Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potensi bahaya atau dapat disebut juga dengan hazard terdapat
hampir di setiap lokasi dimana terdapat suatu aktivitas, baik di rumah,
di kantor, di jalan, hingga di tempat kerja. jika hazard tersebut tidak
teridentifikasi dengan tepat, tidak dikendalikan dengan baik akan dapat
menyebabkan kelelahan yang kemudian menimbulkan cedera, dan
bahkan kematian. Oleh karena itu, harus dilakukan pengendalian
bahaya dengan menemukan dan mengidentifikasi adanya sumber
hazard di tempat kerja. Temuan hazard tersebut kemudian diukur
tingkat risikonya. Dari kegiatan tersebut dapat diupayakan suatu usaha
pengendalian sampai pada tingkat aman bagi tenaga kerja, aset
perusahaan dan lingkungan (Retnowati, 2017).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu
permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat
ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan
manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra
organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat
kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana sini memang
terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun
faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industri (Ervianto & Joshua,
2005).
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dan mempunyai peran paling besar dalam suatu
perusahaan. Setiap perusahaan menyadari bahwa sumber daya
manusia yang berkompeten, terpercaya, dan tekun merupakan kunci
bagi perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Dengan demikian
perusahaan harus mengelola dan memelihara dengan baik sumber
daya manusianya, dalam hal ini aspek keselamatan dan kesehatan

1
kerja menjadi sangat penting bagi perusahaan karena merupakan salah
satu faktor pencegahan risiko terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan
kerja (Alfaritsy, 2019).
Lingkungan kerja sangatlah penting dalam suatu perusahaan,
pada proses kegiatan produksi dalam perusahaan, lingkungan kerja
juga mempunyai dampak langsung terhadap pekerja yang
melaksanakan kegiatan kerja, jika lingkungan kerja pada perusahaan
baik, maka pekerja pada saat melaksanakan pekerjaannya baik, akan
tetapi jika lingkungan kerja tidak mendukung maka kinerja pekerja
tentunya akan menurun, sehingga mengabaikan keselamatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor
penting dalam kelancaran perusahaan dalam membuat produk,
sehingga program Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus
diterapkan diperusahaan. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan
yang terjadi dalam lingkungan kerja yang dapat terjadi karena kondisi
lingkungan kerja yang tidak aman dan human error.
Sistem Manajemen K3 juga dinyatakan dalam Undang-Undang
Tenaga Kerja (UU No. 13/ 2003), yaitu pada pasal 86 dan pasal 87.
Pada pasal 86, undang-undang tersebut menetapkan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas Keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan atas moral dan
kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama. Pada pasal 87, undang-undang
tersebut menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus menerapkan
Sistem Manajemen K3, untuk diintegrasikan dalam sistem manajemen
umum perusahaan. tentunya perusahaan berkewajiban untuk
menanggung seluruh biaya pekerja, apabila terdapat pekerja yang
mengalami kecelakan kerja.
Pengembangan Sistem Manajemen K3 adalah berbasis
pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya yang ada.
Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau

2
insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material
dan lingkungan. Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya
tersebut untuk dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia
yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya
(Ramli, 2010).
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO)
tahun 2015, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena
kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun
sebelumnya 2012, ILO mencatatat angka kematian dikarenakan
kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus
setiap tahun (ILO, 2015).
Di Indonesia sendiri, jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun
2011-2014, dimana pada tahun 2011 sebanyak 9.891 kasus
kecelakaan kerja, kemudian pada tahun 2012 meningkat sebanyak
21.735 kasus, pada tahun 2013 merupakan kasus kecelakaan kerja
paling tinggi sebanyak 35.917 kasus yang kemudian pada tahun 2014
mengalami penurunan 24.910 kasus (InfoDatin, 2016).
Kecelakaan kerja yang terjadi menurut sumber bahayanya di
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2014, yaitu: proses mesin terdapat 8
kasus, motor penggerak dan pompa terdapat 5 kasus, pesawat angkut
terdapat 1 kasus, alat transmisi mekanik terdapat 6 kasus, perkakas
kerja tangan terdapat 18 kasus, peralatan listrik terdapat 1 kasus, debu
berbahaya terdapat 3 kasus, radiasi dan bahan radio aktif terdapat 50
kasus, faktor lingkungan terdapat 7 kasus (Pusdatinaker, 2014).
Menyadari hal tersebut maka sudah seharusnya para pelaku usaha
memberlakukan aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai hal
yang di utamakan kepada seluruh pekerjanya. Dikarenakan pekerja
adalah aset utama perusahaan yang harus dijaga hak-haknya agar
senantiasa produktif dalam melakukan pekerjaannya. Manajemen
tentunya memiliki peran penting terhadap keselamatan pekerja dan
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang kondusif sehingga pekerja

3
senantiasa berperilaku sehat dan selamat dalam menjalankan aktivitas
pekerjaannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana alur kerja pada PT Energi Sengkang?
2. Alur kerja apa yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih
besar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, didapatkan tujuan observasi
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui alur kerja pada PT Energi Sengkang Untuk
mengetahui alur kerja yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang
lebih besar?
2. Untuk mengetahui nilai resiko kecelakaan kerja yang di nilai

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai