Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

EPILEPSI DI RUANG POLIKLINIK ANAK

RSUD KABUPATEN BULELENG

PADA TANGGAL 26 OKTOBER 2018

OLEH :

Nama : Ni Komang Netika Indah Pratiwi

NIM : 16089014070

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2018
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008).
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motoric, atau
gangguan fenomena sensori (Anonim, 2007).
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu syndrome yang ditandai oleh gangguan
fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksimal, yang memberi manifestasi
berupa gangguan atau kehilangan kesadaran, gangguan motoric, sensorik, psikologik,
dan system otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007).
2. EPIDEMIOLOGI
Epilepsy merupakan salah satu kelainandengan prevalensi yang cukup tinggi di
antara kelainan neurologis lainnya. Diperkirakan 70 juta penduduk dunia mengalami
epilepsy. Rata-rata insidensi epilepsy adalah 50,4 per 100.000 populasi per tahun,
dimana negara berpendapatan tinggi memiliki insidensi yang lebih rendah yaitu 45,0
per 100.000 populasi per tahun sementara di negara yang berpenghasilan rendah
insidensinya 81,7 per 100.000 ppulasi per tahun.
Data epidemiologi di Indonesia sangat terbatas. Estimasi pernderita epilepsy di
Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalesi 0,5-0,6% dari penduduk Indonesia.
Insidensinya 50,3 per 100.000 populasi per tahun. Frekuensi terjadinya epilepsy
menurut usia di Indonesia juga sangat terbatas. Namun pada umumnya di negara
berkembang sebaran penderita epilepsy banyak pada anak dan dewasa muda
dibandingkan kelompok umur lainnya.
3. ETIOLOGI
Penyebab pada kejang epilepsisebagian besar belum diketahui (Idiopatik) sering
terjadi pada :
a. Trauma lahir, Asphyxia neonatorim
b. Cedera kepala, infeksi system syaraf
c. Keracuna CO, intoksikasi obat/alkohol
d. Demam, gangguan metabolic (hipoglikemia, hipokalsemia, hoponatremia)
e. Tumor otak
f. Kelainan pembuluh darah

Ditijau dari penyebabnya, epilepsy dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Epilepsy Primer (Idiopatik)
Epilepsy primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan
kelainan pada jaringan otak. Diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan
keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel syaraf pada area jaringan otak yang
abnormal.
2. Epilepsy Sekunder (Simtomatik)
Epilepsy yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada
jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau
adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada
masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum
kelahiran)
Factor predisposisis dan presipitasi yang dapat memicu timbulnya epilepsy :
a. Demam, kurang tidur, keadaan emosional
b. Pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan
kesadaran, kejang-kejang
c. Pernah menderita cedera otak/operasi otak
d. Pemakaian obat-obat tertentu
e. Ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
4. KLASIFIKASI
1. a. Kejang Parsial
1. Kejang Parsial (kesadaran pasien baik)
a. Motoric
b. Sensorik
c. Otonomi
d. Fisik
2. Parsial Kompleks (kerusakan kesadaran)
a. Parsial sederhana diikuti penurunan kesadaran
b. Kerusakan kesadaran saat awitan
3. Kejang parsial generalisasi sekunder
b. Kejang Umum
1. Non kejang
2. Tonik-klonik umum
3. Tonik
4. Klonik
5. Mioklonik
6. Atonik
c. Kejang tidak terklasifikasi
5. TANDA DAN GEJALA
1. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis kejang
dapat bervariasi antara pasien, namun cenderung serupa
2. Kejang komplek parsial dapata termasuk gambaran somatosensory atau motor
fokal
3. Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan kesadaran
4. Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan periode perubahan
kesadaran hanya sangat singkat (detik)
5. Kejang tonik klonik umum merupakan episode konvusif utama dan selalu
dikaitkan denga kehilangan kesadaran.
6. PATOFISIOLOGI
menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari
sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara
berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut
juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum
maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar
melalui jalu-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau daerah
yang lebih jauh letaknya di otak. Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat
mencetuskan bangkitan epilepsi klinik,walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan.
Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis,
walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka
menyebabkan tidak  mampu mencetuskan bangkitan epilepsy sampai saat ini belum
terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk
melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi)

7. WOC/PATHWAY
Idiopatik, herediter,
trauma kelahiran, infeksi
perinatal, meningitis,dll

System syaraf

Ketidakseimbangan aliran
listrik pada sel syaraf

Epilepsy

Mylonik Psikomotor Grandma

Kontraksi tidak
Gangguan neurologis Spasme otot
sadar yang pernafasan
mendadak

Gangguan Obstruksi
Aktivitas kejang perkembangan trakheobronkial

Harga Diri Rendah Ketidak efektifan


Perubahan status bersihan jalan
kesehatan nafas

Defisiensi jatuh
pengetahuan

Resiko cedera

8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. KU/kesadaran
b. TTV
c. Mata
d. THT
e. Leher
f. Abdomen
g. Ekstremitas
2. Status neurologis
a. Reflek fisiologis
b. Reflek patologis
Prngkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan
sistem neurologis wab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori,
organisasi proses berfikir, control bicara dan penyimpanan memori.
Kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson memberikan kerangka kerja
dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya :
1. Kebutuhan akan nutrisi
2. Kebutuhan eliminasi
3. Gerak dan keseimbangan tubuh
4. Kebutuhan istirahat tidur
5. Kebutuhan berpakaian
6. Mempertahankan temperature tubuh
7. Kebutuhan akan personal hygiene
8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
9. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan
rasa takut dan pendapat
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG)
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
3. Computed tomography (CT-Scan)
10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan
dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing pasien.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk
menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam
status bebas kejang.
Pengobatan Farmakologis :
a. Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal
b. Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidone, fenitoin,
fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate
c. Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk
pasien yang mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik
d. Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh,
perawatan gigi teratur, dan masase gusi teratur untuk pasien yang mendapatkan
fenitoin (dilantin)
e. Pembedahan
1. Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intracranial, abses, kista,
atau anomaly vaskuler
2. Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenic dilakukan untuk
kejang yang berasal dari area otak yang terkelilingi dangan baik yang dapat
dieksisi tanpa menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan

11. KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang
yang berulang
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Keperawatan
1. Data umum
a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, tempat atau tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, diagnose medis, alamat, no RM, tanggal masuk RS
b. Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan pasien, umur
Pendidikan, pekerjaan, alamat, dan tlp atau no HP
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan Utama: (keluhan yang paling sering di rasakan pasien, misalnya pada
pasien diabetes militus sering mual atau lemas)
b. Alasan masuk RS: (Hal atau kejadian pertama kali yang menyebabkan masuk
rumah sakit misalnya: pusing, sakit kepala)
c. Riwayat Penyakit: (Tanyakan pasien apakah memiliki riwayat penyakit
sebelumnya seperti hipertensi)

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Penyakit yang di alami atau yang pernah di alami: (Tanyakan pada pasien
apakah pernah memiliki penyakit misalnya hipertensi. Ataupun penyakit lainnya
yang berkaitan menimbulkan DM)
b. Riwayat Perawatan: (Tanyakan pada pasien sebelumnya pernah melakukan
perawatan atau mendapatkan perawatan di RS atau tidak pernah)
c. Riwayat Operasi: (tanyakan pada pasien sebelumnya pernah mengalami operasi
di RS.
d. Riwayat Pengobatan: (tanyakan pada pasien sebelumnya pernah melakukan
pengobatan.
e. Kecelakaan yang di alami
f. Riwayat alergi: (tanyakan pada pasien apakah memiliki suatu alergi makanan
maupun obat.
g. Riwayat Psikolog dan spiritual
h. Pemeriksaan fisik: keadaan umum pasien (kesadaran, ekspresi wajah, kebersihan
secara umum, tanda-tanda vital, head to toe
i. Pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis
4. 11 Pola Fungsional GORDON
a. Pola Kesehatan: menggambarkan POK pemahaman klien tentang kesehatan,
kesejahteraan dan bagaimana kesehatan mereka diatur.
b. Pola metabolic -nutrisi
Menggambarkan konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolik dan suplai
gizi: meliputi pada konsumsi makan dan cairan, keadaan kulit, rambut kuku dan
membrane makanan mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c. Pola eleminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi usus besar, kantong kemih dan kulit.
Termasuk pola individu sehari hari, perubahan atau gangguan, dan metode yang
di gunakan untuk menggendalikan ekskresi.
d. Pola aktivitas-olahraga
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisian waktu senggang dan
rekreasi: termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada aktivitas (seperti otot saraf, respirasi,
dan sirkulasi).
e. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, relaksasi, dan setiap bantuan untuk
merubah pola tersebut
f. Pola persepsi-kognitif
Menggambarkan pola persepsi-persepsi dan pola kognitif: meliputi keadekuatan
bentuk sensorik (penglihatan ,pendengaran, perabaan, pengecap, penghidu)
pelaporan mengenai persepsi nyeri dan kemampuan fungsi kognitif.
g. Fola hubungan dan perasaan
Menggambarkan pola keterikatan peran dengan hubungan meliputi persepsi
terhadap peran utanma dan tangggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
h. Pola reproduksi – seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidak puasan dalam seksualitas termasuk
setatus reproduksi wanita, pada anak-anak bagaimana dia mampu membedakan
jenis kelamin dan mengetahu alat kelaminnya.
i. Pola koping- toleransi stress
Menngambarkan pola nilai, tujuan atau kepercayaan (termasuk kepercayaan
spiritual) yang mengarahkan pilihan dan keputusan gaya hidup.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
penatalaksanaan kejang
2. Resiko cidera berhubungan dengan resiko tingkat kesadaran, gelisah, gerakan
ivolunter dan kejang
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan perkembangan
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme pada jalan
nafas, obstruksi trakeobronkial
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Defisiensi Setelah diberikan O : Kaji tingkat  Untuk


pengetahuan asuhan keperawatan pengetahuan meningkatkan
bergubungan selama …x24 jam keluarga pasien pengetahuan
dengan diharapkan  Agar keluarga
N : Jelaskan pada
kurangnya pengetahuan keluarga pasien
keluarga pasien
informasi meningkat dengan KH : mengetahui
tentang penyakit
penatalaksanaan tentang
 Mampu kejang demam
kejang penyakit
memulai
E : Beri  Agar keluarga
perubahan kesempatan pada pasien
perilaku gaya keluarga untuk mengerti
hidup sesuai menanyakan hal tentang
indikasi yang belum penyakit
 Menaati aturan dimengerti  Agar keluarga
obat yang dapat
C : Libatkan
diresepkan memberikan
keluarga dalam
penenangan
setiap tindakan
yang tepat jika
pada pasien
sewaktu-
waktu pasien
mengalami
kejang
berikutnya

2. Resiko cidera Setelah diberikan O : Observasi  Untuk keadaan


berhubungan asuhan keperawatan munculnya tanda- darurat yang
dengan resiko selama …x24 jam tanda status mengancam
tingkat diharapkan resiko epilepticus hidup yang
kesadaran, cidera pada pasien dapat
N : Pertahankan
gelisah, gerakan berkurang dengan KH : menyebabkan
bantalan lunak
ivolunter dan henti nafas,
 Mampu pada penghalang
kejang hipolsia,
mengungkapkan tempat tidur
kerusakan
pemahaman
E : Gali bersaka pada otak atau
factor yang
pasien berbagai sel syaraf
menunjang
stimulasi yang  Mengurangi
kemungkinan
dapat menjadi trauma saat
trauma
pencets kejang kejang selama
 Mampu
pasien berada
mengidentifikasi C : Catat tipe dari
di tempat tidur
tindakan yang aktivitas kejang
 Alcohol,
diambil bila dan beberapa kali
berbagai obat
terjadi kejang terjadi
dan stimulasi
lain dapat
meningkatkan
resiko
terjadinya
kejang

3. Harga diri rendah Setelah diberikan O : Identifikasi  Memberikan


situasional asuhan keperawatan kemungkinan kesempatan
berhubungan selama …x24 jam reaksi orang lain untuk
dengan diharapkan pada keadaan bevespen pada
perubahan mengidentifikasi penyakitnya proses
perkembangan perasaan dan metode pemecahan
N : Hindari
untuk koping dengan masalah dan
pemberian
persepsi negative pada memberikan
perlindungan
diri sendiri dengan KH : kesadaran
yang amat
control
 Mampu berlebihan pada
terhadap
meningkatkan pasien
situasi yang
masa harga diri
E : Tekankan dihadapi
dalam hubungan
pentingnya orang  Pastisipasi
diagnosis
terdekat untuk dalam
 Mampu
tetap dalam sebanyak
mengungkapkan
keadaan terang mungkin
persepsi realitis
selama kejang pengalaman
dan penerimaan
dapat
diri dalam C : Diskusikan
mengurangi
perubahan peran perasaan pasien
depresi
atau gaya hidup mengenai
tentang
diagnostic
keterbatasan
persepsi diri
 Ansietas dari
terhadap
pemberian
penanganan yang
asuhan dalam
dilakukan
menjalankan
dan bila
sampai pada
pasien dapat
meningkatkan
persepsi
kognitif
terhadap
keadaan
lingkungan
 Pengalaman
awal dengan
keadaan
penyakitnya
akan
mempengaruhi
pengobatan

4. Ketidakefektifan Setelah diberikan O : Monitor status  Untuk


bersihan jalan asuhan keperawatan oksigen pasien mengetahui
nafas selama …x24 jam kondisi pasien
N : Buka jalan
berhubungan diharapkan mampu  Untuk
nafas, gunakan
dengan spasme mempertahankan pola memperlancar
tekhnik chin lift
pada jalan nafas, nafas yang efektif jalan nafas
atau jaw thrust
obstruksi dengan jalan nafas  Agar pasien
bila perlu
trakeobronkial paten dengan KH : dan keluarga
E : Iformasikan mengetahui
 Menunjukkan
pada pasien dan tentang
jalan nafas yang
keluarga tentang suctioning
paten
suctioning  Untuk
 Mampu
mempercepat
mengidentifikasi C : Lakukan
proses
dan mencegah fisioterapi dada
penyembuhan
factor yang jika perlu
dapat
menghambat
jalan nafa

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yangdi buat atau intervensi yang ada

5. Evaluasi
Evaluasi yang di buat sesuai dengan perkembangan pasien dengan SOAP

DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/hp/Downloads/updocs.net_laporan-pendahuluan-lengkap-epilepsi.pdf (diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018)

Nurarif.Amin Huda dan Hardi Kusuma,2015 Aplikasi Asuhan Keperawatn Berdasarkan


Diagnosa Medid Dn NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2. Jogjakarta:Mediaction

Wijaya, Andra Saferi dan Yasie Marisa Putri, 2013. Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan
Dewasa). Bengkulu:medical/BOS

Anda mungkin juga menyukai