Anda di halaman 1dari 19

PT.

KASIROMUA JAYA WIJAYA


Jln. Paccerakang Perumahaan Griya Daya Permai Blok B No. 15 Kota Makassar.

Email : Kasiromuajaya@gmail.com, Mobile 0811-444-9592 .

LAPORAN AKHIR KEGIATAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)

DI PT. P E L I N D O
BIDANG K3 KONSTRUKSI BANGUNAN, LISTRIK DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN.

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM ANGKATAN KE - 63


KELOMPOK 1

ISHAK FAHRUL ALIM ZAENY PUTRA

IRFAN HARDIANSYAH MUH RASNIL

YANDRI BELA NINDYA PALEMBANGAN

MUHAMMAD ARIF ARMITA SEPTIANA DARWIS

PENYELENGGARA
PT. KASIROMUA JAYA WIJAYA
MAKASSAR, 7 Februari s/d 19 Febuari
Batch 632022
PT. KASIROMUA JAYA WIJAYA
Jln. Paccerakang Perumahaan Griya Daya Permai Blok B No. 15 Kota Makassar.

Email : Kasiromuajaya@gmail.com, Mobile 0811-444-9592 .

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Dasar Hukum Yang berkaitan dengan kelompoknya

BAB II KONDISI PERUSAHAAN


A. Gambaran Umum Tempat Kerja
B. Gambar Penerapan K3 Sesuai Materi
a. Penerapan K3 Bidang Konstruksi dan bangunan
b. Penerapan K3 Bidang Listrik
c. Penerapan K3 Bidang Penanganan Kebakaran
C. Temuan Positif dan Temuan Negatif

BAB III BERDASARKAN PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN


A. Analisis Temuan Positif
B. Analisis Temuan Negatif

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pelatihan calon Ahli K3 di tempat kerja adalah Praktek
Kerja Lapangan (PKL). Kegiatan PKL berupa kunjungan peserta ke perusahaan yang di tentukan,
untuk melakukan pengamatan langsung penerapan K3 di tempat kerja dan melakukan identifikasi
bahaya dan permasalahannya. Dalam kegiatan ini dilakukan pengumpulan data dan informasi
melalui pengamatan langsung dan wawancara. Semua data dan informasi yang diperoleh menjadi
bahan pembuatan laporan kegiatan PKL untuk di seminarkan pada akhir kegiatan pelatihan.

Adapun temuan yang kelompok kami temukan melalui video PT PELINDO sesuai dengan mate
ri kami yaitu Pengawasan Norma K3 Penanggulangan Kebakaran, Pengawasan Norma K3 Konstruk
si dan Bangunan, Pengawasan Norma K3 Listrik, seperti adanya penutup panel yang tidak tertutup j
ika dibiarkan akan mengalami potensi bahaya, listrik bukan pada tempatnya, penggunaan APD yang
kurang baik bisa mengakibatkan cedera pada pekerja, di dalam ruangan terdapat meja yang bukan p
ada tempatnya hydrant yang kurang dekat dengan ruangan tempat pekerja sehingga jika terjadi pote
nsi kebakaran hydrant tersebut telalu jauh untuk digunakan pada saat potensi bahaya dan yang terak
hir pemadam kebakaran yang kurang memahami penanganan kebakaran dan ada juga yang tidak me
miliki lisensi.

Hal tersebut sangat berpotensi adanya bahaya dan akan mengakibatkan penyakit akibat kerja da
n kecelakaan. Maka dari itu kelompok kami memberikan analisa dan saran dalam laporan ini agar P
T PELINDO lebih teliti lagi mengenai K3 dan potensi-potensi berbahaya yang terjadi di ruang lingk
up tersebut dan terhindar penyakit akibat kerja dan kecelakaan di tempat tersebut.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud

Dalam PKL di PT PELINDO dari kelompok kami mengetahui adanya potensi bahaya di tempat
tersebut dan bagaimana cara menanganinya baik itu mengenai penanggulangan kebakaran, listri
k dan konstruksi bangunan yang ada di tempat tersebut. Ada banyak potensi bahaya yang terjadi
di tempat tersebut ketika tidak menerapkan K3 dan tidak memenhuhi aturan yang ada. Maka dar
i itu

