Anda di halaman 1dari 46

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. SUGIH ISTRUMENDO ABADI

Higiene Industry

Kelompok 1

PESERTA PELATIHAN HIPERKES BAGI DOKTER/DOKTER PERUSAHAAN


 BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BANDUNG
KEMENTRIAN DAN KETENAGAKERJAAN R.I.
2019

Latar Belakang
Higiene industry adalah spesialisasi ilmu hygiene beserta
prakteknya dalam melaksanakan upaya pengenalan,
penilaian, dan pengendalian bahaya di lingkungan kerja
atau perusahaan.

Menurut OSHA, hygiene industry adalah ilmu dan seni


untuk mencegah, mengenali, mengevaluasi, dan
mengendalikan faktor-faktor di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan bahaya ataupun beban pada tenaga kerja.

Higiene industry menggunakan pendekatan teknik,


pendekatan administratif, dan metode lain seperti
penggunaan alat pelindung diri, desain cara kerja yang
aman untuk mencegah paparan berbagai bahaya di tempat
kerja.

Di Indonesia, upaya hygiene perusahaan dikembangkan


selaras dengan aspek ergonomi, kesehatan dan
keselamatan kerja, baik bagi segi keilmuan ataupun
penerapannya.
AIsnDitaeamrtnae adrtuaoi rpnai aKklea Lmna ebbnoetunrruai aOn rd
k daesdtuieksn ,t g1ea.r3dn6a a1pn asgte k1ma t bkeuenha a2ait kancep
kecelakaan kerja dan 160 tenaga
Kgeeantngeziananat gikoaenkcee(rIlLajaO k
aa)n n2 t 0fekerja
a ,lj,pd5
1rtd3aasakit iakibat
stear t 5ni 3 .g
r j a m /1ea0nn0i n8 kerja
1ga1
58ic 2 a, 7t d .0g70g 0am li endnduinvigiadg uaa.klidbuant ia

Dasar Hukum
 
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 
Undang-Undang Dasar RI 1945 pasal 27 ayat 2
 
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
 
Peraturan Pemerintah RI No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No 5 tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
 
Peraturan Menteri Keseshatan No 70 tahun 2016 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
Nilai Ambang Batas

Nilai ambang batas yang selanjutnya


disingkat NAB merupakan standa faktor
bahaya di tempat kerja
intensitas rata-rata sebagai dalam
tertentu yang dapat waktu
diterima
kerja tanpa mengakibatkan tenaga
penyakit
atau gangguan kesehatan sesuai
ketentuan jam kerja yang telah
ditentukan. NAB diklasikasikan
berdasarkan faktor hazard yang ada.

NAB Faktor Fisika

Iklim Kerja Nilai A m b a n g Batas Ikli m Kerja


 
NAB iklim kerja m enggunakan Indeks Suhu Basah
parameter ISBB sebagaimana Pengaturan
dan Bola (ISBB) oC
tercantum dalam Peraturan Menteri Waktu kerjasetiap jam
Ketenagakerjaan RI Nomor 5 tahun Beban Kerja
2018 pasal 8 dan 9 tentang
Ringa Sedan Sangat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja   Berat
Lingkungan Kerja, tercantum NAB n g Berat
iklim kerja dalam lampiran tabel 75% -100% 31,0 28,0 -
-
berikut : 50% - 75% 31,0 29,0 27,5 -
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
28,0
0% -25% 32,5 31,5 30,5
30,0

S u m b e r : P e rm e n a k e r N o . 5 Ta h u n 2 0 1 8
Kebisingan
 
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
 
Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 tahun 2018 pasal
10 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dan
Permenaker trans No 13 tahun 2011, berikut NAB kebisingan:
 
NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA).
 
NAB bising merupakan perlindungan tenaga kerja terhadap paparan bahaya
kebisingan di t em pa t kerjayaitu 85 dBA untuk 8 jam sehari tanpa alat pelindung
pendengaran, berikut tabel NAB kebisingan:

Waktu Pemajanan per Hari Intensitas Kebisingan

dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109

Nilai Ambang Batas Kebisingan 0,94 112


28,12 Detik  115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
S u m b e r : P e r m e n a k e r N o . 5 Ta h u n 2 0 1 8 0,44 133
0,22 136
0,11 139
Tidak Boleh 140
Nilai Ambang Batas Getaran
Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan
 Jumlah Waktu Nilai Percepatan
 
NAB getaran yang kontak langsung Pada
maupun tidak langsung pada seluruh Pemajanan per Hari FrekuensiDominan
m/det 2
tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter Kerja
per detik kuadrat (m/det2)

6 jam sampaidengan 8 5

 jam
4 jam dan kurangdari6 6

 jam
2 jam dan kurangdari 4 7

 jam
1 jam dan kurangdari 2 10

 jam
0,5 jam dan kurangdari 14

Su1m ba
j emr : P e r m e n a k e r N o . 5 T a h u n 2 0 1 8
Kurangdari 0,5 jam
20

Penerangan
 
Pencahayaan di tempat kerja adalah sesuatu yang memberikan terang atau
yang menerangi, meliputi Pencahayaan alami dan Pencahayaan Buatan.
Pencahayaan Buatan adalah Pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami.
Tingkat
 Jenis Kegiatan pencahayaan Keterangan
minimal (Lux)

Pekerjaan Ruang penimpanan dan ruang


kasar & tidak 100 peralatan/instalasi yang
terus-menerus memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan
kasar dan 200
kasar
terus-menerus

Pekerjaan kantor/administrasi, ruang


Pekerjaan
Klasifkasi Intensitas 300 kontrol dan pekerjaan mesin dan
rutin
Cahaya Berdasarkan Jenis perakitan atau penyusun
Kegiatan Pembuatan gambar atau bekerja dengan
Pekerjaan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau
500
agak halus pekerjaan dengan mesin

Pemilihan warna, pemrosesan, tekstil,


Pekerjaan
1000 pekerjaan mesin halus dan perakitan
halus
halus
1500
Pekerjaan (tidak Mengukir dengan tangan, pekerjaan
amat halus m enim bulkan mesin dan perakitan yang sangat halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat
detail m enim bulkan halus
bayangan)

NAB Faktor Kimia

NAB Kimia ditetapkan dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 5


tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
 Terdapat 3 kategori NAB, yaitu:
 
Nilai Ambang Batas Tertimbang Waktu
 Tenaga kerja selama 8 jam per hari atau 40 jam dalam seminggu diperkenankan
terpapar kadar rata-rata faktor kimia memapari pekerja.
 
Nilai Ambang Batas Pemaparan Singkat
Kadar faktor kimia yang boleh memapari pekerja dalam jangka waktu 15 meni t tanpa
menyebabkan gangguan berupa iritasi, kerusakan jaringan yang menahun/irreversible,
nekrosis (kematian jaringan).
 
Nilai Ambang Batas Tertinggi
Faktor kimia yang tidak boleh dilampaui setiap saat.
 
Nilai Ambang Batas faktor kimia dapat digunakan:
1. Sebagai standar untuk perbandingan.
2. Pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian.
3. Substansi bahan dengan yang kurang beracun.
4. Membantu menentukan gangguan kesehatan, timbulnya penyakit dan
hambatan esiensi kerja akibat faktor kimiawi.

Prol Perusahaan

PT. Sugih Instrumendo Abadi


Prol Perusahaan
 
Nama Perusahaan : PT. Sugih Instrumendo Abadi
 
Alamat perusahaan : Jalan tembokan RT 01/ RW 01, cipeundeuy, Padalarang, Bandung,
Provinsi Jawa Barat, 40553
  
 Jenis usaha : Industri alat kesehatan
  
 Jumlah karyawan : 383 orang yang terdiri dari laki-laki273 orang dan perempuan 110
orang
Waktu kerja : 8 jam atau 40 jam per minggu
 

 
Asuransi karyawan : BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, Jaminan hari tua, Asuransi
Mandiri In Health
Kelembagaan P2K3: Ketua, sekertaris, dan 14 orang anggota yang tersebar ke
 

setiap divisi
Sertikasi Perusahaan: sertikat ISO 13485: 2016 quality managem ent certication, CE 0044
 

product certication for europe community, dan US FDA 510-K certication for American
Marketdan memilikiahli K3 Um u m bersertikat, ahli K3 Kebakaran bersertikat, Ahli k3
kimia bersetikat, dan dokter hiperkes bersertikat.

Alur Produksi

Quality Quality
Gudang Perakit an
Cont rol Cont rol
Awal Akhir
Landasan Teori
  Higiene
Industri a. Denisi
 
Higiene industri merupakan satu ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
melakukan antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian terhadap faktor-faktor
lingkungan yang muncul di tempat kerja yang dapat menyebabkan pekerja sakit,
mengalami gangguan kesehatan dan rasa ketidaknyamanan baik diantara para
pekerja maupun penduduk dalam suatu komunitas.
b. Komponen
 
Konsep dalam higiene industri adalah bagaimana membatasi paparan hazard
yang diterima pekerja di tempat kerja.Pembatasan dilakukan melalui proses
antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian paparan hazard yang ada di
tempat kerja. Pendekatannya melalui usaha preventive untuk melindungi
kesehatan pekerja dan mencegah timbulnya efek yang ditimbulkan oleh bahaya
( hazard )

 
Proses dalam higiene industri meliputi:
1.Antisipasi: kemampuan untuk memperkirakan, memprediksi dan
mengestimasi bahaya (hazard) yang mungkin terdapat pada tempat kerja yang
merupakan konseksuensi dari aktivitas kerja.
2.Rekognisi: mengenal bahaya (hazard)lingkungan yang berhubungan dengan
pekerjaan dan pemahaman dari efek atau akibatnya terhadap para pekerja
maupun masyarakat disekitarnya.Bahaya-bahaya ( hazard ) yang terkait isu
higiene industri diantaranya:
 
Bahaya sik
 
Bahaya Kimia
 
Bahaya biologi
 
Bahaya Ergonomi
3. Evaluasi
 
Proses pengambilan keputusan yang hasilnya adalah tingkat bahaya
(hazard) dalam operasi indutri. Proses eveluasi digunakan sebagai
pendekatan dasar dalam menentukan tindakan pengendalian yang akan
diambil.pada tahap evaluasi ini dilakukan justikasi terhadap tingkat bahaya
yang ada dengan membandingkannya dengan standar ex : PEL, TLV dan
atau NAB
4. Pengendalian
  
 Tindakan pengendalian terhadap bahaya merupakan proses untuk
menurunkan tingkat risiko yang mungkin diterima oleh pekerja.

Pengendalian bahaya (hazard) yang dapat mempengaruhi kesehatan dibagi menjadi 3


kategori:

a) E n g i n e e r i n g c o n t r o l  
 
Meliputi cara pengendalian bahaya baik berdasarkan spesikasi saat menentukan
desain awal maupun dengan menerapkan metode substitusi, isolasi, memagari atau
sistem ventilasi.

b)   A d m i n i s t r a t i v e c o n t r o l  
 
Pengendalian melalui penjadwalan, yaitu mengurangi waktu bekerja para pekerja di
area kerja yang mengandung bahaya. Selain itu termasuk juga di dalam administrative
control adalah training yang memberikan pekerja kemampuan untuk mengenali bahaya
dan bekerja dengan aman melalui prosedur.

c)  Alat P e l i n d u n g D i r i ( A P D )
 
Pengendalian ini merupakan pegendalian terakhir pada hirarki pengendalian bahaya.
APD digunakan oleh pekerja untuk melindungi pekerja dari bahaya (hazard) yang
terdapat di lingkungan kerjanya.
Faktor Biologi
 
Faktor biologi secara u m u m adalah semua bentuk kehidupan atau semua mahluk
hidup dan produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Menurut Standar European Direct ive   No. 90/679, faktor biologi adalah
mikroorganisme yang secara genetik dapat dimodikasi, sel biakan atau human
endoparasite  yang mungkin dapat meni mbulkan reaksi infeksi, alergi atau toksisitas.

 
Faktor biologi dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur sebagai berikut:
1. Masuk ke dalam tubuh lewat jalur pernapasan karena udara yang terpapar oleh
faktor biologi.
2.  Jalur pencernaan melalui makanan yang terkontaminsasi oleh faktor biologi dan
kemudian termakan.
3. Melalui kulit tubuh yang luka atau terkena goresan.
4. Infeksi.

Klasikasi Faktor Biologi


 Yang termasuk faktor biologi adalah:
 
Mikroorganisme dan toksinnya seperti virus, bakteri, jamur dan produknya.
Dapat menyebabkan infeksi, i n f a m m a t o r y disease  atau reaksi alergi.
 
Anthropoda (crustasea, arachnid,   insect) gigitan atau sengatan dapat
menyebabkan inamasi kulit, intoksikasi sistemik, reaksi alergi.
 
Bahan, aergen, dan toksin dari tumbuhan tingkat tinggi, dapat menyebabakan
dermatitis kontak, alergi rhinitis, asma akibat inhalasi.
 
Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah ( lichen, liverwort ,   pakis) dan
hewan invertebrata (parasit seperti : protozoa, atworm seperti : schistosoma dan
roundworm  seperti ascaris ).
Mikroorganisme
 
Mikroorganisme adalah sekelompok organisme yang terdiri dari bermacam-macam
 jenis, ada yang bersel tunggal ada pula yang berbentuk cluster.   Sangat sedikit
sekali tempat dimuka bumi yang tidak ditempati oleh mikroorganisme, karena
mikroorganisme mempunyai kemampuan menakjubkan dalam proses metabolik
dan mampu menghasilkan energi. Tetapi pada kondisi tertentu mikroorganisme
dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan dan bahkan kematian.
1. Bakteri
2. Virus
3.  Jamur
4. Parasit

Menurut T h e U n t e d C o n t r o l o f D i s e a s e C o n t r o l a n d P r e v e n t i o n (CDC)
faktor biologi dapat diklasikasikan ke dalam 4 level yaitu :
 
B i o S a f e t y level   I, kurang berbahaya ( M i n i m a l Hazard  )
  
 Tidak berbahaya (risiko rendah)
 
Contoh : bacillus subtilis, canine hepatitis, eschericia coli,
varicella.
 
B i o S a f e t y level   II, lebih berbahaya ( O r d i n a r y Risk )
 
Lebih berbahaya dari BSL – 1
 
Contoh : hepatitis, infuenza A, HIV/AIDS, salmonella
 
B i o S a f e t y level    III beresiko tinggi dan infeksius ( h i g h e r risk    dan
infeksius)
 
Dapat menyebabkan kematian (fatal)
 
Contoh : antrax, SARS virus, TBC, thypusyellow ever , malaria
 
B i o s a f e t y level  IV, sangat berbahaya ( e x t r e m e l y h a z a r d o u s )
 
Sangat berbahaya, dapat me m b un u h banyak orang, sulit diterapi
 
Contoh : ebola virus, Marburg virus, lassa virus
Pekerjaan yang Berisiko Terpapar Faktor
Biologi
 
Sektor pertanian
 
Produk
 
pertanian
 
Laboratorium
 
perawatan
hewan
 

Perawatan kesehatan (perawatan pasien, perawatan gigi)


Farmasi dan produk herbal
Perawatan dan penataan rambut

 
Laboratorium klinis dan laboratorium penelitian
 
Bioteknologi
 
Pusat perawatan hewan

Standar Faktor Biologi


Standar faktor biologi diatur dalam Permenaker no.5 tahun 2018
yaitu :
 
Bakteri  : 700 cfu/m 3  (batas maksimum) dan bebas mikroba
patogen
 
 Jamur : 1000 cfu/m 3  (batas maksimum)
Program Pengendalian Faktor Biologi
 
Program pengendalian faktor biologi di tempat kerja pada umumnya berupa:
 
Administrasi kontrol
 
Alat pelindung diri
 
Dilarang makan dan mi num di area kerja.
 
Menjaga kebersihan perseorangan.
 
Desinfeksi atau dekontaminasi secara teratur terhadap lantai, dinding, peralatan
dan lain-lain.
 
Program imunisasi bagi tenaga kerja
 
Memasang label tanda-tanda bahaya ditempat ya ng beresiko terpapar faktor
biologi
 
Melakukan training atau edukasi tentang K3 dan efek akibat terpapar faktor
biologi
 
Melakukan pengelolaan terhadap limbah.

Faktor
Fisik Radiasi
 
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari sumber
radiasi. Radiasi ada yang secara alami dan ada yang buatan, pemaparan
radiasi dalam jangka pendek maupun panjang dapat menimbulkan masalah
terhadap kesehatan. Oleh karena itu pemapaannya harus dapat
dikendalikan seminimal mungkin.
Efek radiasi terhadap kesehatan :
1. Kematian sel tubuh
2. Mual, muntah sakit kepala dan eritea yang imbul setelah 24 jam terkena radiasi
3. Sakit perut dan demam timbul setelah 2-3 hari pemaparan
4. Diare dan dehidrasi pada minggu ke2 setelah pemaparan
5.  Jika gejala diatas semakin parah dapat timbul perdarahan hebat menyebabkan
kematian terjadi pada minggu ke 4-6 setelah pemaparan

Upaya pengendalian paparan radiasi yang dilakukan di tempat kerja


adalah :
6. Mengisolasi peralatan dan daerah dengan cara penyekatan
7. Memaksimalkan jarak dengan menjauhkan tenaga kerja dari sumber radiasi
8. Membatasi waktu pemajanan
9. Pemasangan pagar, label dan tanda peringatan bahaya radiaasi
10. Pelatihan dan pengawasan

Kebisingan
 
Kebisingan adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran
melalui media elastis dan tidak dikehendaki. Kualitas bunyi ditentukan oleh
intensitas suara, frekuensi dan kecepatan nilai ambang batas kebisingan
adalah besarnya level suara dimana tenaga kerja masih berada dalam batas
aman untuk bekerja 8jam/harii atau 40 jam/minggu. Nilai ambang dengar
adalah suara yang paling lemah yang masih dapat didengar telinga.
Karakteristik bunyi :
Frekuensi
 
Frekuensi adalah jumlah uktuasi yang terjadi pada satu waktu. Telinga manusia dapat
merespon bunyi paling rendah pada 20 Hz dan paling tinggi 20.000 Hz.
Intensitas
 
Intensitas bunyi adalah besarnya energy yang digetarkan partikel udara yang ditangkap
ole telinga. Telinga manusia mempunyai ambang dengar terendah 0,00002 N/m 2   dan
aambang tertinggi 200 N/m 2 .
Kecepatan
 
Kecepatan gelombang tergantung jumlah panjang gelombang dan frekuensi. Panjang
gelombang merupakan alat yang berguna untuk mengontrol kebisingan dan dihitung
berdasarkan frekuensi dan velocity.

 Jenis-jenis kebisingan :
1. Kebisingan terus menerus ( Continuous/steady noise). Bising ini dihasilkan dari
mesin-mesin yang berputar ataupun udara yang keliar dengan tekanan tinggi
pada saluran yang sempit.
2. Kebisingan terputus-putus. Bising seperti pesawat terbang di udara.
3. Kebisingan menghentak. Bising seperti suara dentumn meriam, bom meledak.

Efek bising terhadap kesehatan


4. Kebisingan jangka panjang, menyebabkan kehilangan pendengaran permanen
atau ketulian.
5. Kebisingan jangka pendek, menyebabkan kehilangan pendengaran sementara.
Penurunan daya dengar terjadi dalam menit atau jam.
6.  Tinnitus
7.  Trauma akustik
8. Presbikusis
Getaran/vibrasi
 
Getaran adalah gerakan bolak balik linear yang berlangsung dengan cepat
dari suatu objek ke suatu titik.
 
Parameter getaran :
 
Frekuensi adalah jumlah suatu getaran yang dihasilkan per detik.
 
Simpangan (displacement) diukur dalan satuan met er
 
Kecepatan (velocity) adalah laju perubahan displacement dalam satuan waktu.
Satuan kecepatan adalah m/detik
 
Akselerai (percepatan) adalah laju perubahan velocity dalam satuan waktu.
Satuan akselerasi adalah m/detik 2 .

Parameter yang menyebabkan gangguan kesehatan tubuh akibat terpapar


getaran adalah sebagai berikut :
1. Lamanya waktu pemaparan
2. Frekuensi getaran, satuannya hertz. Efek vibrasi terhadap tubuh akan berbeda pada
frekuensi yang berbeda. Umumnya frekuensi yang sering dijumpai ditempat kerja
adalah 1 Hz s/d 5000 atau 10.000 Hz.
3. Amplitude getaran
4. Diukur dalam kecepatan m/detik) atau percepatan (m/detik 2 )

 Jenis getaran yang dapat memapari tenaga kerja ditempat kerja, yaitu :
 
Hand arm vibration atau vibrasi segmental
 
Biasanya getaranjenis ini dapat menyebabkan hand arm vibration syndrome pada frekuensi 5
Hz – 1500 Hz an sering juga terjadi pada frekuensi 125-300 Hz.
 
Whole body vibration/ getaran seluruh tubuh
 
Pada umumnya getaran seluruh tubuh mempunyai frekuensi 1-80 Hz. Dari eksperimen yang
dilakukan diperoleh fakta efek getaran seluruh tubuh dapat terjadi pada frekuensi dibawah
20Hz dan pada frekuensi 100 Hz tergantung pada factor amplitude, akselerasi, durasi dan arah
dari getaran.
Penerangan
 
Penerangan di t em p at kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda- benda di t em p at kerja. Penerangan berasal dari cahaya alami dan cahaya
buatan
 
Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
 
Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
 
Pencegahan kesilauan
 
Arah sinar
 
Warna
 
Panas
penerang
 
Pengaruh
an pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
terhadap ma ta sebagai akibat dari berkurangnya daya dan esiensi kerja
Kelelahan
 

keadaan
Memperpanjang waktu kerja
 

lingkunga
n
Kerusakan
 
indera ma ta
 
Kelelahan mental
 
Menimbulkan
terjadinya kecelakaan

 Jenis dan Sistem Pencahayaan


1. Pencahayaan alami
2. Pencahayaan buatan

 Jenis-Jenis Sistem
Pencahayaan
Beberapa jenis dan komponen
 

sistem pencahayaan m enurut


Lampu
Suhadri pijar bertindak sebagai badan abu-abu yang secara selektif memancarkan radiasi,
(2008):
 

dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak.


Lampu pijar (GLS)
 
Lampu tungsten – halogen
 
Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti
lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen.
 
Lampu neon
 
3 hingga 5 kali lebih esien daripada lampu pijar standar dan dapat bertahan 10 hingga 20
kali lebih awet.
Faktor Kimia
 
Bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap pekerjaan yang dilakukan
(penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan
pembangunan).
 
Secara u mu m bahaya yang dikandung bahan kimia bergantung pada sifat-
sifat sik, kimia dan racun dari setiap bahankimia yang bersangkutan.

Bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokan menjadi:


A. Bahan kimia berbahaya
B. Bahan kimia mudah meledak
C. Bahan kimia mudah terbakar
D. Bahan kimia beracun
E. Bahan kimia korosif 
F. Bahan kimia radioaktif G.
Bahan kimia oksidator
H. Bahan kimia reaktif 
I. Bahan reaktif terhadap
air
Kontaminan kimia dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur, yaitu :
Saluran pernapasan
 
Kontaminan seperti debu, uap, gas, aerosol dapat dengan m uda h masuk ke dal am tubuh lewat jalur
pernapasan
Kulit  
 
Kontaminan organik yang m u dah larut dalam lem ak dapat dengan m uda h masuk ke dal am tubuh
l ewat kulit
Mulut
 
Dapat masuk ke dalam tubuh apabila seseorang tenaga kerja m akan, merokok sementara
tangannya terkontaminasi oleh bahan kim ia atau makanan yang terkontaminasi.

Klasikasi berdasarkan pengaruh siologis dan patologis bahan kimia:


 
Irritatif (yang dapat m e n y e b a b k a n iritasi p ada kulit)
 
Asksia (yang dapat menyebabkan sesak atau nyeri saat bernapas)
 
Zat pembius (gangguan keseimbangan)
 
Bahan kimia beracun
 
Bahan kimia brotik(mengakibatkan terbentuk jaringan brotik co:silika, asbestos, dan debu kapas)
 
B ah an kimia karsinogenik (menigkatkan keaktifan sel tubuh)

Tata Rumah Tangga Tempat Kerja


  
 Tata rumah tangga ( hou se ke ep ing ) sering dianggap sebagai bagian dari
kcgiatan yang bersifat preventif dan juga sekaligus sebagai upaya
pengendalian. Namun, yang pasti penerapan tata rumah tangga yang baik
dan benar bila dipadukan dengan berbagai upaya perlindungan lainnya,
akan menghasilkan tempat dan lingkungan kerja yang aman, nyaman,
higienis serta tenaga keija yang sehat, selamat, produktif, dan sejahtera.
Pendekatan aspek tata rumah tangga juga tidak terlepas dari faktor
yang berkaitan dengan identikasi potensi bahaya seperti misalnya:
 
Desain/kontruksi yang tidak beraturan, tanpa pengaman
 
Perencanaan proses kerja tidak ada, kurang akurat
  
 Tempat kerja yang membahayakan, licin, lapuk, berkarat, ada tumpahan
cairan
Penanganan material, bahan kimia yang menyimpang dari prosedur
 

 
Lingkungan kerja yang kotor, kurang penerangan atau berventilasi buruk
  
 Tidak tersediannya alat pengaman atau pengendali misal perlindungan diri,
pemadam kebakaran
Interaksi manusia berupa sikap perilaku yang kurang mendukung, tidak
 

terampil/terlatih.

Beberapa contoh teknis yang perlu diterapkan, khususnya dalam upaya


pencegahan kecelakaan dan kebakaran:
 
Lantai  tempat kerja harus memiliki konstruksi yang mendukung pelaksanaan
proses produksi dan mempertimbangkan faktor beban, ketahanan, dan
pemeliharaan lantai serta keselamatan tiap orang yang berada di atasnya.
  
 Jalan, gang untuk lalu lalang harus bebas hambatan.
 
Tangga  sebaiknya memperhatikan prinsip ergonomis guna keselamatan,
kesehatan dan kenyamanan.
 
Pintu Darurat harus cukup jumlah, luas dan terletak pada lokasi yang tepat, dan
tentu saja bebas hambatan tidak terhalang barang dan terbuka lebar.
 
Penggunaan warna, merupakan salah satu upaya dalam penerapan tata rumah
tangga yang baik.
 
Tata letak dan kebersihan  seperti penempatan mesin, pesawat dam peralatan
yang diatur sedemikian rupa sehingga tidak menganggu arus produksi atau
kegiatan, tidak merupakan penghalang lalu lalang dan memudahkan pencarian bila
diperlukan.
Sanitasi Industri dan Limbah
 
Sanitasi industry adalah usaha yang dilakukan untuk memelihara, meningkatkan,
kebersihan dan kesehatan lingkungan industry termasuk cara-cara pengendalian dan
pemeliharaan faktor-faktor lingkungan kerja serta pengendalian terhadap
penyebaran penyakit menular, sehingga aktivitas produksi diharapkan tidak
memberikan dampak negative terhadap tenaga kerja, lingkungan kerja, serta
masyarakat disekitarnya.

Ruang lingkup :
 
Kebersihan u m u m
 
Penyediaan air
 
Sanitasi makanan
Pemeliharaan
 

 
fasilitas industry
Pencegahan dan
 

pembasmian
 

vector penyakit
Pembuangan limbah domestic dan idustri
 

Perlengkapan fasilitas hygiene perseorangan


Ketatarumah-tanggaan perusahaan

Pengelolaan limbah industry


 
Limbah industry adalah buangan yang keberadaannya ditempat ditempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak memiliki nilai
ekonomi. Limbah industry yang mengandung bahan pencemar bersifat
racun dan berbahaya termasuk kedalam limbah B3 yang merupakan bahan
dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak
lingkungan hidup dan sumber daya.
Klasikasi
 
Mempunyai nilai ekonomis, yaitu limbah yang dengan melakukan proses lanjut
akan memberikan nilai tambah
  
 Tidak mempunyai nilai ekonomis, yaitu limbah yang diolah dalam bentuk proses
apapun tidak dapat memberikan nilai tambah, tet api hanya dapat mempermudah
system pembuangan
Proses pengolahan
 
Secara sika
 
Sedimentasi, yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan secara gravitasi
 
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan aliran udara yang
dimasukkan ke dalam system.
 
Separasi minyak-air, yaitu memisahkan bagian terbesar minyak dari aliran limbah dengan prinsip
dasar perbedaan spesisitas gravities antara air dan minyak yang dibuang
 
Secara kimiawi
 
Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata menjadi gumpalan-gumpalan
yang cukup besar.
 
Netralisasi, yaitu proses menurunkan sifat asam atau basa dalam air
 
Secara biologi
 
  A e r o b i c s u s p e n d e d g r o w t h p r o c e s s , yaitu memasukkan air limbah ke reac tor concreate steel
eart hen t a nk dengan aliran konsentrasi yang sangat tinggi.
 
  A e r o b i c a t t a c h e d g r o w t h p r o c e s s , yaitu proses mikro organism dimasukkan ke dalam beberapa
media
 
  A e r o b i c l a g o o n s (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal untuk mengolah air
limbah dengan menggunakan proses alami dengan melibat ganggang dan bakteri.
 
  A n a e r o b i c l a g o o n s , yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa microbial aktif dalam lapisan
sludge

BAB II
Pelaksanaan

 
Hari dan Tanggal : Kamis, 1 9 September 2019
 
Waktu : Pukul 14.00 s.d.selesai
Faktor
Fsik
i Kebsin
igan
 
Dimana lokasi pengukuran kebisingan dilakukan?
 
Berapakah hasil pengukuran kebisingan tersebut?
 
Pada jam berapa pengukuran dilakukan?
 
Apakah yang merupakan sumber bising pada
 
lokasi tersebut?
Berapa lama pekerja tersebut terpapar oleh kebisingan di t empat tersebut
 
dalam 1 hari?
Apakah para pekerja terpapar dengan sumber kebisingan tersebut secara terus
 
menerus/terputua-putus/menghentak ?
Adakah gangguan yang timbul kepada pekerja akibat terpapar kebisingan
selama bekerja di tempa t tersebut? Dari segi faktor siologis (tanda-tanda
 
vital), psikologis, komunikasi dan pendengaran.
Pengendalian apa saja yang telah di lakukan dari segi teknis, administratif dan
medis untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dari faktor kebisingan?

Penerangan
 
Apakah nama alat yang digunakan untuk mengukur penerangan?
 
Apakah merk alat yang digunakan untuk mengukur penerangan?
 
Apakah model atau tipe alat yang digunakan untuk mengukur penerangan?
 
Berapa nomer seri pada alat yang digunakan untuk mengukur
 
penerangan?
 
Apakah sumber cahaya yang digunakan untuk menerangi ruangan pada perusahaan?
 
Dimana lokasi yang menjadi tempat pengukuran penerangan pada perusahaan?
 
Berapa intensitas penerangan umum pada perusahaan tersebut?
 
Berapa intensitas penerangan lokal pada perusahaan tersebut?
 
Apakah jenis penerangan yang digunakan pada perusahaan tersebut?
 
Apakah jenis lampu yang digunakan pada perusahaan tersebut?
 
Kapan tanggal dan waktu pengukuran penerangan dilaksanakan?
Apakah terdapat bagian atau ruang kerja yang memerlukan intensitas penerangan yang
 
tinggi?
Apakah pengendalian yang dilakukan oleh pegawai dan perusahaan terhadap iklim
kerja yang menyebabkan potensi bahaya?
Iklim Kerja
 
Bagaimana hasil pengukuran iklim kerja pada setiap divisi?
 
Apakah terdapat ruangan/bagian yang memiliki suhu ruangan yang tinggi ?
 
Apakah terdapat mesin yang menghasilkan suhu ruang yang menjadi
panas/meningkat ?
 
Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi iklim kerja?
 
Apakah terdapat ventilasi atau exhauster fan pada setiap divisi?
 
Pengendalian apa saja yang sudah dilakukan dalam mempertahankan iklim
kerja yang normal?
 
Apa saja yang dilakukan para karyawan untuk menghindari efek dari iklim
kerja panas?

Faktor Kimia
 
Apakah dalam alur produksi perusahaan terdapat bahan-bahan kimia yang
digunakan?
  
 Jika terdapat bahan kimia dalam proses produksi, apakah jenisnya,
bagaimana cara penanganan, penyimpanan dan pengangkutan bahan
kimia berbahaya?
 
 Jika ada, apa potensi bahaya yang bisa ditimbulkan?
 
Apakah potensi bahaya tersebut dapat mempengaruhi kinerja pegawai atau
perusahaan?
 
Apakah pengendalian yang dilakukan oleh pegawai dan perusahaan
terhadap faktor biologi yang menyebabkan potensi bahaya?
Faktor Biologi
 
Apakah terdapat faktor biologi yang dapat menimbulkan potensi bahaya?
 
 Jika ada, apa potensi bahaya yang bisa ditimbulkan?
 
Apakah potensi bahaya tersebut dapat mempengaruhi kinerja pegawai atau
perusahaan?
 
Apakah pengendalian yang dilakukan oleh pegawai dan perusahaan
terhadap potensi bahaya tersebut?

Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


 
Adakah P2K3 di perusahaan ini?
 
Apakah P2K3 dapat berjalan baik di perusahaan ini?
 
Kendala apa yang biasa ditemui sejauh ini?
 
Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja di perusahaan ini? Bagaimana peran
P2K3 saat itu?
 
Apakah di perusahaan terdapat kotak P3K?
 
Apa saja isi kotak P3K?
 
Apakah kotak P3K sudah sesuai dengan aturan hukum yang ada?
 
Apakah terdapat petugas P3K?
 
Apakah P2K3 pernah menjelaskan atau melakukan sosialisasi kepada tenaga
kerja mengenai hazard, risk, serta penanganannya?
 
Apakah P2K3 pernah menjelaskan atau melakukan sosialisasi kepada tenaga
kerja mengenai penggunaan APD?
Cont...
 
Bagaimana controlling tenaga kerja terkait dengan penggunaan APD?
 
 Jika tenaga kerja melakukan pelanggaran K3, apa yang dilakukan
perusahaan kepada tenaga kerja?
P2K3 wajib melakukan rapat evaluasi yang dilakukan setiap 3 bulan sekali,
 

apakah perusahaan ini melakukan hal yang serupa?


 
Apakah P2K3 pernah menjelaskan atau melakukan sosialisasi kepada tenaga
kerja mengenai K3? Apakah berkala?
 
Apa saja hambatan yang pernah dihadapi oleh P2K3?
 
Apakah terdapat ambulans yang dapat digunakan untuk melakukan
evakuasi?
 
Apakah P2K3 melakukan pengecekan APAR?

Sanitasi Industri
Kebersihan umum
 
Bagaimana pengelolaan kebersihan di dalam dan di luar perusahan ini? Di
luar perusahaan terutama menyangkut kebersihan halaman dan jalan-jalan
sekitar perusahaan. Di dalam perusahaan menyangkut lantai, dinding, atap
gedung, mesin-mesin serta alat-alat untuk bekerja, gudang untuk
menimbun barang serta bahan baku.
 
Berapa jumlah petugas kebersihan?

Sumber air
 
Sumber air domestic dan produksi berasal dari mana?
 
Apakah dilakukan pengolahan sumber air sebelum digunakan? Jika iya,
bagaimana pengeolahannya?
 
Apakah pernah dilakukan uji kualitas air ? Apakah dilakukan secara berkala ?
Sanitasi makanan
 
Bagaimana pengelolaan makanan untuk pekerja di perusahaan ini?
 
Bagaimana cara penyajian makanan di perusahaan ini?
 
Apakah pengelola makanan telah mendapatkan pengetahuan sanitasi dan guzi
kerja?
 
Apakah semua pengelola makanan terbebas dari penyakit menular?
 
Apakah tersedia tempat makan?
 
Apakah pernah terjadi keracunan makanan ?

Pemeliharaan fasilitas industry


 
Bagaimana perawatan pada fasilitas industry ?
 
Apakah dilakukan secara berkala ?
 
Pembasmian dan pencegahan vector
 
Bagaimana cara pembasmian vector yang ada di perusahaan ini ?
 
Bagaimana pencegahan vector yang ada di perusahaan ini ?

Higiene perorangan
WC
 
Berapa banyak
 
perusahaan
menyediakan wc ?
 

Bagaimana penempatan wc di lingkungan kerja?


 

Apakaha dipisahkan untuk laki-laki dan perempuan ?


 

Berapa kali dibersihkannya?


Apakah dilakukan secara berkala?
Laundry
 
Apakah disediakan tempat untuk ganti baju ?
 
Bagaimana pengelolaan baju pekerja ?
Tempat cuci tangan
 
Berapa banyak perusahaan menyediakan tempat cuci tangan ?
 
Apakah disertai sabun cuci tangan dan air mengalir ?
 
Apakah disediakan poster tentang cuci tangan ?

 Limbah
 
Apa saja limbah yang dihasilkan dari perusahaan ini? baik dari domestic
ataupun dari hasil produksi ?
 
Bagaimana cara pengelolaan dari setiap limbah?
 
Apakah ada team sanitasi? Jika ya, apa saja tugasnya di perusahaan?

BAB III
Hasil Pengukuran dan Pengamatan
Faktor Fisik 
 
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT SUGIH INSTRUMENDO ABADI
dari sebagian divisi didapatkan faktor sik yang meliputi hasil pengukuran,
pengamatan, dan pengendalian potensi bahaya iklim kerja.
 
Hasil Pengukuran dan Pengamatan Iklim Kerja sebagai berikut :

Hasil P e n g u k u r a n d a n P e n g a m a t a n Potensi Ba h ay a Iklim K e r j a

No Lokasi Parameter Jam Lama


Ta(0C) Tw(0C Tg RH(%) ISBB (0C) Pengukura pengukura
) (0C) n n

1 Quality 30,0 23,5 30.6 61 26,0 13.50 5 m enit


control 30,1 23,7 30,7 59 25,8 13.55 7 m enit
2 Area 31,1 23,6 31,7 58 26,1 14.02 5 m enit
perakitan 31,1 23,3 31,6 55 25,8 14.07 7 m enit
3 Produksi 30,5 23,7 30,4 59 25,7 14.14 5 m enit
hands rub 30,0 23,8 29,8 60 25,5 14.19 7 m enit
4 Produksi 29,0 27,0 29,0 43 23,2 14.33 5 m enit
assembling 28,3 24,0 27,9 45 22,7 14.38 7 m enit
komponen
5 Produksi 27,8 20,8 27,5 47 23,8 14.46 5 m enit
nebulizer 27,6 20,7 27,4 47 22,7 14.51 7 m enit
6 Area 31,9 23,6 23,6 59 26,1 15.01 5 m enit
welding
PVC
bladder
7 Latex 32,6 24,1 24,1 53 27,0 15.10 5 m enit
product

Interpretasi - >
Intepretasi Hasil P e n g u k u r a n d a n Pe ngama tanPotens i Ba ha y a I klim k e r j a
ISBB (0C)
Beban Keteranga
No Lokasi Hasil
Kerja NAB n
Pengukuran
1 Quality c ontrol Sedang 29.0 25.9 Sesuai
2 Area p erakitan Sedang 29.0 25.95 Sesuai
3 Produksi Sedang 29.0 25.6 Sesuai
hands rub

4 Produksi Sedang 29.0 22.95 Sesuai


assembling
komponen

5 Produksi Sedang 29.0 22.75 Sesuai


nebulizer

6 Area welding Berat 27.0 26.1 Sesuai


PVC bladder

7 Latex p roduct Berat 27.0 27.0 Sesuai

Hasil Pengukuran, Pengamatan, dan Pengendalian Potensi Bahaya


Penerangan
 
Nama Alat : Lux Meter Light Meter
 
Merk/Buatan : Luxtron
 
Model/Type : LX-1108
 
Nomor Seri : Q 628586
 
Sumber Cahaya: Buatan dan Alami
 
Adapun hasil pengukuran dan pengamatan penerangan sebagai berikut :
  Sumber Cahaya (Alami  Cuac
Intensitas  Jam + Buatan) dan jumlah a
Penerangan (Lux) Pengukuran lampu nyala dan mati (mendung,
Lokasi/Kode   cerah, hujan)
No
Lokasi Umum Lokal

1. Ruang 169 110 - 1 20 14.25 Alami d an b uatan Cerah


Produksi Latex (lampu lokal)/ lampu
gantung semuanya
dalam keadaan
menyala
2. Tempat Bag. Umum 16 - 3 6 14.35 Alami d an b uatan Cerah
Produksi gelap ( 0,2 (lampu lokal)/ lampu
( Bladder Cu) -0,6) gantung semuanya
Bag. Umum dalam keadaan
Terang ( 14- menyala
19)
3. Inspeksi 15- 3 6 14.45 Alami d an b uatan Cerah
Hasil P e n g u k u r a n d a n Komponen (lampu lokal), lampu
Stetoscope gantung semuanya
P e n g a m a t a n Potensi Ba h a y a ( QC) dalam keadaan
Penerangan menyala
 
4. Chest Piece   15- 32,2 14.55 Alami dan b uatan Cerah
  ( QC) (lampu lokal), lampu
gantung semuanya
dalam keadaan
menyala
 
5. Asembling   17-21 15.10 Alami d an b uatan Cerah
  Komponen (lampu lokal), lampu
Stetoscope gantung semuanya
dalam keadaan
menyala
 
6. Ruang Bag. Umum 7-11 15.20 Alami d an b uatan Cerah
Produksi Hand gelap ( 6,11) (lampu lokal), lampu
Scrubd Bag. Umum gantung semuanya
terang dalam keadaan
( 16,75) menyala
Interpretasi - >  
7. Produksi Bag. Umum 117 -124 15.30 Alami dan buatan Cerah

No. Lokasi Intensitas Keterangan


Intensitas Penerangan
Penerangan (Lux) yang
  Dipersyarat
kan
Umum Umum Lokal
Lokal

1. Ruang 169 110 Min. 200 - Tidak


Produksi Latex -120 Lux Sesuai
2. Gelap 16-36 Min. 200 Tidak Tidak
( 0,2-0,6) Lux Sesuai Sesuai
Tempat Terang
Produksi ( 14-19)
I nte rpr eta si hasil (Bladder Cu)
3. 130-200 15-36 Min. 200 Tidak Tidak
pengukuran dan Inspeksi Lux Sesuai Sesuai
pengamatan pencahayaan Komponen
Stetoscope
4. Chest Piece 130-200 15- Min. 200 Tidak Tidak
( QC) 32,2 Lux Sesuai Sesuai
5. 160-200 17-21 Min. 200 Tidak Tidak
Asembling Lux Sesuai Sesuai
Komponen
Stetoscope
6. Ruang Gelap 7-11 Min. 200 Tidak Tidak
Produksi Hand Lux Sesuai Sesuai
Scrubd ( 6,11)
Terang
( 16,75)
7. Produksi Gelap 117- Min.200 Lux Tidak Sesuai
Nebulizer ( 5,8) 124 Sesuai
Terang
( 17,01)
 Jam  Jumlah Tenaga
Lokasi Kebising Sumber
No. Kerja Terpapar
(Bagian). P e ng uk ur a n
an (dBA). . Bising (Alat). (Orang).

Mesin
Disperse
1. 98 14.35 pencampur 1
Area
zat kimia

Produksi Oven
2. 72 14.45 15
Latex vulkanisasi

Produksi
3. 63 14.55 Mesin P 10
Bladder Cu 
ress

Inspeksi
Hasil P e n g u k u r a n d a n Komponen Alat QC
4. 65 15.10 1
P e n g a m a t a n Potensi Ba h a y a Stetoscope komponent
(QC)
Kebisingan
Inspeksi
Alat QC
5. Chest Piece 64 15.20 1
komponen
(QC)

Assembling
Alat QC
6. Komponen 63 15.30 6
komponen
Stetoscope

Alat
Produksi
7. 64 15.40 perakitan 3
komponen
Nebulizer

F a k t o r Biologi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT Sugih Instrumendo Abadi dari semua divisi didapatkan

faktor biologi yang dapat menimbulkan potensi bahaya dan penyakit. Beberapa faktor biologi yang

ditemukan disajikan dalam tabel berikut:

Hasil P e n g a m a t a n d a n Pengendalian F a k t o r
Biologi
  Potensi Bahaya Efek Pengendalian oleh
Perusahaan
 
1. Nyamuk Gigitan nyamuk yang DBD a. Dilakukan fogging
mengandung setiap 1 bulan
plasmodium sekali
2. Tikus Air kencing tikus Leptospirosis b.Pemberian abate
Pemasangan perangkap
tikus yang diganti 2
kali
per minggu
 
F a k t o r Ki mi a

Hasil pengamatan di  beberapa divisi  tentang faktor kimia   PT.Sugih Instrumendo Abadi   Adapun hasil

pengamatannya:

Hasil P e n g a m a t a n d a n Pengendalian F a k t o r Ki mi a
Bahan kim ia Ya Tidak  

Bahan kimia mudah √


meledak Baha
n kimia mudah   √
terbakar
Bahan kimia beracun   √

Bahan kimia iritatif  √

Bahan kimia radioaktif    √

Bahan kimia oksidator   √

Bahan kimia korosif    √

Sanitasi d a n L i m b a h

A. Hasil Pe n g u k u r a n , P e ng a m at a n , d a n Pengendalian Potensi Ba h a y a Sanitasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT Sugih Instrumendo Abadi didapatkan hasil :

  Ya Tidak  

Dinding tidak basah dan lembab √


Ke b e r s i ha n u m u m Lantai/tempat kerja terbuat dari bahan keras, tahan √
air, dan tahan kimia yang tidak merusak dan tidak
licin
Alat dan bahan tersusun/ disimpan dengan rapi √

Lantai dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan √


dan dalam waktu tertentu

Halaman bersih, tidak becek, dan cukup luas √

Sampah dan bahan berbahaya terkumpul rapi √

Terdapat tempat sampah √

Sampah dibuang ke tempat sampah √

Tempat sampah tidak menjadi tempat sarang lalat √

Lantai dibersihkan pada waktu tertentu dan selalu √


bersih
Lantai, dinding, dan atap selalu bersih dan √
terpelihara
Terdapat tempat cuci tangan √

Terdapat sabun cuci tangan √


Higiene p e r o r a n g a n

MCK 

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di PT Sugih Instrumendo Abadi dari beberapa divisi didapatkan :

Hasil Pe n g a m a t a n M C K  
  Ya Tidak  

Letak langsung berhubungan dengan   √


tempat kerja
Dipisahkan perempuan dan laki-laki √
 Jumlah memadai √
Dibersihkan oleh petugas kebersihan √
Lantai licin, berlumut √
dan kotor
  √
Berbau √
Terdapat air bersih √
Terdapat
sabun

Te mp a t cuci tan gan

Hasil Penga matan Tempa t Cuci Ta n ga n

  Ya Tidak  
Terdapat tempat cuci tangan √

Terdapat sabun √

Perusahaan ini memiliki tempat khusus untuk cuci tangan di setiap tempat produksi. Pihak

 perusahaan juga menyiapkan tempat cuci tangan kering berupa hands rub yang tersebar di berbagai

titik di bagian produksinya.


S u m b e r Air

Hasil Pe n g a m a t a n Air Bersih

  Ya Tidak  
Air bersih untuk kebutuhan industri tidak √
berbau, dan tidak berwarna

Air bersih untuk kebutuhan kakus tidak √


berbau, berwarna

Air bersih untuk kebutuhan minum tidak √


berbau, berwarna

Control kualitas air minum √

Sanitasi Makanan
 
PT Sugih Instrumendo Abadi tidak menyediakan kantin untuk penyediaan
makan dan mi num untuk seluruh pegawai. Makanan dan minuman yang
disediakan dengan cara pegawai yang membeli sendiri atau membawa
bekal dari rumah. Pihak pabrik memberikan uang makan bersamaan
dengan gaji bulanan untuk staf dan gaji per dua minggu untuk pekerja
produksi.
Pe me l ih a r a a n Fasilitas I n du s t r i

Hasil P e n g a m a t a n Fasilitas I nd u s t r i

  Ya Tidak  

Tersedia alat-alat kebersihan √

Pemeriksaan mesin secara berkala √

Dinding, atap, lantai terpelihara √

Limbah
 
PT Sugih Instrumendo Abadi mengklasikasikan limbah ke dalam 2
golongan yaitu : limbah padat dan limbah cair. Limbah padat merupakan
hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang
berasal dari sisa proses pengolahan, sering juga disebut sebagai sampah.
Sedangkan limbah cair merupakan limbah dalam wujud cair yang di hasilkan
oleh kegiatan industri yang di buang ke lingkungan. Keduanya bekerjasama
dengan warga sekitar atau karang taruna, dan ada tempat / impal untuk
bahan cair. Sehingga limbah tersembut tidak mencemari lingkungan.
BAB IV
Pemecahan Masalah

Faktor Biologi
 
Pengendalian yang sudah dilakukan oleh PT. Sugih Instrumendo Abadi untuk
mengendalikan faktor biologi yang ada sudah sesuai dengan hazard yang
ada di tempat tersebut, PT. Sugih Instrumendo Abadi bekerja sama dengan
pihak ketiga dengan perusahaan pemberantas hama dimana dilakukan
fogging 1 kali sebulan untuk mengendalikan nyamuk dan pemasangan
perangkap tikus yang di cek setiap 2 kali seminggu, sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya penyakit Demam Berdarah dan Leptospira.
Faktor Fisik A.
Iklim
 
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara sesaat yang telah
dilakukan disetiap divisi yang dikunjungi, Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
berdasarkan hasil pengukuran tersebut iklim di PT. Sugih Instrumendo Abadi
sesuai dengan nilai ambang batas normal yang tercantum dalam
Permenaker No. 5 Tahun 2018.

B. Penerangan
 
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara sesaat yang telah
dilakukan disetiap divisi yang dikunjungi, pada beberapa ruangan
pengerjaan tidakter dapat atap yang tembus cahaya.
 
Selain itu juga dibagian samping gedung dilengkapi dengan jendela kaca
yang memungkinkan cahaya masuk. Serta pintu kedalam ruangan terbuka
sehingga banyak cahaya matahari yang cukup Kemudian untuk
pencahayaan buatan PT. Sugih Instrumendo Abadi menggunakan lampu neon
dan lampu tembak. Sehingga, ketika mesin tidak digunakan maka lampu
neon dimatikan untuk menghemat energi. Ruangan pengerjaan juga
terdapat lampu gantung yang dinyalakan saat jam kerja sudah dimulai.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas maka tenaga kerja sudah
mendapatkan penerangan yang cukup.
C. Kebisingan
 
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran kebisingan secara sesaat yang telah
dilakukan pada beberapa divisi di PT. Sugih Instrumendo Abadi memproduksi kebisingan.
 
Sebagian besar pekerja pada bagian-bagian tersebut bekerja selama delapan jam per
hari. Sebagian pegawai bekerja tanpa pengaturan shift, sementara beberapa divisi lain
bekerja dengan pengaturan shift. Padabagian disper se ar e a pekerja terpapar kebisingan
sekitar 10-15 detik setiap hari dalam waktu 1x24 jam yang bertujuan untuk menyalakan
dan mematikan mesin pencampur zat kimia, pekerja terpapar suara bising tanpa
menggunakan alat pelindung berupa earmu ataupun earplug.
 
Para pekerja mengatakan bahwa mereka tidak sedang mengalami gangguan
pendengaran akibat kebisingan di tempatkerja, namun beberapa orang pekerja memiliki
riwayat gangguan pada telinga berupa telinga yang berdenging dan nyeri pada kedua
telinga. Keluhan tersebut biasanya hilang dengan sendirinya.
 
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan dan berdasarkan teori
mengenai kebisingan, seluruh tenaga kerja diharapkan menggunakan ear m u  ketika
berada di sekitar alat yang menimbulkan bising sehingga tidak hanya pegawai yang
memegang alat saja yang terhindar dari bahaya kebisingan. Penggunaan A PD ear m u  ini
harus dtingkatkan, terlebih lagi dengan adanya riwayat nyeri ataupun denging telinga.

Faktor Kimia
 
Pengendalian yang dilakukan oleh PT. Sugih Instrumendo Abadi adalah dengan
cara pemeberian APD berupa sarung tangan dan sepatu khusus yang cukup tebal
pada setiap pekerja, namun belum ada sanksi yang diberikan industri tersebut
apabila ada pekerja yang tidak menggunakan APD. Telah tertera label pada setiap
 jerigen yang berisi Ethanol 96% dan Chlorhexidine glukonate yang sangat berguna
agar tidak terjadi kesalahan pengambilan bahan yang dapat membahayakan.
 
Penyimpanan bahan kimia dilakukan cukup baik dalam container besar yang ada di
dalam gudang khusus bahan Ethanol 96% dan Chlorhexidine glukonate. Disetiap
gudang di pantau suhunya untuk menghindari kenaikan suhu hingga tidak
mencapai titik didih dan titik api. Berdasarkan hasil pengamatan di atas maka
tenaga kerja sudah mendapatkan APD yang cukup.
P2K3
 
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di PT Sugih Instrumendo Abadi,
aplikasi P2K3 sudah mulai berjalan di perusahaan ini, dibagian keanggotaan P2K3
diberikan kepada bagian HRD dansudah terdapat dokter perusahaan dengan sertikasi
hiperkes umum. Narasumber mengatakan tugas untuk mengawasi keselamatan kerja,
penggunaan APD, dan bagian lain yang mencakup P2K3 dilakukan setiap hari oleh
anggota P2K3 di tempat produksi, dan dari hasil observasi kami ditemukan adanya
pekerja yang tidak menggunakan APD dalam bekerja. Saat bekerja, ketika terjadi suatu
kecelakaan, sudah terdapat pelaporan yang cukup baik. Tenaga kerja yang menjadi
korban dilakukan pertolongan pertama lalu diantar ke rumah sakit maupun klinik
pratama terdekat dengan menggunakan mobil operasional kantor yang selalu standby
selama jam kerja.
  Sosialisasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pun dilakukan oleh perusahaan,
penjelasan mengenai APD dan bahaya kerja diberikan saat pekerja mulai bekerja
diawal setelah penerimaan tenagakerja oleh tim HRD dan dilakukan sebanyak 1 kali
dalam setahun, sehingga pekerja terkontrol dengan baik dalam pelaksanaan kerjanya
apakah sikap kerjanya sudah aman atau tidak, kondisi lingkungannya sudah aman
atau tidak dan penggunaan APD sudah baik atau belum.

P2K3 cont..
 
Pengadaan kotak P3K juga dirasa memadai karena beberapa kotak P3K
tampak terisi penuh dan terdapat beberapa bahan yang ditambahkan
seperti untuk luka bakar ditambah bioplasenta. Peralatan P3K ini juga sering
dipergunakan oleh pekerja. Setiap kotak P3K tersedia disetiap bagian
produksi.
 
Pengadaan APAR sudah cukup banyakdengan poster petunjuk penggunaan
APAR bila terjadi suatu kebakaran. Alart kebakaran juga tersedia. Pintu
keluar darurat sudah cukup baik karena berukuran cukup besar dan terdapat
petunjuk yang bisa dilihat oleh pekerja.
Sanitasi dan Limbah
a. Sanitasi
 
Di perusahaan ini terdapat bagian u mu m untuk membersihkan pabrik.
Petugas kebersihan membersihkan lantai setiap hari. Kebersihan u m u m
lingkungan kerja juga dibantu oleh setiap pekerja yang berada di setiap
bagian, seperti menyapu dan mengumpulkan dan membuang limbah
produksi ketempat pembuangan sampah yang sudah di sediakan. Sanitasi di
PT Sugih Instrumendo Abadi sudah baik.

b. Limbah
 
PT Sugih Instrumendo Abadi mengklasikasikan limbah ke dalam 2 golongan
yaitu : limbah padat dan limbah cair. Limbah padat merupakan hasil
buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahan, sering juga disebut sebagai sampah.
Sedangkan limbah cair merupakan limbah dalam wujud cair yang di hasilkan
oleh kegiatan industri yang di buang ke lingkungan. Keduanya bekerjasama
dengan warga sekitar atau karang taruna, dan ada tempat / impal untuk
bahan cair. Sehingga limbah tersembut tidak mencemari lingkungan.
Penanganan limbah di PT. Sugih Instrumendo Abadi sudah cukup baik.
BAB V
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
 
Berdasarkan hasil pengamatan higiene industri PT SUGIH INSTRUMENDO
ABADI didapatkan hasil sebagai berikut:
 
Iklim kerja di perusahaan ini masih sesuai dengan NAB, Ventilasi
salah satunya didapatkan dari  AC dan blower   dari tiap bagain, ada
beberapa alat pengatur suhu yang terpasang di dinding tiap ruangan
untuk mencegah overheat   pada mesin produksi.
 
Faktor sik (cahaya) di perusahaan tersebut pada seluruh ruangan yang
diperiksa kecuali (produksi nebulizer) masih belum sesuai dengan NAB yang
dianjurkan sehingga perlu adanya sumber pencahayaan yang lebih baik.
 
Kebisingan terdapat pada pekerja bagian d i s p e r s e a r e a . pekerja
terpapar suara bising tanpa menggunakan alat pelindung berupa
earmu ataupun earplug.
 
Faktor biologi seperti nyamuk dan tikus yang berpotensi membahayakan di
tempat kerja ini sudah ditanggulangi oleh pihak perusahaan dengan
memasang perangkap tikus dan fogging minimal 1 bulan 1 kali.
 
Faktor kimia di perusahaan ini sudah diatas dengan penggunaan APD
berupa sarung tangan dan sepatu khusus yang cukup tebal pada setiap
pekerja, pelabelan pada bahan-bahan kimia dilakukan dengan baik,
Penyimpanan bahan kimia dilakukan cukup baik dalam kontainer besar yang
ada di dalam gudang khusus bahan Ethanol 96% dan Chlorhexidine
glukonate. Disetiap gudang di pantau suhunya untuk menghindari kenaikan
suhu hingga tidak mencapai titik didih dan titik api.
 
Pelaksanaan, pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan telah telah dilakukan. Sarana dan prasarana seperti
APAR, kotak P3K P3K juga dirasa memadai karena beberapa kotak
P3K tampak terisi penuh dan terdapat beberapa bahan yang
ditambahkan seperti untuk luka bakar ditambah bioplasenta.
 
Sosialisasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pun dilakukan oleh
perusahaan, penjelasan mengenai APD dan bahaya kerja diberikan saat
pekerja mulai bekerja diawal setelah penerimaan tenaga kerja oleh tim HRD
dan dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun

 
Kebersihan secara umum sebagian besar sudah baik karena ada
pemantuan dari pihak perusahaan.
 
Kebersihan perorangan, terdapat tempat khusus untuk cuci tangan di setiap
tempat produksi. terdapat juga hands rub yang tersebar di berbagai titik di
bagian produksinya
 
Perusahaan memiliki air berfungsi untuk pengisian WC dan lain-
lain. Air yang fungsional lainnya merupakan hasil olahan dari
sungai sekitar yang diolah oleh bagian WTP.
  
 Tersedia ruang makan namun makanan dan minuman disediakan dengan
cara pegawai yang membeli sendiri atau membawa bekal dari rumah. Pihak
pabrik memberikan uang makan bersamaan dengan gaji bulanan untuk staf
dan gaji per dua minggu untuk pekerja produksi.
Penanganan limbah bekerjasama dengan warga sekitar atau karang
 

taruna, dan ada tempat / impal untuk bahan cair. Sehingga limbah
tersembut tidak mencemari lingkungan.
Saran
 
Memberikan pengarahan kepada management agar memberikan sanksi
yang tegas terhadap pegawai yang tidak menggunakan APD dan
memberikan pengarahan kepada pegawai dalam penggunaan Alat
Pelindung Diri sehingga meminimalisir menimbulkan penyakit akibat kerja.
 
Pekerja di perusahaan tersebut sangat banyak dan dirasa perlu
pengawasan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Sosialisasi dan kontrol mengenai bahaya kerja dan penggunaan
APD juga harus lebih ditingkatkan.
 
Pengadaan dokter perusahaan sangat disarankan, sehingga pertolongan
pertama bagi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dapat segera
ditangani
 
Menambah jumlah pencahayaan diperlukan bagi pekerja
perusahaan dikarenakan kebanyakan ruangan yang ada tidak
mendapatkan sinar matahari yang cukup, sedangkan banyak
kegiaatan yang membutuhkan ketelitian dalam pengerjaaannya.

DAFTAR PUSTAKA
 
Modul pelatihan hiperkes dan K.K bagi dokter/dokter perusahaan, Bandung
 juli 2019, kementerian ketenagakerjaan RI
 
Budiono, Sugeng dkk. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Edisi Revisi. 2016.
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai