Anda di halaman 1dari 23

Laporan

Praktek Kerja Lapangan (P.K.L)


PT. YOGYAKARTA TEMBAKAU INDONESIA

“konstruksi, listrik, kebakaran, lingkungan kerja, bahan kimia


berbahaya, mekanik, pesawat uap, bejana tekan, kesehatan kerja,
kelembagaan K3, SMK3”

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

Disusun oleh :

Denixon pakpahan

PENYELENGGARA :
PT. Multikrida Jaya Utama

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia, rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya, sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja
Lapangan di PT. Madu Baru (Madukismo) bidang K3 Mekanik, Pesawat
Uap dan Bejana Tekan.
Pembuatan laporan ini merupakan salah satu syarat dalam
kelulusan pada Pembinaan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna serta
masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dan berguna bagi kami untuk
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik
kami maupun para pembaca guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang memadai.

Yogyakarta, 05 September 2018

Denixon Pakpahan.

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Maksud dan Tujuan 3
C. Ruang Lingkup 4
D. Dasar Hukum 5
1. Dasar Hukum Lingkungan Kerja dan Ergonomi 5
2. Dasar Hukum Bahan Kimia Berbahaya 6
BAB II KONDISI FAKTA PERUSAHAAN 6
A. Gambaran Umum Perusahaan 7
B. Proses Produksi 8
C. Kebijakan K3 8
D. Temuan 8
1. Temuan Positif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi 9
2. Temuan Negatif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi 9
3. Temuan Positif Terkait Bahan Kimia Berbahaya 9
4. Temuan Negatif Terkait Bahan Kimia Berbahaya 9
BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 9
A. Temuan Positif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi 9
B. Temuan Negatif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi 9
C. Temuan Positif Terkait Bahan Kimia Berbahaya 9
D. Temuan Negatif Terkait Bahan Kimia Berbahaya 9
BAB IV PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang konstruksi, listrik, dan kebakaran
Maka, dengan berbagai macam faktor yang mampu memicu terjadinya kebakaran
diperlukan sebuah desain atau rancangan sarana dan prasarana yang matang
seperti dari segi konstruksi bangunan, listrik, maupun alat-alat pengendali kebakaran
dalam suatu lokasi kerja. Dimana, pada setiap rancangan tersebut harus sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan sebagai salah satu bentuk implementasi
dari konsep K3. Sehingga, saat komponenkomponen tersebut sudah sesuai standar
mutu yang telah ditetapkan diharapkan mampu mencegah potensi kebakaran terjadi,
mampu mengendalikan api yang timbul saat kebakaran serta mampu merancang
sarana perlindungan diri bagi karyawan saat kebakaran tersebut terjadi.

Pengawasan dan Kesehatan Kerja di Bidang lingkungan kerja, ergonomi dan


bahan kimia berbahaya.
Hal-hal yang menyebabkan keselamatan dan keamanan bekerja penting
diperhatikan di laboratorium kimia, di antaranya:
1) kecelakaan kerja dapat menimbulkan penderitaan seperti luka ringan, cacat,
sampai kematian bagi korbannya,
2) kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian secara material,
3) kecelakaan dan keselamatan kerja di suatu lembaga dapat mempengaruhi citra
lembaga tersebut.
Contoh kecelakaan yang pernah terjadi di laboratorium yaitu kecelakaan di
laboratorium Kimia Universitas Indonesia pada tahun 2015. Kecelakaan ini
menyebabkan beberapa praktikan mengalami luka-luka akibat serpihan kaca dari
alat kimia yang meledak saat praktikum di laboratorium.

1
Pengawasan dan Kesehatan Kerja di Bidang kelembagaan K3 dan SMK3
Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal yang sangat
penting dalam sebuah pekerjaan, tetapi di masyarakat hal ini dianggap membebani
dalam struktur biaya produksi yang tidak penting, tidak praktis dan masih banyak
yang beranggapan sebagai faktor penghambat dalam melaksanakan pekerjaan.
Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) masih kurang mendapatkan.
Perhatian dari para peserta diklat, kondisi ini disebabkan oleh rendahnya
pemahaman dan kesadaran serta kurangnya perhatian dari peserta diklat dalam
menyediakan prosedur dan peralatan Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) di lingkungan kerja. Kurangnya kesadaran terhadap Kesehatan,
Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) disebabkan oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta diklat. Disatu sisi masih
rendahnya tanggung jawab pengelola sebagai pengguna tenaga kerja terhadap
kesehatan, keamanan dan keselamatan para peserta diklat merupakan salah satu
faktor penghambat K3. Pengelola harus mampu mengatur kebijakankebijakan yang
berkaitan dengan manajemen K3 dari perencanaan hingga pengawasan secara
konsekuen dan konsisten yang mengacu kepada standar dan peraturan yang
berlaku pada Permenaker R1 No:05/MEN/1996 tentang sistem manajemen
keselamatan dan Kesehatan kerja(SMK3) .

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Mekanik , Pesawat Uap dan


Bejana Tekan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dibidang mekanik, pesawat uap dan bejana
tekan di PT. Madu Baru sangat diperlukan, PT. Madu Baru merupakan perusahaan
yang wajib menerapkan SMK3 dilihat dari resiko tingkat bahayanya. Kompetensi dan
sertifikasi dibidang mekanik, pesawat uap dan bejana tekan merupakan syarat
utama untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja atau pun untuk memenuhi
regulasi terkait kebijakan SMK3. Pemenuhan kebijakan dalam penerapan K3
mampu mengurangi tingkat resiko kecelakaan kerja dan proses produksi berjalan
dengan berkelanjutan, sehingga perusahaan akan mendapatkan hasil produksi
secara maksimal.

Menurut Undang-undang uap tahun 1930, Pesawat uap ialah ketel uap dan alat-alat
lainnya yang dengan peraturan Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau
tidak langsung berhubungan (atau tersambung) dengan suatu ketel uap dan
diperuntukan bekerja dengan tekanan yang lebih besar (tinggi) dari pada tekanan
udara.

2
Menurut Permennakertrans No. 37/MEN/2016, Bejana tekan adalah bejana selain
pesawat uap di dalamnya terdapat tekanan dan dipakai untuk menampung gas,
udara, campuran gas atau campuran udara, baik dikempa menjadi cair dalam
keadaan larut maupun beku.
Menurut Permenakertrans No. 38/MEN/2016, Pesawat Tenaga dan Produksi adalah
pesawat atau alat yang tetap atau berpindah-pindah yang dipakai atau dipasang
untuk membangkitkan atau memindahkan daya atau tenaga, mengolah, membuat
bahan, barang, produk teknis, dan komponen alat produksi yang dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan.

B. Maksud & Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Untuk mempraktikan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan.
2. Anggota pelatihan dapat mengetahui pengawasan K3 di Bidang konstruksi,
listrik, dan kebakaran.
3. Anggota pelatihan dapat mengetahui pengawasan K3 di Bidang lingkungan
kerja, ergonomi, dan bahan kimia.
4. Anggota pelatihan dapat mengetahui pengawasan K3 di bidang Mekanik Uap
dan bejana tekan.
5. Anggota pelatihan dapat mengetahui pengawasan K3 di bidang kesehatan
kerja, kelembagaan K3 dan SMK3

B. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kerja Praktek Lapangan ini adalah :
1. Pelaksanaan K3 di bidang konstruksi
2. Pelaksanaan K3 di bidang Listrik dan kebakaran
3. Pelaksanaan K3 di bidang Lingkungan kerja
4. Pelaksanaan K3 di bidang ergonomi Bahan kimia berbahaya
5. Pelaksanaan K3 di bidang kesehatan kerja
6. Pelaksanaan K3 di bidang kelembagaan K3 dan SMK3.
7. Pelaksanaan K3 di bidang Mekanik.
8. Pelaksanaan K3 di Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekan.

3
D. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
3. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
4. Permen No. 37/Men/2016 tentang Bejana Tekan.
5. Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
6. Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator
pesawat Uap.
7. Permen tenaga kerja No. Per 01/MEN/1980 Bab II tentang tempat kerja dan
alat alat kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 38 Tahun 2016 tentang Pesawat Tenaga
& Produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 tentang Alat Angkat &
Angkut.
10. Permen No.08/MEN/7/2010 tentang alat pelindung diri.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 09 Tahun 2010 tentang operator dan
petugas pesawat angkat dan angkut.
12. Permennaker no. 04 Tahun 1995 tentang perusahaan jasa keselamatan dan
kesehatan kerja (PJK3).
13. Permennaker no. 38 Tahun 2016 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Kesehatan,Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Pengertian Kesehatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga Dapat mengurangi atau terbebas dari Kejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang Pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan Produktivitas kerja suatu perusahaan atau
lingkungan kerja.

Kesehatan tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi


pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat
secara sosial. Guna melindungi peserta diklat terhadap setiap gangguan yang
timbul dari pelatihan atau lingkungan kerja serta untuk meningkatkan kesehatan
tubuh dan jasmani, kondisi mental atau rohani dan kemampuan fisik dari peserta
diklat maka perlu adanya pemeliharaan kerja terhadap terhadap para peserta
diklat. Para peserta diklat dapat bekerja dengan baik apabila kesehatan dari para
peserta diklat tidak mengalami gangguan yang cukup berarti.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161) bahwa: “Kesehatan Kerja
adalah menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental,
emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan didalam suatu lembaga
pada umunya akan sangat bervariasi. Ada yang melengkapi dengan tenaga ahli
sendiri namun karena dirasa kurang mampu ada yang mempersiapkan
Tenaga medis pada hari-hari tertentu saja. Apabila pada Balai Latihan Kerja
memberikan dan menjamin pelayanan Kesehatan yang cukup baik kepada para
peserta diklat, maka dengan kondisi kesehatan yang cukup baik para peserta
diklat akan dapat mengikuti pelatihan kerja dengan baik dan berjalan dengan
lancar.
Menurut Suma’mur (1985: 1) bahwa : Kesehatan kerja adalah Spesialisasi dalam
ilmu Kesehatan/Kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fiisik atau mental maupun sosial, dengan usahausaha preventif dan kuratif
terhadap penyakitpenyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum.

5
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Kesehatan kerja adalah sehat
tidak hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental, dan sosial.Suatu pelayanan
kesehatan terhadap seseorang didalam pekerjaan yang dimaksudkan untuk
memelihara kondisi kesehatan demi peningkatan produktivitas kerja.

a. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan. Keselamatan
Kerja selalu menjadi perhatian utama pada saat melakukan pekerjaan, hal ini
karena keselamatan kerja mempunyai kontribusi penting dalam peningkatan
kinerja dan produktivitas pekerja. Menurut Moenir, A.S (1987: 146) bahwa:
Keselamatan Kerja adalah suatu keadaan dalam lingkungan kerja atau
tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan orang-
orang yang berada didaerah atau tempat tersebut, baik orang tersebut
pegawai ataupun bukan pegawai organisasi kerja itu.
Menurut Suma’mur (1985: 1) bahwa: “Keselamatan Kerja adalah
keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
dari proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan”.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 163) bahwa: Keselamatan
Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Keselamatan Kerja adalah
suatu kondisi terciptanya jaminan keselamatan atas segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan yang mencakup tenaga kerja, alat-alat kerja,
proses kerja serta lingkungan kerja.

b. Maksud dan Tujuan Program K3


Program K3 merupakan upaya untuk menghindari dari menanggulangi
terjadinya kecelakaan serta peningkatan

6
Kondisi kesehatan kerja. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 162)
bahwa: Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:

 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja


baik fisik, sosial dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
 Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebakan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi Dalam bekerja.
Menurut Randall S schuller dan Susan E. Jackson dikutip dan diterjemahkan oleh Abdul
Rosyid (1999: 197) mengemukakan tentang tujuan pentingnya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bahwa: Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya
kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta
mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan akan
semaki efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan: (1)
meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang, (2)
meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen, (3)menurunnya
biaya-biaya kesehatan dan asuransi, (4) tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran
langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim, (5) fleksibilitas dan
adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa
kepemilikan dan, (6) rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya
citra perusahaan.

7
BAB III
ANALISA DATA

A. TEMUAN
1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Bidang Konstruksi, Listrik
dan Kebakaran
Adapun temuan-temuan positif yang terdapat di PT. Yogyakarta
Tembakau Indonesia adalah sebagai berikut:
a) APAR terlihat dengan jelas dan mudah untuk dijangkau
b) Terdapat jalur evakuasi yang mudah dilihat
c) Terdapat penunjuk arah yang dapat dilihat dengan jelas
d) Terdapat tanda dan pengaman pada sumber bahaya listrik
e) Terdapat petunjuk penggunaan pada APAR
f) Terdapat APAR pada forklift
g) Terdapat label peralatan atau label tanda bahaya
h) Terdapat penyalur petir yang sudah tersertivikasi
i) Terdapat alarm emergency
j) Memiliki kartu tanda kewenangan K3 kebakaran

Selain temuan positif, terdapat juga temuan temuan negatif. Adapun temuan-
temuan negatif yang terdapat di PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat kabel yang melintang di atas tanah
2. APAR pada forklift tidak menggunakan penutup dan pengaman yang
memadai
3. Tidak terdapat panah arah dijalur evakuasi
4. Kartu tanda kewenangan yang sudah kadaluwarsa
5. Penjagaan personal Security berada di bawah panel listrik
6. Instalasi kabel yang terbuka
7. Penyimpanan fuel storage terlalu dekat dengan genset (di dalam satu
ruangan genset)

8
8. Tidak ada penanda Visual pada APAR
9. Inspeksi APAR dilakukan 7 (Tujuh) bulan

2. Pengawasan K3 Dibidang Kesehatan Kerja, Kelembagaan K3 Dan


Penerapan Smk3

A. Temuan Positif K3 Kesehatan Kerja


- Tersedia ruangan poliklinik yang lengkap dan mobil sehat;
- Tersedianya dokter umum yang telah tersertifikasi;
- Tersedianya ruangan laktasi;
- Tersedianya paramedic yang telah tersertifikasi;
- Mendapatkan penghargaan penanggulangan HIV-AIDS di tempat kerja;
- Tersedianya jaminan kecelakaan dan kesehatan kerja;
- Adanya 9 petugas P3K untuk bagian produksi;
- Adanya ruamg musik karyawan;
- Adanya pemeriksaan kesehatan berkala karyawan;
- Tersedianya kantin makan karyawan yang telah tersertifikasi;
B. Kelembagaan dan Keahlian K3
- Tersedia dan tersebar dokumen komitmen kebijakan SMK3;
- Adanya peninjauan, dokumen, HIRARDC, pelatihan, pelaporan K3, dan
sumber daya;
- adanya pelaksanaan audit SMK3 yaitu audit internal;
- adanya tinjaun manajemen dan audit eksternal
- tersedianya sumber daya yang mempunyai kompetensi dan kewenangan
sesuai persyaratan yang berlaku;
- adanya penghargaan SMK3 dari pemerintah;
- adanya sertifikat nihil kecelakaan dari pemerintah.

9
C. Temuan Negatif
- Tidak ada ruangan khusus P3K;
- Hanya terdapat 5 buah kotak P3K tipe C dengan jumlah karyawan
sebanyak 960

10
3. Pengawasan Bidang Mekanik, Pesawat Uap Dan Bejana Tekan

1. Temuan Positif

Analis
N a
Lokas
o Gambar Temuan Potensi Saran Regulasi
i
Bahay
a

1 Boiler Safety Perlu Peraturan


3 valve dibersihk Uap
yang a n di Tahun
sebagai sekitar 1930 Pasal
pengaman safety 12 point
apabila valve (a)
tekanan
dalam
ketel uap
terlalu
besar

2 Boiler Name Pertahank Peraturan


6 plate yang an Uap
digunakan Tahun
untuk 1930 Pasal
menjelask 12 poin j
an
spesifikas
i
dari ketel
uap

1
3
Boiler Manomet Pertahank Peraturan
3 e an Kementria
r, Sebagai n
alat Tenaga
pengukur Kerja Dan
tekanan Transmigr
dalam a si No. 01
ketel uap Tahu
1982
Bab III
Pasal 10

Analis
a
N
Lokasi Gambar Temuan Potensi Saran Regulasi
o
Bahay
a
4 Head Surat Selalu Peratura
office Pemeriksa diperbarui n
an Ketel setelah Uap
Uap dilakukan Tahun
2017/2018 riksa uji 1930
Pasal
40 ayat 1

5 Head Sertifikat Perlu Peratura


office Pembina dilakukan n
a n pembaru Menteri
Teknik a Tenaga
K3 n terhadap Kerja No.
Bidang sertifikat 01 Tahun
Operator 1988
Pesawat
Uap Kelas
I

2
6 Boiler Gelas Cek Peratura
4 Ukur kondisi n
Level Air secara Uap
berkala 1930
Pasal 12
point e
7 Contro Safety Dipertaha Undang –
l Room Sign nkan undang
No.
1 Tahun
1970
Pasal
14 point
b

2. Temuan Negatif
N Lokasi Gambar Temua Analisa Saran Peraturan
o n Potensi Perundan
Bahaya g an
1 Front House Dapat Sebaikny Peraturan
office crane menyeba a house Menteri
mainten tidak bk an crane Tenaga
a nce terdapat barang perlu Kerja No.
control lock safe yang diganti 05 Tahun
diangkat dengan 1985
terlepas yang baru Pasal
dari house 14 ayat
crane 02
2 Worksho Pekerja Dapat Sebaiknya UU No 1
p Las tidak menyebab mengguna Tahun
Mechani menggun k kan APD 1970
c a kan an yang tentang
fabricati Alat kecelakaa telah Keselama
o n room Pelindun n pada disediakan ta n Kerja
g Diri saat oleh Permen
melakukan perusah No.

3
pekerjaan aa n PER.08/
ME
N/VII/2010
Tentang
APD
Permen
No.
02/Men/
198
2 tentang
Klasifikasi
Juru Las

3 Boiler 2 Pipa Dapat Dilakuka Peraturan


bocor menyeba pengelas Uap
pada bk an kulit a n pada Tahun
boiler 5 melepuh bagian 1930 Pasal
karena yang 25
temperatur bocor
tinggi pada
uap

N Lokasi Gambar Temuan Analisa Saran Regulasi


o Potensi
Bahaya
4 Boiler 2 Pekerja Pekerja Seharus Peraturan
tidak dapat ny a Menteri
menggun terkena pekerja Tenaga
a kan percikan menggun Kerja Dan
APD api a kan Transmigr
secara dari tungku APD a si No.
lengkap yag tahan api 08
mengakib yang Tahun
at disediaka 2010 Pasal
kkan luka n oleh 4
bakar perusah Ayat 1
aa n Poin j dan
m

4
5 Generat Pada Dapat Diberika Peraturan
or Room Generat dioperasik n Uap 1930
or a n Name Pasal 12
Tidak melebihi Plate poin j
Terdapat kapasitas
Name ny
Plate a

6 Boiler 5 Pengela Apabila Perlu Peraturan


sa n pengelasa dilakukan Menteri
Kurang n kurang pengelas Tenaga
Sempur sempurna a Kerja dan
na dapat n ulang Transmigr
menyeba pada a si No.
bk bagian 02
an tersebut Tahun
kebocoran 1982
pada Pasal 10
tangki Poin b
7 Boiler 5 Pipa Bisa Harus di Peraturan
insulation menyeba lakukan Pemerint
tidak di bk perbaika ah
cover an n No. 11
dengan kebocoran setiap tahun
baik di uap pipa 1979 bab
tekan insulatio VII
n pasal 16
dengan point 2
baik
No Lokasi Gambar Temuan Analisa Saran Regulasi
Potensi
Bahaya
8 Boiler 1 Kurangny Menyebab Dilakukan UU No 1
a k pembinaa tahun 1970
pembina an n, pasal bab
a n dan kecelakaa pengawas IV pasal 5
pengawas n an dan ayat 1, dan
an kerja, safety talk bab V
mengenai cacat sebelum pasal
potensi fisik dan bekerja 9 ayat 1

5
bahaya fatality Permenak
dilokasi er trans No
kerja 08 tahun
2010

6
4. Pengawasan K3 Bidang Lingkungan Kerja Ergonom Dan Bahan
Kimia Berbahaya.
1. Temuan Positif
a. Toilet sudah pengesahan oleh Dinas Ketenagakerjaan Daerah
Istimewa Yogyakarta
b. Perusahaan telah menyediakan APD, berupa, rompi, helm,
earmuff, guna membantu karyawan dalam menghindari risiko
kecelakaan kerja
c. Terdapat ventilasi di sepanjang ruangan sebelah kiri dan kanan
diseluruh area Perusahaan, dengan kondisi terawat.
d. Perusahaan telah menyediakan : jalur evakuasi, assembly point
e. Perusahaan telah menyediakan ; Papan informasi, EHS, 5R,
serta slogan K3, rambu K3.
f. Perusahaan telah menyediakan fasilitas : kantin, mushola, ruang
laktasi, loker dan poliklinik untuk memfasilitasi kebutuhan tenaga
kerja.
g. Perusahaan telah mendapatkan riksa uji lingkungan kerja dari
Dinas Ketenagakerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Temuan Negatif Lingkungan Kerja dan Ergonomi
a. Penempatan alat dan barang yang tidak tepat, contohnya : helm,
sendal, handpallet, tangga, gerobak, sapu.
b. Posisi duduk di area tim produksi, tidak sesuai dengan meja
yang terlalu pendek, sehingga menyebabkan PAK pada tenaga
kerja.
c. Jumlah toilet yang disediakan Perusahaan tidak sebanding
dengan ratio karyawan

3. Temuan Positif Bahan Kimia Berbahaya


Adanya koordinat TPS (Tempat Penyimpanan Sementara) Limbah
Bahan Kimia Berbahaya

7
4. Temuan Negatif Bahan Kimia Berbahaya
Dikarenakan PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia tidak
menyimpan atau menggunakan Bahan Kimia Berbahaya, maka
temuan negatif Bahan Kimia Berbahaya tidak ditemukan di PT.
Yogyakarta Tembakau Indonesia.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil survey di lapangan di PT. Madu Baru (Madukismo)
untuk saat ini sudah terdapat beberapa peralatan proteksi aktif untuk K3
Pesawat Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan. Ada beberapa
temuan antara lain, sebagai berikut :
a. Beberapa alat mekanik tidak dilakukan pengecekan dan
perawatan secara berkala.
b. Kurangnya pengawasan kepada tenaga kerja untuk pemakaian
Alat Pelindung Diri (APD).
c. Banyak operator yang tidak memiliki SOP dan sertifikasi dalam
bidang pekerjaannya.
d. Kurangnya kesadaran pekerja untuk pemakaian Alat Pelindung
Diri pada pekerjaanya.

B. Saran
a. Pastikan semua prosedur kerja sudah dilakukan sesuai dengan
peraturan keselamatan kesehatan kerja yang sudah di atur dan
ditetapkan pada undang undang.
b. Melakukan pengecekan dan perawatan untuk semua alat mekanik
dan mesin produksi.
c. Menerapkan prosedur keselamatan kerja dan APD pada seluruh
peralatan mekanik.
d. Melakukan pelatihan mengenai prosedur penggunaan alat oleh
tenaga kerja.
e. Melakukan pelatihan kepada tenaga kerja untuk
bidang pekerjaanya/Training.
f. Pada safety valve Perlu ditambahkan sekurang-kurangnya 2
tingkap pengaman (Peraturan Uap Tahun 1930 Pasal 12 point (a).

9
g. Pada Name Tag pengenal yang ada pada setiap boiler harus
jelas dan utuh tahun dan tempat pembuat dan dari mana
pembuatnya (sesuai dengan peraturan uap tahun 1930 pasal 12
huruf J ).
h. House crane harus diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan
standar uji yang telah ditentukan selambat-lambatnya 2 tahun
pertama dan pengujian ulang setiap 1 thaun sekali (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 05 tahun 1985 Bab
VIII Pasal 138 ayat 4).
i. Jumlah boiler yang ada pada PT. Madu Baru adalah total 6 buah,
yang beroperasi 4 buah dan 2 buah stand by berkapasitas 16
ton/jam sehingga membutuhkan operator sebanyak 12 orang yang
terbagi menjadi 4 orang tiap shift. (Peraturan Menteri Tenaga
kerja dan Transmigrasi No 01 tahun 1988 Pasal 9 ayat 1).
j. Generator wajib diuji berkala paling sedikit 5 tahun sekali dan
pemeriksaan 1 tahun sekali (Peraturan Menteri Tenagakerja dan
Transmigrasi No 12 tahun 2015 pasal 11 ayat 1 dan 2).
k. Membutuhkan juru las kelas I (Peraturan Menteri Tenagakerja dan
Transmigrasi 02 tahun 1982 tentang kwalifikasi juru las ditempat
kerja pasal 7 ayat 1).

10

Anda mungkin juga menyukai