2. Tujuan

Tujuan kelompok kami mengobsevasi apa saja yang terjadi di lapangan dan mengidentifikasi po
tensi bahaya yang akan terjadi seperti penggunaan APD tidak sesuai aturan, Pemadam Kebakara
n tidak berlisensi, masalah listrik tidak sesuai pda tempatnya dan masih banyak lagi yang terjadi
di lapangan sesuai dengan materi kami.
C. RUANG LINGKUP
Dari hasil observasi kami yang pertama mengenai Pengawasan Norma K3 Penanggulangan Keb
akaran adanya pemadam kebakaran yang tidak berlisensi artinya bahwa tenaga kerja ini tidak m
emenuhi aturan yang ada dalam undang-undang KEP.186/MEN/1999 tentang penanggulangan
kebakaran. Tetapi disisi lain seperti adanya APAR dan alat potensi asap sudah ada di setiap rua
ngan dan sesuai aturan. Penempatan hydrant yang kurang dekat dengan ruangan tenaga kerja.

Pengawasan Norma K3 Konstruksi dan Bangunan berdasarkan observasi kami, tempat pengang
kutan peti kemas sudah pada tempatnya dan diberi batasan jalan untuk tenaga kerja dan tamu, te
tapi di salah satu ruangan terdapat penempatan meja tidak sesuai dengan tempatnya yang berdek
atan dengan tangga yang akan berakibat potensi bahaya, dan penggunaan APD yang kurang bai
k. Dan yang terakhir Pengawasan Norma K3 Listrik, sesuai observasi di PT PELINDO sudah
menyediakan tempat khusus ruangan kelistrikan dan memiliki petugas jaga. Sudah ada tanda pe
ringatan di setiap potensi bahaya di ruangan tersebut, tetapi ketika dilihat ada beberapa kabel ya
ng berserakan di jalan dan tidak diberi tanda bahaya pada petugas dan ini akan berakibat potensi
bahaya dan adanya penutup panel yang tidak tertutup rapat sehingga akan berakibat cedera atau
kecelakaan di tempat tersebut.

D. DASAR HUKUM
1. PERMERAKAER NO.4/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN P
EMELIHARAAN ALAT API RINGAN

2. PERMENAKER NO.2 /MEN/1983, TENTANG INSTALASI ALARM

3. PERMENAKER NO.4/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN DAN PE


MELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN

4. PERMENAKER NO./MEN/1983 TENTANG INSTALASI ALARM KEBAKARAN

5. KEP.186/MEN/1999 DAN UU NO.1 TAHUN 1970

6. KEP. 186 MEN/1999 TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJ


A

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


A. Gambaran Umum PT. Pelindo Makassar
Secara efektif keberadaan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) mulai sejak
penandatanganan Anggaran Dasar Perusahaan oleh Sekjen Dephub berdasarkan Akta Notaris Imas
Fatimah, SH No 7 tanggal 1 Desember 1992. Menilik perkembangan kebelakang di masa awal
pengelolaannya, PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) telah mengalami perkembangan yang cukup
pesat dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungan yang semakin maju.
a. Perkembangan Peusahaan PT. Pelindo
Makassar 1. Tahun 1957-1960
Pada masa awal kemerdekaan, pengelolaan pelabuhan berada dibawah koordinasi
Djawatan Pelabuhan. seiring dengan adanya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan
milik Belanda dan dengan dikeluarkannya PP No. 19/1960, maka status pengelolaan pelabuhan
dialihkan dari Djawatan Pelabuhan berbentuk badan hukum yang disebut Perusahaan Negara.
(PN).
2. Tahun 1960-1963
Berdasarkan PP No. 19 tahun 1960 tersebut pengelolaan pelabuhan umum
diselenggarakan oleh PN pelabuhan I-VIII. Di kawasan Timur Indonesia sendiri terdapat 4
(empat)PN Pelabuhan yaitu : PN Pelabuhan Banjarmasin, PN Pelabuhan Makassar, PN
Pelabuhan Bitung dan PN Pelabuhan Ambon.
3. Tahun 1964-1969
Pada masa order baru, pemerintah mengeluarkan PP 1/1969 dan PP 19/1969 yang
melikuidasi PN Pelabuhan menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) yang di pimpin oleh
Administrator Pelabuhan sebagai penanggung jawab tunggal dan umum di pelabuhan. Dengan
kata lain aspek komersial tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan operasional
pelabuhan dikoordinasikan oleh Lemabaga Pemerintah yang disebut Port Authority.
4. Tahun 1969- 1983
Pengelolaan Pelabuhan dalam likuiditas dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan
(BPP) berdasarkan PP 1/1969 dan PP 18/1969. Dengan adanya penetapan itu, pelabuhan
dibubarkan dan Port Authority digantikan oleh BPP.
5. Tahun 1983-1992
Status pelabuhan dalam likuidasi yang di kenal dengan BPP berakhir dengan keluarnya
PP 11/1983 dan PP 17/1983 yang menetapka bahwa pengelolaan pelabuhan dilakukan oleh
Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).
6. Tahun 1992 – sekarang
Dilandasi oleh pertimbangan peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan serta
dengan melihat perkembangan yang dicapai oleh perum pelabuhan IV, pemerintah menetapkan
melalui PP 59/1991 bahwa pengelolaan pelabuhan di wilayah Perum Pelabuhan IV dialihkan
bentuknya dari Perum menjadi (Persero). selanjutnya Perum Pelabuhan Indonesia Iv beralih
menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia IV. Sebagai Persero, pemilikan saham PT Pelabuhan
Indonesia IV yang berkantor pusat di jalan Soekarno No. 1 Makassar sepenuhnya dikuasai oleh
Pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan Republik Indonesia dan pada saat ini telah di
alihkan ke Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Visi: Menjadi perusahaan pengelola pelabuhan yang terintegrasi, berdaya saing


tinggi, dan bertaraf internasional Misi: Menjadi penggerak dan pendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia Timur, Menyediakan Jasa kepelabuhan dan non-kepelabuhan
(penunjang) yang terintegrasi dengan berorientasi pada kepuasan dan loyalitas
pelanggan, Menciptakan transformasi untuk mendorong pengembangan professional
dan personal bagi kesejahteraan karyawan, Meningkatkan nilai tambah
bagi Stakeholder internal dan eksternal secara berkelanjutan, Memaksimalkan nilai
pemegang saham secara berkelanjutan (Shareholder), Tanggal pendirian: 19 Oktober
1991, Dasar hukum pendirian: Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 1983 jo. PP
No. 7 Tahun 1985 (Perusahaan Umum Pelabuhan Indonesia IV), Peraturan Pemerintah
Indonesia (PP) No. 59, tanggal 19 Oktober 1991 (PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero))

Akta pendirian perusahaan: Akta No.7, tanggal 1 Desember 1992 oleh Notaris


Imas Fatimah, SH, Notaris di Jakarta (PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)) Akta
perubahan terakhir: Akta No. 12 tanggal 19 Januari 2017, dihadapan Notaris Nanda
Fauz Iwan, SH., M.Kn., Notaris di Jakarta, Jenis perusahaan: Badan Usaha Milik
Negara, Kegiatan usaha: Penyelenggara dan pengusaha jasa kepelabuhan, Modal
dasar: Rp10.000.000.000.000 terdiri atas 10.000.000 saham dengan nominal
Rp1.000.000 per saham, Modal ditempatkan: Rp2.912.132.000.000 terdiri atas
2.912.132 saham dengan nominal Rp1.000.000 per saham (per 31 Desember 2018),
Alamat kantor: Jl. Soekarno No. 1 Makassar, Sulawesi Selatan 90173, Alamat
email: humas@inaport4.co.id, Nomor telepon: (0411) 3616549, Nomor fax: (0411)
3619044, Situs web: https://www.inaport4.co.id/, Kepemilikan saham: Negara
Kesatuan Republik Indonesia 100%, Jaringan kantor: 1 kantor pusat, 3 anak
perusahaan, 1 kantor perwakilan, 16 kantor cabang, 3 unit pelayanan kepelabuhan, 2
Terminal, Petikemas Jumlah Karyawan: 1.669 (Karyawan organik & non-organik serta
entitas anak) (2018)
B. Penerapan K3 Di PT. Pelindo Makassar
1. Penerapan K3 Bidang Bangunan dan Konstruksi
Konstruksi merupakan pekerjaan berat yang di dalamnya melibatkan banyak
unsur. Bukan hanya manusia sebagai pekerja, melainkan juga unsur-unsur lain yang
mendukung. Dari mulai penggunaan alat-alat berat hingga terlibatnya bahan
material dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan dunia konstruksi memiliki risiko
kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Untuk itulah
kenapa semua pihak harus memahami pentingnya penerapan K3 pada proyek
konstruksi.
Pada dasarnya penerapan K3 tidak hanya ada pada lokasi proyek pembangunan
atau konstruksi. Melainkan juga diterapkan pada bidang pekerjaan lain seperti
pabrik hingga institusi pemerintahan. Hanya saja, mengingat risiko pekerjaan
konstruksi yang lebih berat, penerapan K3 seolah-olah hanya menjadi kewajiban
pemilik perusahaan konstruksi. Untuk itulah, istilah K3 ini seharusnya tidak asing
bagi Anda yang bekerja atau justru terlibat dalam dunia konstruksi. Tidak asing juga
bagi Anda yang bekerja di pabrik hingga institusi pemerintahan tentunya. K3
merupakan kepanjangan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Seperti yang telah
diulas secara singkat sebelumnya, K3 ini sendiri adalah bidang yang berkaitan erat
dengan keselamatan kerja dan juga kesehatan kerja yang penerapannya ada pada
proyek hingga perusahaan konstruksi itu sendiri. Sesuai namanya, tujuan penerapan
K3 adalah mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja, terutama manusia atau
tenaga kerja yang terlibat. Pada praktiknya, penerapan K3 tidak hanya dilakukan
oleh pekerjaan konstruksi saja.
Melainkan juga banyak institusi dan perusahaan lainnya. Semisal pabrik, rumah
sakit, laboratorium dan banyak lagi. Pada pekerjaan konstruksi, penerapan K3 ini
sendiri meliputi banyak aspek. Dari aspek pencegahan, adanya pemberian sanksi,
juga kompensasi, penyembuhan dan perawatan luka untuk para pekerja hingga
tersedianya perawatan kesehatan untuk yang terluka dan sedang cuti sakit. 
Bahaya fisik dan mekanik di dunia konstruksi Penerapan K3 dalam dunia
profesionalisme kerja, pada dasarnya mengacu pada risiko bahaya yang terjadi
selama pekerjaan dilakukan. Terdapat beberapa jenis bahaya yang berbeda, sehingga
penerapan K3 sendiri juga berbeda. Untuk pekerjaan konstruksi, penerapan K3
konstruksi perlu diterapkan karena beberapa risiko bahaya fisik dan mekanik yang
berpeluang besar terjadi selama pekerjaan dilakukan. Mengingat adanya
penggunaan alat-alat berat, jumlah material bahan yang sangat besar hingga sulitnya
pekerjaan yang dilakukan. Terkait dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beberapa
konstruksi mengharuskan pekerja untuk bekerja pada ketinggian tertentu. Sehingga
risiko jatuh dari ketinggian hingga meninggal saat bekerja, berpeluang besar terjadi.
Sementara pekerjaan yang melibatkan alat-alat berat, dari mulai memindahkan
komponen besar, melakukan pemotongan hingga penyatuan komponen tertentu,
juga berisiko membuat pekerja mengalami luka bakar, tertusuk, tertimpa dan banyak
lagi. Bahkan seorang pekerja konstruksi juga tidak memiliki lingkungan kerja yang
nyaman selama proyek berlangsung.
Tempat konstruksi yang sempit, lingkungan yang rawan bencana hingga
kebisingan dari penggunaan alat-alat berat, memiliki risiko bahaya yang tidak dapat
diremehkan. Risiko pekerja mengalami sesak napas, pusing, kelelahan, kram hingga
stres karena suhu udara yang sangat panas dapat terjadi. Pentingnya penerapan K3
pada proyek konstruksi, salah satunya adalah untuk meminimalkan risiko-risiko
bahaya tersebut. Sistem manajemen K3 yang professional Mengenai penerapan
K3 dalam konstruksi dan pekerjaan lainnya, setiap negara memiliki kebijakan yang
berbeda-beda. Hanya saja, telah dibuat standar baku K3 internasional yang
mengharuskan setiap negara melaksanakan penerapan K3 minimal. Untuk
mewujudkan penerapakan K3 yang lebih optimal dalam dunia konstruksi, setiap
perusahaan wajib memiliki Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang akan mengatur
penerapan K3 dengan baik. Sekilas, penerapan K3 dalam dunia konstruksi ini hanya
menguntungkan para pekerja. Namun pada dasarnya penerapan K3 ini untuk
melindungi pekerja sekaligus perusahaan. Saat pekerja terluka selama proyek
konstruksi, maka perusahaan juga akan mengalami kerugian.
Dengan sistem menajemen K3 yang optimal, kerugian yang terjadi pada kedua
belah pihak baik pekerja dan juga perusahaan dapat diminimalkan. Siapa saja yang
terlibat dalam suksesnya penerapan K3 dalam perusahaan atau proyek konstruksi?
Seperti yang telah diuraikan di atas, konstruksi melibatkan banyak pihak dari
pekerja, perusahaan dan masih banyak lagi. Kesuksesan penerapan K3 dalam
proyek konstruksi tidak lepas dari kerjasama pihak-pihak yang terlibat dalam proyek
hingga manajemen. Di Indonesia sendiri, meski payung hukum sudah tersedia,
pentingnya penerapan K3 pada proyek konstruksi masih sering diabaikan.
Berdasarkan Hasil Observasi Lapangan PT. Pelindo Makassar Saat ini sedang
tidak melakukan pembangunan Konstruksi Ataupun Proyek diarea wilayah kerja
perusaan tersebut.
2. Penerapan K3 Bidang Kelistrikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah jamak diterapkan oleh
berbagai instansi atau perusahaan. K3 pastinya penting dan wajib dilakukan oleh
perusahaan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab melindungi pekerja dari
berbagai macam risiko pekerjaan yang terjadi.

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration), yang


merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat, K3 memiliki
tujuan untuk mewujudkan sistem dan lingkungan kerja yang aman, serta menjamin
agar terciptanya kesejahteraan pekerja dan lingkungannya dalam pelaksanaan
kegiatan kerjanya. K3 juga telah diatur di undang-undang dan peraturan menteri
tenaga kerja. Jadi, bagi perusahaan yang tidak menerapkan K3 dengan semestinya
atau tidak secara maksimal dalam menjalankannya bisa dikenakan sanksi tegas oleh
negara.

Ada beberapa hal di dalam K3 yang harus benar-benar dipahami, yaitu


peraturan-peraturan terkait keselamatan dan kesehatan kerja, diterapkan sebagai
pelindung tenaga kerja, dan pertanggungjawaban atas risiko dan penyakit akibat
kerja. Implementasi K3 bisa dilakukan oleh instansi atau perusahaan dari segala
bidang, tidak terkecuali pembangkit listrik.

Seperti yang telah disebutkan di atas, penerapan K3 listrik memiliki tujuan


untuk menjaga pekerja dan lingkungan pekerjaannya agar terhindar dari berbagai
kejadian yang tidak menyenangkan, seperti misalnya kecelakaan kerja yang bisa
berakibat fatal atau pencemaran lingkungan yang berdampak pada kehidupan
manusia.

Dalam bidang kelistrikan, ada beberapa hal serius yang sangat perlu
diperhatikan, seperti misalnya : kebakaran yang terjadi akibat arus listrik, sengatan
listrik, kecelakaan yang terjadi akibat terpapar arus listrik atau api akibat kebakaran,
dan ledakan yang kemungkinan terjadi akibat penggunaan alat-alat kelistrikan yang
tidak sesuai dengan standar yang berlaku.

Sesuai dengan tujuan K3 pada umumnya, K3 listrik dimaksudkan untuk


melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta orang-orang lain yang
terlibat di lingkungan kerja yang berpotensi terkena dampak bahaya kelistrikan.

K3 kelistrikan bertujuan pula untuk membuat instalasi kelistrikan yang aman


untuk dapat memberikan keselamatan pada bangunan dan isi di dalamnya.
Kemudian, K3 listrik juga mendukung agar terbentuknya lingkungan dan tempat
kerja yang sehat serta selamat agar dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karena
itu, penerapan K3 listrik sangat penting dilakukan sebagai salah satu langkah
dalam menanggulangi kecelakaan kerja.

Adapun Penerapan K3 listrik yang dilakukan Oleh PT. Pelindo Makassar,


bersinggungan dengan bidang kelistrikan, seperti pembangkit listrik. Pengaplikasian
K3 listrik secara serius penting dilakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan
keselamatan kerja bagi seluruh tenaga kerja yang bertugas.

Untuk saluran listrik sendiri menggunakan Perusahaan Listrik Nasional (PLN)


dan mempunyai mesin genset untuk kebutuhan Operasional jika terjadi pemedaman
listrik maka mesin genset unu di gunakan untuk kebutuhan operasional. Masing-
masing pembangkit listrik telah memiliki sistem keamanannya sendiri, biasanya
disebut sebagai SMK3 atau Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
SMK3 ini telah diatur di dalam PP No. 50 tahun 2012.

Penerapannya meliputi penetapan kebijakan K3 yang dilaksanakan oleh


perusahaan pembangkit listrik dan juga pengusaha yang mencakup tinjauan awal
keadaan K3, pengawasan dan perhatian kepada tingkat kinerja manajemen K3
secara berkala, dan mempertimbangkan masukan dari masing-masing pekerja, mulai
dari buruh hingga serikat pekerja.

3. Penerapan K3 Bidang Penanganan Kebakaran


Setiap perencanaan tempat kerja harus mempertimbangkan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan upaya penanggulangan kebakaran. Sistem proteksi kebakaran
pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,
kelengkapan dan sarana. Sistem proteksi kebakaran digunakan untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Menurut Kepmen No. 10/KTPS/2000, Sistem proteksi aktif adalah sistem
perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan
peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh
penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi
peamadaman. Selain itu sistem ini digunakan dalam melaksanakan penanggulangan
awal keabakaran. Sistem proteksi aktif menurut PERMEN PU No. 26/PRT/2008
adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksi
kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air
seperti sprinkler, pipa tegak, dan selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran
berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.
Berdasarkan hasil observasi Lapangan PT. Pelindo Makassar telah memiliki Tim
gugus satuan penangan kebakaran dan di setiap area kerja sudah dilengkapi dengan
Alat Pemadam kebakaran ringan, Hydrant, dan untul area gedung telah dilengkapi
dengan Alarm kebakaran, jika suatu saat terjadi kebakaran, Alarm akan berbunyi,
dan tim satuan penangangan kebakaran akan terjun langsung untuk menangani.

a. Temuan Negatif
No Dokumentasi Pemasalahan Ket
1. Perlengkapan Peralatan
Hydrant Berada Diluar;

2. Petugas Damkar Tidak


memiliki Lisensi;

3. Posisi penempatan meja


dan kursi pada mulut
tangga,menimbulkan
kondisi tidak aman, dapat
menimbulkan bahaya
terhadap pengguna tangga;
4. penggunaan safty helmet
tidak sempurna
(Chinstap/Tali Helm), hal
ini dpat berakibat fatal.

5. Crane Pengangkat tidak


dalam posisi sempurna
pada saat off.
6. pintu panel listrik distribusi
area pompa air tidak
tertutup dengan baik tanpa
pengawasan.

No Dokumentasi Analisis
1. b. Temuan Positif Penanganan
Pemadaman Kebakaran
cukup baik

2. Sudah sesuai standar


K3 Penanggulangan
Kebakaran

3. Sudah sesuai standar


K3 Penanggulangan
Kebakaran (kartu
kontrol dan rambu)

4. Sudah sesuai standar


K3 Penanggulangan
Kebakaran

5. Sudah sesuai standar


K3 Penanggulangan
Kebakaran

6. Sesuai standa
penaggulangan
Kebakaran
BAB III BERDASARKAN PERATURAN DAN
PERUNDANG-UNDANGAN

A. Analisisi Temuan Positif


No Dokumentasi Analisa Saran Dasar Hukum
1. Penanganan Dilihat dari
Pemadaman ruang
lingkup dan
Kebakaran potensi KEP.
cukup baik bahaya, 186/MEN/1999,
sebaiknya tentang
memiliki penaggulangan
Mobil kebakaran
Pemadam ditempat kerja.
Kebakaran
bekapasitas Sesuai Pasal 2
lebih besar Ayat 1 dan 2
2. Sudah sesuai Penempatan
standar K3 Fire Alarm
sebaiknya KEP.
Penanggulangan ditempat 186/MEN/1999,
Kebakaran disemua tentang
ruangan penaggulangan
yang mudah kebakaran
dan aman ditempat kerja.
dijangkau
Sesuai Pasal 2
Ayat 3
3. Sudah sesuai Ditempat
standar K3 pada setiap
tempat yang
Penanggulangan mudah
Kebakaran dilihat, PERMENAKER
dijangkau NO.04/MEN/1980,
(kartu kontrol
dan aman tentang syarat-
dan rambu) serta syarat
kapasitas pemasangan dan
dan pemeliharaan Alat
kandungan Pemadam Api
(powder Ringan
dll)sesuai
tingkat Sesuai pasal 4,
bahaya Ayat 1 sampai 6
kebakaran.
4. Sudah sesuai Ditempatkan
standar K3 pada tempat PERMENAKER
Penanggulangan kemungkinan NO.02/MEN/1983,
Kebakaran terjadinya Tentang Instalasi
bahaya Alarm kebakaran
kebakaran
Sesuai ps. 1a dan
1b
5. Sudah sesuai Ditempatkan
Standar yang mudah
PERATURAN
kesehatan dilihat dan DAERAH KOTA
ditempat umum tepat pada MAKASSAR
tempatnya Nomor 4 Tahun
2013 TENTANG
KAWASAN
TANPA ROKOK

BAB 2 Pasal 2 Ayat


1

A. Temuan Negatif
No Dokumentasi Potensi Analisa Saran Dasar Hukum
Bahaya
1. berpotensi Untuk Untuk setiap Permenakaer
keterlambatan penggunaannya peralatan alat No.4/men/1980
saat di saat darurat Pemadam tentang syarat-syarat
peggunaan bisa kebakaran pemasangan dan
mengakibatkan agar disimpan pemeliharaan alat
keterlambatan berdampingan pemadam api ringan.
penanganan .
Sesuaikan Dengan
Permenaker diatas
Bab 2 Pasal, 4 ayat 1
2. Kurang Petugas Sebaiknya KEP.186/MEN/1999
memahami damkar diberi lisensi tentang
penangan sebanyak 6 agar penanggulangan
kebakaran orang tidak pemahaman kebakaran
berlisensi lebih pasti
Pasal 7 ayat 2
meskipun telah dan jelas
mengikuti
pelatihan
damkar
3. Tergelincir Dapat Dilakukan UU RI No 01 Tahun
dan menimbulkan pemindahan 1970 Tentang
membentur cidera berat barang agar Keselamatan kerja
meja dan kusi bahkan lebih tidak
mengganggu Terdapat Pada pasal 4
dan Ayat 1
membahayaka
n pengguna
tangga
4. Helem telepas Berpotensi Penyuluhan Permenaker RI
dikarnakan menimbulkan akan No
tiupan angin insiden d area pemakaian per.08/men/vii/20
sehingga kerja apd dengan
10 Tentang Alat
berpotensi bena lebih
Pelindung Diri.
kepala tebentu ditingkatkan
Pasal 4 Ayat 1
atau tekena bila perlu di
dan 2
barang jatuh. beri sangsi
5. Crane tejatuh Berisiko Standa Permenaker RI, No 8
tertimpa pengoprasian tahun 2020 tentang
unit harus kesehatan dan
sesuai keselamatan kerja
pesawat angkut

