Anda di halaman 1dari 7

Epilepsi

a. Definisi epilepsy menurut SPM dan SPO neurologi 2006

Suatu keadaan neurologic yang ditandai oleh bangkitan epilepsy yang berulang, yang timbul
tanpa adanya provokasi. Bangkitan epilepsy adalah manifestasi klinis yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang abnormal sedangkan sindrom epilepsy adalah penyakit
epilepsy yang ditandai oleh sekumpulan gejala yang timbul bersamaan.

b. Definisi epilepsy menurut Panduan praktik klinis neurologi 2016


Kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptik
yang terus menerus , dan konsekuensi neurobiologis, kognitif, psikologis, dan social

c. Epilepsi adalah Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi sebagai berikut :
a. Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang berselang
lebih dari 24 jam
b. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflek dengan adanya kemungkinan
bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan dua bangkitan tanpa provokasi
(setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke depan (Bangkitan refleks adalah
bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti stimulasi
visual, auditorik, somatosensitif, dan somatomotorik)
c. Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsy

d. Etiologi Epilepsi menurut Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2014


1. Idiopatik : Tidak terdapat lesi structural pada otak atau deficit neurologis. Diperkirakan
mempunyai predisposisi genetic dan biasanya berkaitan dengan usia.
2. Kriptogenik : dianggap simptomatis tetapi penyebabnya belum diketahui. Termasuk
sindrom west, sindrom lennox – Gastaut dan epilepsy mioklonik.
3. Simptomatis : bangkitan epilepsy yang disebabkan oleh lesi pada otak, misalnya akibat
cidera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, gangguan peredaran darah otak, metabolic,
kelainan neurodegenerative.

e. Klasifikasi Epilepsi Sindrom Epilepsi :


o Klasifikasi Epilepsi: (menurut ILAE tahun 1989)
I. Berhubungan dengan lokasi (fokal/partial)
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign childhood epilepsy with centro-temporal spikes
2. Childhood epilepsy with occipital paroxysmal
3. Primary reading epilepsy
B. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Chronic progressive epilepsia partialis continua of childhood
(Kojewnikow’s syndrome)
2. Syndromes characterized by seizures with specific modes of precipitation
3. Epilepsi lobus Temporal/ Frontal/ Parietal/ Ocipital
C. Kriptogenik
II. Umum
A. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Benign neonatal familial convulsions
2. Benign neonatal convulsions
3. Benign myoclonic epilepsy in infancy
4. Childhood absence epilepsy (pyknolepsy)
5. Juvenile absence epilepsy
6. Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
7. Epilepsies with grand mal (GTCS) seizures on awakening
8. Others generalized idiopathic epilepsies not defined above
9. Epilepsies with seizures precipitated by specific modes of activation
B. Kriptogenik
1. West syndrome (infantile spasms, blitz Nick-Salaam Krampfe)
2. Lennox-Gastaut syndrome
3. Epilepsy with myoclonic-astatic seizures
4. Epilepsy with myoclonic absence
C. Simptomatik (dengan etiologi yang spesifik atau nonspesifik)
1. Dengan etiologi yang Nonspesifik
a. Early myoclonic encephalopathy
b. Early infantile epileptic encephalopathy with suppression burst
c. Other symptomatic generalized epilepsies not defined above
2. Sindroma spesifik
a. Bangkitan epilepsi yang disebabkan oleh penyakit lain
III. Tidak dapat ditentukan apakah fokal atau umum
1. Bangkitan umum dan fokal
a. Neonatal seizures
b. Severe myoclonic epilepsy in infancy
c. Epilepsy with continuous spike wave during slow-wave sleep
d. Acquired epileptic aphasia (Landau-Kleffner syndrome)
e. Other undetermined epilepsies
2. Tanpa gambaran tegas fokal atau umum
IV. Sindrom khusus
1. Bangkitan yang berhubungan dengan situasi
a. Febrile convulsion
b. Isolated seizures atau isolated status epilepticus
c. Seizures occurring only when there is an acute metabolic or toxic
event, due to factors such as alcohol, drugs, eclampsia, nonketotic
hyperglycemia

f. Diagnosis & Diagnosis Banding Epilepsi (Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2014)

Tiga langkah dalam menegakan diagnosis epilepsy :

1. Pastikan adanya bangkitan epileptic


2. Tentukan tipe bangkitan berdasarkan ILEA 1981
3. Tentukan sindrom epilepsy beradasarkan ILEA 1989

Kriteria Diagnosis :

1. Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflek dengan adanya
kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan dua
bangkitan tanpa provokasi (setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke
depan (Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor
pencetus tertentu seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik)
3. Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi

Anamnesis : auto/alloanamnesis

a. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan :


• Sebelum bangkitan/gejala prodromal: o Kondisi fisik dan psikis yang
mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, misalnya perubahan perilaku, perasaan
lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitif, dan lain-lain.
• Selama bangkitan/iktal: o Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal
bangkitan? o Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan
kepala, gerakan tubuh, vokalisasi, otomatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua
lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit, pucat,
berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila keluarga dapat diminta untuk
menirukan gerakan bangkitan atau merekam video saat bangkitan) o Apakah
terdapat lebih dari satu pola bangkitan? o Apakah terdapat perubahan pola dari
bangkitan sebelumnya? o Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat
tidur, saat terjaga, bermain video game, berkemih, dan lain-lain.
• Pasca bangkitan/ post iktal: o Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh
gelisah, Todd’s paresis.
b. Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
c. Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar
bangkitan, kesadaran antar bangkitan.
d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya: • Jenis obat
anti epilepsi (OAE) • Dosis OAE • Jadwal minum OAE • Kepatuhan minum OAE •
Kadar OAE dalam plasma • Kombinasi terapi OAE.
e. Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologik, psikiatrik maupun
sistemik yang mungkin menjadi penyebab maupun komorbiditas.
f. Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
g. Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang
h. Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
i. Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik umum

Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya: • Trauma
kepala, • Tanda-tanda infeksi, • Kelainan kongenital, • Kecanduan alkohol atau napza, • Kelainan
pada kulit (neurofakomatosis) • Tanda-tanda keganasan.

Pemeriksaan neurologis

Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan
epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca
bangkitan terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti: •
Paresis Todd • Gangguan kesadaran pascaiktal • Afasia pascaiktal

Pemeriksaan Penunjang :

1. EEG membantu: menunjang diagnosis, penentuan jenis bangkitan dan sindrom epilepsi,
menentukan prognosis, penentuan perlu/tidaknya OAE
2. Laboratorium: (atas indikasi)
A. Untuk penapisan dini metabolik Perlu selalu diperiksa: 1. Kadar glukosa darah 2.
Pemeriksaan elektrolit termasuk kalsium dan magnesium Atas indikasi 1. Penapisan dini
racun/toksik 2. Pemeriksaan serologis 3. Kadar vitamin dan nutrient lainnya. Perlu diperiksa
pada sindroma tertentu 1. Asam Amino 2. Asam Organik 3. NH3 4. Enzim Lysosomal 5.
Serum laktat 6. Serum piruvat
B. Pada kecurigaan infeksi SSP akut Lumbal Pungsi
3. Pencitraan otak
4. Pemeriksaan lainnya: LP(infeksi) dan EKG (atrial fibrilasi -> hipoksia->bangkitan)
Diagnosis Banding : • Sinkop • Bangkitan Non Epileptik Psikogenik • Aritmia Jantung • Sindroma
hiperventilasi atau serangan panik
Terapi :

a. Terapi Medikamentosa (sesuai indikasi, tipe kejang dan sindrom epilepsi) • Fenitoin 4-6
mg/kgBB bid • Carbamazepin XR 15-18 mg/kgBB bid • Asam valproate 20-60 mg/kgBB
od/bid • Levetiracetam 20-40 mg/kgBB bid Topiramat 3-9 mg/kgBB bid • Lamotrigin 100-400
mg bid • Oxcarbazepin 300-900 mg bid • Zonisamid 100-300 mg tid • Clonazepam 2-8 mg
bid • Clobazam 10-30 mg tid • Fenobarbital 2-4mg/kgBB bid • Gabapentin 300-900mg tid •
Pregabalin 150-600mg b/tid
o Titik berat:
 Bebas bangkitan tanpa efek samping kualitas hidup optimal
 Pencarian etiologi implikasi: Obat Anti Epilepsi (OAE)/fenitoin jangka
panjang atau pendek?
o OAE diberikan bila:
 Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
• Penyandang dan keluarga memahami tujuan pengobatan, kemungkinan efek
samping
• Bangkitan berulang walaupun faktor pencetus sudah dihindari (alkohol, kurang
tidur, stres)

• Prinsip terapi:

 Mulai dosis kecil dan dinaikkan bertahap sampai mencapai dosis efektif atau timbul
efek samping

 Monoterapi bisa kombinasi bila perlu hingga3-5 tahun bebas bangkitan sesuai tipe
bangkitan dan sindrom epilepsi, bila monoterapi gagal dapat politerapi dengan
mempertimbangkan profil obat yang akan dikombinasikan, bila masih gagal dengan
politerapi à pembedahan untuk menghilangkan fokus epileptik

• Pemilihan OAE perlu memperhatikan faktor individual (komorbiditas, usia, ekonomi,


interaksi obat, ketersediaan, dsb.)

• OAE dapat diberikan pada bangkitan tunggal jika:

 Fokus epilepsi jelas pada EEG


 Terdapat lesi intrakranial sebagai penyebab bangkitan
 Pemeriksaan neurologis dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya
kerusakan otak
 Riwayat epilepsi saudara kandung
 Riwayat bangkitan simtomatis
 Terdapat sindrom epilepsi dengan kekambuhan tinggi (JME)
 Riwayat trauma kepala terutama disertai penurunan kesadaran, stroke,
infeksi SSP
 Bangkitan pertama berupa status epileptikus
b. Terapi Non Farmakologis • Fisioterapi • Psikoterapi • Behavior Cognitive Therapy
c. Tindakan Intervensi/Operatif • Hipokampektomi, sesuai indikasi •
Amigdalohipokampektomi, sesuai indikasi • Temporal lobektomi, sesuai indikasi •
Lesionektomi, sesuai indikasi

Referensi :
Indonesia, P. D. S. (2014). Pedoman tatalaksana epilepsi. Jakarta: PERDOSSI.

Indonesia, P. D. S. S. (2016). Panduan praktik klinis neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.

Misbach, J., Hamid, A. B., Mayza, A., & Saleh, M. K. (2006). Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis (SPM)
dan Standar Prosedur Operasional (SPO) Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia,
PERDOSSI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai