Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI

PENYAKIT HIPERTENSI DI KELURAHAN BOJONG


SALAMAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Perencanaan Program Gizi
Dosen Pengampu: Pradipta Kurniasanti, S.KM, M.Gizi

Disusun oleh:
KELOMPOK 7
1. Iga Mawarni (1607026007)
2. Difa Sabila Khaerani (1607026009)
3. Susanti (1607026018)
4. Dola Diansa Putri (1607026027)

GIZI 6A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para sahabatnya. Serta para pengikutnya
sampai pada hari kiamat nantinya.

Pada kesempatan ini, kami telah menyelesaikan laporan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Perencanaan Program Gizi di UPTD Puskesmas Karangayu
Kelurahan Bojong Salaman. Dalam laporan ini kami akan membahas beberapa hal
yang terkait dengan Penyakit Hipertensi dengan Cara memberikan Program
Pencegahan Hipertensi.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan dan kekurangan yang kami miliki. Dorongan keluarga, bimbingan
dosen, teman-teman dan berbagai pihak yang membantu kami sehingga tulisan ini
dapat terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menghaturkan hormat dan
rasa terimakasih kepada:

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, MPH beserta staff
yang telah memberikan ijin dan data kepada kami untuk menyelesaikan
penelitian.
2. Kepala Puskesmas Karangayu, Bapak Drg Arimbi. Beserta dokter dan staf
yang telah memberikan ijin melakukan penelitian di UPTD Puskesmas
Karangayu.
3. Terimakasih atas dukungan moral dari keluarga dan sahabat yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Pradipta Kurniasanti,
SKM., M.Gizi selaku dosen pengampu mata kuliah Program Perencanaan
Gizi.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada
kesalahan dalam pembuatan maupun isi dari laporan ini kami mohon maaf. Kritik dan
saran dari Ibu Dosen dan teman-teman sangat diperlukan untuk perbaikan laporan
selanjutnya.

Semarang, 14 Juni 2019

Penyusun

1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

MATA KULIAH PERENCANAAN PROGRAM GIZI

1. Judul : PERENCANAAN PROGRAM GIZI


PENYAKIT HIPERTENSI DI KELURAHAN
BOJONG SALAMAN
2. Penyusun : Kelompok 7
Nama/NIM : Iga Mawarnai / 1607026007
Difa Sabila Khaerani / 1607026009
Susanti / 1607026018
Dola Diansa Putri / 1607026027
3. Semester/Tahun : VI / 2018-2019
4. Program Studi : Gizi
5. Nama Mata Kuliah/sks : Perencanaan Program Gizi / 2 sks
6. Lokasi Kegiatan : Kelurahan Bojong Salaman, Kecamatan
Semarang Barat
7. Waktu Kegiatan : 18 Mei 2019

Semarang, 14 Juni 2019


Dosen Mata Kuliah PPG

Pradipta Kurniasanti,
SKM., M.Gizi

2
PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN
Penulis menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Mata
Kuliah Perencanaan Program Gizi ini berdasarkan hasil pemikiran asli dari kelompok
kami. Topik judul yang akan dikerjakan: Perencanaan Program Gizi Penyakit
Hipertensi di Kelurahan Bojong Salaman. Jika terdapat karya orang lain, kami akan
mencantumkan sumber referensi yang jelas. Demikian pernyataan ini kami buat
dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka kami bersedia menerima sanksi berupa
peringatan lisan hingga pencabutan gelar yang telah diperoleh dan sanksi lain sesuai
dengan peraturan yang berlaku di Fakultas Psikologi dan Kesehatan, UIN Walisongo.
Demikian pernyataan ini kami buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Semarang, 14 Juni 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ 1


Halaman Pengesahan ............................................................................................... 2
Pernyataan Keaslian Laporan ................................................................................ 3
BAB I Pendahuluan ................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 6
1.4 Manfaat ................................................................................................... 7
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8
2.1 Manajemen ............................................................................................... 8
2.2 Manajemen Program Gizi ........................................................................ 9
2.3 Hipertensi ............................................................................................... 10
BAB III Metode Survei .......................................................................................... 18
3.1 Lokasi ..................................................................................................... 18
3.2 Waktu ..................................................................................................... 18
3.3 Jenis dan Cara Pengumpulan data .......................................................... 18
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 18
3.5 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 18
BAB IV Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 18
4.1 Gambaran Umum ............................................................................... 20
4.1.1 Keadaan geografis ...................................................................... 20
4.1.2 Kependudukan............................................................................ 21
4.1.3 Situasi Derajat Kesehatan Kota Semarang ................................. 23
4.1.4 Gambaran umum Puskesmas Karangayu ................................... 26
BAB V Perencanaan Program Gizi ...................................................................... 29
5.1 Langkah-langkah Perencanaan dari Analisis Situas Sampai dengan
Implementasi ........................................................................................ 29
5.1.1 Analisis situasi ..................................................................... 29
5.1.2 Prioritas masalah .................................................................. 30
5.1.3 Analisis masalah................................................................... 31
5.1.4 Analisis tujuan dan analisis alternatif ................................ ..32
5.1.5 Implementasi program gizi .................................................. 33
5.1.6 Monitoring dan evalusi ....................................................... 38
BAB VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 39
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 40
Lampiran ................................................................................................................ 41

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang satu ke orang lain. Data PTM dalam Riskesdas 2018
meliputi: asma, kanker, diabetes mellitus (DM), hipertensi, penyakit sendi,
penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal kronis (Kemenkes RI, 2018). Setiap
tahunnyaa lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular
(PTM) (63% dari seluruh kematian) (Kemenkes RI, 2014). Proporsi penyebab
kematian PTM pada orang – orang berusia kurang dari 70 tahun yaitu penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%),
sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain
bersama – sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian
disebabkan oleh diabetes (Kemenkes RI, 2012).
Prevalensi PTM di Indonesia berdasarkan data Riskesdas 2018, yaitu:
hipertensi (34,1%), penyakit jantung (1,5%), ginjal kronik (3,8%), penyakit sendi
(7,3%), stroke (10,9%), asma (2,4%), kanker (1,8%), diabetes mellitus (2,0%),
proporsi cedera akibat transportasi darat (31,4%), berat badan lebih pada dewasa
(13,6%) obese pada dewasa (21,8%) dan obesitas sentral (31,0%) (Kemenkes RI,
2018). Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita
hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan
ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (Kemenkes, 2018).
Pada tahun 2018 di Kota Semarang Kasus PTM tertinggi di Puskesmas
dan FKTP tertinggi pada penyakit Hipertensi sebanyak 161.283 kasus. Sedangkan

5
kasus terendah pada penyakit PPOK sejumlah 2107 kasus. Pada tahun 2014
sampai tahun 2018 terjadi peningkatan kasus pada penyakit Hipertensi (161.283
kasus), penyakit Stroke (3422 kasus) dan Asma (6310 kasus). Sedangkan kasus
yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya adalah penyakit Diabetes
Tergantung Insulin (4183 kasus) dan Non Insulin sebanyak 47248 kasus.
Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular dari Puskesmas dan
Rumah Sakit banyak terjadi pada penderita golongan umur 45 – 65 tahun. Hal ini
dikarenakan pada umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun
tidak diimbangi oleh pola hidup sehat, seperti : mengkonsumsi makanan sehat,
membiasakan periksa kesehatan secara berkala, olah raga secara rutin dan teratur,
menjauhi rokok dan asap rokok. (Dinkes Kota Semarang, 2018).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI,
2013).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
laporan ini adalah penatalaksanaan perencanaan program gizi penyakit hipertensi
di Kelurahan Bojong Salaman.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Membuat perencanaan program gizi dalam menyelesaikan permasalahan gizi
yaitu Hipertensi di Wilayah UPTD Puskesmas Karangayu serta memberi
usulan program yang dapat dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas Karangayu.

6
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah gizi di Wilayah UPTD Puskesmas Karangayu.
b. Menentukan prioritas masalah.
c. Melakukan analisis situasi.
d. Melakukan alternatif pemecahan masalah gizi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, monitoring dan evaluasi.
1.4 Manfaat
1. Bagi UPTD Puskesmas Karangayu, Kota Semarang
Sebagai bahan acuan dan pertimbangan untuk menentukan kebijakan serta
langkah-langkah strategis dalam penanggulangan masalah gizi terutama
Hipertensi di Wilayah UPTD Puskesmas Karangayu, Kota Semarang.
2. Bagi masyarakat penderita Hipertensi di Wilayah UPTD Puskesmas
Karangayu. Sebagai indikator masyarakat mengubah polah hidup menjadi
lebih sehat.
3. Bagi peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian, sekaligus
mempraktikan ilmu yang telah diperoleh serta dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi Penyakit Hipertensi.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen
Manajemen secara lughowi adalah to manage yang artinya “mengatur”.1
Manajemen berasal dari kata Bahasa Inggris management yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengolahan. Artinya manajemen adalah
sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya–
upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.2
Secara umum, pengertian manajemen merupakan suatu seni dalam ilmu
dan pengorganisasian seperti menyusun perencanaan, membangun organisasi dan
pengorganisasiannya, pergerakan, serta pengendalian atau pengawasan. Bisa juga
diartikan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sistematis
agar dapat memahami mengapa dan bagaimana manusia saling bekerja sama agar
dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain maupun golongan
tertentu dan masyarakat luas.3
Secara etimologis, pengertian manajemen merupakan seni untuk
melaksanakan dan mengatur. Manajemen ini juga dilihat sebagai ilmu
mengajarkan proses mendapatkan tujuan dalam organisasi, sebagai usaha bersama
dengan beberapa orang dalam organisasi tersebut.4

1
Hasibuan, Manajemen: Dasar Pengertian dan Masalah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001
2
Munir, Manajemen Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006
3
Anonim, Pengertian, Fungsi dan Unsur-unsur Manajemen, 2017, Diakses dari
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-fungsi-dan-unsur-unsur-manajemen/
4
Ibid, Anonim, 2017

8
Ada empat dasar fungsi manajemen yaitu5 :
1) Perencanaan,
Planning, bekerja dengan mendefinisikan tujuan organisasi dan cara untuk
mencapainya.
2) Pengorganisasian,
Pengorganisasian berarti menyusun dan membuat struktur kerja untuk
mengatur peran.
3) Penunjukan/delegasi,
Penunjukan/delegasi berarti mengarahkan aktivitas dalam mencapai tujuan.
4) Pengendalian.
Pengedalian berupa monitoring, membandingkan dengan standar (SOP), dan
koreksi kinerja.
2.2 Manajemen Program Gizi
Masalah gizi di Indonesia pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan
masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah
dari banyak faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus
melibatkan berbagai sector terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas, dan tenaga
medis lainnya. 6
Dalam bidang gizi, promosi kesehatan agar masyarakat tetap sehat, mampu
menjaga kesehatan dan mampu mengajak orang lain untuk sehat adalah tujuan
utama. Manajemen program gizi berperan dalam hal membuat masyarakat
memiliki kesadaran (awareness), pengenalan diri sendiri (self recognition), solusi
(self-solution), kemauan untuk berubah (willingness to change), dan menjaga
serta mengembangkan diri dari solusi yang telah ditetapkan bagi masyarakat.

5
Dudung Angkasa, Diktat Perencanaan Program Gizi, Diakses dari
https://digilib.esaunggul.ac.id/
6
K. Hidayati, Laporan PKL Manajemen Pelayanan Gizi Masyarakat, Diakses dari
https://www.academia.edu

9
Dalam perencanaan program gizi, proses perencanaan program gizi
terintegrasi pada perencanaan puskesmas dengan memaanfaatkan data.
Pengumpulan pemgolahan dan analisis data dapat diambil dari data IKS dalam
PIS-PK, data kinerja program kesehatan dan gizi, data hasil surveilans kesehatan
dan gizi, hasil survei kesehatan terbaru dan sumber data lain. Sumber data lain
seperti Riset Kesehatan Nasional, RISKESDAS, PSG, BPS, POLDES, profil desa
dan lainnya.
Pengolahan dan analisis data untuk diagnosis masalah gizi pada sasaran
diawali dengan menetapkan masalah program gizi pada penduduk sasaran
individu, keluarga, kelompok, masyarakat dengan besaran masalahnya. Dalam
menganalisis masalah akan tahu penyebab masalah (etiologi). Dengan kejelasan
etiologi dapat merumuskan intervensi dengan tepat dan terarah. Proses
identifikasi etiologi untuk merancang intervensi bisa menggunakan diagram akar
masalah (root cause analysis) dan ishikawa (Cause-Effect Analysis). Hal-hal yang
perlu diidentifikasi yaitu tingkat akses dan cakupan sasaran pada pelayanan
kesehatan yang berkualitas, perilaku dan tingkat kemandirian masyarakat, kondisi
lingkungan kehidupan masyarakat serta dukungan kebijakan pemerintah.
2.3 Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persisten
pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik sama dengan atau di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolic dengan atau di atas 90 mmHg (Kurniawan,
Indra; 2018)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak

10
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Kemenkes RI,
2013).
2.3.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan
dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan
pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB) (Kemenkes, 2013).
2.3.3 Faktor Risiko Hipertensi
Beberapa faktor berikut sering berperan dalam kasus – kasus hipertensi, yaitu
faktor keturunan, faktor obesitas, faktor stres, faktor pola makan dan faktor
merokok.
a. Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi
di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang
tua, maka kemungkinan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah
satu menderita hipertensi.
b. Faktor Obesitas
Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan
adalah salah satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibanding
dengan orang kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya terkena
hipertensi. Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Di
perkirakan sebanyak 70% kasus baru penyakit hipertensi adalah orang dewasa
yang berat badannya sedang bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan

11
seseorang bertambah, volume darah akan bertambah pula, sehingga beban
jantung untuk memompah darah juga bertambah.
Sering kali kenaikan volume darah dan beban pada tubuh yang
bertambah berhubungan dengan hipertensi, karena semakin besar bebannya,
semakin berat juga kerja jantung dalam memompah darah keseluruh tubuh.
Kemungkinan lain adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon
yang diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Jika berat
badan bertambah, terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang
bertambah. Dengan bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam ginjal
akan berkurang. Dengan bertambahnya natrium dalam tubuh, volume cairan
dalam tubuh juga akán bertambah. Semakin banyak cairan termasuk darah
yang ditahan, tekanan darah akan semakin tinggi.
Untuk mengetahui seseorang itu termasuk memiliki berat badan
belebih atau tidak, yaitu dengan cara menghitung BMI (Body Mass Index)
atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus: Berat Badan (Kilogram)
dibagi tinggi badan (meter).
BMI <18 : Kurang berat badan
BMI >18,1- 25,0 : Normal
BMI >25,0 – 27,0 : Gemuk atau kelebihan berat badan
BMI >27,0 : Sangat gemuk atau obesitas
c. Faktor Stress
Hubungan stres dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis,
dalam kondisi stres, adrenalin meningkat dalam aliran darah, sehingga
menyebabkan kenaikan tekanan darah sehingga siap untuk bereaksi. Menurut
Sue Hichlift dalam Vita Health, (2005), Stres adalah respon yang dapat
mengancam kesehatan jasmani ataupun emosional. Bila seseorang terus
menerus dalam keadaan ini, maka tekanan darah akan tetap meningkat.
Tanda-tanda stres antara lain : denyut jantung meningkat, kekuatan otot,
terutama sekitar bahu dan leher, sulit tidur, konsentrasi menurun, nadi dan

12
tekanan darah meningkat. Makan terlalu banyak atau sedikit, tidak tenang, dan
tidak mampu menyelesaikan masalah.
d. Faktor Rokok
Merokok dapat mempermudah terjadinya penyakit jantung. Selain itu,
merokok dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Hal ini
disebabkan pengaruh nikotin dalam peredaran darah. kerusakan pembuluh
darah juga diakibatkan oleh pengendapkan kolesterol pada pembuluh darah,
sehingga jantung bekerja lebih cepat. (Vita Health, 2005).
e. Faktor Pola Makan yang Salah
Makanan yang diawetkan dan konsumsi garam dapur serta bumbu
penyedap dalam jumlah yang tinggi seperti monosodium glutamat (MSG),
dapat menaikan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah
yang berlebih, sehingga dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan
jumlah volume darah, akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompanya dan tekanan darah menjadi naik, selain itu natrium yang
berlebihan akan menggumpal pada dinding pembuluh darah, dan natrium akan
terkelupas, akibatnya menyumbat pembuluh darah (Vita Health, 2005).
2.3.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan

13
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada
dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan
risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sedang 160 – 179 100 – 109
Hipertensi ringan 140 – 159 90 – 99
Hipertensi perbatasan 120 – 149 90 – 94

14
Hipertensi sistolik
120 – 149 < 90
perbatasan
Hipertensi sistolik
> 140 < 90
terisolasi
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80

2.3.5 Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit
yang mematikan tanpa disertai gejala – gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya. Kalaupun muncul gejala tersebut seringkali dianggap gangguan
biasa sehingga korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit (Vita
health, 2005).
Gejala – gejala hipertensi bervariasi pada masing – masing individu dan hampir
sama dengan penyakit lainnya. Gejala – gejala itu adalah :
a. Sakit kepala.
b. Jantung berdebar – debar.
c. Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat.
d. Mudah lelah.
e. Penglihatan kabur.
f. Wajah memerah.
g. Hidungberdarah.
h. Sering buang air kecil, terutama dimalam hari.
i. Telinga berdenging (tinnitus).
j. Dunia terasa berputar (vertigo).
2.3.6 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol respon pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medula di otak. Rangsangan pusat vasomotor dikirimkan dalam
bentuk ransangan yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan

15
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Krisnanda, 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas pada vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin (Krisnanda, 2017).
ACE (angiotensin I converting enzyme) memegang peran penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. ACE yang terdapat di
paru-paru mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (Anggraini, 2009).
Renin disentesis dan disimpan di sel-sel jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal
dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin. Sel JG merupakan modifikasi dari
sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal
glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri
menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG terurai dan melepaskan renin
(Sylvestris, 2014).
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek-
efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam
darah, maka dia memiliki dua pengaruh yang dapat meningkatkan tekanan arteri.
Pengaruh pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi
terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana
angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal
untuk menurunkan ekskresi garam dan air (Sylvestris, 2014).
Vasopresin disebut juga antidiuretic hormone (ADH), lebih kuat daripada
angiotensin sebagai vasokonstriktor. Bahan ini dibentuk di hipotalamus tetapi
diangkut menuruni pusat akson saraf ke glandula hipofise posterior, dimana
akhirnya disekresi ke dalam darah (Sylvestris, 2014). Aldosteron, yang
disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks adrenal, adalah suatu

16
regulator penting bagi reabsorpsi natrium (Na+ ) dan sekresi kalium (K+ ) oleh
tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosteron adalah pada sel-sel prinsipal di
tubulus koligentes kortikalis. Mekanisme dimana aldosteron meningkatkan
reabsorbsi natrium sementara pada saat yang sama meningkatkan sekresi kalium
adalah dengan merangsang pompa natriumkalium ATPase pada sisi basolateral
dari membran tubulus koligentes kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan
permeabilitas natrium pada sisi luminal membran. (Guyton, 1997)
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel (Krisnanda, 2017). Sampai sekarang
pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus berkembang karena
belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya
peningkatan tekanan darah (Sylvestris, 2014).

17
BAB III

METODE SURVEI

3.1 Lokasi
Lokasi yang digunakan sebagai tempat pengambilan data adalah di UPTD
Puskesmas Karangayu, Kecamatan Semarang Barat.

3.2 Waktu
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2019.

3.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Jenis data yang diperoleh adalah data sekunder, data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada. Data sekunder diperoleh dari data-data Puskesmas
Karangayu bagian epidemiologi berupa data statistik yang diperoleh dari PIS PK
(Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga).

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa kuesioner hipertensi, leaflet,
daftar bahan makanan penukar, dan kuesioner FFQ.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data


1. Cara Pengolahan Data
a. Editing
Mengkaji dan meneliti data dari hasil yang telah diperoleh dari lokasi
pengambilan data.
b. Tabulating
Memasukan data dalam bentuk tabel terhadap hasil yang telah diperoleh
dari lokasi pengambilan data.

18
2. Cara Analisis
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan
masalah kesehatan dan gizi, program-program gizi masyarakat (PGM),
perencanaaan, pelaksanaan dan evaluasi program di UPTD Puskesmas
Karangayu.

3.6 Lampiran Kuesioner

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
1) Letak
Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan
garis 109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan
Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah
Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh
Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian
Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis
pantai.
2) Luas Wilayah Kota Semarang
Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km², dan merupakan 1,15% dari total
luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16
kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan
Mijen (57,55 km²) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km²), dimana
sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan.
Sedangkan kecamatan
dengan luas terkecil adalah
Semarang Selatan (5,93
km²) dan kecamatan
Semarang Tengah (6,14
km²), sebagian besar
wilayahnya berupa pusat
perekonomian dan bisnis
Kota Semarang, seperti
bangunan toko/mall, pasar,
perkantoran dan sebagainya.

20
2. Kependudukan
1) Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk,
Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Semarang sampai dengan akhir Desember tahun
2018 sebesar : 1.668.578 jiwa, terdiri dari 825.964 jiwa penduduk laki-
laki dan 842.615 jiwa penduduk perempuan. Perkembangan dan
pertumbuhan penduduk selama 6 tahun terakhir menunjukkan hasil
yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.
b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian
karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak
seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi
dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan
(Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak
dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.
Gambar. Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2018

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2018

21
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh
dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2018 kepadatan
penduduknya sebesar 4.465 jiwa per km² sedikit mengalami kenaikan
bila dibandingkan dengan tahun 2017. Bila dilihat menurut Kecamatan
terdapat 6 kecamatan yang mempunyai kepadatan di bawah angka
rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan Genuk (4171
jiwa/km²), Kecamatan Tembalang (4045 jiwa/km²), Kecamatan
Ngaliyan ( 3648 jiwa/km²) Kecamatan Gunungpati (1.734 jiwa/ km²),
Kecamatan Mijen (1.276 jiwa/ km²), dan Kecamatan Tugu sebesar
1053 jiwa per km². Dari keenam Kecamatan tersebut, dua diantaranya
merupakan masih daerah pertanian dan perkebunan, sedangkan satu
kecamatan lainnya merupakan daerah pengembangan industri.
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-kecamatan yang terletak
di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah
penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi.
Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan
Candisari 12.307 jiwa/km², Kecamatan Gayamsari 11.972 jiwa/km²,
Semarang Selatan 11.703 jiwa/km². Secara umum ciri masyarakat
Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik
perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Bila
dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat
dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4
(empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh
Kecamatan yang ada.
c. Komposisi Penduduk
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara
khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah
penduduk menurut jenis kelamin. Menurut data dari dispendukcapil
Kota Semarang Jumlah penduduk tahun 2018 sejumlah 1.668.578
jiwa, terdiri dari 825.964 jiwa penduduk laki-laki dan 842.614 jiwa

22
penduduk perempuan. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah
rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara
penduduk laki-laki dan perempuan.
Gambar. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
2018

Sumber : Dispendukcapil 2019


3. Situasi Derajat Kesehatan Kota Semarang
a. Umur Harapan Hidup
Berdasarkan perhitungan IPM yang baru Umur Harapan Hidup (UHH)
Kota Semarang mengalami kenaikan, pada tahun 2017 mencapai 77,21.

Sumber: BPS Kota Semarang – www.semarangkota.bps.go.id


b. Mortalitas/Kematian
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu
masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat
menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/

23
tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik
secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan.
1. Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator
penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan
jumlah wanita yang meninggal per 100.000 kelahiran hidup, dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil)
selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.
Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal
di Kota Semarang pada tahun 2018 sebanyak 19 kasus dari 25.074
kelahiran hidup atau sekitar 75,77 per 100.000 KH. Angka kematian
Ibu (AKI) mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yaitu
88 per 100.000 KH pada tahun 2017 dan 121,5 per 100.000 KH pada
tahun 2016. Jika dilihat dari jumlah kematian Ibu, juga terdapat
penurunan kasus yaitu 23 kasus pada tahun 2017 menjadi 19 kasus di
tahun 2018.
2. Kematian Bayi dan Balita
Angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi
yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.
Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan
kesehatan, pada tahun 2018 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota
Semarang sebanyak 160 dari 25.074 kelahiran hidup, sehingga
didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 6,38 per 1.000 KH.

24
Jumlah kematian bayi di Kota Semarang cenderung terjadi penurunan
dalam lima tahun terakhir
c. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan
kejadian penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu.
Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah.
1. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas
Tabel. Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tahun 2018
No Kode Nama Penyakit Jumlah
1 J06 Infeksi saluran nafas atas akut pada banyak tempat tidak dapat 110677
dispesifikasi
2 J02 Faringitis akut 103028
3 I10 Hipertensi esensial (primer) 97532
4 E11 Diabetes mellitus tidak tergantung insulin 43792
5 Z00 Penelitian dan pemeriksaan umum terhadap orang tanpa 43580
keluhan dan laporan diagnosis
6 K34 Pengawasan kehamilan normal 38961
7 K29 Gastritis dan duodenitis 37237
8 K04 Penyakit pulpa dan periapikal (jaringan sekitar akar gigi) 28790
9 Z24 Kebutuhan akan vaksinasi terhadap sejenis penyakit virus 25385
tertentu
10 M62 Gangguan-gangguan otot yang lain 25095
Sumber: Sirandu 2018
2. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit (Kasus Rawat Inap)
Tabel. Sepuluh Besar Penyakit Rumah Sakit Tahun 2018
No KODE Deskripsi Pasien Pasien Pasien Pasien Total
ICD 10 Keluar Keluar Keluar Keluar
Hidup Hidup Mati Mati
(LK) (PR) (LK) (PR)
1 A09 Diarrhoea and 3,919 4,188 18 18 8,143
gastroenteritis of
presumed infectio
2 A01 Demam tifoid dan 2,247 2,882 1 1 5,131

25
paratifoid
3 J18.0 Bronchopneumonia, 2,346 2,111 127 119 4,703
unspecified

4 I10 Hipertensi esensial 1,726 2,612 33 37 4,408


(primer)

5 E14.9 Diabetes Mellitus 1,195 1,835 64 62 3,156


Without complications

6 D64.9 Anaemia, unspecified 946 1,330 70 70 2,416

7 C50.9 Breast, unspecified 10 1,507 - - 1,529


8 Z51.1 Chemotherapy session 348 1,033 - - 1,381
for neoplasm
9 P03.4 Fetus and newborn 597 593 2 1 1,193
affected by caesarean
delivery
10 I 20, I 23 – Penyakit jantung 743 247 7 2 999
I 25 iskemik lainnya
Sumber: Seksi Pelayanan Rujukan, Bidang pelayanan kesehatan

4. Gambaran Umum Puskesmas Karangayu


1) Identitas Puskesmas
- Nama Puskesmas : Puskesmas Karangayu
- Nama Ka. Puskesmas : drg. Arimbi
- Alamat Puskesmas : Jln. Kenconowungu III No. 28 Semarang
- Telepon Puskesmas : 7606065
2) Visi
Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah “Menjadikan
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdepan, menyeluruh,
profesional, biaya terjangkau, memiliki kinerja tinggi sehingga
memberikan kepuasan pelanggan dengan melibatkan peran serta
masyarakat dalam menuju kecamatan sehat 2010”.

26
3) Misi
 Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan.
 Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat .
 Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau.
 Memeliharan dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
4) Letak Geografis dan Wilayah kerja
Terletak di:
- RT/RW : 03/01
- Kelurahan : Karangayu
- Kecamatan : Semarang Barat
Batas Wilayah:
- Sebelah Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Krobokan
- Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Lor
- Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Simongan
- Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Lebdosari
Memiliki Wilayah Kerja:
- Kelurahan Karangayu, Jumlah RT/RW : 44/6
- Kelurahan Salaman Mloyo, Jumlah RT/RW : 33/6
- Kelurahan Cabean, Jumlah RT/RW : 25/3
- Kelurahan Bojong Salaman, Jumlah RT/RW : 58/9
5) Jumlah Penduduk
- Laki-laki : 13.399 jiwa
- Perempuan : 14.535 jiwa
6) Tenaga Kesehatan
- Dokter Umum :2
- Dokter Gizi :2
- SKM :1

27
- Perawat :1
- Perawat Gigi :1
- Bidan :3
- Sanitarian :1
- Tata usaha : 1 (rekam medik)
- Nutrision/Gizi :1
- Analis Kesehatan :1
- Asisten Apoteker :1
- Apoteker :0
- Rekam Medik :0
- Fisioterapis :0
- Pekarya Kesehatan :1

28
BAB V

PERENCANAAN PROGRAM GIZI


5.1 Langkah-langkah Perencanaan dari Analisis Situas Sampai dengan
Implementasi
Metode yang digunakan untuk membuat perencanaan program
kesehatan dan gizi adalah menggunakan metode OOPP (Objective Oriented
Project Planning). Penggunaan metode OOPP ini karena metode ini
mengakomodir perencanaan yang berbasis data.
1) Analisis Situasi
Analisis situasi perlu dilakukan karena perencanaan program gizi
sifatnya berbasis data, data yang diperoleh harus dapat mencerminkan
keadaan sesungguhnya yang terjadi dimasyarakat. Sumber data analisis
situasi diperoleh dari data primer dan sekunder. Data yang ditemui di
lapangan adalah data sekunder yaitu data yang dapat digunakan sebagai
data untuk mendukung analisis situasi, pada penelitian ini data sekunder
yang diperoleh berasal dari Laporan Bulanan Puskesmas. Berdasarkan
analisis situasi tersebut dapat dilakukan identifikasi masalah dengan
perumusan masalah, yaitu berdasarkan What, When, Who, Where, dan
How. Rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
a. Apa (What) masalah yang ditemukan Di Puskesmas Karangayu?
Masalah yang ditemukan di Puskesmas Karangayu adalah Penyakit
Hipertensi dengan total skor berdasarkan skor USG sebanyak 14. Penyakit
Hipertensi menjadi prioritas utama di Puskesmas Karangayu dan diikuti
dengan dua prioritas lainnya yaitu penyakit TB Paru dengan skor USG 13
dan Merokok dengan skor USG 12.
b. Dimana (Where) wilayah ditemukannya masalah Hipertensi?
Dari empat kelurahan yang dinaungi oleh Puskesmas Karangayu,
Kelurahan Bojong Salaman memiliki jumlah penyakit hipertensi terbesar,
yaitu 493 Kepala Keluarga. Sedangkan tiga kelurahan lainnya, yaitu

29
Kelurahan Karangayu sebanyak 121 Kepala Keluarga, Kelurahan Salaman
Mloyo sebanyak 187 Kepala Keluarga dan di Kelurahan Cabean tidak
terdapat masalah penyakit hipertensi.
c. Siapa (Who) penderita Penyakit Hipertensi?
Berdasarkan data yang diperoleh, masalah hipertensi yang
ditemukan tidak berdasarkan masalah pada individu tapi ditemukan
berdasarkan kepala keluarga. Jadi, tidak dapat diidentifikasi jenis kelamin
dan umur yang mengalami masalah hipertensi.
d. Kapan (When) masalah Hipertensi ditemukan?
Data yang diambil oleh Puskesmas Karangayu dilakukan pada
tahun 2017-2018. Masalah hipertensi ditemukan dalam kurun waktu dua
tahun.
e. Pada derajat bagaimana (How) masalah Penyakit Hipertensi?
Dalam data skroing USG UPTD Puskesmas Karangayu, Penyakit
Hipertensi menjadi prioritas utama dibandingkan dengan enam masalah
kesehatan yang lainnya. Dengan skor USG Hipertensi sebanyak 14,
sedangkan masalah kesehatan lainnya memiliki skor USG dibawah
penyakit hipertensi.
2) Prioritas masalah
Penentuan prioritas masalah menggunakan salah satu teknik skoring yaitu
dengan metode USG. Metode USG merupakan metode untuk menyusun
urutan prioritas masalah/penyebab berdasarkan tingkat urgency, tingkat
keseriusan dan kemungkinan dampak/perkembangan masalah/penyebab.

Tabel 3. Matrik USG


No Masalah U S G Total Prioritas
1 Program KB 4 4 4 12 IV
2 ASI Eksklusif 4 4 3 11 VI
3 Penderita TB Paru 5 4 4 13 II
4 Penderita Hipertensi 5 5 4 14 I
5 Merokok 3 4 5 12 III

30
6 Anggota JKN 4 3 4 11 V
7 Penderita gangguan jiwa berat 2 2 3 7 VII

3) Analisis Masalah
Pohon masalah
↑↑ ↑ Meningkatkan
Meningkatkan
Angka Kematian
Biaya Kesehatan

Meningkatkan
Angka Kesakitan
Menurunnya
Produktifitas Kerja

HIPERTENSI

Genetik
Kurangnya
Obesitas pengetahuan
masyarakat
tentang hipertensi
Tingginya Kebiasaan
konsumsi garam Kurang Aktifitas
merokok dan
& makanan Fisik Kurangnya
minum aklohol
tinggi lemak, Penyuluhan
serta kurang
konsumsi Gaya Hidup
makanan berserat Masyarakat
Kurangnya
Sosialisasi

31
4) Analisis Tujuan dan Analisis Alternatif
a. Pohon Tujuan

Menurunnya
Biaya Kesehatan Menurunnya Angka
Meningkatnya Kematian
Produktifitas Kerja

Menurunnya
Angka Kesakitan

TEKANAN
DARAH NORMAL

Status Gizi Pengetahuan


Normal Masyarakat Tentang
Hipertensi
Meningkat

Konsusmi Garam Aktivitas


Sesuai Dengan FisikCukup Meningkatnya
Anjuran dan Kegiatan
Konsumsi Makanan Penyuluhan Terkait
Seimbang yang Baik Penyakit Hipertensi

Dilakukannya
Sosialisasi

32
b. Pohon Alternatif

Menurunnya
Biaya Kesehatan

Menurunnya Meningkatnya Menurunnya Angka


Angka Kesakitan Produktifitas Kerja Kematian

TEKANAN
DARAH NORMAL

Konseling Gizi Melakukan Penyuluhan


Aktifitas Fisik
Seperti Senam

5) Implementasi Program Gizi


a. Nama program : Pencegahan Penyakit Hipertensi
b. Visi : Terciptanya masyarakat yang sehat, cerdas dan
kritis
c. Misi :
 Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit hipertensi dan
hubungannya dengan pola makan sehari-hari didalam
keluarga.

33
 Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke puskesmas dan
rumah sakit.
 Menekan kenaikan jumlah masyarakat yang terkena penyakit
hipertensi.
d. Kegiatan :
 Pengisian kuesioner hipertensi oleh masyarakat (masyarakat
Kelurahan Bojong Salaman, Karangayu).
 Pemeriksaan kesehatan berupa tekanan darah, menimbang
berat badan dan mengukur tinggi badan kepada masyarakat
setempat.
 Peningkatan pengetahuan mengenai penyakit hipertensi dan
hubungannya dengan gizi melalui konseling gizi kepada
masyarakat setempat.
 Pelaksanaan aktivitas fisik dengan kegiatan senam pagi
kepada masyarakat setempat.
e. Tujuan Kegiatan :
Menurunkan prevalensi Penyakit Hipertensi pada 493 Kepala
Keluarga dari 16% menjadi 10% dalam waktu satu tahun di
Kelurahan Bojong Salaman dengan menggunakan Ilmu,
Teknologi, Sumberdaya Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif yang
tersedia.
f. Output Objective :
 Menyediakan kuesioner hipertensi guna mengetahui tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit hipertensi.
 Menyediakan alat pengukur tekanan darah yaitu tensimeter,
timbangan berat badan dan alat pengukur tinggi badan yaitu
microtoice untuk pemeriksaan kesehatan.
 Menyediakan lembar leaflet, Bahan Makanan Penukar, dan
FFQ untuk konseling.

34
 Menyediakan audio dan mendatangkan instruktur senam
untuk kegiatan aktivitas fisik.
 Adanya kerjasama dengan pihak terkait guna menunjang
keberhasilan pelaksanaan kegiatan program pencegahan
penyakit hipertensi di wilayah Kelurahan Bojong Salaman,
Karangayu.
g. Outcome Objective : menekan jumlah masyarakat yang
terkena penyakit hipertensi.

35

Anda mungkin juga menyukai