Latar Belakang
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota
di Indonesia. Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2008 total
timbulan sampah seluruh Indonesia mencapai 38,5 juta ton/tahun hanya 13,6 ton/tahun
sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). dari total jumlah penduduk 232,7
juta penduduk yang terlayani hanya 130,3 juta penduduk atau sekitar 56% (Statistik
Persampahan Domestik Indonesia tahun 2008). Saat ini Indonesia menempati statistik
produksi sampah nomor 2 di dunia setelah China. Salah satu bentuk upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi dan mengelola persoalan mengenai sampah
adalah dengan program pengelolaan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud
meliputi kegiatan pembatasan timbunan sampah, daur ulang sampah, dan pemanfaatan
sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi pemilahan dalam
bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenisnya serta pengelolaan
sampah organik rumah tangga menjadi kompos cair. Pengelolaan sampah tidak hanya
menjadi kewajiban pemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagai penghasil
sampah juga harus bertanggung jawab menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ini
berarti harus ada kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat
dalam mengatasi permasalahan sampah. Untuk mengatasi masalah dibutuhkan program-
program pengelolaan sampah agar tidak hanya menjadi timbunan sampah di TPA, tetapi
menjadi sesuatu barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual.
Permasalahan
Berdasarkan survey PHBS yang telah dilakukan, saat ini di Desa Kedungboto cakupan
perilaku pengelolaan sampah masih rendah, yaitu 57,11%. Banyak masyarakat yang belum
mempunyai tempat pembuangan sampah yang memadai dan masih banyak yang
membuang sampah di sungai. Pengelolaan sampah organik menjadi kompos cair belum
banyak dilakukan oleh masyarakat.
Tujuan :
1. Memberikan pengetahuan mengenai sampah dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
sampah
Masyarakat cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan masyarakat
saat dilakukan sesi tanya jawab. Dukungan dari tokoh masyarakat di Desa sangat
berpengaruh untuk memulai pengelolaan sampah rumah tangga oleh masing-masing warga.
Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan, kendala di masyarakat adalah belum ada sarana
untuk pembuangan sampah umum, sampah hanya dikumpulkan lalu dibuang ke sungai atau
ke lahan kosong di dekat sungai.
Latar Belakang
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota
di Indonesia. Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2008 total
timbulan sampah seluruh Indonesia mencapai 38,5 juta ton/tahun hanya 13,6 ton/tahun
sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). dari total jumlah penduduk 232,7
juta penduduk yang terlayani hanya 130,3 juta penduduk atau sekitar 56% (Statistik
Persampahan Domestik Indonesia tahun 2008). Saat ini Indonesia menempati statistik
produksi sampah nomor 2 di dunia setelah China. Salah satu bentuk upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi dan mengelola persoalan mengenai sampah
adalah dengan program pengelolaan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksud
meliputi kegiatan pembatasan timbunan sampah, daur ulang sampah, dan pemanfaatan
sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah yang dimaksud meliputi pemilahan dalam
bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenisnya serta pengelolaan
sampah organik rumah tangga menjadi kompos cair. Pengelolaan sampah tidak hanya
menjadi kewajiban pemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagai penghasil
sampah juga harus bertanggung jawab menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ini
berarti harus ada kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat
dalam mengatasi permasalahan sampah. Untuk mengatasi masalah dibutuhkan program-
program pengelolaan sampah agar tidak hanya menjadi timbunan sampah di TPA, tetapi
menjadi sesuatu barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual.
Permasalahan
Berdasarkan survey PHBS yang telah dilakukan, saat ini di Desa Limbangan cakupan
perilaku pengelolaan sampah sudah baik yaitu 91,35%. Namun, masyarakat belum
mempunyai tempat pembuangan sampah akhir yang memadai. Pengelolaan sampah organik
menjadi kompos cair belum banyak dilakukan oleh masyarakat.
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Tujuan :
1. Memberikan pengetahuan mengenai sampah dan penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
sampah
Pelaksanaan
Masyarakat cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan masyarakat
saat dilakukan sesi tanya jawab. Dukungan dari tokoh masyarakat di Desa sangat
berpengaruh untuk memulai pengelolaan sampah rumah tangga oleh masing-masing warga.
Menurut Ramaiah (2005), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu: sanitasi yang buruk,
fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi yang buruk (tidak mencuci tangan
sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Berdasarkan penelitian Evayanti, dkk
(2014), ditemukan sekitar 15% saja anakanak usia pra sekolah yang mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan setelah makan. Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan
penting dalam pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah
transmisi mikroorganisme. Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara signifikan
menurunkan infeksi.4 Sekitar satu dari tiga infeksi dapat dicegah dengan meningkatkan
praktik kebersihan tangan, baik dengan mencuci tangan atau membunuh kuman dengan
cairan antiseptik (handrub).5
Permasalahan
Temuan penyakit diare di Jawa Tengah tahun 2017 adalah 924.962 kasus. Tahun
2017 terjadi 21 kali KLB Diare yang tersebar di 12 provinsi, termasuk Jawa Tengah. Jumlah
penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%). Penyakit ini dapat dicegah
dengan tindakan cuci tangan pakai sabun.
Bentuk kegiatan : Penyuluhan Diare dan CTPS di Sekolah Dasar Negri Desa Banteng
Tujuan :
2. Memberikan pengetahuan mengenai cara pencegahan diare melalui cuci tangan dengan
sabun
3. Melakukan praktik cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar
Peserta : Kepala sekolah SDN Banteng, Guru SDN Banteng, Kader Desa Banteng, Bidan Desa
Banteng, Murid kelas 2,3,4 SDN Banteng.
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan penyuluhan mengenai diare dan cuci tangan pakai sabun. Materi
yang diberikan berupa pengertian diare, penyebab, cara mengobati diare dan cara
pencegahan diare dengan CTPS. Murid – murid diajak bersama-sama mempraktekkan
langkah cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar dan mengajarkan kepada orang lain.
Murid – murid cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan murid –
murid saat dilakukan sesi tanya jawab dan praktek cuci tangan pakai sabun. Dukungan dari
Guru - guru sangat berpengaruh untuk memulai kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan
penyediaan sarana cuci tangan di tempat sekolah.
4. PENYULUHAN DIARE DAN CTPS DI SDN 02 DESA PUJUT
Menurut Ramaiah (2005), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu: sanitasi yang buruk,
fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi yang buruk (tidak mencuci tangan
sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Berdasarkan penelitian Evayanti, dkk
(2014), ditemukan sekitar 15% saja anakanak usia pra sekolah yang mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan setelah makan. Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan
penting dalam pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah
transmisi mikroorganisme. Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara signifikan
menurunkan infeksi.4 Sekitar satu dari tiga infeksi dapat dicegah dengan meningkatkan
praktik kebersihan tangan, baik dengan mencuci tangan atau membunuh kuman dengan
cairan antiseptik (handrub).5
Permasalahan
Temuan penyakit diare di Jawa Tengah tahun 2017 adalah 924.962 kasus. Tahun
2017 terjadi 21 kali KLB Diare yang tersebar di 12 provinsi, termasuk Jawa Tengah. Jumlah
penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%). Penyakit ini dapat dicegah
dengan tindakan cuci tangan pakai sabun.
Bentuk kegiatan : Penyuluhan Diare dan CTPS di Sekolah Dasar Negri 02 Desa Pujut
Tujuan :
2. Memberikan pengetahuan mengenai cara pencegahan diare melalui cuci tangan dengan
sabun
3. Melakukan praktik cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar
Waktu pelaksanaan : 3 Maret 2020 pukul 09.00-11.00
Peserta : Kepala sekolah SDN 02, Guru SDN 02, Kader Desa Pujut, Bidan Desa Pujut, Murid
kelas 2,3,4 SDN 02.
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan penyuluhan mengenai diare dan cuci tangan pakai sabun. Materi
yang diberikan berupa pengertian diare, penyebab, cara mengobati diare dan cara
pencegahan diare dengan CTPS. Murid – murid diajak bersama-sama mempraktekkan
langkah cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar dan mengajarkan kepada orang lain.
Murid – murid cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan murid –
murid saat dilakukan sesi tanya jawab dan praktek cuci tangan pakai sabun. Dukungan dari
Guru - guru sangat berpengaruh untuk memulai kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan
penyediaan sarana cuci tangan di tempat sekolah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.
PHBS juga akan berdampak terhadap kualitas lingkungan, menjadi lebih baik atau
sebaliknya. Dampak yang ditimbulkan oleh PHBS yang belum sesuai seperti yang diharapkan
inilah maka oleh pemerintah, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dijadikan prioritas pembangunan agar dapat ditangani secara serius. Pengelolaan sanitasi
lingkungan dikategorikan dalam 3 bidang penanganan yaitu di Bidang Air Limbah, Bidang
Drainase dan Bidang Persampahan. Mendukung Program Pemerintah Pusat yang
menyangkut sanitasi, yaitu Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi
PerKabupatenan (PPSP) 2010-2014 maka Provinsi Jawa Tengah secara intens dan serius
mengupayakan hal-hal yang mendukung berhasilnya program-program sanitasi yang dapat
diberlakukan secara maksimal. Di Jawa Tengah, PHBS menjadi salah satu indikator di dalam
menangani permasalahan kesehatan masyarakat maupun lingkungan bersih menuju hidup
sehat. PHBS yang belum sesuai dengan yang diharapkan, misalnya BABS (Buang Air Besar
Sembarangan), membuang sampah sembarangan dan lain-lain akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan lingkungan yang mendasar. Permasalahan-permasalahan
sanitasi yang ada di Jawa Tengah dapat dilihat dari data penduduk di Jawa Tengah dengan
jumlah keluarga yang didata sebanyak 57.375 keluarga yang tidak memiliki jamban sehat
sekitar 25% ( ketersediaan Jamban sehat sebanyak 9.356 keluarga), pengelolaan air limbah
sehat hanya mencapai sekitar 0,77% (ketersediaan jumlah pengelolaan limbah sehat 287).
Permasalahan
Banyak masyarakat yang belum mengetahui pentingnya jamban yang sehat dan
belum mempunyai Jamban yang memadai serta masih banyak yang buang air besar di
sungai.
Tujuan :
1. Memberikan pengetahuan mengenai penyakit yang dapat ditimbulkan akibat buang air di
sungai
2. Memberikan Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terutama yang
berkaitan dengan pentingnya buang air besar di jamban yang sehat
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat terutama
yang berkaitan dengan buang air besar di jamban. Materi yang diberikan berupa pengertian
jamban yang sehat, jenis – jenis jamban, syarat – syarat jamban yang sehat, mengapa harus
memakai jamban, Bagaimana cara memelihara jamban yang sehat. Dilanjutkan dengan
pemberian materi mengenai penyakit yang ditimbulkan dari buang air besar di sungai. Di
akhir sesi terdapat tanya jawab antara peserta dan pemateri.
Masyarakat cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan masyarakat
saat dilakukan sesi tanya jawab. Dukungan dari tokoh masyarakat di Desa sangat
berpengaruh untuk memulai kebiasaan buang air besar di jamban oleh masing-masing
warga. Dievaluasi juga tiap bulan apakah pembuatan jamban di desa margosono sudah
selesai atau belum. Jika sudah selesai dibuat, dimonitor oleh kader apakah warga memakai
jamban tersebut atau tidak .
Menurut Ramaiah (2005), tingginya angka kejadian diare anak disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko diare yaitu: sanitasi yang buruk,
fasilitas kebersihan yang kurang, kebersihan pribadi yang buruk (tidak mencuci tangan
sebelum, sesudah makan, dan setelah buang air). Berdasarkan penelitian Evayanti, dkk
(2014), ditemukan sekitar 15% saja anakanak usia pra sekolah yang mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan setelah makan. Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan
penting dalam pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah
transmisi mikroorganisme. Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara signifikan
menurunkan infeksi.4 Sekitar satu dari tiga infeksi dapat dicegah dengan meningkatkan
praktik kebersihan tangan, baik dengan mencuci tangan atau membunuh kuman dengan
cairan antiseptik (handrub).5
Permasalahan
Temuan penyakit diare di Jawa Tengah tahun 2017 adalah 924.962 kasus. Tahun
2017 terjadi 21 kali KLB Diare yang tersebar di 12 provinsi, termasuk Jawa Tengah. Jumlah
penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%). Penyakit ini dapat dicegah
dengan tindakan cuci tangan pakai sabun.
Bentuk kegiatan : Penyuluhan Diare dan CTPS di Sekolah Dasar Negri 01 Desa Boja
Tujuan :
2. Memberikan pengetahuan mengenai cara pencegahan diare melalui cuci tangan dengan
sabun
3. Melakukan praktik cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar
Peserta : Kepala sekolah SDN 01, Guru SDN 01, Kader Desa Boja, Bidan Desa Boja, Murid
kelas 3,4,5 SDN 01.
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan penyuluhan mengenai diare dan cuci tangan pakai sabun. Materi
yang diberikan berupa pengertian diare, penyebab, cara mengobati diare dan cara
pencegahan diare dengan CTPS. Murid – murid diajak bersama-sama mempraktekkan
langkah cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar dan mengajarkan kepada orang lain.
Murid – murid cukup antusias terhadap kegiatan ini, terlihat dari keaktifan murid –
murid saat dilakukan sesi tanya jawab dan praktek cuci tangan pakai sabun. Dukungan dari
Guru - guru sangat berpengaruh untuk memulai kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan
penyediaan sarana cuci tangan di tempat sekolah.