Bab 2 Pasal 17 Ayat


4a
6. Dapat mengakibatkan Peyuluhan Permenaker RI, No.
mengakibatkan kebakaran.di tutup pintu 12 Tahun 2015
konsetig pada area kerja. panel dengan Tentang
kabel benar dan Keselamatan dan
rapat. kesehatan kerja
Listrik di Tempat
Kerja

Bab 1 Pasal 3 a.b dan


c
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Kegiatan


kontruksi juga menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan seperti
menyangkut aspek K3L. Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan
standar dan ketentuan K3L yang berlaku. sesuai dengan PERATURAN MENTERI
TENAGA KERJA NO. PER. 01/MEN/1980 TENTANG K3 KONSTRUKSI
BANGUNAN mengenai tempat kerja dan alat kerja yang harus di siapkan dalam setiap
tempat kerja. menggunakan APD sangat penting dalam pekerjaan agar terhindar dari
potensi bahaya. Pengawasan norma K3 listrik, sesuai dengan PERMENAKER RI NO.
12/2015 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK DI
TEMPAT KERJA bahwa perusahaan yang menggunakan perlengkapan dan peralatan
listrik wajib menggunakan perlengkapan dan peralatan listrik yang telah mempunyai
sertifikasi yang diterbitkan oleh lembaga atau instansi yang berwewenang. Sesuai
video yang telah ditayangkan bahwa PT Pelindo telah memiliki sertifikasi. selain itu,
ada petugas yang telah di beri tanggung jawab dalam setiap devisi.

K3 Penanggulangan Kebakaran, Berdasarkan peraturan menteri


ketenagakerjaan, tempat kerja harus memenuhi standar keselamatan kerja dan
kesehatan diantaranya yaitu tempat kerja yang memiliki alat penanganan bahaya
kebakaran seperti unit mobil pemadam kebarakaran, mempunyai alarm kebakaran,
APAR, peringatan kebakaran yang aman dijangkau dan mudah dilihat. Dalam standar
keselamatan kerja dan kesehatan untuk penanggulangan kebakaran harus mempunyai
tempat titik kumpul di ruang terbuka dan mudah diakses dari jalur evakuasi yang
menghubungkan seluruh akses menuju tempat aman yaitu titik kumpul.
b. Saran

Konstruksi Bangunan, Sesuai dengan video yang telah di tayangkan, salah


satu pekerja memakai APD yang tidak sesuai seperti helm terlepas dan menimbulkan
potensi bahaya di tempat keja dan mengenai TPS Limbah B3 sebaiknya di berikan
tempat khusus untuk pengelolaan dan penyimpanan agar tidak terjadi peledakan atau
kecelakaan akibat kerja.

Pengawasan Norma K3 Listrik, Korsleting listrik pada tempat kerja dapat


menyebabkan kebakaran maka dari itu untuk mencegah hal tersebut terjadi diperlukan
pintu panel yang tertutup rapat dan benar agar tidak sembarangan orang dapat masuk
diruangan listrik tersebut, selain itu diperlukan memperhatikan kabel dan instalasi yang
digunakan sesuai dengan standar serta adanya kesadaran dalam memelihara dan
merawat instalasi listrik yang ada.

K3 Penanggulangan Kebakaran, kurang memahami penanganan kebakaran


adalah hal yang tidak bisa dibiarkan maka dari itu sangat diperlukan pelatihan yang
ditujukan kepada anggota yang kurang memahami tentang prosedur penanganan
kebakaran di lapangan. Selain itu, sangat diperlukan kesadaran masing-masing dari
anggota untuk mempunyai motivasi belajar dan memahami cara penanganan
kebakaran di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai