PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan syaraf merupakan salah satu dari penyakit tidak menular dan bisa
dialami oleh semua kelompok umur. Beberapa penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat oleh karena gangguan syaraf seperti dementia, epilepsi, sakit kepala, infeksi
syaraf, gangguan syaraf yang berhubungan dengan kurang gizi, stroke, cedera kepala,
dan cedera perinatal. Jika ada gangguan fungsi otak, maka setiap orang dapat mengalami
kejang.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit susunan saraf pusat (SSP) yang timbul akibat adanya
ketidakseimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya focus-fokus iritatif
pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari
sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan
dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
penyandangnya seperti rasa rendah diri, stigma sosial, pendidikan yang rendah,
pengangguran yang tinggi) (Deliana, 2002).
Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000,
diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang
diantaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang. Laporan
WHO 2001 memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif
diantara 1000 orang penduduk, dengan angka insiden 50 per 100.000 penduduk. Angka
prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang.
Tatalaksana epilepsi bertujuan untuk mencapai keadaan bebas bangkitan tanpa
efek samping obat, sehingga tercapai kualitas hidup optimal untuk penderita eilepsi
(Harsono, 2012). Saat ini tatalaksana farmakologis masih menjadi pilihan terapi yang
banyak digunakan. Akan tetapi diduga sekitar 30% pasien akan mengalami epilepsi
resisten obat dan tetap mengalami bangkitan meskipun telah menggunakan politerapi
dengan dosis optimal (Kwan, 2000).
Diet Ketogenik merupakan terapi farmakologi, terdiri dari diet tinggi lemak,
cukup protein, dan rendah karbohidrat yang digunakan untuk tatalaksana epilepsi
terutama pada anak-anak. Diet ini direcomendasikan jika penggunaan obat-obat anti
epilepsi telah gagal atau timbul efek samping obat yang tidak diinginkan (Shuper, 2010).
The International Ketogenik Diet Study Group, mengeluarkan sebuah hasil konsensus
1
tentang penggunaan diet ketogenik pada anak yang telah gagal 2 atau 3 obat
antikonvulan, terutama pada anak dengan epilepsi umum simptomatik. Diet ketogenik
diduga berperan sebagai antikonvulsan, antiepileptogenik dan mempunyai efek
neuroprotektif, sehingga diharapkan pemberian diet ini dapat mengurangi atau
mengeliminasi kejang (Kossoff, 2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Nutrition Care Process (NCP) pada pasien Epilepsi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan Anamnesis gizi pada pasien epilepsi.
b. Mahasiswa mampu melakukan Assesment gizi pada pasien epilepsi.
c. Mahasiswa mampu melakukan Diagnosis gizi pada pasien epilepsi.
d. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi dan Implementasi gizi pada
pasien epilepsi.
e. Mahasiswa mampu melakukan Monitoring dan Evaluasi gizi pada
pasien epilepsi.
f. Mahasiswa mampu melakukan Konsultasi gizi pada pasien epilepsi.
C. Waktu dan Tempat
Data Pasien diambil saat dilakukan skrinning yaitu ±3x24 jam atau minimal 7
implementasi menu saat pasien masuk rumah sakit.
Hari : Rabu-Sabtu
Tangga : 04-07 September 2019
Tempat : Ruang Anggrek Intensif A
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara
dan pengukuran. Antara lain wawancara mengenai riwayat makan pasien, keadaan
umum pasien, kebiasaan makan pasien sebelum dirawat di RS, Recall 24 jam, dan
pengukuran antripometri.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan medis/rekam medik
pasien, keperawatan, dokter, dll. Meliputi diagnosa medis, pemeriksaan klinis/fisik,
data biokimia, obat yang diberikan, dan tindakan pengobatan yang dilakukan selama
di RS.
E. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menambah ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan prinsip dan syarat diet
pada pasien.
b. Dapat memberikan intervensi yang tepat pada pasien sesuai dengan diagnose
medis, diagnose gizi berdasarkan data antropometri, data fisik/klinis, data
biokimia, data riwayat makan.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
2
Pasien dapat memahami dan menerapkan terapi diet yang telah diberikan setelah
pulang dari rumah sakit dan keluarga dapat membantu mengontrol dan memotivasi
pasien dalam melaksanakan diet.
3. Bagi Instalasi Gizi
Memberikan informasi bagi institusi rumah sakit bagi instalasi gizi dengan
penatalaksanaan diet pada pasien epilepsi di ruang anggrek RSUD Kota Salatiga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit susunan saraf pusat (SSP) yang timbul akibat adanya
ketidakseimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya focus-fokus iritatif
pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari
sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan
dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi
3
penyandangnya seperti rasa rendah diri, stigma sosial, pendidikan yang rendah,
pengangguran yang tinggi) (Deliana, 2002). Epilepsi (ayan/sawan) adalah gangguan
sistem saraf pusat yang terjadi karena letusan pelepasan muatan listrik sel saraf secara
berulang, dengan gejala penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik dan mental,
dengan atau tanpa kejang-kejang (Ahmad Ramali, 2005).
B. Etiologi
Ditinjau dari penyebab epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Epilepsi primer atau epilepsi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui
meliputi ±50% dari penderita epilepsi anak, umumnya mempunyai predisposisi
genetik, awiatan biasanya pada usia >3 tahun.
2) Epilepsi simptomatik disebabkan oleh kelainan/lesi pada susuna saraf pusat,
misalnya post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan
metabolic, malformasi otak congenital, gangguan peredaran darah otak, toksik
(alcohol, obat), kelainan neurodegenerative dan kejang demam.
3) Epilepsi kriptogenik dianggap simptomatik terapi penyebabnya belum
diketahui, termasuk disini adalah Sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut, dan
epilepsi mioklonik (Shorvon, 2001 dan Deliana, 2002).
Berikut adalah penyebab yang spesifik dari epilepsi:
Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
minum alkohol, atau mengalami cedera dan mendapat terapi radiasi.
Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti hipoksia, kerusakan karena
tindakan (forsep) dan trauma lain pada otak bayi.
Cedera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak. Kejang-kejang
dapat timbul pada saat terjadi cedera kepala, atau baru terjadi 2-3 tahun kemudian.
Bila serangan terjadi berulang pada saat berlainan baru dinyatakan sebagai
penyandang epilepsi.
Tumor otak merupakan penyebab epilepsi tidak umum, tetutama pada anak-
anak..
Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.
Radang atau infeksi, seperti meningis atau radang otak.
Penyakit keturunan, seperti fenilketonuria, sklerosis tuberose, dan
neurofibromatosis yang dapat menyebabkan timbulnya kejang yang berulang.
Kecenderungan
timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan ambang rangsang serangan
yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak-anak.
Cedera sebelum pesalinan. Epilepsi pada anak dipicu karena berbagai
ganggauan selama kehamilan. Sebelum lahir, bayi sensitif terhadap kerusakan otak
4
yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi pada ibu, nutrisi buruk
atau kekurangan oksigen (Harsono, 2005).
C. Patofisiologi
Sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi), otak
berkomunikasi dengan organ-organ tubuh lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada
kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik dan dibawa neurotransmitter
seperti GABBA (gamma aminobutric acid glutamat) melalui sel-sel saraf ke organ tubuh
lainnya. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas mengganggu sistem ini sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang
yang merupakan salah satu ciri epilepsi (Harsono, 2007).
Bangkitan epilepsi berasal dari sekelompok sel neuron yang abnormal di otak
yang melepas muatan secara berlebihan dan hipersinkron. Sekelompok sel ini disebut
focus epileptic. Lepas muatan ini kemudian menyebar melalui jalur-jalur fisiologis
anatomis dan melibatkan daerah sekitarnya. Serangan epilepsi terjadi proses eksitasi di
alam otak lebih dominan daripada proses inhibisi (hambatan). Seperti kita ketahui
bersama bahwa aktivitas neuron di atur oleh konsentrasi ion di dalam ruang ekstra seluler
dan di alam intra seluler dan oleh gerakan masuk ion-ion menerobos membrane neuron.
Pada kejadian epilepsi ion-ion tersebut terkoordinasi dengan baik sekelompok
neuron akan mengalami abnormal depolarisasi yang berkepanjangan berkenan dengan
cetusan potensial aksi secara cepat dan berulang-ulang. Cetusan listrik yang abnormal ini
kemudian mengajak neuron-neuron sekitarnya sehingga menimbulkan serangkaian
gerakan yang melibatkan otot dan menimbulkan kejang. Spasme otot terjadi hampir pada
semua bagian termasuk otot mulut sehingga penderita mengalami ancaman permukaan
pada lidah. Kelainan sebagian besar dari neuron otak yang diakibatkan gangguan listrik
juga mengakibatkan penurunan kesadaran tiba-tiba sehingga beresiko cidera karena
benturan benda sekitar atau terkena benda yang berbahaya seperti api, listrik, atau benda
lain (Riyadi, 2009).
