Anda di halaman 1dari 27

EPILEPSI

Hafida Dewi Audinah I


105101101520

Pembimbing : dr. Supardin, Sp.N


Penguji : dr. Nuruassyariah M.AppSci, M.Neurosci, Sp. N
Pendahuluan

Epilepsi berasal dari kata Yunani yaitu epilapsia yang berarti serangan. Epilepsi
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya bangkitan yang terjadi
secara berulang akibat terganggunya fungsi otak yang disebabkan oleh muatan
listrik yang abnormal pada neuron-neuron otak, lebih umum terjadi selama masa
anak-anak atau remaja, namun dapat terjadi pada segala usia. Tingkat insidens
bervariasi pada setiap usia, antara 20 dan 70 kasus dalam 100.000 orang dalam
satu tahun; tingkat prevelensi berada diantara 4 dan 10 per 1000. Epilepsi
merupakan manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi dan dengan gejala
tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron
otak secara berlebihan dan paroksimal.
Pembahasan

Definisi
 Bangkitan terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas
neuronal yang abnormal dan berlebihan di otak

 Kondisi yang ditandai dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan


berulang tanpa didahului provokasi dengan interval lebih dari 24 jam
Epidemiologi

Prevelensi
menurut WHO, diperkirakan terdapat 50 juta orang diseluruh dunia menderita epilepsi . Populasi
yang menderita epilepsi aktif diperkirakan 4-10 per 1000 penduduk, namun angka ini jauh lebih tinggi
di negara dengan pendapatan perkapita menengah dan rendah yaitu 7-14 per 1000 penduduk. Angka
pravelensi dan insiden di Indonesia belum diketahui secara pasti. epilepsi lebih umum terjadi pada
Masa anak-anak atau remaja, namun dapat terjadi pada segala usia.
Etiologi
Etiologi
etiologi tidak diketahui, tidak terdapat lesi struktural di otak, tidak ada
defisit neurologik. Diperkirakan: genetik.

Idiopatik

bangkitan epilepsi disebabkan oleh lesi struktural otak,


mis: cedera kepala, infeksi SSP, tumor otak, dll

Simptomatik

Dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum


diketahui. Termasuk di sini adalah sindrom West,
sindrom Lennox-Gastaut, dan epilepsi mioklonik

Kriptogenik
Patofisiologi

• Neuron memiliki potensial membrane, hal ini terjadi karena adanya perbedaan muatan ion-ion ysng terdapat
didalam dan diluar neuron
• Perbedaan jumlah muatan ion ini menimbulkan polarisasi pada membrane dengan bagian interneuron yang
lebih negative
• suatu masukan melalui sinaps yang bersifat eksitasi depolarisasi membrane yang berlangsung
singkat
• Inhibisi hiperpolarisasi membrane
• Bila eksitasi cukup besar dan inhibisi kecil akson mulai terangsang
• Suatu potensial aksi akan dikirim sepanjang akson untuk merangsang/menghambat neuron lain Epilepsi
faktor-faktor yang dapat mempredisposisi terjadinya bangkitan

● Riwayat keluarga
● Factor antenatal dan perinatal
● Trauma dan pembedahan
● Gangguan elektrolit
● Obat-obatan tertentu (fenotiazin, inhibitor monoamine oksidase, antidepressant
trisiklik,amfetamin, lidokain dan asam nalidixic)
● Penyalahgunaan alcohol
● Infeksi dan inflamasi
● Tumor intrakranialis
● Hipoksia
● Penyakit degenerative
● Fotosensitivitas
● Gangguan tidur
 Klasifikasi ILAE (1981) untuk tipe bangkitan epilepsi

Bangkitan parsial/fokal

● Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)

● Bangkitan parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)


a. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
b. Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan

● Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder (tonik-klonik, tonik atau


klonik)
Bangkitan Umum konvulsi atau non konvulsi

• Bangkitan Lena (absensce)

• Bangkitan mioklonik

• Bangkitan tonik

• Bangkitan klonik

• Bangkitan tonik-klonik (grandmal)

• Bangkitan atonik

Bangkitan Epileptik yang Tidak Terklasifikasi


 Klasifikasi ILAE (1989) untuk tipe epilepsy dan sindrom epilepsi

Fokal / Partial (localized related)


1. Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1. Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah sentrotemporal (childhood epilepsy with centrotemporal spikes)
2. Epilepsy benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah oksipital
3. Epilepsi primer saat membaca (primary reading epilepsy)
2. Simtomatik
1. Epilepsi parsial kontinua yang kronik progresif pada anak – anak (Kojenikow’s Syndrome)
2. Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsangan (kurang tidur, alcohol, obat-obatan, hiperventilasi, refleks
epilepsy, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)
3. Epilepsi lobus temporal
4. Epilepsi lobus frontal
5. Epilepsi lobus parietal
6. Epilepsi lobus oksipital
3. Kriptogenik
Epilepsi Umum
● Idiopatik (sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan usia awitan)
1. Kejang neonatus familial benigna
2. Kejang neonatus benigna
3. Kejang epilepsi mioklonik pada remaja
4. Epilepsi lena pada anak
5. Epilepsi lena pada remaja
6. Epilepsi mioklonik pada remaja
7. Epilepsi dengan bangkitan umum tonik – klonik pada saat terjaga
8. Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu di atas
9. Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang spesifik
• Kriptogenik atau Simtomatik (berurutan sesuai dengan peningkatan usia)
1. Sindrom West (spasme infantiil dan spasme salam)
2. Sindrom Lencox – Gastaut
3. Epilepsi Mioklonik astatic
4. Epilepsi mioklonik lena
• Simtomatik
a. Etiologi non spesifik
 Ensefalopati mioklonik dini
 Ensefalopati pada infantiil dini dengan burst supresi
 Epilepsi simtomatik umum lainnya yang tidak termasuk di atas
b. Sindrom Spesifik
c. Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain

Epilepsi dan Sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
● Bangkitan Umum dan fokal :
-Bangkitan neonatal
-Epilepsi mioklonik berat pada bayi
-Epilepsi dengan gelombang paku kontinyu selama tidur dalam
-Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom Landau – Kleffner)
- Epilepsi yang tidak termasuk dalam klasifikasi diatas
Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

 
Sindrom Khusus
● Bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu:
Kejang demam
Bangkitan kejang / status epileptikus yang timbul hanya sekali( isolated)
Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic akut, atau toksis,
alcohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemi non ketotik
Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsi reflektorik)
Gejala dan tanda Klinis
● Bangkitan umum tonik klonik :

o Hilang kesadaran sejak awal bangkitan hingga akhir bangkitan


o Gambaran iktal: tiba-tiba mata melotot dan tertarik ke atas, seluruh tubuh kontraksi
tonik, dapat disertai suara teriakan dan nyaring,
o selanjutnya diikuti Gerakan klonik berulang simetris diseluruh tubuh, lidah dapat
tergigit dan mulut berbusa serta diikuti mengompol
o Setelah iktal tubuh pasien akan menjadi hypotonus, pasien dapat tertidur dan merasa
lemas
● Bangkitan Tonik

o Ditandai oleh kontraksi seluruh otot yang berlangsung terus menerus (berlangsung selama 2-
10 detik dapat juga sampai beberapa menit)

o Disertai hilangnya kesadaran

o Dapat disertai dengan gejala autonomy (apneu)

• Bangkitan Klonik

o Ditandai oleh kontraksi klonik yang ritmik (1-5Hz) diseluruh tubuh

o Disertai hilangnya kesadaran sejak awal bangkitan

 
● Bangkitan Mioklonik

o mioklonik adalah Gerakan involunter mendadak dan berlangsung sangat singkat (jerk)tanpa
disertai hilangnya kesadaran

o Biasanya berlangsung 10-50mldetik durasi dapat mencapai sampai 100mldetik

o otot yang kontraksi dapat tunggal multiple atau berupa sekumpulan otot yang agonis dari
dari berbagai topografi

• Bangkitan Atonik

o ditandai oleh hilangnya tonus otot secara mendadak

o dapat didahului oleh bangkitan mioklonik atau tonik

o bentuk bangkitan dapat berupa jatuh atau kepala menunduk

o pemulihan pascaiktal sekitar 1-2 detik


• Bangkitan Absans Tipikal (petit mal)
o berlangsung sangat singkat (dalam hitungan detik)

o onset mendadak dan berhenti mendadak

o bentuk bangkitan hilang kesadaran atau pandangan kosong

o dapat pula disertai komponen motoric yang minimal (dapat berupa


mioklonik,atonik,tonik,automatisme)
● Bangkitan Absans Atipikal

o Bangkitan berupa gangguan kesadaran disertai perubahan tonus otot (hypotonia atau
atonia), tonik atau autonisme

o Mengalami kesulitan belajar akibat seringnya disertai terjadinya bangkitan tipe lain
(atonik,tonik,mioklonik)

o Onset dan berhentinya bangkitan tidak semendadak bangkitan absans tipikal

o Lebih sering terjadi perubahan tonus otot


● Bangkitan Focal/parsial

o bentuk bangkitan yang terjadi tergantung dari letak focus epileptic diotak.
Focus epileptic berasal dari area tertentu yang kemudian mengalami
propagasi dan menyebar ke bagian otak yang lain

o bentuk bangkitan dapat berupa : motoric,sensorik (kesemutan, baal) sensorik


special (halusinasi visual, halusinasi auditorik), emosi (rasa takut,marah).
autonomy (kulit pucat,merinding,rasa mual)

o bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan bangkitan parsial kompleks


atau bangkitan umum sekunder disebut aura
Anamnesis
Diagnosis
• gejala sebelum, selama dan pasca serangan • Riwayat kehamilan dan perkembangan
• Faktor pencetus • Riwayat penyakit epilepsi dalam
• Lama serangan keluarga
• Frewkuensi serangan • Riwayat bangkitan kejang demam
• Riwayat penyakit yang diderita saat ini • Riwayat trauma/pembedahan
• Usia saat terjadi serangan pertama

Mengamati tanda-tanda seperti Trauma kepala, tanda-tanda infeksi, kelainan kongential,


kecanduan alcohol, kelainan pada kulit (neurofakomatosis).

mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan
epilepsi.

Pemeriksaan - Paresis Todd


umum dan -  Gangguan kesadaran pascaiktal
neurologis
-  Afasia pascaiktal
Pemeriksaan
Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium : darah hematomi lengkap, ureum
kreatinin,SGOT, profil lipid,asam urat, albumin,elektrolit,kadar obat
antiepilepsi dalam darah

 Elektro ensefalografi (EEG) :


• Membantu menunjang diagnosis
• Membantu penentuan jenis bangkitan maupun sintrom epilepsi.
• Membatu menentukanmenentukan prognosis
• Membantu penentuan perlu/ tidaknya pemberian OAE.

 pemeriksaan radiologis :

Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk melihat struktur otak
dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRI lebih sensitif dan
secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hipokampus
kanan dan kiri.
Diagnosis Banding
Syncope Non EpilepticAttack Aritmia Cardiac Hiperventilasi/
Disorder serangan panik

- Menggunakan obat -Wanita (3:1) - Pucat - Ansietas


antiHT dan - Stress - Bisa disertai kaku/ - Ketakutan
antidepressant - Distress social menghentak- - Perasaan tidak
(terutama trisiklik) - Mirip dengan hentak sebentar realistis
- Pucat gejala epileptic - Lesu - -sulit bernapas
- Bisa disertai tetapi Gerakan - Kesemutan
kaku/menghentak- lengan tidak - Agitasi
hentak sebentar beraturan , - Napas cepat
- Lesu pengangkatan - -kaku pada tangan
pelvis, kadang
tidak bergerak
sama sekali

(Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2014)
Penatalaksanaa
Pemilihan OAEn
berdasarkan jenis bangkitan

Ket :
A: efektif sebagai monoterapi
B : sangat mungkin efektif sebagai monoterapi
C: mungkin efektif sebagai monoterapi
D: Berpotensi sebagai monoterapi

(Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2014)
Dosis obat antiepilepsi Lini Pertama untuk dewasa dan Anak

Ket:
VPA : Asam Valporat
LTG : Lamotrigine
CBZ: Carbamazepine
PHT: Phenytoin
PB : Phenobarbital

(Neurologi UKDI Mantap 2016, Perdossi)


Prognosis

• prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal,


diantaranya jenis epilepsi, factor penyebab, saat
pengobatan dimulai, dan ketaatan minum
obat.epilelepsi cukup baik pada 50-70% penderita
epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obatan.
Kesimpulan
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang muncul

disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat lepas muatan listrik

abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara paroksismal. Manifestasi serangan atau

bangkitan epilepsi secara klinis dapat dicirikan sebagai berikut yaitu gejala yang timbulnya

mendadak, hilang spontan dan cenderung untuk berulang. Gejala epilepsy dapat dikontrol

dengan menggunakan obat anti kejang. Hampir delapan dari sepuluh orang dengan

epilepsy gejala kejang yang mereka alami dapat dikontrol dengan baik oleh obat anti kejang
TERIMA
DAFTAR PUSTAKA

1. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross JH, Elger CE, Engel J Jr, Forsgren L, French JA, Glynn M, Hesdorffer DC,
Lee BI, Mathern GW, Moshé SL, Perucca E, Scheffer IE, Tomson T, Watanabe M, Wiebe S. ILAE official report: a practical clinical
definition of epilepsy. Epilepsia. 2014 Apr;55(4):475-82. doi: 10.1111/epi.12550. Epub 2014 Apr 14. PMID: 24730690.Wilkinson, I,
Lennox, G. Essential Neurology 5th Edition. America: Blackwell Publishing Ltd. 2014; p. 192-3

2. Yogarajah,Mahinda, (2015). Elsevier: Jakarta, Indonesia

3. Yolanda NGA, Sareharto TP, Istiadi H. Jurnal Kedokteran Diponegoro [Internet]. Ejournal3.undip.ac.id. 2019 [cited 25 August 2019]
4. Tjahdian,.P diket,Y,Gunawan,DAN.Gambaran.umum mengenai Epilepsi. In: kapita selekta Neurologi. Yogyakarta:Gadja Mada University press. 2005
5. Kusumastuti, K, Gunadharma, S, Kustiowati, E. Pedoman Tatalaksana Epilepsi Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2014 Edisi Kelima. Surabaya: Airlangga University Press. 2014; p. 14, 44

6. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Indonesia (2017) jilid I: Jakarta,Indonesia

Anda mungkin juga menyukai