Anda di halaman 1dari 20

Objek Pengawasan Norma K3 Lingkungan Kerja

Objek pengawasan norma K3 lingkungan kerja dibagi menjadi tiga,


diantaranya,
1. Faktor bahaya lingkungan kerja
2. Bekerja pada ketinggian
3. Bekerja di ruang terbatas

1. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja


Faktor bahaya lingkungan kerja dibagi menjadi 5 faktor, diantaranya,
1. Faktor fisik
2. Faktor kimia
3. Faktor biologi
4. Faktor ergonomi
5. Faktor psikologi

1.1. Faktor Fisik


a. Kebisingan
Merupakan suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran karena merupakan bunyi
berintensitas tinggi.
Jenis Kebisingan
 Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi luas (steady, state, wide
band noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-
lain.
 Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state,
narrow band noise), misalnya gergaji serkuler, katup gas, dan lain-lain.
 Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, suara
pesawat terbang di lapangan udara.
 Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti tembakan bedil
dan meriam.
 Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

Norma Kebisingan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 5 menjelaskan bahwa NAB
kebisingan sebesar 85 dB. Angka tersebut dianggap aman untuk sebagian
tenaga kerja yang bekerja selama 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Berikut
merupakan tabel nilai ambang batas kebisingan,
N Waktu Intensitas
o Pemajana Kebisingan
n Sehari (dBA)
8 jam 85
Alat
2 4 jam 88
.
3 2 jam 91
.
4 1 jam 94
.
5 30 menit 97
.
6 15 menit 100
.
7 7,5 103
. menit
8 3,5 106
. menit
9 1,88 109
. menit

Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah sound level
meter.

b. Iklim Kerja
Merupaka hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam
peraturan ini adalah iklim kerja panas.
Norma Iklim Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 4 menjelaskan bahwa NAB iklim kerja
menggunakan parameter Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 1 Peraturan Menteri
sebagai berikut,

 Penetapan nilai ambang batas iklim lingkungan kerja dengan


mempertimbangkan alokasi waktu kerja dan istirahat dalam satu siklus
kerja (8 jam per hari) serta rata-rata laju metabolik pekerja serta nilai
koreksi pakaian kerja.
 Nilai Ambang Batas (NAB) iklim lingkungan kerja merupakan batas
pajanan iklim lingkungan kerja atau pajanan panas (heat stress) yang
tidak boleh dilampaui selama 8 jam kerja per hari.

Berikut merupakan tabel nilai ambang batas iklim kerja,

Pen ISBB (°C)


gatura Beban Kerja
n R S B
i e e
Waktu n d r
Kerja g a a
a n t
setiap n g
jam
75 3 2 -
%- 1 8
100% , ,
0 0
50 3 2 2
%- 1 9 7
75% . , ,
0 0 5
25 3 3 2
%- 2 0 9
50% , , ,
0 0 0
0%- 3 3 3
25% 2 1 0
, , ,
2 1 5
 ISBB untuk di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
 ISBB untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

Alat Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah heat stress meter.

c. Getaran
Gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari
kedudukan kesetimbangannya. Kesetimbangannya disini maksudnya
adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak
ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran mempunyai
amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama.
Jenis Getaran

 Getaran Bebas
Terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan
bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah memukul
garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik dari
keadaan setimbang lalu dilepaskan.
 Getaran Paksa
Terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada sistem
mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.

Norma Iklim Kerja


Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 6 dan 7 menjelaskan bahwa,
 NAB getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung
pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 meter per
detik kuadrat (m/det2).
 NAB getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada
seluruh tubuh ditetapkan sebesar 0,5 meter per detik kuadrat (m/det2).
 Getaran yang melampaui NAB, waktu pemaparan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I nomor 3 Peraturan Menteri
ini.

Nilai
J
kecepata
u
n pada
m
frekuens
l
i
a
dominan
h
M
e
w
t
a
e
k
r
t
u
p
e
p
r
e
m
d
a
e
p G
t
a r
i
r a
k
a v
n i
k
t
u
p a
a
e s
d
r i
r
a
h
t
a
r
(
i
m
/
k
d
e
e
r
t
j
2
a
)
4 4 0
,
j
a
m

d
a
n

k
u
r
a
4
n
0
g

d
a
r
i

j
a
m
2 6 0
,
j 6
a 1
m

d
a
n

k
u
r
a
n
g

d
a
r
i

j
a
m
1

j
a
m

d
a
n

k
u
0
r
,
a 8
8
n
1
g

d
a
r
i

j
a
m
K
u
r
a
n
g
1
d
1 ,
a
2 2
r
2
i

j
a
m

Alat Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur getaran adalah vibration meter.
d. Gelombang Mikro
Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (microwave) merupakan
radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 30 kilo hertz sampai 300 giga
herzt.
Norma Gelombang Mikro
Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 8 menjelaskan bahwa NAB radiasi
frekuensi radio dan gelombang mikro ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I nomor 4 Peraturan Menteri ini.

F
r
e
Kekuatan Kekuatan Waktu
k
Pemap
u
e (mW/cm2)
(menit)
n
s
i
3
0

k
H
z

1
0
0

k
H
z
1
0
0

k
H
z

M
H
z
1

M
H
z

3
0

M
H
z
3
0

M
H
z

1
0
0

M
H
z
1
0
0

M
H
z

3
0
0

M
H
z
3
0
0

M
H
z

G
H
z
3 33.878,
2/f
G
H
z

3
0

G
H
z
3 67,62/f
0

G
H
z

3
0
0

M
H
z

Alat Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur gelombang adalah optical power
meter.

e. Radiasi Sinar UV
Merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180
nanometer sampai 400 nanometer. Radiasi UV dapat dibagi menjadi
"mendekati uv" (panjang gelombang: 380–200 nm) dan "UV vakum (200–
10 nm)". Dalam pembicaraan mengenai pengaruh radiasi UV terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering
dibagi lagi kepada UVA (380–315 nm), yang juga disebut "gelombang
panjang" atau "blacklight"; UVB (315–280 nm), yang juga disebut
"gelombang medium" (medium wave); dan UVC (280-10 nm), juga disebut
"gelombang pendek" (short wave). Istilah ultraviolet artinya adalah
"melebihi ungu", sedangkan kata ungu merupakan warna panjang
gelombang paling pendek dari cahaya sinar.
Norma Radiasi UV
Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja) Pasal 9 menjelaskan bahwa ) NAB radiasi
sinar ultra ungu ditetapkan sebesar 0.0001 milliWatt per sentimeter
persegi (mW / cm2).
Waktu pemaparan radiasi sinar ultra ungu yang
diperkenankan
M I
a r
s a
a d
i
P a
e s
m i
a
p E
a f
r e
a k
n t
i
P f
e
r (

h I
a E
r f
i f

m
W

c
m
2

8 0
,
j 0
a 0
m 0
1
4 0
,
j 0
a 0
m 0
2
2 0
,
j 0
a 0
m 0
4
1 0
,
Alat Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur radiasi UV adalah UV Radiometer.

f. Medan Magnet
Suatu medan atau area yang ditimbulkan oleh pergerakan arus listrik.
Medan magnet menghasilkan 2 (dua) jenis respons energi: medan
negative berputar elektronnya berlawanan arah jarum jam dan medan
positif berputar searah jarum jam. Perputaran elektron pada medan
negative dan positif adalah berlawanan dan sama seperti respons biologi
terhadap medan magnet ini juga berlawanan arah. Secara teknikal,
medan magnet dalam tida dimensi, jadi sebenarnya perputaran arah
melengkung keliling.
Norma Medan Magnet
Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 10 menjelaskan tentang NAB medan
magnit statis untuk seluruh tubuh ditetapkan sebesar 2 Tesla dan Pasal
11 menjelskan tentang NAB medan magnit statis untuk bagian anggota
tubuh (kaki dan tangan) ditetapkan sebesar 600 milli tesla (mT).
NAB pemaparan medan magnet statis yang diperkenankan,
NAB medan magnet untuk frekwensi 1 - 30 kHz

Alat Ukur
Alat yang digunakan untuk mengukur radiasi UV adalah UV Light Meter.

1.2 . Faktor Kimia

a.Material/Cairan/Uap yang berbahaya


b.Beracun
c. Reaktif
d.Radioaktif
e.Mudah meledak
f. Mudah terbakar
g.Iritasi
h.Korosif

1.3. Faktor Biologi


a. Jamur
b. Virus
c. Bakteri
d. Tanaman
e. Binatang
1.4. Faktor Ergonomi
a. Gerakan berulang
b. Postur/posisi kerja
c. Pengangkutan manual
d. Desain tempat kerja/mesin
1.5. Faktor Psikologi
a. Stress
b. Kekerasan
c. Pelecehan
d. Perundungan
e. Intimidasi
f. Emosi negatif

2. Bekerja Pada Ketinggian


Merupakan suatu kegiatan/aktifitas yang dikategorikan sebagai "Class 1 Risk
Activities", Berdasarkan laporan Labour Force Survey (LFS2) UK, Salah satu
penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan
kematian adalah terjatuh dari atas ketinggian (31%) dan sebagian besar terjadi
pada pekerja bidang konstruksi (11%).
Bekerja di Atas Ketinggian adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan
object dalam hal ini adalah pekerja yang mempunyai resiko jatuh dari atas
ketinggian yang apabila diukur dari base elevation/lantai dasar ke titik jatuh 1.8
meter.
Persyaratan ketika akan bekerja di atas ketinggian
a. Pekerja harus dalam kondisi fit sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas
ketinggian dan tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
b. Semua pekerja sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas ketinggian harus
sudah mendapat pelatihan “Bekerja di Ketinggian”
c. Prosedure kerja aman (JSEA) harus dibuat oleh semua pekerja yang terlibat
dalam bekerja di ketinggian & semua pekerja yang harus berpartisipasi dalam
rumusan JSEA.
d. Semua peralatan Penahan dan Pencegah Jatuh serta Peralatan Pendukung
harus dalam kondisi baik dan sudah diinspeksi sebelum digunakan
e. Semua peralatan pendukung (EWP, Scaffold, Ladders, dll) sesuai dengan
persyaratan standard, dan dididirikan atau dioperasikan oleh orang yang
berkompeten

Gangguan Kesehatan ketika bekerja di atas ketinggian


Hipoksia (Hypokxia), Dekompresi, Bends, Chokes,Sinusitis Kronik, Gangguan
Penglihatan, Barodontalgia, gangguan proses mental dan pisikologi
Faktor – faktor umum yang berkontribusi pada risiko seseorang terjatuh dari
atas ketinggian
a. People (Manusia)--- Kurang Pengetahuan, Keahlian dan kemampuan terbatas,
Kondisi tidak fit untuk bekerja, lelah, mengambil jalan pintas, berprilaku tidak
aman.
b. Environment (Lingkungan)----Kondisi cuaca, permukaan licin dan berserakan
dan tidak bersih, jenis pekerjaan berpindah-pindah, kondisi peralatan dan
perlengkapan mekanik dsb.
c. Equipment (Peralatan) + Procedure (Prosedur) + Organization (Organisasi)
---Peralatan Pencegah , penahan jatuh serta pendukung Tidak Standart dan
kondisi tidak aman untuk digunakan, Kesalahan Penggunaan alat/
Ketidaksesuaian pengunaan Alat, Tidak adanya prosedur baik SOP atau PI,
JSEA dan penilaian risiko, Tidak disosialisasikannya SOP atau PI, JSEA dan
penilaian risiko, Tidak tersedianya / tidak memiliki kecukupan pengawas yang
handal, Tidak tersedianya pelatihan untuk para pekerja dan tidak memiliki
departemen pelatihan, Kurangnya finansial dalam mendukung program
pelatihan / proses pembelian barang dan peralatan.

3. Bekerja Di Ruang Terbatas


Menurut Ir. Amri AK, ruang terbatas (confined space) adalah ruangan yang
mempunyai karakter-karakter sebagai berikut,
a. Konstruksi ruangan yang mencukupi untuk seseorang memasukinya dan
melakukan pekerjaan di dalamnya
b. Berakses keluar masuk terbatas
c. Tidak dirancang untuk ruang kerja dan pekerjaan terus menerus
Contoh-contoh ruang terbatas
a. Tanki penyimpanan air, bahan bakar atau tanki bahan-bahan kimia
b. Bunker
c. Terowongan
d. Sumur air konvensional
e. Saluran pembuangan, selokan, septic tank atau saluran limbah
f. Silo (gudang penyimpanan bahan-bahan tertentu)
g. Container dan lain sebagainya

Jenis aktifitas yang dapat menyebabkan seseorang masuk ke dalam ruang


terbatas
a. Perawatan atau pembersihan
b. Pemeriksaan
c. Pekerjaan panas (pengelasan, penggerindaan, pemotongan)
d. Perbaikan atau pemasangan peralatan
e. Proses pertolongan pada korban di dalam ruang terbatas

Akibat dari bahaya atau kecelakaan kerja yang mungkin terjadi di dalam
ruang terbatas
a. Luka karena terkena putaran mekanik
b. Benturan benda atau alat
c. Tersengat arus listrik
d. Terpeleset, terjatuh, tersayat benda atau dinding yang tajam
e. Terpapar suhu udara yang sangat panas
f. Iritasi, pingsan atau meninggal karena terpapar gas beracun
g. Lemas, pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen
h. Kebakaran
i. Iritasi kulit karena terpapar zat kimia tertentu

Tahap Persiapan
a. Sebelum bekerja pastikan anda mengecek kondisi tubuh ke klinik, untuk
memastikan kondisi anda dalam keadaan baik
b. Identifikasi bahaya serta mitigasinya denganmembuat Job Safety Analysis
(JSA) dan Surat Ijin Kerja Aman (SIKA)
c. Cek kandungan gas yang ada di dalam confined space dan jangan masuk jika
belum dinyatakan aman
d. Siapkan peralatan pendukung jika diperlukan untuk memasuki area Confined
Space seperti SCBA, gas detector dan blower. Cek selalu kondisi oksigen yang
terdapat pada tabung SCBA
e. Pastikan area yang akan dimasuki telah terisolasi dengan menerapkan blind
system dan LOTO
f. Lakukan safety briefing sebelum melakukan pekerjaan

Ketika Bekerja
a. Ketika bekerja di Confined Space, pastikan minimal ada 1 orang yang berjaga
di luar untuk mengawasi para pekerja.
b. Letakan ID badge Anda di control board yang telah tersedia diluar man way jika
ingin masuk ke dalam confined space.
c. Selalu cek kandungan gas dan temperature dalam confined space.
d. Selalu cek kondisi oksigen pada peralatan bantu pernapasan Anda (breathing
apparatus).
e. Lakukan istirahat, setelah anda memasuki confined space maksimum 1jam
sekali.

Setelah Bekerja
a. Pastikan anda membersihkan kembali lokasi kerja anda, pastikan sudah tidak
ada personel dan barang yang tertinggal di dalam
b. Laporkan kepada supervisor area, untuk melepas prosedur blind system dan
LOTO sekaligus menutup ijin kerja

Alat Pelindung Diri (APD)


a. Gunakan Hand Glove
b. Gunakan Breathing Apparatus
c. Gunakan Safety Boot
d. Gunakan Full Body Suit
e. Gunakan Full Body Harness
f. Gunakan safety Helm
g. Gunakan Life Line
h. Gunakan Sufflied Air Respirator
Potensi Bahaya Pekerjaan Las
Pengelasan adalah suatu proses dari penggabungan metal/logam melalui
pemanasan, dimana pengelasan menghasilkan perbedaan sumber panas,
debu/partikel, gas atau fume dan radiasi non mengion.
Faktor fisika yang timbul :
1. Adanya sumber panas yang menimbulkan panas cukup besar, maka terjadi
perubahan iklim kerja. (Standar NAB iklim kerja 21 – 30 °C )
2. Radiasi non mengion
Faktor kimia yang timbul :
1. Debu atau partikel logam, seperti : carbon steel, alloy steel yang rendah, stainless
steel, aluminium, Zn/zink dan Cu /copper.
2. Gas atau fume yang dari hasil pembakaran
Kesehatan kerja berpengaruh pada organ tubuh dimata yang akan menyebabkan
penyakit Konjuctivitis.
Syarat Syarat Penerapan Pemeriksaan Norma Lingkungan Kerja
1. Setiap perusahaan wajib melakukan penilaian risiko, agar diketahui ruang/area
kerja yang memiliki potensi pemajanan faktor fisika, kimia, biologi, psikologi dan
fisiologi
2. Setelah dilakukan identifikasi, pengusaha wajib melakukan pemeriksaan dan
pengujian lingkungan kerja
3. Pengujian lingkungan kerja dilakukan pemantauan lingkungan kerja secara
periodik / bertahap
4. Dokumen hasil pemantauan lingkungan kerja yang ditanda tangani oleh Kepala
dinas yang membidangi ketenagakerjaan disimpan minimal selama 5 (lima) tahun
5. Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan oleh petugas K3 pemantauan
lingkungan kerja yang telah ditunjuk atau Balai K3 atau PJK3 bidang pemantauan
lingkungan kerja
6. Dokumen hasil pemantaun lingkungan kerja dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja
setempat atau kantor yang membidangi ketenagakerjaan setempat

Mekanisme Pemeriksa Norma Lingkungan Kerja

1. Membuat rencana tahunan pelaksanaan pemeriksaan/ pengujian penerapan


persyaratan lingkungan kerja.
2. Kadisnaker setempat memberikan pengesahan rencana tahunan pemeriksaan
lingkungan kerja kepada perusahaan.
3. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau di luar perusahaan
seperti lembaga yang telah ditunjuk oleh Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yaitu; Balai Hiperkes, dan PJK3 yang telah mendapatkan
Penunjukan dari Kemenakertrans untuk melakukan pemeriksaan lingkungan kerja.
4. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang kompeten (pengawas spesialis
Lingkungan Kerja atau ahli K3 spesialis lingkungan kerja) dibidangnya, untuk
melakukan pengujian penerapan persyaratan lingkungan kerja.
5. Membuat laporan tentang hasil pengujiannya setelah selesai melakukan
pemeriksaan kepada kadisnaker setempat.

Anda mungkin juga menyukai