D. Manajemen Terapi Gizi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang
kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi
toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik yang diberikan pada anak
penderita epilepsi. Walupun mekanisme kerja diet ketogenik dalam menghambat kejang
masih belum diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat
mengendaikan dan mengontrol terjadinya kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak
prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan yang lebih ketat dari orang tua
5
dimana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan. Kebutuhan makanan yang
diberikan makanan tinggi lemak, protein cukup, dan karbohidrat rendah untuk
pengendalian kejang yang optimal tetap kombinasi diet dan obat antilepsi. Berikut ini
adalah prinsip dan syarat diet ketogenik:
1) Tujuan: Memberikan makanan tinggi lemak secara bertahap sampai terjadi
kondisi ketosis untuk mengurangi kejang
2) Prinsip dan Syarat Diet Ketogenik
Kebutuhan energi sesuai berat badan ideal berdasarkan usia dan berat badan.
Protein diberikan 10-15 % dari total energi
Kebutuhan lemak dinaikkan secara bertahap sehingga perbandingan lemak dan
protein dan karbohidrat mencapai tahap yang diinginkan.
Diberikan suplemen vitamin: B6, asam folat, B12, Kalsium dan Besi
3) Macam Diet Ketogenik
a. Diet Ketogenik Klasik
Diet Klasik Tahap I
Diet ini dengan rasio 2:1, lemak diberikan sebanyak 82% dari total energi,
protein 10%. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien
menerima makanan.
Diet Klasik Tahap II
Diet ini dengan rasio 3:1, lemak diberikan sebanyak 87% dari total energi,
protein 10%. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien
menerima makanan.
b. Diet Ketogenik Modifikasi
Diet Modifikasi Tahap I
Diet ini lemak diberikan sebanyak 67% dari total energi, protein 10-15%.
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien menerima
makanan.
Diet Modifikasi Tahap II
Diet ini lemak diberikan sebanyak 75% dari total energi, protein 10-15%.
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien menerima
makanan.
Tabel 1. Perbandingan Presentase Lemak terhadap Kalori total pada
Diet Ketogenik Klasik dan Diet Ketogenik Modifikasi
BAB III
A. Deskripsi Kasus
Nama : An. AS
Tanggal Lahir : 23 Juli 2016
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 3 tahun 1 bulan 10 hari
Pendidikan : Belum sekolah
Ras/etnis : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Srati, Wates 8/2 Getasan Semarang
Tanggal Masuk RS : 3 September 2019 (19.30 WIB)
No. CM : 16.17.340xxx
Ruang/Kelas : Ruang Anggrek Intensif A/III
Diagnosa Medis : Epilepsi, Kejang Demam Kompleks (KDK), dan Cerebral
Palsy (CP)
An. AS berusia 3 tahun masuk RS dengan keluhan kejang >12x tiap <5 menit,
demam, batuk, pilek. pipi bengkak, makan dan minum kurang. Masuk rumah sakit dalam
keadaan cukup lemah. Setelah diperiksa dokter didiagnosa epilepsi, KDK, CP. Dengan
berat badan 10 kg, tinggi badan 83 cm, LILA 10,2 cm. An. AS memiliki riwayat asfiksia,
epilepsi dan CP. Diketahui sebelumnya An. AS sudah beberapa kali masuk RSUD
Salatiga dengan diagnosa hampir sama saat ini. Sampai saat ini An. AS belum bisa duduk
sendiri, berjalan, berbicara.
Ibu An. AS bercerita dahulu saat hamil baru tau saat usia kehamilan ± 3 bulan
karena ibunya sangat sibuk berdagang sehingga ketika ibunya merasa perutnya sakit,
mual, muntah langsung mengkonsumsi obat yang sesuai dengan keluhannya. Dan waktu
7
di USG dokter mengatakan bahwa janin yang dikandungnya hidup tetapi
perkembangannya lambat dan obat yang ibunya konsumsi saat hamil akan berefek pada
janinnya. Ketika An. AS lahir mengalami asfiksia sehingga ketika lahir tidak langsung
menangis dan mengalami kejang.
Tanda vital An. AS yaitu tekanan darah 130/78 mmHg, RR 32 x/menit, nadi 121
x/menit, Suhu 39,1 ℃. Hasil pemeriksaan laboratorium An. AS menunjukkan
hemoglobin 11,8 g/dL, hematokrit 33,5 Vol%, MCV 82 fl, leukosit 5,57 rb/ul, eritrosit
4,09 Jt/ul, MCH 28,9 pg, MCHC 35,2 g/dL, trombosit 229 103/uL, GDS 87 mg/dL.
Pola makan sebelum masuk RS diketahui makan bubur 2x sehari ½ porsi,
brownies 1 ptg sedang, minum 2x sehari 2 gls, roti dengan selai coklat 1 lembar, papaya
½ porsi, dan sup wortel, brokoli ½ porsi. An. AS gemar makan brownies, makanan
manis, susu coklat dan kebiasaan makan tidak teratur.
B. Metode Skrinning
Dilakukan skrinning gizi pada An. AS untuk mengetahui resiko malnutrisi yang
akan terjadi. Hasil skrinning selanjutnya dapat digunakan untuk merencanakan dan
memonitor dukungan gizi. Jika skrinning mengidentifikasi seseorang beresiko, maka
harus dirujuk untuk melakukan pengkajian gizi lebih detail.
Skrinning yang dilakukan pada An. AS menggunakan formulir skrinning untuk
anak yaitu Strongkids.
C. Pengisian Skrinning
Tabel 2. Skrinning Resiko Malnutrisi dengan Formulir STRONG-kids (Usia 1
bulan-18 Tahun)
Parameter Nilai
Apakah pasien tampak kurus? √ Ya 1
0
o Tid
ak
Apakah terdapat penurunan BB selama 1 bulan terakhir? (berdasarkan o Ya 1
0
penilaian objektif data BB bila ada ATAU penilaian subyektif orang tua √ Tidak
pasien) ATAU untuk bayi< 1 tahun; BB tidak naik selama 3 bulan
terakhir
Apakah terdapat SALAH SATU dari kondisi tersebut? √ Ya 1
- Diare ≥ 5 kali/hari dan /muntah >3 kali/hari dalam seminggu 0
o Tid
terakhir
ak
- Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan pasoen √ Ya 2
0
beresiko mengalami malnutrisi? (lihat Tabel) o Tid
ak
8
Nilai Score: 4
- 0 Resiko Rendah
- 1-3 Resiko Sedang
- 4-5 Resiko Tinggi
Daftar penyakit atau keadaan yang beresiko mengakibatkan malnutrisi
- Diare Kronik (lebih dari 2 minggu)
- (Tersangka) Penyakit jantung bawaan
- (Tersangka) Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- (Tersangka) Kanker
- Penyakit Hati Kronik
- Penyakit Ginjal Kronik
- TB Paru
- Terpasang Stoma
- Trauma
- Luka Bakar Luas
- Kelaianan anatomi daerah mulut yang menyebabkan kesulitan
makan (misal: bibir sumbing)
- Rencana ATAU paska operasi mayor (misal: laparotomi,
torakotomi)
- Kelainan metabolik bawaan (Inborn error metabolism)
- Retardasi mental
- Keterlambatan perkembangan
- Lain-lain (berdasarkan pertimbangan dokter)
Tanggal : 4 September 2019
Nama Dietisien: Maharotul Faiqoh
D. Kesimpulan
Skor 0 : beresiko rendah, ulangi skrinning setiap 7 hari.
Skor 1 : beresiko sedang, monitoring asupan selama 3 hari. Jika tidak ada
peningkatan, lanjutkan pengkajian dan ulangi skrinning setiap 7 hari.
Skor 2 : beresiko tinggi, bekerjasama dengan Tim Asuhan Gizi. Upayakan
peningkatan asupan gizi dan memberikan makanan sesuai dengan daya
terima. Monitoring asupan makanan setiap hari. Ulangi skrinning setiap 7 hari.
Berdasarkan hasil skrinning menggunakan formulir Strongkids pada tabel, An. AS
mendapatkan skor sebanyak 4 poin sehingga pasien beresiko tinggi terjadi malnutrisi.
BAB IV
ASSESMENT/PENGKAJIAN GIZI
A. Pengkajian Antropometri
Pengkajian data antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran BB, TB,
LILA, Pergelangan Tangan yang digunakan untuk mengevaluasi status gizi. Data
9
antropometri digunakan untuk memonitoring kebutuhan dan efek dari intervensi gizi
terhadap penyakit An. AS.
Tabel 3. Assesmen Data Antropometri
B. Pengkajian Biokimia
10
Domain Data Standar Interpretasi
PD-1.1.1 Penampilan Keadaan cukup
Keseluruhan lemah
PD-1.1.4 Extremities, otot, Cerebral Palsy
tulang (CP)
PD-1.1.9 Tanda Vital
Tekanan Darah 130/78 mmHg <120/80 mmHg Tinggi
Pernafasan 32 x/menit 23-35 x/menit Normal
Nadi 121 x/menit 80-110 x/menit Normal
Suhu 39,1 ℃ 37,6 ℃ Pyrexia
(demam)
Kesimpulan: An. AS tekanan darah tinggi, demam dan CP
Sumber: Rekam medik pasien no. CM 16.17.340xxx
11
Jeruk 1 buah 50 3-6x seminggu
Buah Apel 1 buah 85 1-2x seminggu
Pepaya 1 ptg 60 1x sehari
Selingan / Gorengan 1 buah 50 1x sehari
Brownies 1 buah 70 1x sehari
lain-lain
Susu 1 gls 150 2x sehari
Jajanan Manis 1 buah 50 > 1x sehari
Kesimpulan: pola makan An. AS suka makan brownies tiap hari, jajanan manis
dan susu coklat. Konsumsi lauk digoreng setiap hari. Serta suka makanan yang
lunak.
12
Kebutuhan 1337,7 50,16 99,59 60,2
% Tingkat Asupan 65% 87,5% 57% 202%
Keterangan Defisit Defisit Defisit Di atas
Berat Ringan Berat Kebutuhan
Sumber: Hasil recall 24 jam tanggal 4 Sepetember 2019
Standar % Asupan Menurut Depkes RI Tahun 1996
>120% Diatas Kebutuhan
90-119% Normal
80-89% Defisit Ringan
70-79% Defisit Sedang
<70% Defisit Berat
2. Pengetahuan Terkait Gizi
Hasil wawancara dengan orang tua An. AS terkait pengetahuan mengenai
gizi masih rendah, selain itu lingkungan tidak memberikan pengetahuan mengenai
gizi yang mendasar.
3. Aktivitas Fisik
a. Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
Sebelum sakit An. AS sehari-hari bermain terbatas bersama keponakan dan
tetangganya karena An. AS belum bisa duduk sendiri, berjalan, dan berbicara.
b. Selama dirawat
Saat di rumah sakit An. AS hanya tidur dan bermain bersama orang tuanya.
717 , 409
= =179 ,3 5 g r
4
1337,7 kkal
896 , 259
Kebutuhan Lemak = 67 × 1337,7= =9 9 , 5 9 g r
9
200 , 655
Kebutuhan Protein = 15 ×133 7,7= =5 0 , 1 6 g r
4
Kebutuhan Karbohidrat= Ene rgi− ( Lemak + Protein )
240 , 786
= =6 0 ,2 g r
4
14
BAB V
DIAGNOSA GIZI
A. Diagnosa Gizi
Tabel 10. Diagnosa Gizi
15
- NC-1.1 Kesulitan Menelan berkaitan dengan adanya gangguan fungsi mekanis
dari mulut dan alat pencernaan bagian atas seperti bengkak pipi kiri dan Gangguan
motorik (kelainan neurologik atau muscular) seperti Cerebral Palsy (CP) yang
ditandai dengan Demam, Penurunan nafsu makan, Asupan E (54%), P (36%), KH
(51%) kurang dari kebutuhan total.
- NI-5.1 Peningkatan Kebutuhan Lemak berkaitan dengan penyakit epilepsi
yang ditandai dengan Kebutuhan lemak 67 %.
- NB-1.1 Kurangnya Pengetahuan tentang gizi dan makanan berkaitan
Kurangnya paparan informasi terkait gizi yang ditandai dengan Pemberian makan
kepada anak tidak teratur.
BAB VI
INTEVENSI GIZI
16
A. Perencanaan
1. Perencanaan Diet
a. Tujuan Intervensi
1) Meningkatkan asupan makan sesuai kebutuhan
2) Memberikan makanan tinggi lemak untuk mengontrol terjadinya
kejang
3) Memperbaiki pola makan pasien
b. Prinsip
1) Energi diberikan sesuai kebutuhan
2) Lemak diberikan 67% dari total kebutuhan energi
3) Protein diberikan 15% dari total kebutuhan energi
4) Karbohidrat rendah, yaitu sisa dari total kebutuhan energi
5) Pemberian suplemen vitamin: B6, asam folat, B12, Kalsium, dan Besi
c. Syarat
1) Menghindari makanan yang mengandung gula seperti permen, SKM,
madu, gula, es krim, selai, dll
2) Memberikan makan porsi kecil tapi sering
3) Memberikan bentuk makanan sesuai dengan kondisi pasien
d. Kebutuhan Zat Gizi
Rumus Seashore, 1984 untuk usia <15 Tahun
BMR = ( 55−2 x U ) x B B ( kg )
= ( 55−2 ×3 ) × 14=49 ×14=686
Maintenance = 20 x BMR=20 ×686=137,2
Activity = 25 x BMR=25 ×686=171,5
Growth/Anabolisme = 50 x BMR=50 ×686=343 +
1337,7 kkal
896 , 259
Kebutuhan Lemak = 67 × 1337,7= =9 9 , 5 9 g r
9
200 , 655
Kebutuhan Protein = 15 ×133 7,7= =5 0 , 1 6 g r
4
Kebutuhan Karbohidrat= Ene rgi− ( Lema k + Pro tein )
240,786
= =6 0 , 2 g r
4
e. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : Diet Ketogenik
Bentuk Makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
Frekuensi Makanan : 3 x Makanan Utama dan 2x Selingan
2. Rencana Konseling dan Edukasi Gizi
Tabel 11. Tabel Rencana Konseling dan Edukasi Gizi
BAB VII
A. Fisik/Klinis
Tabel 19. Monitoring dan Evaluasi Fisik/Klinis
B. Biokimia
Tidak dilakukan pemeriksaan ulang pada data biokimia sehingga tidak bisa dilakukan
monitoring dan evaluasi.
22
C. Asupan Makan
Tabel 20. Monitoring dan Evaluasi Asupan
23
BAB VIII
PEMBAHASAN
25
An. AS hanya mengkonsumsi lauk hewaninya habis, makanan pokok (bubur nasi) dan
lauk nabati setengahnya, sedangkan sayurnya habis karena An. AS mampu
mengkonsumsi makanan yang lunak/blender serta adanya penambahan makanan dari
luar RS yaitu bubur sumsum.
Berdasarkan pengamatan recall 24 jam pada implementasi hari ketiga tanggal 7
september 2019 menunjukkan asupa energi (65%), protein (65%), lemak (45%),
karbohidrat (114%) belum memenuhi/mendekati target 80-110% dari kebutuhan total.
Alasan mengalami penurunan karena An. AS pulang ke rumah sore, sehingga makan
malam yang disediakan belum terasup.
Hasil rata-rata recall menu implementasi An. AS selama 3 hari atau 8 kali
pemberian menu di RSUD Kota Salatiga menunjukkan asupan energi (78%), lemak
(69%), karbohidrat (115%) belum memenuhi target 80-110% dari kebutuhan total. Hanya
protein (84%) yang memenuhi target.
BAB IX
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. An. AS berusia 3 tahun 1 bulan 10 hari dirawat inap dengan diagnosis
Epilepsi, Kejang Demam Kompleks (KDK), dan Cerebral Palsy (CP) pada tanggal 3
September 2019
26
2. Hasil Skrinning STRONG-Kids An. AS mendapatkan skor sebanyak 4 poin
sehingga pasien beresiko tinggi terjadi malnutrisi, sehingga perlu mendapatkan
asuhan gizi terstandar.
3. Dari Assesment/pengkajian Gizi An. AS dapat disimpulkan:
a. Antropometri An. AS memiliki status gizi kurang berdasarkan BB/U (-2,5
SD), status gizi sangat pendek berdasarkan TB/U (-3,34 SD), dan status gizi
normal berdasarkan TB/BB (-1 SD).
b. Fisik/klinis memiliki kesan umum sedang, keadaan lemah, tekanan darah
130/78 mmHg (tinggi) dan Suhu 39,1 ℃ (tinggi/demam).
c. Dietary History
1) Berdasarkan Food Frequency (FFQ), tingkat kecukupan energi 54%
tergolong defisit berat, protein 36% tergolong defisit berat, 58% tergolong
defisit berat, 51% tergolong defisit berat. An. AS gemar makan brownies,
makanan manis, susu coklat dan kebiasaan makan tidak teratur.
2) Berdasarkan Recall 24 jam di RS tanggal 4 september 2019, tingkat
kecukupan energi 65% tergolong defisit berat, protein 87,5% tergolong defisit
ringan, 57% tergolong defisit berat, 201% tergolong di atas kebutuhan.
4. Diagnosis yang ditegakkan, antara lain:
- NC-1.1 Kesulitan Menelan berkaitan dengan adanya gangguan fungsi mekanis
dari mulut dan alat pencernaan bagian atas seperti bengkak pipi kiri dan
Gangguan motorik (kelainan neurologik atau muscular) seperti Cerebral Palsy
(CP) yang ditandai dengan Demam, Penurunan nafsu makan, Asupan E (54%), P
(36%), KH (51%) kurang dari kebutuhan total.
- NI-5.1 Peningkatan Kebutuhan Lemak berkaitan dengan penyakit epilepsi
yang ditandai dengan Kebutuhan lemak 67 %.
- NB-1.1 Kurangnya Pengetahuan tentang gizi dan makanan berkaitan
Kurangnya paparan informasi terkait gizi yang ditandai dengan Pemberian makan
kepada anak tidak teratur.
5. Intervensi gizi yang dilakukan pada An. AS, yaitu dengan memberikan Diet
Ketogenik dengan bentuk makanan lunak, cara pemberian secara oral dengan
frekuensi 3x makanan utama dan 2x selingan.
6. Monitoring dan Evaluasi
Anamnesa : keluhan lemah, nyeri pipi bengkak berkurang
Fisik/Klinis : tekanan darah dan suhu menurun hingga mencapai normal
Asupan Zat Gizi : asupan makan di RS mengalami peningkatan dihari kedua dan
kembali menurun dihari ketiga karena asupan makan malam
tidak terasup karena pasien pulang. Hasil rata-rata recall menu
implementasi An. AS selama 3 hari atau 8 kali pemberian menu
27
di RSUD Kota Salatiga menunjukkan asupan energi (78%),
lemak (69%), karbohidrat (115%) belum memenuhi/mendekati
target 80-110% dari kebutuhan total. Hanya protein (84%) yang
memenuhi target
B. Saran
1. Bagi Pasien
Pasien diharapkan dapat melanjutkan diet yang dianjurkan setelah pulang dari rumah
sakit
2. Bagi Keluarga Pasien
Keluarga pasien mengontrol dan memberikan dukungan serta motivasi dalam
menjalankan diet sesuai yang diberikan selama di rumah sakit untuk mencegah
terjadinya kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraieni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi: Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha
Ilmu
AsDI, IDAI, dan PERSAGI. 2014. Penuntun Diet Anak Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Deliana, M., 2002. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak, Sari Pediatri.
Dorlan, S. J. 2005. Cerebral Palsy, A Complete Guide for Caregiving. The John Hopkins
University Press, Baltimore and London, hal.3.138
Handayani, Dian dan Kusumastuty, Inggita. 2017. Diagnosis Gizi. Malang: UB Press
Handayani, Dian, dkk.2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu
28
Harsono, 2005. Buku Ajar Neurologis Klinis, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia .Yogyakarta: UGM Press.
Kossof EH, Zupec BA, Rho JM. 2009. Ketogenic diets: An Update for Child Neurologists.
Journal of Child Neurol.
Kwan P, Brodie MJ. 2000. Early Identification of refractory epilepsy. N Eng J Med.
Politi K, Meiri LS, Shuper A, Aharoni S. 2010. The Ketogenik Diet: how it works. Epilepsy
research and treatment.
Price, A.S dan Wilson P. 2006. Patofisiologi edisi keempat. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono, dan Sukamin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rosnelly, dkk. 2014. Buku Panduan Praktis Diagnosa Gizi dalam Proses Asuhan Gizi
Terstandar. Malang: Instalasi Gizi RSU dr. Syaiful Anwar.
Setiaji, Adrian. 2014. Pengaruh Penyuluhan tentang Penyakit Epilepsi Anak Terhadap
Pengetahuan Masyarakat Umum. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Shorvon, S.D., 2001. Handbook of Epilepsy Treatment, Meiden, Blackwell Science Ltd.,
London.
Waspadji, Sarwono, Kartini S., dan Suharyanti. 2015. Menyusun Diet Berbagai Penyakit
Edisi keempat. Jakarta: FKUI
29
30
LAMPIRAN
31
Hasil Recall 24 jam MRS
32
misoa 20 69 1.7 0.4 15.6
minyak 1.25 22.1 0 2.5 0
Aqua Gelas 1 gls - - - -
TOTAL 880.25 43.89 57.75 121.68
Sup Wortel,
40 10.3 0.4 0 1
Kentang, Kapri Wortel
34
Kentang 40 37.2 0.4 2 1
Kapri 10 3.5 0.2 0 0.8
Minyak 2.5 20 0 2.5 0
SNACK SORE Entrakids 35 163 4.7 5.8 21.8
Gula Pasir 10 38.7 0 1.8 0.5
SIANG Bubur Nasi 160 116.6 1 0.1 25
Galantin Ayam Daging Ayam Giling Halus 50 142 10.4 9.8 0
Telur 50 77.6 5 8.3 0.6
Minyak 2.5 20 0 2.5 0
sup wortel, kapri,
40 10.3 0.4 1 0.5
kb. Kol Wortel
Kembang Kol 10 10 0.6 1 1
Kapri 10 3.5 0.2 0 0
Minyak 2.5 18 0 2.5 0
MALAM Bubur Nasi 160 116.6 1 0.1 25
Semur Ati Ayam Ati Ayam 50 98 10 9 0.1
Kecap 5 3 0.5 0 0.2
Gula Jawa 2.5 16 0 0 1
Minyak 2.5 18 0 2.5 0
Sup Wortel misoa wortel 40 10.3 0.4 0.1 1.9
misoa 40 138 3 0.8 15
minyak 2.5 18 0 2.5 0
TOTAL 1265.2 44.95 52.4 121.7
35
Menu Standar Rumah Sakit Implementasi Ketiga Siklus ke-7
36
Minyak 5 43.1 0 5 0
Capcay Wortel 30 7.7 0.3 0.1 1
Sawi 30 4.5 0.7 0.1 0.6
Kembang Kol 20 5 0.3 0.1 1
Minyak 2.5 20 0 2.5 0
TOTAL 1168.7 44.35 55.97 108.2
38
PAGI Bubur Nasi 80 58.3 1 0.1 12.8
Bacem Telur Telur 50 77.6 6 7 0.3
Kecap 5 3 0.5 0 0
Gula Jawa 2.5 16 0 0 1
Sup Wortel, Kentang, Wortel
40 10.3 0.4 0 1
Kapri
Kentang 40 37.2 0.4 2 1
Kapri 10 3.5 0.2 0 0.8
Minyak 2.5 20 0 2.5 0
SNACK PAGI Entrakids 35 163 4.7 5.8 21.8
Gula Pasir 10 38.7 0 1.8 0.5
SIANG Bubur Nasi 80 58.3 1 0.1 12.8
Galantin Ayam Daging Ayam Giling
50 142 10.4 9.8 0
Halus
Telur 50 77.6 5 8.3 0.6
Minyak 2.5 20 0 2.5 0
Rolade Tahu Tahu 30 22.8 2.4 1.4 0.5
Telur dadar 50 90 5 13.3 0.5
Minyak 5 43.1 0 5 0
sup wortel, kapri, kb. Wortel
40 10.3 0.4 1 0.5
Kol
Kembang Kol 9 10 0.6 1 2
Kapri 10 3.5 0.2 0 0
Minyak 2.5 18 0 2.5 0
SNACK Entrakids
35 163 4.7 5.8 21.8
SORE
Gula Pasir 10 38.7 0 1.8 0.5
39
MALAM Bubur Nasi 80 58.3 1 0.1 12.8
Semur Ati Ayam Ati Ayam 50 98 10 9 0.1
Kecap 5 3 0.5 0 0.2
Gula Jawa 2.5 16 0 0 1
Minyak 2.5 18 0 2.5 0
Menir Bayam Jagung Bayam 50 12 1 1 3
Jagung 35 30 1 2 2
TOTAL 1360.2 56.4 86.3 97.5
41
Hasil Recall 24 jam Implementasi Menu Pertama
44
Hasil Recall 24 jam Implementasi Menu Ketiga
45
Gula 10 38.7 0 1.8 0.5
TOTAL 882.7 32.85 45.17 69.2
46
47
48