OLEH :
NIM : 16089014070
2018
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, akibat
lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008).
Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan
listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motoric, atau
gangguan fenomena sensori (Anonim, 2007).
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu syndrome yang ditandai oleh gangguan
fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksimal, yang memberi manifestasi
berupa gangguan atau kehilangan kesadaran, gangguan motoric, sensorik, psikologik,
dan system otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007).
2. EPIDEMIOLOGI
Epilepsy merupakan salah satu kelainandengan prevalensi yang cukup tinggi di
antara kelainan neurologis lainnya. Diperkirakan 70 juta penduduk dunia mengalami
epilepsy. Rata-rata insidensi epilepsy adalah 50,4 per 100.000 populasi per tahun,
dimana negara berpendapatan tinggi memiliki insidensi yang lebih rendah yaitu 45,0
per 100.000 populasi per tahun sementara di negara yang berpenghasilan rendah
insidensinya 81,7 per 100.000 ppulasi per tahun.
Data epidemiologi di Indonesia sangat terbatas. Estimasi pernderita epilepsy di
Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalesi 0,5-0,6% dari penduduk Indonesia.
Insidensinya 50,3 per 100.000 populasi per tahun. Frekuensi terjadinya epilepsy
menurut usia di Indonesia juga sangat terbatas. Namun pada umumnya di negara
berkembang sebaran penderita epilepsy banyak pada anak dan dewasa muda
dibandingkan kelompok umur lainnya.
3. ETIOLOGI
Penyebab pada kejang epilepsisebagian besar belum diketahui (Idiopatik) sering
terjadi pada :
a. Trauma lahir, Asphyxia neonatorim
b. Cedera kepala, infeksi system syaraf
c. Keracuna CO, intoksikasi obat/alkohol
d. Demam, gangguan metabolic (hipoglikemia, hipokalsemia, hoponatremia)
e. Tumor otak
f. Kelainan pembuluh darah
7. WOC/PATHWAY
Idiopatik, herediter,
trauma kelahiran, infeksi
perinatal, meningitis,dll
System syaraf
Ketidakseimbangan aliran
listrik pada sel syaraf
Epilepsy
Kontraksi tidak
Gangguan neurologis Spasme otot
sadar yang pernafasan
mendadak
Gangguan Obstruksi
Aktivitas kejang perkembangan trakheobronkial
Defisiensi jatuh
pengetahuan
Resiko cedera
8. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. KU/kesadaran
b. TTV
c. Mata
d. THT
e. Leher
f. Abdomen
g. Ekstremitas
2. Status neurologis
a. Reflek fisiologis
b. Reflek patologis
Prngkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan
sistem neurologis wab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori,
organisasi proses berfikir, control bicara dan penyimpanan memori.
Kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson memberikan kerangka kerja
dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya :
1. Kebutuhan akan nutrisi
2. Kebutuhan eliminasi
3. Gerak dan keseimbangan tubuh
4. Kebutuhan istirahat tidur
5. Kebutuhan berpakaian
6. Mempertahankan temperature tubuh
7. Kebutuhan akan personal hygiene
8. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
9. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan
rasa takut dan pendapat
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram (EEG)
2. Magnetic resonance imaging (MRI)
3. Computed tomography (CT-Scan)
10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan
dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing pasien.
Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk
menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam
status bebas kejang.
Pengobatan Farmakologis :
a. Pengobatan biasanya dimulai dengan dosis tunggal
b. Pengobatan anti konvulsan utama termasuk karbamazepin, primidone, fenitoin,
fenobarbital, etosuksimidin, dan valproate
c. Lakukan pemeriksaan fisik secara periodic dan pemeriksaan laboratorium untuk
pasien yang mendapatkan obat yang diketahui mempunyai efek samping toksik
d. Cegah terjadinya hiperplasi gingival dengan hygiene oral yang menyeluruh,
perawatan gigi teratur, dan masase gusi teratur untuk pasien yang mendapatkan
fenitoin (dilantin)
e. Pembedahan
1. Diindikasikan bila epilepsy diakibatkan oleh tumor intracranial, abses, kista,
atau anomaly vaskuler
2. Pengangkatan secara pembedahan pada focus epileptogenic dilakukan untuk
kejang yang berasal dari area otak yang terkelilingi dangan baik yang dapat
dieksisi tanpa menghasilkan kelainan neurologis yang signifikan
11. KOMPLIKASI
1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang
yang berulang
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yangdi buat atau intervensi yang ada
5. Evaluasi
Evaluasi yang di buat sesuai dengan perkembangan pasien dengan SOAP
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/hp/Downloads/updocs.net_laporan-pendahuluan-lengkap-epilepsi.pdf (diakses
pada tanggal 27 Oktober 2018)
Wijaya, Andra Saferi dan Yasie Marisa Putri, 2013. Keperawatan Medical Bedah (Keperawatan
Dewasa). Bengkulu:medical/BOS