KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis:
Suatu keadaan neurologik yang ditandai oleh bangkitan epilepsi yang berulang,
yang timbul tanpa provokasi. Sedangkan, bangkitan epilepsy sendiri adalah
suatu manifestasi klinik yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang
abnormal, berlebih dan sinkron, dari neuron yang (terutama) terletak pada
korteks serebri. Aktivitas paroksismal abnormal ini umumnya timbul intermiten
dan self-limited.
II. Umum
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign neonatal familial convulsions
2. Benign neonatal convulsions
3. Benign myoclonic epilepsy in infancy
4. Childhood absence epilepsy (pyknolepsy)
5. Juvenile absence epilepsy
6. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
7. Epilepsies with grand mal (GTCS) seizures on awakening
8. Others generalized idiopathic epilepsies not defined above
9. Epilepsies with seizures precipitated by specific modes of
activation
Radiologi
1. Computed Tomography (CT) Scan kepala dengan kontras
2. Magnetic Resonance Imaging kepala (MRI)
3. Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) : merupakan pilihan utama
untuk epilepsi
4. Functional Magnetic Resonance Imaging
5. Positron Emission Tomography (PET)
6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Gold standard
1. EEG iktal dengan subdural atau depth EEG
2. Long term video EEG monitoring
Patologi Anatomi
Hanya khas pada keadaan tertentu seperti hypocampal sclerosis dan mesial
temporal sclerosis
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Pemilihan obat anti epilepsi (OAE) sangat tergantung pada bentuk bangkitan
dan sindroma epilepsi, selain itu juga perlu dipikirkan kemudahan
pemakaiannya. Penggunaan terapi tunggal dan dosis tunggal menjadi pilihan
utama. Kepatuhan pasien juga ditentukan oleh harga dan efek samping OAE
yang timbul
Antikonvulsan Utama
1. Fenobarbital : dosis 2-4 mg/kgBB/hari
2. Phenitoin : 5-8 mg/kgBB/hari
3. Karbamasepin : 20 mg/kgBB/hari
4. Valproate : 30-80 mg/kgBB/hari
Penghentian OAE: dilakukan secara bertahap setelah 2-5 tahun pasien bebas
kejang, tergantung dari bentuk bangkitan dan sindroma epilepsi yang diderita
pasien (Dam,1997). Penghentian OAE dilakukan secara perlahan dalam
beberapa bulan
Adalah bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau dua atau lebih
bangkitan, dimana diantara dua bangkitan tidak terdapat pemulihan
kesadaran. Penanganan kejang harus dimulai dalam 10 menit setelah
awitan suatu kejang.
Stadium IV (30-90 menit) Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60
menit, transfer pasien ke ICU, beri Propofol
(2mg/kgBB bolus iv, diulang bila perlu) atau
Thiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian
dalam 20 menit , dilanjutkan dengan bolus 50 mg
setiap 2-3 menit), dilanjutkan sampai 12-24 jam
setelah bangkitan klinis atau bangkitan EEG
terakhir, lalu dilakukan tapering off.
Memonitor bangkitan dan EEG, tekanan
intracranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut
a. Penyakit neurologik yang progresif (baik metabolik maupun degeneratif)
b. Sindroma epilepsi yang benigna, dimana diharapkan terjadi remisi
dikemudian hari
Kontraindikasi relatif:
a. Ketidak patuhan terhadap pengobatan
b. Psikosis interiktal
c. Mental retardasi
PENYULIT
Prognosis pengobatan pada kasus kasus baru pada umumnya baik, pada 7080%
kasus bangkitan kejang akan berhenti dalam beberapa tahun pertama.
Setelah bangkitan epilepsi berhenti, kemungkinan rekurensinya rendah, dan
pasien dapat menghentikan OAE.
Prognosis epilepsi akan menjadi lebih buruk bila terdapat hal-hal sebagai
berikut:
a. Terdapat lesi struktural otak
b. Bangkitan epilepsi parsial
c. Sindroma epilepsi berat
d. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
e. Frekuensi bangkitan tonik-klonik yang tinggi sebelum dimulainya
pengobatan
f. Terdapat kelainan neurologis maupun psikiatris
JENIS PELAYANAN
1. Rawat jalan
2. Rawat inap
Indikasi rawat :
1. Status Epileptikus
2. Bangkitan berulang
3. Kasus Bangkitan Pertama
4. Epilepsi intraktabel
TENAGA:
1. Spesialis saraf
2. Epileptologist
3. Electro encephalographer
4. Psychologist
5. Teknisi EEG
LAMA PERAWATAN
1. Pada kasus bukan status epileptikus: pasien dirawat sampai diagnosis dapat
ditegakkan
2. Pada status epileptikus: pasien dirawat sampai kejang dapat diatasi dan
pasien kembali ke keadaan sebelum status
Definisi :
Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis
(defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai
darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).
Pembagian Stroke
1. Etiologis :
1.1. Infark : aterotrombotik, kardioembolik, lakunar
1.2. Perdarahan : Perdarahan Intra Serebral, Perdarahan Subarahnoid,
Perdarahan Intrakranial et causa AVM
2. Lokasi :
2.1. Sistem Karotis
2.2. Sistem Vertebrobasiler
Dasar Diagnosis :
1. Anamnesa dari pasien, keluarga atau pembawa pasien.
2. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale/kwantitas/kwalitas ),
tanda vital, status generalis, status neurologis.
3. Alat Bantu scoring (skala) :
Siriraj Stroke Score ( SSS ), Algoritme Stroke Gajah Mada ( ASGM ).
4. Pemeriksaan penunjang :
Pungsi lumbal (bila neuroimejing tidak tersedia).
Neuroimejing : CT Scan, MRI, MRA, Angiografi, DSA.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis:
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat,
kesadaran baik/terganggu, nyeri kepala/tidak, muntah/tidak, riwayat
hipertensi (faktor risiko strok lainnya), lamanya (onset),serangan
pertama/ulang.
Pemeriksaan Fisik (Neurologis dan Umum) :
Ada defisit neurologis, hipertensi/hipotensi/normotensi.
Pemeriksaan penunjang
Tergantung gejala dan tanda, usia, kondisi pre dan paska stroke, resiko
pemeriksaan, biaya, kenyamanan pemeriksaan penunjang.
Tujuan : Membantu menentukan diagnosa, diagnosa banding, faktor risiko,
komplikasi, prognosa dan pengobatan.
Radiologis
Pemeriksaan Rontgen dada untuk melihat ada tidaknya infeksi paru maupun
kelainan jantung
Brain CT-Scan tanpa kontras (Golden Standard)
MRI kepala
DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalopati toksik atau metabolik
2. Kelainan non neurologis / fungsional ( contoh : kelainan jiwa )
3. Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
4. Migren hemiplegik.
5. Lesi struktural intrakranial ( hematoma subdural, tumor otak, AVM ).
6. Infeksi ensefalitis, abses otak.
7. Trauma kepala.
8. Ensefalopati hipertensif.
9. Sklerosis multipel
PENATALAKSANAAN / TERAPI
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Terapi komplikasi :
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi (dalam fase akut) dan Rehabilitasi medik
- Edukasi
Fase lanjut :
- Neurologis : gangguan fungsi luhur
- Non Neurologis :
Kontraktur
Dekubitus
Infeksi
Depresi
KONSULTASI
- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Ginjal/Hipertensi, Endokrin), Kardiologi bila
ada kelainan organ terkait.
- Dokter Spesialis Bedah Saraf untuk kasus hemorhagis yang perlu dioperasi
(aneurisma, SVM, evakuasi hematom)
- Gizi
- Rehabilitasi medik (setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi dalam 3 bulan
pertama pasca onset)
JENIS PELAYANAN
Rawat inap : Stroke Corner, Stroke Unit atau Neurologic High Care Unit pada
fase akut
Rawat jalan pasca fase akut
TENAGA STANDAR
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat, Terapis
LAMA PERAWATAN
Stroke perdarahan: rata-rata 34 minggu (tergantung keadaan umum
penderita)
Stroke iskemik : 2 minggu bila tidak ada penyulit / penyakit lain.
DEFINISI/ETIOLOGI
Penumpukan material piogenik yang terlokalisir di dalam / di
antara parenkim otak.
Etiologi:
Bakteri (yang sering) : Staphylococcus aureus,
streptococcus anaerob, S.beta hemolitikus, S. alfa hemolitikus, E. coli,
Bacteroides.
Jamur : N. asteroids, spesies candida, aspergillus.
Parasit (jarang) : E. Histolitika, cystecircosis,
schistosomiasis.
Patogenesis
Mikroorganisme (MO mencapai parenkim otak melalui:
- Hematogen : dari suatu tempat infeksi yang jauh
- Perluasan di sekitar otak : sinusitis frontalis, otitis media.
- Trauma tembus kepala/operasi otak.
- Komplikasi dari kardiopulmoner, meningitis piogenik.
- 20% kasus tak diketahui sumber infeksinya.
Lokasi :
- Hematogen paling sering pada substansia alba dan grisea.
- Perkontinutatum : daerah yang dekat dengan permukaan otak.
Sifat :
- Dapat soliter atau multiple. Yang multiple sering pada jantung
bawaan sianotik karena ada shunt kanan ke kiri.
Tahap-tahap :
- Awal : Reaksi radang yang difus pada jaringan otak (infiltrat
leukosit, edema, perlunakan dan kongesti) kadang disertai bintik-bintik
perdarahan.
- Beberapa hari-minggu : Nekrosis dan pencairan pada pusat lesi
sehingga membentuk rongga abses. Astroglia, fibroblas, makrofag
mengelilingi jaringan yang nekrotik sehingga terbentuk abses yang tidak
berbatas tegas.
- Tahap lanjut: fibrosis yang progresif sehingga terbentuk kapsul
dengan dinding yang konsentris.
Stadium:
- Serebritis dini (hari I III)
- Serebritis lanjut (hari IV IX)
- Serebritis kapsul dini (hari X XIII)
- Serebritis kapsul lanjut (> XIV hari)
KRITERIA DIAGNOSIS
Gambaran kliniknya tidak khas, kriteria terdapat tanda
infeksi + TIK
Khas bila terdapat trias: gejala infeksi + TIK + tanda neurologik fokal.
Darah rutin : 50 60 % didapati leukositosis 10.000-
20.000 / cm2
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (leukosit, LED)
LP : bila tak ada kontraindikasi untuk kultur dan tes sensitifitas.
Rontgen : Foto polos kepala, CT-Scan kepala tanpa kontras dan
pakai kontras, atau angiografi.
DIAGNOSIS BANDING
Space occupying lesion lainnya (metastase tumor, glioblastoma)
Meningitis
TATALAKSANA
Prinsipnya menghilangkan fokus infeksi dan efek massa.
Kausal :
Ampisillin 2 gr/6 jam iv (200-400 mg/kgBB/hari selama 2 minggu).
Kloramfenikol 1 gr/6jam iv selama 2 minggu.
Metronidazole 500 mg/8 jam iv selama 2 minggu.
Antiedema : dexamethason/manitol.
Operasi bila tindakan konservatif gagal atau abses berdiameter 2 cm.
PENYULIT
Herniasi
Hidrosefalus obstruktif
Koma
KONSULTASI
Bedah Saraf
TEMPAT PELAYANAN
Perawatan di RS A atau B
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 6 minggu
PROGNOSIS
Sembuh, sembuh + cacat, atau meninggal
Prognosis: tergantung dari : umur penderita, lokasi abses, dan sifat absesnya.
DEFINISI ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai selaput otak
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosa.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah,
demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan
kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi
sangat mendukung.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan
tanda lasegue
dan kernig.
Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada
tanda-tanda
peninggian tekanan intrakranial), pemeriksaan darah rutin, kimia, elektrolit
Pemeriksaan sputum BTA (+)
Pemeriksan Radiologik
Foto polos paru
CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum
dilakukan pungsi lumbal bila dijumpai peninggian tekanan intrakranial.
Pemeriksaan penunjang lain:
IgG anti TB (Untuk mendapatkan
antigen bakteri diperiksa counter-immunoelectrophoresis,
radioimmunoassay atau teknik ELISA).
PCR
Pada Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial)
Pelikel (+) / Cobweb Appearance (+)
Pleiositosis 50-500/mm3, dominan sel mononuklear,
protein meningkat
100-200 mg%, glukosa menurun <50%-60% dari GDS, kadar laktat, kadar
asam amino, bakteriologis Ziehl Nielsen (+), kultur BTA (+).
Pemeriksaan penunjang lain seperti IgG anti-TB atau PCR
DIAGNOSIS BANDING
Meningoensefalitis karena virus
Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna
Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus
neoformans atau Toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis.
PENYULIT/KOMPLIKASI
Hidrosefalus
Kelumpuhan saraf kranial
Iskemi dan infark pada otak dan mielum
Epilepsi
SIADH
Retardasi mental
Atrofi nervus optikus
KONSULTASI
Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf, dokter umum, perawat
LAMA PERAWATAN
Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.
PROGNOSIS
Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan
umumnya meninggalkan sekuele neurologis.
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, meninggal
DEFINISI/ETIOLOGI:
Rabies adalah penyakit peradangan akut SSP oleh virus rabies,
bermanifestasi sebagai kelainan neurologi yang umumnya berakhir dengan
kematian.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Penderita mempunyai riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan
anjing, kucing atau binatang lainnya yang :
- Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka)
- Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit (bukan dibunuh)
- Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan
sebagainya)
- Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan dll).
Gambaran Klinik
Stadium prodromal (210 hari)
Sakit dan rasa kesemutan di sekitar luka gigitan (tanda awal rabies), sakit
kepala, lemah, anoreksia, demam, rasa takut, cemas, agitasi.
Stadium kelainan neurologis (27 hari)
Bentuk spastik: Peka terhadap rangsangan ringan, kontraksi otot
farings dan esofagus, kejang, aerofobia, hidrofobia, kaku kuduk,
delirium, semikoma, meninggal setelah 35 hari.
Bentuk demensia
Kepekaan terhadap rangsangan bertambah, gila mendadak, dapat
melakukan tindakan kekerasan, koma, mati.
Bentuk paralitik (710 hari)
Gejala tidak khas, penderita meninggal sebelum diagnosis tegak,
terdapat monoplegi atau paraplegi flaksid, gejala bulbar, kematian
karena kelumpuhan otot napas.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Lekosit, hematokrit, Hb, Albumin
urine, dan Lekosit urine, Likuor Serebrospinal bila perlu.
Pemeriksaan radiologik: Dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan
kepala untuk menyingkirkan kausa lain.
Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
DIAGNOSIS BANDING
Intoksikasi obat-obatan
Ensefalitis
Tetanus
Histerikal pseudorabies
Poliomielitis
TERAPI
Bila sudah timbul gejala prodromal
prognosis infaust dalam 3 hari.
Terapi hanya bersifat simptomatis dan
supportif (Infus Dextrose, antikejang).
Vaksin antirabies/serum antirabies: tidak
diperlukan.
PENYULIT
Dehidrasi, gagal napas
KONSULTASI
Anestesi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan untuk menenangkan pasien
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Dirawat di kamar isolasi 110 hari (umumnya penderita meninggal dalam 12
hari perawatan)
PROGNOSIS
Infaust/meninggal dunia
Catatan :
1. Penyuntikan dilakukan secara lengkap bila :
a. hewan atau anjing yang menggigit positif rabies.
b. hewan atau anjing liar atau gila yang tidak dapat diobservasi atau hewan
tersebut dibunuh.
2. Penyuntikan VAR tidak dilanjutkan apabila hewan atau anjing yang
menggigit penderita tetap sehat selama observasi sampai dengan 10 hari.
3. Petugas (tenaga medis atau Perawat) harus memakai sarung tangan,
pakaian dan masker.
4. Dokter/Perawat harus terlebih dahulu memberikan penjelasan secukupnya
tentang jumlah kali pemberian vaksin anti rabies (VAR)/serum anti rabies
(SAR), termasuk manfaat maupun efek samping yang mungkin timbul.
5. Sebelum dilakukan vaksinasi dengan VAR/pemberian serum anti rabies
(SAR) terhadap penderita terlebih dahulu dimintai persetujuan dari
penderita ataupun keluarga terdekat penderita atas pemberian
vaksinasi/serum tersebut. Dalam hal ini penderita atau keluarga terdekat
penderita harus menandatangani surat persetujuan (informed consent)
disaksikan oleh dua orang saksi termasuk dokter/Perawat.
0.5 ml
hari 21: 1 x suntik-an
deltoideus kiri
intra muskuler
atau kanan
4. Menjilat A. Serum anti rabies Imovag rabies
mukosa, luka (SAR)
gigitan besar dosis disuntikkan 20 IU/kg BB
atau dalam, secara infiltrasi
multipel, luka disekitar luka
pada muka, dosis yang sisa
kepala, leher, disuntikkan
jari tangan dan intramuskuler
jari kaki. diregio glutea.
B. Vaksin anti rabies Imovag, verorab hari 90:
(VAR) 0.5ml
Sesuai poin 3A &B im
pada
deltoid
kiri
atau
kanan
5. Kasus gigitan Berikan VAR hari 0 Imovag, verorab ---- 0.5 ml IM
ulang SMBV deltoideus
A. kurang dari 1 umur < 3th 0.1 ml
tahun IC flexor lengan
bawah
umur > 3 th 0,25
ml IC flexor lengan
bawah.
DEFINISI/ETIOLOGI
Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim sistem
saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-
tanda neurologis fokal.
Etiologi:
Virus DNA
- Poxviridae : Poxvirus
- Herpetoviridae : Virus Herpes simpleks, Varicella Zoster, virus
sitomegalik
Virus RNA
- Paramiksoviridae : Virus Parotitis, Virus morbili (Rubeola)
- Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis, Echovirus
- Rhabdoviridae : Virus Rabies
- Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, Flavivirus ensefalitis
jepang B, Virus demam kuning, Virus Rubi
- Bunyaviridae : Virus ensefalitis California
- Arenaviridae : Khoriomeningitis Limfositaria
- Retroviridae : Virus HIV
KRITERIA DIAGNOSIS
Bentuk asimtomatik :
Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa
diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal
Bentuk abortif :
Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya
terdapat infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal.
Bentuk fulminan :
Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan
kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat,
apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat
masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari
akibat kelainan bulbar atau jantung.
Bentuk khas ensefalitis :
Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran napas
bagian atas atau gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda
Kernig positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang
timbul tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun
sampai koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi,
kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.
DIAGNOSIS BANDING
Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa
Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur
Abses otak
Lues serebral
Intoksikasi timah hitam
Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)
TERAPI
Perawatan Umum
Anti udema serebri : Deksamethason dan Manitol 20%
Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang
sampai 3 kali dengan interval 15-30 menit. Bila masih kejang berikan
fenitoin 100-200 mg/ 12 jam/hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan
maksimal 50 mg/menit.
Terapi kausal: Untuk HSV: Acyclovir
PENYULIT/KOMPLIKASI
Defisit neurologis sebagai gejala sisa
Hidrosefalus
Gangguan mental
Epilepsi
SIADH
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap, segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Satu bulan bila tidak ada sequale neurologis
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
Beratnya sequele tergantung pada virus penyebab
DEFINISI/ETIOLOGI
Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis
purulenta) adalah suatu infeksi cairan likuor serebrospinalis dengan proses
peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan
dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.
Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. Influenzae,
Staphylococci, Listeria monocytogenes, basil gram negatif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga subakut antara 1-7 hari.
Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual,
muntah, kejang, perubahan status mental sampai penurunan kesadaran.
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda rangsang meningeal
Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah onset
Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis
Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis media,
mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Lumbal pungsi
Pemeriksaan Likuor
Pemeriksaan kultur likuor dan darah
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati)
dan elektrolit darah
Radiologis
Foto polos paru
CT-Scan kepala
Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri spesifik
seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus, Perdarahan Subarakhnoid, Meningitis khemikal, Meningitis TB,
Meningitis Leptospira, Meningoensefalitis fungal.
TATALAKSANA
Perawatan umum
Kausal: Lama Pemberian 1014 hari
Usia Bakteri Penyebab Antibiotika
< 50 tahun S. Pneumoniae Cefotaxime 2 g/6 jam max. 12 g/hari
N. Meningitidis atau Ceftriaxone 2 g/12 jam +
L. Monocytogenes Ampicillin 2 g/4 jam/IV (200 mg/kg
BB/IV/hari)
Chloramphenicol 1 g/6 jam +
Trimetoprim/sulfametoxazole 20
mg/kg BB/hari.
Bila prevalensi S. Pneumoniae Resisten
Cephalosporin > 2% diberikan :
Cefotaxime / Ceftriaxone+Vancomycin
1 g / 12 jam / IV (max. 3 g/hari)
Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris
sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai
Terapi tambahan : Dianjurkan hanya pada
penderita risiko tinggi, penderita dengan status mental sangat
terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan Deksametason
0,15 mg/kgBB/6 jam/ IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum
pemberian antibiotik.
Penanganan peningkatan TIK:
- Meninggikan letak kepala 30o dari tempat tidur
- Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol
- Hiperventilasi untuk mempertahankan pCO2 antara 2730 mmHg
KONSULTASI
Konsultasi dengan bagian lain sesuai sumber infeksi.
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS diperlukan segera
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
12 bulan di ruang perawatan intermediet
PROGNOSIS
Bervariasi dari sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, meninggal.
DEFINISI
Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme
tonik persisten dan eksaserbasi singkat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Hipertoni dan spasme otot
Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, opistotonus, dinding
perut tegang, anggota gerak spastik.
Lain-lain: Kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di
sekitar luka
Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
Umumnya ada luka/riwayat luka
Retensi urine dan hiperpireksia
Tetanus lokal
Pemeriksaan Penunjang
Bila memungkinkan, periksa bakteriologik untuk menemukan C. tetani.
EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung.
Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru.
DIAGNOSIS BANDING
Kejang karena hipokalsemia
Reaksi distonia
Rabies
Meningitis
Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasi mandibula
Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
Epilepsi/kejang tonik klonik umum
TATALAKSANA
IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1 / 6 jam
Kausal :
Antitoksin tetanus:
a. Serum antitetanus (ATS) diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m.
selama 3 5 hari. TES KULIT SEBELUMNYA. ATAU
b.Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M.
tergantung beratnya penyakit. Diberikan SINGLE DOSE.
Antibiotik :
a. Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
b. Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam i.v. (TES KULIT SEBELUMNYA).
Bila alergi terhadap Penilisin dapat diberikan:
- Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. ATAU
- Tetrasiklin 500mg/6 jam/oral.
Penanganan luka :
Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2.
PENYULIT
Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
Pneumonia aspirasi
Kardiomiopati
Fraktur kompresi
KONSULTASI
Dokter Gigi
Dokter Ahli Bedah
Dokter Ahli Kebidanan dan Kandungan
Dokter Ahli THT
Dokter Ahli Anestesi
JENIS PELAYANAN
Rawat segera, bila diperlukan, rawat di ICU
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum/residen, dokter spesialis Saraf
PROGNOSIS / LUARAN
Angka kematian tinggi bila :
Usia tua
Masa inkubasi singkat
Onset periode yang singkat
Demam tinggi
Spasme yang tidak cepat diatasi
Sebelum KRS : Tetanus Toksoid (TT1) 0,5 ml IM.
TT2 dan TT3 : diberikan masing-masing dengan interval waktu 4 6
minggu
KRITERIA DIAGNOSIS
Merupakan komplikasi dari malaria. Paling sering disebabkan oleh P.
falciparum. Diagnosis ditegakkan pada penderita malaria (terbukti dari
pemeriksaan apus darah) yang mengalami penurunan kesadaran (GCS <7)
disertai gejala lain gangguan serebral (ensefalopati)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apus darah tebal : ditemukan parasit malaria
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran sebab lain :
Hipoglikemi, asidosis berat, syok karena hipotensi.
TERAPI
Antimalaria : Kinin dihidroklorida IV
Terapi suportif : antikonvulsan
antipirektika
penanganan hipoglikemia
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Pencegahan : Anti malaria oral sejak dua minggu sebelum perjalanan ke
daerah endemis
PENYULIT
Hipoglikemia, Asidosis, Edema paru, Syok hemodinamik, Gagal ginjal
KONSULTASI
Bag. Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA RAWAT
Tergantung klinis
PROGNOSIS
Sequele jangka panjang : Ataksia, buta kortikal, kejang, hemiparesis
KRITERIA DIAGNOSIS.
Definisi : adalah infeksi sinus venosus intrakranial yang disebabkan berbagai
bakteria. Biasanya berasal dari penjalaran infeksi sekitar wajah atas (furunkel)
dan kepala ( luka, mastoiditis dll). Gejala tergantung sinus venosus mana yang
terkena. Pada trombosis sinus cavernosus, bisa didapat oftalmoplegi dan
khemosis. Pada sinus sagitalis trombosis bisa didapat paraplegi.
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : gambaran infeksi umum dan leukositosis.
Pemeriksaan penunjang lain : cari sumber infeksi wajah atau kepala
DIAGNOSIS BANDING
Pseudotumor serebri
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antibiotika seperti meningitis purulenta
KOMPLIKASI / PENYULIT
Meningitis purulenta
Abses otak
KONSULTASI : -
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Tergantung stadium pengobatan
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Diagnosis pasti : pemeriksaan sediaan langsung dan kultur dari CSS.
Predisposisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan
atau sedang dalam terapi keganasan)
Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi Lumbal : - Profil LCS menyerupai MTB.
- Pengecatan Tinta India / Gram terhadap CSS
- Pemeriksaan serologis.
- Kultur Sabauraud.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis serosa sebab lain
TATALAKSANA
- Terapi kausal : Amfoterisin B dan 5 Floro-sitosin IV ( 2 minggu ) dilanjutkan
Flukonazol 200 mg/hari
- Terapi simtomatik /suportif : Disesuaikan keadaan pasien.
PENYULIT
Herniasi
KONSULTASI
Atas indikasi ke Bag Ilmu Penyakit Dalam & Bag. Bedah Saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat inap di ruang perawatan khusus
TENAGA
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
PROGNOSIS
Buruk
Infeksi HIV akan menimbulkan penyakit yang kronik dan progresif sehingga
setelah bertahun-tahun tampaknya mengancam jiwa. Pengobatan yang tersedia
sekarang dapat memperpanjang masa hidup dan kualitas hidup dengan cara
memperlambat penurunan sistim imun dan mencegah infeksi oportunistik.
Terdapat variasi yang luas dari respon imun terhadap efek patologik HIV.
Karena itu mungkin saja sebagian dari mereka tetap hidup dan sehat dalam
jangka panjang sedangkan sekitar 40-50% dari mereka menjadi AIDS dalam
waktu 10 tahun.
Etiologi : Virus RNA (Retrovirus)
Pemeriksaan Penunjang:
Enzym-linked immunosorbent assay (Eliza) dan aglutinasi partikel.
Western Blot Analysis, indirect immunofluorescence assays (IFA)
dan radioimmunoprecipitation assays (RIPA)
Biakan darah, urin dan sifilis
Antigen/ antibody HIV
Lymphosit cell CD 4 dan CD 8
Viral load
Serologi sifilis, antigen kriptokokus
Lumbal Pungsi
Pemeriksaan tinta India cairan serebrospinal.
Brain CT scan , MRI
Electromyography (EMG)
Memory test
Roentgen thorax
Mikroskopis dan biakan dahak.
DIAGNOSIS BANDING
Massa intrakranial
TBC
Polineuropathy kerena penyebab lain
Demensia karena penyebab lain
Infeksi Opportunistik
1. Sitomegalovirus pada HIV : Pada funduskopi = Retinitis sitomegalovirus
Gansiklovir 5 mg/KgBB dua kali sehari parenteral selama 14-21 hari.
Selanjutnya 5 mg/KgBB sekali sehari dianjurkan sampai CD4 lebih dari 100
sel/ml.
2. Ensefalitis Toksoplasma
Pirimetamin 50-75 mg perhari dengan Sulfadiazin 100 mg/KgBB/hari
Asam Folat 10-20 mg perhari
Atau :
Fansidar 2-3 tablet per hari dan Klindamisin 4 x 600 mg perhari
Disertai leukovorin 10 mg perhari.
(Fansidar mengandung: Pirimetamine 25mg +Sulfadoksin 500mg)
Untuk mencegah kekambuhan : Kotrimoksazol 2 tab perhari
3. Meningitis Cryptoccocus
Terapi primer fase akut : Amfoterisin B 0,7 mg/kgBB/hari iv 2 minggu.
Selanjutnya Fluconazole 400 mg per hari peroral selama 8-10 minggu
Terapi pencegahan kekambuhan :
Fluconazole 100 mg perhari seterusnya selama jumlah sel CD 4 masih
dibawah 300 sel/mL
(Flow chart sesuai grafik gambar dibelakang)
PENYULIT / KOMPLIKASI
1. Drug toxicity
2. AIDP
3. CIDP
4. Mononeuropathy
5. Focal brain lesions
6. Distal Symmetric Polineuropathy
7. Inflammatory demyelinating polyneuropathy
8. Progressive polyradiculopathy
9. Mononeuritis multiplex
10. Spinal cord syndrome / vacuolar myelopathy
KONSULTASI:
Pokja HIV-AIDS RS Setempat , VCT Clinic
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap dan Rawat Jalan
TENAGA STANDAR:
Spesialis Saraf, Spesialis Penyakit Dalam, Perawat terlatih
PROGNOSIS
Angka kekambuhan tinggi
Angka kematian tinggi
Keluhan Intraserebral
MRI
CT Scan
Stupor-coma
Alert-lethargic Steroid ?
Perburukan cepat
Stabil Massa besar
dengan resiko
herniasi
Serologi
Toksoplasma
+ -
Perbaikan
ya tidak Biopsi
stereotaktik
DEFINISI DEMENSIA:
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif
yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
KRITERIA DIAGNOSIS
Probable Demensia Alzheimer
Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan tes
neuropsikologi (algoritma penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL,
FAQ, CDR, NPI, Skala Depresi Geriatrik, Trial Making test A dan B
terlampir)
Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama perburukan memori
yang disertai gangguan kognisi lain yang progresif
Tidak terdapat gangguan kesadaran
Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun
Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab
gangguan memori dan fungsi kognisi yang progresif tersebut
KLINIS
Awitan penyakit perlahan-lahan
Perburukan progresif memori (jangka pendek) disertai gangguan fungsi
berbahasa (afasia), ketrampilan motorik (apraksia), dan persepsi
(agnosia) dan perubahan perilaku penderita yang mengakibatkan
gangguan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
Bisa didapatkan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa
Kelainan neurologis lain pada tahap lanjut berupa gangguan motorik
seperti hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan (gait), atau
bangkitan (seizure)
Gejala penyerta lain berupa depresi, insomnia, inkontinensia, delusi,
ilusi, halusinasi, pembicaraan katastrofik, gejolak emosional atau fisikal,
gangguan seksual, dan penurunan berat badan.
Laboratorium:
Urinalisis
Elektrolit serum
Kalsium
BUN
Fungsi hati
Hormon tiroid
Kadar asam Folat dan Vitamin B 12
Absorpsi antibodi treponemal flouresen neurosifilis dan pemeriksaan HIV
pada pasien resiko tinggi
Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker
EEG
Stadium awal: gambaran EEG normal atau aspesifik
Stadium lanjut: dapat ditemukan perlambatan difus dan kompleks
periodik
DIAGNOSA BANDING
Demensia Vaskuler
Demensia Lewi body
Demensia lobus frontal
Pseudodemensia (depresi)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Simptomatik :
o Penyekat Asetilkolinesterasa:
Donepezil HCl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x1,5 mg
sampai maksimal 2x 6 mg
Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x 4mg
sampai maksimal 2x16 mg
Non farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
Orientasi realitas
Stimulasi kognisi : memory enhancement program
Reminiscence
Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
Training dan konseling
Intervensi lingkungan
Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
Fasilitasi aktivitas
Terapi cahaya
Terapi musik
Pet therapy
Penanganan gangguan perilaku
Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga (menyanyi, ibadah,
rekreasi dll)
Menghindari tugas yang kompleks.
Bersosialisasi
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik
spesifik atau terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesifik
TENAGA
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
DEFINISI:
Demensia Vaskuler (VaD) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh
gangguan serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan
sampai paling berat dan meliputi semua domain, tidak harus prominen
gangguan memori.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah: hematologi faktor resiko stroke
Radiologis:
Foto thorak
Radioimaging
Computed Tomography
VaD pasca stroke
o Infark (kortikal dan/atau subkortikal)
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
VaD subkortikal
o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya: infark di kortikal dan kortiko-
subkortikal dan infark watershed; perdarahan pembuluh darah
besar; hidrosefalus tekanan normal (NPH) dan penyebab
spesifik substansia alba (multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi
otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau multipel lakuner (>5)
di substansia gresia dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia
alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-subkortikal dan
infark watershed, perdarahan, tanda-tanda hidrosefalus tekanan normal
dan penyebab spesifik lesi substansia alba (mis. multiple sklerosis,
sarkoidosis, radiasi otak).
DIAGNOSA BANDING
Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/ terlampir)
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler
Terapi simptomatik terhadap gangguan kognisi simptomatik :
Penyekat Asetilkolinesterase:
i. Donepezil Hcl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
TINDAKAN
Tidak ada tindakan spesifik
PENYULIT
Infeksi saluran kemih dan pernafasan
Gangguan gerak dan jatuh pada tahap lanjut
KONSULTASI
Bila diagnosa demensia belum tegak/ragu-ragu seperti presentasi klinik
spesifik atau terdapat progresitas yang tidak khas.
Bila keluarga membutuhkan pendapat kedua
Bila tidak ada perbaikan dengan terapi farmokologi spesifik
RUJUKAN
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
TENAGA :
Dokter spesialis Ilmu Penyakit Saraf
LAMA PERAWATAN :
Perawatan hanya dibutuhkan bila terdapat penyulit
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala tekanan intrakranial yang meningkat:
Sakit kepala kronik, tidak berkurang dengan obat analgesik
Muntah tanpa penyebab gastrointestinal
Papil edema (sembab papil = choked disc)
Kesadaran menurun/berubah
Gejala fokal:
true location sign
false location sign
Neighbouring sign
Tidak ada tanda-tanda radang sebelumnya.
Pemeriksaan neuroimaging terdapat kelainan yang menunjukkan adanya
massa (SOL)
Pemeriksaan Penunjang
Foto polos tengkorak
Neurofisiologi: EEG, BAEP
CT Scanning / MRI kepala + kontras
DIAGNOSIS BANDING
Abses serebri
Subdural hematom
Tuberkuloma
Pseudotumor serebri.
TATALAKSANA
Kausal
Operatif
Radioterapi
Kemoterapi
Obat-obat dan tindakan untuk menurunkan tekanan intrakranial
Deksamethason
Manitol
Posisi kepala ditinggikan 20 - 300
Simptomatik (bila diperlukan dapat dibicarakan):
Antikonvulsan
Analgetik/antiperetik
Sedativa
Antidepresan bila perlu
Rehabilitasi medik
KONSULTASI
Bedah Saraf
Radiologi
JENIS PELAYANAN
Perawatan RS bila :
Telah terdapat keluhan dan kelainan saraf yang berat
Gangguan hormonal dan metabolik
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 2 minggu (untuk diagnostik dan persiapan operasi).
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor, lokalisasi, perjalanan klinis.
KRITERIA DIAGNOSIS
Serangan nyeri paroksismal,spontan, tiba2, nyeri tajam, superfisial, seperti
ditusuk, tersetrum, terbakar pada wajah atau frontal ( umumnya unilateral)
beberapa detik sampai < 2 menit, berulang, terbatas pada 1 cabang
N.trigeminus (N.V).
Nyeri umumnya remisi dalam jangka waktu bervariasi. Intensitas nyeri berat.
Presipitasi dapat dari trigger area (plika nasolabialis dan/ pipi) atau pada
aktivitas harian seperti bicara, membasuh muka, cukur jenggot, gosok gigi
(triggerd factors). Bentuk serangan masing2 pasien sama. Diantara serangan
umumnya asimtomatis. Umumnya tidak ada defisit neurologik
Klasifikasi TN :
1. TN idiopatik
2. TN simtomatik ( lesi primer menekan N.V : tumor, sklerosis multipel)
Pemeriksaan penunjang
MRI pada TN simtomatik, MRA
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri wajah atipikal.
TERAPI
Terapi Farmakologik :
Antikonvulsan : karbamasepin, okskarbamasepin, fenitoin, gabapentin, asam
valproat, baklofen.
Terapi Non-farmakologik : TENS
Bedah : bila terapi farmaka adekwat gagal
Terapi Kausal : pada TN simtomatik
Catatan : terapi simtomatik sama pada neuralgia yang lain
PENYULIT -
KONSULTASI
Bag. Bedah saraf (atas indikasi pada TN simtomatik)
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf
PROGNOSIS
TN idiopatik : baik
TN simtomatik : tergantung kausal
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada area distribusi ruam setelah menderita herpes zoster. Timbul tanpa
ataupun dengan interval bebas nyeri (umumnya satu bulan ). Rasa nyeri seperti
panas, kesetrum, menyentak, dan timbul alodinia dan hiperestesi.
KLINIS
Pada area bekas ruam :
Anestesia dolorosa, dengan rangsang raba terasa nyeri ( alodinia)
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI
Populasi serabut saraf bergeser, banyak mengandung serabut saraf diameter
kecil yang tidak bermielin dan bermielin dan hilangnya serabut saraf diameter
besar. Atropi kornu dorsalis medula spinalis
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
Antikonvulsan : gabapentinoid, karbamasepin, fenitoin, Na valproat
Lain-lain : Meksiletin, klonidin
Topikal : Krim kapsaisin, jeli lidoderm, aspirin dalam kloroform
Nonmedikamentosa :
TENS
Ice-pack
Terapi behaviour
Pada Nyeri Zoster Akut :
Asetaminofen , NSAID, ketorolak, tramadol
Kombinasi amitriptilin dan flufenasin
Infiltrasi ruam : triamsinolon 0.2% dalam NaCl 0.9%
PENCEGAHAN NPH
Asiklovir 5 dd 800 mg/ hari (dimulai dalam 72 jam awitan ruam zoster) selama
7-10 hari.
KONSULTASI
Bag . Kulit Kelamin
JENIS PELAYANAN
Instalasi Rawat jalan
TENAGA
Dokter umum, Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN :
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan daerah pungung
bawah , dapat nerupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu
didaerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat
dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain
dirasakan di daerah punggung bawah ( referred pain ).
KLINIS
Pembagian klinis NPB untuk triage :
- NPB dengan tanda bahaya ( red flags) : neoplasma/karsinoma
infeksi
fraktur vertebra,
sindrom kauda ekwina
NPB dengan kelainan neurologik berat
- NPB dengan sindroma radikuler
- NPB nonspesifik
Sekitar 90% NPB akut atau kronik ( > 3bulan) merupakan NPB nonspesifik
LABORATORIUM
Atas indikasi :
- laju endap darah
- darah perifer lengkap
- C- reaktif protein (CRP)
- faktor rematoid
- fosfatase alkali/ asam
- kalsium, fosfor serum.
- urinanalisa
- likwor serebrospinal
NEUROFISIOLOGI
Atas indikasi, terutama pada kasus NPB dengan sindroma radikuler dan mungkin
NPB dengan tanda bahaya :
- Kecepatan hantar saraf (NCV) : MNCV dan SNCV
- Elektromiografi (EMG)
- Respon lambat : gelombang F dan reflek H
- Cetusan potensial somato-sensorik (SEP)
- Cetusan potensial motorik (MEP)
NEURORADIOLOGI
- Foto polos : tidak rutin, terutama untuk menyingkirkan kelainan tulang
- Mielografi.
- Computer Tomography scan. (CT-scan)
- Mielogram CTscan.
- Magnetic Resonance Imaging.(MRI)
PATOLOGI-ANATOMI
Pada neoplasma, infeksi tergantung penyebabnya
DIAGNOSIS BANDING :
Sesuai etiologi
PENATALAKSANAAN
Kausal : terutama kasus NPB dengan tanda bahaya ( red flags)
NPB AKUT :
Medikamentosa
Asetaminofen, ASA, NSAID
Relaksan otot : eperison, tizanidin, diazepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : - Reassurance,
- Kembali aktivitas normal dini dan bertahap,
- Mengenal dan menanangani Yellow flags (faktor biopsikososial)
- Heat-wrap therapy
Tindakan : Injeksi epidural ( steroid, lidokain, opioid ) pada sindroma radikuler
NPB KRONIK
Medikamentosa : antidepresan, antikonvulsan.
Nonmedikamentosa :
- Edukasi
- Terapi Perilaku
- Intensive exercise therapy
PENYULIT
Terutama pada NPB dengan tanda bahaya ( red flags) dan NPB dengan sindroma
radikuler
KONSULTASI :
Bag. Ortopedi
Bag. Bedah saraf
Unit Rehabilitasi Medik
Psikologi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat Inap
TENAGA
Dokter umum : NPB nonspesifik
Dokter spesialis saraf/ konsultan
LAMA PERAWATAN
Lama rawat 0-3 hari pada NPB nonspesifik
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri sedang sampai berat di daerah orbita yang episodik disertai dengan
paralisis salah satu atau lebih dari N. III, N.IV, dan N.VI serta nyeri di daerah
N.V1 dan 2. Dapat sembuh spontan tetapi dapat relaps kembali. Dihubungkan
dengan kelainan inflamasi idiopatik.
Serangan dapat berlangsung beberapa minggu atau bulan, kontinyu atau
intermiten tanpa faktor pemicu.
KLINIS
- Nyeri unilateral episodik di daerah orbita dan area N.V1,2 8 minggu bila
tanpa pengobatan
- Penglihatan ganda, juling
- Parese N. III, N.IV, N.VI
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI
MRI : terutama untuk eksklusi penyebab lain
GOLD STANDAR : -
PATOLOGI ANATOMI
Jaringan granuloma di sekeliling A.karotis interna bagian intrakavernosus
DIAGNOSIS BANDING :
- Lesi vaskuler: aneurisma
- Lesi desak ruang (SOL)/tumor di fissura orbitalis superior, area parasela, fossa
posterior
- Migren optalmoplegik
- Iskemik mononeuropati diabetika kranial
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Steroid : nyeri mereda setelah 72 jam
Nonmedikamentosa : -
PENYULIT : -
KONSULTASI
Bag. Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat inap
TENAGA
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Sesuai lama pemberian steroid dan diagnostik
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri Neuropati Diabetika ditandai dengan rasa terbakar, ditusuk, ditikam,
kesetrum, disobek, diikat dan alodinia.
Bisa disertai gejala negatif berupa baal, kurang tangkas, sulit mengenal barang
dalam kantong, hilang keseimbangan, cedera tanpa nyeri, borok.
Diperkirakan >50% penderita diabetes lama menderita neuropati diabetika
KLINIS
- Ulserasi kaki
- Charcot joint
- Deformitas claw toe
- Tes Laseque, Reverse Laseque, tes Tinel, tes Phalen
- Tes saraf otonom
LABORATORIUM
Kadar gula darah :
Plasma vena sewaktu : > 200mg/dl. Puasa:>140mg/dl dl. 2jam PP: >200mg/dl
Darah kapiler >200mg/dl >120mg/dl >200mg/dl
HbA1c
NEUROFISIOLOGI
Indikasi terutama adanya gejala dan tanda otonom murni atau hanya ada nyeri
RADIOLOGI : -
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSA BANDING ;
Neuropati oleh sebab lain selain DM
PENATALAKSANAAN
Kausal
Pengendalian optimal kadar gula darah. Kadar Hb A1c dipertahankan 7%
Medikamentosa
- NSAID : nyeri muskuloskeletal, neuroartropati
- Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin
- Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentinoid
- Antiaritmik : meksiletin
- Topikal : krim kapsaisin
- Blok saraf lokal
Nonmedikamentosa :
Edukasi : perawatan kaki teliti
Splint
TENS
KONSULTASI
Bag. penyakit dalam
PERAWATAN
Instalasi rawat inap
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf/konsultan
LAMA PERAWATAN
Tergantung kasus
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri pada sindroma terowongan karpal (STK, carpal tunnel syndrome/CTS )
berupa kesemutan, rasa terbakar dan baal di jari tangan I,II,III dan setengah
bagian lateral jari IV terutama malam atau dini hari akibat jebakan N.
Medianus di dalam terowongan karpal. Pada keadaan berat rasa nyeri dapat
menjalar kelengan atas dan atrofi otot tenar.
KLINIS
Tes Provokasi : tes Tinel, tes Phalen, tes Wormser ( Reverse Phalen ) positif
LABORATORIUM
Atas indikasi. Sesuai dengan penyakit medik yang mendasarinya :
Laju Endap darah, Gula darah, Rhematoid factor, Asam urat
NEUROFISIOLOGI
Studi Konduksi Saraf (NCV)
RADIOLOGI
Foto polos pergelangan tangan, MRI
GOLD STANDARD :
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSIS BANDING : -
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Suntikan lokal ( steroid dan anestesi )
Analgetik ajuvan
Nonmedikamentosa
Edukasi : Hindari trauma berupa gerakan berulang pergelangan tangan
Immobilsasi, splint
Bedah : Bila terapi konservatif gagal dalam 6 bulan atau nyeri membandel
STK akut dan berat
PENYULIT : -
KONSULTASI
Atas indikasi, Bag. Bedah
PERAWATAN
Instalasi rawat jalan
TENAGA
Dokter umum
Dokter spesialis saraf / konsultan
LAMA PERAWATAN : -
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri spontan berupa rasa panas seperti terbakar, diiris, ngilu, tersobek,
ditusuk jarum, disestesi dan hiperestesi, bisa disertai baal di area persarafan
sensorik lesi susunan saraf pusat seperti pada sklerosis multipel, pasca stroke,
siringomieli, mielopati toksik, infeksi SSP, kelainan degenerasi. Nyeri sedang
sampai berat dan sering diperburuk bila melakukan aktivitas ringan, aktivitas
viseral seperti berkemih, perubahan cuaca dan stres emosional.
KLINIS
Riwayat/ditemukan lesi di otak atau medula spinalis
Biasanya ada defisit neurologik
Nyeri umumnya spontan, kontinyu dan meningkat bertahap
LABORATORIUM
Darah rutin
Cairan likuor serebrospinalis
NEUROFISIOLOGI
Evoked Potensial
Quantitative Sensory Testing
RADIOLOGI
Foto polos
Mielografi- CT scan, CT scan
MRI, MRA
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Antidepresan trisiklik : amitriptilin, imipramin, nortriptilin
Antikonvulsan : karbamasepin, gabapentin, klonasepam
Nonmedikamentosa
Edukasi : hidup berdampingan dengan nyeri
Terapi behaviour
TENS, stimulasi elektrik lain
Bedah
PENYULIT : -
JENIS PELAYANAN
Instalasi rawat jalan
Instalasi rawat inap
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Migren tanpa aura (G43.0) :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan berlangsung 4-72 jam, yang mempunyai sedikitnya 2
karakteristik berikut: unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,
bertambah berat dengan aktivitas fisik.
b.Selama nyeri kepala disertai salah satu berikut : nausea dan atau muntah,
fotofobia dan fonofobia.
c. Serangan nyeri kepala tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. SOL (space-occupying lesion) misal : subdural hematom, neoplasma, dll
3. Temporal arteritis
4. Medication-related headache
5. Trigeminal neuralgia
Status Migren
PENYULIT
adanya penyakit penyerta misalnya stroke, infark miokard, epilepsi dan ansietas,
penderita hamil (efek teratogenik).
KONSULTASI
tergantung kasus: interna, THT, mata, gigi mulut, psikiatri.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis (lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta dan respon
terhadap pengobatan).
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
a) Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan nyeri kepala
b) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
c) Sedikitnya memiliki 2 karakteristik nyeri kepala berikut:
1. lokasi bilateral
2. menekan/mengikat (tidak berdenyut)
3. intensitas ringan atau sedang
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
d) Tidak dijumpai :
1. Mual atau muntah (bisa anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
e) Tidak berkaitan dengan kelainan lain.
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Nyeri kepala servikogenik
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
1. Analgetik : aspirin, asetaminofen, NSAIDs
2. Caffeine 65 mg (analgetik ajuvan).
3. Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein
4. Antidepressan : amitriptilin
5. Antiansietas : gol. Benzodiazepin, butalbutal.
Terapi non-farmakologis :
a. Kontrol diet
b. Hindari faktor pencetus
c. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
d. Behaviour treatment
Terapi fisik
KONSULTASI
tergantung kasus : interna, THT, gigi mulut, psikiatri
JENIS PELAYANAN
Poliklinik rawat jalan.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
PROGNOSIS
Baik
KRITERIA DIAGNOSIS:
Klinis :
a. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan nyeri kepala hebat atau sangat
hebat sekali di orbita, supraorbita dan/ atau temporal yang unilateral,
berlangsung 15-180 menit bila tak diobati.
b. Nyeri kepala disertai setidak-tidaknya satu dari berikut:
1. Injeksi konjungtiva dan atau lakrimasi ipsilateral
2. Kongesti nasal dan atau rhinorrhoea ipsilateral
3. Oedema palpebra ipsilateral
4. Dahi dan wajah berkeringat ipsilateral
5. Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6. Perasaan kegelisahan atau agitasi.
c. Frekuensi serangan :
dari 1 kali setiap dua hari sampai 8 kali per hari
d. Tidak berkaitan dengan gangguan lain
Laboratorium : darah rutin
Radiologi : CT-scan/MRI (menyingkirkan penyebab lain)
Gold Standard : Kriteria diagnostik Nyeri kepala Kelompok studi
Nyeri kepala Perdossi 2005 yang diadaptasi dari
I H S (International Headache Society)
Patologi Anatomik: -
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala klaster simptomatik : meningioma paraseler, adenoma kelenjar
pituitari, aneurisma arteri karotis, kanker nasofaring
3. Neuralgia trigeminus
4. Temporal arteritis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Serangan akut (terapi abortif) :
1) Inhalasi O2 100% (masker muka) 7 l/menit selama 15 menit
2) Dihydroergotamin (DHE) 0,5-1,5 mg IV
3) Sumatriptan inj. SC 6 mg. dapat diulang setelah 24 jam.
4) Zolmitriptan 5-10 mg per-oral
5) Anestesi lokal: 1 ml Lidokain intranasal 4%
6) Indometasin (rektal suppositoria)
7) Opioids
8) Ergotamin aerosol 0,36-1,08 mg (1-3 inhalasi) efektif 80%
9) Gabapentin atau topiramat
10) Methoxyflurane (rapid acting analgesic): 10-15 tetes pada
saputangan dan inhale selama beberapa detik.
PENYULIT
self-injury, efek samping pengobatan, potensi penyalahgunaan medikamentosa
(drug abuse), medication overuse headache.
KONSULTASI
Bedah saraf atas indikasi
JENIS PELAYANAN
Rawat Inap
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Nyeri kepala, tidak khas
a. Terdapat trauma kepala, di mana nyeri kepala terjadi dalam 7 hari
setelah trauma kepala atau sesudah kesadaran penderita pulih kembali .
b. Terdapat satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Nyeri kepala hilang dalam 3 bulan setelah trauma kepala
2. Nyeri kepala menetap, tetapi tidak lebih dari 3 bulan sejak trauma
kepala.
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi, toksik,
gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Perdarahan Intrakranial (subdural, subarahnoid, intrkranial).
3. Psikosomatis
TATALAKSANA
Medikamentosa : tergantung jenis/tipe nyeri kepala
Tindakan : atas indikasi
PENYULIT
Kelainan struktural di otak
KONSULTASI
Tergantung kasus : Bedah, Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat Inap.
TENAGA
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
DIAGNOSIS BANDING
1. Nyeri kepala penyakit lain: THT, gigi mulut, mata, hipertensi, infeksi,
toksik, gangguan metabolik/elektrolit, anemia, gagal ginjal, gagal hati.
2. Migren
3. TTH
4. Psikosomatis
TATALAKSANA
Terapi nyeri kepala oleh karena MSG sama seperti nyeri kepala migren.
1. Preventif : hindari makanan yang mengandung MSG
2. Non Spesifik : - analgetik : parasetamol, asam asetil salisilat, NSAIDs
- Isometheptene
- antiemetik : domperidon, metoklopramid
3. Spesifik : Triptans
PENYULIT
Gangguan psikiatri
KONSULTASI
Bagian psikiatri bila diperlukan
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Umum, Perawat.
Lama Perawatan :
Tergantung kondisi klinis
TATALAKSANA
Medikamentosa :
- antidepressan trisiklik
- obat anti epilepsi
- relaksan otot
- NSAID
Tindakan: Blokade anestesi , operasi sesuai indikasi
PENYULIT
Adanya kelainan struktural di leher
KONSULTASI
Bedah saraf
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
DIAGNOSIS BANDING
1. Migren
2. Nyeri kepala Klaster
3. Gangguan pada Gigi-mulut
4. Nyeri kepala servikogenik
PENYULIT
Lesi struktural
KONSULTASI
Bedah saraf (atas indikasi)
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan, kalau perlu rawat inap
TENAGA
Dokter Spesialis saraf, Dokter Residen, Dokter Umum, Perawat.
LAMA PERAWATAN
Tergantung kondisi klinis
DIAGNOSIS BANDING
1. TTH
2. Psikosomatis
KONSULTASI : Psikiatri
DEFINISI :
PENYAKIT PARKINSON : adalah bagian dari parkinsonism yang patologis ditandai
dengan degenerasi ganglia basalis terutama di pars compacta substansia nigra
diserta dengan inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy`s bodies)
PARKINSONISM : adalah sindroma yang ditandai dengan tremor waktu istirahat,
rigiditas, bradikinesia dan hilangnya releks postural akibat penurunan dopamine
karena beberapa sebab.
KRITERIA DIAGNOSIS :
A. KLINIS :
Umum :
- gejala dimulai pada satu sisi (hemiparkinson)
- tremor saat istirahat
- tidak didapatkan gejala neurologis lain
- tidak dijumpai kelainan laboratorium dan radiologis.
- perkembangan penyakit lambat.
- respon terhadap levodopa cepat dan dramatis
- refleks postural tidak dijumpai pada awal penyakit.
Khusus :
- Tremor : laten, saat istirahat, bertahan saat istirahat.
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
- kedipan mata berkurang
- wajah seperti topeng
- hipotonia
- hipersalivasi
- takikinesia
- tulisan semakin kecil kecil
- cara berjalan langkah kecil kecil
- Hilangnya refleks postural
- Gambaran motorik lain :
- distonia
- rasa kaku
- sulit memulai gerak
- palilalia
DIAGNOSIS BANDING :
1. Progresif Supranuclear palsy
2. Multiple System Atrophy
3. Corticobasal degeneration.
4. Hutington Disease
5. Primary Pallidal Atrophy
6. Diffuse Lewy Body Disease
7. Parkinson sekunder : Toxic, infeksi SSP, drug induced, vaskuler
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Amantadin
Antikholinergik : Benztropin mesilat, biperidin, trihexyphenidil
Dopaminergik : Carbidopa dan levodopa
Benserazide dan levodopa
Dopamin Agonis : Bromokriptin mesilat, pergolide mesilat,
pramipexole,rupinirol,lysuride
COMT inhibitor : Entacapone, tolcapone
MAO-B inhibitor : Selegiline, lazabemide
Anti Oksidan : Glutamat antagonis, alfa tocoferol, asam
ascorbat,betacaroten
Botulinum toksin
B. Non medikamentosa :
Operasi : Talamotomi, palidotomi, transplantasi substansia nigra, ablasi
dan stimulasi otak
Rehabilitasi medis.
Psikoterapi.
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
Psikiater
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Physiatrist
Psikiater
LAMA PERAWATAN : -
DEFINISI :
Distonia adalah sindroma neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter,
terus menerus, dengan pola tertentu akibat dari kontraksi otot antagonis yang
berulang-ulang sehingga menyebabkan gerakan / posisi tubuh yang abnormal.
KLASIFIKASI
1. FOKAL : Blepharospasme, Distonia Oromandibular, Distonia
Spasmodik , Distonia servikal, Writer`s Cramp.
2. SEGMENTAL : Axial ( leher, tubuh ), satu lengan dan satu bahu, dua bahu,
brachial dan crural.
3. MULTIFOKAL : dua atau lebih dua bagian tubuh yang berbeda.
4. GENERAL : Kombinasi crural distonia dan segmen yang lain
5. HEMIDISTONIA : lengan dan tungkai sesisi.
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Anticholinergic, benzodiazepine, baclofen dan tetrabenasin. Biasanya
hasilnya kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi myectomi atau pemotongan saraf fasial selektif.
Rehabilitasi medis.
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Psychiatrist
LAMA PERAWATAN : -
DIAGNOSIS BANDING :
1. Hemimasticatory spasm
2. Hemifacial spasm
3. Temporomandibular syndrome
TATALAKSANA
Medikamentosa :
Toksin botulinum, Benzodiazepin, Anticholinergic, Baclofen biasanya
kurang bermanfaat.
Non medikamentosa : speech terapy, operasi
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Bedah Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
TATALAKSANA :
Medikamentosa : biasanya tidak banyak bermanfaat.
Obat pilihan : triheksiphenidil, injeksi toksin botulinum.
Bensodiazepin bisa mengurangi nyeri.
Haloperidol jangan digunakan karena dapat menyebabkan tardive
dyskinesia.
Non medikamentosa :
Hypnosis, biofeedback, relaksasi, psikoterapi, tusuk jarum, brace.
Terapi ini tidak banyak membantu.
PROGNOSIS :
20 % remisi spontan, eksaserbasi terjadi beberapa bulan kemudian.
Sebagian besar mengalami distonia sepanjang hidup dan sebagian menjadi
distonia generalisata.
DIAGNOSIS BANDING :
Psychogenic voice disorder, tremor esensial, kelainan korda vokalis, radang
korda vokalis.
TATALAKSANA :
A. Medikamentosa : tidak banyak membantu. Toksin botulinum hrs
digunakan secara hati hati, oleh karena dapat menyebabkan aphonia,
disfagi
B. Non medikamentosa : terapi vocal, tindakan operasi .
TENAGA :
Spesialis Saraf
Spesialis Kesehatan Jiwa
Spesialis Bedah Kepala dan Leher
LAMA PERAWATAN : -
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
trihexyphenidil, benztropin. Biasanya hasilnya kurang memuaskan.
Toksin botulinum merupakan obat pilihan.
B. Non medikamentosa :
Operasi.
Rehabilitasi medis.
KONSULTASI :
Bagian Rehabilitasi Medis
Bedah Saraf
TENAGA :
Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN : -
DEFINISI :
Penyakit Huntington (PH) adalah penyakit neurodegenerasi progresif genetik
autosomal dominan, yang muncul pada dewasa umur pertengahan. Manifestasi
klinis triad adalah movement disorders (chorea), demensia (subkortikal
demensia) dan gangguan psikiatri atau tingkah laku.
KLINIS :
1. Manifestasi klinis onset tidak pasti ( insidious ), umur 35-40 tahun,
prevalensi 4-8/100.000 penduduk, diturunkan secara 100% autosomal
dominal (triplet expansi CAG pada chromosom 4).
2. Chorea timbul pada 90% PH adalah gerakan yang tidak disadari, spontan,
mendadak, berlebihan, ireguler, kasar, berubah-ubah arah, random.
3. Dalam perjalanan PH progresif dan memburuk chorea dapat berubah
menjadi dystonia, gambaran Parkinson seperti rigiditas, bradikinesia,
gangguan postural, myoclonus, ataxia , gangguan gerakan mata sakadik
lambat, memanjangnya respon latensi, stadium lanjut dysphagia.
4. Subkortikal demensia pada PH dengan ciri khas bradyphrenia, gangguan
atensi dan sequencing tanpa disertai apraxia, agnosia atau aphasia.
Registrasi informasi baru dan immediate memory dan recall masih utuh,
meskipun retrieval recent dan remote momory terganggu.
5. Gangguan Psikatri dan tingkah laku, kadang psikosis, dengan halusinasi
visual dan pendengaran, mania, apatis, tingkah laku obsesif dan depresi.
LABORATORIUM :
Bila memungkinkan laboratorium genotyping khusus untuk PH (triplet expansi
CAG pada chromosom 4).
RADIOLOGIS :
Pada CT atau MRI terlihat atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi
sedang globus pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan
locus coerolus
PATOLOGI ANATOMI :
Pada PH atropi berat pada caput cauda dan putamen, atropi sedang globus
pallidus, kortek, substansia nigra, nucleus subthalamus, dan locus coerolus
TATALAKSANA
A. MEDIKAMENTOSA :
- Remacide dan Coenzyme Q10 600 mg/hari dapat menghambat progresivitas
- Untuk depresi diberikan Tricyclic antidepresan ( amitriptylin atau imipramine,
nortriptylin), SSRI ( fluoxetine atau sertraline)
- Chorea dapat diberikan :
- Haloperidol 0,5 - 5 mg/hari,
- Dopamine blocking agent
- Benzodiazepines seperti Clonazepam bisa dipakai.
- Amantandine 100-300 mg
- Emosi tak terkontrol, iritabel diberikan Clonazepam, Carbamazepin atau
Valproic Acid ditambah dengan antidepresan
- Gangguan psikiatri seperti delusion diberikan neuroleptik, haloperidol atau
thioridazin
- Psikosis dapat diberikan Quetiapine dan Clozapine
PENYULIT :
- Gangguan Psikiatri dan tingkah laku
- Parkinsonism seperti rigiditas, bradikinesia, gangguan postural, dystonia,
myoclonus, ataxia, dysphagia
JENIS PELAYANAN :
- Ringan rawat jalan - Berat rawat inap
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS :
PH adalah penyakit neurodegeneratif yang progresif berakhir fatal,
Sebab kematian biasanya aspirasi pneumonia atau trauma sekunder akibat
jatuh
KRITERIA DIAGNOSA :
A. DEFINISI :
Sydenhams chorea ( SC) adalah komplikasi lambat dari infeksi A Haemolytic
streptococcal dan merupakan kriteria mayor acute rheumatic fever, dengan
ciri khas chorea, kelemahan otot dan beberapa gejala neuropsikiatri, akibat
penyakit autoimun.
KLINIS :
1. Didahului adanya infeksi A Haemolytic streptococcal ( 20 - 30%)
2. Umur 5-15 tahun
3. Perempuan predominan.
4. Chorea general, simetris, gerakan lebih cepat dibanding chorea dari
Huntington
5. Perubahan tingkahlaku , gangguan obsesif-kompulsif dan iritabel
6. Sembuh sendiri 5-16 minggu.
LABORATORIUM :
Kadar ASTO ( Anti Streptolisin O ) meningkat
RADIOLOGIS :
MRI lesi di nucleus caudatus dan putamen
PATOLOGI ANATOMI : tidak ada data
DIAGNOSA BANDING :
Secondary chorea
- Sydenhams chorea
- Immune mediated chorea
- Vascular chorea
- Hormonal disorders
- Drug induced chorea
- Infectious chorea :
Bacterial
Sydenham's (post streptococcal)
Sub-acute bacterial endocarditis
Neurosyphilis
Tuberculosis
Viral
Measles
Mumps
Influenza
Cytomegalovirus
Subacute sclerosing panencephalitis
Human immune deficiency virus
Epstein-Barr virus (mononucleosis)
Borrelia burgdorferi (Lyme disease)
Varicella
Prion
Creutzfeldt-Jakob disease
KONSULTASI : -
LAMA PERAWATAN : -
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS :
Tremor Essential (TE) berdasarkan Core And Secondary Criteria
(Lihat Tabel)
Kriteria Inti Kriteria Sekunder
- Tremor saat kerja bilateral di tangan
Lama > 3 tahun
dan lengan bawah
- Tidak ada kelainan neurologis lain,
Riwayat keluarga positip
kecuali cogwheel phenomenon
- Tremor kepala dengan / tanpa
Ada respon terhadap alkohol
dystonia
Onset usia rata-rata TE : 45 tahun
Bisa unilateral atau bilateral
Tremor bisa meluas sampai kepala dan leher, kira-kira 50-60% TE
mengenai kepala
Tremor suara (Voice Tremor) terjadi pada 30% pasien
TE jarang pada tubuh dan kaki
TE cenderung progesif dan sama dengan bertambahnya usia
Alkohol memperbaiki tremor pada 70% pasien selama tidur miring.
Performance test : pasien menulis, menggambar, mengambil benda,
minum dengan gelas
LABORATORIUM : -
RADIOLOGI :-
GOLD STANDARD : -
PA : tidak ada keluhan
DIAGNOSA BANDING
Parkinson, MS, Wilson disease, Huntington
Cerebellar degenerative disease
Efek samping obat : obat asma, anti depresan
Toksin logam berat : timah, merkuri
Thypoid disease
TATALAKSANA
A. Medikamentosa :
Obat Dosis awal Dosis Tx Efek Samping
Kelelahan, impoten, depresi,
Propanolol 30 mg/hr 160 320 mg/hr
sesak nafas, bradycardia
Primidone 12,5-25 mg/hr 62,5 350 mg/hr Sedasi, nausea, muntah
Drowsines, kelelahan, nausea,
Gabapentine 300mg/hr 1200 3600 mg/hr
dizzine,sempoyongan
Alprazolam 0,75 mg/hr 0,74 2,75 mg/hr Sedasi, kelelahan
Parestesia, BB menurun, batu
Topiramate 25 mg/hr 100 300 mg/hr
ginjal
Nimodipine 120 mg/hr 120 mg/hr Hipotensi ortostatik
Theophyllin 150-300 mg/hr 15 300 mg/hr Insomnia, restlessness, sakit
PENYULIT
Stres, kopi, alkohol
KONSULTASI :
Bedah
Rehab medik
JENIS PELAYANAN :
Rawat Jalan
TENAGA :
Dokter Spesialis Saraf
Fisioterapis
LAMA PERAWATAN : -
PROGNOSIS : baik
KRITERIA DIAGNOSIS
A. KLINIS
Usia 50-60 tahun
Gejala meliputi : gangguan keseimbangan (imbalance), gangguan
penglihatan, disartri, disfagi, gangguan fungsi intelektual, perubahan
kepribadian, atau insomnia. Tidak semua gejala ada pada setiap pasien,
tetapi sebagian besar muncul selama perjalanan penyakit.
Biasanya dimulai dengan gangguan visual, gangguan postur dan gaya
berjalan yang tampak pada awal penyakit. Pada fase dini penderita
sering tiba tiba terjatuh tanpa penyebab yang jelas (paroxysmal
disequilbrium). Sebagian besar cenderung jatuh ke belakang, tetapi bisa
jatuh ke segala arah.
Ciri khasnya hipokinesia dan rigiditas otot-otot axial dan anggota gerak
Gangguan gerakan ocular pursuit, khususnya kearah bawah, biasanya
tampak pada saat pertama kali memeriksakan diri. Paresis menimbulkan
pergerakan kepala pasif mengaktifkan reflek oculocephalic
(supranuclear). Pasien kesulitan apabila menuruni tangga, membaca
atau mengambil makanan dari piring.
Gangguan bicara dan menelan, kadang tercekik.
Ditemukan horizontal square-wave jerk, saccadic lambat dan
hipometrik, dan paresis gerakan keatas. Paresis lateral gaze terjadi pada
tahap lanjut dari penyakit.
Apraxia gerakan kelopak mata dan blepharospasme sering terjadi .
Tremor jarang ditemukan
Gangguan mental sering ditemukan, seringkali berupa perubahan
kepribadian, emotional incontinence, atau depresi. Demensia biasanya
sama dengan Penyakit Lobus Frontalis.
Kombinasi disartria, disfagia dan disabilitas menyebabkan kematian
karena aspirasi
Respon terapi terhadap levodopa buruk
B. PENUNJANG
MRI otak untuk menyingkirkan dementia multi-infark dan hidrosefalus.
Single photon emission computed tomography (PET) scan
DIAGNOSA BANDING
Parkinsons disease idiopatik. Sulit dibedakan apabila gerakan bolamata
masih normal
Degenerasi corticobasal ganglionic, multiple system atrophy.
Normal pressure hydrocephalus
Multiple cerebral infark
PENYULIT
Aspirasi pneumoni
Mata kering
KONSULTASI -
JENIS PELAYANAN
Rawat Jalan
Rawat Inap
TENAGA
Spesialis Saraf
Spesialis Paru
DEFINISI :
Mioklonus adalah gerakan tidak disadari tiba-tiba, sebentar, jerky, shock-like,
akibat kontraksi otot (positip mioklonik), disebabkan gangguan di CNS timbul
di anggota, wajah atau badan.
KLINIS
KLASIFIKASI : berbagai klasifikasi
Berdasarkan distribusi mioklonus : fokal, segmental, general
Berdasarkan neurofisiologi : kortikal, batang otak, spinal
Berdasarkan waktu : ireguler, ritmik, osilatori, mioklonus bisa saat istirahat
atau saat kerja
Mioklonus bisa reflektoris atau sensitif terhadap stimulus sensoris atau suara
Marsdens membagi mioklonus :
- Fisiologik Esensial Epileptik - Simptomatik
ELEKTROFISIOLOGI :
1. EMG : untuk menentukan aktivitas otot segmental
2. SSEP
3. MRI otak, spinal
4. Elektron mikroskop pada kulit, konjungtiva dan otot
RADIOLOGIS :-
GOLD STANDARD : -
PATOLOGI ANATOMI : -
DIAGNOSA BANDING :
- Chorea
- Tics
TATALAKSANA
A. Medika Mentosa:
- Cari faktor etiologi dan diobati
- Klonazepam : 4-10 mg/hr
- Sodium Valproat : 250-4500 mg/hr
- Lisirude
- Asetasolamide (Sindrom Ramsay Hunt)
- Karbamazepin
- Pada post hipoksi mioklonus bisa ditambahkan 5-hidroksi-tryptophan
dan carbidopa
- Asteriksis ( negative-mioklonus) bisa dipakai ethosuximide dan koreksi
metabolit
B. Tindakan : -
PENYULIT : -
KONSULTASI : -
LAMA PERAWATAN : -
KRITERIA DIAGNOSIS
DEFINISI :
Sindroma Tourette (ST) adalah sindroma waxing , waning tik motorik baik
simpel atau komplek, disertai minimal satu vokal tics ( phonic tics ) , disertai
obsesive-compulsive disorders tetapi gangguan tingkah laku bukan kriteria
untuk diagnosis, tetapi penting untuk pasien.
KLINIS
Onset Sindroma Tourette pada umur antara 5-20 tahun, dengan ratio laki-laki :
perempuan 4 : 1.
1. TICS
a.Singkat, mendadak, timbul iregular dan berulang dari gerakan maupun
suara. Dua bentuk tiks adalah motor dan fokal, selanjutnya masing-
masing dibagi dalam bentuk simpel dan kompleks
b.Simpel motor Tics muncul tiba-tiba, tidak bertujuan, mengenai kelompok-
kelompok otot, misalnya angkat bahu, kedipan mata, jerking kepala.
c.Simpel motor Tics sering tampak lebih lebih lambat, terus menerus dan
gerakan gerakan tonik yang menyerupai distonia (disebut distonic tics)
d.Complex motor Tics :gerakan koordinatif dan berurutan yang menyerupai
gerakan motorik normal atau gerakan badan yang kurang tepat dalam
intensitas dan waktunya. Gerakan menyentuh, melempar, memukul dan
melompat lompat. Contoh lain Complex motor Tics adalah menunjukkan
alat genitalia atau echopraxia.
e.Tics suara dihasilkan dari mulut, tenggorokan maupun hidung
f.Tics suara sederhana suara yang tidak terartikulasi; sedangkan yang
komplek antara lain, kata, elemen musik.
g.Kata kata kotor (Koprolalia)
h.Tics motor dan phonik bisa muncul selama tidur.
DIFERENTIAL DIAGNOSA
1. TICS : Distonia, korea, mioklonus, hiperefleksia
2. Kelainan TICS sesaat : serangan pada anak
3. Kelainan TICS motorik primer
4. Kelainan TICS multipel kronis
5. TICS pada huntington disease, parkinson
6. Kelainan perumbuhan anak
7. Rheumatoid Heart Disease
TATALAKSANA
a. Medikamentosa : starting dose
Dopamine-receptors blockers : mg/day
- Fluphenazine 1.0
- Pimozide 2.0
- Haloperidol 0.5
- Risperidone 0.5
- Ziprasidone 20.0
- Trifluperazine 1.0
- Molindone 1.0
CNS Stimulants for ADHD
- Methylphnidate 5.0
- Pemoline 18.7
- Dextroamphetamine 5.0
Noradrenaline drugs for impuls control and ADHD
- Clonidine 0.1
- Guanfacine 1.0
Serotonergic drugs for OCD
- Flouxetin 20 60
- Sertralin 50- 200
- Paroxetin 20- 60
- Clomipramin 25
- Fluvoxamin 50
- Venlafazin 25
- Tripthophan
- MAOI, mianserin, benzodiazepin
b. Tindakan
- TICS : Psiko terapi
- Hipnotis
- Kelainan tingkah laku operasi bedah :
Thalamotomy, tracheotomy, cingulotomy
KONSULTASI :
- Spesialis saraf
- Spesialis jiwa
- Psikolog
PROGNOSIS : baik
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
* Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam :
1). Minimal = Simple Head Injury (SHI)
- nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal)
- kesadaran baik
- tidak ada amnesia
2). Cedera Otak Ringan (COR)
- nilai Skala Koma Glasgow 14
atau
- nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan
- amnesia pasca cedera < 24 jam, atau
- hilang kesadaran < 10 menit
- dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah,
sakit kepala atau vertigo
3). Cedera Otak Sedang (COS)
- nilai Skala Koma Glasgow 9 13
- hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam
- dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologis
- amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa positif
atau negatif)
4) Cedera Otak Berat (COB)
- nilai Skala Koma Glasgow 5-8
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologis
- amnesia pasca cedera > 7 hari
5). Kondisi Kritis
- nilai Skala Koma Glasgow 3-4
- hilang kesadaran > 6 jam
- ditemukan defisit neurologis
* Perdarahan Epidural
- lusid interval
- anisokori pupil
- hemiparesis yang terjadi kemudian
- refleks Babinski yang terjadi kemudian
Laboratorium
- Darah Perifer Lengkap
- Gula Darah Sewaktu
- Ureum / Kreatinin
- Analisa Gas Darah (ASTRUP)
- Elektrolit
Radiologi
- Foto Kepala Polos, posisi AP/Lat/Tangensial (sesuai indikasi)
- Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan,
edema, fraktur tulang kepala
Standar Baku
- Skening Kepala (CT-Scan kepala)
Patologi Anatomi
- Normal, tidak ada kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple
Head Injury (SHI) dan Komosio)
- Kontusio
- Perdarahan
- Edema
- Iskemia
- Infark
- Fraktur tulang tengkorak
TATALAKSANA
Tergantung derajat beratnya cedera.
1). Minimal
- tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat
- istirahat dirumah
- diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda tanda
perdarahan epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk
(kesadaran mulai turun-gejala lucid interval)
b. Terapi Khusus
1. Medikamentosa
- Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan Manitol 20%
- Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik
- Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca
cedera
- Antibiotika diberikan atas indikasi
- Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung
2. Operasi bila terdapat indikasi
c. Rehabilitasi
- Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik
stabil
- Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan
kebutuhan
PENYULIT
Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang kurang cermat dapat
menimbulkan gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi
kerusakan otak
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah Lainnya sesuai indikasi
- Neuroemergensi
- Neurobehavior
- Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat
Definisi
Cedera Medula Spinalis (CMS) atau cedera spinal adalah cedera pada tulang
belakang yang menyebabkan penekanan pada medula spinalis sehingga
menimbulkan myelopati dan merupakan keadaan darurat neurologi yang
memerlukan tindakan yang cepat, tepat dan cermat untuk mengurangi
kecacatan. Prognosis penyembuhan tergantung pada 2 faktor yaitu :
a). beratnya defisit neurologis yang timbul dan
b). lamanya defisit neurologis sebelum dilakukan tindakan dekompresi
CMS merupakan kasus emergensi neurologi dan perlu mendapat perhatian lebih,
oleh karena satu kali medulla spinalis rusak, sebagian besar fungsinya tidak
dapat kembali normal.
PENATALAKSANAAN
1.Umum
a). Jika ada fraktur atau dislokasi kolumna vertebralis servikalis, segera
pasang kerah fiksasi leher, jangan gerakkan kepala atau leher
b). Jika ada fraktur kolumna vertebralis torakalis, angkut pasien dalam
keadaan tertelungkup, lakukan fiksasi torakal (pakai korset)
c). Fraktur daerah lumbal, fiksasi dengan korset lumbal
d). Kerusakan medula spinalis dapat menyebabkan tonus pembuluh darah
menurun karena paralisis fungsi sistem saraf ortosimpatik dengan akibat
menurunnya tekanan darah. Beri infus, bila mungkin plasma atau darah,
dextran-40 atau eskpafusin. Sebaiknya jangan diberi caitan isotonik
seperti NaCl 0,9% atau glukosa 5%. Bila perlu diberikan 0,2 mg adrenalin
s.k, boleh diulang 1 jam kemudian. Bila denyut nadi < 44 kali/menit,
berikan sulfas atropin 0,25 mg i.v.
e).Gangguan pernafasan, kalau perlu beri bantuan dengan respirator atau
cara lain. Jaga jalan nafas tetap lapang.
f). Jika lesi diatas C-8, termoregulasi tidak ada, mungkin terjadi
hiperhidrosis, usahakan suhu badan tetap normal.
g). Jika ada gangguan miksi pasang kondom kateter atau dauer kateter dan
jika ada gangguan defekasi, berikan laksan / klisma.
2. Medikamentosa
a). Berikan metil-prenisolon 30 mg/kgBB, i.v perlahan-lahan selama 15
menit. 45 menit kemudian per infus 5 mg/kgBB selama 24 jam.
Kortikosteroid mencegah peroksidasi lipid dan peningkatan sekunder
asam arakidonat.
b). Bila terjadi spastisitas otot :
* diazepam 3 x 5-10 mg / hari
* baklofen 3 x 5 mg hingga 3 x 20 mg / hari
c). Bila ada rasa nyeri dapat diberikan :
* analgetika
* antidepresan : amitriptilin 3 x 10 mg / hari
* antikonvulsan : neurontin 3 x 300 mg / hari
d). Bila terjadi hipertensi akibat gangguan saraf otonom (tensi > 180/100
mmHg), pertimbangkan pemberian obat antihipertensi.
PENYULIT
Tergantung beratnya dan waktu datang ke rumah sakit (lewat waktu
emas), tidak dapat sembuh sempurna
KONSULTASI
- Bedah Saraf / Bedah lainnya tergantung indikasi
- Neuroemergensi
- Neurorestorasi/Neurorehabilitasi
JENIS PELAYANAN
- Rawat Inap
- Rawat Jalan
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis Saraf, Terapis
LAMA PERAWATAN
- Sampai masa akut lewat dan selesainya tindakan yang diperlukan,
biasanya 7 hari sampai 1 bulan
- terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala sisa dan
membutuhkan perawatan khusus karena kecacatan yang cukup berat
Etiologi :
1.Metabolik
* Neuropati diabetik :
- Polineuropati : komplikasi diabetes melitus yang paling sering terjadi
Gejala & tanda: - gangguan motorik tungkai lebih sering terkena
daripada tangan
- gangguan sensorik kaos kaki dan sarung tangan
berupa gangguan rasa nyeri & suhu, vibrasi serta
posisi.
- Otonom neuropati :
Gejala & tanda : keringat berkurang, hipotensi ortostatik, nokturnal
diare, inkontinensi alvi, konstipasi,
inkontinensi & retensio urin, gastroparesis dan
impotensi
- Mononeuropati :
Gejala & tanda : terutama mengenai nervi kranialis ( terutama nervi
untuk pergerakan bola mata) dan saraf tepi besar
dengan gejala nyeri.
* Polineuropati uremikum :
Terjadi pada pasien uremia kronis ( gagal ginjal kronis)
Gejala & tanda : - gangguan sensorimotor simetris pada tungkai &
tangan
- rasa gatal, geli & rasa merayap pada tungkai dan
paha memberat pada malam hari, membaik bila
kaki digerakkan (restless leg syndrome).
2. Nutrisional
* Polineuropati defisiensi :
1. Piridoksin : pada penggunaan Izoniazid ( INH)
Gejala & tanda : neuropati sensorimotor dan neuropati optika
2. Asam folat : sering pada penggunaan fenitoin & intake asam folat
yang kurang
3. Niasin : pada pasien defisiensi multipel
* Polineuropati alkoholik : Neuropati karena defisiensi multivitamin dan
thiamin
Gejala & tanda : -gangguan sensorimotor simetris terutama tungkai
tahap lanjut mengenai tangan.
3. Toksik:
* Arsenik :keracunan arsen secara kronik ( akumulasi kronik)
Gejala & tanda : - gangguan sensoris berupa nyeri & gangguan motorik
yang berkembang lambat
4. Drug induced
* Obat antineoplasma : ( Cisplastin, carboplastin, vincristin)
Gejala & Tanda : - Banyak sebagai gangguan sensorik polineuropati
setelah beberapa minggu terapi seperti parestesia
- Gangguan proprioseptif,vibrasi sering terganggu
sampai mengenai kolum posterior
- Gangguan motorik tertutama tungkai bawah
* Antimikrobial :
- INH : simetrikal polineuropati
- Kloramfenikol & metronodazole :
gangguan sensoris ringan / akral parestesia, kadang optik neuropati.
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis : - gangguan sensorik : parestesia, nyeri, terbakar, penurunan
rasa raba, vibrasi dan posisi.
- gangguan motorik : kelemahan otot-otot
- reflek tendon menurun
- fasikulasi
* Laboratorium :
- Gula darah puasa, fungsi ginjal, kadar vitamin B1, B6, B12
darah, kadar logam berat, fungi hormon tiroid
- Lumbal pungsi : sesuai indikasi
* Gold standard :
- ENMG : degenerasi aksonal & demielinisasi
- Biopsi saraf
DIAGNOSIS BANDING
- miopati
- motor neuron disease
- multipel sklerosis
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Simptomatis : analgetik, antiepileptik
- Neurotropik vitamin : B1, B6, B12, asam folat
- Fisioterapi
KONSULTASI
- Penyakit dalam ( sesuai penyakit dasar)
- Bedah saraf/ bedah lainnya ( sesuai kausa)
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
- Rawat inap : sesuai penyakit dasar
TENAGA
- Perawat, dokter umum & dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- antara 2 minggu s/d 1 bulan bila dirawat
- kadang-kadang penyembuhan tidak sempurna
Definisi :
Jebakan n. medianus di dalam terowongan karpal
Etiologi :
- Penyempitan ruangan di dalam terowongan
- Peningkatan sensibilitas saraf terhadap tekanan
- Gangguan endokrin
- Gerakan berulang-ulang pada pergelangan tangan
- Idiopatik
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :
- Parestesia dan nyeri pada pergelangan, tangan & bagian volar
3 jari sering kali hanya pada ujung jari, terutama pada malam
hari
- Tanda Tinnel +
- Tes Phallen +
* Laboratorium:
- Hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi ginjal, tiroid.
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan (osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Radikulopati servikal
- Rematik non artrikuler
TATALAKSANA
* Medikamentosa: - antiinflamasi, analgetik
* Tindakan : - release n. medianus
- splint
* terapi kausa
PENYULIT
- Penyakit dasar
- Komplikasi atrofi otot thenar penekanan jangka panjang
KONSULTASI
- Penyakit dalam : penyakit sistemik yang mendasari
- Fisioterapi
- Ortopedi : release n.medianus
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
Definisi :
Jebakan n. Ulnaris pada berbagai sisi di siku akibat berbagai macam etiologi
Etiologi:
- Deformitas siku - Metabolik
- Trauma - Leprosi
- Penekanan eksternal - Idiopatik
- Tumor
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :- gangguan sensoris jari ke-5 dan lateral jari ke 4 bagian
dorsal dan palmar
- kelemahan pada fleksor karpi ulnaris,abduktor digiti minim
- tahap lanjut atrofi m. Hipothenar, claw hand ( jari 4,5)
- Tes fleksi siku +
* Laboratorium :
- hematologi rutin, gula darah puasa, fungsi tiroid
* Radiologi : Rongent artikulus kubiti ( osteofit, deposit kalsium)
* Golden Standard : ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik
- Gangguan pleksus brakialis
- ALS
- Syringomieli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa : analgetik, antiinflamasi
- Tindakan : Cubital tunnel decompression
KONSULTASI
- Penyakit dalam : sesuai kausa
- Bedah ortopedi
- Kulit : leprosy
- Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
- Rawat jalan
TENAGA
- paramedik, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
- 1 bulan
Definisi :
Jebakan n. ulnaris di dalam kanalis Guyon
Etiologi :
- tumor ( gangglion, lipoma dll)
- artritis rematoid
- tekanan eksternal
- gerakan berulang pada pergelangan tangan
KRITERIA DIAGNOSIS
* Klinis :- gangguan sensoris pada jari 5 & lateral jari ke 4 bagian
dorsal & palmar
- kelemahan otot intrinsik ulnaris
- claw hand (jari ke-4&5)
* Laboratorium :
- Hematologi rutin, gula darah puasa
* Radiologi :
- Rongent pergelangan tangan: artritis, fraktur
- CT scanning pergelangan tangan: gangglion, tumor
* Gold standard :
- ENMG
DIAGNOSIS BANDING
- Gangguan radik - ALS
- Gangguan pleksus brakialis - Syringomyeli
TATALAKSANA
- Terapi kausa
- Medikamentosa: antiinflamasi, analgetik
- Tindakan pembedahan
PENYULIT
- Penyakit dasar : progresifitas penyakit
- Perawatan fisioterapis yang tidak tepat menimbulkan : atrofi
dan kontraktur
KONSULTASI
- Bedah ortopedi/ bedah onyeri kepalaologi
- Penyakit dalam
- Fisioterapi
TENAGA
- Paramedik, dokter umum, dokter spesialis
KRITERIA DIAGNOSIS
Nyeri leher, bahu, dan menjalar ke lengan
Nyeri leher sering didahului spasme otot-otot tengkuk, bahu yang
berlangsung sampai beberapa hari dan diperburuk oleh ekstensi yang
disertai oleh rotasi lateral leher secara bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan tekanan
intradiskal seperti batuk, bersin, mengedan, atau manuver valsava.
Pemeriksaan Penunjang
Intermitted test
Foto cervikal AP/lateral dan oblik
EMNG
Myelografi
CT-Myelo
TATALAKSANA
Konservatif 36 minggu, berupa:
Istirahat servikal Neck Collar bila perlu
NSAID
Suntikan lokal
Fisioterapi
Operatif bila ada penyulit
PENYULIT
Nyeri neuropatik
Kelumpuhan anggota gerak
KONSULTASI
Internist bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun
penyerta penyakit.
Psikiater bila tidak ditemukan kelainan lain.
Fisioterapi
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahanyeri kepalaan (obat tak menolong)
bila diduga ada penyebab lain.
TENAGA
Dokter Spesialis Saraf, Dokter Spesialis Bedah Saraf/Ortopedi
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 (satu) Minggu
PROGNOSIS
Umumnya baik, biasanya diperlukan
fisioterapi lanjutan
Definisi
Merupakan Nyeri Punggung Bawah (NPB) tanpa penjalaran nyeri ke tungkai,
hanya menjalar ke bokong serta paha belakang.
Kausa
Nyeri timbul akibat peregangan atau trauma pada ligamen, otot-tendon
tanpa adanya ruptur atau avulsii pada cedera ringan. Sedangkan pada
cedera berat dapat terjadi robekan pada otot. Merupakan 6070 % penyebab
NPB
KRITERIA DIAGNOSIS
Pada strain akut dijumpai riwayat trauma seperti mengangkat benda berat
atau dalam posisi yang salah mencabut tanaman, trauma langsung atau
terjatuh.
Terasa nyeri setempat, mula-mula tidak begitu hebat dan pinggang kaku
Nyeri bertambah hebat bila spasme otot bertambah, bahkan dapat
menimbulkan skoliosis.
Pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologi dan otonom normal
Foto lumbosakral mungkin dijumpai kurva lurus atau skoliosis
Pada strain kronik dijumpai akibat sikap tubuh yang salah dan otot kurang
adekuat. Dijumpai pada pekerja kasar, buruh, sering mengangkat beban,
duduk bungkuk seharian.
Terasa pegal difus yang bertambah saat bermulti para aktifitas dan
berkurang atau menetap pada saat berbaring.
Pemeriksaan Penunjang
Foto lumbosakral
EMNG
DIAGNOSIS BANDING
Ischialgia: kelainan-kelaianan organ
abdomen, organ rongga pelvis
Spondilolistesis
TATALAKSANA
NSAID
Relaksan otot
Suntikan anestesi lokal + steroid pada nyeri lokal hebat
Fisioterapi: pasif (masase es) atau panas (mandi hangat) dapat mengurangi
nyeri dan spasme.
Untuk Strain akut, tirah baring cukup 2 hari lalu diikuti latihan fisik
aktif yang terprogram.
Untuk Strain kronik, pengaturan sikap tubuh dalam aktivitas harian serta
latihan yang terprogram untuk memperkuat otot batang tubuh.
PENYULIT
-
KONSULTASI
Obgin, Internist, bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab
ataupun penyerta penyakit.
Psikiater.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap bila nyeri tidak tertahankan (obat tak menolong) di rumah,
diduga ada penyebab lain, yang harus dieksplorasi
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Perbaikan fase akut terjadi dalam 2 minggu. Pada umumnya 90% pasien
akan sembuh dalam 2 bulan. Sepuluh persen menjadi kronik dan mungkin
diperlukan dukungan psikiatrik atau rehabilitasi vokasional.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis:
Kelelahan, kelemahan, atrofi, dan lembeknya otot skelet
Kedutan otot, kram otot, nyeri, dan pegal pada otot-otot
Dapat disertai gejala sistemik atau gejala lain
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan sistem motoris meliputi bentuk otot, tonus otot, kekuatan
otot dan cara berdiri/berjalan
Pemeriksaan refleks tendon
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: Kadar enzim creatinin kinase (CK), lactic
dehydorogenase (LDH), SGOT & SGPT, Kadar kalium plasma
Pemeriksaan EMG
Pemeriksaan biopsi otot
E. MIOTONIA
Diturunkan secara autosomal dominan.
Kontraksi otot berkepanjangan mengikuti
kontraksi volunter, pukulan (mekanik) atau pacuan elektrik pada
otot tersebut.
Onset umur 2040 tahun
Distribusi pada otot-otot wajah dan
sternokleidomastoideus dan otot-otot ekstremitas distal.
G. PARALISIS PERIODIK
Diturunkan secara autosomal dominan
Onset umur 1025 tahun
Berhubungan dengan kadar kalium dalam
plasma darah terdapat 3 tipe: hipokalemi, hiperkalemi, dan
normokalemi.
Penderita terserang setelah periode istirahat
sehabis latihan otot berat setelah bangun tidur pagi hari
Tanda awal berupa nyeri otot, sangat haus
disusul kelemahan otot, dimulai pada ekstremitas bawah lalu
ekstremitas atas, badan, dan leher
DIAGNOSIS BANDING
Poliomielitis
Motor neuron disease
PENYULIT
Disfagia, pneumonia aspirasi, penyakit akan memburuk secara bertahap
sampai timbulnya komplikasi kardiopulmonal.
KONSULTASI
Bagian PA
Bagian Bedah
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA STANDAR
Dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Bervariasi sesuai dengan jenis miopati dan komplikasi/penyulit yang terjadi
PROGNOSIS
Umumnya kurang baik untuk distrofi muskuler
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis: Lemah/lumpuh anggota gerak, gangguan buang air kecil dan
buang air besar, gangguan sensibilitas.
Fisis: parese/plegi tipe UMN (tergantung lokalisasi lesi, dapat dijumpai
gejala UMN atau campuran UMN dan LMN), hipestesi/anestesi segmental,
gangguan fungsi otonom
Kejadiannya dapat akut, subakut, kronik progresif.
Tidak ditemui tanda-tanda radang atau penyebabnya tidak diketahui.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin, kimia darah, urin lengkap, dan bila perlu tes kadar obat:
kokain, heroin
Likuor serebrospinalis
Pemeriksaan Radiologik:
Foto polos vertebra AP/Lateral/Oblik
Mielografi
CT-mielografi
Pemeriksaan penunjang lain:
EMNG
Tes keringat
Bila perlu dan fasilitas tersedia:
SSEP/VEP
Bone Scanning
MRI
DIAGNOSIS BANDING
Polineuropati
TATALAKSANA
Kausal
Simptomatik
Suportif
Rehabilitatif: Fisioterapi ekstremitas dan latihan buli-buli
KONSULTASI
Bedah Saraf
Bedah Ortopedi
Bagian lain yang terkait
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter umum, dokter spesialis
LAMA PERAWATAN
Tergantung etiologi dan berat penyakit, perawatan dapat berlangsung dalam
hitungan minggu hingga bulan.
PROGNOSIS
Tergantung etiologi dan berat penyakit
KRITERIA DIAGNOSIS
Definisi : Penyakit lower motor neuron yang mengenai nervus fasialis (N.VII)
perifer.
Etiologi idiopatik. Gejala kelumpuhan wajah atas dan bawah unilateral
Terjadinya akut ( dalam 48 jam). Sering disertai nyeri aurikuler posterior,
penurunan sekresi air mata, gangguan rasa kecap, hiperakusi.
Pemeriksaan penunjang
EMG, Bila curiga parese N VII simtomatik seperti :
Darah Tepi : jumlah lekosit, Kadar gula darah
Foto mastoid
DIAGNOSIS BANDING
Parese N. VII perifer simtomatik
TERAPI
Terapi Farmaka : Prednison 1 mg/kgBB (5 hari), diturunkan 2 tab/hari
sampai 10 hari ( stadium akut )
Mecobalamin 3 dd 500 ug
Analgetik bila nyeri
Terapi Non Farmakologi : Fisioterapi setelah hari ke 4 awitan
KOMPLIKASI
Infeksi mata ( keratitis, konjuktivitis )
Tick fasialis
KONSULTASI
Bila curiga parese N VII simtomatik seperti Bag THT
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Dokter spesialis saraf
PROGNOSA
85 % sembuh dalam 3 minggu. 15 % sembuh dalam 3 6 bulan.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Familial periodik paralisis hipokalemi adalah penyakit otosomal dominan.
Disebabkan gangguan pada gen yang mengatur saluran ion kalsium ditandai
dengan : awitan akut dengan gejala kelumpuhan anggota gerak.
Otot respirasi dan otot menelan jarang terkena. Refleks tendon mungkin
menurun. Tidak ada gangguan sensoris. Serangan terutama pada pagi hari, dan
bila tidak diterapi dapat menetap sampai 36 jam.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : kalium darah
EMG : Gambaran lesi miogen
EKG
DIAGNOSA BANDING
Hipokalemi karena gastroenteritis, tirotoksikosis atau sebab lain
TERAPI
Terapi Farmaka :
Fase Akut : pemberian K secara peroral atau parenteral
Profilaksis : Diet tinggi Kalium, rendah Na, rendah karbohidrat
Aldakton 100 mg po/hari
Tiamin Hcl 50mg/hari
Terapi hipertiroidsm
PENYULIT
Gangguan jantung
KONSULTASI
Ilmu Penyakit Dalam
JENIS PELAYANAN
Rawat inap pada fase akut sampai kelumpuhan hilang
PROGNOSIS
Ad bonam
KRITERIA DIAGNOSIS
Gejala klinis muncul setelah melakukan penyelaman, dapat berupa:
1. Tipe I (Pain only bends, Joint bends, Decompression arthralgia)
Nyeri terutama di daerah persendian anggota
gerak atas dan atau bawah
Gatal-gatal dan bercak-bercak kemerahan
pada kulit
Nyeri dan pembengkakan jaringan lunak
setempat (obstruksi aliran limfe): parotis, mamma
Rasa letih, malaise, anoreksia, yang tidak
sesuai dengan berat aktivitas
2. Tipe II (Serious decompression sickness)
2.1. Gejala Neurologis:
Lesi Serebrum: afasia, gangguan
penglihatan/lapangan pandang, gangguan saraf kranialis,
hemiparese/hemiplegi, sensorik, sakit kepala, kejang, gangguan
kesadaran.
Lesi Serebelum: ataksia, gangguan koordinasi,
hipotoni, dismetri, asinergia, tremor, disdiadokokinesia, dan
nistagmus.
Lesi Medulla Spinalis:
paraestesi/hipestesi/anestesia kedua tungkai,
paraparesis/paraplegia-tetraparesis/tetraplegia, retensi urine-alvi.
DIAGNOSIS BANDING
Stroke, Trauma SSP, Infeksi SSP
TATALAKSANA
Kausal: Segera terapi oksigen hiperbarik setelah diagnosis ditegakkan
Medikamentosa
Koreksi cairan dan elektrolit
Antiplatelet: ASA 2 x 80 mg.
Kortikosteroid: Dexametasone 2 ampul/IV kemudian 1 ampul/6
jam/IV
Gliserol (bila kontraindikasi dengan kortikosteroid)
Digitalis (bila ada indikasi)
Diazepam (bila ada indikasi)
KOMPLIKASI/PENYULIT
Osteonekrosis disbarik (Divers bone disease, Avascular
necrosis of bone, Aseptic bone necrosis, Bone necrosis, Bone rot,
Caisson disease of bone).
Keracunan oksigen
KONSULTASI -
JENIS PELAYANAN
5 hari (rawat inap)
Follow up: untuk mencegah delayed form of DCS (Dysbaric Osteonecrosis)
dianjurkan:
Screening X-ray 2-4 minggu setelah menderita penyakit dekompresi
Penyelam berisiko tinggi dianjurkan screening X-ray interval 5 tahun.
TENAGA
Perawat, Dokter Umum, Dokter Spesialis.
LAMA PERAWATAN
5 hari
PROGNOSIS
Tergantung cepatnya mendapat terapi OHB
Sembuh sempurna
Cacat fisik
Meninggal
DEFINISI
Sadar : disebut sadar bila sadar akan diri dan lingkungannya
Gangguan Kesadaran: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya
Ketidakmampuan :
Ringan berat : ada derajat/ tahapan
- Obtundity
- Stupor
- Semi Koma
- Koma
Obtundity : dalam keadaan biasa ingin tidur, baru terbangun dan mengikuti
perintah bila ada rangsangan
ETIOLOGI
I. Lesi Struktural
a. Lesi Supratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : Stroke, tumor, abses serebri
- Status konvulsivus/epilepsi
b. Lesi Infratentorial :
- Radang
- Trauma
- SOP : stroke, tumor, abses serebri
KRITERIA DIAGNOSTIK
Anamnesis / Alloanamnesis
1. Riwayat penyakit sebelumnya : hipertensi, diabetes, gagal ginjal, gangguan
fungsi hati, pengguna obat-obat narkotik
2. Keluhan sebelum terjadi gangguan kesadaran : nyeri kepala, muntah-
muntah
3. Menggunakan obat-obat sebelum terjadi gangguan kesadaran : obat diabet,
narkotik
Pemeriksaan fisik umum
1. Vital Sign : tekanan darah, nadi dan respirasi
2. Pemeriksaan luka terutama luka di kepala dan leher : battle sign,
perdarahan hidung, perdarahan kelopak mata, krepitasi tulang tengkorak
3. Pemeriksaan suhu badan dan suhu rektal
4. Pemeriksaan bau nafas dan badan : fetor hepaticum, bau nafas alkohol,
bau nafas faeces
5. Pemeriksaan warna dan turgor kulit : sianosis, kepucatan, ikterik
Pemeriksaan Neurologi
1. Pemeriksaan Neurologi umum: tanda tanda rangsang meningeal,
pemeriksaan motorik, pemeriksaan fungsi luhur, pemeriksaan nervi
kranialis
2. Pemeriksaan Glassgow Coma Scale : pemeriksaan yang bersifat kwantitatif
dan kwalitatif pada gangguan kesadaran
3. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi batang otak meliputi :
a. Gerakan bola mata
b.Refleks kornea
c. Refleks mata boneka / refleks kalori :
d.Reaksi pupil terhadap cahaya
e.Refleks muntah / batuk
8. Reaksi Motorik
a. Reaksi Abduksi dan fleksi terhadap rangsang nyeri , lesi pada
hemispehrium cerebri
b.Reaksi Adduksi dan ekstensi terhadap rangsang nyeri, lesi pada batang otak
c. Postur Dekortikasi / hiperekstensi ekstermitas bawah dan fleksi
ekstermitas atas, lesi di korteks cerebri.
d.Postur Decerebrasi hiperekstensi ekstermitas atas dan bawah, lesi di
batang otak.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tidur : keadaan non patologis dimana ada penurunan kesadaran yang
dengan mudah dibangunkan
2. Akinetik mutisme : penderita dalam keadaan bangun, mata terbuka, tapi
sangat lamban berespon terhadap pertanyaan yang diajukan
3. Sindroma locked-in : Penderita dengan mata terbuka/sadar dengan
komunikasi terganggu, ada sedikit gerakan terutama gerakan mata
melirik keatas kebawah
4. Status katatonik : sadar penuh fungsi motorik normal tapi tidak bisa
berkomunikasi dengan baik
TATALAKSANA
Gangguan kesadaran sampai koma adalah keadaan darurat medis untuk itu
perlu penanganan yang cepat, tepat dan akurat mulai dari ruang unit gawat
darurat sampai ke ruang perawatan intensif. Penanganan terbagi atas dua
bagian besar yaitu :
A. Supportif
Penderita kesadaran menurun dilihat / dinilai
Jalan Nafas
Pernafasan
Tekanan Darah
Cairan tubuh (asam basa, elektrolit)
Posisi tubuh
Pasang Naso Gastrik Tube
Katheter Urine
1. Jalan Nafas
Dilihat :
- Agitasi : Kesan hipoksemia
- Gerakan nafas : dada
- Retraksi sel iga, dinding perut, sub kosta klavikula
Didengar suara tambahan berupa dengkuran, kumuran, siulan : ada
sumbatan
Diraba :
- getaran ekspirasi
- getaran di leher
- fraktur mandibuler
Yang menyebabkan gangguan jalan nafas :
- Lidah / epiglotis
- Muntahan, darah, sekret benda asing
- Trauma mandibula/maksila
Pola pernafasan
Lesi sentral : Pola nafas
- Eupnea
- Cheyne Stoke
- Sentral Neurogenik Hiperventilasi
- Apnea
Lesi Perifer
- Nafas interkostal
- Nafas diagfragma (dinding perut)
3. Cairan Tubuh
- Cegah hidrasi berlebihan
- Cairan Hipotonik, Hipoprotein dan lama pakai ventilator mudah terjadi
hidrasi
- Tekanan osmotik dipertahankan dengan albumin
- Hindari Hiponatremia
7. Katheter Urine
- Untuk memudahkan penghitungan balans cairan
- Mencegah kebocoran urin
- Berguna pada gangguan kencing
B. Therapi kausatif/Spesifik
1. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk dengan panas yang mulai beberapa
hari sebelumnya sangat mungkin primer infeksi ( meningitis, encefalitis ) di
otak bila gangguan kesadaran tanpa kaku kuduk sangat mungkin primer
infeksi bukan di otak
2. Gangguan kesadaran dengan kaku kuduk tanpa panas sangat mungkin
perdarahan subarahnoid
3. Gangguan kesadaran dengan didapatkan gejala neurologis fokal
(hemiparesis, heminervikranial palsy) penyebabnya lesi intrakranial
4. Gangguan kesadaran disertai tanda tanda tekanan intrakranial meninggi :
(muntah muntah proyektil, parese N.III , kaku kuduk, penglihatan kabur
secepatnya diberi manitol, dexamethason, dibuat hiperventilasi
5. Gangguan kesadaran tanda disertai kaku kuduk atau/dan gejala neurologis
fokal, bradikardi sangat mungkin penyebabnya metabolik
6. Gangguan kesadaran dengan tanda herniasi intrakranial ( anisokor, isokor
miosis/ midrasis dengan tetraparesis ) termasuk gawat darurat secepatnya
perlu tindakan
7. Gangguan kesadaran dengan penyebab yang sudah jelas, dapat diterapi
spesifik untuk penyebab :
- Hipoglikemi : Glukosa
- Overdosis Opiat : Nalokson
- Overdosis Benzodiazepin : Flumazenil
- Wernicke Ensephalopaty : Thiamin
PENYULIT :
- Tenaga kurang Profesional
- Peralatan kurang lengkap
- Ruang perawatan intensif belum memadai
KONSULTASI :
- Bagian bedah Saraf
- Bagian Penyakit Dalam
- Bagian Anestesi
- Bagian Kardiologi
- Bagian Pulmonologi
JENIS PELAYANAN
Jenis Pelayanan termasuk keadaan darurat neurologis perlu tindakan
cepat,tepat dan akurat dan perlu dirawat di ruang pelayanan intensif
LAMA PERAWATAN
1 5 hari
Pemeriksaan Fisik :
Kelemahan N. cranialis VII, VI, III,V, IX, X
Kelemahan ekstremitas bawah, asenden, asimetris upper extremitas, facial
Reflex : absen atau hiporefleksi
Reflex patologi -
Penunjang :
Laboratorium :
LCS :
- Disosiasi sitoalbumin
- Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa
peningkatan dari sel < 10 lymposit/mm3
- Hitung jenis dan panel metabolik tidak begitu bernilai
- Peningkatan titer dari agent seperti CMV, EBV/micoplasma membantu
penegakan etiologi. Untuk manfaat epidemiologi
- Antibodi glycolipid
- Antibodi GMI
Ro : CT/MRI untuk mengeksklusi diagnosa lain seperti myelopati
EMG
TATALAKSANA
- Tidak ada drug of choice
- Waspadai memburuknya perjalanan klinis dan gangguan pernafasan
- Bila ada gangguan pernafasan rawat ICU
- Roboransia saraf parenteral
- Perlu NGT bila kesulitan mengunyah/menelan
- Kortikosteroid masih kontroversial, bila terjadi paralisis otot berat maka
perlu kortikosteroid dosis tinggi
- Plasmafaresis beberapa pasien memberi manfaat yang besar terutama
kasus akut
- Plasma 200 250 ml/kg BB dalam 4 6 x pemberian sehingga waktu
sehari diganti cairan kombinasi garam + 5 % albumin
- Imuno globulin intravena (expert konsesus) : IVIG direkomendasikan
untuk terapi GBS 0,4 g/kgBB/tiap hari untuk 5 hari berturutturut
ternyata sama efektifnya dengan penggantian plasma.
Expert konsesus merekomendasikan IVIG sebagai pengobatan GBS
PENYULIT
- Gangguan otot pernafasan respiratory failure
- Konsultasi : IPD, Anastesi, Paru
- Jenis pelayanan : Urgent & emergency
- Lama perawatan : 24 minggu
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Kelemahan/kelumpuhan otot yang tidak berhubungan dengan kelemahan
secara umum.
2/3 pasien : Gangguan gerak bola mata, ptosis, diplopia
1/6 pasien : Kelemahan otot farings, kesulitan mengunyah, menelan dan
berbicara
10% :
- Kelemahan ekstremitas
- Kelemahan otot ringan pagi hari dan memberat jika siang, seiring
aktivitas
- Kelemahan bersifat progressif
- Setelah 1520 tahun kelumpuhan menetap
- Faktor yang memperparah gejala :
Emosi, infeksi viral, hypothyreodenasi, kehamilan, panas, obat transmisi
neuromuscular
- Pemeriksaan pita suara
Penunjang :
Laborat :
- Pemeriksaan edrophonium cloride (Tensilon)
- Antibodi terhadap acetylcholin receptor (AchR)
Penunjang :
1. Repetitive Nerve Stimulation
2. Simple filter EMG
Gold standard : -
Radiologis :-
DIAGNOSIS BANDING
- Histeria
- Multiple sclerosis
- Symptomatic miasthenia
- Syndroma moebius
- Cholinergic crisis
TATALAKSANA
- Cholinesterase (CHE) inhibitor menurunkan hidrolisis enzim Ach, pada
sinap cholinergik ChE, kemungkinan menyembuhkan pasien miastenia
gravis lebih besar dari yang lain. Pyrido stigmuno bromide (Mestinon)
dan Neustigramin Bromide (Prostigmin). Tidak ada penetapan dosis
tertentu, kebutuhan CHE inhibitor sangat bervariatif
- Thymectomy : Pasien MG dianjurkan thymectomy. Respon yang
diharapkan muncul 2 5 tahun post OP. Thymectomy pada usia > 60 th
jarang menunjukkan kesembuhan
- Kortikosteroid : Prednison 1,5 2 mg/kg/BB
Penunjang
Laboratorium
LCS : LP harus dikerjakan pada setiap pasien yang dicurigai MS
Jumlah Sel : Limfositosis pleiositik ( > 5 sel per mm 3 ) umumnya sel
mononuklear jarang polimorfonuklear. Semakin awal diperiksa semakin tinggi
jumlah sel
Kadar protein : dengan sistem pandy positif, kwantitatif kadar gamma globulin
meningkat
Fundus : kepucatan fundus bitemporal
EEG : pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan spesifik
Elektro okulo/nistagmograf : mendeteksi nistagmus yang tidak terlihat mata
telanjang
Bila CT Scan : Positif pada MS bila lesi - 2 cm
MRI
DIAGNOSIS BANDING
- Hereditary ataxic
- Familial spastic paraplegia
- Vit. B12 defisiensi
- Tropical spastic paralysis
- SLE
- Sjogren syndrome
- Bekcet disease
- Acute diseminated encephalomalasia
- Lyme disease
- Adreno leukodistrophy
TATALAKSANA
Kortikosteroid kontinyu sebagai standar pengobatan
- Stabilisasi Blood Brain Barrier
- Mengurangi inflamasi & oedem
- Meningkatkan nerve conduction
- Menghambat sistem imune
INF , IL 2 , Antibody immunosupresan, NK cell
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Progressive
Kelemahan otot asimetrik, atropi otot,fasikulasi, hiperrefleksia.
Ekstremitas bawah gejala awal kram, kaku bila berjalan/lari
Ekstremitas atas kesulitan beraktifitas mengancingkan baju,mengangkat benda
ringan, bicara parau atau penurunan volume fasikulasi anggota gerak dan lidah,
nyeri sendi ,gangguan menelan siallorhea (salivasi berlebih)
Ketakutan, kecemasan dan depresi. Gangguan emosi berlebih ,tertawa dan
menangis bergantian, kakhexia yang sulit dijelaskan, atropi otot atau faktor
nutrisi .
Diagnosis :
Atropi, fasikulasi, kelemahan progresif, hiperrefleksia.
Pemeriksaan perlu diulang-ulang untuk membuktikan perkembangan
hiperefleksi,fasikulasi dan keterlibatan upper & lower motor neuron
Laboratorium
- Tak ada test yang pathognomonic
- Serum protein, logam berat pada tiroid dan paratiroid
- High titer anti CN, antibodies
DIAGNOSIS BANDING
- Spinal Cord Lesion
- Spinal Bone Lesion
- Infection
- Gg. Endokrin
- Toksin
- Post-polio Syndrom, Huntington disease, Freiderich Ataxia, Multiple
Sclerosis, Polimyositis, Myasthenia gravis, Muscular Distrohyi
TATALAKSANA
Medikamentosa
- Simptomatik
Spastisitas dikurangi dengan Baclofen (Lioneral) 10 25 gram 3x sehari
Valium 2 -15 mg 3x1
Diazepam, Dextrolena (Dentrium) 50 100 gram 4x sehari
- Pain
NSAID & antikonvulsi
Karbamazepin 200 g 3x1
Amytriptilin 50 150 malam
KRITERIA DIAGNOSIS
Vertigo merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektif (symptoms)
dan objektif (signs) dari gangguan alat keseimbangan tubuh.
Gejala subjektif
Pusing, rasa kepala ringan
Rasa terapung, terayun
Mual
Gejala objektif
Keringat dingin
Pucat
Muntah
Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
Nistagmus
Gejala tersebut di atas dapat diperhebat/diprovokasi perubahan posisi
kepala.
Dapat disertai gejala berikut:
Kelainan THT
Kelainan Mata
Kelainan Saraf
Kelainan Kardiovaskular
Kelainan Penyakit Dalam lainnya
Kelainan Psikis
Konsumsi obat-obat ototoksik
A. Anamnesis
Bentuk vertigo: melayang, goyang berputar, dsb.
Keadaan yang memprovokasi: perubahan posisi kepala dan tubuh,
keletihan, ketegangan.
Profil waktu: Akut, paroksismal, kronik.
Adanya gangguan pendengaran yang menyertai.
Penggunaan obat-obatan misalnya streptomisin, kanamisin, salisilat.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung,
hipertensi, hipotensi, penyakit paru.
B. Pemeriksaan fisik
Umum: Keadaan umum, anemia, tekanan darah berbaring dan
tegak, nadi, jantung, paru, abdomen.
Pemeriksaan neurologis umum:
Kesadaran
Saraf-saraf otak: visus, kampus, okulomotor, sensori di muka, otot
wajah, pendengaran, dan menelan.
C. Fungsi motorik (kelumpuhan ekstremitas) dan fungsi sensorik (hipestesi,
parestesi).
Pemeriksaan khusus Oto-neurologis untuk menentukan lesi sentral dan
perifer.
Fungsi vestibuler/serebelar
1. Tes Nylen Barany atau Dix Hallpike (cara: Lampiran)
2. Tes kalori
3. Tes Romberg, tandem gait, past pointing test, tes Fukuda dll.
Fungsi pendengaran
1. Tes Garputala
2. Audiometri
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah, urin, dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi.
Pemeriksaan Radiologi: Foto tulang tengkorak leher, Stenvers (pada
neurinoma akustik).
Pemeriksaan neurofisiologi: elektroensefalografi (EEG),
elektromiografi (EMG).
Pemeriksaan Neuro-imaging: CT-Scan kepala, pnemoensefalografi,
Transcranial Doppler.
TATALAKSANA
Terapi kausal: sesuai dengan penyebab
Terapi simptomatik:
Pengobatan simptomatik vertigo:
Ca-entry blocker (mengurangi aktivitas eksitatori SSP dengan
menekan pelepasan glutamat, menekan aktivitas NMDA spesial
channel, bekerja langsung sebagai depresor labirin):
Flunarisin (Sibelium) 3x 510 mg/hr
Antihistamin (efek antikolinergik dan merangsang inhibitory-
monoaminergik dengan akibat inhibisi n. vestibualris):
Cinnarizine 3x25 mg/hr, Dimenhidrinat (Dramamine) 3x50 mg/hr.
Histaminik (inhibisi neuron polisinaptik pada n. vestibularis
lateralis): Betahistine (Merislon) 3 x 8 mg.
Fenotiazine (pada kemoreseptor trigger zone dan pusat muntah di
M. oblongata): Chlorpromazine (largaktil): 3 x 25 mg/hr
Benzodiazepine (Diazepam menurunkan resting activity neuron
pada
n. vestibularis) 3x 25 mg/hr
PENYULIT
Dehidrasi
Gangguan elektrolit
KONSULTASI
THT dan unit pelayanan lain yang terkait sesuai indikasi.
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Rawat inap, terutama bila disertai muntah hebat
TENAGA STANDAR
Perawat, dokter
umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Minimal 1 minggu
PROGNOSIS
Tergantung penyebab
Hasil :
Orang normal dengan manuver tersebut tidak timbul vertigo atau nistagmus.
Tipe Perifer Tipe Sentral
Bangkitan vertigo Lebih mendadak, Lebih lambat, konstan
intermitten
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala Otonom (++) (+)
(mual, muntah, keringat)
Gangguan pendengaran (+) (-)
(tinnitus, tuli)
Tanda fokal otak (-) (+)
Nistagmus Selalu ada Dapat hilang
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
1. Adanya pembatasan jumlah waktu tidur dalam sehari kurang dari 7
jam (6 jam atau kurang).
2. Mengantuk di siang harinya disertai perubahan mood dan
psikomotor.
b. Laboratorium :
Tidak diperlukan
c. Radiologis :
Tidak diperlukan
TATA LAKSANA
a. Non Medikamentosa:
Meningkatkan waktu tidur total sampai 8 jam atau lebih.
Kadang kadang dibutuhkan perubahan pola hidup dan pekerjaan.
b. Medikamentosa:
Cara non medikamentosa biasanya berhasil, tetapi bila diperlukan obat
stimulan jangka pendek (Methylphenidate, Ritalin 5 20 mg pagi dan
atau siang hari)
PENYULIT :
- Pembatasan tidur parsial (4 6 jam per-malam), jangka pendek (kurang
dari 2 minggu) menyebabkan perubahan mood dan psikomotor serta
perubahan endokrin seperti peningkatan kadar kortisol dan resistensi
insulin yang ringan.
- Pembatasan tidur parsial yang kronis menyebabkan peningkatan angka
kematian karena penyakit jantung dan kematian pada umumnya.
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis :
Adanya pemakaian obat-obat yang mempunyai efek sedatif seperti obat
hipnotik, anti psikotik (Chlorpromazine,Thioridazine), anti depresan
golongan trisiklik (amitriptyline, doxepine) anti konvulsan, anxiolytics
(Benzodiazepine), anti histamin (Chlorpheniramine, Dyphenhidramine),
anti hipertensi (Alpha agonist, Alpha blockers), melatonin, putus obat
golongan amphetamine.
b. Laboratorium : -
c. Radiologis : -
TATA LAKSANA:
a. Non Medikamentosa:
Menghentikan obat atau ganti dengan golongan lain yang kurang
mempunyai efek sedatif
b. Medikamentosa :
Jika obat tidak dapat dihentikan dicoba dengan pemberian terapi
stimulan antara lain Methylphenidate (Ritalin) 5- 80 mg dosis terbagi,
Dextroamphetamine (Adderall) 5-60 mg dosis terbagi, Modafinil
(Provigil) 100- 400 mg (sekali atau dua kali sehari).
PROGNOSIS : Baik
KRITERIA DIAGNOSIS
a. Klinis
1. Gejala biasanya mulai dekade ke-2 (umur 20 30 tahun), walaupun
kadang terjadi sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun).
2. Ada 4 gambaran klasik (Classic tetrad) :
a. Hipersomnia : merupakan gejala utama gejala utama yaitu
mengantuk berlebihan pada siang hari yang segera membaik dan
kembali segar setelah tidur singkat kurang dari 30 menit
b. Cataplexy : mendadak kehilangan tonus otot dan berlangsung
sebentar yang khas terjadi pada saat sedang emosi kuat, misalnya
tertawa terbahak-bahak atau marah yang berlebihan. Kelumpuhan
dapat komplit atau parsial dan biasanya singkat (detik menit).
Terjadi kira-kira 70% penderita narkolepsi.
c. Sleep paralysis (Jawa: tindihen) yaitu ketidakmampuan untuk
bergerak atau bicara yang terjadi awal (hipnagogic) atau akhir tidur
(hipnopompic).
d. Hipnagogic hallucination yaitu halusinasi penglihatan atau
pendengaran yang muncul sebagai representasi mimpi dan terjadi
segera pada awal tidur, kadang-kadang terjadi pada saat bangun pagi
(hipnopompic). Halusinasi dapat berupa bayangan orang yang
mengancam, binatang atau biasanya hantu/monster disertai rasa
takut yang hebat dengan atau tanpa sleep paralisis.
3. Gejala penyerta :
a. Automatic behaviour dan amnesia: yaitu saat penderita mengantuk
dan berusaha mengatasinya tiba-tiba muncul aktifitas yang terjadi
dibawah alam sadar. Ia dapat melanjutkan tugasnya dengan benar
tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan yang komplek. Kadang
keluar kata-kata yang tidak mengandung arti dan tidak relevan
dengan pembicaraan dan hal ini mengakhiri serangan disertai
amnesia terhadap apa yang diperbuat tadi.
Serangan berlangsung beberapa detik tetapi kadang sampai beberapa
jam, biasanya saat mengerjakan aktivitas monoton seperti
mengendarai mobil, sehingga sering terjadi kecelakaan. Karena itu
kalau mengantuk sebaiknya berhenti dan tidur singkat (10 30 menit)
sudah bisa segar kembali. Dapat terjadi pada orang normal yang
sangat mengantuk seperti dokter yang praktek sampai jauh malam.
b. Disrupted sleep yaitu terbangun beberapa kali semalam
c. Sleep apneu: 20% penderita laki-laki.
4. Polisomnografi menunjukkan 1 atau lebih sebab :
1. Sleep latency < 10 menit
2. REM sleep latency < 20 menit
3. MSLT yang menunjukkan rata rata sleep latency < 5 menit
4. Sleep-onset REM period (SOREM) < 15 menit, paling sedikit pada 2
dari 5 kesempatan tidur kecil selama rekaman Polysomnography.
5. HLA trapto type-DQB1 0602 dan DR2 positif (terdapat pada 90-100%
penderita narkolepsi tergantung ras-nya)
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. DD NARKOLEPSI DG CATAPLEXY
- narkolepsi skunder (symptomatic)
- epilepsy
TATA LAKSANA
a. Medikamentosa
1. Obat stimulan
OBAT DOSIS (mg)
Methylphenidate 5 60 (dosis terbagi)
MethylphenidateSR 20 - 60 / hari
Dextroamphetamin 5 - 60 / hari
Pemoline 75 150 /hari
Modafiline 100 - 400 ( sekali atau 2 kali sehari)
b. Non Medikamentosa.
1. Informasi
Narkolepsi adalah kelainan/penyakit seumur hidup. Pasien harus
mendapat informasi yang adekuat tentang penyakitnya
Akan lebih baik lagi apabila informasi disampaikan kepada anggota
keluarga, teman, guru, dokter keluarga, dll yang berhubungan dekat
dengan penderita
Beberapa penderita sangat tertolong apabila berkomunikasi dengan
sesama penderita
2. Tidur malam dan tidur siang sebentar
Tidur malam yang cukup, dilakukan pada jam yang teratur untuk
mencegah terjadinya ngantuk siang hari
Tidur siang yang terencana atau tidur singkat di siang hari untuk
mengurangi hipersomnia.
3. Pendidikan dan Pekerjaan
Meskipun narkolepsi tidak mengganggu intelektualitas, hipersomnia
dapat mengganggu konsentrasi dan penampilan di sekolah dan tempat
bekerja.
Guru harus diberi informasi tentang keadaan penderita sehingga
kesulitan anak-anak penderita narkolepsi dapat dilakukan pendekatan
dengan simpatik, diberi jadwal aktifitas yang sesuai, dan dapat tidur
siang sejenak apabila memungkinkan.
Pasien memilih pekerjaan tertentu sehingga terhindar dari bahaya untuk
pasien maupun orang lain
Diperlukan aturan hukum yang relevan untuk penderita narkolepsi
misalnya dalam hal mengemudi kendaraan bermotor
4. Terapi psikologis
Keluhan psikologis, terutama depresi sering terjadi pada narkolepsi
sehingga perlu diberi support psikologis.
PENYULIT : -
TENAGA :
Untuk penatalaksanaan lanjutan : - Dokter Umum atau Dokter Spesialis Saraf
LAMA PERAWATAN :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
PROGNOSIS
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Kadang-kadang pada beberapa kasus serangan cataplexia dapat menurun
- Dapat disertai gangguan tidur yang lain seperti OSA, PLMS,dan REM Sleep/
Behaviour Disease.
Kriteria diagnosis
a. Klinis
1. Hipersomnia dan episode tidur malam yang memanjang, sulit bangun
dari tidur.
2. Tidur kecil-kecil di siang hari yang tidak membuat segar kembali
3. Kesulitan bangun dari tidur
4. Tidak ada manifestasi dan fenomena REM abnormal
b. Laboratorium
PSG : yang khas menunjukan tidur yang memanjang dan efisiensi tidur
yang tinggi dengan proporsi stadium tidur yang normal.
MSLT : pemendekan sleep latency (<10 menit, tetapi lebih lama dari
narkolepsi) tanpa ada periode SOREM
Sulit dibedakan dengan narkolepsi tanpa cataplexy
c. Radiologis
d. Gold Standard : PSG dan MSLT
e. Patologi anatomi : -
Differential diagnosis :
Narkolepsi tanpa cataplexy
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
Sulit diobati dengan hasil memuaskan
Modifikasi gaya hidup, membatasi pembatasan tidur, dan hygiene tidur
yang baik
Tidur kecil-kecilan biasanya tidak berhasil (tidak seperti narkolepsi)
b. Medikamentosa
Modafinil adalah terapi awal pilihan
Bila perlu dapat ditambah amphetamine dan methylphenidate
Kombinasi obat long dan short acting sering memberikan efek terbaik
Penyulit : -
Terdapat 3 subtipe:
1. Obstructive sleep apnoea ( OSA) : ditandai oleh serangan berulang
kolaps dari farings selama tidur
2. Central Sleep Apnea (CSA ) ditandai oleh periode hilangnya usaha
respirasi yang dapat terjadi secara sporadis atau dalam bentuk tertentu
seperti cheyne stokes respiration
3. Sleep related hypoventilation : periode penurunan ventilasi dengan
hiperkapnea yang berlebihan, terbanyak disertai dengan kelemahan
neuromuskular atau abnormalitas dinding dada.
Diferensial diagnosis:
UARS(Upper Airway Resistance Syndrome)
Tatalaksana:
- menghilangkan simtom dan memperbaiki kwalitas hidup
- mengurangi faktor-faktor resiko kejadian fatal
- mencegah komplikasi hipertensi,infark miokard,stroke,mati mendadak.
Penyulit : -
Tenaga :
Spesialis saraf, THT.
Prognosis :
OSA dapat disertai dengan peningkatan resiko hipertensi, kecelakaan mobil,
dan penurunan kualitas hidup
Berhubungan secara independen dengan penyakit kardiovaskuler (IMA, CHF)
dan Stroke
Kriteria diagnosis :
a. Klinis:
- suara gaduh/riuh timbul waktu tidur,saat inspirasi
- ngorok biasanya timbul secara reguler,jika terputus-putus
kemungkinan OSA atau UARS
- daytime sleepiness
- mengganggu pasangan tidur
b. Laboratorium:
c. Radiologis:
- foto X-ray lateral cephalometry,CT scan dan MRI, ini semua untuk
menilai bentuk dan ukuran saluran nafas bagian atas dan level
obstruksinya
- endoskopi/nasendoskopi,dilakukan dalam keadaan bangun dan tidur
Diferensial diagnosis:
UARS dan OSA
Tatalaksana :
- Tujuannya membuat pasangan tidurnya dapat tidur nyenyak
- Sebaiknya pasangan/partner disarankan tidur lebih dahulu dari
penderita.
- Untuk penderita pemasangan mandibular advancement devices cukup
efektif jika snooring semakin memburuk pada posisi supine
- Dilakukan tindakan pada Upper Airway Surgery :
o Nasal surgery
o Palatal surgery
o Tonsilectomy / Adenoidectomy
o Linguoplasty
o Excision of Obstructif mass dan orthognatic surgery
Penyulit : -
Konsultasi : Bagian Saraf,THT, Bedah Head and Neck, dan Bedah Gigi dan Mulut
Jenis Pelayanan :
Rawat jalan dan rawat inap bila memerlukan tindakan operasi
Diagnosis banding
1. Insomnia sekunder oleh karena gangguan psikiatrik.
2. Insomnia sekunder oleh karena faktor organik
3. Insomnia primer
Penatalaksanaan
1. Perbaikan gaya hidup
2. Perubahan hygiene tidur yang optimal
Misalnya : - menghindari minum kopi dan alkohol
- menghindari obat-obat stimulan
- menghindari pemakaian diuretik malam hari
3. Terapi penyebab yang mendasari
4. Insomnia yang lebih dari beberapa hari dapat di obati dengan obat
hipnotik sesuai indikasi:
a. DIS (Difficulty in Initiating Sleep)
Terapi:
- Triazolam - Zolpidem
- Flunitrazepam - Zopiclon
- Zoliplon
b. DMS (Difficulty in Monitoring Sleep)
Terapi:
- Temazepam - Zolpidem
- Lormetazepam - Zopiclon
- Oxazepam
ALGORITMA PENATALAKSANAAN
If Insomnia persist
Revised of Diagnosis
Light or
Psychotherapy Behavioral melatonin Short
therapy therapy term
hypnotic
Kriteria Diagnosis:
1. Anamnesa: kesulitan tidur akibat rasa khawatir, was-was cemas &
ketakutan yang tidak rasional.
2. Pemeriksaan fisik: otot-otot tegang, berdebar-debar, sesak napas,
kelelahan, keringat dingin, sulit konsentrasi.
3. Polysomnografi: jarang membantu jika ada terdapat gambaran:
total sleep time singkat, peningkatan latensi tidur, efisiensi tidur
menurun, peningkatan jumlah terbangun dari tidur dan N REM/REM:
Normal.
Diagnosis banding : -
Penatalaksanaan:
A. Medikamentosa : Long acting benzodiazepin
B. Tindakan : -
Penyulit : - Depresi
- Percobaan bunuh diri
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa : Kesulitan tidur terjadi pada awal stadium depresi, terutama
pada awal tidur, sering terbangun malam hari, bangun terlalu
dini, mimpi buruk, tidur tak nyenyak berlangsung hampir tiap
hari.
b. Pemeriksaan fisik: Depresi
c. Polysomnografi:
- Pada pubertas : Normal
- Pada dewasa muda: Abnormal ringan
- Pada Usia Lanjut:
- TST 1 & 2 NREM Sleep
- Awakening 3 & 4 N REM Sleep
- EWM (+) REM Sleep Latency
- Sleep Latency REM Sleep , Daytime nap
Tatalaksana :
A. Medikamentosa
- Anti depressant Trisiklik
- SSRIs
- MAOIs
B. Tindakan
- Light therapy
Prognosis : baik
Diagnosis banding :
1. Gangguan psikiatrik
2. Circadian rhytm disorders
3. Poor Sleep hygiene
4. Anxiety states
5. Chronic Fatigue syndrome
6. Fibromyalgia
Tatalaksana :
Hypnotic therapy
Perbaikan sleep hygiene
Terapi tingkah laku
Relaksasi
Restriksi tidur
Kontrol rangsangan
Prognosis : baik
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa : Sulit tidur/kurang tidur nyenyak & kelelahan tiap hari yang
berlangsung 6 bulan. Lemas, gangguan konsentrasi & memori.
b. Pemeriksaan Fisik : nyeri pada seluruh otot-otot
c. Polysomnografi :
- TST
- SL
- 1 & 2 REM ?
- RM
- Alpha intrusion (+)
- Awakening : ?
Diagnosis banding :
1. Psychophysiological insomnia
2. Anxiety states
3. Fibromyalgia
Tatalaksana
Anti depresan & anti ansietas
Perbaikan sleep hygiene
Mengurangi cahaya saat tidur
Pembatasan gerak
Cognitive therapy
Kriteria diagnosis :
a. Anamnesa:
Sulit tidur yang ditandai dengan kesulitan menyebutkan berapa lama tidurnya,
atau penyebab patologis dari gangguan tidur tersebut. Gangguan tidur biasanya
saat tengah malam berupa: DIS & DMS dan kadang-kadang tidak tidur sama
sekali, biasanya disertai dengan kelelahan, perubahan nood.
b.Pemeriksaan fisik: Normal
c.Polysomnografi:
1. Durasi tidur : N
2. Sleep latensi: N
3. Sedikit terbangun
4. MSLTs : N
Diagnosis banding :
a.Short sleepers
b.DSPS
c.Psycophysiological insomnia
d.Malingering
Tatalaksana :
- Anti depressant
- Anti anxiety
Kriteria diagnosis
a. Klinis
- Terutama dari anamnesis
- Dysesthesia dan restlesness di tungkai yang membaik dengan gerakan
- Gejala timbul dan memburuk di waktu sore dan malam
b. Polysomnography
Delapan puluh persen mempunyai PLMS yaitu dorsofleksi ibu jari kaki dan
kadang-kadang fleksi lutut dan panggul yang ritmik (tiap 15 30 detik).
c. Laboratorium
Level ferritin menurun ( normal > 40 mg/L )
Diagnosis banding : -
Tatalaksana :
a. Dopaminergic agent, merupakan first line therapy dan sangat
efektif pada RLS dan PLMS
- Pramipexol : dosis efektif ( 0,25 1 mg/hari di berikan tiga kali sehari )
atau
- Ropinirole (0,25 2 mg) dua jam sebelum onset gejala jam 18.00 20.00.
- L-dopa atau Carbidopa (25/100100/400 mg) di berikan satu jam sebelum
onset atau dapat di berikan tiap 4 6 jam.
- Sering memerlukan tambahan obat sedativ (seperti Gabapentine,
benzodiazepin, Trazodone) bila disertai insomnia.
b. Opioid dan Gabapentin ( second line agent )
c. Benzodiazepin ( third line agent )
Penyulit : -
Prognosis :
a. Kebanyakan kasus adalah kronis dan sulit sembuh
b. RLS dan PMS merupakan prediksi mortality pada penderita dengan stadium
akhir penyakit ginjal.
b.Laboratorium :
Pada anak : tidak diperlukan karena biasanya jinak dan terbatas waktunya.
Pada dewasa : onset baru dan serangan berulang, membutuhkan evaluasi klinis
dan Polysomnography
Tatalaksana
1. Perawatan umum
1.a. Reassurance dan penjelasan tentang penyakitnya. Hal ini cukup bila
serangannya jarang.
1.b. Nasehat Hygiene tidur, regulasi tidur-bangun yang cukup, hindari
pembatasan tidur.
1.c. Penjadualan bangun 15-30 menit sebelum biasanya terjadi sleep terror.
1.d. Hindari perlukaan pada anak seperti pindahkan barang- barang yang mudah
pecah dan bila perlu kunci pintu dan jendela.
1.e. Gali penyebab psikologis anxietas dan stress yang mungkin mencetuskan
serangan.
1.f. Terapi behaviour penting pada penderita dewasa
2. Medikamentosa
2.1. Benzodiazepin (lorazepam 13 mg, clonazepam 0,52 mg, triazolam 0,125
0,25 mg sebelum tidur) di indikasikan pada penderita dewasa bila sering
terjadi serangan dan disertai akibat yang membahayakan.
2.2. Beta blockers seperti propanolol untuk mengurangi gejala-gejala autonom.
Penyulit
1. Gangguan tidur dan anxietas pada orangtuanya
2. Rasa malu untuk anak-anak
3. Dapat menyebabkan cedera pada anak-anak atau orang lain.
Prognosis :
1. Pada anak-anak biasanya intermiten, jinak, dan terbatas waktunya
(terbanyak 4 12 tahun)
2. Kejadian pada dewasa kadang-kadang dapat menyebabkan tingkah laku
seksual dan tindak kekerasan atau terluka.
Kriteria Diagnosis
1. Klinis
Biasanya terjadi pada 1/3 pertama waktu tidur (NREM stadium 3-4)
Penderita bangun duduk ditempat tidur, membuka mata, membuka
selimut, bergerak berputar seperti bertujuan, dan berusaha
meninggalkan tempat tidur
Anak dapat berjalan kekamar tidur orang tua dan memberikan respon
sederhana terhadap pertanyaan dan perintah. Kadang-kadang kencing.
Penderita mencoba berpakaian, kemudian berjalan mengelilingi tempat
tidur tapi menolak rintangan. Mengucapkan beberapa kata, dapat naik
tangga, memakai alat-alat dapur dan berusaha menyiapkan makanan.
Membuka pintu depan rumah, berjalan beberapa jauh, dan bahkan
mengendarai mobil.
Kecelakaan dapat terjadi akibat jatuh dari tangga, jendela, atau sesudah
bejalan di luar rumah. Penderita biasanya mau di ajak kembali ke
tempat tidur tanpa perlawanan.
Usaha untuk menghalang-halangi atau membangunkan harus di hindari
karena menyebabkan kebingungan, kecemasan, dengan keinginan
melarikan diri yang dapat mencetuskan kekerasan mendadak.
Tidak ada mimpi, tidak ingat apa yang terjadi dan sesudahnya segera
tidur lagi.
2. Laboratoris:
Polysomnography untuk membedakan dengan gangguan tidur yang lain.
Rekaman video sangat membantu melihat pola serangan.
3. Radiologis
Tidak ada kelainan
4. Gold Standar
Polysomnography:
Tampak gelombang delta voltase tinggi pada stage 1 dan 2 NREM selama
beberapa detik sebelum terjadinya sleep walking tanpa ada gambaran
klinis epilepsy. Sering terbangun langsung dari stadium 1-2 NREM disertai
sleep walking. Atau dapat juga tanpa sleep walking. Rekaman video
dapat menunjukkan pola aktivitas serangan
Tatalaksana
1. Medikamentosa
1. 1 Benzodiazepin (klonazepam 0,25 2 mg, atau diazepam)
1. 2 Antidepresan kadang-kadang bermanfaat
2. Non Medikamentosa
2. 1. Hygiene tidur
2. 2. Pengurangan stress dan pembatasan tidur.
2. 3. Dibangunkan secara terjadwal 15-30 menit sebelum waktu biasanya terjadi
sleep walking.
2. 3. Proteksi lingkungan seperti tutup dan kunci jendela, tutup tangga, pasang
bel pada pintu kamar tidur, singkirkan benda-benda tajam dan mudah
pecah.
2. 4. Psikoterapi pada penderita dewasa yang potensial berbahaya.
Penyulit
1. Rasa malu
2. Resiko cedera
Prognosis :
1. Kemungkinan bisa membaik sangat besar
2. Mengganggu prestasi belajar
3. Pada orang dewasa dilaporkan mempunyai resiko gangguan psikiatri,
gangguan tidur lainnya
Kriteria diagnosis
a. Klinis
Usia biasanya > 50 tahun, laki-laki lebih banyak daripada wanita, kadang-
kadang ditemukan riwayat keluarga
Terjadinya 1/3 awal tidur pada stadium REM, biasanya 30 menit setelah
onset tidur dan dapat berulang setiap interval 10 menit.
Serangan berupa mimpi yang menyeramkan atau agresif disertai gerakan-
gerakan abnormal dan tingkah laku yang kompleks dan sering berupa
tindak kekerasan sehingga dapat melukai penderita penderita atau
pasangannya.
Penderita menolak dikendalikan dan bisa marah dan melakukan tindak
kekerasan tetapi tidak sampai pada tindakan seksual.
Mimpi dapat diingat kembali tetapi gerakan dan tingkah laku abnormal
tidak diingat.
Penyebabnya:
- Tidak diketahui (40% kasus)
- Intoksikasi obat akut (alkohol) atau penghentian mendadak obat
supresan tidur fase REM seperti amphetamine dan cocain, anti-
cholinergic, MAO inhibitor, anti-depressant tri-cyclic, SSRI, dan
terutama venlafaxine
- Parkinson: 1/3 kasus parkinson didahului RBD 10 15 tahun
sebelumnya.
- Multiple system atrophy: 90% disertai RBD
- Lewy body disease: kasus disertai RBD
- Alzheimers disease: kadang-kadang disertai RBD
- Narkolepsi sering disertai RBD
- OSA berat
- Periodic limb movements pada fase tidur N-REM
b. Laboratorium:
Pemeriksaan polysomnography sangat penting dalam menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosa lain.
Hasil PSG menunjukkan kerangka tidur normal kecuali adanya peningkatan
durasi dan densitas tidur REM dan sedikit pemanjangan stadium 3 4 N-REM,
tonus otot tetap ada, periodic limb movements dapat terlihat pada tidur
REM maupun N-REM
Rekaman video penting untuk menunjukkan bentuk gerakan-gerakan.
c. Radiologis: MRI atau CT scan diperlukan untuk mencari penyebab terutama
kerusakan di batang otak
d. Golden Standard: PSG, MRI atau CT scan
e. Patologi anatomi
Tata laksana
a. Non Medikamentosa
1. Proteksi penderita dan pasangannya, bila disertai tindak kekerasan,
pindahkan benda-benda yang dapat digunakan untuk kekerasan, letakan
kasur dilantai dengan bantal-bantal disekelilingnya.
2. Hindari halangan fisik karena dapat menyebabkan resiko luka.
b. Medikamentosa
Turunkan pelan-pelan obat-obat penyebab seperti venlafaxine dan anti-
depresi SSRI
Benzodiazepine seperti clonazepam 0,5 4 mg: efektif segera pada 90%
kasus
Melatonin 3 15 mg malam hari sebelum tidur.
Buproprion adalah satu-satunya anti depresan yang tidak menimbulkan
RBD, sehingga dapat diberikan sebagai pengganti anti depresan lain.
Penyulit :
Dapat menyebabkan tindak kekerasan dan luka
Konsultasi :
Bagian Neurologi
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf/Spesialis Saraf konsultan sleep disorder
Lama perawatan :
Untuk mengikuti perkembangan : kontrol secara berkala seumur hidup
Prognosis
- Penyakit seumur hidup, sulit disembuhkan
- Dapat menjadi petanda akan timbulnya penyakit parkinson 4 10 tahun
sebelumnya
Kriteria diagnosis
a. Klinis
Biasanya onset terjadi pada usia balita usia 3 6 tahun, laki-laki dan
wanita sama, tetapi pada usia dewasa wanita lebih sering, terjadi pada
1/3 akhir malam
Isi mimpi panjang dan komplek serta menakutkan dan menyebabkan
kecemasan serta ketakutan hebat sewaktu akan bangun tidur. Mimpi
dapat diingat kembali dengan baik, dan sering sulit tidur kembali.
Jarang terjadi gerakan motorik dan tingkah laku kecuali sesudah bangun.
Gejala otonomnya sedikit, seperti peningkatan detak jantung.
Penyebabnya:
- pembatasan tidur yang menyebabkan rebound tidur REM
- narkolepsi
- RBD
- Schizoprenia
- Anxietas
- Obat-obatan seperti L-dopa, beta blocker
- Penghentian obat mendadak seperti anti depresan, alkohol
b. Laboratorium: -
c. Radiologis: -
d. Golden Standard: PSG jarang dibutuhkan, dapat menunjukkan peningkatan
densitas REM 10 menit sebelum terbangun dari nightmare
e. Patologi anatomi: -
Differential diagnosis
RBD
Serangan panik pada malam hari
Narkolepsi
Sleep terror
Tata laksana
a. Non medikamentosa:
Hentikan obat-obat penyebab seperti L-dopa, beta blocker
Kurangi stres dan perbaiki hygiene tidur
Terapi kognitif tingkah laku
Penyulit :
Nightmare menakutkan penderita dan menyebabkan kecemasan untuk
tidur
Menyebabkan bangun malam hari dan sulit kembali tidur
Tenaga :
Dokter Spesialis Saraf, Spesialis kedokteran jiwa/Psikolo
Lama perawatan :
Berlangsung terbatas , paling sering sampai usia 10 tahun
Prognosis : baik
KRITERIA DIAGNOSIS
American Association in Mental Deficiency
IQ < 70 = retardasi mental sangat ringan
IQ 55-69 = retardasi mental ringan
IQ 40-54 = retardasi mental sedang
IQ 25-39 = retardasi mental berat
IQ < 24 = retardasi mental sangat berat
Pemeriksaan Penunjang
Tes psikometri / Test intelegensi :
- Bayi : Developmental Quotient (DQ)
- Anak usia belum sekolah :
Stanford Binet Scale
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligense (WPPSI)
- Anak usia sekolah :
Wechsler Intelligence Scale for Children(Revised) (WISC-R)
- Anak dengan kemampuan fungsi yang sangat rendah :
The Leiter international Performance Scale
Foto polos kepala
Audiometri
EEG
CT Scan
Darah dan urin : mencari gangguan kimia/metabolik
Serologi darah dan titer antibodi TORCH
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan hormonal ( kelenjar tiroid )
DIAGNOSIS BANDING
Variasi perkembangan normal
CP dengan gangguan motorik dan bicara
Epilepsi
Gangguan THT
Gangguan mata
Depresi
Gangguan belajar spesifik
TATALAKSANA
Terapi Farmaka : Antikonvulsan bila kejang
Metilfenidat bila hiperaktif
Hormon tiroid pada gangguan tiroid
Terapi Non farmaka : fisioterapi
terapi okupasi
terapi wicara
Sekolah Pendidikan Luar Biasa ( SPLB)) tipe C
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
TENAGA
Psikolog, dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
IQ 50-70, MR ringan, slow learner, dapat dididik
IQ<50, MR sedang dan berat, dapat dilatih kemampuan sederhana tertentu
IQ<20, MR sangat berat, tidak dapat dilatih, sangat tergantung pada orang lain
KRITERIA DIAGNOSTIK
Adalah suatu gangguan neuropsikiatri yang umum, khas dan dapat ditangani.
Terjadi pada 3-9% anak usia sekolah.
Pemeriksaan penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning
disability & ADHD
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
DIAGNOSIS BANDING
Childhood mania
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Stimulan (Metilfenidat)
Terapi Non Farmaka : Terapi keluarga oleh psikolog
KOMPLIKASI
Gangguan interaksi sosial
Risiko drug abuse
KONSULTASI
Psikologi anak
Psikiatri anak
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan
TENAGA
Psikolog, psikiater, dokter spesialis saraf, terapis
PROGNOSIS
Ad bonam
KRITERIA DIAGNOSTIK
CP adalah keadaan pada anak dengan kelainan motorik dini yang disebabkan
suatu cacat otak atau kerusakan otak non progresif pada usia muda. Ditandai
dengan paresis, gerakan involunter atau gangguan koordinasi.
Pemeriksaan penunjang
Tes psikologik : Profil tes psikometrik mencari mental retardasi, learning
disability & ADHD
EEG mencari epilepsi
CT scan / MRI kepala : mencari lesi
Pemeriksaan mata : mencari strabismus, gangguan refraksi, gangguan lapang
pandang dan buta sentral
Pemeriksaan THT : mencari tuli sentral
Pemeriksaan Ortopedi : mencari kontraktur sendi, skoliosis, small stotur,
subluksasi sendi
DIAGNOSIS BANDING
Neuromuskuler :
Spinal muscle artrophy
Distrofia muskuler
Degeneratif :
Friedriechs ataxia
Penyakit Chorea Huntington masa anak
Metabolik :
Penyakit Wilson
Kelainan Tulang & Sendi :
Arthero gryphosis multiplex kongenital
Penyakit gangguan gerak involunter :
Sindrom Tourette
Chorea Sydenham
Spasmus nutans
Penyakit metabolik
Tumor atau AVM medulla spinalis
Spinal dystrophia
TATALAKSANA
Terapi farmaka : Antikonvulsan bila epilepsi
Diazepam, Dantrolen, Baklofen untuk spastisitas
KOMPLIKASI
Epilepsi
Gangguan kognisi
Gangguan lihat / dengar
Gangguan makan minum
Gangguan bicara
Gangguan orthopedik : kontraktur, small stature
KONSULTASI
Psikologi anak
Neurofisiologi
Neuroradiologi
Mata
THT
Ortopedi
URM
JENIS PELAYANAN
Rawat jalan
Tidak perlu perawatan, kecuali bila timbul komplikasi status konvulsivus dan
aspirasi pneumonia atau gangguan traktus respiratorius.
TENAGA
Psikolog, Dokter spesialis saraf, spesialis anak, terapis
PROGNOSIS
Tipe tetraplegi : ad vitam & ad functionam : ad malam
Tipe hemiparesis atau diparesis ringan : ad bonam
Bila ada retardasi mental, epilepsi, gangguan lihat /dengar : prognosis kurang
baik
Definisi : Kelainan otot herediter yang progresif , timbul sebelum usia 5 tahun,
biasanya pada anak laki-laki. Kelemahan otot tampak di proksimal.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis :
Anamnesis : Anak usia 24 tahun, kelemahan otot leher menetap sampai
periode infancy, perkembangan motorik yang lambat, sukar menaiki tangga
atau bangun dari lantai, perkembangan motorik yang lambat dan gangguan
kognitif.
Pemeriksaan fisik dan neurologi : Tanda Gowers, berjalan seperti bebek
(waddling gait). Atrofi pada otot, lordosis pada punggung. Pseudohipertrofi
di otot gastroknemius, vastus lateralis, infraspinosus, deltoid, yang agak
jarang terdapat di otot gluteus maksimus, masseter dan trisep akibat
timbunan lemak dan hialin. Kelemahan otot bersifat simetris dan progresif
sehingga pada usia 6 12 tahun sudah tidak dapat menggerakkan kedua
tungkainya dan harus menggunakan kursi roda. 50 80 % pasien terdapat
gangguan jantung. Retardasi mental ditemukan 30 %.
Radiologi : -
Laboratorium : - Kadar Kreatinin Kinase ( CK ) sangat tinggi ( 10.000-30.000 )
- Elektrodiagnostik : gambaran miogenik
- Biopsi otot
Gold standar : gejala klinik, pemeriksaan CK dan EMG.
DIAGNOSA BANDING : -
PENATALAKSANAAN :
- Tidak ada penatalaksanaan khusus, pengobatan hanya bersifat simtomatik dan
suportif untuk mencegah deformitas yang lebih berat.
- Keluarga perlu mengetahui mengenai progresifitas penyakit dan perkiraan
mengenai umur harapan hidup pasien yang seringkali hanya sampai pada
dekade kedua.
PENYULIT :
- Kelemahan yang bertambah berat
- Gangguan respirasi ( infeksi paru )
- Gangguan jantung ( kardiomiopati, gagal jantung )
- Kontraktur, skoliosis.
- Gangguan emosi dan tingkah laku.
KONSULTASI :
Pyschiatrist, orthopedists, geneticist, cardiologist, pulmonologist, physical
therapist, occupational terapist, psychologist, nutritionist
Adalah salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang berat dan dapat
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Penyebab infeksi adalah bakteri, virus
atau organisme yang lain.
Merupakan salah satu komplikasi dari penyakit tuberkulosis, mempunyai
morbiditas dan mortalitas yang tinggi dengan prognosis yang buruk.
KRITERIA DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejala klasik adalah panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk. Pada anak usia
muda (<2 tahun) gejala ini sulit terlihat. Pada anak yang lebih tua gejala seperti
panas badan, nyeri kepala, kaku kuduk atau nyeri pada leher, penurunan
kesadaran, muntah, defisit neurologi fokal, kejang. Pada meningitis yang
disebabkan oleh bakteri gejala ini berlangsung sangat cepat dan dapat terjadi
perburukan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Pemeriksaan fisik umum dan neurologis :
- Penurunan kesadaran, febris.
- Kaku kuduk, defisit neurologi fokal
Radiologi :
Foto toraks
CT scan dengan kontras : terdapat penyangatan di daerah basal
Laboratorium :
LED, PPD 5 TU
Pemeriksaan pungsi lumbal
PENATALAKSANAAN :
MENINGITIS BAKTERI : tergantung penyebabnya.
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Nutrisi yang baik
- Deksametason diberikan pada anak usia > 2 bulan dengan dosis 0,15
mg/kgBB/kali 15 menit sebelum atau bersamaan dengan antibiotika selama 4
MENINGITIS TBC
Medikamentosa
Obat Dosis harian Lama pengobatan
( mg/kgBB/hari )
INH 10 12 bulan
Rifampisisn 5 12 bulan
Pirazinamid 15 40 2 bulan
Streptomisin 15 40 1 3 bulan
Prednison 12 4 8 minggu, tap off 2 4 minggu
PENYULIT
Meningitis bakterialis : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH
Meningitis TBC : Oedem otak, hidrosefalus, SIADH, arteritis, penjeratan saraf
otak.
KONSULTASI
Bedah saraf, I.K Anak
JENIS PELAYANAN
Rawat inap
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis pasien
Merupakan infeksi pada parenkhim otak yang berat dan seringkali berakibat
fatal.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis
Gejala akut, nyeri kepala, panas badan, kejang, penurunan kesadaran, defisit
neurologis fokal, gangguan tingkah laku.
Laboratorium
Pemeriksaan lumbal pungsi: warna jernih, kadang-kadang kemerahan, sel
normal atau sedikit meningkat, protein sedikit menungkat, glukosa normal.
Radiologi
MRI terdapat kelainan di lobus temporal
EEG
Abnormal di daerah temporal
Gold standar
PCR, IgM dan IgG HSV 1 (pada anak dan dewasa) dan HSV 2 (pada neonatus)
tidak dapat dilakukan segera, karena baru + setelah minggu pertama.
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis virus
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Asiklovir 10 mg/kgBB/kali iv diberikan setiap 8 jam selama 10 hari. Diberikan
sedini mungkin dan boleh diberikan bila terdapat kecurigaan terhadap
ensefalitis herpes simpleks dan dihentikan bila terbukti bukan ensefalitis
herpes simpleks.
- Manitol bila terdapat oedem otak atau tekanan intrakranial yang meningkat
- Antikonvulsan bila ada kejang
- Antipiretik
- Antibiotika untuk infeksi sekunder
Suportif
- Monitoring tanda vital
- Evaluasi status neurologi setiap hari
- Mengatasi gangguan nafas
- Monitoring intake dan output, elektrolit
- Pengukuran lingkar kepala
- Nutrisi yang baik
PENYULIT
Oedem otak
KRITERIA DIAGNOSIS
Gerakan involunter sederhana berupa kedipan mata, menyeringai, menjulurkan
lidah, gerakan kepala, gerakan jari kaki, gerakan wajah (twitching), gerakan
leher, gerakan mengangkat bahu, batuk, suara mendengkur, sedangkan gerakan
yang kompleks dapat berupa gerakan menggosok, melompat, berjongkok,
menciumi objek atau bagian tubuh, copropraxia dan echopraxia, berkata-kata,
atau gerakan berurutan yang stereotipik yang bertambah saat anak stres.
Keluhan ini menetap atau menurun bahkan dapat menghilang. Biasanya
berhubungan dengan gangguan kompulsif dan ADD.
PENATALAKSANAAN
Tujuan : meningkatkan kualitas hidup pasien dengan tics, dan bukan untuk
menghilangkan tics. Bila anak terganggu saat sekolah, obat hanya diberikan saat
sekolah saja.
Non farmakologi
- Situasi kelas / lingkungan sekolah yang tidak menimbulkan stress
- Terapi behaviour
Farmakologi
Prinsip terapi :
1. Mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap
2. Evaluasi efektifitas obat dan efek samping yang terjadi
3. Gunakan monoterapi
4. Gunakan Tier 1 terutama pada tics yang ringan
5. Pemeriksaan EKG sebelum menggunakan obat Tier 2
6. Turunkan dosis obat secara bertahap
Tier 1 :
- Klonidin dosis permulaan 0,05 mg, dapat ditingkatkan menjadi 2 x 0.05
mg. Dosis dapat ditingkatkan setiap 5 7 hari dan dapat diberikan sampai
0,1 -- 0,4 mg/hari.
- Guanfasin dosis permulaan 0,5 mg malam hari dan dapat ditingkatkan
secara bertahap sampai 3 mg/hari dibagi dalam dua dosis.
- Klonazepam digunakan sebagai terapi ajuvan pada pasien dengan
kecemasan. Efek samping berupa mengantuk, dizziness, fatigue.
Obat lain :
Dopaminergik dopamin antagonis (tetrabenazin 25 100 mg/hari),
dopamin agonis ( Pergolid, 0,1 0,3 mg/hari, dosis terbagi).
Botulinum toxin ( Botox )
KRITERIA DIAGNOSIS
Gangguan gerakan yang disebabkan karena disfungsi basal ganglia.
Gerakan menyentak, cepat, ireguler, tidak dapat dipredksikan dapat terjadi
pada pada satu bagian tubuh yang kemudian dapat mengenai bagian tubuh
yang lain, dapat disertai dengan kesulitan untuk makan, gangguan gait,
clumsiness.
Chorea yang banyak terjadi pada anak adalah Sydenhams chorea (SC,
rheumatic chorea, chorea minor, St. Vitus dance). Penyebabnya dapat
bermacam-macam, antara lain : paroxysmal dyskinesias, penyakit imunologi
(SC,SLE,antifosfolipid antibodies), gangguan yang diturunkan (ataxia
teleangiectasia,benign familial), gangguan metabolic (hipertiroid,
mitochondrial abnormalities,congenital disorders of glycosylation), infeksi,
neoplasma, gangguan vaskuler dan kelainan degeneratif.
Laboratorium
Elektrolit termasuk Ca
Pemeriksaan darah lengkap dan apus darah tepi
LED
ASO dan titer DNase B
Antibodi antikardiolipin
Antinuclear antibody
TSH
Ceruloplasmin dan level copper
Skrining toksikologi
MRI kepala
PENATALAKSANAAN
Terapi bila memungkinkan ditujukan pada kelainan yang mendasarinya.
Untuk gejala kliniknya hanya sebagai simtomatik saja. Mekanisme obat yang
dipakai bertujuan untuk mengkoreksi gangguan neurotransmiter seperti
meningkatkan GABA dan acetylcholine dan atau menurunkan reseptor dopamin
Asam valproat ( 10 20 mg/kgBB/hari )
Clonazepam ( 1 5 mg/kgBB/hari )
Haloperidol ( 0,5 2 mg, 2x/hari)
KONSULTASI
Kardiologi anak untuk terapi preventif sekunder terhadap kelainan jantung dan
A beta-hemolytic streptococcus agar tidak terjadi rheumatic fever dan chorea
yang berulang.
KRITERIA DIAGNOSIS
Kontraksi simultan otot agonis dan antagonis yang transien sehingga postur
tubuh menjadi tidak biasa. Bila kontraksi otot agonis dan antagonis seimbang
maka gerakan tidak tampak, hanya berupa ketegangan otot.
Gerakan biasanya perlahan, mengenai satu bagian tubuh, sampai maksimal
kemudian bertahan selama satu menit atau lebih, tetapi kadang-kadang bisa
lebih cepat.
Manifestasi distonia yang sering adalah spasmodik torticollis, spasmodik
retrocollis, inversi intermitten sehingga postur menjadi equinovarus, otot-otot
lidah, blepharospasm, writers cramp dystonia, spasmodic dysphonia.
DIAGNOSA BANDING
Kelainan kongenital dan Benign dystonis of infancy
perkembangan Cerebral palsy
Dyspeptic dystonia with hiatus
hernia
Kelainan degeneratif dan Ataxia-teleangiectasia
penyebab tak diketahui Focal dystonia
Hallervorden-Spatz syndrome
Hemidystonia
Idiopatic torsion dystonia
Leber disease
Myoclonic dystonia
Segawa dystonia with diurnal
fluctuation
Subacute necrotizing
encephalomyelopathy
Dystonia Parkinson syndrome
Penyakit infeksi Ensefalitis virus
Gangguan metabolik GM2 gangliosidosis
PKU
Triosephosphate isomerase
deficiency
Wilsons disease
Reaksi obat Bethanecol, buthirophenone,
carbamazepine, Phenothiazine,
reserpine, tetrabenazine
Psychogenic Munchausen syndrome simulating
dystonia
Gangguan tidur Paroxysmal sleep dystonia
Distonia sekunder :
Reserpin 20 g/kg, dinaikkan bertahap sampai 0,25 mg/hari dibagi dalam dua
dosis
Difenhidramin 11,25 mg/kgBB IM atau IV (maks 50 mg), kemudian dilanjutkan
dengan 11,25 mg/kg PO (maks 50 mg) setiap 68 jam selama 13 hari .
Tumor otak pada anak berbeda dengan tumor otak pada orang dewasa dalam
tipe sel yang terlibat maupun terapinya.
KRITERIA DIAGNOSIS
Klinis : Gejala sering berhubungan dengan adanya tekanan tinggi intrakranial
yaitu nyeri kepala, muntah (pagi hari), mual, perubahan kepribadian, iritabel,
penurunan kesadaran, penurunan fungsi jantung dan pernafasan.
Menurut lokasi :
Tumor serebri : kejang, gangguan visus, disartria, hemiparesis disertai parese
saraf otak, TTIK, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran.
Tumor di batang otak : kejang, gangguan endokrin, perubahan visus atau
penglihatan ganda, nyeri kepala, parese saraf otak dan hemiparese motorik,
perubahan pernafasan, TTIK.
Tumor di serebelum : TTIK, muntah (pagi hari tanpa mual), nyeri kepala,
gangguan koordinasi, gangguan berjalan (ataksia).
Gejala-gejala ini dapat bercampur.
Pemeriksaan neurologis
Penurunan kesadaran, parese saraf otak, hemiparese motorik, gangguan
koordinasi, ataksia, refleks fisiologi meningkat, refleks patologis positif.
Radiologi : CT scan dengan kontras, MRI
Laboratorium : biopsi tumor
Gold standard : CT scan kepala dengan kontras, biopsi
Patologi anatomi : menentukan jenis tumor
DIAGNOSIS BANDING
Abses otak
Tuberkuloma di otak
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa : steroid untuk edem otak ( loading : deksametason 1-2
mg/kgBB sampai 10 mg, kemudian 1-1,5 mg/kgBB/hari, maksimum 16
mg/hari dibagi dalam 4 dosis)
Tindakan :
Operasi
VP shunt
Radiasi
PENYULIT
Kejang, hidrosefalus
KONSULTASI
Bedah syaraf, Radiologi, Patologi Anatomi, Rehabilitasi medis
TENAGA
Paramedis, perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf
LAMA PERAWATAN
Tergantung klinis