Anda di halaman 1dari 165

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS


RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


EPILEPSI
PENGERTIAN ( Definisi ) Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan
epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa
provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah
suatu manifestasi klinik yang disebabkan
oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan
sinkron, dari neuron yang (terutama)
terletak pada korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal
ini umumnya timbul intermiten dan
'self-limited'.
Sindroma Epilepsi adalah penyakit epilepsi yang ditandai oleh
sekumpulan gejala yang timbul
bersamaan (termasuk tipe bangkitan, etiologi, anatomi, faktor
presipitan usia saat awitan, beratnya
penyakit, siklus harian dan prognosa)
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Bangkitan Psychogenik
2. Gerak lnvolunter (Tics, headnodding,
paroxysmalchoreoathethosisl dystonia, benign sleep
1. myoclonus, paroxysmal torticolis, startle response,
jitterness, dll.)
2. Hilangnya tonus atau kesadaran (sinkop, drop attacks,
TIA, TGA, narkolepsi, attention
3. deficit)
4. Gangguan respirasi (apnea, breath holding,
hiperventilasi)
5. Gangguan perilaku (night terrors, sleepwalking,
nightmares, confusion, sindroma psikotik
6. akut)
7. Gangguan persepsi (vertigo, nyeri kepala, nyeri
abdomen)
8. Keadaan episbdik dari penyakit tertentu (tetralogy
speels, hydrocephalic spells, cardiac
9. arrhythmia, hipoglikemi, hipokalsemi, periodic
paralysis, migren, dll)
PEMERIKSAAN 1. EEG
PENUNJANG 2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik
Perlu selalu diperiksa:
1. Kadar glukosa darah
2. Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan
magnesium
Atas indikasi
1. Penapisan dini racun/toksik
2. Pemeriksaan serologis
3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya

Perlu diperiksa pada sindroma tertentu


1. Asam Amino
2. Asam Organik
3. NH3
4. Enzim Lysosomal
5. Serum laktat
6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut
Lumbat Pungsi

Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan
kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) :
merupakan pilihan utama untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
TATA LAKSANA : Medikamentosa
Tindakan Operatif Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung
Tindakan Konservatif pada bentuk bangkitan dan sindroma
Lama Perawatan epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal
dan dosis tunggal menjadi pilihan utama. Kepatuhan
pasien juga ditentukan oleh harga dan efek
samping OAE yang timbul

Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari

Keputusan pemberian pengobatan setelah bangkitan


pertama dibagi dalam 3 kategori:
1. Definitely treat (pengobatan perlu dilakukan segera)
Bila terdapat lesi struktural, seperti :
a) Tumor otak
b) AVM
c) Infeksi : seperti abses, ensefalitis herpes

Tanpa lesi struktural :


a) Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara
sekandung (bukan orang tua)
b) EEG dengan gambaran epileptik yang jelas
c) Riwayat bangkitan simpomatik
d) Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi SSP
e) Status epilepstikus pada awitan kejang
2. Possibly treat (kemungkinan harus dilakukan
pengobatan) Pada bangkitan yang tidak dicetuskan
(diprovokasi) atau tanpa disertai faktor resiko diatas
3. Probably not treat (walaupun pengobatan jangka
pendek mungkin diperlukan)
a) Kecanduan alkohol
b) Ketergantungan obat obatan
c) Bangkitan dengan penyakit akut (demam tinggi,
dehidrasi, hipoglikemia)
d) Bangkitan segera setelah benturan di kepala
e) Sindroma epilepsi spesifik yang ringan, seperti
kejang demam, BECT
f) f. Bangkitan yang diprovokasi oleh kurang tidur
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-
hal sebagai berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum
dimulainya pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

RSUD KELAS B MAJALAYA PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

STROKE

PENGERTIAN ( Definisi ) Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau


seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global)
yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam
atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya
suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah
secara spontan (stroke perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologis :
1.1. Infark : aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan
Subarahnoid, Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :
• Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/
istirahat, kesadaran baik/ terganggu, nyeri kepala/ tidak,
muntah/ tidak, riwayat hipertensi (faktor risiko strok lainnya),
Lamanya (onset), serangan pertama/ulang.

• Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :


Ada defisit neurologis, hipertensi/ hipotensi/ normotensi.

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologist / fungsional (contoh :
kelainan jiwa)
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todd’s
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor
otak, AVM).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multiple
PEMERIKSAAN Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska
PENUNJANG stroke, resiko pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan
penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding,
faktor risiko, komplikasi, prognosa dan pengobatan.
TATA LAKSANA : Penatalaksanaan Umum
Tindakan Operatif 1. Umum
Tindakan Konservatif Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung,
Lama Perawatan ginjal, keseimbangan elektrolit dan cairan,gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan
sekunder

Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel,
dipiridamol, cilostazol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk
stroke emboli)
(Guidelines stroke 2004)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral :
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal
hemostasis)
- Mencegah / mengatasi vasospasme otak akibat
perdarahan : Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif : Dilakukan pada kasus yang
indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3
cm pada fossa posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda
peninggian TIK akut dan ancaman herniasi
otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebellum
- GCS > 7

Terapi Komplikasi
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.

Penatalaksanaan faktor risiko:


- Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan
tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan
tertentu
(Guidelines stroke 2004)
- Antidislipidemia : atas indikasi

Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi
medik
Infark berdarah
Hidrosefalus
- Non Neurologis :
Hipertensi / hiperglikemia reaktif
Edema paru
Gangguan jantung
Infeksi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Ad vitam
Tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul.
2. Ad Functionam
Penilaian dengan parameter :
- Activity Daily Living (Barthel Index)
- NIH Stroke Scale (NIHSS)
Risiko kecacatan dan ketergantungan fisik/kognitif setelah
1 tahun : 20-30%
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SEREBRITIS & ABSES OTAK

PENGERTIAN ( Definisi ) 1. Penumpukan material piogenik yang terlokalisir di dalam / di


antara parenkim otak.
2. Etiologi:
a. Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus,
streptococcus anaerob, S.beta hemolitikus,
b. S. alfa hemalitikus, E. coli Bacteroides.
c. Jamur : N. asteroids, spesies candida, aspergillus.
d. Parasit (jarang) : E. Histolitika, cystecircosis,
schistosomiasis.
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda
infeksi + TIK Khas bila terdapat trias : gejala infeksi +
TIK + tanda neurologik fokal.
2. Darah rutin : 50 – 60 % didapati leukositosis 10.000-
20.000 / cm2 70 – 95 % LED meningkat.
3. LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes
sensifitas.
4. Radiologi :
• Foto polos kepala biasanya normal.
• CT-Scan kepala tanpa kontras dan pakai
kontras bila abses berdiameter > 10 mm.
• Antiografi
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN 1. Darah rutin (leukosit, LED)
PENUNJANG 2. LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes
sensitifitas.
3. Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras
dan pakai kontras, atau angiografi.
4. Antiedema : dexamethason/ manitol.
5. Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses
berdiameter 2 cm.
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )

PROGNOSIS Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal


Prognosis : tergantung dari : umur penderita, lokasi abses,
dan sifat absesnya
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MENINGITIS TUBERKULOSA

PENGERTIAN ( Definisi ) Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang


mengenai selaput otak yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosa
ANAMNESIS Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala,
anoreksia, mual/muntah, demam subfebris,
disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan
kesadaran, onset subakut, riwayat
penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-tanda rangsangan meninggal berupa kaku
kuduk dan tanda lasegue dan kernig.
2. Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.

KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Meningoensefalitis karena virus
2. Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak
sempurna
3. Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit
(Cryptococcus neoformans atau Toxoplasmagondii),
Sarkoid meningitis.
4. Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk
karsinoma, limfoma, leukemia, glioma,melanoma, dan
meduloblastoma.
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila
PENUNJANG tidak ada tanda tanda peninggian tekanan intrakranial),
pemeriksaan darah rutin kimia, elektrolit.
Pemeriksaan sputum BTA (+)
2. Pemeriksan Radiologik
- Foto polos paru
- CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan
pungsi lumbi bila dijumpai peninggian tekanan
intrakranial.
3. Pemeriksaan penunjang lain:
- IgG anti TB (Untuk mendapatkan antigen bakteri
diperiks
counterimmunoelectrophoresis,radioimmunoassay
atau teknik ELISA).
- PCR
TATA LAKSANA : 1. Umum
Tindakan Operatif 2. Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa
Tindakan Konservatif (OAT).
Lama Perawatan • INH
• Pyrazinamida
• Rifampisin
• Etambutol
3. Kortikosteroid
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya
meninggalkan sekuele neurologis.
2. Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, meninggal
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


RABIES

PENGERTIAN ( Definisi ) Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus
rabies, bermanifestasi sebagai kelainan
neurologi yang umumnya berakhir dengan kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar dengan anjing,
kucing atau binatang lainnya yang :
• Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
• Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
• Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari,
sebagainya)
• Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik
1. Stadium prodromal (2-10 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal
rabies), sakit kepala, lemah,
anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi.
2. Stadium kelainan neurologis (2-7 hari)
• Bentuk spastik : Peka terhadap rangsangan ringan,
kontraksi otot farings dan esofagus,kejang,
aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk, delirium,
semikoma, meninggal setelah 3-5 hari.
• Bentuk demensia
• Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila
mendadak, dapat melakukan tindakan kekerasan,
koma, mati.
• Bentuk paralitik (7-10 hari)
Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum
diagnosis tegak, terdapat monoplegi atau paraplegi
flaksid, gejala bulbar, kematian karena kelumpuhan otot
napas.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Intoksikasi obat-obatan
2. Ensefalitis
3. Tetanus
4. Histerikal pseudorabies
5. Poliomielitis
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan laboratorium: Lekosit, hematokrit, Hb,
PENUNJANG Albumin urine, dan Lekosit urine, Likuor Serebrospinal
bila perlu.
2. Pemeriksaan radiologik : Dapat dilakukan pemeriksaan
CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain.
3. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
TATA LAKSANA : KRITERIA TERSANGKA RABIES SEBAGAI BERIKUT :
Tindakan Operatif 1. Anjing/hewan yang menggigit terbukti secara laboratorium
Tindakan Konservatif adalah positif rabies.
Lama Perawatan 2. Anjing atau hewan yang menggigit mati datam waktu 5 - 10
hari
3. Anjing atau hewan yang menggigit menghilang atau
terbunuh
4. Anjing atau hewan yang menggigit dengan gejala rabies.

Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat
diobservasi atau hewan tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau
anjing yang menggigit penderita tetap sehat selama
observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai
sarung tangan, pakaian dan masker.
4. Dokter/ Perawat harus terlebih dahulu memberikan
penjelasan secukupnya tentang jumlah kali pemberian
vaksin anti rabies (VAR) / serum anti rabies (SAR),
termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin
timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/ pemberian
serum anti rabies (SAR) terhadap penderita terlebih dahulu
dimintai persetujuan dari penderita ataupun keluarga
terdekat penderita atas pemberian vaksinasi/ serum
tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga terdekat
penderita harus menandatangani surat persetujuan
(informed consent) disaksikan oleh dua orang saksi
termasuk dokter/ Perawat.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Infaust/ meninggal dunia

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


ENSEFALITIS VIRAL

PENGERTIAN ( Definisi ) 1. Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan


jaringan parenkim sistem saraf pusat yang
menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-
tanda neurologis fokal.
2. Etiologi:
a. Virus DNA
- Poxviridae : Poxvirus
- Herpetoviridae : Virus Herpes Simpleks, Varicella
Zoster, Virus Sitomegalik
b. Virus RNA
- Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus morbili
(Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis,
Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus Rabies
- Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, Flavivirus
ensefalitis jepang B,Virus demam kuning, Virus
Rubi
- Bunyaviridae : Virus ensefalitis California
- Arenaviridae : Khoriomeningitis Limfositaria
- Retroviridae : Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS Bentuk asimtomatik :
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa
diketahui penyebabnya.
Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan serebrospinal
• Bentuk abortif :
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan.
Umumnya terdapat infeksi saluran
napas bagian atas atau gastrointestinal.
• Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir
dengan kematian. Pada
stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis,
kaku kuduk, disorientasi,
sangat qelisah dan dalam waktu singkat masuk ke dalam koma
dalam. Kematian biasanya
terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.
• Bentuk khas ensefalitis :
Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran
napas bagian atas atau
gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda Kernig
positif, gelisah, lemah, dan
sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul tergantung tempat
kerusakan. Selanjutnya
kesadaran menurun sampai koma, kejang fokal atau umum,
hemiparesis, gangguan
koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan
bicara, dan gangguan mental.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
2. Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
3. Abses otak
4. Lues serebral
5. Intoksikasi timah hitam
6. Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
PEMERIKSAAN Pemeriksaan laboratorium
PENUNJANG 1. Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)
- Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal
atau meningkat
- Fase dini dapat dijumpai peningkatan set PMN diikuti
pleositosis limfositik, umumnya kurang dari 1000/ul
- Glukosa dan Klorida normal
- Protein normal atau sedikit meninggi (80-200 mg/dl)
2. Pemeriksaan darah
- Lekosit : Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan
- Amilase serum sering meningkat pada parotitis
- Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan
mononukleosis infeksiosa
- Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV,
cytomegalovirus, dan HIV
TATA LAKSANA : • Perawatan Umum
Tindakan Operatif • Anti udema serebri : Deksamethason dan Manitol 20%
Tindakan Konservatif • Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan
Lama Perawatan dapat diulang sampai 3 kali dengan
interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin
100-200 mg/ 12 jam/ hari dilarutkan
dalam NaCI dengan kecepatan maksimal 50 mg/menit.
• Terapi kausal : Untuk HSV : Acyclovir
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Beratnya sequele tergantung pada virus penyebab
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MENINGITIS BAKTERIAL

PENGERTIAN ( Definisi ) 1. Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut


atau meningitis purulenta) adalah suatu infeksi cairan
likuorserebrospinalis dengan proses peradangan yang
melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.
2. Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,
H. Influenzae, Staphylococci,Listerio monocytogenes, basil
gram negatif.
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut
antara 17 hari. Gejala berupa
demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia,
mual, muntah, kejang, perubahari status
mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik
• Tanda-tanda rangsang meningeal
• Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
• Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
• Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis
media, mastoiditis, pneumonia,
infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Lumbal pungsi
• Pemeriksaan Likuor
• Pemeriksaan kultur likuor dan darah
• Pemeriksaan darah rutin
• Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi
hati) dan elektrolit darah
Radiologis
• Foto polos paru
• CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri
spesifik seperti C Reactive Protein atau
PCR (Polymerase Chain Reaction).
Pemeriksaan Laboratorium diperoleh :
• Lumbal pungsi: Mutlak dilakukan bila tidak ada
kontraindikasi. Pemeriksaan Likuor : Tekanan
meningkat>180 mmH20,Pleiositosis lebih dari 1.000/mm3
dapat sampai 10.000/mm3
terutama PMN, Protein meningkat lebih dari 150
mg/dLdapat>1.000 mg/dL, Glukosa menurun
< 40% dari GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dengan
pengecatan gram.
• Pemeriksaan darah rutin: Lekositosis, LED meningkat.
Pemeriksaan penunjang lain
Bila hasil analisis likuor serebrospinalis mendukung, tetapi
pada pengecatan gram negatif maka
untuk menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangakn
pemeriksaan antigen bakteri spesifik
seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain
Reaction).
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Meningitis virus, Perdarahan Subarakhnoid, Meningitis
khemikal, Meningitis TB, Meningitis Leptospira,
Meningoensefalitis fungal.
Usia Bakteri Antibiotika
Penyebab
Bila prevalensi S. Pneumoniae
Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime /
Ceftriaxone+Vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)
S. Pneumonioe Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12
H. Influenzae g/hari atau Ceftriaxone 2 g/12
Species Listeria jam + Ampicillin 2 g/4 jam/IV
Pseudomonas (200 mg/kg BB/IV/hari)
aeroginosa
N. Meningitidis Bila prevalensi S.
Pneumioniane Resiten
Cephalosporin ≥ 2% diberikan:
Cefoxtaxime /
Ceftriaxone+Vancomycin
1g / 12 jam / IV (max. 3g / hari)
Ceftadizime 2g / 8 jam / IV

Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi


antibiotik empiris sesuai dengan
kelompok umur, harus segera dimulai
1. Terapi tambahan : Dianjurkan hanya pada penderita
risiko tinggi, penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu
dengan Deksametason 0,15 mg/ kgBB/ 6 jam/ IV
selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum
pemberian antibiotik.
2. Penanganan peningkatan TIK :
- Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur
- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- Hiperventilasi untuk mempertahankan pC02 antara
27-30 mmHg
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG 1. Lumbal pungsi
2. Pemeriksaan Likuor
3. Pemeriksaan kultur likuor dan darah
4. Pemeriksaan darah rutin
5. Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal,
fungsi hati) dan elektrolit darah
Radiologis
1. Foto polos paru
2. CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen
bakteri spesifik seperti C Reactive Protein atau PCR
(Polymerase Chain Reaction).
Pemeriksaan Laboratorium diperoleh :
1. Lumbal pungsi: Mutlak dilakukan bila tidak ada
kontraindikasi. Pemeriksaan Likuor : Tekanan
meningkat>180 mmH20,Pleiositosis lebih dari
1.000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN,
Protein meningkat lebih dari 150 mg/dLdapat>1.000
mg/dL, Glukosa menurun < 40% dari GDS. Dapat
ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan gram.
2. Pemeriksaan darah rutin: Lekositosis, LED meningkat.
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
meninggal.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


TETANUS

PENGERTIAN ( Definisi ) Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan


karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Hipertoni dan spasme otot
- Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan
nyeri, opistotonus, dinding perut tegang,anggota
gerak spastik.
- Lain-lain : Kesukaran menelan, asfiksia dan
sianosis, nyeri pada otot-otot di sekitar luka
2. Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
3. Umumnya ada luka/ riwayat luka
4. Retensi urine dan hiperpireksia
5. Tetanus lokal
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING 1. Kejang karena hipokalsemia


2. Reaksi distonia
3. Rabies
4. Meningitis
5. Abses retrofaringeal, abses gigi, sulbluksasi mandibula
6. Sindrom hiperventilasi/ reaksi histeri
7. Epilepsi/ kejang tonik klonik umum
PEMERIKSAAN 1. Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk
PENUNJANG menemukan C. tetani.
2. EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
3. Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
TATA LAKSANA : 1. IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Tindakan Operatif 2. Kausal :
Tindakan Konservatif - Antitoksin tetanus:
Lama Perawatan a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis
20.000 IU/hari/i.m. selama 3-5 hari.
TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b. Human Tetanus lmmunoglobulin (HTlG). Dosis
500-3.000 lU/I.M. tergantung beratnya penyakit.
Diberikan SINGLE DOSE.
- Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/ 8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT
SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penilisin dapat diberikan :
- Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
- Tetrasiklin 500mg/6 jam/oral.
- Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan
H2O2.
3. Simtomatis dan supportif
a. Diazepam
- Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan
diazepam dengan dosis 10 mg i.v. perlahan 2-3
menit. Dapat diulangi bila diperlukan.
- Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500
ml cairan infus (10-12 mg/KgBB/hari)
- diberikan secara drips (syringe pump).
- Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi,
cairan dikocok setiap 30 menit.
- Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1
ampul / IV perlahan selama 3-5 menit,
b. Nutrisi
Diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring,
atau cair. Bila perlu, diberikan melalui pipa
nasogastrik.
c. Menghindari tindakan/ perbuatan yang bersifat
merangsang, termasuk rangsangan suara dan
cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.
d. Mempertahankan/ membebaskan jalan nafas :
pengisapan lendir oro/ nasofaring secara
berkala.
e. Posisi/ letak penderita diubah-ubah secara
periodik.
f. Pemasangan kateter bila teriadi retensi urin.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Angka kematian tinggi bila
- Usia tua
- Masa inkubasi singkat
- Onset periode yang singkat
- Demam tinggi
- Spasme yang tidak cepat diatasi
2. Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM.TT2
dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval
waktu 4 – 6 minggu.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MALARIA SEREBRAL

PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering
disebabkan oleh P. falciparum. Diagnosis ditegakkan
pada penderita malaria (terbukti dari pemeriksaan apus
darah) yang mengalami penurunan kesadaran (GCS < 7)
disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Antimalaria : Kinin dihidroklorida lV
Tindakan Operatif Terapi suportif : antikonvulsan
Tindakan Konservatif antipirektika
Lama Perawatan penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan etektrolit
Pencegahan : Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum
perjalanan ke daerah endemis
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang,
hemiparesis
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SINUS TROMBOFLEBITIS

PENGERTIAN ( Definisi ) Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang


disebabkan berbagai bakteria. Biasanya berasal dari
penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel) dan kepala
(luka, mastoiditis dll). Gejala tergantung sinus venosus mana
yang terkena. Pada trombosis sinus cavernosus, bisa
didapat oftalmoplegi dan khemosis. Pada sinus sagitalis
trombosis bisa didapat paraplegi.
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING Pseudotumor serebri

PEMERIKSAAN Darah rutin : gambaran infeksi umum dan leukositosis.


PENUNJANG Pemeriksaan penunjang lain : cari sumber infeksi wajah atau
kepala

TATA LAKSANA : Terapi farmaka : Antibiotika seperti meningitis purulenta


Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tergantung stadium pengobatan
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MENINGITIS KRIPTOKOKKUS / JAMUR

PENGERTIAN ( Definisi ) Definisi : adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur


kriptokokus.
Diagnosis pasti : pemeriksaan sediaan langsung dan kultur
dari CSS.
Predisposisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima
transplantasi jaringan atau sedang dalam
terapi keganasan)
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Meningitis serosa sebab lain

PEMERIKSAAN 1. Pungsi Lumbal :


PENUNJANG - Profit LCS menyerupai MTB
- Pengecatan Tinta India / Gram terhadap CSS
2. Pemeriksaan serologis.
3. Kultur Sabauraud.
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif 1. Terapi kausal : Amfoterisin B dan 5 Floro-sitosin IV (2
Tindakan Konservatif minggu) dilanjutkan Flukonazol 200 mg/hari
Lama Perawatan 2. Terapi simtomatik / suportif : Disesuaikan keadaan
pasien.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )

PROGNOSIS Buruk

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


HIV-AIDS SUSUNAN SARAF PUSAT

PENGERTIAN ( Definisi ) Deflnisi WHO untuk AIDS di Asia Tenggara adalah pasien
yang memenuhi kriteria A dan B
dibawah ini :
A. Hasil positif untuk antibodi HIV dari dua kali test yang
menggunakan dua antigen yang berbeda.
B. Salah satu dari kriteria yang dibawah ini :
1. - Berat badan menurun 10% atau lebih yang tidak
diketahui sebabnya.
- Diare kronik selama 2 bulan terus menerus atau
periodik.
2. Tuberkulosis milier atau menyebar.
3. Kandidiasis esofagus yang dapat didiagnosis dengan
adanya kandidiasis mulut yang disertai disfagia /
odinofagia.
4. Gangguan neurologis disertai gangguan aktifitas
sehari-hari, yang tidak diketahui sebabnya.
5. Sarkoma kaposi.

Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan


progresif sehingga setelah bertahuntahun
tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia
sekarang dapat memperpanjang
masa hidup dan kualitas hidup dengan cara memperlambat
penurunan sistim imun dan mencegah
infeksi oportunistik. Terdapat variasi yang luas dari respon
imun terhadap efek patologik HIV.
Karena itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup
dan sehat dalam jangka panjang
sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam
wakru 10 tahun.
- Etiologi : Virus RNA (Retrovirus)

Patofisiologi infeksi HIV


HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan non
seksual. Didalam tubuh HIV akan menginfeksi set yang
mempunyai reseptor CD4 seperti sel limfosit, monosit dan
makrofag dan beberapa sel tertentu lain, walaupun tidak
mempunyai reseptor CD4 misalnya set-set glia dan sel
langerhans. Secara umum ada dua kelas sel dimana HIV ber-
replikasi yaitu di dalam set T limfosit dan didalam sel
makrofag, karena itu disebut T-tropik atau syncytium inducing
isolates dan Makrofag-tropik atau non-syncytium inducing
isolates. Isolat M-tropik lebih sering tertular, tetapi isolat T-
tropik terlihat pada 50% dari infeksi HIV stadium lanjut dan
menimbulkan progresivitas penyakit yang sangat cepat.
Bahkan diketahui bahwa yang menimbulkan perbedaan
tropisme adalah kadar ko-reseptor yang penting yaitu CXCR4
dan CCR5.Sebagai akibatnya akan terjadi dua kelompok
gejala utama yaitu :
1. Akibat penekanan pada sistim kekebalan tubuh, sehingga
mudah terjadi infeksi, kanyeri
kepalaer yang spesifik dan penurunan berat badan yang
drastis.
2. Disfungsi neurologik baik susunan saraf pusat maupun
susunan saraf perifer.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Fase I - Infeksi HIV primer (infeksi HIV akut)


2. Fase II - Penurunan imunitas dini (sel CD4 > 500 / μl)
3. Fase III - Penurunan imunitas sedang (sel CD4 500 –
200 / μl)
4. - Fase lV - Penurunan imunitas berat (sel CD4 < 200 /
μl)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Massa intrakranial
2. TBC
3. Polineuropathy kerena penyebab lain
4. Demensia karena penyebab lain
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Dosis Anti Retroviral untuk ODHA dewasa (Pedoman Nasional
Tindakan Operatif 2004)\
Tindakan Konservatif Gol / Nama obat Dosis
Lama Perawatan Nucleoside RTI
Abacavir (ABC) 300 mg setiap 12 jam
Didanoside (ddl) 400 mg sekali sehari
250 mg @ 12 jam (BB < 60kg)
Atau 250 mg sekali sehari bila diberi bersama TDF diberi
bersama TDF
Lamivudine (3TC) 150 mg setiap 12 jam atau
300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T) 30 mg @ 12 jam (BB < 60 kg)
Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg @ 12 jam
Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari
Non-nucleoside RTIs
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine (NVP) 200 mg sekali sehari (14 hari) kemudian 200 mg
@ 12 jam
Protease Inhibitors
Indinavir / Ritonavir (IDV/r) 800 mg / 100 mg @ 12 jam
Lopinavir / Ritonavir (LPV/r) 400 mg / 100 mg @ 12 jam
Nelfinavir (NFV) 1250 mg @ 12 jam
Squinavir / Ritonavir (SQV/r) 1000 mg / 100 mg @ 12 jam atau
1600 mg / 200 mg sekali sehari
Ritovanir (RTV/r) Capsule 100 mg
Larutan oral 400 mg / 5 ml
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Angka kekambuhan tinggi
2. Angka kematian tinggi
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


DEMENSIA ALZHEIMER

PENGERTIAN ( Definisi ) Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan


intelektual progresif yang menyebabkan
deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari.
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Probable Demensia Alzheimer


1. Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
klinik dan tes neuropsikologi (algoritma
penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL,
FAQ, CDR, NPI, Skala Depresi Geriatrik, Trial
Making test A dan B terlampir)
2. Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama
perburukan memori yang disertai gangguan kognisi
lain yang progresif
3. Tidak terdapat gangguan kesadaran
4. Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering
setelah usia 65 tahun
5. Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit
otak sebagai penyebab gangguan memori dan
fungsi kognisi yang progresif tersebut
Possible Demensia Alzheimer
1. Penyandang sindroma demensia tanpa gangguan
neurologis, psikiatris dan gangguan sistemik lain
yang dapat menyebabkan demensia
2. Awitan, presentasi atau perjalanan penyakit yang
bervariasi dibanding demensia Alzheimer klasik
3. Pasien demensia dengan komorbiditas (gangguan
sistemik/ gangguan otak sekunder) tetapi bukan
sebagai penyebab demensia
4. Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila
terdapat suatu defisit kognisi berat, progresif
bertahap tanpa penyebab tain yang teridentifikasi.

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Demensia Vaskuler
2. Demensia Lewi body
3. Demensia lobus frontal
4. Pseudodemensia (depresi)
PEMERIKSAAN Radioimaging :
PENUNJANG • CT sken : Atrofi serebri terutama daerah temporal dan
parietal
• MRI : Atrofi serebri dan atrofi hipokampus
• SPECT : Penurunan serebral blood flow terutama di
kedua kortek temporoparietal
• PET : Penurunan tingkat metabolisme kedua kortek
temporoparietal
Laboratorium :
• Urinalisis
• Elektrolit serum
• Kalsium
• BUN
• Fungsi hati
• Hormon tiroid
BAKU EMAS (PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI) :
1. • Ditemukan neurofibrillary tangles dan senile
plaque
TATA LAKSANA : PENATALAKSANAAN
Tindakan Operatif Farmakotogi
Tindakan Konservatif • Simptomatik :
Lama Perawatan  Penyekat Asetilkolinesterasa:
Donepezil HCl tablet 5 mg, 1 x 1 tablet / hari
 Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari
2 x 1,5 mg sampai maksimal 2 x 6 mg
 Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari
2 x 4 mg sampai maksimal 2 x 16 mg
• Gangguan perilaku :
 Depresi :
 Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama) :
Sertraline tablet 1 x 50 mg, Flouxetine tablet 1 x 20 mg
 Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors :
Reversible MAO-A inhibitor (RIMA) : Moclobemide
 Delusi / halusinasi / agitasi
 Neuroleptik atipikal
o Risperidon tablet 1 x 0,5 mg - 2 mg / hari
o Olanzapin
o Quetiapin tablet : 2 x 25 mg – 100 mg
 Neuroleptik tipikal
o Haloperidol tablet : 1 x 0,5 mg – 2 mg / hari

Non Farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
• Orientasi realitas
• Stimulasi kognisi : memory enhancement program
• Reminiscence
• Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
• Training dan konseling
Intervensi lingkungan
• Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
• Fasilitasi aktivitas
• Terapi cahaya
• Terapi musik
• Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
• Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi,
ibadah, rekreasi dll)
• Menghindari tugas yang kompleks.
• Bersosialisasi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS

INDIKATOR

KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


DEMENSIA VASKULER

PENGERTIAN ( Definisi ) Demensia Vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia


yang disebabkan oteh gangguan
serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang
ringan sampai paling berat dan
meliputi semua domain, tidak harus prominen gangguan
memori.
Dalam pembagian klinis dibedakan atas:
I. VaD pasca stroke / Post stroke demensia
 Demensia infark strategik
 MID (Multiple infark dementia)
 Perdarahan intraserebral
II. VaD subkortikal
 Lesi iskemik substansia alba
 Infark lakuner subkortikal
 Infark non takuner subkortikal
III. AD + CVD (VaD tipe campuran)
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Adanya demensia secara klinis dan test


neuropsikologis (sesuai dengan demensia Alzheimer)
2. Adanya penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai
dengan :
 Defisit neurologik fokal pada pemeriksaan fisik
sesuai gejala stroke (dengan atau tanpa riwayat
stroke)
 CT sken atau MRI adanya tanda-tanda
gangguan serebrovaskuler
3. Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas (1
atau lebih keadaan dibawah ini)
 Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3
bulan pasca stroke
 Deteriorasi fungsi kognisi yang mendadak atau
berfluktuasi, defisit kognisi yang progresif dan
bersifat stepwise.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/
terlampir)
PEMERIKSAAN  VaD subkortikal
PENUNJANG o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya : infark di kortikal dan
kortikolsubkortikal dan infark
watershed; perdarahan pembuluh darah besar;
hidrosefalus tekanan normal (NPH)
dan penyebab spesifik substansia alba (multiple
sklerosis, sarkoidosis, radiasi otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau
multipel lakuner (>5) di substansia gresia dalam dan
paling sedikit ditemukan lesi substansia alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-
subkortikal dan infark watershed,perdarahan, tanda-
tanda hidrosefalus tekanan normal dan penyebab
spesifik lesi substansia alba (mis. multiple sklerosis,
sarkoidosis, radiasi otak).
TATA LAKSANA : Farmakologi
Tindakan Operatif  Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler
Tindakan Konservatif  Terapi simptomatik terhadap gangguan kognisi
Lama Perawatan simptomatik
 Penyekat Asetilkolinesterase:
i. Donepezil Hcl tablet 5 mg, 1 x 1 tablet / hari
ii. Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai
dari 2 x 1,5 mg sampai maksimal 2 x 6 mg
iii. Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai
dari 2 x 4 mg sampai maksimal 2 x16 mg
 Gangguan perilaku :
 Depresi :
 Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama) :
Sertraline tablet 1 x 50 mg, tablet 1 x 20 mg,
Flbuxetine tablet 1 x 20 mg
 Golongan Monoamine Oxidase (MAO)
Inhibitors: Reversible MAO-A inhibitor (RIMA) :
Moclobemide
 Delusi/ halusinasi/ agitasi
 Neuroleptik atipikal
 Risperidon tablet 1 x 0,5 mg – 2 mg / hari
 Olanzapin
 Quetiapin tablet : 2 x 25 mg – 100 mg
 Neuroleptik tipikal
 Haloperidol tablet : 1x 0,5 mg – 2 mg / hari
Non farmakolo$is
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang
individual :
 Orientasi realitas
 Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
 Training dan konseling
Intervensi lingkungan
 Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
 Fasilitasi aktivitas
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS

INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


TUMOR INTRAKRANIAL

PENGERTIAN ( Definisi ) Massa intrakranial -- baik primer maupun sekunder -- yang


memberikan gambaran klinis proses desak ruang dan atau
gejala fokal neurologis.

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Gejala tekanan intrakranial yang meningkat :


a. Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat
analgesic
b. Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
c. Papil edema (sembab papil = choked disc)
d. Kesadaran menurun / berubah
2. Gejala fokal :
a. True location sign
b. False location sign
c. Neighbouring sign
3. Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
4. Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang
menunjukkan adanya massa (SOL)
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING 1. Abses serebri


2. Subdural hematom
3. Tuberkuloma
4. Pseudotumor serebri
PEMERIKSAAN 1. Foto polos tengkorak
PENUNJANG 2. Neurofisiologi : EEG, BAEP
3. CT Scanning / MRI kepala + kontras
TATA LAKSANA : 1. Kausal
Tindakan Operatif a. Operatif
Tindakan Konservatif b. Radioterapi
Lama Perawatan c. Kemoterapi
2. Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan
intrakranial
a. Deksamethason
b. Manitol
c. Posisi kepala ditinggikan 20 – 300
3. Simptomatik (bila diperlukan dapat dibicarakan) :
a. Antikonvulsan
b. Analgetik / anti peretik
c. Sedativa
d. Antidepresan bila perlu
4. Rehabilitasi medik
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NEURALGIA TRIGEMINAL

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Serangan nyeri paroksismal, spontan, tiba-tiba, nyeri tajam,


superfisial, seperti ditusuk, tersetrum,
terbakar pada wajah atau frontal (umumnya unilateral)
beberapa detik sampai < 2 menit, berulang,
terbatas pada > 1 cabang N. trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi.
Intensitas nyeri berat. Presipitasi dapat dari
trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada aktivitas
harian seperti bicara, membasuh
muka, cukur jenggot, gosok gigi (triggerd factors). Bentuk
serangan masing-masing pasien sama.
Diantara serangan umumnya asimtomatis. Umumnya tidak
ada defisit neurologik.
Klasifikasi TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik (lesi primer menekan N.V : tumor,
sklerosis multipel)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Nyeri wajah atipikal.
PEMERIKSAAN MRI pada TN simtomatik, MRA
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Terapi Farmakologik :
Tindakan Operatif 2. Antikonvulsan : karbamasepin,
Tindakan Konservatif okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam
Lama Perawatan valproat,baklofen.
3. Terapi Non-farmakologik : TENS
4. Bedah : bila terapi farmaka adekwat gagal
5. Terapi Kausal : pada TN simtomatik
6. Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang
lain
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. TN idiopatik : baik
2. TN simtomatik : tergantung kausal
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NEURALGIA PASCA HERPES

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri pada area distribusi ruam setelah menderita herpes
zoster. Timbul tanpa ataupun dengan
interval bebas nyeri (umumnya satu bulan). Rasa nyeri
seperti panas, kesetrum, menyentak, dan
timbul alodinia dan hiperestesi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa :
Tindakan Operatif Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Tindakan Konservatif Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na
Lama Perawatan valporat
Lain-lain : Meksiletin, klonidin
Topikal : Krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform

Nonmedikamentosa :
TENS
Ice-pack
Terapi behavior

Pada Nyeri Zoster Akut :


Asetaminofen , NSAID, ketorolak, tramadol
Kombinasi amitriptilin dan flufenasin
Infiltrasi ruam : triamsinolon 0,2 % dalam NaCI 0,9 %
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NYERI PUNGGUNG BAWAH

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan
daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga
terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai
dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang
berasal dari daerah punggung bawah
dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang
berasal dari daerah lain dirasakan didaerah punggung bawah
(referred pain).
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SINDROMA TOLOSA-HUNT

PENGERTIAN ( Definisi )

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai
dengan paralisis salah satu atau
lebih dari N.III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah N.V1 dan 2.
Dapat sembuh spontan tetapi
dapat relaps kembali.
Dihubungkan dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan,
kontinyu atau intermiten tanpa faktor pemicu.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Lesi vaskuler : aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL) / tumor di fissura orbitalis superior,
area parasela, fossa posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif 2. Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Tindakan Konservatif 3. Nonmedikamentosa : -
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NYERI NEUROPATI DIABETIKA

PENGERTIAN ( Definisi )

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk,
ditikam, kesetrum, disobek,
diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit
mengenal barang dalam kantong,
hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan > 50 % penderita diabetes lama menderita neuropati
diabetika
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Neuropati oleh sebab lain selain DM

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Kausal
Tindakan Operatif Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar HbA1c
Tindakan Konservatif dipertahankan 7%
Lama Perawatan Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SINDROMA TEROWONGAN KARPAL

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel
syndrome/ CTS ) berupa kesemutan,
rasa terbakar dan baal di jari tangan I, II, III dan setengah bagian
lateral jari IV terutama malam
atau dini hari akibat jebakan N. Medianus di dalam terowongan
karpal. Pada keadaan berat rasa nyeri dapat menjalar kelengan
atas dan atrofi otot tenar.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif Suntikan lokal (steroid dan anestesi)
Tindakan Konservatif Analgetik ajuvan
Lama Perawatan 2. Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang
pergelangan tangan Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau
nyeri membandel STK akut dan berat
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NYERI SENTRAL

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu,
tersobek, ditusuk jarum, disestesi
dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan sensorik lesi
susunan saraf pusat seperti
pada sklerosis multipel, pasca stroke, siringomieli, mielopati toksik,
infeksi SSP kelainan
degenerasi. Nyeri sedang sampai berat dan sering diperburuk bila
melakukan aktivitas ringan,aktivitas viseral seperti berkemih,
perubahan cuaca dan stres emosional.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Sesuai etiologi

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa
Tindakan Operatif Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Tindakan Konservatif Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Lama Perawatan 2. Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MIGREN

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Klinis
- Migren tanpa aura (G43.0) :
a) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan
nyeri kepala berulang dengan manifestasi
b) serangan berlangsung 4-72 jam, yang
mempunyai. sedikitnya 2 karakteristik
berikut :
c) unilateral, berdenyut, intensitas sedang
atau berat, bertambah berat dengan
aktivitas fisik.
d) Selama nyeri kepala disertai salah satu
berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan
e) fonofobia.
f) Serangan nyeri kepala tidak berkaitan
dengan kelainan yang lain.
- Migren dengan aura (G43.1) :
a) Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan
nyeri kepala berulang yang didahului
gejala
b) neurologi fokal yang reversibel secara
bertahap 5-20 menit dan berlangsung
kurang dari
c) 60 menit.
d) Terdapat sedikitnya satu aura berikut ini
yang reversibel seperti : gangguan visual,
e) gangguan sensoris, gangguan bicara
disfasia.
f) Paling sedikit dua dari karakteristik
berikut :
1. gejala visual homonim dan / atau gejala
sensoris unilateral.
2. paling tidak timbul satu macam aura
secara gradual > 5 menit dan / atau jenis
aura
g) yang lainnya > 5 menit.
1. tiap gejala berlangsung > 5 menit dan <
60 menit
h) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
- Status Migrenous (G43.2):
a. Serangan migren dengan intensitas berat
yang berlangsung > 72 jam (tidak hilang
dalam
b) 72 jam).
a. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
2. Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula
darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan
penyebab sekunder).
3. Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan
penyebab sekunder).
4. Gold Standard : kriteria diagnostik nyeri kepala
kelompok studi nyeri kepala perdossi 2005 yang
diadaptasi dari IHS (International Headache Society)
5. Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata,
hipertensi, infeksi, toksik, gangguan metabolik /
elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural
hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Hindari faktor pencetus
Tindakan Operatif 2. Terapi abortif :
Tindakan Konservatif - Nonspesifik : analgetik I NSAIDs, Narkotik
Lama Perawatan analgetik, adjunctive therapy (mis :
- metoklopramide)
- Obat spesifik : Triptans, DHE, obat kombinasi
(mis : aspirin dengan asetaminophen
- dan kafein), obat gol.ergotami.
- - Bila tidak respon : Opiat dan analgetik yang
meng
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


TENSION-TYPE HEADACHE (TTH)

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan
nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut :
1. Lokasi bilateral
2. Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
3. Intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan
atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
• Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah,dll
(atas indikasi untuk menyingkirkan
penyebab sekunder)
• Radiologi : atas indikasi (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder).
• Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala
Kelompok studi Nxeri kepala Perdossi 2005
yang diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
• Patologi Anatomik :
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi,
infeksi, toksik, gangguan
2. metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
3. Nyeri kepala servikogenik Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :  Medikamentosa :
Tindakan Operatif 1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
Tindakan Konservatif 2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
Lama Perawatan 3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : got. Benzodiazepin, butalbutal.
 Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol-diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan
ergotamin
d. Behaviour treatment
 Terapi fisik
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS

INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NYERI KEPALA KLASTER

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS  Klinis :


a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri
kepala hebat atau sangat hebat sekali di orbita,
supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari
berikut :
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi
ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea
ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :
dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
• Laboratorium : darah rutin
• Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
• Gold Standard : Kriteria diagnosis Nyeri Kepala
Kelompok studi Nyeri kepala Perdossi 2005 yang
diadaptasi dari I H S (Intrenational Headache Society)
• Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler,
adenoma kelenjar pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker
nasofaring.
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :  Medikamentosa :
Tindakan Operatif Serangan akut (terapi abortif) :
Tindakan Konservatif 1. Inhalasi 02 100% (masker muka) 7 l/menit selama
Lama Perawatan 15 menit
2. Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3. Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24
jam.
4. Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5. Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6. Indometasict (rektal suppositoria)
7. Opioids
8. Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi)
efektif 80%
9. Gabapentin atau topiramat
10. Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15
tetes saputangan dan inhale selama beberapa
detik.
• Tindakan : - Penyuntikan dan blokade saraf
- Operatif pada intraktabel
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Nyeri Kepala Akut Pasca Trauma

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
• Klinis : Nyeri kepala, tidak khas
a. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala terjadi
dalam 7 hari setelah trauma kepala
atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali.
b. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma
kepala.
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan
sejak trauma kepala.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Nyeri kepala Kronik Pasca Trauma

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS a. Nyeri kepala, tidak khas
b. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala
timbul dalam 7 hari sesudah trauma atau
c. sesudah kesadaran penderita pulih kembati
d. Nyeri kepala berlangsung lebih dari 3 bulan
setelah trauma kepala
 Laboratorium : darah rutin, kimia darah, LCS
(atas indikasi)
 Radiologi : Foto tengkorak, Neuromaging CT
scan/ MRI
 Gold Standard : Kriteria diagnostic Nyeri Kepala
Kelompok studi Nyeri kepala Pardossi
 2005 yang diadaptasi dari kepala HIS
(International Headache Society)
 Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain : THT, gigi mulut, mata,
hipertensi, infeksi, toksis, gangguan
metabolic/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Peredaran Intrakranial (subdural, subarahnoid,
intrkranial)
3. Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan Operatif 2. Tindakan : atas indikasi
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Suatu Substansi
Atau Proses Withdrawalnya

RSUD KELAS B MAJALAYA


PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS • Klinis


Nyeri kepala akibat induksi Monosodium Glutamat
(G44.83)
a. Nyeri kepala dengan paling tidak satu
karakteristik di bawah :
1. Bilateral
2. Lokasi fronto-temporal
3. Diperberat aktivitas fisik.
b. Mengkonsumsi MSG
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah
mengkonsumsi MSG
d. Nyeri kepala sembuh 72 jam setelah
mengkonsumsi sekali saja.
Nyeri kepala akibat induksi Kokain (G44.83)
a. Nyeri kepala dengan sekurang- kurangnya satu
karakteristik di bawah ini:
1. Bilateral
2. Lokasi frontotemporal
3. Berdenyut
4. Diperberat dengan aktivitas fisik.
b. Pengguna Kokain
c. Nyeri kepala timbul satu jam setelah
menggunakan kokain
d. Nyeri kepala sembuh dalam 72 jam setelah
penggunaan sekali/pertama

• Laboratorium : Darah rutin, kimia darah, urine, tes


Narkoba.
• Radiologi : Atas indikasi menyingkirkan penyebab
lain
• Gold Standar : Kriteria diagnostic Nyeri kepala
Kelampokstudi Nyeri Kepala Perdossi 2005
• yang, diadaptasi dari I H S (International Headache
Society)
• Patologi Anatomik
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata,
hipertensi, infeksi, toksik, gangguan
metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Migren
3. TTH
4. Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Terapi nyeri kepala oleh karena MSG sama seperti nyeri
Tindakan Operatif kepala migren.
Tindakan Konservatif 1. Preventif : hindari makanan yang mengandung MSG
Lama Perawatan 2. Non Spesifik : - analgetik : parasetamol, asam asetil
salisilat, NSAIDs Isometheptene antiemetik :
domperidon, metoklopramid
3. Spesifik : Triptans
Terapi nyeri kepala akibat induksi kokain:
1. Simptomatis (analgetik)
2. Dopamin agonis
3. Betabloker
4. Terapi behaviour
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NYERI KEPALA YANG BERKAITAN DENGAN
KELAINAN KRANIUM,
LEHER, MATA, TELINGA, HIDUNG, SINUS, GIGI,
MULUT ATAU
STRUKTUR FACIAL ATAU KRANIAL LAINNYA.
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS • Klinis


Nyeri Kepala Servikogenik (Cervicogenic headache)
(G44.841)
a. Deskripsi :
1. Nyeri kepala atau muka unilateral dan menetap atau
bilateral
2. Lokasi nyeri pada oksipital, frontal, temporal atau
orbital
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Serangan intermitten nyeri beberapa jam sampai
beberapa hari, nyeri konstan atau nyeri konstan yang
disertai dengan serangan nyeri.
5. Nyeri kepala biasanya terasa dalam dan tidak
berdenyut, nyeri akan berdenyut jika
disertai serangan migren.
6. Nyeri, kepala dicetuskan oleh gerakan leher, postur
tertentu dari leher, penekanan dengan jari pada
suboksipital, daerah C2, C3 atau C4 atau di atas
daerah nervus oksipitalis; valsava, batuk, bersin juga
dapat merupakan pemicu CH.
7. Pengurangan gerakan leher baik aktif maupun pasif;
kaku kuduk.
8. Tanda dan simptom ikutan dapat menyerupai dengan
migren yaitu berupa nausea, vomitus, fotofobia,
dizziness; dan penglihatan kabur ipsilateral, lakrimasi
dan kemerahan pada konjungtiva, atau nyeri tengkuk,
bahu, lengan.
b. Nyeri bersumber dari daerah tengkuk/leher, dapat
menyebar ke depan lebih dari 1 regio kepala dan
wajah
c. Terbukti secara klinik, laboratorium, dan imaging
adanya gangguan atau lesi di servikal spinal
d. atau jaringan ikat di daerah leher yang bisa dianggap
penyebab nyeri kepala.
e. Adanya bukti kaitan nyeri dengan kelainan di leher
atau lesi lain di leher yang paling tidak
satu kriteria di bawah ini :
1. menunjukkan gejala klinik adanya sumber nyeri
di leher
2. nyeri kepala akan menghilang setelah dilakukan
blokade memakai plasebo atau zat lainnya
terhadap struktur servikal atau saraf-saraf
servikal.
3. Nyeri akan berkurang dalam 3 bulan sesudah
keberhasilan pengobatan terhadap penyebab.
• Laboratorium Radiologi : Darah rutin, kimia darah
• Radiologi : Rontgen foto servikal, MRI atas indikasi
(menyingkirkan penyebablain).
• Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala
Kelompok studi Nyeri kepala Perdossi
• 2005 yang diadaptasi dari I H S (International
Headache Society)
• Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Tumor Fossa posterior
2. Chiari malformation
3. AVM (intrakranial atau perispinal)
4. Vasculitis (giant cell arteritis)
5. Vertebral artery dissection
6. Cervical spondylosis atau arthropathy
7. Herniated cervical disk
8. Spinal nerve compression atau tumor
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NEURALGIA KRANIAL DAN PENYEBAB
SENTRAL NYERI FASIAL
KRITERIA DIAGNOSIS
PENGERTIAN ( Definisi ) • Klinis
Neuralgia Trigeminal Klasik (G44.847)
a. Serangan nyeri paroksismal beberapa detik sampai
dua menit melibatkan satu atau lebih cabang N.
Trigeminus
b. Memenuhi-paling sedikit satu karakteristik berikut :
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor
pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing
individu
d. Tidak ada defisit neurologik
e. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.

Neuralgia Trigeminal Simptomatik (G44.847)


a. Serangan nyeri paroksismal selama beberapa detik
sampai dua menit dengan atau tanpa nyeri persisten di
antara serangan paroksismal, melibatkan satu atau
lebih cabang/divisi N. Trigeminus.
b. Memenuhi paling sedikit satu karaktgristik nyeri berikut
:
1. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam
2. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor
pencetus.
c. Jenis serangan stereotyped pada masing-masing
individu
d. Lesi penyebab adalah selain kompresi pembuluh
darah, juga kelainan struktural yang nyata terlihat pada
pemeriksaan canggih dan atau eksplorasi fossa
posterior.
Neuralgia Oksipital (G44.847)
a. Nyeri yang paroksismal pada daerah distribusi nervus
oksipitalis mayor atau minor,dengan atau tanpa rasa
nyeri persisten diantara serangan paroksismal, yang
kadangkadang diikuti berkurangnya sensasi atau
dysaesthesia pada area yang terkena.
b. Nyeri tekan pada saraf yang bersangkutan
c. Nyeri akan berkurang sementara dengan pemberian
blokade local anestesi terhadap saraf yang
bersangkutan.
• Laboratorium : Darah rutin, kimia darah
• Radiologi : CT / MRI atasindikasi (menyingkirkan
penyebab lain)
• Gold Standard : Kriteria I H S (International Headache
Society)
• Patologi Anatomik : -
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Migren
2. Nyeri kepala Master
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. 4. Nyeri kepala servikogenik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Terapi terhadap neuralgia trigeminal klasik
Tindakan Operatif Medikamentosa : Karbamasepin, Okskarbasepin,
Tindakan Konservatif Gabapentin, Fenitoin, Lamotrigin, Baklofen
Lama Perawatan Tindakan : Operasi pada kasus intraktabel
Terapi terhadap Neuralgia trigeminal simptomatik
1. Kausal
2. Terapi farmaka : sama dengan neuralgia trigeminal
idiopatik
3. Terapi bedah : menghilangkan kausal seperti angkat
tumor
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA NYERl KEPALA AKIBAT PENGGUNAAN OBAT


YANG BERLEBIH
(MEDICATION OVERUSEMOH)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS • Klinis:


a) Nyeri kepala timbul > 15 hari/bulan diikuti paling
sedikit satu dari gejala di bawah ini:
1. Bilateral
2. Kualitas seperti menekan/mengikat (tidak
berdenyut).
3. Intensitas ringan atau sedang
b) Pemakaian analgesik ringan >15 hari/bulan selama 3
bulan
c) Nyeri kepala makin bertambah buruk selama
penggunaan berlebihan analgesik
d) Nyeri kepala membaik atau kembali ke pola
sebelumnya dalam waktu 2 bulan setelah penghentian
analgesik.
• Laboratorium : Darah rutin, kimia darah,urine.
• Radiologi : atas indikasi menyingkirkan penyebab lain
• Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri Kepala
Kelompok studi Nyeri Kepala Perdossi
• 2005 yang diadaptasi dari IHS (International
Headache Society)
• Patologi Anatomik : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. TTH
2. Psikosomatis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


PENYAKIT PARKINSON (ICD: G 20)

PENGERTIAN ( Definisi ) PENYAKIT PARKINSON : adalah bagian dari parkinsonism


yang patologis ditandai dengan
degenerasi ganglia basalis terutama di pars compacta
substansia nigra diserta dengan inklusi
sitoplasmik eosinofilik (Lewy's bodies)
PARKINSONISM : adalah sindroma yang ditandai dengan
tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya releks postural akibat penurunan
dopamine karena beberapa sebab.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS A. KLINIS :
• Umum :
- gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson)
- tremor saat istirahat
- tidak didapatkan gejala neurologis lain
- tidak dijumpai kelainan laboratorium dan
radiologis.
- perkembangan penyakit lambat.
- respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit.
• Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat
istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- kedipan mata berkurang
- wajah seperti topeng
- hipotonia
- hipersalivasi
- takikinesia
- tulisan semakin kecil kecil
- cara berjalan langkah kecil kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- distonia
- rasa kaku
- sulit memulai gerak
- palilalia
Perjalanan Minis penyakit Parkinson dilihat berdasar
tahapan menurut Hoehn dan Yahr
1. Stadium I :
- gejala dan tanda pada satu sisi
- gejala ringan
- gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan
cacat
- tremor pada satu anggota gerak
- gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II :
- gejala bilateral
- terjadi kecacatan minimal
- sikap / cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- gerakan tubuh nyata lambat diri
- gangguan keseimbangan saat berjalan / berdiri
- disfungsi umum sedang
4. Stadium IV:
- gejala lebih berat
- kecacatan kompleks
- tidak mampu berdiri dan berjalan
- memerlukan perawatan tetap
LABORATORIUM :
Tidak ada
RADIOLOGIS :
CT Scan kepala untuk menyingkirkan kausa lain
GOLD STANDARD :
Tidak ada
PATOLOGI ANATOMI :
Degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra
pars kompakta dan adanya Lewys Body
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa :
Tindakan Operatif • Amantadin
Tindakan Konservatif • Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperidin,
Lama Perawatan trihexyphenidil
• Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa
Benserazide dan levodopa
• Dopamin Agonis : Bromokriptin mesilat, pergolide
mesilat, pramipexole, rupinirol, lysuride
• COMT inhibitor : Entacapone, tolcapone
• MAO-B inhibitor : Selegiline, lazabemide
• Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol,
asam ascorbat,betacaroten
• Botulinum toksin
• Propanolol.
B. Non medikamentosa :
• Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi
substansia nigra, ablasi dan stimulasi otak
• Rehabilitasi medis
• Psikoterapi.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


DISTONIA
PENGERTIAN ( Definisi ) Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan
gerakan involunter, terus-menerus,
dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang
berulang-ulang sehingga
menyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1. FOKAL : Blepharospasme, Distonia Oromandibular,
Distonia Spasmodik, Distonia
2. servikal, Writer's Cramp.
3. SEGMENTAL : Axial ( leher, tubuh ), satu lengan dan satu
bahu, dua bahu, brachial dan
4. crural.
5. MULTIFOKAL : dua atau lebih dua bagian tubuh yang
berbeda.
6. GENERAL : Kombinasi crural distonia dan segmen yang
lain
7. 5. HEMIDISTONIA : lengan dan tungkai sesisi.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


PENYAKIT HUNTINGTON

PENGERTIAN ( Definisi ) Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi


progresif genetik autosomal dominan,
yang muncul pada dewasa umur pertengahan. Manifestasi
klinis triad adalah movement disorders
(chorea), demensia. Pada PH a (subkortikal demensia) dan
gangguan psikiatri atau tingkah laku.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Primary chorea Secondary Others
chorea
- Huntington's - Sydenham's - Metabolic
diseases chorea disorders
Neuroacanthocytosi - Drug induced - Vitamine
s chorea deficiency
- Dentato-rubral- - Immune (B1 dan B12)
pallido luysian mediated - Exposure to
atrophy - Infectious toxin
- Benign hereditary chorea - Paraneoplastic
chorea - Vascular chorea syndromes
- Wilson’s diseases - Hormonal - Postpump
- PKAN / disorders choreoathetosis
Hallerverden
- Spatz syndrome
- Senile chorea
-Paroxysmal
choreoatNetose
Klasifikasi chorea

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. MEDIKAMENTOSA :
Tindakan Operatif - Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat
Tindakan Konservatif menghambat progresivitas
Lama Perawatan - Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan
(amitriptylin atau imipramine, nortriptylin),
SSRI (fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mglhari,
B. TINDAKAN : Tidak ada
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal,
Sebab kematian biasanya aspirasi pneumonia atau trauma
sekunder akibat jatuh.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SYDENHAM'S CHOREA
PENGERTIAN ( Definisi ) Sydenham's chorea (SC) adalah komplikasi lambat dari
infeksi AR Haemolytic streptococcal dan merupakan kriteria
mayor acute rheumatic fever, dengan ciri khas chorea,
kelemahan otot dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat
penyakit autoimun.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Didahului adanya infeksi A(3 Haemolytic streptococcal
( 20 - 30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding
chorea dari Huntington
5. Perubahan tingkahlaku , gangguan obsesif-kompulsif dan
iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Secondary chorea
- Sydenham's chorea
- Immune mediated chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
- Drug induced chorea
- Infectious chorea :
Bacterial
Sydenham's (post streptococcal)
Sub-acute bacteria endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subocute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus Epstein-Barr virus
(mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creutzfeldt-Jakob disease
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : MEDIKAMENTOSA :
Tindakan Operatif - Chorea dapat diberikan :
Tindakan Konservatif - Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
Lama Perawatan - Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B
MAJALAYA TREMOR ESENSIAL

PENGERTIAN
( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN
FISIK
KRITERIA A. KLINIS :
DIAGNOSIS • Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary
Criteria (Lihat Tabel)

Kriteria Inti Kriteria Sekunder


Tremor saat kerja bilateral di Lama > 3 tahun
tangan dan
lengan bawah
Tidak ada kelainan Riwayat keluarga positip
neurologis lain, kecuali
cogwheel phenomenon
Tremor kepala dengan / Ada respon terhadap alkohol
tanpa dystonia

• Onset usia rata-rata TE : 45 tahun Bisa unilateral atau bilateral


Tremor bisa meluas sampai
kepala dan leher, kira-kira 50-60% TE mengenai kepala
• Tremor suara (Voice Tremor) terjadi pada 30% pasien
• TE jarang pada tubuh dan kaki
• TE cenderung prpgesif dan sama dengan bertambahnya usia
• Alkohol memperbaiki tremor pada 70% pasien selama tidur
miring.
• Performance test : pasien menulis, menggambar, mengambil
benda, minum dengan gelas
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS • Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
BANDING • Cerebellar degenerative diseas
• Efek samping obat : obat asma, anti depresan
• Toksin logam berat : timah, merkuri
• Thypoid disease
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa :
Tindakan Operatif Obat Dosis Dosis Tx Efek Samping
Tindakan Konservatif awal
Lama Perawatan
Propanolol 30 mg/hr 160 - 320 Kelelahan,impoten, depresi,
mg/hr sesak nafas, bradycardia

Primidone 12,5-25 62,5 - Sedasi,nausea,muntah


mg/hr 350
mg/hr
Gabapentine 300 1200 - Drowsines,kelelahan,nausea,
mg/hr 3600 dizzine sempoyongan
mg/hr
Alprazolam 0,75 0,74 - Sedasi, kelelahan
mg/hr 2,75
mg/hr
To 25 mg/hr 100 - 300 Parestesia, BB menurun,
piramate mg/hr batu ginjal

Nimodipine 120 120 Hipotensi ortostatik


mg/hr mg/hr
Theophyllin 150 - 300 15 - 300 Insomnia, restlessness, sakit
mg/hr mg/hr kepala

B. Tindakan
• Bedah : continuos deep brain stimulation with electrode
implanted pada ventral
intermediate nucleus of the thalamus dan thalamotomy
• Physical terapi : speech terapi
EDUKASI
( Hospital Health
Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT A/B/C
REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS

INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


PROGRESSIVE SUPRANUCLEAR PALSY
PENGERTIAN ( Definisi )

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS A. KLINIS


 Usia 50-60 tahun
 Gejala meliputi : gangguan keseimbangan (imbalance), gangguan
penglihatan, disartri,
 disfagi, gangguan fungsi intelektual, perubahan kepribadian, atau
insomnia. Tidak semua
 gejala ada pada setiap pasien, tetapi sebagian besar muncul selama
perjalanan penyakit.
 Biasanya dimulai dengan gangguan visual, gangguan postur dan
gaya berjalan yang
 tampak pada awal penyakit. Pada fase dini penderita sering tiba
tiba terjatuh tanpa
 penyebab yang jelas (paroxysmal disequi(brium). Sebagian besar
cenderung jatuh ke
 belakang, tetapi bisa jatuh ke segala arah.
 Ciri khasnya hipokinesia dan rigiditas otot-otot axial dan anggota
gerak
 Gangguan gerakan ocular pursuit, khususnya kearah bawah,
biasanya tampak pada saat
 pertama kali memeriksakan diri. Paresis menimbulkan pergerakan
kepala pasif
 mengaktifkan reflek oculocephalic (supronuc(ear). Pasien
kesulitan apabila menuruni
 tangga, membaca atau mengambil makanan dari piring.
 Gangguan bicara dan menelan, kadang tercekik
 Ditemukan horizontal square-wave jerk, saccadic lambat dan
hipometrik, dan paresis
 gerakan keatas. Paresis lateral gaze terjadi pada tahap lanjut dari
penyakit.
 Apraxia gerakan kelopak mata dan blepharospasme sering terjadi.\
 Tremor jarang ditemukan
 Gangguan mental sering ditemukan, sering kali berupa perubahan
kepribadian, emotional
 incontinence, atau depresi. Demenasia biasanya sama dengan
penyakit Labous Frontalis.
 Kombinasi disartria, disfagia dan disabilitas menyebabkan
kematian karena aspirasi
 Respon terapi terhadap levodopa buruk
B. PENUNJANG
 MRI otak untuk menyingkirkan dementia multi-infark dan
hidrosefalus.
 Single photon emission computed tomography (PET) scan
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING  Parkinson's disease idiopatik. Sulit dibedakan apabila gerakan


bolamata masih normal
 Degenerasi corticobasal ganglionic, multiple system atrophy.
 Normal pressure hydrocephalus
 Multiple cerebral infark
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa
Tindakan Operatif • Terapi PSP masih belum memuaskan. Pada 1/3
Tindakan Konservatif pasien Levodopa memperbaiki
Lama Perawatan  bradikinesia dan rigiditas. Bila tidak ditemukan
perbaikan motor dengan levodopa, obat di stop
• Amantadin dan amitriptilin, tetapi penggunaannya
terbatas karena efek sampingnya.
• Zolpidem memperbaiki keseimbangan dan
abnormalitas pergerakan balamata
• Terapi wicara untuk manajemen disartri dan disfagi.
• Blepharospasme memberi respon baik terhadap injeksi
toksin botufinum. Mata kering akibat jarang berkedip
diberi lubricant topikal.
B. Tindakan : -
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA
RSUD KELAS B MAJALAYA SINDROMA TOURETTE

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


CEDERA KEPALA (CEDERA OTAK)
PENGERTIAN ( Definisi ) Cedera Otak (CO) adalah cedera yang mengenai kepala dan
otak, baik yang terjadi secara
langsung (kerusakan primer/ primary effect) maupun tidak
langsung (kerusakan sekunder/
secondary effect). Cedera otak yang terjadi sebagian besar
adalah cedera otak tertutup, akibat
kekerasan (rudapaksa), karena kecelakaan talu lintas, dan
sebagian besar (84%) menjalani terapi
konservatif dan sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan
tindakan operatif.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis


*Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi,
dibagi dalam:
2). Minimal = Simple Head Injury (SHI)
- nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal)
- kesadaran baik
- tidak ada amnesia
3). Cedera Otak Ringan (COR)
- nilai Skala Koma Glasgow 14 atau
- nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan
- amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
- hilang kesadaran < 10 menit
- dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual,
muntah, sakit kepala atau vertigo
4). Cedera Otak Sedang (COS)
- nilai Skala Koma Glasgow 9 – 13
- hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologist
- amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa
positif atau negatif)
5). Cedera Otak Berat (COB)
- nilai Skala Koma Glasgow 5-8
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologist
- amnesia pasca cedera > 7 hari
6). Kondisi Kritis
- nilai Skala Koma Glasgow 3-4
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologist
* Perdarahan Epidural
- lusid interval
- anisokori pupil
- hemiparesis yang terjadi kemudian
- refleks Babinski yang terjadi kemudian
* Fraktur Basis Kranii
- keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telinga
(otorea)
- hematoma 'kacamata' atau hematoma retroaurikular
(Battle's sign)
Laboratorium
- Darah Perifer Lengkap
- Gula Darah Sewaktu
- Ureum / Kreatinin
- Analisa Gas Darah (ASTRUP)
- Elektrolit
Radiologi
- Foto Kepala Polos, posisi AP/Lat/Tangensial (sesuai
indikasi)
- Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio,
perdarahan, edema, fraktur tulang
kepala
Patologi Anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan
fungsional (Simple Head Injury (SHI) dan
Komosio)
- Kontusio
- Perdarahan
- Edema
- Iskemia
- Infark
- Frakturtulang tengkorak
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tergantung derajat beratnya cedera.
Tindakan Operatif 1). Minimal
Tindakan Konservatif - tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat -
Lama Perawatan istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada
tanda tanda perdarahan epidural,
seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran
mulai turun-gejala lucid interval)
2). Cedera Otak Ringan (Komosio Serebri)
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- observasi di rumah sakit 2 hari
- keluhan hilang, mobilisasi
- simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika
- antibiotika (atas indikasi)
3). Cedera Otak Sedang dan Berat (Kontusio Serebri)
a. Terapi Umum
Untuk kesadaran menurun
- Lakukan Resusitasi
- Bebaskan jalan nafas (Airway), jaga fungsi pernafasan
(Breathing), Circulation (tidak
boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih
dari 90 mmHg), nadi, suhu
(tidak boleh sampai terjadi pireksia)
- Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang
cukup, dengan kalori 50% lebih
dari normal
- Jaga keseimbangan gas darah
- Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang
kateter
- Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena
- Rubah rubah posisi untuk cegah dekubitus
- Posisi kepala ditinggikan 30 derajat
- Pasang selang nasogastrik pada hari ke 2, kecuali
kontra indikasi yaitu pada fraktur
basis kranii
- Infus cairan isotonis
- Berikan Oksigen sesuai indikasi
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
- Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan Manitol
20%
- Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik
- Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi
pasca cidera
- Antibiotika diberikan atas indikasi
- Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi:
- Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah
keadaan klinik stabil
- Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi diberikan sesuai
dengan kebutuhan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


CEDERA MEDULA SPINALIS
PENGERTIAN ( Definisi ) Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera spinal adalah
cedera pada tulang belakang yang
menyebabkan penekanan pada medula spinalis sehingga
menimbulkan myelopati dan merupakan
keadaan darurat neurologi yang memerlukan tindakan yang
cepat, tepat dan cermat untuk
mengurangi kecacatan. Prognosis penyembuhan tergantung
pada 2 faktor yaitu :
a). beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b). lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan
dekompresi CMS merupakan kasus
emergensi neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih,
oleh karena satu kali medulla spinalis
rusak, sebagian besar fungsinya tidak dapat kembali normal.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN 1. Laboratorium
PENUNJANG a. Darah Perifer Lengkap
b. Gula Darah Sewaktu, Ureum dan Kreatinin
2. Radiologi
a. Foto vertebra posisi AP/LAT dengan sentrasi sesuai
dengan letak lesi
b. CT Scan atau MRI jika diperlukan tindakan operasi 3.
Neurofisiologi Klinik - EMG, NCV,
SSEP
TATA LAKSANA : 1. Umum
Tindakan Operatif a. Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis
Tindakan Konservatif servikalis, segera pasang kerah fiksasi leher,
Lama Perawatan jangan gerakkan kepala atau leher
b. Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis,
angkut pasien dalam keadaan tertelungkup,
lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c. Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset
lumbal
d. Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan
tonus pembuluh darah menurun karena paralisis
fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat
menurunnya tekanan darah. Beri infus, bila
mungkin plasma atau darah, dextran-40 atau
eskpafusin. Sebaiknya jangan diberi caitan isotonik
seperti NaCI 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu
diberikan 0,2 mg adrenalin s.k, boleh diulang 1 jam
kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit, berikan
sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e. Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan
dengan respirator atau cara lain. Jaga
2. Medikamentosa
a. Berikan metil-prenisolon 30 mg/kgBB, i.v
perlahan-lahan selama 15 menit. 45 menit
kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam.
Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan
peningkatan sekunder asam arakidonat.
b. Bila terjadi spastisitas otot :
 diazepam 3 x 5-10 mg / hari
 baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari c).
c. Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
 Analgetika
 antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
 antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg / hari
d. Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf
otonom (tensi > 180/100 mmHg),pertimbangkan
pemberian obat antihipertensi.
3. Operasi
Tindakan operatif dilakukan bila :
* ada fraktur, pecahan tulang menekan medulla
spinalis
* gambaran neurologis progresif memburuk
* fraktur, dislokasi yang labil
* terjadi herniasi diskus intervertebralis yang
menekan medulla spinalis
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NEUROPATI
PENGERTIAN ( Definisi ) Proses patologi yang mengenai susunan saraf perifer, berupa
proses demielinisasi atau
degenerasi aksonal atau kedua-duanya. Sususan saraf
perifer mencakup saraf otak, saraf spinal
dengan akar saraf serta cabang-cabangnya, saraf tepi dan
bagian-bagian tepi dari susunan
saraf otonom.
Etiologi :
1. Metabolik
* Neuropati diabetic :
- Polineuropati : komplikasi diabetes melitus yang paling
sering terjadi
Gejala & tanda : - gangguan motorik tungkai lebih sering
terkena daripada
tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan berupa
gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta posisi.
- Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi ortostatik,
nokturnaldiare,
inkontinensi alvi, konstipasi, inkontinensi Et retensio urin,
gastroparesis dan impotensi.
- Mononeuropati :
Gejala & tanda : terutama mengenai nervi kranialis (terutama
nervi untuk
pergerakan bola mata) dan saraf tepi besar dengan gejala
nyeri.
* Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis (gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda : - gangguan sensorimotor simetris pada
tungkai & tangan
- rasa gatal, geli Et rasa merayap pada tungkai dan paha
memberat pada malam hari, membaik bila kaki digerakkan
(restless leg syndrome).
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi :
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid (INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin > a intake
asam folat yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multiple
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi
multivitamin dan thiamin
Gejala & tanda : gangguan sensorimotor simetris terutama
tungkai tahap lanjut
mengenai tangan.
3. Toksik:
* Arsenik : keracunan arsen secara kronik (akumulasi kronik)
Gejala & tanda : - gangguan sensoris berupa nyeri &
gangguan motorik yang
berkembang lambat
- gangguan GIT mendahului ganggauan neuropati oleh
karena intake
arsen.
* Merkuri : .
Gejala & tanda : menyerupai keracunan arsen
4. Drug induced
* Obat antineoplasma : (Cisplastin, carboplastin,
vincristin)
Gejala & tanda : - Banyak sebagai gangguan sensorik
polineuropati setelah beberapa
minggu terapi seperti parestesia
- Kloramfenikol & metronodazole : gangguan sensoris ringan/
akral parestesia,
kadang optik neuropati.
5. Keganasan / paraneoplastic polyneuropathy
Gejala & tanda : - Banyak dalam bentuk distal simetrikal
sensorimotor polineuropati
akibat ”remote effect” keganasan seperti: mieloma multipel,
limfoma
- Gejala motorik seperti ataksia, atrofi tingkat lanjut
kelumpuhan.
6. Trauma : neuropati jebakan.
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS  Klinis :


- gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan
rasa raba, vibrasi dan posisi.
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
 Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12
darah, kadar logam berat, fungi hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
 Gold Standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING  miopati
 motor neuron disease
 multipel sklerosis

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : - Terapi kausa
Tindakan Operatif - Simptomatis : analgetik, antiepileptik
Tindakan Konservatif - Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
Lama Perawatan - Fisioterapi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SINDROM TEROWONGAN KARPAL
PENGERTIAN ( Definisi ) Jebakan n. medianus di dalam terowongan karpal
Etiologi :
- Penyempitan ruangan di dalam terowongan
- Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
- Gangguan endokrin
- Gerakan berulang-ulang pada pergelangan tangan
- Idiopatik
ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS


 Klinis :
- Parestesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian
volar 3 jari sering kali hanya pada
ujung jari, terutama pada malam hari
- Tanda Tinnel +
- Tes Phallen +
 Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid.
 Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan (osteofit, deposit kalsium)
 Golden Standard :
- ENMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Radikulopati servikal
- Rematik non artrikuler

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Medikamentosa : - antiinflamasi, analgetik
Tindakan Operatif 2. Tindakan : - release n. medianus
Tindakan Konservatif  splint
Lama Perawatan 3. Terapi kausa
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NEUROPATI ULNAR
NEUROPATI ULNAR PADA SIKU
PENGERTIAN ( Definisi ) Jebakan n. Ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai
macam etiologi
Etiologi:
- Deformitas siku - Metabolik
- Trauma - Leprosi
- Penekanan eksternal - Idiopatik
- Tumor
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS  Klinis : - Gangguan sensoris jari ke-5 dan . lateral jari ke
bagian dorsal dan palmar
- Kelemahan pada fleksor karpi ulnaris, abduktor
digiti minim
- Tahap lanjut atrofi m. Hipothenar, claw hand (jari
4, 5)
- Tes fleksi siku +
 Laboratorium : - hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi
tiroid
 Radiotogi : Rongent artikulus kubiti (osteofit, deposit
kalsium)
 Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis
- ALS
- Syringomieli
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Terapi kausa
Tindakan Operatif 2. Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
Tindakan Konservatif 3. Tindakan : Cubital tunnel decompression
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SINDROM KANALIS GUYON
PENGERTIAN ( Definisi ) Jebakan n. ulnaris di dalam kanalis Guyon

Etiologi :
- tumor ( gangglion, lipoma dll)
- artritis rematoid
- tekanan eksternal
- gerakan berulang pada pergelangan tangan
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Klinis : - gangguan sensoris pada jari 5 & 1/2 lateral jari ke 4
bagian dorsal & palmar
- kelemahan otot intrinsik ulnaris
- claw hand (jari ke-4 & 5)
2. Laboratorium : - Hematologi rutin, gula darah puasa
3. Radiologi : - Rongent pergelangan tangan: artritis, fraktur
- CT scanning pergelangan tangan: gangglion,
tumor
4. Gold standard : - ENMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Gangguan radik
- ALS
- Gangguan pleksus brakialis
- Syringomyeli
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : - Terapi kausa
Tindakan Operatif - Medikamentosa : antiinflamasi, analgetik
Tindakan Konservatif - Tindakan pembedahan
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


CERVICAL SYNDROME

PENGERTIAN ( Definisi ) Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang


menjalar, rasa kesemutan yang menjalar,
spasme otot yang disebabkan karena perubahan struktural
kolumna vertebra servikalis akibat
perubahan degeneratif pada diskus intervertebralis, pada
ligamentum flavum, “facet joints”.
Kausa antara lain:
• Spondylosis cervicalis :
- Myelopathy
• Mekanik:
- Neck Strain
- Herniasi diskus
• Infeksi:
- Osteomyelitis
- Meningitis
• Referred
- Thoracic Outlet Syndrome
- Pancoast’s tumor
• Neurologik:
- Brachialis plexitis
- Jebakan saraf perifer
• Rheumatologik:
- Rheumatoid arthritis
- Fibromyalgia
• Neoplasma
- Multiple myeloma
- Syringomyelia

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS • Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
• Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu
yang berlangsung sampai
beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang disertai oleh
rotasi lateral leher secara
bersamaan (Spurling manuver)
• Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang
meninggikan tekanan intradiskal seperti batuk,
bersin, mengedan, atau manuver valsava.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING • HNP
• Menginitis TBC Servikal
PEMERIKSAAN Intermitted test
PENUNJANG • Foto cervikal AP / lateral dan oblik
• EMNG
• Myelografi
• CT-Myelo
TATA LAKSANA : Konservatif 3-6 minggu, berupa:
Tindakan Operatif • Istirahat servikal → Neck Collar bila perlu
Tindakan Konservatif • NSAID
Lama Perawatan • Suntikan lokal
• Fisioterapi
 Operatif bila ada penyulit
 PENYULIT
 Nyeri neuropatik
 Kelumpuhan anggota gerak
 JENIS PELAYANAN
 Rawat jalan
 Rawat inap bila nyeri tidak tertahan nyeri kepalaan
(obat tak menolong) bila diduga ada
penyebab lain.
TENAGA
v Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf /
Ortopedi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Umumnya baik, biasanya diperlukan fisioterapi lanjutan
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS

INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


STRAIN LUMBO-SACRAL

PENGERTIAN ( Definisi ) Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri
ke tungkai, hanya menjalar ke bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-
tendon tanpa adanya ruptur atau avulsii pada cedera ringan.
Sedangkan pada cedera berat dapat terjadi robekan pada otot.
Merupakan 60-70 % penyebab NPB
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS  Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti


mengangkat benda berat atau dalam posisi
yang salah mencabut tanaman, trauma langsung atau terjatuh.
• Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan
pinggang kaku
• Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan
dapat menimbulkan skoliosis.
• Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom
normal
• Foto lumbosakral mungkin dijumpai kurva lurus atau skoliosis
• Pada strain kronik dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan
otot kurang adekuat. Dijumpai
pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban, duduk
bungkuk seharian.
• Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para
aktifitas dan berkurang atau menetap
pada saat berbaring.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING  Ischialgia : kelainan-kelaianan organ abdomen, organ
rongga pelvis
 Spondilolistesis
PEMERIKSAAN  Foto lumbosakral
PENUNJANG  EMNG

TATA LAKSANA :  NSAID


Tindakan Operatif  Relaksan otot
Tindakan Konservatif  Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Lama Perawatan  Fisioterapi : pasif (masase es) atau panas (mandi hangat)
dapat mengurangi nyeri dan spasme.
 Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti
latihan fisik aktif yang terprogram.
 Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam
aktivitas harian serta latihan yang terprogram untuk
memperkuat otot batang tubuh. Perubahan sikap tubuh
memerlukan waktu minimal enam bulan sampai gejala
berkurang.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MIOPATI

PENGERTIAN ( Definisi ) Suatu kelainan yang ditandai oleh abnormalnya fungsi otot
(merupakan perubahan patologik
primer) tanpa adanya denervasi pada pemeriksaan klinik, histologik
atau neurofisiologi.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Anamnesis :
• Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
• Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
• Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
2. Pemeriksaan Fisik :
• Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot,
kekuatan otot dan cara berdiri / berjalan
• Pemeriksaan refleks tendon
3. Pemeriksaan Penunjang :
• Pemeriksaan laboratorium : Kadar enzim creatinin kinase (CK),
lactic dehydorogenose
(LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
• Pemeriksaan EMG
• Pemeriksaan biopsi otot
A. DISTROFIA MUSKULER TIPE “DUCHENE”
• Hampir selalu laki-laki karena diturunkan secara x-linked
resesif.
• Timbulnya gejala pada usia sekitar 2 tahun, anak sering jatuh
waktu berjalan, usia 5
tahun tidak pandai berlari, “Gower sign" dan "Wadding gait"
dapat ditemukan.
• Kelemahan otot terutama bagian proksimal dan lebih dahulu
timbul pada otot pinggang
daripada otot-otot bahu dan terdapat pseudohypertrofi pada otot
gastroknemius.
• Kelemahan, atrofi, kontraktor dan deformitas otot skelet terjadi
dengan cepat sehingga
umumnya penderita memerlukan kursi roda pada usia 12-13
tahun.
• Kenaikan enzim-enzim serum terutama pada waktu penderita
masih mobile. Di antara
enzim-enzim tersebut maka CPK terbukti paling mudah
dikerjakan dan hasilnya tepat
(70-80 %).
• Progresifitas penyakit cepat dan biasanya meninggal dalam 15
tahun sesudah onset.

B. DISTROFI MUSKULER TIPE “BECKER”


• Diturunkan secara x-linked resesif dengan pola kelemahan otot
mirip tipe Duchene
hanya lebih ringan.
• Onset umur 5-25 tahun.
• Progresifitas penyakit lambat, penderita dapat hidup lebih dari
40 tahun.
C. DISTROFI MUSKULER TIPE “LIMB GIRGLE”
• Diturunkan secara autosomal resesif atau dominan atau
sporadik.
• Onset umur 10-30 tahun.
• Distribusi kelemahan otot bermula otot-otot pinggang atau
gelang bahu kemudian
meluas pada otot-otot yang lain.
• Progresifitas penyakit lambat, mungkin memerlukan kursi
roda setelah usia 40 tahun.
D. DISTROFI MUSKULER FASIOSKAPULOHUMERAL
• Ditemukan secara autosomal dominan
• Onset umur 10-20 tahun
• Distribusi kelemahan otot awalnya pada wajah dan gelang
bahu kemudian otot
pinggang dan tungkai bawah.
• Progresifitas lambat, banyak kasus memperlihatkan distabilitas
ringan.
E. MIOTONIA
• Diturunkan secara autosomal dominan.
• Kontraksi otot berkepanjangan mengikuti kontraksi volunter,
pukulan (mekanik) atau
pacuan elektrik pada otot tersebut.
• Kelemahan otot proksimal, simetris dan progresif dimulai dari
otot panggul.
• Pada dermatomiosotis perubahan warna kulit pada kelopak
mata atas, eritema kulit dan
atrofi.
G. PARALISIS PERIODIK
• Diturunkan secara autosomal dominan.
• Onset umur 10-25 tahun.
• Berhubungan dengan kadar kalium dalam plasma darah
terdapat 3 tipe : hipokalemi,
hiperkalemi, dan normokalemi.
• Penderita terserang setelah periode istirahat sehabis latihan
otot berat setelah bangun
tidur pagi hari.
• Tanda awal berupa nyeri otot, sangat haus disusul kelemahan
otot, dimulai pada
ekstremitas bawah lalu ekstremitas atas, badan, dan leher.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Poliomietitis
2. Motor neuron disease
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : 1. Pencegahan : “genetic counseling”
Tindakan Operatif 2. Pengobatan
Tindakan Konservatif • Sesuai kausa
Lama Perawatan • Rehabilitasi medik
• Terapi suportif : Pemberian prednison
* Distrofi muskuler : 1 mg / kgBB / hr selama 6 bulan
* Poliomisitis : 1 mg / kgBB / hr selama 3 bulan
* Dapat diberikan "continuosly" atau "alternating"
- Obat sitostatika misalnya metotreksat, siklofosfamid,
azatioprin, klorambusil.
- Penggantian plasma
• Bedah
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Umumnya kurang baik untuk distrofi muskuler.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MIELOPATI

PENGERTIAN ( Definisi ) Merupakan suatu gangguan fungsi atau struktur dari medulla
spinalis oleh adanya lesi komplit atau
inkomplit.
Etiologi
- Vaskuler - Tumor
- Obat-obatan - Demielinisasi
- Radiasi - Trauma
- Infeksi - Tidak diketahui
- Degenerasi
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS 1. Anamnesis: Lemah / lumpuh anggota gerak, gangguan


buang air kecil dan buang air besar,gangguan sensibilitas.
2. Fisis : parese / plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi,
dapat dijumpai gejala UMN atau campuran UMN dan LMN),
hipestesi / anestesi segmental, gangguan fungsi otonom.
3. Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
4. Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak
diketahui.
• Pemeriksaan Penunjang

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Polineuropati

PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan Laboratorium:


PENUNJANG Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes
kadar obat : kokain, heroin
Likuor serebrospinalis
2. Pemeriksaan Radiologik :
Foto polos vertebra AP / Lateral / Oblik
Mielografi
CT mielografi
3. Pemeriksaan penunjang lain :
EMNG
Tes keringat
4. Bila perlu dan fasilitas tersedia :
SSEP / VEP
Bone Scanning
MRI
TATA LAKSANA : • Kausal
Tindakan Operatif • Simptomatik
Tindakan Konservatif • Suportif
Lama Perawatan • Rehabilitatif : Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


BELL'S PALSY
PENGERTIAN ( Definisi ) Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis (N.VII)
perifer

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah
unilateral.
Terjadinya akut (dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler
posterior, penurunan sekresi air Mata, gangguan rasa kecap,
hiperakusi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Parese N. VII perifer simtomatik
PEMERIKSAAN 1. EMG, Bila curiga parese N. VII simtomatik seperti :
PENUNJANG 2. Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
3. Foto mastoid
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka : Prednison 1 mg / kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab /
Tindakan Operatif hari sampai 10 hari
Tindakan Konservatif (stadium akut)
Lama Perawatan Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri Terapi-Non Farmakologi : Fisioterapi setelah
hari ke 4 awitan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 – 6 bulan.

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
RSUD KELAS B MAJALAYA PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

PERIODIK PARALISIS
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit
otosomal dominan. Disebabkan gangguan
pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai dengan
: awitan akut dengan gejala
kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks
tendon mungkin menurun. Tidak ada
gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan
bila tidak diterapi dapat menetap
sampai 36 jam.
Faktor presipitasi : makan banyak karbohidrat, terlalu lelah,
cuaca dingin.
Kadar kalium darah 2-3 mEq. Laboratorium lain dalam batas
normal Pria lebih banyak daripada wanita
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab
lain
PEMERIKSAAN Laboratorium : kalium darah
PENUNJANG EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka :
Tindakan Operatif Fase Akut : Pemberian K secara peroral atau parenteral
Tindakan Konservatif Profilaksis : Diet tinggi Katium, rendah Na, rendah karbohidrat
Lama Perawatan Aldakton 100 mg po / hari
Tiamin HCl 50 mg / hari
Terapi hipertiroidsm
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad bonam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


DEKOMPRESI
PENGERTIAN ( Definisi ) Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh pelepasan dan pengembangan
gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah/
jaringan akibat penurunan tekanan sekitar.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat


berupa:
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression
arthralgia)
• Nyeri terutama di daerah persendian anggota gerak atas
dan atau bawah.
• Gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan pada kulit.
• Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak setempat
(obstruksi aliran limfe) : parotis, mamma
• Rasa letih, malaise, anoreksia, yang tidak sesuai dengan
berat aktivitas.
2. Tipe II (Serious decompression sickness)
2.1. Gejala Neurologis:
• Lesi Serebrum : afasia, gangguan penglihatan/lapangan
pandang, gangguan saraf
kranialis, hemiparese/hemiplegi, sensorik, sakit kepala,
kejang, gangguan kesadaran.
• Lesi Serebelum : ataksia, gangguan koordinasi, hipotoni,
dismetri, asinergia, tremor,
disdiadokokinesia, dan nistagmus.
• Lesi Medulla Spinalis : paraestesi/ hipestesi/ anestesia
kedua tungkai, paraparesis/
paraplegia-tetraparesis/ tetraplegia, retensi urine-alvi.
2.2. Gejala jantung dan paru (chokes):
• Rasa kurang enak dan nyeri substernal saat inspirasi
maupun ekspirasi, kemudian
sesak napas disertai batuk kering.
2.3. Gejala gastro – intestinal:
• Anoreksia, nausea, muntah, atau perut rasa kram dan diare,
hematemesis, melena.
2.4. Gejata telinga dalam :
• Tinitus, tub sensorineural (kerusakan kokhlea), vertigo,
mual, muntah (gangguan
vestibular)
2.5. Syok setelah dekompresi (bends shock)
• Gelembung gas masuk ke seluruh pembuluh darah (AGE :
arterial gas embolism)
dan dapat berakhir dengan kematian.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin, urine rutin,
PENUNJANG kimia darah.
2. Pemeriksaan radiologik : Foto toraks, CT Scan bila
diperlukan.
3. Pemeriksaan penunjang lain : EKG, EEG bila
diperlukan
TATA LAKSANA : 1. Kausal : Segera terapi oksigen hiperbarik setelah
Tindakan Operatif diagnosis ditegakkan
Tindakan Konservatif 2. Medikamentosa
Lama Perawatan • Koreksi cairan dan elektrolit
• Antiplatelet : ASA 2 x 80 mg.
• Kortikosteroid : Dexametasone 2 ampul / IV
kemudian 1 ampul / 6 jam / IV
• Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid)
• Digitalis (bila ada indikasi)
• Diazepam (bila ada indikasi)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB
• Sembuh sempurna
• Cacat fisik
• Meninggal
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


KESADARAN MENURUN DAN COMA
PENGERTIAN ( Definisi ) Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya.
Gangguan Kesadaran : Ketidakmampuan untuk
berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
1. Ringan → berat : ada derajat / tahapan
a. Obtundity
b. Stupor
c. Semi Koma
d. Koma
2. Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru
terbangun dan mengikuti perintah bila ada rangsangan
Stupor : a. Penderita tidur terus
b. Ada gerakan spontan
c) Ada respon dengan rangsang
d) Dengan rangsang berurutan ada waktu bebas
respon
3. Semi koma : Hanya dengan rangsang sakit ada respon
4. Koma : Tak ada respon dengan rangsang nyeri
ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus / epilepsy
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
II. Non Struktural / Metabolik
A. Primer
1. Penyakit pada substansia grisea : Pick's Disease,
Alzhoimer's disease
2. Penyakit pada substansia alba : Leukodistropi
B. Sekunder
Hipoksia penurunan kadar dan tekanan oksigen darah :
penyakit paru-paru, penurunan tekanan atmosfir oksigen

Penurunan kadar oksigen darah namun tekanan normal :


anemia, keracunan CO
Iskemia :
Penurunan CBF karena kardiac out put menurun : cardiac
arrest, aritmia kordis, Adam Stokes Syndrom, infark miokard,
gagal jantung kongestif

Penurunan CBF karena tahanan perifer dalam sirkulari


sistemik menurun : Sinkop, ortostatik hipotensi, vasofagal
refleks.

Penurunan CBF karena peningkatan tahanan vaskuler :


Encephalopati hipertensi, sindroma hiperventilasi, polisitemia.
Hipo / Hiperglikemia
Defisiensi Kofaktor : defisiensi
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati, pengguna obat-obat
narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri
kepala, muntah-muntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan
kesadaran : obat diabet, narkotik
Pemeriksaan fisik umum
1. Vital Sign : tekanan darah, nadi dan respirasi.
2. Pemeriksaan luka terutama luka di kepala dan leher :
bottle sign, perdarahan hidung,
perdarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak.
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rektal.
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepaticum,
bau nafas alkohol, bau nafas
faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianosis,
kepucatan, ikterik.
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum : tanda-tanda rangsang
meningeal, pemeriksaan motorik, pemeriksaan
fungsi luhur, pemeriksaan nervi kranialis
2. Pemeriksaan Glassgow Coma Scale : perneriksaan
yang bersifat kwantitatif dan kwalitatif pada
gangguan kesadaran.
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak
meliputi :
a. Gerakan bola mata
b. Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori
d. Reaksi pupil terhadap cahaya
e. Refleks muntah / batuk
4. Pola Pernafasan : Hubungan pola pernafasan dengan
letak lesi
a. Eupnea : diencephalons atas
b. Cheyne stokes : lesi di diencephalon bawah
c. Hiperventilasi neurogenik sentral lesi di
mesencephalon
d. Ataxic breathing : lesi di pons
e. Apneutic breathing : lesi di pons bawah / medulla
oblongata
f. Apnea : lesi di medulla oblongata
5. Pupil : Hubungan reaksi pupil terhadap letak lesi :
a. Pupil kecil reaktif tehadap cahaya : korteks /
diencephalons
b. Pupil besar normal di tengah mesencephalon
c. Pupil kecil di tengah pons
d. Pupil sedikit melebar di tengah tectum
e. Isokor :
- Pint point : lesi pons,overdosis morphin
- Kecil reaktif : ensefalopati metabolik
- Sedang reaktif : ensefalopati metabolik; tidak
reaaktif terhadap cahaya, lesi
thalamus
- Besar / Midriasis : antidepressan, ekstasi,
cholinesterase inhibitor
f. Anisokor :
- Besar / tidak reaktif : N.III parese
- Kecil reaktif : Horner Syndrome
6. Kedudukan bolo mata : Hubungan kedudukan bola
mata dengan letak lesi
a. Deviasi Conjugee : lesi hemispherinum serebri
besar
b. Strabismus konvergen dan pupil kecil : thalamus
c. Pupil kecil di tengah : lesi di pons
d. Pupil besar di tengah kesulitan melihat ke samping
: lesi di cerebellum
e. Pupil anisokor refleks cahaya (-) : herniasi tentorial
7. Refleks sephalic batang otok termasuk disini adalah :
a. Refleks pupil
b. Doll's eye movement
c. Oculo auditory refleks
d. Oculo vestibulo refleks
e. Refleks Kornea
8. Observasi umum lainnya
Ada gerakan automatisme seperti menguap,
membasahi bibir, berarti fungsi batang otak
masih baik.
Ada gerakan miokolonik jerk berarti ada lesi hemispherium
cerebri yang diffus.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan
kesadaran yang dengan mudah
2. dibangunkan.
3. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun,
mata terbuka, tapi sangat lamban
4. berespon terhadap pertanyaan yang diajukan.
5. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka /
sadar dengan komunikasi
6. terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata
melirik ke atas ke bawah.
5. Status kotatonik : sadar penuh fungsi motorik normal
tapi tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat
Tindakan Operatif medis untuk itu perlu penanganan
Tindakan Konservatif yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat
Lama Perawatan darurat sampai ke ruang perawatan
intensif. Penanganan terbagi atas dua bagian besar yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
• Jalan Nafas
• Pernafasan
• Tekanan Darah
• Cairan tubuh (asam basa, elektrolit)
• Posisi tubuh
• Pasang Naso Gastrik Tube
• Katheter Urine
1. Jalan Nafas
• Dilihat :
- Agitasi : Kesan hipoksemia
- Gerakan nafas : dada
- Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
• Didengar suara tambahan berupa dengkuran,
kumuran,siulan : ada sumbatan
• Di raba :
- getaran ekspirasi
- getaran di leher
- fraktur mandibuler
• Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
- Lidah / epiglotis
- Muntahan, darah, sekret benda asing
- Trauma mandibula / maksila
• Alat yang dipakai
- Jalan nafas orofaringeal
- Jalan nafas nasofaringeal
- Jalan nafas definitif
 Intubasi
 Pembedahan
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
- Eupnea
- Cheyne Stoke
- Sentral Neurogenik Hiperventilasi
- Apnea
Lesi Perifer
- Nafasinterkostal
- Nafas diagfragma (dinding perut)
Diusahakan :
• Hemodinamik stabil (tidak naik turun)
• Kondisi tensi normal
• Dihindari : Hipertensi / meninggi, shock
Jenis Shock :
- Hipovolemik
- Kardiogenik
- Sepsis
- Penimbunan vena perifer (polling)
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator
mudah terjadi hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
4. Gas darah dan Keseimbangan Asam Basa
- Alat Bantu Oximeter untuk mengetahui oksigenasi
diusahakan SaO2 > 95 dan PaO2 >
- 80 mg (dengan analisa gas darah)
- PO2 dibuat sampai 100 - 150 mmhg dengan cara
diberi O2
- FaCO2 : 25 - 35 mm dengan hiperventilasi
5. Pasang Naso Gastric Tube
Pengeluaran isi Lambung berguna :
- Mencegah aspirasi, intoksikasi
- Nutrisi parenteral
6. Posisi
- Hindari posisi Trendelemberg
- Posisi kepala 30° lebih tinggi
- Pada Koma yang lama hindari :
* Dekubitus : sering alih posisi
* Vena dalam Thrombosis : pakai stocking
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing

B. Therapi Kausatif / Spesifik


i. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan
panas yang mulai beberapa hari sebelumnya sangat
mungkin primerinfeksi (meningitis, encefalitis) di otak
bila gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat
mungkin primer infeksi bukan di otak.
ii. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas
sangat mungkin perdarahan subarahnoid.
iii. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala
neurologis fokal (hemiparesis, heminervikranial palsy)
penyebabnya lesi intracranial.
iv. Gangguan kesadaran disertai tanda-tanda tekanan
intrakranial meninggi : (muntahmuntah proyektil,
parese N. III, kaku kuduk, penglihatan kabur
secepatnya diberi manitol, dexamethason, dibuat
hiperventilasi.
v. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau /
dan gejala neurologis fokal, bradikardi sangat mungkin
penyebabnya metabolik.
vi. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi
intrakranial (anisokor, isokor miosis / midrasis dengan
tetraparesis) termasuk gawat darurat secepatnya perlu
tindakan.
vii. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah
jelas, dapat diterapi spesifik untuk
penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Sindroma Guillain Barre

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK Kelemahan N. cranialis VII, VI, III, V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper
extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi : -

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :


- Kelemahan ascenden dan simetris.
- Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu dari anggota
gerak atas. Kelemahan otot proksimal
- lebih dulu terjadi dari otot distal kelemahan otot trunkal,
bulbar dan otot pernafasan juga
- terjadi.
- Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan
sampai tetraplegi dan gangguan nafas.
- Puncak defisit dicapai 4 minggu
- Recovery biasanya dimulai 2-4 minggu
- Gangguan sensorik biasanya ringan
- Gangguan sensorik bisa parasthesi, baal atau sensasi
sejenis
- Gangguan N. cranialis bisa terjadi : facial drop,
diplopia, disartria, disfagi
- Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
- Gangguan otonom dari takikardi, bradikardi, flushing
paroxysmal, hipertensi ortostatik dan
- anhidrosis
- Retensio urin dan ileus paralitik
- Gangguan pernafasan :
• dyspnoe
• nafas pendek
• sulit menelan
• bicara serak
• gagal nafas
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Polineuropati terutama karena defisiensi metabolik
- Tetraparesis penyebab lain
- Hipokalemi
- Miasthenia gravis
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG • LCS :
- Disosiasi sitoalbumin
- Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS >
0,55 g/l, tanpa peningkatan dari sel < 10
- lymposit / mm3
- Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu
bernilai
- Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV /
micoplasma membantu penegakan etiologi
- untuk manfaat epidemiologi
- Antibodi glycolipid
- Antibodi GMI
• Ro : CT / MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain
seperti myelopati
• EMG
TATA LAKSANA : - Tidak ada drug of choice
Tindakan Operatif - Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan
Tindakan Konservatif gangguan pernafasan
Lama Perawatan - - Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Miastenia Gravis

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :


Kelemahan / kelumpuhan otot yang tidak berhubungan
dengan kelemahan secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah,
menelan dan berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang,
seiring aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 15-20 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas,
obat transmisi neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic myasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : - Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis
Tindakan Operatif enzim Ach, pada sinap cholinergic ChE, kemungkinan
Tindakan Konservatif menyembuhkan pasien miastenia gravis lebih besar
Lama Perawatan dari yang lain.Pyrido stigmuno bromide (Mestinon) dan
Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada
penetapan dosis tertentu, kebutuhan CHE inhibitor
sangat bervariatif.
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy.
Respon yang diharapkan muncul 2-5 tahun post OP.
Thymectomy pada usia > 60 th jarang menunjukkan
kesembuhan.
- Kortikosteroid : Prednison 1,5-2 mg / kg / BB
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Multiple Sclerosis
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :
• Gejala & tanda obyektif penyakit tersebar
• Memiliki fase remisi & eksaserbasi
• Neuritis optik, neuritis retro bulbar
• Skotoma sentral, kepucatan fundus bitemporal,
strabismus
• Hilangnya refleks kulit dan abdomen
• Meningginya refleks fisiologi pada tungkai
• Tanda-tanda spastisitas, klonus & Babinsky sign
• Tremor nistagmus, ataksia
• Gangguan bicara
• Kelainan emosional
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
PEMERIKSAAN Laboratorium
PENUNJANG LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai
MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik (> 5 sel per mm3)
umumnya sel mononuklear jarang
polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi
jumlah sel.
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar
gamma globulin meningkat.
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo / nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang
tidak terlihat mata telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi . -2 cm
MRI
TATA LAKSANA : Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan :
Tindakan Operatif - Stabilisasi Blood Brain Barrier
Tindakan Konservatif - Mengurangi inflamasi & oedem
Lama Perawatan - Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF ↓, IL 2 ↓, Antibody immunosupresan, NK cell ↓
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Amyotropic Lateral Sclerosis
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis : Progressive


Kelemahan otot asimetrik, atropi otot, fasikulasi,
hiperrefleksia.
Ekstremitas bawah gejala awal kram, kaku bila berjalan / lari
Ekstremitas atas kesulitan beraktifitas mengancingkan baju,
mengangkat benda ringan, bicara
parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan
lidah, nyeri sendi gangguan menelan
siallorhea (salivasi berlebih)
Ketakutan, kecemasan dan depresi. Gangguan emosi
berlebih tertawa dan menangis bergantian,
kakhexia yang sulit dijelaskan, atropi otot atau faktor nutrisi.
Diagnosis :
Atropi, fasikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan
perkembangan hiperefleksi, fasikulasi dan
keterlibatan upper & lower motor neuron.
Laboratorium
- Tak ada test yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer anti CN, antibodies
Radiologi : Myelogram of Cervical Spine
Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING - Spinal Cord Lesion
- Spinal Bone Lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrom, Huntington disease, Freiderich Ataxia,
Multiple Sclerosis,
1. Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrohyi
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa
Tindakan Operatif - Simptomatik
Tindakan Konservatif Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10-25 gram
Lama Perawatan 3 x sehari Valium 2-15 mg 3 x 1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50-100 gram 4 x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3 x 1
Amytriptilin 50-150 malam
- Obat terbaru untuk ALS
Riluzole (Rilutek) : terbukti menurunkan pelepasan glutamate
100 mg / hari
Adverse reaction : Asthenia, nausea, dizziness, elevation of
liver enzyme, granulacytopenia
- Suportive therapy (Fisioterapi)
* Physical terapi dimulai awal, exercise meningkatkan
kekuatan, range of motion dan
endurance
* Diatermi, Massage, TENS
* Occupational terapi
* Speech terapi
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


VERTIGO

PENGERTIAN ( Definisi ) Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya
dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oteh
gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan
atau penyakit.
Klasifikasi :
Vestibulogenik :
a. Primer : motion sickness, benign paroxysmal positional
vertigo, Meniere disease,
neuronitis vestibuler, drug-induced
b. Sekunder : migren vertebrobasiler, insufisiensi
vertebrobasiler, neuroma akustik.
Nonvestibuler : Gangguan serebellar, hiperventilasi,
psikogenik, dll.
ANAMNESIS Bentuk vertigo : melayang, goyang berputar, dsb.
• Keadaan yang memprovokasi : perubahan posisi kepala dan
tubuh, keletihan, ketegangan.
• Profil waktu : Akut, paroksismal, kronik.
• Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
• Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin,
salisilat.
• Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit
paru.
• Adanya nyeri kepala.
• Adanya kelemahan anggota gerak.
PEMERIKSAAN FISIK Umum : Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring
dan tegak, nadi, jantung, paru,
abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum :
• Kesadaran
• Saraf-saraf otak : visus, kampus, okulomotor, sensori di
muka, otot wajah, pendengaran,
dan menelan.

KRITERIA DIAGNOSIS Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala


subjektif (symptoms) dan objektif (signs)
dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
v Gejala subjektif
• Pusing, rasa kepala ringan
• Rasa terapung, terayun
• Mual
v Gejala objektif
• Keringat dingin
• Pucat
• Muntah
• Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
• Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat / diprovokasi
perubahan posisi kepala.
v Dapat disertai gejala berikut:
• Kelainan THT
• Kelainan Mata
• Ketainan Saraf
• Kelainan Kardiovaskular
• Kelainan Penyakit Dalam lainnya
• Kelainan Psikis
• Konsumsi obat-obat ototoksik
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin, kimia darah, urin,
PENUNJANG dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
• Pemeriksaan Radiologi : Foto tulang tengkorak leher,
Stenvers (pada neurinoma akustik).
• Pemeriksaan Neurofisiologi : elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
• Pemeriksaan Neuro-imaging : CT Scan kepala,
pnemoensefalografi, Tronscronial Doppler.
TATA LAKSANA : Terapi kausal : sesuai dengan penyebab
Tindakan Operatif v Terapi simptomatik :
Tindakan Konservatif Pengobatan simptomatik vertigo :
Lama Perawatan • Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP
dengan menekan pelepasan
glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial channel, bekerja
langsung sebagai depresor
labirin):
Flunarisin (Sibelium) 3x 5-10 mg/hr
• Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory;
monoaminergik dengan
akibat inhibisi n. vestibualris) : Cinnarizine 3 x 25 mg/hr,
Dimenhidrinat (Dramamine) 3 x
50 mg/hr.
• Histaminik (inhibisi neuron potisinaptik pada n. vestibularis
lateralis) : Betahistine
(Merislon) 3 x 8 mg.
• Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat
muntah di M. oblongata):
Chlorpromazine (largaktil) : 3 x 25 mg/hr
• Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity
neuron pada n. vestibutaris) 3 x
2-5 mg/hr
• Antiepileptik : Carbamazepine (Tegretol) 3 x 200 mg/hr,
Fenitoin (Dilantin) 3 x 100 mg
(bila ada tanda kelainan epilepsi dan kelainan EEG)
• Campuran obat-obat di atas.
Pengobatan simptomatik otonom (mis. muntah) :
• Metoclopramide (Primperan, Raclonid) 3 x 10 mg/hr
v Terapi rehabilitasi
• Latihan visual-vestibular, Metode Brandt-Daroff, Galt
Exercise
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tergantung penyebab
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MANUVER NYLEN BARANY
PENGERTIAN ( Definisi ) lalah pemeriksaan untuk mencari adanya vertigo/ nistagmus
posisional paroksismal dan
membedakan vertigo sentral dan perifer.
Cara:
1. Penderita duduk di meja periksa kemudian disuruh cepat-
cepat berbaring terlentang dengan
kepala tergantung (disanggah dengan tangan pemeriksa) di
ujung meja dan cepat-cepat
kepala disuruh menengok kekiri (10°-20°), pertahankan
sampai 10-15 detik, lihat adanya
nistagmus.
2. Kemudian kembali ke posisi duduk dan lihat adanya
nistagmus (10-15 detik).
3. Ulangi pemeriksaan dengan kepala menengok ke kanan.
Hasil :
Orang normal dengan manuver tersebut tidak timbul vertigo
atau nistagmus
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA HIPERSOMNIA


INSUFFICIENT SLEEP (Sleep Restriction l Deprivation)
Hipersomnia karena kurang tidur, atau pembatasan tidur

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS a. Klinis : 1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam


sehari kurang dari 7 jam
(6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan
psikomotor.
b. Laboratorium : Tidak diperlukan
c. Radiologis : Tidak diperlukan
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS :
Hipersomnia sebab lain
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Non Medikamentosa :
Tindakan Operatif Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Tindakan Konservatif Kadang kadang dibutuhkan
Lama Perawatan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila
diperlukan obat stimulan jangka
pendek (Methylphenidote, Ritalin® 5-20 mg pagi dan atau
siang hari)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Baik bila diobati dengan benar
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SEDATING MEDICATION
(Hipersomnia karena obat Sedatif)

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :


Adanya pemakaian obat-obat yang mempunyai efek sedatif
seperti obat hipnotik, anti psikotik
(Chlorpromazine,Thioridaz ine), anti depresan golongan
trisiklik (amitriptyline, doxepine) anti
konvulsan, anxiolytics (Benzodiazepine), anti histamin
(Chlorpheniromine, Dyphenhidramine),
anti hipertensi (Alpha agonist, Alpha blockers), melatonin,
putus obat golongan amphetamine.
b. Laboratorium : -
c. Radiologis : -
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Non Medikamentosa:
Tindakan Operatif Menghentikan obat atau ganti dengan golongan lain yang
Tindakan Konservatif kurang mempunyai efek sedatif
Lama Perawatan b. Medikamentosa :
Jika obat tidak dapat dihentikan dicoba dengan pemberian
terapi stimulan antara lain
Methylphenidate (Ritalin) 5-80 mg dosis terbagi,
Dextroamphetamine (Adderall) 5-60 mg dosis
terbagi, Modofinil (Provigil) 100-400 mg (sekali atau dua
kali sehari).
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA NARKOLEPSI

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20-30 tahun),
walaupun kadang terjadi sebelum
usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu
mengantuk berlebihan
pada siang hari yang segera membaik dan kembali segar
setelah tidur singkat kurang
dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan
berlangsung sebentar yang khas
terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya tertawa
terbahak-bahak atau marah
yang berlebihan. Kelumpuhan dapat komplit atau parsial dan
biasanya singkat (detik
- menit). Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa : tindihen) yaitu ketidakmampuan
untuk bergerak atau bicara
yang terjadi awal (hipnagoqic) atau akhir tidur (hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau
pendengaran yang muncul
sebagai representasi mimpi dan terjadi segera pada awal
tidur, kadang-kadang
terjadi pada saat bangun pagi (hipnopompic). Halusinasi
dapat berupa bayangan
orang yang mengancam, binatang atau biasanya hantu /
monster disertai rasa takut
yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia : yaitu saat penderita
mengantuk dan berusaha
mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi dibawah
alam sadar. la dapat
melanjutkan tugasnya dengan benar tetapi tidak dapat
menjawab pertanyaan yang
komplek. Kadang keluar kata-kata yang tidak mengandung
arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa
yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai
beberapa jam, biasanya
saat mengerjakan aktivitas monoton seperti mengendarai
mobil, sehingga sering
terjadi kecelakaan. Karena itu kalau mengantuk sebaiknya
berhenti dan tidur singkat
(10-30 menit) sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada
orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh
malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu : 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling
sedikit pada 2 dari 5
kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat
pada 90-100% penderita
narkolepsi tergantung ras-nya)
b. Laboratorium
Polisomnografi (PSG)
• Khas : Pemendekan ‘sleep onset’ dan REM latency
Gangguan kerangka tidur, sering terbangun singkat.
Penting untuk menyingkirkan gangguan tidur yang dapat
menyebabkan hipersomnia
• MSLT : rata-rata sleep latency < 5 menit.
Khas : muncul sleep onset REM (SOREM) kurang dari 15
menit paling sedikit 2 dari 5
kesempatan tidur kecil.
Pada orang normal MSLT > 10 menit (8-10 menit) masih
dianggap abnormal.
Onset tidur adalah jangka waktu antara lampu dimatikan dan
munculnya gambaran tidur
tahap pertama yaitu NREM.
Pergantian NREM dan REM rata-rata antara 60-90 menit.
Dianggap normal bila REM
terjadi kurang dari 15 menit. Dianggap abnormal bila REM
terjadi <15 menit (SOREM).
c. Radiologis
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Sindroma Obstructive sleep apnoea-hypopnoea
- Kurang tidur pada malam hari
- Circadian rhythm sleep disorders
- Idiopathic central nervous system (CNS) hypersomnia
- Periodic limb movement disorder
- Trauma kepala dan gangguan neurologi lainnya
- Depresi
- Efek samping obat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia
dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS,
dan REM Sleep / Behaviour
Disease.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


IDIOPATHIC CENTRAL NERVOUS SYSTEM
HYPERSOMNOLENCE

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang,
sulit bangun dari tidur.
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar
kembali
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal
b. Laboratorium
• PSG : yang khas menunjukan tidur yang memanjang dan
efisiensi tidur yang tinggi
dengan proporsi stadium tidur yang normal.
• MSLT : pemendekan sleep latency (< 10 menit, tetapi lebih
lama dari narkolepsi) tanpa
ada periode SOREM
• Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa catap(exy
c. Radiologis
d. Gold Standard : PSG dan MSLT
e. Patologi anatomi : -
Differential Diagnosis :
Narkolepsi tanpa cataplexy
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Non Medikamentosa
Tindakan Operatif • Sulit diobati dengan hasil memuaskan
Tindakan Konservatif • Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan
Lama Perawatan hygiene tidur yang baik
• Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti
narkolepsi)
b. Medikamentosa
• Modafinil adalah terapi awal pilihan
• Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan
methylphenidate
• Kombinasi obat long dan short acting sering
memberikan efek terbaik
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tidak bisa sembuh
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SLEEP DISORDERED BREATHING
(Hipersomnia karena gangguan pernafasan)

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :


- sering asimtomatik
- bila berat dan sering timbul, maka gejala kliniknya adalah
sebagai berikut
• Suara ngorok
• Gelisah selama tidur dengan gerakan-gerakan jerky,
melompat, dan lain-lain
• Sering terbangun dari tidur
• Simtom lain selama tidur antara lain nokturia,
gastrooesophageal reflux, keringat
berlebihan, angina pektoris
• Mengantuk berat pada siang hari
• Gangguan kognitif
• Sakit kepala di frontal, nyeri tenggorok, penurunan libido /
impotensi
B. Laboratorium :
- pemeriksaan fungsi tiroid, bila ada kecurigaan hipotiroid
- blood gas analisa
- kadar hemoglobin
- pemeriksaan elektrokardiografi dan ekokardiografi
- foto polos dada / toraks
- pemeriksaan Respiratory Function Test dan
Polysomnography
Diferensial Diagnosis:
UARS (Upper Airway Resistance Syndrome)
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : menghilangkan simtom dan memperbaiki kwalitas hidup
Tindakan Operatif - mengurangi faktor-faktor resiko kejadian fatal
Tindakan Konservatif - mencegah komplikasi hipertensi, infark miokard, stroke,
Lama Perawatan mati mendadak.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SNORING (Ngorok)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis :
a. Klinis:
- suara gaduh / riuh timbul waktu tidur, saat inspirasi
- ngorok biasanya timbul secara reguler, jika terputus-putus
kemungkinan OSA atau UARS
- daytime sleepiness
- mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium :
c. Radiologis :
- foto X-ray lateral cephalometry, CT scan dan MRI, ini semua
untuk menilai bentuk dan
ukuran saluran nafas bagian atas dan level obstruksinya
- endoskopi / nasendoskopi, dilakukan dalam keadaan
bangun dan tidur
Diferensial Diagnosis:
UARS dan OSA
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur nyenyak
Tindakan Operatif - Sebaiknya pasangan / partner disarankan tidur lebih dahulu
Tindakan Konservatif dari penderita.
Lama Perawatan - Untuk penderita pemasangan mandibular advancement
devices cukup efektif jika
snooring semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery :
• Nasal surgery
• Palatal surgery
• Tonsilectomy / Adenoidectomy
• Linquoplasty
• Excision of Obstructif mass dan orthoqnatic surgery
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ngorok biasa tidak mempunyai efek yang berat
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


INSOMNIA

PENGERTIAN ( Definisi ) INSOMNIA AKUT / TRANSIENT INSOMNIA


Insomnia akut adalah kesulitan tidur yang dialami < 3 minggu,
bersifat temporer, dipicu oleh
kecemasan terhadap sesuatu yang diketahui oleh penderita.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis :
A. Anamnesa :
1. Riwayat kurang tidur, sering terbangun terutama bila
ambang emosinya turun.
2. Dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Lingkungan tidur yang kurang nyaman seperti suara-suara
keras, cahaya yang
terlalu terang, gerakan dan suara mendengkur dari teman
tidurnya.
b. Situasi stress misalnya saat akan menghadapi ujian,
memikirkan kondisi kerja
yang tak nyaman, menderita sakit atau nyeri.
c. Higiene tidur yang jelek misalnya : sering minum kopi,
alkohol terutama pada
malam hari, pemakaian obat-obat stimulant
d. Sering kumat-kumatan
B. Pemeriksaan fisik biasanya normal, status psikiatri
biasanya cemas / depresi
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik.
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Perbaikan gaya hidup
Tindakan Operatif 2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Tindakan Konservatif Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
Lama Perawatan - menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat di obati
dengan obat hipnotik sesuai
indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi :
- Triazolam - Zolpidem
- Flunitrazepam - Zopiclon
- Zoliplon
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi :
- Temazepam - Zolpidem
- Lormetazepam - Zopiclon
- Oxazepam
c. EWM (Early Morning Awakening)
Terapi :
- Temazepam - Flunazepam
- Lormetazepam - Nitrazepam
d. EWM + Anxiety
Terapi:
- Nitrazepam - Clorazepate
- Diazepam - Oxazepam
- Clonazepam
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


INSOMNIA SEKUNDER OLEH KARENA
GANGGUAN PSIKIATRIK
KEADAAN KECEMASAN (ANXIETY STATES)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis :


1. Anamnesa : kesulitan tidur akibat rasa khawatir, was-was
cemas & ketakutan yang tidak
rasional.
2. Pemeriksaan fisik : otot-otot tegang, berdebar-debar, sesak
napas, kelelahan, keringat
dingin, sulit konsentrasi.
3. Polysomnografi : jarang membantu jika ada terdapat
gambaran : total sleep time singkat,
peningkatan latensi tidur, efisiensi tidur menurun, peningkatan
jumlah terbangun dari tidur
dan REM / REM : Normal.

DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa : Long acting benzodiazepin
Tindakan Operatif B. Tindakan : -
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS biasanya membaik dengan pengobatan gangguan
psikiatrinya
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

RSUD KELAS B MAJALAYA PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

GANGGUAN DEPRESI
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi,
terutama pada awal
tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu dini, mimpi
buruk,
nyenyak berlangsung hampir tiap hari.
b. Pemeriksaan fisik : Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda : Abnormal
- Pada Usia Lanjut :
- TST ↓ 1 & 2 NREM Sleep ↑
- Awakening ↑ 3 & 4 N REM Sleep ↓
- EWM (+) REM Sleep Latency ↓
- Sleep Latency ↑ REM Sleep ↑, Daytime nap +
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Demensia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : A. Medikamentosa
Tindakan Operatif - Anti depressant Trisiklik
Tindakan Konservatif - SSRIs
Lama Perawatan - MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


INSOMNIA PRIMER
PSYCHOPHYSIOLOGICAL INSOMNIA (CONDITIONED
INSOMNIA)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesa :


- Kesulitan mengawali tidur yang terjadi karena perasaan
khawatir tidak bisa tidur
- Penderita berusaha menekan kekhawatiran tersebut
- Sulit tidur nyenyak sepanjang hari
- Mudah capai, lemas, gangguan memori, gangguan
konsentrasi
- Gangguan tidur berlangsung lama dan membaik saat liburan
b. Pemeriksaan Fisik :
Tension headache & dizziness
c. Polysomnografi :
- TST ↓
- SL ↑
- 1 & 2 REM ↑
- Alpha intrusion (+)
- Awakening ↓
- Multiple sleep latency : Normal
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Gangguan psikiatrik
2. Circadian rhytm disorders
3. Poor Sleep hygiene
4. Anxiety states
5. Chronic Fatigue syndrome
6. Fibromyalgia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tatalaksana :
Tindakan Operatif • Hypnotic therapy
Tindakan Konservatif • Perbaikan sleep hygiene
Lama Perawatan • Terapi tingkah laku
• Relaksasi
• Restriksi tidur
• Kontrol rangsangan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
RSUD KELAS B MAJALAYA PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

CHRONIC FATIGUE SYNDROME


PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK

KRITERIA DIAGNOSIS a. Anamnesa : Sulit tidur / kurang tidur nyenyak & kelelahan
tiap hari yang berlangsung 6 bulan.
Lemas, gangguan konsentrasi & memori.
b. Pemeriksaan Fisik : nyeri pada seluruh otot-otot
c. Polysomnografi :
- TST ↓
- SL ↑
- 1 & 2 REM ?
- RM ↑
- Alpha intrusion (+)
- Awakening : ?
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Banding :
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : • Anti depresan & anti ansietas
Tindakan Operatif • Perbaikan sleep hygiene
Tindakan Konservatif • Mengurangi cahaya saat tidur
Lama Perawatan • Pembatasan gerak
• Cognitive therapy
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Kurang baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SLEEP MISPERCEPTION (PSEUDO INSOMNIA)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesa :
Sulit tidur yang ditandai dengan kesulitan menyebutkan
berapa lama tidurnya, atau penyebab
patologis dari gangguan tidur tersebut. Gangguan tidur
biasanya saat tengah malam berupa :
DIS & DMS dan kadang-kadang tidak tidur sama sekali,
biasanya disertai dengan kelelahan,
perubahan nood.
b. Pemeriksaan fisik : Normal
c. Polysomnografi:
1. Durasi tidur : N
2. Sleep latensi : N
3. Sedikit terbangun
4. MSLTs : N
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING a. Short sleepers
b. DSPS
c. Psycophysiological insomnia
d. Malingering
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Anti depressant
Tindakan Operatif - Anti anxiety
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Sering menyebabkan insomnia kronis dan dapat
menyebabkan ketergantungan obat anti cemas dan depresi.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


RESTLESS LEGS SYNDROME (RLS) l PERIODIC
LEG MOVEMENT
SLEEP (PLMS)

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
- Terutama dari anamnesis
- Dysesthesia dan restlesness di tungkai yang membaik
dengan gerakan
- Gejala timbul dan memburuk di waktu sore dan malam
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu
jari kaki dan kadang-kadang
fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15-30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun (normal > 40 mg / L)
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat
Tindakan Operatif efektif pada RLS dan PLMS
Tindakan Konservatif - Pramipexol : dosis efektif (0,25 - 1 mg/hari diberikan tiga kali
Lama Perawatan sehari) atau
- Ropinirole (0,25 - 2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam
18.00-20.00.
- L-dopa atau Carbidopa (25/100 - 100/400 mg) diberikan
satu jam sebelum onset atau
dapat diberikan tiap 4 - 6 jam.
- Sering memerlukan tambahan obat sedativ (seperti
Gabapentine, benzodiazepin,
Trazodone) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan Gabapentin (second line agent)
c. Benzodiazepin (third line agent)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita
dengan stadium akhir penyakit
ginjal.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


PARASOMNIA

PENGERTIAN ( Definisi )  Adalah gejala motorik atau pengalaman sensorik yang


abnormal dan komplek yang muncul waktu tidur
 Lebih sering terjadi pada anak-anak (5-15%) dari pada
dewasa (1%)
 Biasanya jinak tapi kadang-kadang disertai luka
trauma, rasa malu atau aspek legal.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS a. Klinis
1. Gejala muncul pada perioda sepertiga awal tidur
malam hari, terutama pada siklus I NREM
2. Bisa terjadi lebih dari sekali dalam satu malam
3. Terjadi hanya beberapa detik, bisa juga dalam 10 - 20
menit, yang lebih lama dari pada kebanyakan
serangan epilepsi.
4. Anak tiba-tiba terbangun dengan megap-megap,
berteriak atau menangis keras dan tampak sangat
ketakutan, agitasi dan panik.
5. Gejala khasnya adalah berkeringat, pupil melebar,
nafas dan denyut jantung cepat dan tonus otot
meningkat. Enuresis kadang terjadi.
6. Anak bisa duduk atau meninggalkan tempat tidur,
bicara tanpa arti.
7. Pada orang dewasa muda kadang-kadang dapat
berlari secara liar mengelilingi ruangan sehingga dapat
terjadi cedera akibat lari melewati pintu atau melompat
dari jendela.
8. Anak tidak memberi respon terhadap pertanyaan atau
perintah dan melawan setiap usaha untuk
menenangkan yang dapat melukai penderita atau
orang lain.
9. Sesudah serangan penderita tertidur lagi dengan
cepat.
10. Penderita tidak dapat mengingat secara detil apa yang
telah dilakukan dan mimpinya.

b. Laboratorium :
Pada anak : tidak diperlukan karena biasanya jinak dan
terbatas waktunya.
Pada dewasa : onset baru dan serangan berulang,
membutuhkan evaluasi klinis dan
Polysomnography
Pemeriksaan Polysomnography ditemukan bangun singkat
dari stadium 3-4 NREM pada saat
terjadinya sleep terror (biasanya pada 1-4 jam awal tidur),
tetapi tidak mencatat kejadian
parasomnianya, karena itu rekaman video saat kejadian
sangat penting.
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
d. Gold Standard :
Tidak ada
e. Patologi Anatomi :
Tidak diperlukan
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Confusional arousal
2. Sleep walking
3. Sleep talking
4. Epilepsi
5. Episodic Nocturnal wandering
6. REM Sleep behaviour disorder
7. Nightmares
8. Nocturnal Panic Attacks
9. Post Traumatic Stress disorder
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas
waktunya (terbanyak 4 - 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat
menyebabkan tingkah laku seksual dan tindak kekerasan
atau terluka.
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


SLEEP WALKING (SOMNABULISME)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS 1. Klinis
a) Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM
stadium 3-4)
b) Penderita bangun duduk di tempat tidur, membuka
mata, membuka selimut, bergerak
c) berputar seperti bertujuan, dan berusaha
meninggalkan tempat tidur
d) Anak dapat berjalan ke kamar tidur orang tua dan
memberikan respon sederhana
e) terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang
kencing.
f) Penderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan
mengelilingi tempat tidur tapi menolak
g) rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik
tangga, memakai alat-alat dapur dan
h) berusaha menyiapkan makanan.
i) Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh,
dan bahkan mengendarai mobil.
j) Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga,
jendela, atau sesudah bejalan di luar
k) rumah. Penderita biasanya mau di ajak kembali ke
tempat tidur tanpa perlawanan.
l) Usaha untuk menghalang-halangi atau
membangunkan harus dihindari karena
m) menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan
keinginan melarikan diri yang dapat
n) mencetuskan kekerasan mendadak.
o) Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan
sesudahnya segera tidur lagi.
2. Laboratoris:
• Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan
tidur yang lain.
• Rekaman video sangat membantu melihat pola
serangan.
3. Radiologis
Tidak ada kelainan
4. Gold Standar
Polysomnography :
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan
2 NREM selama beberapa detik
sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran
klinis epilepsy. Sering terbangun
langsung dari stadium 1-2 NREM disertai sleep walking.
Atau dapat juga tanpa sleep walking.
Rekaman video dapat menunjukkan pola aktivitas
serangan
5. Patologi Anatomi :
Normal
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Sleep terrors
2. Epilepsi
3. Episodic nocturnal wandering
4. Malingering
5. REM sleep behaviour disorder
6. Psychogenic fugues
7. Confusional arousal
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa
Tindakan Operatif 1.1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25 - 2 mg, atau diazepam)
Tindakan Konservatif 1.2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
Lama Perawatan 2. Non Medikamentosa
2.1. Hygiene tidur
2.2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur.
2.3. Dibangunkan secara terjadwal 15-30 menit sebelum
waktu biasanya terjadi sleep
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS 1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar
2. Mengganggu prestasi belajar
3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai resiko
gangguan psikiatri, gangguan tidur lainnya
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


REM BEHAVIOR DISORDER (RBD)
(Gangguan tingkah laku saat fase tidur REM)
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS a. Klinis
• Usia biasanya > 50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada
wanita, kadang-kadang
ditemukan riwayat keluarga
• Terjadinya 1/3 awal tidur pada stadium REM, biasanya
30 menit setelah onset tidur dan
dapat berulang setiap interval 10 menit.
• Serangan berupa mimpi yang menyeramkan atau agresif
disertai gerakan-gerakan
abnormal dan tingkah laku yang kompleks dan sering
berupa tindak kekerasan sehingga
dapat melukai penderita penderita atau pasangannya.
• Penderita menolak dikendalikan dan bisa marah dan
melakukan tindak kekerasan tetapi
tidak sampai pada tindakan seksual.
• Mimpi dapat diingat kembali tetapi gerakan dan tingkah
laku abnormal tidak diingat.
• Penyebabnya:
- Tidak diketahui (40% kasus)
- Intoksikasi obat akut (alkohol) atau penghentian
mendadak obat supresan tidur fase REM seperti
amphetamine dan cocain, anti-cholinergic, MAO
inhibitor, antidepressant tricyclic, SSRI, dan terutoma
venlafoxine
- Parkinson : 1/3 kasus parkinson didahului RBD 10 -
15 tahun sebelumnya.
- Multiple system atrophy : 90% disertai RBD
- Lewy body disease : 1/4 kasus disertai RBD
- Alzheimer's disease : kadang-kadang disertai RBD
- Narkolepsi sering disertai RBD
- OSA berat
- Periodic limb movements pada fase tidur N-REM
b. Laboratorium:
• Pemeriksaan polysomnography sangat penting dalam
menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosa lain.
• Hasil PSG menunjukkan kerangka tidur normal kecuali
adanya peningkatan durasi dan
densitas tidur REM dan sedikit pemanjangan stadium 3 -
4 N-REM, tonus otot tetap ada,
periodic limb movements dapat terlihat pada tidur REM
maupun N-REM
• Rekaman video penting untuk menunjukkan bentuk
gerakan-gerakan.
c. Radiologis :
MRI atau CT scan diperlukan untuk mencari penyebab
terutama kerusakan di batang otak
d. Golden Standard :
PSG, MRI atau CT scan
e. Patologi Anatomi
Differential Diagnosis
1. Nightmare
2. Confusional arousals
3. Sleep terrors
4. Sleep walking
5. Post-traumatic stress disorders
6. Epilepsi terutama epilepsi lobus temporalis
7. Episodic nocturnal wanderings
8. Bangun mendadak dari tidur REM pada OSA
9. Serangan panik
10. Malingering
.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : a. Non Medikamentosa
Tindakan Operatif 1. Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai
Tindakan Konservatif tindak kekerasan, pindahkan bendabenda
Lama Perawatan • Benzodiazepine seperti clonazepam 0,5 - 4 mg :
efektif segera pada 90% kasus
• Melatonin 3 - 15 mg malam hari sebelum tidur.
• Buproprion adalah satu-satunya anti depresan yang
tidak menimbulkan RBD, sehingga dapat diberikan
sebagai pengganti anti depresan lain
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS - Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit Parkinson\
4 - 10 tahun sebelumnya
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


NIGHTMARE
PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis :
a. Klinis
• Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3 - 6 tahun,
laki-laki dan wanita sama, tetapi
pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada 1/3
akhir malam
• Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan
menyebabkan kecemasan serta
ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi dapat
diingat kembali dengan baik,
dan sering sulit tidur kembali.
• Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali
sesudah bangun.
• Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak
jantung.
• Penyebabnya:
- pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur
REM
- narkolepsi
- RBD
- Schizoprenia
- Anxietas
- Obat-obatan seperti L-dopa, beta blocker
- Penghentian obat mendadak seperti anti depresan,
alkohol
b. Laboratorium : -
c. Radiologis : -
d. Golden Standard :
PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan
densitas REM ± 10 menit sebelum
terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: -
Differential Diagnosis
• RBD
• Serangan panik pada malam hari
• Narkolepsi
• Sleep terror
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Non medikamentosa :
Tindakan Operatif • Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
Tindakan Konservatif • Kurangi stres dan perbaiki hygiene tidur
Lama Perawatan • Terapi kognitif tingkah laku
b. Medikamentosa : jarang diperlukan, bila menetap dengan
cara-cara diatas dapat diberikan
obat supresi tidur REM seperti tricyclic anti depresan
Penyulit :
• Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan
kecemasan untuk tidur
• Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV


TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA RETARDASI MENTAL (MR)

PENGERTIAN ( Definisi )
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi mental sangat berat
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epi lepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
PEMERIKSAAN Tes psikometri / Test intelegensi :
PENUNJANG - Bayi : Developmental Quotient (DQ)
- Anak usia belum sekolah :
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelfigense
(WPPSI)
- Anak usia sekolah :
Wechsler Intelligence Scale for Children (Revised) (WISC-R)
- Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah :
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin : mencari gangguan kimia / metabolik
Serologi darah dan titer antibodi TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal (kelenjar tiroid)
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila kejang
Tindakan Operatif Metilfenidat bila hiperaktif
Tindakan Konservatif Hormon tiroid pada gangguan tiroid
Lama Perawatan Terapi Non Farmaka : fisioterapi
terapi okupasi
terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB) tipe C
KONSULTASI
Anak
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY
DISORDER
PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS Adalah suatu gangguan neuropsikiatri yang umum, khas dan
dapat ditangani. Terjadi pada 3-9% anak usia sekolah.
DIAGNOSIS KERJA

DIAGNOSIS BANDING Childhood mania

PEMERIKSAAN Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental


PENUNJANG retardasi, learning disability & ADHD
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
TATA LAKSANA : Terapi Farmaka : Stimulan (Metilfenidat)
Tindakan Operatif Terapi Non Farmaka : Terapi keluarga oleh psikolog
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )

PROGNOSIS Ad bonam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C

PENELAAH KRITIS

INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


CEREBRAL PALSY (C P)

PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini
yang disebabkan suatu cacat otak
atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai
dengan paresis, gerakan involunter atau gangguan
koordinasi.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Neuromuskuler :
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif :
Friedriech's ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak
Metabolik :
Penyakit Wilson
Kelainan Tulang & Sendi :
Arthero gryphosis multiplex kongenital
Penyakit gangguan gerak involunter :
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolik
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia
PEMERIKSAAN Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental
PENUNJANG retardasi, learning disability & ADHD
EEG mencari epilepsi
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
Pemeriksaan mata : mencari strabismus, gangguan refraksi,
gangguan lapang pandang dan
buta sentral
Pemeriksaan THT : mencari tuli sentral
1. Pemeriksaan Ortopedi : mencari kontraktur sendi,
skoliosis, small stotur, subluksasi sendi
TATA LAKSANA :
Tindakan Operatif
Tindakan Konservatif
Lama Perawatan
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Tipe tetraplegi : ad vitam & ad functionam : ad malam
Tipe hemiparesis atau diparesis ringan : ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsi, gangguan lihat / dengar :
prognosis kurang baik
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


Duchene Muscular Dystrophy (DMP)
PENGERTIAN ( Definisi ) Kelainan otot herediter yang progresif, timbul sebelum usia 5
tahun, biasanya pada anak laki-laki.
Kelemahan otot tampak di proksimal.

KRITERIA DIAGNOSIS Klinis :


1. Anamnesis : Anak usia 2-4 tahun, kelemahan otot
leher menetap sampai periode infancy, perkembangan
motor yang lambat, sukar menaiki tangga atau bangun
dari lantai, perkembangan yang lambat dan gangguan
kognitif.
2. Pemeriksaan fisik dan neurologi : Tanda Gowers,
berjalan seperti bebek (waddling gait). Atrofi pada otot,
lordosis pada punggung. Pseudohipertrofi di otot
gastroknemius, infraspinosus, deltoid, yang agak
jarang terdapat di otot gluteus maksimus, masseter
dan trisep akibat timbunan lemak dan hialin.
Kelemahan otot bersifat simetris dan progresif
sehingga pada usia 6-12 tahun sudah tidak dapat
menggerakkan kedua tungkainya dan harus
menggunakan kursi roda. 50-80 % pasien terdapat
gangguan jantung. Retardasi mental ditemukan 30 %.

Radiologi : -
Laboratorium :
- Kadar Kreatinin Kinase (CK) sangat tinggi (10.000 - 30
000)
- Elektrodiagnostik : gambaran miogenik
- Biopsi otot
Gold Standar :
Gejala klinik, pemeriksaan CK dan EMG
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya
Tindakan Operatif bersifat simtomatik dan suportif untuk
Tindakan Konservatif mencegah deformitas yang lebih berat.
Lama Perawatan - Keluarga perlu mengetahui mengenai progresifitas penyakit
dan perkiraan mengenai umur
harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada
dekade kedua.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


MENINGITIS
PENGERTIAN ( Definisi ) Adalah salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang
berat dan dapat menimbulkan gejala sisa
yang permanen. Penyebab infeksi adalah bakteri, virus atau
organisme yang lain.
Merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis,
mempunyai morbiditas dan mortalitas
yang tinggi dengan prognosis yang buruk.
KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis
Gejala klasik adalah panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk.
Pada anak usia muda (< 2 tahun)
gejala ini sulit terlihat. Pada anak yang lebih tua gejala seperti
panas badan, nyeri kepala, kaku
kuduk atau nyeri pada leher, penurunan kesadaran, muntah,
defisit neurologi fokal, kejang. Pada
meningitis yang disebabkan oleh bakteri gejala ini
berlangsung sangat cepat dan dapat terjadi
perburukan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Pemeriksaan Fisik Umum dan Neurologis :
- Penurunan kesadaran, febris.
- Kaku kuduk, defisit neurologi fokal
Radiologi :
Foto toraks CT scan dengan kontras : terdapat penyangatan
di daerah basal
Laboratorium :
LED, PPD 5 TU
Pemeriksaan pungsi lumbal
Hasil Pemeriksaan LCS
Bakteri Virus TBC

Sel 500- 10.000 > 6 - 500 > 6 – 1000


Predominan PMN Limfosit Limfosit
lekosit meningkat normal - meningkat
Protein menurun sedikit menurun
Glukosa meningkat
LCS : serum Normal

Preparat langsung : Pewarnaan gram


Tinta india
Kultur
Gold Standar :
Hasil kultur yang positif terhadap bakteri atau mikobakterium
tuberculosis
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : MENINGITIS BAKTERI : tergantung penyebabnya.
Tindakan Operatif Usia Penyebab tersering Terapi inisial
Tindakan Konservatif < 1 bulan E.coli, grup B Ampisilin +
Lama Perawatan streptokokus L. , Sefotaksim /
monocytogenes seftazidim
atau ampisilin +
aminoglikosida
1 - 3 bulan E. coli, group B Ampisilin +
Streptococcus L. sefotaksim/seftriakson
monosytogenes
H. influenza tipe b,
S. pneumonia
H. influenza, N
Sefotaksim /
seftriakson

3 bulan - meningitidis, L. atau ampisilin +


18 tahun , S. pneumonia monosytogenes
kloramfenikol
Penisilin G atau
18 thn - 50 S.pneumonia , N. ampisilin
thn atau
Dosis antibiotika
untuk meningitis
bakterialis

Dosis antibiotika untuk meningitis bakterialis


Antibiotika Dosis (kg Interval (jam)
BB/hari)
Penisilin G 250.000 unit 4
Ampisilin 200 - 300 mg 6
Kloramfenikol 75 - 100 mg 6
Sefotaksim 200 mg 6–8
Seftriakson 100 mg 12 - 24
Seftazidim 125 - 150 mg 8
Vankomisin 50 - 60 mg 6
Gentamisin, 6 mg 8
tobramisin 20 – 30 8
Amikasin Nafsilini, 200 mg 6
Oksasilin
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Nutrisi yang baik
- Deksametason diberikan pada anak usia > 2 bulan
dengan dosis 0,15 mg / kgBB / kali 15
menit sebelum atau bersamaan dengan antibiotika
selama 4 hari. Pemberian kortikosteroid
ditunda bila terdapat tanda perdarahan atau bila
kemungkinan meningitis TBC belum dapat
disingkirkan.
MENINGITIS TBC
Medikamentosa
Obat Dosis harian (mg / kgBB / Lama pengobatan
hari )
INH 10 12 bulan
Rifampisisn 5 12 bulan
Pirazinamid 15 - 40 2 bulan
Streptomisi
15 - 40 1 - 3 bulan
n
4 - 8 minggu, tap
Prednison 1-2
off 2 - 4 minggu
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


ENSEFALITIS HERPES SIMPLEKS
PENGERTIAN ( Definisi ) Merupakan infeksi pada parenkhim otak yang berat dan
seringkali berakibat fatal.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
KRITERIA DIAGNOSIS Klinis
Gejala akut, nyeri kepala, panas badan, kejang, penurunan
kesadaran, defisit neurologis fokal,
gangguan tingkah laku.
Laboratorium
Pemeriksaan lumbal pungsi : warna jernih, kadang-
kadang kemerahan, sel normal atau sedikit
meningkat, protein sedikit menungkat, glukosa normal.
Radiologi
MRI terdapat kelainan di lobus temporal
EEG
Abnormal di daerah temporal
Gold Standar
PCR, IgM dan IgG HSV 1 (pada anak dan dewasa) dan
HSV 2 (pada neonatus) → tidak dapat
dilakukan segera, karena baru + setelah minggu pertama.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Meningitis virus
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Medikamentosa
Tindakan Operatif - Asiklovir 10 mg / kgBB / kali iv diberikan setiap 8 jam
Tindakan Konservatif selama 10 hari. Diberikan sedini
Lama Perawatan mungkin dan boleh diberikan bila terdapat kecurigaan
terhadap ensefalitis herpes simpleks
dan dihentikan bila terbukti bukan ensefalitis herpes
simpleks.
- Manitol bila terdapat oedem otak atau tekanan
intrakranial yang meningkat
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Antipiretik
- Antibiotika untuk infeksi sekunder

Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status iieurologi setiap hari
- Mengatasi gangguan nafas
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Nutrisi yang baik

PENYULIT
Oedem otak
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


TICS
PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS Gerakan involunter sederhana berupa kedipan mata,
menyeringai, menjulurkan lidah, gerakan
kepala, gerakan jari kaki, gerakan wajah (twitching), gerakan
leher, gerakan mengangkat bahu,
batuk, suara mendengkur, sedangkan gerakan yang
kompleks dapat berupa gerakan menggosok,
melompat, berjongkok, menciumi objek atau bagian tubuh,
copropraxia dan echopraxia, berkatakata,
atau gerakan berurutan yang stereotipik yang bertambah saat
anak stres. Keluhan ini
menetap atau menurun bahkan dapat menghilang. Biasanya
berhubungan dengan gangguan
kompulsif dan ADD.

Sedangkan sindroma Tourette's bila memenuhi kriteria :


• Multipel motor tics (beberapa jenis gerakan anggota
badan, batang tubuh, atau wajah).
• Paling sedikit terdapat satu vokal tic, meliputi
beberapa suara kecuali batuk dan sniffing
• Gejala timbul sebelum usia 21 tahun
• Gejala menetap atau menurun lebih dari 1 tahun
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan
Tindakan Operatif bukan untuk menghilangkan tics.
Tindakan Konservatif Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya diberikan saat
Lama Perawatan
sekolah saja.
• Non farmakologi
- Situasi kelas / lingkungan sekolah yang tidak
menimbulkan stress
- Terapi behaviour
• Farmakologi
Prinsip terapi :
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara
bertahap
2. Evaluasi efektifitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap

Tier 1 :
- Klonidin → dosis permulaan 0,05 mg, dapat
ditingkatkan menjadi 2 x 0.05 mg. Dosis dapat
ditingkatkan setiap 5 - 7 hari dan dapat diberikan
sampai 0,1 - 0,4 mg / hari.
- Guanfasin → dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan
dapat ditingkatkan secara bertahap sampai 3 mg / hari
dibagi dalam dua dosis.
- Klonazepam → digunakan sebagai terapi ajuvan pada
pasien dengan kecemasan. Efek samping berupa
mengantuk, dizziness, fatigue.
Tier 2 :
Apabila pengobatan pertama dengan Tier 1 tidak berhasil
dapat diberikan neuroleptik yang klasik
maupun neuroleptik yang atipik. Neurileptik klasik :
- Pimozid → 2 - 6 mg / hari, mulai dengan dosis 0,5 - 1
mg / hari sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Flufenazin → 2 - 4 mg / hari, mulai dengan dosis 1
mg / hari sebelum tidur, dinaikkan secara bertahap.
- Haloperidol → 1 - 5 mg / hari, mulai dengan dosis 0,5
mg / hari, dinaikkan secara bertahap.

Neuroleptik yang atipik


- Risperidon → maksimal 3 mg / hari dibagi dalam dua
dosis, mulai dengan 0,5 mg / hari, malam hari.
- - Olanzapin → 5 - 10 mg / hari dalam dosis terbagi,
mulai dengan 2,5 mg sebelum tidur.
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


CHOREA PADA ANAK

PENGERTIAN ( Definisi )
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
Gangguan gerakan yang disebabkan karena disfungsi
basal ganglia. Gerakan menyentak, cepat,
ireguler, tidak dapat diprediksikan dapat terjadi pada satu
bagian tubuh yang kemudian dapat
mengenai bagian tubuh yang lain, dapat disertai dengan
kesulitan untuk makan gangguan gait,
clumsiness.
Chorea yang banyak terjadi pada anak adalah
Sydenham's chorea (SC, rheumatic chorea, chorea
minor, St. Vitus’ dance). Penyebabnya dapat bermacam-
macam, antara lain : paroxysmal
dyskinesias, penyakit imunologi (SC, SLE, antifosfolipid
antibodies), gangguan yang diturunkan
(ataxia teleangiectasia, benign familial), gangguan
metabolic (hipertiroid mitochondrial
abnormalities, congenital disorders of glycosylation),
infeksi, neoplasma, gangguan vaskuler dan
kelainan degeneratif.
Laboratorium
• Elektrolit termasuk Ca
• Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
• LED
• ASO dan titer DNase B
• Antibodi antikardiolipin
• Antinuclear antibody
• TSH
• Ceruloplasmin dan level copper
• Skrining toksikologi
• MRI kepala
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
TATA LAKSANA : Terapi bila memungkinkan ditujukan pada kelainan yang
Tindakan Operatif mendasarinya Untuk gejala kliniknya
Tindakan Konservatif hanya sebagai simtomatik saja. Mekanisme obat yang
Lama Perawatan
dipakai bertujuan untuk mengkoreksi
gangguan neurotransmiter seperti meningkatkan GABA
dan acetylcholine dan atau menurunkan
reseptor dopamin
• Asam valproat (10 - 20 mg / kgBB / hari )
• Clonazepam (1 - 5 mg / kgBB / hari )
• Haloperidol (0,5 - 2 mg, 2 x / hari)
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
PROGNOSIS Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam

TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV

TINGKAT REKOMENDASI A/B/C


PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA DISTONIA


PENGERTIAN ( Definisi )
Kontraksi simultan otot agonis dan antagonis yang transien
sehingga postur tubuh menjadi tidak biasa. Bila kontraksi otot
agonis dan antagonis seimbang maka gerakan tidak tampak,
hanya berupa ketegangan otot. Gerakan biasanya perlahan,
mengenai satu bagian tubuh, sampai maksimal kemudian
KRITERIA DIAGNOSIS
bertahan selama satu menit atau lebih, kadang-kadang bisa
lebih cepat. Manifestasi distonia yang sering adalah
spasmodik torticollis, spasmodik retrocollis, inversi intermitten
sehingga postur menjadi equinovarus, otot-otot lidah,
b(epharospasm, writer's cramp dystonia, spasi dysphonia.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING Kelainan kongenital dan Benign dystonis of infanc
perkembangan Cerebral palsy
Kelainan degeneratif dan Dyspeptic dystonio with
penyebab hiatus hernia
tak diketahui Ataxia-teleangiectasia
Penyakit infeksi Gangguan Focal dystonia
metabolic Hallervorden-Spotz
Reaksi obat syndrome
Psychogenic Hemidystonia
Gangguan Idiopatic torsion dystonia
Leber disease
Myoclonic dystonia
Segawa dystonia with
diurnal fluctuation
Subacute necrotizing
Encepholomyelopathy
Dystonio Parkinson
syndrome
Ensefalitis virus
GM2 gangliosidosis
PKU
Triosephosphate isomerase
Deficiency
Wilson's disease
Bethonecol, buthirophenone,
carbamazepine,
Phenothiazine, reserpine,
tetrabenazine
Munchausen syndrome
simulating dystonia
Paroxysmal sleep dystonia
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Distonia primer :
 Triheksyphenidyl :
Dosis 6-60 mgl/hari dalam dosis terbagi, mulai dengan
0,5 mg / hari pada anak 4 tahun sedangkan anak yang
lebih besar dapat dimutai dengan dosis 1 mg / hari
matam hari dan dinaikkan 1 mg setiap 1 minggu.
 Carbidopa / levodopa :
Dosis 4-5 mg / kgBB / hari dalam dosis terbagi, mulai
TATA LAKSANA : dengan 1 mg / kgBB / hari
Tindakan Operatif  Baclofen :
Tindakan Konservatif Dosis 10-60 mg / hari dalam dosis terbagi, mulai dari 5
Lama Perawatan mg malam hari.
 BOTOX

Distonia sekunder :
• Reserpin 20 μg / kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25
mg / hari dibagi dalam dua dosis
• Difenhidramin 1-1,25 mg / kgBB IM atau IV (maks 50
mg), kemudian dilanjutkan dengan 1-1,25 mg / kg PO
(maks 50 mg) setiap 6-8 jam selama 1-3 hari .
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
PROGNOSIS Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
TINGKAT REKOMENDASI A/B/C
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

PANDUAN PRAKTEK KLINIS ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS
RSUD KELAS B MAJALAYA

RSUD KELAS B MAJALAYA


TUMOR OTAK

PENGERTIAN ( Definisi ) Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada
orang dewasa dalam tipe set yang
terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan
tinggi intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah (pagi hari), mual,
perubahan kepribadian, iritabel, penurunan kesadaran,
penurunan fungsi jantung dan pernafasan.

Menurut lokasi :
• Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria,
hemiparesis disertai parese saraf otak, TTIK,
perubahan kepribadian, penurunan kesadaran.
• Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin,
perubahan visus atau penglihatan ganda, nyeri kepala,
parese saraf otak dan hemiparese motorik, perubahan
pernafasan, TTIK.
• Tumor di serebelum : TTIK, muntah (pagi hari tanpa
mual), nyeri kepala, gangguan koordinasi, gangguan
berjalan (ataksia).

Gejala-gejala ini dapat bercampur

Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese
motorik, gangguan koordinasi, ataksia, refleks fisiologi
meningkat, refleks patologis positif.
Radiologi :
CT scan dengan kontras, MRI
Laboratorium :
Biopsi tumor
Gold Standard :
CT scan kepala dengan kontras, biopsi
Patologi Anatomi :
Menentukan jenis tumorw
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING 1. Abses otak
2. Tuberkuloma di otak
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa : steroid untuk edem otak (loading :
deksametason 1-2 mg / kgBB sampai 10
mg, kemudian 1-1,5 mg / kgBB / hari, maksimum 16 mg /
TATA LAKSANA : hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan Operatif • Tindakan :
Tindakan Konservatif Operasi
Lama Perawatan VP shunt
Radiasi

PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
EDUKASI
( Hospital Health Promotion )
Ad Vitam : dubia ad bonam / malam
PROGNOSIS Ad Sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam / malam
TINGKAT EVIDENS I / II / III / IV
A/B/C
TINGKAT REKOMENDASI
PENELAAH KRITIS
INDIKATOR
KEPUSTAKAAN

Anda mungkin juga menyukai