Anda di halaman 1dari 66

i

EVALUASI PROGRAM PENDERITA DIABETES MELITUS YANG


MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
PASAR AMBON BANDARLAMPUNG TAHUN 2018

(Laporan Evaluasi Program)

Oleh:
Rosy Osiana
1718012136

Pembimbing :
dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTASKEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii

KATA PENGANTAR

Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
evaluasi program ini. Makalah dengan judul “ Evaluasi Program Penderita
Diabetes Melitus yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Pasar
Ambon Bandar Lampung Tahun 2018” merupakan salah satu tugas dalam
kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas di Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada dr. Sahab Sibuea, M.Sc
selaku pembimbing makalah ini yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing hingga terselesaikannya makalah ini. Rasa terima kasih juga penulis
ucapkan kepada dr. Desmayanti Bahri sebagai Kepala Puskesmas Pasar Ambon
Bandar Lampung yang telah memberikan bantuan, saran, serta kerjasama
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, akan tetapi
dengan kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat memperkaya ilmu
pengetahuan bagi dunia pendidikan dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2019

Penulis
iii

LEMBAR PERSETUJUAN
(Evaluasi Program)

Judul Makalah : EVALUASI PROGRAM PENDERITA


DIABETES MELITUS YANG MENDAPATKAN
PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
PASAR AMBON BANDARLAMPUNG TAHUN
2018

Disusun Oleh : Rosy Osiana, S.Ked

NPM : 1718012136

Bandar Lampung, Juni 2019

Mengetahui dan Menyetujui

Dosen Pembimbing,

dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H.


iv

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6


2.1. Puskesmas ............................................................................................6
2.2 Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular..........................8
2.3. Diabetes Melitus..................................................................................12

BAB III METODE EVALUASI.........................................................................31


3.1. Kerangka Konsep Evaluasi.................................................................31
3.2. Cara Pengumpulan Data......................................................................31
3.3. Cara Peniliaian dan Evaluasi...............................................................32
3.4. Pengolahan Data..................................................................................37
3.4. Waktu dan Lokasi................................................................................37

BAB IV GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS............................37


4.1. Gambaran Umum................................................................................37
4.2. Status Kesehatan Masyarakat..............................................................44
4.3. Program Puskesmas ............................................................................44

BAB V HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN.........................................51


5.1. Identifikasi Masalah............................................................................51
5.2. Penetapan Prioritas Masalah ..............................................................52
5.3. Indentifikasi Faktor Penyebab Masalah..............................................52

BAB VI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH......................................55


6.1. Penyususnan Alternatif Pemecahan Masalah......................................55

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................................58


7.1. Kesimpulan..........................................................................................58
v

7.2. Saran....................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang

menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mengalami peningkatan setiap

tahun di seluruh dunia. Diabetes mellitus adalah suatu sindrom metabolik

yang disebabkan akibat keruskan sel β pankreas yang berfungsi menghasilkan

hormon insulin yang memiliki fungsi menurunkan kadar glukosa di dalam

tubuh sehingga kadar glukosa melebihi nilai normal ( Infodatin, 2014)

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi

didunia pada tahun 2008, 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan

PTM. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang berusia kurang dari 70

tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyakit terbesar (39%), diikuti

kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan

dan PTM yang lain bersama-sam menyebabkan sekitar 30% kematian, serta

4% kematian disebabkan diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan

Riskesdas 2018 penderita penyakit diabetes mellitus memiliki presentase 8.5%

sedangkan pada tahun 2013 sebesar 6.9%. Dari data tersebut terjadi
2

peningkatan prevelensi diabetes mellitus pada tahun 2018 dibandingkan 2013.

(RISKESDAS, 2018)

Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam sejak

usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis

yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun

beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double

burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular

sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi jantung, stroke, hipertensi,

diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

(Kemenkes RI, 2015)

Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara proaktif

mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya

menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak

Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan

Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang

merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak

menular di masyarakat. Selain itu DM membutuhkan layanan komprehensif

dan integratif. International Diabetes Management Practices Study (IDMPS)

melakukan penelitian dengan mengikutsertakan penyandang DM yang

ditangani dokter/dokter spesialis penyakit dalam di pelaksana pelayanan

kesehatan (PPK) tingkat pertama dan PPK tingkat lanjutan. Kunjungan

tahunan pasien ke PPK tingkat lanjut lebih tinggi dibandingkan ke PPK


3

tingkat pertama dan ketaatan berobat pasien juga lebih tinggi pada PPK

tingkat lanjut. Hasil itu menggambarkan kualitas pelayanan DM di Indonesia

masih perlu ditingkatkan.Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011

Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah berkembang menjadi 11.027 Posbindu

di seluruh Indonesia (PERKENI, 2011).

Di Puskesmas Pasar Ambon Bandar Lampung, secara statistik didapatkan

persentase cakupan pasien penderita diabetes mellitus yang mendapatkan

pelayanan kesehatan tidak mencapai target ditahun 2018. Alasan pasien tidak

datang ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya

rasa takut dari diri masyarakat untuk berobat, pengetahuan yang rendah,

pasien lebih memilih pengobatan di pelayanan kesehatan selain di puskesmas

dan dapat mengganggu pekerjaan untuk memenuhi kehidupan sehari – hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalah

sebagai berikut.

a. Mengapa cakupan pasien penderita diabetes mellitus yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon pada tahun 2018 masih

belum mencapai target?

b. Bagaimana solusi untuk mencapai target cakupan pasien penderita

diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas

Pasar Ambon pada tahun berikutnya?

1.3 Tujuan Penulisan


4

Adapun tujuan penulisan ini memiliki tujuan umum dan khusus sebagai

berikut.

a. Tujuan umum

Mengevaluasi cakupan pasien penderita diabetes mellitus yang

mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon pada tahun

2018.

b. Tujuan khusus

1. Mengetahui permasalahan dari cakupan pasien penderita diabetes

mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar

Ambon.

2. Mengetahui kemungkinan penyebab masalah dari cakupan pasien

penderita diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Pasar Ambon.

3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah cakupan pasien penderita

diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Pasar Ambon.

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis (evaluator)

 Menerapkan ilmu kedokteran komunitas yang telah diperoleh

semasa kuliah.

 Mengetahui dan menganalisa kendala yang mungkin akan

dihadapi dalam menjalankan suatu program kesehatan dan


5

menentukan langkah yang harus dilakukan dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

 Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai cakupan

pasien penderita diabetes mellitus yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di Puskesmas.

b. Bagi puskesmas yang dievaluasi

 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelayanan

kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya.

 Memperoleh masukan sebagai umpan balik agar keberhasilan

program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

c. Bagi masyarakat

 Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah satuan kerja pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan

pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten/kota. Unit pelaksana

teknis yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah tersebut dikenal sebagai Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas). Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerja tertentu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

2.1.2 Program Pokok Puskesmas

Puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Enam program

pokok puskesmas atau yang dikenal sebagai basic six programs yaitu:

(1) Promosi kesehatan


7

Program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk

membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui

kegiatan penyuluhan (individu, kelompok maupun masyarakat).

(2) Kesehatan lingkungan

Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan adalah kegiatan untuk

melihat bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh

lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi.

(3) Pencegahan dan pengendalian penyakit menular maupun tidak

menular

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular/tidak menular adalah

suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan

terhadap kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor

yang mempengaruhinya secara sistematik.

(4) Kesehatan Ibu dan Anak

Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan

sejahtra dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya UU RI

no 23 th 1992. Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik,

mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan

kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya. Tujuannya meningkatkan

kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur

biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan serta

aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan


8

keluarga serta meningkatkan kualitas hidup keluarga. Kegiatan

pelayanan reproduksi adalah:

 Kesehatan Ibu

 Kesehatan Anak

 Kesehatan Anak Usia Sekolah

2.2 Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam

sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi

epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi beban

utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang

mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan

penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi jantung,

stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif

Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat PTM terus meningkat dari 41,75%

pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007 (Kemenkes RI, 2015)

Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara proaktif

mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya

menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka pengendalian Penyakit

Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan Pos

Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM)

yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit

tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011


9

Posbindu¬PTM pada tahun 2015 telah berkembang menjadi 11.027 Posbindu

di seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2015).

Strategi Nasional Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam

pembangunan kesehatan 2015-2019 adalah meningkatkan pengendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan yang dijabarkan dalam arah kebijakan

dan strategi Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (Kemenkes RI, 2015).

Arah Kebijakan Ditjen PP dan PL untuk mendukung arah kebijakan

Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit

b. Peningkatan perlindungan kelompok berisiko

c. Penatalaksanaan epidemiologi kasus dan pemutusan rantai penularan

d. Pencegahan dan penanggulangan KLB/Wabah termasuk yang berdimensi

internasional

e. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pencegahan dan

pengendalian penyakit

f. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat

g. Pelayanan kesehatan jiwa

h. Peningkatan keterpaduan program promotif & preventif dlm pengendalian

penyakit & penyehatan lingkungan


10

Arah Kebijakan tersebut didukung melalui 10 strategi yaitu :

a. Melaksanakan review dan memperkuat aspek legal

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi

c. Melaksanakan intensifikasi, akselerasi dan inovasi program

d. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang Pencegahan

dan Pengendalian Penyakit

e. Memperkuat Jejaring kerja dan kemitraan

f. Memperkuat manajemen logistik

g. Meningkatkan Surveilans dan aplikasi teknologi pendukung (SKDR)

h. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pendampingan teknis

i. Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan program

j. Meningkatkan pengembangan teknologi preventif

Arah kebijakan dan strategi Ditjen PP dan PL didasarkan pada arah kebijakan

dan strategi Kementerian Kesehatan yang mendukung arah kebijakan dan

strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Arah kebijakan Ditjen PP

dan PL didasarkan pada arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada

tiga hal penting yakni:

a. Penguatan pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care)

b. Penerapan pendekatan keberlanjutan pelayanan ( Continuum of Care)

c. Intervensi berbasis risiko kesehatan


11

Untuk penyakit tidak menular maka perlu melakukan deteksi dini secara proaktif

melalui kunjungan ke masyarakat karena 3/4 penderita tidak tahu kalau dirinya

menderita penyakit tidak menular terutama pada para pekerja. Di samping itu

perlu mendorong kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS untuk

menerapkan kawasan bebas asap rokok agar mampu membatasi ruang gerak para

perokok (Kemenkes RI, 2015).

Dalam kurun waktu lima tahun mendatang upaya pengendalian difokuskan

melalui:

a. Peningkatan cakupan deteksi dini faktor risiko PTM secara pro¬aktif

mengunjungi masyarakat, meliputi:

1) Deteksi dini kadar gas CO dalam paru, pada masyarakat umum dan

sekolah, sasaran 514 Kabupaten/Kota dan 20.000 Sekolah

2) Deteksi dini kapasitas paru, pada masyarakat umum dan sekolah,

sasaran 514 Kabupaten /Kota dan 20.000 Sekolah

3) Deteksi dini osteoporosis, pada masyarakat umum, sasaran 514

Kabupaten /Kota

4) Deteksi dini obesitas, pada masyarakat umum dan sekolah, sasaran

40.000 Posbindu dan 20.000 Sekolah

5) Deteksi dini tekanan darah, pada masyarakat umum dan sekolah,

sasaran 40.000 Posbindu dan 20.000 Sekolah

6) Deteksi dini kadar alkohol dalam darah, pada kelompok

masyarakat khusus (pengemudi), sasaran 208 Terminal


12

7) Deteksi dini faktor risiko penggunaan zat aditif dan psikotropika

dalam tubuh, pada pengemudi dan penghuni Lapas, sasaran 208

terminal dan 238 Lapas

b. Peningkatan cakupan deteksi dini PTM di FKTP

1) Deteksi dini Ca Cervix dan Ca payudara dengan metode IVA dan

sadaris pada Wanita Usia Subur (WUS), sasaran 9000 FKTP

2) Deteksi dini Diabetes Melitus, pada kelompok, sasaran 9000 FKTP

3) Deteksi dini hipertensi, sasaran 9000 FKTP

4) Deteksi dini penyakit hiper tyroid, sasaran 9000 FKTP

5) Deteksi dini penyakit ginjal kronik, sasaran 9000 FKTP

6) Deteksi dini penyakit Lupus, sasaran 9000 FKTP

7) Deteksi dini penyakit thalassemia, sasaran 9000 FKTP

8) Deteksi dini penyakit Asma dan PPOK, sasaran 9000 FKTP

9) Peningkatan sistem surveilans FR dan PTM

10) Surveilans FR PTM, sasaran 40.000 Posbindu

11) Surveilans FR PTM, sasaran 20.000 Sekolah

Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam percepatan pengendalian Faktor risiko

PTM

1) Pembinaan kader Posbindu di Masyarakat, 40.000 Posbindu

2) Pembinaan pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dalam

pengendalian faktor risiko PTM, sasaran 20.000 Sekolah

3) Pembinaan tenaga pemantau KTR (Satpam pada fasilitas umum),

sasaran 514 Kabupaten /Kota (Kemenkes RI, 2015).


13

2.3 Diabetes Melitus

2.3.1 Definisi

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes

Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan

metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya

kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid

dan protein sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi

insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta

Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya

sel-sel tubuh terhadap insulin (Sudoyo AW et al, 2014).

2.3.2 Epidemiologi

Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah penyakit

gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan karakteristik

hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah

yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner,

retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Mellitus telah menjadi

penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta

kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Terdapat 1 orang per 10

detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang

berkaitan dengan diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta

pada tahun 1995, terbanyak ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat
14

menjadi 8,4 juta dan diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025

atau urutan kelima di dunia (Tandra, 2008). Angka kejadian diabetes

melitus di provinsi Lampung untuk rawat jalan pada tahun 2009 mencapai

365 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 sejumlah 1103

orang (Dinkes Lampung, 2011).

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan

prevalensi diabetes paling tinggi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,9%

dan terendah di Lampung Utara 0,1%, baik berdasarkan diagnosis maupun

gejala. Lampung Barat apabila dihitung dengan angka prevalensi 1,2% dari

seluruh populasi penduduk hampir 500.000 jiwa, maka terdapat lebih dari

5.000 penderita Diabetes Melitus (diabetisi) yang tersebar di Lampung

Barat (Riskesdas, 2007). Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi

kadar gula darah dapat dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-

obatan. Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan

pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).

2.3.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes

Association, 2010 adalah sebagai berikut:

a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

insulin absolut):

1) Autoimun.

2) Idiopatik.
15

Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata

pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi

insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin

yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya

ekitar 10% dari semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1.

Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan

percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi

dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di pankreas

(Merck, 2008).

c. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama

defek sekresi insulin disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2

( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada kerusakan pada

pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-

kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh

manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini

sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan

menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi

faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sampai

90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas

dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu

orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar

untuk mengawali kadar gula darah normal (Merck, 2008).


16

c. Diabetes tipe lain.

1) Defek genetik fungsi sel beta :

a. DNA mitokondria.

b. Defek genetik kerja insulin.

2) Penyakit eksokrin pankreas :

a. Pankreatitis.

b. Tumor/ pankreatektomi.

c. Pankreatopati fibrokalkulus.

3) Endokrinopati.

a. Akromegali.

b. Sindroma Cushing.

c. Feokromositoma.

d. Hipertiroidisme.

4) Karena obat/ zat kimia.

5) Pentamidin, asam nikotinat.

6) Glukokortikoid, hormon tiroid.

7) Diabetes mellitus Gestasional

Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari peningkatkan kadar

glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria diagnosis Diabetes

Melitus berdasarkan nilai kadar gula darah, berikut ini adalah kriteria

diagnosis berdasarkan American Diabetes Association tahun 2010.

Kriteria Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes

Association 2010 :
17

1) Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1

mmol/L).

Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu

hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik adalah:

poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.

2) Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).

Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.

3) Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L).

Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan

beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke

dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau

DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa

Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)

tergantung dari hasil yang dipeoleh. TGT : glukosa darah plasma 2 jam

setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa

darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L) (Sudoyo AW et al,

2014).

2.3.4 Patofisiologi Diabetes Melitus

Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang

lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pula

dalam peta, sehingga disebut dengan pulau-pulau Langerhans pankreas.

Pulau-pulau ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel

beta yang menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secara

berlawanan, glukagon meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin


18

bekerja menurunkan kadar glukosa darah (Schteingart, 2006). Insulin yang

dihasilkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang

dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel. Dengan bantuan

GLUT 4 yang ada pada membran sel maka insulin dapat menghantarkan

glukosa masuk ke dalam sel. Kemudian di dalam sel tersebut glukosa di

metabolisasikan menjadi ATP atau tenaga. Jika insulin tidak ada atau

berjumlah sedikit, maka glukosa tidak akan masuk ke dalam sel dan akan

Gambar 1 Alur Diagnostik DM dan Toleransi Glukosa


Terganggu (Soedoyo, 2014)
19

terus berada di aliran darah yang akan mengakibatkan keadaan

hiperglikemia (Sylvia, 2014).

Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat normal, namun reseptor

di permukaan sel berkurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan lubang

kunci masuk pintu ke dalam sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup

banyak, namun karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka

jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi

insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat, kondisi ini

menyebabkan kadar glukosa meningkat. Penderita diabetes mellitus

sebaiknya melaksanakan 4 pilar pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi,

terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Latihan

jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula darah. Latihan jasmani

selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah (ADA, 2011).

2.3.5 Glukosa Darah

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari

karbohidrat dalam makanan dan dapat disimpan dalam bentuk glikogen di

dalam hati dan otot rangka. Energi sebagian besar berfungsi untuk

kebutuhan sel dan jaringan yang berasal dari glukosa. Setelah pencernaan

makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa

darah akan meningkat, namun tidak melebihi 170mg/dl. Banyak hormon

yang berperan dalam mempertahankan glukosa darah. Pengukuran glukosa


20

darah dapat dilakukan untuk memantau mekanisme regulatorik ini.

Penyimpangan berlebihan kadar glukosa darah dari normal baik tinggi

maupun rendah, maka terjadi gangguan homeostatis yang dapat

berhubungan dengan hormone (Sherwood, 2014).

2.3.6 Metabolisme

Metabolisme merupakan segala proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh.

Proses yang lengkap dan komplit sangat terkoordinatif melibatkan banyak

enzim di dalamnya, sehingga terjadi pertukaran bahan dan energi. Adapun

metabolisme yang terjadi dalam tubuh yang mempengaruhi kadar gula

darah, yaitu :

1. Metabolisme Karbohidrat

Karbohidrat bertanggung jawab atas sebagian intake makanan sehari-hari,

dan sebagian besar karbohidrat akan diubah menjadi lemak. Fungsi

karbohidrat dalam metabolisme adalah untuk bahan bakar oksidasi dan

menyediakan energi untuk proses-proses metabolisme lainnya (Ganong,

2008).

Karbohidrat dalam makanan terdir i dari polimer-polimer penting yaitu

glukosa, laktosa, fruktosa dan galaktosa. Kebanyakan monosakarida dalam

tubuh berada dalam bentuk D-isomer. Hasil utama metabolisme karbohidrat

adalah glukosa (Ganong, 2008).

2. Metabolisme gula darah

Gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk ke dalam aliran

darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian

dioksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran
21

darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya terutama otak. Kadar gula

darah dikendalikan oleh suatu hormon insulin yang berasal dari sekresi sel

beta pankreas, jika hormon insulin kurang maka gula darah akan menumpuk

dalam sirkulasi darah sehingga glukosa darah meningkat. Bila kadar glukosa

darah meninggi hingga melebihi ambang batas ginjal, maka glukosa darah

akan keluar bersama dengan urin (glukosuria) (Mark, 2014).

2.3.7 Macam-macam Pemeriksaan Glukosa Darah

Menurut Soedoyo (2014) ada beberapa macam pemeriksaan glukosa darah

yang dapat dilakukan, yaitu :

a) Glukosa Darah Sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa

memperhatikan makan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang

tersebut.

b) Glukosa Darah puasa

Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan

setelah pasien melakukan puasa selama 8-10 jam.

c) Glukosa Darah 2 jam Post prandial

Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang dihitung 2 jam

setelah pasien menyelesaikan makan.


22

2.3.8 Gejala dan Tanda-tanda Penyakit Diabetes Melitus

Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut

Imam Subekti yang dikutip oleh Soedoyo (2014) adalah sebagai berikut:

1. Keluhan Klasik

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang

berlangsung dalam waktu relative singkat harus menimbulkan

kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan

prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan

glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel

kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Rasa lelah

yang terjadi karena katabolisme protein di otot dan

ketidakmampuan sebagian besar sel yang menggunakan glukosa

sebagai energi.

b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar

glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.


23

c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami

oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui

kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum

banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan dehidrasi

ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air

intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient

konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi

merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan

menimbulkan rasa haus.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari

makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi

glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan,

penderita selalu merasa lapar.

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentuk antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai

mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada

penderita diabetes kronik.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau

kesemutan terutama pada kaki diwaktu malam, sehingga

mengganggu tidur.

b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering

dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk


24

mengganti kacamatanya berulang kali, agar ia tetap dapat melihat

dengan baik.

c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah

kemaluan atau daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah

payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang

lama sembuhnya.

d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan

yang sering dirasakan.

e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan

diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone seksual

akibat kerusakan testosteron dan system yang berperan.

2.3.9 Komplikasi

Menurut Sylvia (2014) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi

seperti berikut :

1. Komplikasi Akut

a. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak

adanya insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan

kekacauan metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran

klinis ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan

asidosis.

b. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60

mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau

preparat oral yang berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas

fisik yang berlebihan.


25

c. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi

metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis.

Gejalanya pada dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan

gangguan neurologis.

2. Komplikasi Kronis

a. Mikroangiopati

 Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah

retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita

diabetes, umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi,

kehamilan)

 Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein

yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada

glomerulus, nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal

ginjal kronik.

 Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain

ini juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu

sindrom yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf

dan dapat disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12

bulan.

b. Makroangiopati

 Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk

dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada DM

sendiri tidak meningkatan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM
26

sangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan

oksidasi.

 Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh

darah serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system

pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit

dalam pembuluh darah serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan

stroke.

 Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah

besar pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas

bawah. Tanda dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan

klaudikatio intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).

2.3.10 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Soedoyo 2014 penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan

usaha untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus,

adapun cara dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan

obat-obatan dan terapi non farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun

di jelaskan sebagai berikut :

a. Edukasi

Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal

membutuhkan partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku

yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita

dalam perubahan prilaku tersebut, dan berlangsung seumur


27

hidup. Keberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku

membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan

upaya peningkatan motivasi. (Soegondo, 2014)

b. Pengobatan dengan insulin

Jika anda seorang dengan DM tipe I, maka insulinlah penyelamat

anda. Jika anda penderita DM tipe II maka tahap akhir anda akan

membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat

ini penggunaannya masih menggunakan suntikan.

Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan

merespon naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat

sederhana yang dapat mengukur kadar glukosa darah dan

memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai

bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang

berbeda yaitu :

1) Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling

cepat waktu kerjanya. Insulin mulai menurunkan gula

darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan, waktu

puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan

kemajuan yang mutakhir karena membebaskan orang

dengan diabetes untuk menyuntikan insuli sesaat

sebelum makan.

2) Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular

yang membutuhkan 30 menit untuk mulai menurunkan


28

glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang efeknya

setelah 6-8 jam.

3) Insulin kerja menengah merupakan insulin yang

menurunkan gula darah setelah waktu 2 jam setelah

pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam.

Insulin ini aktif seampai 24 jam.

4) Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai

bekerja 6 jam dan mulai menyediakan insulin intensitas

ringan selama 24 jam.

5) Insulin premix merupakan insulin yang mengandung

NPH insulin 70% dan regular 30%, insulin ini membantu

sangat membantu bagi orang yang memiliki kesulitan

mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang

buruk.

Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai

menyunyikan insulin untuk menghindari komplikasi kronis

walaupun belum terjadi gejala-gejala yang disebabkan oleh

konsentrasi glukosa darah yang tinggi ( Soedoyo, 2014)

c. Pengobatan dengan obat oral

Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi

sebenarnya suatu saat penderita diabetes membutuhkannya.

Sampai saat ini masih ada obat berbentuk tablet yang digunakan.

Macam-macam obat diabetes yang dilakukan dengan oral.


29

a. Obat insulin sekretagok

b. Obat insulin biguanid

c. Obat golongan glitazone

d. Obat golongan alpha glukosidae

e. Obat golongan inkretin

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk

obat diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan

obat. Kadangk ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat

tersebut ( Soedoyo,2014)

d. Diet Diabetes

Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan

sesuai gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu

ditekankan keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan

jumlah makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut

diet diabetes melainkan meal planning (Soegondo, 2008). Perencanaan

makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan

makan. Dietesan atau orang yang ahli dibidangnya dapat membantu

perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang baik dibuat

berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda ingin

makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda

lakukan, apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa
30

yang diminum dan kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh

mungkin mengikuti kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes

dalam arti kebiasaan yang baik di teruskan dan yang kurang baik atau

tidak seimbang perlu diseimbangkan. Makanan sehari-hari hendaknya

cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak jenuh, kolestrol,

sedangkan natrium dan gula secukupnya. (Soegondo, 2008)

e. Kegiatan fisik dan Olah raga

Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk

menghindari kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes.

Olah raga dapat membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag

raga penggunaan tenaga (energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak

otot-otot memakai lebih banyak glukosa (gula) daripada pada waktu tidak

bergerak, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Mulai

olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja lebih baik, sehingga

glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (Soegondo, 2008).

Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang

disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akan bertahan

melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya

ke dalam jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga

yang tidak mahal biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya. Mulailah

berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap.

Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat

menyebabkan cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan

berolah raga selama 30-60 menit. Jika tidak melakukan olah raga paling
31

sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan selalu bergerak. Apabila bergerak

akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak energy daripada bila duduk

dan tidur (Soegondo, 2008).

BAB III

METODELOGI EVALUASI

3.1 Kerangka Konsep Evaluasi

Kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem di bawah ini

berfungsi untuk mempermudah identifikasi faktor-faktor yang menjadi

penyebab masalah belum tercapainya cakupan pasien penderita diabetes

melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar

Ambon.

Tabel 2 Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT


32

 Pengetahuan, tingkat  Skrining di Cakupan Penderita


pendidikan dan pekerjaan Posbindu Diabetes Melitus yang
masyarakat  Pemeriksaan mencapai Target
 Jumlah tenaga kesehatan Lab Glukosa
 Sarana dan prasarana darah di
 Dana yang tersedia Puskesmas
 Lokasi, tempat tinggal dan  Pemberian Obat
transportasi Diabetes Melitus

3.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber

data berikut.

a. Sumber data primer wawancara dengan koordinator

pelaksana program pasien penderita diabetes mellitus yang

mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar

Ambon.

b. Sumber data sekunder Laporan tahunan program pasien

penderita diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan

kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon.

c. bulan Januari hingga Desember 2018.

3.3 Cara Peniliaian dan Evaluasi

Adapun cara penilaian dan evaluasi yang akan dilakukan sebagai berikut.

a. Menetapkan indikator dan tolak ukur dari unsur keluaran

Menetapkan indikator dan tolak ukur merupakan langkah pertama

untuk menentukan adanya suatu masalah dari pencapaian hasil

output. Indikator didapatkan dari berbagai rujukan yang realistis

dan sesuai sehingga layak digunakan untuk mengukur. Adapun


33

sumber rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah

Keputusan kepala dinas kesehatan kota Bandar Lampung nomor:

440.005A.III.02.1.2018.

b. Menganalisis Situasi Program yang akan dievaluasi

Mencari adanya masalah dengan mengidentifikasi dan

membandingkan hasil pencapaian program (output) dengan tolak

ukurnya. Proses identifikasi masalah dilakukan secara bertahap,

dimulai dari keluaran (output) program kerja Puskesmas, kemudian

apabila ditemukan adanya kesenjangan antara tolak ukur dengan

data keluaran tersebut maka harus dicari kemungkinan penyebab

masalah pada unsur masukan (input, proses, atau lingkungan).

c. Menetapkan Masalah

Masalah dalam pendekatan sistem adalah kesenjangan antara tolak

ukur dengan hasil pencapaian pada unsur keluaran.

d. Menetapkan Prioritas

Masalah Masalah bisa lebih dari satu, tergantung dari indikator

yang dipakai. Jika terdapat lebih dari satu masalah, maka harus

ditentukan prioritas masalah. Hal ini disebabkan oleh adanya

keterbatasan dan sumber daya, serta kemungkinan masalah-

masalah tersebut saling berkaitan. Tujuan menetapkan prioritas

masalah adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan

terlebih dahulu. Masalah yang menjadi prioritas adalah masalah

yang dianggap paling besar, mudah diintervensi, dan paling

penting, dimana jika masalah tersebut diatasi maka masalah-


34

masalah lain juga dapat teratasi. Metode pemecahan masalah yang

digunakan adalah USG, yaitu:

1. Urgency: menilai ketersediaan waktu untuk pemecahan

masalah yang ada.

2. Seriousness: melihat pengaruh bahwa masalah tersebut

akan menyebabkan hal yang serius atau fatal.

3. Growth: aspek kemungkinan meluasnya atau

berkembangnya masalah maka maupun kemungkinan

timbulnya masalah Jika masalah lebih dari satu, penetapan

prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks

(criteria matrix technique).

Kriteria ini dibedakan atas tiga macam, yaitu importancy,

technology, resources (Azwar, 2010). Beri nilai antara 1 (tidak

penting) sampai dengan 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria

yang sesuai. Perhitungan prioritas masalah dilakukan dengan

rumus “I x T x R”. Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah

yang memiliki nilai tertinggi. Komponen dalam Importancy

meliputi P= Prevalence, S= Severity, PB= Public concern, RI=

Rate of increase, DU = Degree of unmeet need, SB = Social

benefit, PC=Political climate, T= Technical feasiability, dan R=

Resources availability.

e. Identifikasi penyebab masalah

1. Kerangka Konsep Masalah


35

Membuat gambaran proses terjadinya masalah atau kerangka

konsep prioritas masalah untuk menentukan penyebab

masalah. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor – faktor

penyebab masalah yang telah diprioritaskan yang berasal dari

komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen masukan

(input), proses, lingkungan, dan umpan balik.

2. Identifikasi Penyebab Masalah

Identifikasi dilakukan dengan mengelompokkan faktor dalam

unsur input, proses, lingkungan, dan umpan balik yang

diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah.

Masing–masing masalah ditentukan indikator dan tolak ukur,

kemudian dibandingkan antara pencapaian dari unsur tersebut

dengan tolak ukurnya. Suatu faktor ditetapkan menjadi

penyebab masalah jika ada kesenjangan antara pencapaian

indikator dengan tolak ukur. Diperlukan pengumpulan data

baik data berupa dokumentasi puskesmas, maupun data dari

8wawancara untuk mengetahui pencapaian di lapangan.

f. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah dibuat dengan melihat kerangka

konsep prioritas masalah, sehingga tersusun daftar alternatif

pemecahan masalah, dengan memperhatikan kondisi, kemampuan,

dan situasi fasilitas kesehatan di Puskesmas.

g. Menentukan Prioritas Cara Pemecahan Masalah Pemilihan cara

pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks.


36

Dua kriteria yang lazim digunakan adalah efektivitas (magnitude,

inportancy, vulnerability) dan efisiensi jalan keluar, Nilai efisiensi

ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk

melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan,

makin tidak efisien jalan keluar tersebut (Azwar, 2010).

3.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan memasukkan data

ke dalam tabel-tabel yang tersedia, kemudian dilanjutkan dengan

perhitungan secara komputerisasi.

3.5 Waktu dan Lokasi


37

Data yang diambil mulai dari Januari – Desember 2018 di Puskesmas

Pasar Ambon.

BAB IV

GAMBARAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAR AMBON

4.1 Gambaran Umum

a. Sejarah Puskesmas Pasar Ambon

Dalam rangka meningkatkan kesehatan yang optimal,pemerintah

telah banyak mendirikan Sarana Kesehatan yang salah satunya

adalah Puskesmas Induk Pasar Ambon. Puskesmas Pasar Ambon

didirikan pada tahun 1960 yang merupakan salah satu puskesmas

yang terletak di daerah perkotaan sebagai puskesmas rawat jalan.


38

Puskesmas Pasar Ambon terletak di jalan Laksamana Malahayati

yang dapat dengan mudah diakses dari beberapa wilayah di Kota

Bandar Lampung.

Puskesmas Pasar Ambon sudah banyak menjalani perubahan-

perubahan baik dalam pelayanannya maupun kepemimpinannya dari

tahun 1960 sampai sekarang sudah mengalami pergantian

kepemimpinannya, yaitu :

1. dr. Samsadigun (1960–1980)

2. dr. Semeru (1980–1987)

3. dr. Haryata (1987–1988)

4. dr. Novizul Agus (1988–1988)

5. dr. M. Natsir Siduppa (1988–1990)

6. dr. Endang Budiarti (1990–1993)

7. dr. Nunik (1993–1993)

8. dr. Indrasari (1993–1993)

9. dr. Gatot Kusharyoko (1993–1998)

10. drg. L. Priyanto (1998–2001)

11. drg. Lis Yunita Pohan (2001–2007)

12. drg. Kurnia Agus jaya (2007 s/d Juni 2014)

13. dr.Desmayanti Bahri (Juni 2014 s/d sekarang)

b. Data Demografi
39

Puskesmas Pasar Ambon yang terletak di daerah perkotaan sebagai

puskesmas rawat jalan.Luas Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Ambon 256,1 Ha, yang meliput Lima Kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Teluk Betung

2. Kelurahan Pesawahan

3. Kelurahan Talang

4. Kelurahan Sumur Putri

5. Kelurahan Gedung Pakuon

Adapun Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Ambon adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon


No. Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK
1 Pesawahan 11.504 2.521
2 Talang 8.114 1.881
3 Gedung Pakuon 4.097 1.053
4 Telukbetung 4.239 995
5 Sumur Putri 4.430 1.245
Puskesmas 32.384 7695

Adapun Batas Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon adalah

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Mas dan

Kecamatan Tanjung Karang Pusat.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bumi Waras

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung dan Teluk

Betung Timur.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Barat


40

Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon

c. Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia.

Tabel 4 Sumber Daya Manusia Puskesmas Pasar Ambon Tahun 2018


Jenis Ketenagaan Pns/Ptt Kontrak Jumlah Keterangan
         
Dokter Umum   1 4  Ka.Puskesmas
Dokter Gigi 1   1  
Sarjana/D3      
a. Sarjana 1  1   Admin
Lain
b. S1 Kep/ 3/1 1  5  
Akper
c. D4 4/2 1 7  
Bidan/Akbid
Akl/Spph 1/1   2  
E. Akademi 1/1 2  
Analis/Smak
Spag 1 1  
Spk 1   1  
Sprg/D3 Perawat 1 1 2  
Gigi
Pengelola Obat 1 1  2  
Pekarya Kes/Sppm 2/1   3  
Ii Puskesmas
Pembantu
Ka.Puskesmas 1 1
Pembantu
41

-Bidan 1 1
- Perawat 1 1
.Poskeskel
-Bidan 0/3 2 5
- Perawat 9 9
Jumlah 24/3 14 42  

2. Sarana Dan Prasarana.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

pasal 1 disebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah

suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.

Secara Umum sarana dan Prasaran Puskesmas Pasar Ambon didapat

dari beberapa sumber, seperti hibah masyarakat, bantuan dari Pemda

Tingkat II, Dinas Kesehatan dan Lainnya dimulai dari tahun 1990

hingga tahun 2013.mulai tahun 2015 Puskesmas Pasar Ambon

membeli Aset dari dana Sumber Lainnya.

Bangunan Puskesmas Pasar Ambon sudah mengalami perbaikan/

perubahan dari tahun 2015-2018 dalam rangka Peningkatan Mutu

Pelayanan.

Puskesmas Pasar Ambon terdiridari 3 Gedung:

1. Gedung A :
42

Pendaftaran, Ruang tungggu dalam, Mushola, Ruang Rekam

Medis,Ruang Kepala Puskesmas Ruang Kepala Tata Usaha

dan Manajemen dan Ruang Tamu Puskesmas.

2. Gedung B :

Laboratorium, Poli Lansia, Poli Umum, Poli KIA, Gudang

Obat, Poli Gigi, Klinik Akupresur, Konsultasi Gizi, Klinik

Sanitasi, Hatra, Apotik, dan Ruang Tindakan.

3. Gedung C:

Aula, Ruang PAL, Gudang dokumen, Dapur dan 3 Kamar

Mandi.

4. Mempunyai Satu Puskesmas Pembantu di Kelurahan Sumur

Putri.

5. Mempunyai Satu Ambulance dan 2 buah Sepeda Motor.

3. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dibidang Kesehatan dapat dilihat dari

adanya beberapa usaha kesehatan bersumber daya masyarakat

seperti Poskeskel, dimana sejak tahun 2011 telah dibangun 1 buah

Poskeskel di Kelurahan Pesawahan,tahun 2012 Sumur Putri dan

Poskeskel Talang ,pada tahun 2013 Poskeskel Telukbetung dan

Tahun 2014 Gedung Pakuon. Posyandu di Wilayah kerja

Puskesmas Pasar Ambon mempunyai 36 Posyandu, 180 Kader

Posyandu dan 6 Posbindu.


43

4. Visi dan Misi Puskesmas Pasar Ambon

a. Visi

Terwujudnya Masyarakat Sehat melalui peningkatan mutu

pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Pasar Ambon.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang

bermutu,dan berstandar.

2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan induvidu,

keluarga, kelompok dan masyarakat beserta lingkungannya.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Pegawai Puskesmas.

5. Moto dan Strategi

 Motto

“SEHAT ITU ASET MASA DEPAN”

 Tata Nilai

S : Sopan

E : Empati

H : Handal

A : Akuntable dan Adil

T : Teladan

I : Inisiatif dan Inovasi

 Strategi
44

Untuk mencapai visi dan misi tersebut diatas, digunakan

strategi;

1. Pertanggungjawaban wilayah

2. Pemberdayaan masyarakat

3. Keterpaduan lintas program

4. Keterpaduan lintas sektor

5. Sistem rujukan; rujukan upaya kesehatan perorangan

dan rujukan upaya kesehatan masyarakat

6. Indikator Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan dari Misi Puskesmas Pasar Ambon

sebagai berikut;

1) Cakupan Kunjungan Rawat Jalan meningkat 10 % pada Tahun

2019

2) Cakupan target SPM yang mendukung tercapai Program

3) Manajemen Puskesmas berjalan baik

4.2 Status Kesehatan Masyarakat.

a. Kematian

1. Kematian Ibu

Pada tahun 2018 tidak ditemukan kematian pada ibu.

2. Kematian Bayi

Pada tahun 2018 tidak ditemukan kematian pada bayi.

Pada tahun 2018 tidak ditemukan kematian pada balita

b. Pola Penyebaran Penyakit /10 Penyakit Terbanyak


45

Pola penyebaran penyakit dapat terlihat pada 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Pasar Ambon.

Tabel 5. 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2018


No Penyakit Kode Icd X Jumlah
1 Pharingitis Akut J02.9 4283
2 Nasopharingitis/ Commond J00 4060
Cold
3 Hypertensi I10 3250
4 Dyspepsia K30 2526
5 Myalgia M791 1193
6 Rhematoid Arhtritis M069 1149
7 Diabetes Melitus Non Insulin E11 1126
8 Perapical Abses K046 977

9 Dermatitis Atopic L20 893

10 Febris Demam R509 874

4.2 Program Puskesmas

1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

A. Gizi

Tabel 6. Pencapaian Program Gizi di Puskesmas Pasar Ambon 2018

No. Kegiatan SPM ( %) Pencapaian(%)


1 Pemberian kapsul vitamin A pada 87.04 107.67
Balita (6-59 bln)
2 Pemberian kapsul vitamin A pada ibu 84 119.05
nifas 2 kapsul
3 Pemberian tablet besi (90 tablet) pada 90 110.51
ibu hamil
4 Persentase balita kurus yang mendapat 45 222.22
makanan tambahan
5 Persentase balita ditimbang berat 79.12 117.49
badannya (D/S)
6 Persentase balita naik berat badannya 83 102.24
( N/D )
7 Persentase balita kasus gizi buruk 100 0
mendaptkan perawatan
8 Persentase ibu hamil dengan KEK 50 200
(kurang energi kronis) dapat makanan
tambahan
9 Persentase anemia pada ibu hamil 31.7 19.16
10 Persentase bayi yang telah mencapai 6 75 81.03
bulan mendapat ASI ekslusif
11 Persentase rumah tangga 98.82 99.64
mengkonsumsi garam yodium
46

12 Persentase bayi baru lahir yang 39 231.48


mendapat IMD
13 Persentase bayi baru lahir dengan 9 48.38
berat badan rendah (berat badan
<2500 gram)
14 Persentase balita mempunyai buku 100 96.98
KIA/KMS
15 Persentase balita yang ditimbang tidak 2.2 112.28
naik berat badannya
16 Persentase balita yang ditimbang yang 2.85 17.12
tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
17 Persentase balita di bawah garis merah 0.65 37.53
(BGM)
18 Persentase remaja putri mendapat dan 20 154.25
mengkonsumsi (TTD)

B. Pelayanan Gizi KIA-KB

Tabel 7. Pelayanan Gizi KIA-KB Puskesmas Pasar Ambon Tahun 2018

No Kegiatan SPM Pencapaian(%)


( %)
Kesehatan Ibu  
1 Presentase kunjungan bumil k1 98 99.87
2 Presentase kunjungan bumil dengan K4 94 99.87
3 Persentase persalinan ditolong tenaga 93 100.00
kesehatan terlatih
4 Persentase ibu nifas yang memperoleh 3 93 100.00
kali pelayanan sesuai standar (KF3)
5 Persentase Bumil dengan komplikasi 76 100.00
yang ditangani.
Kesehatan Anak  
1 Cakupan neonatal dengan komplikasi 65 71.00
yang ditangani
2 Cakupan kunjungan neonatus ke sarana 97 100.00
kesehatan (KN1)
3 cakupan neonatal lengkap (KN3) 93 100.00
4 Persentase bayi yang memperoleh 93 100.00
pelayanan kesehatan
5 Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan 100 100.00
Kelas 1 dan Kelas 7
6 Persentase anak usia pendidikan dasar 87 94.64
yang mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar
7 Cakupan pelayanan anak balita 69 92.59
Pelayanan Keluarga Berencana  
1 Cakupan peserta KB aktif 74 85.11
2 MKJP 35 35.49
3 NON MKJP 39 94.13

C. Promosi Kesehatan
47

Tabel 8. Pencapaian Program Promosi Kesehatan Puskesmas Pasar


Ambon Tahun 2018

No
Kegiatan SPM ( %) Pencapaian(%)

1 Persentase rumahtangga ber-PHBS 70 55.42


Persentase Tatanan Institusi
2 Pendidikan yang melaksanakan 70 90.91
PHBS
Persentase Saranan Kesehatan
3 70 100.00
yang ber-PHBS
Persentase Tatanan Tempat Ibadah
4 70 80.00
yang melaksanakan PHBS

D. Kesehatan Lingkungan
Tabel 9. Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Pasar
Ambon Tahun 2018
No. Kegiatan SPM (%) Pencapaian
(%)
Penyehatan Air  
1 Persentase penduduk memiliki Akses air 80 66.62
bersih
Hygiene Dan Sanitasi Makanan Dan  
Minuman
1 Pembinaan tempat pengelolaan makanan 70 100.00
Penyehatan lingkungan permukiman dan  
jamban keluarga
1 Persentase rumah sehat 80 34.98
Sanitasi Berbasis Masyarakat  
1 Jumlah kelurahan yang melaksanakan 100 100.00
STBM
2 Jumlah Kelurahan ODF 60 0.00
Pengawasan Sanitasi  
1 Inspeksi sanitasi sumber air 50 40.00
2 Inspeksi Pasar Sehat 100 100.00

E. Mencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Tabel 10. Pencapaian Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Tidak Menular Puskesmas Pasar Ambon Tahun 2018
48

No Kegiatan SPM (%) Pencapaian


. (%)
1 Cakupan kelurahan yang melaksanakan 100 100.00
Posbindu PTM
2 Presentase wanita usia 30-50 tahun yang 40 3.89
diskrining kanker serviks dan kanker
payudara
3 Presentase usia produktif (usia 15-59 100 99.61
tahun) yang diskrining kesehatan
4 Presentase penderita Hipertensi yang 40 29.76
mendapat pelayanan kesehatan
5 Presentase pelayanan kesehatan penderita 30 23.40
Diabetes mellitus
6 Presentase pelayanan kesehatan penderita 40 46.94
Obesitas
7 Presentase merokok pada penduduk usia 5.9 20.20
≤ 18 tahun
8 Persentase sekolah yang telah 40 40.63
menerapkan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR)

F. Imunisasi dan Survailance

Tabel 11. Pencapaian Program Imunisasi dan Survailance Puskesmas


Pasar Ambon Tahun 2018
No Kegiatan SPM (%) Pencapaian
(%)
Pelayanan Imunisasi  
1 Persentase anak usia 0- 11 bulan yang 92 100
mendapat imunisasi dasar lengkap
2 Persentase anak usia baduta (18-24 bulan) 45 90.44
yang mendapat imunisasi DPT-HB-Hib
3 Persentase anak usia baduta yang mendapat 45 99.39
imunisasi lanjutan campak
4 Persentase kelurahan yang mencapai 100 100
Universal Child Imunisasi (UCI)
5 Persentase anak SD yang mendapat 95 97.99
Imunisasi (kelas 1,2,) DT dan Td
6 Presentase supervisi (pelayanan imunisasi) 100 100
di UPS (Unit Pelayanan Swasta) oleh
petugas puskesmas 2X Setahun
7 Screening ibu hamil mendapat imunisasi 80 92.04
TT2+
8 Persentase KIPI yang ditangani 100 0
9 Persentase anak SD kelas 1 yang mendapat 95 99.07
imunisasi campak
SURVAILANCE  
49

1 Cakupan kelurahan yang mengalami KLB 100 0


dilakukan PE (Penyelidikan Epidemiologi)
kurang dari 24 jam
2 Persentase ketepatan sistem keawaspadaan 100 100
dini dan respon
3 Persentase kelengkapan sistem 100 100
kewaspadaan dini respon
4 Pelacakan kasus penyakit menular dan PD3! 100 6

5 Penemuan kasus AFP 1 0

6 Pengiriman sampel campak 50 83.33

G. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Menular

Tabel 12. Pencapaian Program Pencegahan dan Penanggulangan


Penyakit Menular Puskesmas Pasar Ambon Tahun 2018
No Kegiatan SPM Pencapaian
(%) (%)
TB Paru  
1 Cakupan penderita Kasus TB yang ditemukan 70 33.05
Semua Tipe (CDR)
2 Angka Keberhasilan Pengobatan 90 44.12
3 Cakupan Penemuan kasus TB resistensi obat 40 67.65
4 Angka Keberhasilan Pengobatan pasien TB 70  
semua kasus TB MDR
5 Prosentase pasien TB (TB baru maupun TB 100 100.00
kambuhan) di tes HIV dan hasilnya tercatat di
register
HIV-AIDS  
1 Persentase orang dengan HIV 0.227 0.03
2 Persentase orang yang beresiko terinfeksi HIV 100 0.36
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar
3 Penawaran tes HIV pada ibu hamil yang periksa 100 82.86
di puskesmas
4 cakupan ibu hamil yang di tes HIV dan 100 100.00
mengetahui hasil
HEPATITIS  
1 Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B 100 82.86
2 Cakupan Bayi diberikan HBIg 100 100.00
KUSTA  
50

1 Penemuan penderita kusta ditangani sesuai 100 100.00


standar
Diare  

1 Cakupan Layanan Penderita Diare semua umur 100 83.51

2 Cakupan Layanan Penderita Diare Balita 100 84.16


3 Proporsi penderita Diare yang Menggunakan 100 100.00
oralit
ISPA  
1 Cakupan penemuan dan tatalaksana penerita 100 180.00
pnemonia balita
Malaria  
1 SPR 5 3.08
2 Insiden Rate Malaria (API) 1 0.02
Demam Berdarah Dengue (DBD)  
1 Angka Bebas Jentik (ABJ) 95 92.80
2 Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) DBD 100 100.00
KECACINGAN  
1 Cakupan Pemberian Obat Cacing (POPM) 100 96.14

2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)


Tabel 13. Pencapaian Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Puskesmas Pasar Ambon Tahun 2018

No Kegiatan SPM Pencapaian


(%) (%)

Kunjungan  
1 Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) 60 0
2 Angka Perawatan (LOS) 5 0
3 Kunjungan rawat jalan umum 15 81.72
4 Kunjungan rawat jalan gigi 4 23.87
Gawat Darurat  
1 Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa 100 0
2 Jam buka Pelayanan Gawat Darurat: 24 jam 100 0
3 Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat 100 0
yang masih berlaku: BLS/PPGD/GELS/ALS
4 Ketersediaan tim penanggulangan bencana: 1 tim 100 0
FARMASI  
1 Waktu tunggu pelayanan   0
  a. obat jadi 30 0
  b. Racikan 60 0
2 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100 0
3 Kepuasan pelanggan 80 0
4 Penulisan resep sesuai formularium kabupaten 100 0
Pemeriksaan Laboratorium  
1 Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil 100 82.86
2 Pemeriksaan Urine Reduksi pada Ibu Hamil 100 82.86
3 Pemeriksaan Urine Protein pada ibu hamil 100 82.86
4 Pemeriksaan sputum suspek TBC 100 52.12
51

BAB V
HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Masalah

Suatu masalah ditetapkan jika terdapat kesenjangan antara keluaran dengan

tolak ukurnya, sedangkan penyebab masalah ditentukan bila ada kesenjangan

antara unsur sistem lainnya dengan tolak ukur. Identifikasi masalah dimulai

dengan melihat adanya kesenjangan antara pencapaian dan target.

Tabel 24. Hasil Pencapaian Program Penyakit Tidak Menular (PTM) Puskesmas
Pasar Ambon Periode Januari – Desember 2018

No. Program Target Capaian Masalah


% %
1 Cakupan kelurhana yang melaksanakan Posbindu 100 100 (-)
PTM
2 Presentase wanita usia 30 – 50 tahun yang diskrining 40 3.89 (+)
kanker serviks dan kanker payudara
3 Presentase usia produktif ( usia 15 – 59 tahun) yang 100 99.61 (+)
diskrining kesehatan
4 Presentase penderita Hipertensi yang mendapatkan 40 29.76 (+)
peleyanan kesehatan
5 Presentase pelayanan kesehatan penderita Diabetes 30 23.4 (+)
Melitus
6 Presentase pelayanan kesehatan penderita Obesitas 40 46.94 (-)
7 Presentase merokok pada penduduk usia ≤ 18 tahun 5.9 20.20 (-)
8 Presentase sekolah yang telah menerapkan Kawasan 40 40.63 (-)
Tanpa Rokok (KTR)

Masalah yang ditemukan pada program penyakit tidak menular (PTM) di

Puskesmas Pasar Ambon pada Januari-Desember 2018 adalah kurangnya

cakupan pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus.. Masalah ini

ditegakkan karena adanya perbedaan antara hasil yang diharapkan dengan


52

tolak ukur, dimana target yang harus dicapai pada Januari-Desember adalah

30% namun hanya tercapai 23.4%.

5.2 Penetapan Prioritas Masalah


Berdasarkan tabel 24, masalah yang ditemukan adalah belum tercapainya

program wanita usia 30 – 50 tahun yang diskrining kanker serviks dan kanker

payudara, usia produktif ( usia 15 – 59 tahun) yang diskrining kesehatan,

penderita Hipertensi yang mendapatkan peleyanan kesehatan, dan penderita

Diabetes Melitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Pencapaian 4

program tersebut lebih rendah dibandingkan target. Prioritas masalah dapat

ditentukan dengan menggunakan metode USG seperti pada tabel 25.

Tabel 25. Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG

No Masalah Nilai Kriteria Hasil


Akhir
U S G
1 Presentase wanita usia 30 – 50 tahun yang diskrining 3 3 2 8
kanker serviks dan kanker payudara
2 Presentase usia produktif ( usia 15 – 59 tahun) yang 2 2 2 6
diskrining kesehatan
3 Presentase penderita Hipertensi yang mendapatkan 3 3 3 9
peleyanan kesehatan
4 Presentase penderita Diabetes Melitus yang 4 4 4 12
mendapatkan pelayanan kesehatan

5.3 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah


Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya masalah,

maka dilakukan suatu metode pemilihan atau prioritas masalah.


53

Gambar 3. Diagram Fishbone

Dari diagram fishbone di atas, masih perlu mencari masalah-masalah yang

paling memiliki peranan dalam mencapai keberhasilan program. Dengan

menggunakan model teknik criteria matriks pemilih prioritas dapat dipilih

penyebab masalah yang paling dominan.

Tabel 26. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Penyebab Masalah

No Daftar Masalah I T R Jumlah


IxTxR
P S RI DU S PB P
B C
1 Man
Tingkat Pengetahuan 4 4 3 3 4 3 4 4 3 300
masyarakat rendah

Tingkat Ekonomi Masyarakat 4 3 3 3 3 3 3 3 3 207


Rendah

Sikap masyarakat yang kurang 4 3 2 3 3 2 3 3 3 180


baik terhadap penyakit DM

Berobat ke yankes selain 4 4 4 3 4 4 4 4 4 432


puskesmas
2 Methode
Media promosi kesehatan 3 3 2 2 3 2 3 3 3 162
kurang menarik

3 Machine
Kurangnya peran tokoh 3 3 2 3 3 2 3 3 3 171
masyarakat dalam sosialisasi
54

4 Material
Jarak antara puskesmas dan 4 3 3 3 3 2 3 3 3 189
rumah cukup jauh

Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah, didapatkan masalah yang ada

yakni pasien yang memilih berobat ke pelayanan kesehatan selain puskesmas.

Pasien yang terskrining DM sudah melakukan pengobatan tatapi tidak di

puskesmas sehingga tidak terdata. Hal ini yang mengakibatkan cakupan

pelayanan DM selalu tidak tercapai pada tahun2018.


55

BAB VI

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

6.1 Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Terdapat beberapa masalah pada program PTM di Puskesmas Pasar Ambon

tahun 2018. Setelah dilakukan pemilihan prioritas masalah dengan

menggunakan USG, didapatkan masalah berupa cakupan penderita diabetes

mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan belum mencapai target

(30%). Target yang berhasil dicapai pada tahun 2018 hanya sebesar

23%.Cakupan pelayanan kesehatan pada

pasien DM yang belum tepenuhi sebesar 7%. Belum tercapainya sasaran

penderita diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari segi wilayah, sumber daya

manusia, sarana, maupun lingkungan. Kemudian dilakukan pemilihan dengan

diagram fishbone didapatkan bahwa pasien yang memilih pengobatan di

pelayanan kesehatan selain di puskesmas menjadi faktor penyebab masalah

tidak tercapainya cakupan pelayanan kesehatan pada pasien DM yang belum

tepenuhi. Alternatif pemecahan masalahnya sebagai berikut:

Tabel 27. Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah


Masalah Penyebab Alternatif
Pengobatan di pelayanan Kurangnya kepercayaan pasien Membentuk kerja sama antara
kesehatan selain terhadap pengobatan di puskesmas dan yankes lain
56

puskesmas yaitu klinik puskesmas berupa pendataan pasien DM


utama, pratama dan yang dilakukan oleh petugas
rumah sakit. Tidak ada kerja sama antara dari puskesmas.
puskesmas dan pelayanan
kesehatan lainnya. Sosialisasi pada yankes lain
untuk melaporkan pasien DM
yang melakukan pengobatan.

Sosialisasi kepada pasien DM


untuk berobat ke Puskesmas

Tabel 28. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah


No Daftar Alternatif Jalan Keluar Ektifitas Efisiensi Jumlah
M I V C (MIV/C)
1 Membentuk kerja sama antara 4 4 4 3 21
puskesmas dan yankes lain berupa
pendataan pasien DM yang dilakukan
oleh petugas dari puskesmas.

2 Sosialisasi pada yankes lain untuk 3 3 4 3 9


melaporkan pasien DM yang
melakukan pengobatan.

.
3 Sosialisasi kepada pasien DM untuk 2 3 2 3 4
berobat ke Puskesmas

Dari table di atas, didapatkan bahwa alternative pemecahan masalah adalah

membentuk kerja sama antara puskesmas dan yankes lain berupa pendataan

pasien DM. Kegiatan ini akan dilakukan oleh petugas kesehatan dari puskesmas

yang akan membentuk tim untuk mendapatkan data dari yankes lain. Petugas

kesehatan dari puskesmas akan datang terlebih dahulu untuk mendapat

persetujuan klinik utama, klinik pratama, dan rumah sakit di kecamatan teluk

betung selatan sebagai wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon untuk melakukan

kerja sama. Pada yankes yang menyetujui kerja sama tersebut akan diminta data

pasien DM yang melakukan pengobatan setiap bulannya. Target kegiatan ini

adalah pasien DM yang melakukan pengobatan di yankes selain puskesmas.


57

Dengan kerja sama ini diharapkan cakupan pasien DM yang mendapat pelayanan

kesehatan tercapai.
58

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program penyakit tidak menular di Puskesmas Pasar

Ambon pada tahun 2018, disimpulkan sebagai berikut.

a. Prioritas masalah yang paling utama setelah diidentifikasi yaitu cakupan

penderita diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan belum

mencapai target.

b. Penyebab masalah yang paling utama adalah karena pasien DM yang telah

terskrining DM melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan selain

puskesmas.

c. Alternatif pemecahan masalah adalah membentuk kerja sama antara

puskesmas dan yankes lain berupa pendataan pasien DM.

7.2 Saran

Saran evaluasi program PTM terkait cakupan penderita diabetes mellitus yang

mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon tahun 2018 adalah

sebagai berikut.

a. Membuat tim yang terdiri dari penanggung jawab dan petugas pendataan

yang berfungsi untuk melakukan kerja sama dengan klinik pratama, klnik

utama atau rumah sakit yang ada di wilayah kerja PasarAmbon.


59

b. Mengoptimalkan tugas dan fungsi tim yang melakukan pendataan

penderita diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

c. Menyusun dan melaksanakan kegiatan pendataan penderita DM rutin

setiap bulannya.
60

DAFTAR PUSTAKA

Infodatin. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes Melitus. Pusat data dan informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,1-6.

RISKESDAS. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta. Kemenkes RI

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Penyakit Tidak Menular Buletin Jendela data
dan Informasi Kesehatan. [cited 26 Mei 2019] Available from:
http:/www.penyakitkesehatan.com
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI.

Kemenkes RI. Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan tahun 2015 – 2019. Ditjen PP dan PL.

Soedoyo AW et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta`:
Interna Publishing.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. Biokimia kedokteran dasar : sebuah
pendekatan klinis (1 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2014

American Diabetes Association (ADA), 2011.Diagnosis and Classification of


Diabetes Mellitus. Diakses pada 12 Januari 2014 dari:
www.care.diabetesjournals.org/content/34/Supplement_1/S62.full

Soegondo, S& Sukardi K., 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus
Kencing Manis sakit Gula. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp.17-21.

Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2014, Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC,
Jakarta.
61

Anda mungkin juga menyukai