrial
abnormalities, congenital disorders of glycosylation),
infeksi, neoplasma, gangguan vaskuler dan
kelainan degeneratif.
Laboratorium
• Elektrolit termasuk Ca
• Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
• LED
• ASO dan titer DNase B
• Antibodi antikardiolipin
• Antinuclear antibody
• TSH
• Ceruloplasmin dan level copper
• Skrining toksikologi
• MRI kepala
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Terapi bila memungkinkan ditujukan pada kelainan yang
Tindakan Operatif mendasarinya Untuk gejala kliniknya
Tindakan Konservatif hanya sebagai simtomatik saja. Mekanisme obat yang
Lama Perawatan
dipakai bertujuan untuk mengkoreksi
gangguan neurotransmiter seperti meningkatkan GABA
dan acetylcholine dan atau menurunkan
reseptor dopamin
• Asam valproat (10 - 20 mg / kgBB / hari )
• Clonazepam (1 - 5 mg / kgBB / hari )
• Haloperidol (0,5 - 2 mg, 2 x / hari)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
Distonia sekunder :
• Reserpin 20 μg / kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25
mg / hari dibagi dalam dua dosis
• Difenhidramin 1-1,25 mg / kgBB IM atau IV (maks 50
mg), kemudian dilanjutkan dengan 1-1,25 mg / kg PO
(maks 50 mg) setiap 6-8 jam selama 1-3 hari .
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
PROGNOSIS Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PENGERTIAN ( Definisi ) Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada
orang dewasa dalam tipe set yang
terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan
tinggi intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah (pagi hari), mual,
perubahan kepribadian, iritabel, penurunan kesadaran,
penurunan fungsi jantung dan pernafasan.
Menurut lokasi :
• Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria,
hemiparesis disertai parese saraf otak, TTIK,
perubahan kepribadian, penurunan kesadaran.
• Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin,
perubahan visus atau penglihatan ganda, nyeri kepala,
parese saraf otak dan hemiparese motorik, perubahan
pernafasan, TTIK.
• Tumor di serebelum : TTIK, muntah (pagi hari tanpa
mual), nyeri kepala, gangguan koordinasi, gangguan
berjalan (ataksia).
Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese
motorik, gangguan koordinasi, ataksia, refleks fisiologi
meningkat, refleks patologis positif.
Radiologi :
CT scan dengan kontras, MRI
Laboratorium :
Biopsi tumor
Gold Standard :
CT scan kepala dengan kontras, biopsi
Patologi Anatomi :
Menentukan jenis tumorw
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Abses otak
2. Tuberkuloma di otak
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa : steroid untuk edem otak (loading :
deksametason 1-2 mg / kgBB sampai 10
mg, kemudian 1-1,5 mg / kgBB / hari, maksimum 16 mg /
TATA LAKSANA : hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan Operatif • Tindakan :
Tindakan Konservatif Operasi
Lama Perawatan VP shunt
Radiasi
PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
PROGNOSIS Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
A/B/C
TINGKAT REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN