Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS I SUMPIUH

EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN


KERJA DI PUSKESMAS I SUMPIUH

Disusun oleh:
Dias Kurniawan G4A017024

Pembimbing:
dr. Dri Kusrini
NIP. 19720112 2002122 004

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
2

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM


KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS I SUMPIUH

EVALUASI PELAYANAN KESEHATAN KERJA DAN KESELAMATAN


KERJA DI PUSKESMAS I SUMPIUH

Disusun untuk memenuhi syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Dias Kurniawan G4A017024

Telah dipresentasikan dan disetujui


pada tanggal Mei 2018

Pembimbing

dr. Dri Kusrini


NIP. 19720112 2002122 004
3

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehtan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dari risiko
pekerjaan, serta penempatan pekerja sesuai dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan itu sendiri (ILO, 1995).
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang puskesmas
menyatakan bahwa puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat di tingkat primer, terutama promotif dan preventif.
Berdasarkan hal tersebut, puskesmas juga perlu menyelenggarakan program
pengembangan di wilayahnya yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja sebagai bentuk pelayanan dan perlindungan bagi pekerja di
wilayah kerja puskesmas.
Upaya kesehatan kerja yang diselenggarakan oleh puskesmas bertujuan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan
serta penyakit akibat kerja. Upaya kesehatan kerja ini meliputi seluruh pekerja
dari sektor formal maupun informal, serta orang-orang selain pekerja yang
berada atau tinggal di sekitar lingkungan kerja.
International Labour Organization (ILO) menyatakan bahwa 1,2 juta orang
meninggal setiap tahunnya karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
Melihat data tersebut, maka pekerja di wilayah kerja suatu puskesmas perlu
diberikan perlindungan kesehatan dan pengetahuan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja guna meningkatkan kemampuan pekerja untuk menolong
dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan produktivitas
kerja.
Puskesmas 1 Sumpiuh mencanangkan program pengembangan puskesmas
yang berkaitan dengan pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
4

masyarakat pekerja di wilayah kerjanya. Salah satu bentuk nyata dari program
pelayanan K3 ini adalah dengan membentuk pos-pos Unit Kesehatan Kerja
(UKK) sebagai representasi pelayanan K3 dan perpanjangan tangan Puskesmas
1 Sumpiuh dalam membina, memberdayakan dan memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat pekerja, dengan harapan meningkatnya derajat
kesehatan, menurunnya faktor risiko kerja serta menurunnya angka Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat kerja (KAK) di wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh.
Dalam penyelenggaraannya, masih banyak faktor-faktor internal maupun
eksternal yang menyebabkan pelaksanaan program pelayanan K3 di Puskesmas
1 Sumpiuh belum berjalan dengan baik. Setiap desa di wilayah kerja Puskesmas
1 Sumpiuh yang ditargetkan memiliki 1 buah pos UKK masih belum dapat
terrealisasi. Dari 7 desa di wilayah kerjanya, baru terdapat 1 buah pos UKK
binaan Puskesmas 1 Sumpiuh, yakni pos UKK di Desa Ketanda yang merupakan
pengembangan dari paguyuban penderes di desa tersebut. Pencapaian tersebut
baru mencapai angka 14,28% dari target 100%. Pos UKK di Desa Ketanda
merupakan pengembangan dari paguyuban penderes yang baru dirintis pada
tahun 2016, sehingga masih banyak permasalahan dan hambatan dalam
kinerjanya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan analisis faktor-faktor
yang menyebabkan pelaksanaan program pembentukan pos UKK di wilayah
kerja Puskesmas 1 Sumpiuh belum bisa berjalan dengan baik.
5

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan menganalisis masalah program kesehatan dan memberikan
rencana alternatif pemecahan masalah di Puskesmas 1 Sumpiuh.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh.
b. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belum tercapainya
target pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas
1 Sumpiuh.
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas 1
Sumpiuh.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh.
b. Menjadi masukan bagi puskesmas dalam mengambil kebijakan jangka
panjang dalam upaya peningkatan program pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh.
2. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.
6

II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas I Sumpiuh adalah salah satu puskesmas di Kabupaten
Banyumas yang memiliki letak cukup strategis karena berada di tepi jalan
raya provinsi dan berada di daerah perbatasan dengan kabupaten Cilacap.
Wilayah Puskesmas I Sumpiuh terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Cilacap, dan berbatasan dengan
(Puskesmas 1 Sumpiuh, 2017):
a. Sebelah Utara : Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas
b. Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas II Sumpiuh
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap
d. Sebelah Barat : Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.
Wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh secara administratif mencakup
6 desa dan 1 kelurahan, seluas 2.028,115 Ha atau sama dengan 26, 98 km2
dengan rincian sebagai berikut
a. Kelurahan Kebokura : 202.948 Ha
b. Desa Karanggedang : 202.458 Ha
c. Desa Kemiri : 284.000 Ha
d. Desa Kuntili : 327.050 Ha
e. Desa Pandak : 275.935 Ha
f. Desa Lebeng : 228,656 Ha
g. Desa Ketanda : 542.179 Ha
Aksesibilitas puskesmas I Sumpiuh adalah sebagai berikut: jarak
puskesmas ke kebupaten yaitu 100% aspal sejauh 40 km; jarak puskesmas
ke desa/ kelurahan yaitu 1-5 km; semua desa/ kelurahan dapat dijangkau
dengan kendaraan roda 2, dan komunikasi berita dapat melalui kantor pos,
telepon, radio, TV serta surat kabar (Puskesmas I Sumpiuh, 2017).
7

2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh 28.522 jiwa dengan rincian sebagai berikut

Tabel 2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2017


N Kelurahan Jumlah Luas Kepadatan
o Penduduk KK Wilayah Penduduk
(per km2)
1 Kebokura 4608 1086 202.948 2.27
2 Karanggedang 2022 588 202.458 1.00
3 Kemiri 5332 1312 284.000 1.88
4 Kuntili 4727 1079 327.500 1.44
5 Pandak 3457 936 275.930 1.25
6 Lebeng 2785 769 228,656 1.22
7 Ketanda 5591 1511 542.179 1.03
Jumlah 28552 7281 2.063.671 1
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017
Desa Ketanda memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 5.591 jiwa
dan Desa Karanggedang memiliki penduduk paling sedikit yaitu 2.022 jiwa.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Kebokura yaitu sebesar
2,27/km2 sedangkan desa Karanggedang menempati urutan kepadatan
penduduk terendah yaitu 0,99/km2 (Profil Puskesmas I Sumpiuh, 2017).
8

a. Jumlah penduduk menurut golongan umur


Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh
menurut golongan umur adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
No Kelompok Laki-Laki Perempuan Total
Umur
1 0-4 tahun 848 802 1650
2 5-9 tahun 1087 1062 2149
3 10-14 tahun 1088 1106 2194
4 15-19 tahun 1195 1098 2293
5 20-24 tahun 1235 1121 2356
6 25-29 tahun 1025 939 1964
7 30-34 tahun 1239 1082 2321
8 35-39 tahun 1172 1133 2305
9 40-44 tahun 987 954 1941
10 45-49 tahun 913 1006 1919
11 50-54 tahun 879 939 1818
12 55-59 tahun 839 844 1683
13 60-64 tahun 636 638 1274
14 65-69 tahun 513 494 1007
15 70-74 tahun 281 392 673
16 > 75 tahun 433 542 975
Jumlah 14370 14152 28552

Berdasarkan data diatas, jumlah penduduk terbesar berada


pada rentang umur 20-24 tahun, yaitu sebanyak 2.356 jiwa
sedangkan jumlah penduduk terendah pada rentang umur 70-74
tahun, yaitu 673 jiwa (Profil Puskesmas I Sumpiuh, 2017).
9

b. Tingkat Pendidikan Penduduk


Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh dapat di lihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat Pendidikan Jumlah
Tidak/ belum tamat SD/MI 1.772
SD/MI sederajat 7.268
SMP/MTs sederajat 6.335
SMA/SMK/MA sederajat 6.718
AK/Diplomat 515
Universitas 379
S2/S3 (Master/Doktor) 47
Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2016

Berdasarkan data diatas, tingkat pendidikan penduduk dengan


jumlah paling tinggi adalah tingkat SD/MI sebanyak 7.268 orang,
sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tingkat S2/S3 atau
gelar Master/Doktor yaitu sebesar 47 orang (Profil Puskesmas I
Sumpiuh, 2016).
c. Rasio Jenis Kelamin
Berdasarkan penghitungan sementara angka proyeksi penduduk
tahun 2017 berdasarkan data, didapatkan jumlah penduduk laki-laki
14.370 jiwa (50,38%) dan jumlah penduduk perempuan 14.152 jiwa
(49,62%). Sehingga didapatkan rasio jenis kelamin sebesar 101,54 per
100 penduduk perempuan, yang memiliki arti bahwa setiap 100
penduduk perempuan ada sekitar 100 penduduk laki-laki (Profil
Puskesmas I Sumpiuh, 2017).

B. Derajat Kesehatan Masyarakat


Situasi mortalitas dan morbiditas dapat menggabarkan derajat kesehatan
masyarakat. Penilaian derajat kesehatan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan beberapa indikator, antara lain kondisi angka kematian, angka
kesakitan, dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi
faktor lain, seperti faktor yang berasal dari sektor pelayanan kesehatan dan
ketersediaan sarana prasarana kesehatan, faktor ekonomi, pendidikan,
10

lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Berikut derajat kesehatan


masyarakat di Puskesmas 1 Sumpiuh yang digambarkan melalui angka
kematian, angka morbiditas beberapa penyakit, dan status gizi (Profil
Puskesmas I Sumpiuh, 2017).
1. Angka Kematian
Angka kematian dapat digunakan sebagai indikator penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan.
Berikut data penjabaran angka kematian ibu, bayi, dan balita (Profil
Puskesmas I Sumpiuh, 2017).
a. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017 sebesar
0/100.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk angka kematian ibu
adalah 70/100.000 kelahiran hidup, maka Puskesmas I Sumpiuh
memenuhi target SDGs Angka Kematian Ibu.
b. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi merupakan jumlah kematian bayi (0-11
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun 1 tahun.Angka Kematian
Bayi (AKB) di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017 yaitu sebanyak 1 bayi
dan 2 neonatal. Terdapat 399 kelahiran hidup di Puskesmas 1 Sumpiuh
pada tahun 2017. Angka kematian bayi di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2017 yaitu 9,2/1000 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita merupakan jumlah kematian balita 0-5
tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.Jumlah
kematian bayi dan balita di Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017 yaitu
sebanyak 2 balita. AKABA Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017 sebesar
4.6/1.000 kelahiran hidup. AKABA di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2017
sudah memenuhi SDGs karena angka kematian balita di bawah 25/1000
kelahiran.
2. Angka Kesakitan
Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari
masyarakat dan dari sarana pelayanan kesehatan yang diperoleh dari laporan
11

rutin melalui sistem pencatatan dan pelaporan terpadu, sistem pencatatan


dan pelaporan rumah sakit, dan sistem survei terpadu. Berikut angka
kesakitan di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh:
a. DBD
Angka kesakitan DBD di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2015 adalah sebesar 7,76/100.000 penduduk atau sebanyak 2
kasus, meningkat 2 kali lipat jika dibandingkan dengan angka kesakitan
DBD tahun sebelumnya yaitu 1 kasus sebesar 3,88/100.000 penduduk.
Sampai tahun 2016, terjadi 5 kasus DBD sedangkan target nasional
angka kesakitan DBD adalah <55/100.000 penduduk, sehingga berhasil
tidak melebihi target.
b. Malaria
Jumlah kasus malaria tahun 2015 adalah sebanyak 0 kasus, sama
dengan tahun 2014 sebanyak 0 kasus. Dengan demikian kasus kematian
akibat malaria case fatality rate (CFR) (0%). Target nasional angka
kesakitan malaria adalah <85/100.000 penduduk sehingga berhasil tidak
melebihi target.
c. TB Paru
Indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case
Detection Rate (CDR), yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA (+) yang
ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA (+) yang
diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. Pencapaian CDR di Puskesmas
1 Sumpiuh tahun 2017 yaitu 81,48%, masih di bawah target yang
ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih di bawah target yang
ditentukan, capaian CDR tahun 2017 sebesar (69,89%). Jumlah kasus TB
paru (+) tahun 2017 sebanyak 23 kasus, sementara pada tahun
sebelumnya didapatkan 20 kasus TB paru (+) atau mengalami
peningkatan kasus sebanyak 3 kasus.
12

d. Diare
Selama tahun 2017 kasus diare yang ditangani di Puskesmas 1
Sumpiuh sebanyak 827 orang atau sebesar 71,3%.
e. Kusta
Tahun 2015 ditemukan 2 kasus kusta, sedangkan pada tahun 2016
dan 2017 tidak didapatkan kasus kusta baru.
f. Penyakit IMS
Penyakit menular seksual meliputi sifilis, gonorrhea, bubo, jengger
ayam, herpes dll. Jumlah kasus baru IMS di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2017 103 kasus. Jumlah tersebut meningkat hampir 3 kali dari tahun
2016, yaitu sebanyak 39 kasus. Berdasarkan layanan kunjungan IMS,
ditemukan IMS sebanyak 17 (16.50%), dengan positif sifilis sebanyak 3
kasus, GO positif 6 kasus, dan trikomoniasis sebanyak 2 kasus.
g. Pneumonia
Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2017 mendata dari 2.743 balita.
Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 251 balita (256,12%),
sedangkan tahun 2016 penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 274
kasus di Puskesmas 1 Sumpiuh.
h. Penyakit DBD
Penyakit DBD masih menjadi permasalahan di Puskesmas 1
Sumpiuh. Pada tahun 2016 terdapat 5 kasus penyakit DBD. Pada tahun
2017, tidak terdapat kasus Demam Berdarah Dengue.
i. Penyakit PD3I
Penyakit yang termasuk PD3I yaitu polio, pertussis, tetanus non
neonatorum, campak, difteri, dan hepatitis B. Pada tahun 2017, tidak
didapatkan kasus difteri, pertussis, tetanus non neonatorum, polio dan
hepatitis B. Sedangkan terdapat 2 kasus campak pada tahun 2017.
j. Penyakit Tidak Menular
Jumlah PTM di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2017 sebanyak 1.421
kasus. Kasus tertinggi adalah kelompok penyakit hipertensi esensial
sebesar 27,3% (389 kasus). Prevalensi kasus diabetes melitus tidak
tergatung insulin yaitu 8,58%. Prevalensi diabetes melitus tergantung
13

insulin sebesar 0,7%. Prevalensi stroke hemoragik sebesar4,5%.


Prevalensi stroke non hemoragik sebesar 1,47%. Prevalensi kasus PPOK
adalah 2,04% dan prevalensi kasus asma adalah 11,47%. Kasus kanker
ditemukan sebanyak 31 kasus atau 2,18%, yaitu Ca Servix sebanyak
22,58%, ca mammae 70,96%, dan ca paru 9,6%.
k. HIV
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu
dinyatakan sebagai penderita HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada
dimasyarakat dapat diketahui menggunakan 3 metode, yaitu pada
layanan Voluntary, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Tahun 2017 terdapat 17
kasus HIV, 3 diantaranya sudah meninggal dunia.
3. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi yang baik bagi seseorang akan
berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan proses
pemulihan akan penyakit, begitu pula sebaliknya.
a. Presentasi Berat Bayi Baru Lahir Rendah
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Jumlah
BBLR di Puskesmas 1 Sumpiuh pada tahun 2017 sebanyak 20 (5%).
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2016 sebanyak 17
kasus (3,9%).
b. Presentasi Balita dengan Gizi Kurang
Pada tahun 2017 di Puskesmas 1 Sumpiuh terdapat 51 balita gizi
kurang.
c. Presentasi Balita dengan Gizi Buruk
Pendataan gizi buruk di Puskesmas 1 Sumpiuh didasarkan pada 2
kategori yaitu dengan indikator membandingkan berat badan dengan
umur (BB/U) dan kategori kedua adalah membandingkan berat badan
dengan tinggi (BB/TB). Pada tahun 2017 di Puskesmas 1 Sumpiuh
terdapat 1 kasus gizi buruk yang mendapat perawatan.
14

C. Input
1. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017 sejumlah 46 tenaga, yang
terdiri dari: dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, bian,
tenaga kefarmasian, tenaga gizi, kesehatan masyarakat, tenaga sanitasi,
teknisi medis, tenaga fisioterapi, tenaga kesehatan lainnya, tenaga
penunang/pendukung kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
dapat dipengaturi dengan peningkatan jumlah tenaga kesehatan, namun
kebutuhan tenaga kesehatan belum dapat terpenuhi dikarenakan beban
terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya kegiatan
mobilisasi tenaga kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas tenaga
tersebut.
Tabel 2.4. Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di
Puskesmas I Sumpiuh
Jumlah Ratio
No Jenis Tenaga Tenaga /100.000
Kesehatan pddk
1. Dokter Umum 3 10,935
2. Dokter Spesialis 0 0
3. Dokter Gigi 1 3,64
4. Farmasi 1 3,506
5. Perawat 16 56,10
6. Bidan 13 45,58
7. Tenaga Kesehatan 1 3,506
Masyarakat
8. Sanitarian 1 3,506
9. Nutrisionis 1 3,506
10. Teknisi Medis 2 7,012
11. Tenaga Fisioterapi 0 0
12. Tenaga Kesehatan 0 0
Lainnya
13. Tenaga Penunjang / 7 0
Pendukung Kesehatan

Sumber: Data Sekunder Puskesmas I Sumpiuh tahun 2017


2. Money (Pembiayaan Kesehatan)
15

Pada tahun 2017 alokasi dana Puskesmas I Sumpiuh, yaitu: dana


belanja langsung sebasar Rp 2.689.542.687,- , dana BOK sebesar Rp
452.500.000,- , dana APBN sebesar Rp 452.500.000,- , dan dana
jamkesmas/jampersal sebesar Rp -.
3. Material (Sarana Kesehatan)
a. Ketersediaan obat menurut jenis obat.
Pada tahun 2017 dari 239 jenis obat dengan penggunaan
terbanyak adalah paracetamol 500 mg sebanyak 80.400 tablet.
Pengunaan terendah adalah metilergmetrin maleat injeksi 0,200 mg-
1ml sebanyak 5 ampul. Presentase ketersediaan tertinggi adaah anti
hemoroid suppositoria (1,390%), presentase ketersediaan terendah
adalah obat batuk htam (7,45%).
b. Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan/pengelola.
Sarana pelayanan kesehatan dengan kepemlikan pemerintah
kabupaten/kota terdiri dari 1 puskesmas rawat inap (21 tempat tidur)
dan 1 puskesmas pembantu. Sarana pelayanan kesehatan dengan
kepemilikan swasta terdiri dari 1 rumah bersalin dan 1 balai
pengobatn/klinik.
c. Sarana pelayanan kesehatan dengan kemapuan lebkes.
Sarana kesehatan di Puskesmas 1 sumpuih tahun 2017 dengan
kemampuan pelayanan 1 buah laboratorium yang dapat diakses
masyarakat.
d. Posyandu menurut strata
Jumlah posyandu Puskesmas 1 Sumpuih tahun 2017 adalah 41,
sedangkan yang aktif 32 buah.
e. Upaya kesehatan bersumber masyarakat
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKMB) terdiri
atas Desa siaga, Forum Kesehatan Desa, Poskesdes, Polindes, dan
Posyandu. Total UKBM tahun 2017 adalah 9.
f. Data Dasar Puskesmas
Puskesmas 1 Sumpuih terdiri dari Puskesmas Perawatan, 1 buah
Puskesmas Pembantu, dan 1 buah Puskesmas Keliling.
16

D. Capaian Program Puskesmas


1. Program Kesehatan Dasar
a. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan oleh puskesmas adalah upaya puskesmas
untuk meningkatkan kemampuan, pasien, individu sehat, keluarga
(rumah tangga) dan masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat,
keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat,
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai
sosial budaya serta didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Adapun capaian program promosi kesehatan Puskesmas 1
Sumpiuh tahun 2017, sebagai berikut:
1) Rumah Tangga Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga
merupakan upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar
sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan
meningkatka kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit
dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Rumah tangga sehat adalah proporsi rumah tangga yang
memenuhi minimal 11 indikator dari 16 indikator PHBS tatanan
rumah tangga, terdiri dari :
17

a) Variabel KIA dan Gizi meliputi persalinan oleh tenaga


kesehatan, ASI eksklusif, penimbangan balita dan gizi
seimbang.
b) Variabel Kesehatan Lingkungan meliputi air bersih, jamban,
sampah, kepadatan hunian dan lantai rumah.
c) Variabel Gaya Hidup meliputi aktifitas fisik, tidak merokok,
cuci veteran, kesehatan gigi dan mulat, miras/narkoba.
d) Variabel Upaya Kesehatan Masyarakat meliputi Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN).
Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS tatanan rumah
tangga di Puskesmas 1 Sumpiuh tahun 2017 dari 8550 rumah
tangga yang ada, diperiksa 5445 rumah tangga (89,4%)
meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2016 dengan
jumlah rumah tangga 8550 dan yang diperiksa sejumlah 5714
rumah tangga (86,6%). Jumlah rumah yang memenuhi syarat
rumah sehat sebanyak 5037 (68,45% dari rumah yang diperiksa)
dan jumlah yang belum memenuhi syarat sebanyak 2321 (46,07%
dari rumah yang diperiksa).
Cakupan tertinggi dicapai di desa Karang Gadang
(82,48%), sedangkan cakupan terendah adalah di desa Ketanda
(61,14%). Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan proses yang panjang termasuk
didalamnya perlu upaya pemberdayaan masyarakat yang
berkesinambungan.
2) Posyandu Purnama
Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8x per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta memperoleh sumber pembiayaan dari
18

dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih


terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu yang mencapai Strata Purnama pada tahun 2017
sebanyak 28 (68,29%) , dengan nilai tertinggi di Desa Kuntili dan
Desa Pandak (100%) dan terendah di desa Ketanda (33,33%).
Kegiatan revitalisasi posyandu masih perlu mendapat
perhatian dari semua sector/pihak terkait. Termasuk didalamnya
adalah dengan mengoptimalkan fungsi Posyandu maupun
Pokjanal Posyandu yang sudah terbentuk.
3) Posyandu Mandiri
Posyandu mandiri adalah Posyandu sudah dapat
melaksanakan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola oleh masyarakat pesertanya lebih dari 50%
KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu yang mencapai strata mandiri tahun 2017 dengan
nilai tertinggi Desa Kebokura (37,5%), sedangkan desa
Karanggedang, Kuntili, Pandak, Lebeng, dan Ketanda (0%)
belum memenuhi target SPM, namun secara keseluruhan
pencapaian strata mansdiri adalah (9,76%) sudah melebihi target
SPM (>2%) yaitu (9,76%).
b. Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana (KIA dan KB)
1) Cakupan kunjungan ibu hamil K4
Kunjungan K4 artinya 4 kali kunjungan ibu hamil yang
terdiri dari 1 kali kunjungan pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Pada tahun 2017
jumlah ibu hamil di Puskesmas 1 Sumpiuh berkurang dibanding
tahun lalu yaitu sebanyak 502 ibu hamil. Ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan K-4 adalah sebesar 382 ibu hamil
(83,6%) mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2016
19

dengan 502 ibu hamil dan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
K-4 adalah sebesar 404 ibu hamil (80,5%).
Pada prinsipnya kegiatan-kegiatan dalam rangka pelayanan
K-4 sudah dilaksanakan oleh Puskesmas 1 Sumpiuh, hal ini
menunjukan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pemeriksaan kesehatan pada waktu hamil belum maksimal.
Selain itu juga petugas kesehatan belum maksimal dalam
memberikan motivasi kepada ibu hamil. Standal pelayanan
minimal untuk cakupan kunjungan ibu hamil K-4 sebesar 95%.
Dengan demikian untuk wilayah Puskesmas 1 Sumpiuh masih
kurang memenuhi standar pelayanan minimal yang diharapkan.

2) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan


yang dimiliki
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir
sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan. Hal ini
antara lain disebabkan oleh pertolongan yang tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan.
Jumlah ibu bersalin pada tahun 2017 adalah 399 orang,
jumlah yang ditolong oleh nakes sebanyak 398 (99,7%),
mengalami peningkatan bila dibandingkan pada tahun 2016
jumlah ibu bersalin 502 orang, jumlah yang ditolong oleh nakes
sebanyak 432 orang atau sebesar (90,2%).
3) Cakupan pelayanan ibu nifas
Cakupan pelayanan nifas tahun 2017 yaitu 399 (100%),
meningkat bila dibandingkan 2016 sebanyak 432 (90,19%) dan
sudah melampaui target SPM 2017 (1000%). Cakupan yang telah
mencapai 100% meliputi semua desa di wilayah Puskesmas 1
Sumpiuh.
20

4) Cakupan kunjungan bayi


Cakupan kunjungan bayi di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2017 yaitu sebesar 398 (99,7%) dari jumlah sasaran bayi
299, mengalami penurunan apabila dibandingkan tahun 2016,
yaitu sebesar 459 (106%). Pencapain kunjungan bayi sudah
melebihi target SPM (90%).Cakupan kunjungan bayi di
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2017 yaitu sebesar 398 (99,7%)
dari jumlah sasaran bayi 299, mengalami penurunan apabila
dibandingkan tahun 2016, yaitu sebesar 459 (106%). Pencapain
kunjungan bayi sudah melebihi target SPM (90%).
5) Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Pencapaian UCI desa pada tahun 2017 di Puskesmas I
Sumpiuh sebesar (100%). Angka ini sama bila dibandingkan
dengan tahun 2016 (100%).
6) Cakupan pelayanan anak balita
Jumlah balita di Puskesmas 1 Sumpuih tahun 2017
sebanyak 1.757 yang mendapatkan pelayanan kesehatan minimal
8 kali sebanyak 2.236 (127,3%). Sebagian besar cakupan
pelayanan kesehatan minimal 8 kali seudah melebihi diatas100%
dengan desa yang cakupannya paling rendah adalah desa Ketanda
471 (108,0%) sedangkan cakupan tertinggi adalah desa Kuntili
285 (117,0%). Sasaran balita di pertengahan tahun naik sebesar
283 anak balita. Sehingga jumlah cakupanpelayanan balita naik
19,2% dari tahun 2016 (82,5%).
7) Cakupan peserta KB aktif
Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas I Sumpiuh pada
tahun 2017 sebesar 87,4%, mengalami kenaikan bila
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016, yaitu 83,8%.
Angka ini sudah mencapai target SPM sebesar 70%. Cakupan
tertinggi di kelurahan Kebokura (111,7%) dan terendah di desa
Ketanda (81,2%).
21

8) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani


Jumlah komplikasi kebidanan Puskesmas 1 Sumpiuh tahun
2017 yang ditangani sebanyak 131 (143,3%). Mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2016 cakupan
komplikasi kebidanan yang ditangani 112 (111,6%). Tetapi
pencapaian jumlah komplikasi kebidanan Puskesmas 1 Sumpuih
sudah melampauiSMP (80%).
c. Gizi
1) Cakupan garam beryodium
Presentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang
baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang
dikonsumsi penduduk di suatu desa/kelurahan. Tahun 2017
jumlah sampel garam yang diperiksa sebanyak 126. Garam yang
tidak memenuhi syarat beryodium baik 0 (0%), yang kurang
memenuhi syarat sebanyak 6 (4,76%) dan yang memenuhi syarat
sebanyak 120 (95,24%).
2) Cakupan kapsul vitamin A
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada
bayi usia 6-11 bulan di Puskesmas 1 Sumpuih pada tahun 2017
sebesar 100%, anak balita 12059bulan sebesar 100% dan pada
balita usia 6-59 nulan sebesar 100%.
Cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada
anak balita usia 12-59 bulan. Kapsul Vitamin A dosis tinggi dari
kapsul vitamin A berwara merah dengan dosis 200.000 SI yang
diberikan pada anak usia12-59 bulan dan diberikan pada bulan
Februari dan Agustus setiap tahunnya. Cakupan pemberian
kapsul vitamin A pada balita tahun 2017 sebesar 100% sama bila
dibandingkan tahun 2016 (100%).
Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah
cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi
(200.000 SI) pasa periode sebelum 40 hari setelah melahirkan.
22

Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2017 sebesar


100%, naik bila disbanding tahun2016 (90,19%).
3) ASI eksklusif
Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2017 menunjukkan
cakupan pemberian ASI ekskulsif 38,0%, menurun bila
dibandingkan tahun 2016 (45,9%). Cakupan tertinggi adalah di
dua yaitu desa Pandak dan desa Lebeng 43,0%, sedangkan yang
terendah adalah desa Kuntili 30,0%.
d. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan merupakan factor yang sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan
kesehatan. Program lingkungan sehat yang bertujuan untuk
mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebh sehat melalui
pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sector berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi:
1) Rumah Sehat
Pada tahun 2017 jumlah rumah tangga yang ada 7.358,
diperiksa sebanyak 1.012 ruah tangga, dan yang memenuhi syarat
rumah sehat sebanya 5.655 (78,85% dari rumah yang diperiksa)
dan jumlah rumah yang belum memenuhi syarat sebanyak 2.321
(31,54% dari rumah yang diperiksa). Menurun jika dibandingkan
tahun 2016 yaitu jumlah rumah sebanyak 7.358, jumlah rumah
diperiksa 7.685 (104,4%) dan yang memenuhi syarat rumah sehat
sebesar 4.951 (67,3%).
2) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang
digunakan
Adanya perubahan paradigm dalam pembangunan sector
air minum dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan
prasarana dan sarana yang dibangun, melalui kebijakan air
minum dan penyehatan lingkungan yang di tandatangani oleh
Bappenas, Kementrian kesehatan, Kementrian Dalam Negeri
23

serta Kementrian Pekerjaan umum cukup signifikan terhada


penyelenggaraan kegiatan penyedian air bersih dan sanitasi
khususnya di daerah.
Strategi pelaksanaan diantaranya , meliputi penerapan
pendekatan tanggap kebutuhan, peningkatan sumber daya
manusia, kampanye kesadaran masyarakat, upaya peningkatan
penyehatan lingkungan, pengembangan kelembagaan dan
penguatan system monitoring serta evaluasi pada semua tingkatan
proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan kegiatan
penyediaan air bersih dan sanitasi.
Pada dasarnya negra menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi kebutuhan pokok inimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupan yang sehat, bersih dan produkif (UU No.7
Tahun 2004, pasal 10). Namun pada kenyataannya presentase
penduduk penduduk miskin masih tinggi, sehingga kemampuan
untuk mendapat akses ke sarana penyediaan air minum yang
memenuhi syarat masih terbatas.
Masyarakat berpenghasila rendah, ternyata memebih lebih
besar unruk memperoleh air daripada masyarakat berpenghasilan
tinggi, hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam mendapatkan
akses pada air minum. Walaupun terdapat program-program air
minum dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah,
namun akses terhadap air minum belum menunjukkan
peningkatan yang berarti. Perlu dukungan kebijakan yang lebih
focus untuk penyediaan sanitasi dan air minum bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.
3) Presentasi keluarga menurut sumber air minum yang digunakan
Pada tahun 2017 dari jumlah penduduk sebanya 28.522 jwa,
diantaranya penduduk pengguna air minum degan peringkat
pertama dengan sumur gali dengan pompa sebanyak 10.924, yang
memenuhi syarat sebanyak 7.775 (71,17%). Kemudian diikuti
oleh jumlah pengguna sumur gali terlindungi (peringkat kedua)
24

sebanyak 10.385 jiwa, yang memenuhi syarat 7.665 (73,80%).


Peringkat ketiga penduduk denga pengguna aie inum dengan
perpipaan (PDAM,BPSPAM) sebanyak 859 dan 100%
memenuhi airminum yang layak.
4) Sanitasi yang layak (Jamban Sehat)
Pada tahun 2017, dari jumlah penduduk 28.522 jiwa,
peringkat pertama dengan pengguna jamban jenis leher angsa
sebanyak 19.527 jiwa dengan yang memenuhi syarat sebanyak
15.271 (78,20%). Peringkat kedua jenis jamban plengsengan
sebanyak 3.281 dngan yang memenuhi syarat sehat sebanyak
2.323 (70,80%). Peringkat ketiga jenis jamban cemplung
sebanyak 2.682 dengan yang memenuhi syarat sehat sebanyak
1.348. secara garis besar penduduk dengan akses terhadap
fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) sebesar 66,4% dengan
jumlah 18.942 penduduk.
5) Tempat Pengelolaan Makanan Sehat
Tempat pengelolaan makanan (TPM) yang diperiksa
sebanyak 115 tempat. TPM yang memenuhi syarat hygiene
sanitasi sebanyak 58 (50,43%) dan sisanya tidak memenuhi syarat
hygiene sanitasi (57 TPM, 49,57%).
6) Kesehatan Lingkungan Institusi
Pada tahun 2017 pencapain cakupan TPM tidak memenuhi
syarat higieni sanitasi di bina sebanyak 35 (61,40%) dan TPM
yang memenuhi syarat higieni sanitasi di uji petik sebanyak 30
(75,00%)
e. Pemberatasan Penyakit Menular (P2M)
1) HIV
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi terebut menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sagat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
25

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu


dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di
masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu layanan
Voluntery, Counselling, and Testing (VCT), sero survey dan
Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

2) TB paru
Target penemuan penderita TB paru BTA (+) pada tahun
2017 di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh adalah 27 orang, hal
ini didapat dari target yang ditetapkan oleh pemerintah Kab.
Banyumas yaitu ditemukan dan tertanganinya 1 kasus TB baru
per 1.000 penduduk dengan jumlah penduduk pada akhir tahun
2016 sebanyak 27.436 penduduk.
Jumlah suspek penderita TB paru pada wilayah kerja
Puskesmas I Sumpiuh yang diperiksa pada tahun 2017 sebanyak
134 orang. Jumlah penderita TB paru yang terdiagosis BTA (+)
dan sudah ditangani sebanyak 23 orang, atau 85,19%
dibandingkan dengan target penemuan penderita baru TB paru
dan 17,16 % dibandingkan dengan total jumlah suspek penderita
TB pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh.
Terdapat pula penderita dengan gambaran radiologi TB paru
BTA (-) sebanyak 4 orang sehingga total seluruh penderita TB
baru di wilayah kerja Puskemas I Sumpiuh sebanyak 27 orang.
Sebanyak 20 penderita baru TB paru BTA (+) dinyatakan
sembuh dengan bukti hasil pemeriksaan BTA (-) di akhir
pengobatan, 4 penderita dengan gambaran radiologi TB paru
BTA (-) tuntas melaksanakan pengobatan dan 3 orang penderita
baru TB BTA (+) masih menjalani tahap pengobatan hingga akhir
tahun 2017.
Jumlah seluruh penderita TB yang sudah ditemukan dan
ditangani dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang,
sedangkan jumlah penderita yang sudah ditemukan dan ditangani
26

dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang. Penderita


TB terbanyak terdapat di desa Kemiri dan Kebokura yaitu
masing-masing sebanyak 6 penderita TB sedangkan penderita TB
terendah terdapat di desa Karang Gedang dan Pandak yaitu 0
penderita.
3) Pneumonia
Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia pada wilayah
kerja Puskesmas I Sumpiuh adalah 98 balita. Jumlah perkiraan
penderita pneumonia pada wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh
adalah 3,57% dari total jumlah balita yakni 2.743 balita. Jumlah
balita penderita pneumonia pada wilayah kerja Puskesmas I
Sumpiuh yang sudah ditemukan dan ditangani sebanyak 251
balita, atau 256% dibandingkan dengan jumlah perkiraan balita
penderita pneumonia dan 9,15% dibandingkan dengan total
jumlah balita pada wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh sebanyak
2.743 balita.
Presentase jumlah balita penderita pneumonia yang sudah
ditemukan dan ditangani dengan jumlah perkiraan balita
penderita mengalami peningkatan dibandingkan dengan
presentase pada tahun 2016 sebanyak 95,9% (263 jumlah
penderita yang sudah ditemukan dan ditangani/274 jumlah
perkiraan penderita). Presentase jumlah balita penderita
pneumonia yang sudah ditemukan dan ditangani dengan total
jumlah balita mengalami penurunan dibandingkan dengan
presentase pada tahun 2016 sebanyak 9,69% (263 jumlah
penderita yang sudah ditemukan dan ditangani/2.175 jumlah
balita).
Jumlah balita penderita yang sudah ditemukan dan
ditangani dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 154 balita,
sedangkan jumlah balita penderita yang sudah ditemukan dan
ditangani dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 109
balita.Jumlah rasio balita penderita yang sudah ditemukan dan
27

ditangani berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan


perempuan adalah 56:43.
Presentase jumlah balita penderita yang sudah ditemukan
dan ditangani dibandingkan dengan jumlah perkiraan balita
penderita paling tinggi terdapat pada Desa Karanggedang, Desa
Lebeng dan Desa Ketanda (300%) sedangkan paling rendah
terdapat pada Kelurahan Kebokura (175%).
4) Diare
Presentase cakupan penemuan dan penanganan diare di
Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2017 sebanyak 71,3%.
Terdapat penurunan dibandingkan dengan tahun 2016 yakni
sebanyak 81,2%.
5) DBD
Tidak terdapat penderita DBD pada tahun 2017 di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumpiuh, maka angka kesakitan/incidence
rate DBD di Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2017 adalah
0/100/000 penduduk.
6) IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) atau biasa disebut penyakit
kelamin adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. IMS meliputi Syphillis, Gonorhae, Bubo, Jengger ayam,
Herpes dan lain-lain. IMS yang diobati adalah kasus IMS yang
ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati sesuai
standar.
Jumlah kasus baru IMS lainnya di Puskesmas 1 Sumpiuh
tahun 2017 sebanyak 103 kasus, meningkat hampir tiga kali
dibandingkan tahun 2016 sebanyak 39 kasus. Drai kunjungan
layanan IMS, ditemukan IMS sebanyak 17 kasus (16,50%),
suspek Sifilis sebanyak 21 kasus, hasil sifilis positif sebanyak 3
kasus, GO positif sebanyak 6 kasus dan Trikomoniasis sebanyak
2 kasus. Meskipun demikian kemungkinan kasus di masyarakat
masih banyak yang belum terdeteksi. Program Pencegahan dan
28

Pengendalian Penyakit Menular Seksual mempunyai target


bahwa seluruh kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai
standar.
f. Pengobatan dan Gawat Darurat
1) Pelayanan gawat darurat level I yang diberikan Puskesmas
Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat
darurat yang dapat diakses oleh masyarakat adalah sarana
kesehatan yang telah memiliki kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan gawat darurat secara terstandar dan dapat diakses oleh
masyarakat pada kurun waktu tertentu. Puskesmas I Sumpiuh
pada tahun 2017 memiliki layanan IGD (Instalasi Gawat Darurat)
yang dapat diakses oleh 100% masyarakat.
2) Desa terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam
Kejadian luar biasa (KLB) adalah terdapat peningkatan
kejadian sakit dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu desa/kelurahan dalam jangka waktu
tertentu.Pada tahun 2017, jumlah desa/kelurahan yang terkena
KLB adalah 1 desa yakni desa Ketanda dan sudah ditangani
kurang dari 24 jam (100%)
3) Jumlah penderita dan kematian pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Jumlah penduduk yang terancam Kejadian Luar Biasa
(KLB) di wilayah kerja Puskesmas I Sumpiuh sebanyak 5.599
orang. Jumlah penduduk yang menderita KLB sebanyak 2 orang
sehingga rata-rata kejadian sebanyak 0,04% dengan Case Fatality
Rate sebanyak 50%.
4) Cakupan pelayanan kesehatan rawat inap masyarakat miskin
Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumpiuh pada tahun 2016 sebanyak 27.665.
Jumlah masyarakat miskin dan hampir miskin yang mendapatkan
pelayanan kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata I
sebanyak 749 orang (6,2%) dan yang mendapatkan pelayanan
29

kesehatan rawat inap di sarana kesehatan strata II sebanyak 95


orang (0,8%).

g. Program Pengembangan Puskesmas


Program pengembangan Puskesmas I Sumpiuh adalah Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang terintegrasi dengan
program dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Prolanis
dilakukan 1 bulan sekali, terjadwal sepanjang tahun2017. Terdapat
337peserta dengan hipertensi, 65 peserta dengan Diabetes Melitus
(DM) tipe II, 58peserta dengan hipertensi dan Diabetes Melitus (DM)
tipe II dan 1 peserta dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
Jumlah terbanyak peserta kunjungan Prolanis adalah pada bulan
Maret dengan prosentase kehadiran 81,41% dan terendah bulan Juni
yakni67,89%. Penyuluhan pada Prolanis sudah dilakukan secara
terencana, terjadwal dan mencapai target sesuai Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Puskesmas I Sumpiuh (Profil Puskesmas
1 Sumpiuh, 2017).
30
31

III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan


1. Input
a. Man
Berdasarkan data yang didapatkan dari profil Puskesmas 1 Sumpiuh,
jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas 1 Sumpiuh adalah sebagai
berikut:
Jumlah Tenaga
No Jenis Tenaga
Kesehatan
1. Dokter Umum 3
2. Dokter Spesialis 0
3. Dokter Gigi 1
4. Farmasi 1
5. Perawat 16
6. Bidan 13
7. Tenaga Kesehatan 1
Masyarakat
8. Sanitarian 1
9. Nutrisionis 1
10. Teknisi Medis 2
11. Tenaga Penunjang / 7
Pendukung Kesehatan

Berdasarkan jumlah tersebut, petugas Puskesmas 1 Sumpiuh


berjumlah 46 orang pada tahun 2017, meningkat dari tahun 2015 yakni
sebanyak 37 orang dan terbagi di puskesmas induk dan 1 puskesmas
pembantu, yaitu Puskesmas Kemiri di Desa Kemiri.
Koordinator pemegang program Promosi Kesehatan (Promkes)
yaitu 1 orang yang merupakan. Pemegang program Kesehatan
Lingkungan (Kesling) terdiri dari 1 orang. Pemegang program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) terdiri
dari 3 orang. Pemegang program Perbaikan Gizi terdiri dari 1 orang
yang merupakan Ahli Madya Gizi. Pemegang program Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) terdiri dari 1 orang. Pemegang program
pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masyarakat terdiri
dari 1 orang.
32

b. Money
Sumber pendanaan anggaran kesehatan Puskesmas 1 Sumpiuh
berasal dari APBN dan Bantuan Operasional Kegiatan (BOK), termasuk
di dalamnya anggaran untuk pelaksanaan program pelayanan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
c. Material
Sarana di Puskesmas I Sumpiuh terdiri dari 1 Puskesmas, 1 Pustu,
1 Puskesling, 1 Balai pengobatan, 7 Poskesdes, dan 41 posyandu.
Puskesmas 1 Sumpiuh memiliki fasilitas transportasi 1 buah ambulans
dan 2 buah kendaraan roda dua untuk mempermudah mobilitas dalam
pelaksanaan program. Selain itu, Puskesmas 1 Sumpiuh juga memiliki
alat-alat kesehatan yang telah terstandarisasi dan terkalibrasi untuk
membantu dalam melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja dalam
pelayana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
d. Method
Pelayanan K3 yang diberikan oleh puskesmas meliputi: 1) penilaian
dan pengendalian risiko, 2) pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
berkala dan khusus, 3) diagnosis dini dan pengobatan segera, 4)
pelayanan instalasi gawat darurat, 5) pelayanan kesehatan umum,
kuratif dan rehabilitatif, 6) promosi kesehatan di lingkungan kerja, 7)
pencegahan kecelakaan kerja, 8) surveilans serta 9) pencatatan,
pelaporan dan dokumentasi.
e. Minute
Waktu pelaksanaan kegiatan tidak ada jadwal khusus.
f. Market
Sasaran utama dari program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yakni para pengusaha, pekerja serta lingkungan kerja di
wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh yang difasilitasi oleh pos-pos UKK
di setiap desa.
33

2. Proses
Program Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
masyarakat kerja di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh terbagi ke dalam
dua tahap, yakni tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Tahap
perencanaan meliputi: 1) pengumpulan data dasar mengenai kondisi
demografis dan geografis, 2) pemetaan jenis usaha masyarakat, jumlah
pekerja dan perkiraan faktor risiko dan besarnya masalah di lingkungan
kerja serta 3) penentuan prioritas sasaran yang didasarkan kepada jenis
usaha unggulan daerah di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh. Data
tersebut diperoleh dari data primer dan sekunder.
Tahap pelaksanaan meliputi: 1) sosialisasi mengenai K3 serta
potensi bahaya di lingkungan kerja kepada pengusaha dan pekerja, 2)
kunjungan lapangan untuk melakukan identifikasi serta menilai masalah
bahaya kesehatan dan lingkungan kerja, 3) menentukan langkah perbaikan,
pemeliharaan dan pemantauan kesehatan lingkungan kerja, 4) memfasilitasi
pembentukan pos-pos Unit Kesehatan Kerja (UKK) serta 5) memberikan
pelayanan K3 bagi pekerja yang tidak memiliki akses.
3. Output
Output yang dihasilkan dalam tahap perencanaan program
pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja ini berupa data pemetaan jenis
usaha masyarakat, jumlah pekerja dan perkiraan faktor risiko dan besarnya
masalah di lingkungan kerja, sedangkan output yang dihasilkan dalam tahap
pelaksanaan program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja berupa
terlaksananya program sosialisasi K3 di lingkungan kerja, terlaksananya
kunjungan lapangan untuk mengidentifikasi masalah bahaya kesehatan,
terbentuknya pos-pos Unit Kesehatan Kerja (UKK) masyarakat serta
tercapainya pelayanan kesehatan K3 bagi pekerja yang meliputi screening
dan diagnosis dini, pengobatan dan rehabilitasi.
Salah satu output dari program pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3), yakni pembentukan pos Unit Kesehatan Kerja
(UKK) di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh baru mencapai 14,28% dari
target 100%. Dari 7 desa yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas
34

1 Sumpiuh, baru terbentuk 1 buah pos UKK, yakni pos UKK di Desa
Ketanda yang merupakan pengembangan dari paguyuban penderes di desa
tersebut.
4. Effect
Upaya pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas 1 Sumpiuh diharapkan dapat
menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja untuk berhimpun dan
memberdayakan dirinya serta menciptakan lingkungan dan perilaku kerja
masyarakat yang aman, sehat dan nyaman serta minim faktor risiko penyakit
akibat pekerjaan.
5. Outcome (Impact)
Upaya pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja masyarakat yang
diselenggarakan oleh Puskesmas 1 Sumpiuh dalam jangka panjang
diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
masyarakat pekerja, menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
nyaman serta menurunkan angka kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh.

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisa Strength, Weakness, Opportunity, Threat)


1. Strength
1) Adanya 3 orang dokter sebagai tenaga medis yang mampu memberikan
pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) kepada masyarakat,
terutama pelayanan kesehatan umum, kuratif dan rehabilitatif.
2) Adanya 1 orang koordinator program pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh.
3) Terdapat 1 orang dokter yang telah tersertifikasi hiperkes.
4) Puskesmas 1 Sumpiuh memiliki tingkat kepercayaan yang baik dari
masyarakat Sumpiuh, sehingga mempermudah puskesmas untuk
menyelenggarakan kegiatan yang perlu melibatkan peran serta
masyarakat.
5) Adanya alokasi dana untuk kegiatan program Puskesmas I Sumpiuh
yang berasal dari BLUD dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
35

2. Weakness
1) Belum terbentuknya struktur dan unit kerja dalam menjalankan
program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2) Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas
mengenai pelaksanaan program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi masyarakat yang diselenggarakan oleh Puskesmas 1
Sumpiuh.
3) Pemegang program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang masih merangkap jabatan di bidang lain.
4) Belum optimalnya proses pengumpulan data dasar mengenai pemetaan
jenis usaha masyarakat, jumlah pekerja, faktor risiko di lingkungan
kerja serta analisis besar masalah di lingkungan kerja sehingga
pelayanan K3 oleh puskesmas masih lebih dititikberatkan pada tahap
kuratif dibandingkan promotif dan preventif.
5) Program pelayanan K3 masyarakat merupakan program pengembangan
Puskesmas 1 Sumpiuh yang relatif baru dicanangkan sehingga belum
banyak kegiatan yang terealisasi.
3. Opportunity
1) Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh puskesmas menjadikan masyarakat di sekitar wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh lebih mudah untuk diajak berpartisipasi dalam
kegiatan puskesmas.
2) Adanya potensi kerjasama lintas sektoral seperti dinas kesehatan,
kepala desa, ketua RW dan ketua RT dalam melaksanakan program
pelayanan K3.
3) Telah munculnya kesadaran sebagian masyarakat pekerja untuk
membentuk paguyuban penderes di Desa Ketanda, Kecamatan
Sumpiuh yang bisa dibina dan dikembangkan oleh Puskesmas 1
Sumpiuh untuk menjadi model dan tolok ukur bagi pembentukan dan
pengembangan paguyuban pekerja dan pos UKK lainnya.
4) Adanya Keputusan Menteri Kesehatan RI no:
HK.02.02/Menkes/52/2015 yang di dalamnya menyebutkan tentang
36

Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 10% yang diamanatkan untuk


keperluan program kesehatan di desa.
4. Threat
1) Banyaknya masyarakat yang bekerja di sektor informal dan
ketidakpastian status pekerjaan menyulitkan proses pengumpulan data
dasar mengenai jenis usaha masyarakat, jumlah pekerja, serta faktor
risiko di lingkungan kerja..
2) Ketidakpahaman dan kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat
pekerja tentang pentingnya penerapan prinsip K3 dalam pekerjaan dan
lingkungan kerjanya.
3) Kurangnya kesadaran sebagian masyarakat pekerja untuk berhimpun
dan memberdayakan diri mereka melalui sebuah perkumpulan /
paguyuban.
37

IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF


PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Upaya kesehatan kerja di puskesmas bertujuan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
penyakit akibat kerja. Upaya kesehatan kerja yang diselenggarakan oleh
puskesmas meliputi seluruh pekerja dari sektor formal maupun informal,
serta orang-orang selain pekerja yang berada atau tinggal di sekitar
lingkungan kerja. Setiap pekerja perlu diberikan perlindungan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) dengan tujuan meningkatkan kemampuan
pekerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status
kesehatan dan produktivitas kerja.
Penyelenggaraan program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh masih memiliki banyak keterbatasan.
Setiap desa di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh yang ditargetkan
memiliki 1 buah pos UKK masih belum dapat terrealisasi. Dari 7 desa di
wilayah kerjanya, baru terdapat 1 buah pos UKK binaan Puskesmas 1
Sumpiuh, yakni pos UKK di Desa Ketanda yang merupakan pengembangan
dari paguyuban penderes di desa tersebut. Pencapaian tersebut baru
mencapai angka 14,28% dari target puskesmas sebesar 100%. Pos UKK di
Desa Ketanda merupakan pengembangan dari paguyuban penderes yang
baru dirintis pada tahun 2016.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan pendekatan SWOT
terhadap program pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
pembentukan pos Unit Kesehatan Kerja (UKK) di wilayah kerja Puskesmas
1 Sumpiuh, didapatkan beberapa permasalahan yang menyebabkan program
tersebut belum berjalan dengan baik. Permasalahan-permasalahan tersebut
meliputi keterbatasan SDM, kurang optimalnya proses pengumpulan data
serta arahan kerja yang belum sepenuhnya jelas. Permasalahan-
permasalahan ini disebabkan terutama karena program pelayanan K3 di
Puskesmas 1 Sumpiuh merupakan program pengembangan puskesmas yang
38

baru dirintis sehingga masih banyak keterbatasan dalam pelaksanaannya,


antara lain belum terbentuknya sebuah tim yang bertugas mengelola
program tesebut.
Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen penting dalam
melaksanakan suuatu program, baik dari kuantitas maupun kualitasnya.
Sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan atau
bersertifikasi K3 dianggap memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
perencanaan dan pelaksanaan program K3. Terbatasnya jumlah SDM yang
berlatarbelakang pendidikan / tersertifikasi K3 menyebabkan perencanaan
dan pelaksanaan program tidak berjalan dengan baik.
Meskipun terdapat keterbatasan dalam pelaksanaannya, program
pelayanan K3 di Puskesmas 1 Sumpiuh sudah mulai diinisiasi dengan
mengikutsertakan tim promosi kesehatan untuk melakukan pembentukan
pos-pos Unit Kesehatan Kerja (UKK) di masyarakat. Pos UKK ini terdiri
dari kader-kader yang secara sukarela bertugas untuk meningkatkan
kesehatan diri dan kelompoknya. Pos UKK yang sudah dibentuk nantinya
berfungsi sebagai fasilitator masyarakat pekerja untuk mendapatkan
pembinaan skill, pemberdayaan ekonomi serta akses pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan oleh puskesmas.
Pos UKK bisa dikembangkan dari organisasi pekerja yang
sebelumnya telah terbentuk di masyarakat, misalnya paguyuban pekerja.
Salah satu model pos UKK yang sudah terbentuk, dikembangkan dari
paguyuban pekerja yang sudah ada sebelumnya di wilayah kerja Puskesmas
1 Sumpiuh, yakni paguyuban penderes di Desa Ketanda. Meskipun baru
secara resmi dirintis dan ditetapkan sebagai pos UKK binaan Puskesmas 1
Sumpiuh, namun pos UKK tersebut merupakan bukti nyata kesadaran
masyarakat pekerja untuk berorganisasi dan memberdayakan diri mereka
sendiri untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih baik. Momentum
seperti contoh di atas semestinya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
puskesmas untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh.
39

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh Puskesmas 1
Sumpiuh untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan dan keselamatan
kerja antara lain:
1. Membentuk tim pemegang program pelayanan K3 di Puskesmas 1
Sumpiuh yang solid.
2. Memberikan arahan dan melibatkan perangkat desa di wilayah
kerja Puskesmas 1 Sumpiuh untuk turut serta dalam proses
pengumpulan data dasar mengenai pemetaan jenis usaha
masyarakat, jumlah pekerja, faktor risiko di lingkungan kerja serta
analisis besar masalah di lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mempermudah
proses pelaksanaan program kesehatan.
4. Membuat Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pelaksanaan program.
5. Menginisiasi pembentukan paguyuban-paguyuban masyarakat
pekerja di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh.
6. Menjaring dan membina paguyuban-paguyuban masyarakat
pekerja yang telah ada di wilayah kerja Puskesmas 1 Sumpiuh
sebagai bibit pembentukan pos Unit Kesehatan Kerja (UKK).
7. Memberikan edukasi kepada masyarakat pekerja mengenai
pentingnya berhimpun dan memberdayakan diri serta penerapan
prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja di lingkungan kerjanya.
8. Membantu advokasi penggunaan ADD sebanyak 10% untuk
kepentingan pembangunan kesehatan desa melalui program-
program puskesmas.
40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program pengembangan Puskesmas 1 Sumpiuh berupa pelayanan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) belum berjalan dengan baik. Hal ini
dapat dilihat dari output pembentukan pos Unit Kesehatan Kerja (UKK)
yang baru mencapai 14,28% dari target 100%.
2. Faktor-faktor atau kendala yang menyebabkan program pelayanan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskesmas 1 Sumpiuh belum
berjalan baik antara lain: terbatasnya kuantitas dan kualitas sumber daya
manusia, belum terbentuknya struktur organisasi pemegang program yang
solid, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai K3,
serta belum optimalnya proses pengumpulan data dasar mengenai pemetaan
jenis usaha masyarakat, jumlah pekerja, faktor risiko di lingkungan kerja
serta analisis besar masalah di lingkungan kerja.
3. Program pelayanan K3 di Puskesmas 1 Sumpiuh merupakan program
pengembangan puskesmas yang baru dirintis sehingga masih banyak
keterbatasan dalam pelaksanaannya.

B. Saran
1. Mengintensifkan rapat koordinasi untuk mempersiapkan pembentukan tim
pemegang program pelayanan K3 di Puskemas 1 Sumpiuh.
2. Melengkapi syarat-syarat administrasi dan menetapkan arahan kerja
pelaksanaan program sebagai pedoman dalam menjalankan program
pelayanan K3 di Puskesmas 1 Sumpiuh.
3. Memperkuat hubungan dan kerjasama lintas sektoral.
4. Melakukan evaluasi rutin terhadap program pelayanan K3 untuk memantau
perkembangan program.
41

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan


nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2014 – 2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan


nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Puskesmas 1 Sumpiuh. 2015. Profil Puskesmas 1 Sumpiuh

Anda mungkin juga menyukai