KELOMPOK 2
1. ADITYA MUHAMMAD
2. MEILDY KORNELIUS. S
3. SUFALDI UDING
4. DESI HASTRIANA
5. RENALDI
PENYELENGGARA
PT. MULTRIKIDA JAYA UTAMA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T., atas segala rahmat dan
karunia-NYA, sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kunjungan lapangan
di PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia. Selama pelatihan, tim penyusun
telah mendapat bantuan dari berbagai Pihak. Terkait hal tersebut, kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Penyusunan laporan ini dikerjakan dalam kurun waktu yang relatif singkat,
sehingga apabila terdapat banyak kekurangan, mohon dapat dimaklumi.
Akhir kata kami Tim Penyusun berharap semoga Laporan ini dapat
memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara Pelatihan dan
bermanfaat bagi Tim Penyusun dan pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum Lingkungan Kerja dan Ergonomi
2. Dasar Hukum Bahan Kimia Berbahaya
BAB II KONDISI FAKTA PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
B. Proses Produksi
C. Kebijakan K3
D. Temuan
1. Temuan Positif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi
2. Temuan Negatif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi
3. Temuan Positif Terkait Bahan Kimia Berbahaya
4. Temuan Negatif Terkait Bahan Kimia Berbahaya
BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
A. Temuan Positif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi
B. Temuan Negatif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi
C. Temuan Positif Terkait Bahan Kimia Berbahaya
D. Temuan Negatif Terkait Bahan Kimia Berbahaya
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1 Temuan Positif Lingkungan Kerja dan Ergonomi........................................
III.2 Temuan Negatif Lingkungan Kerja dan Ergonomi......................................
III.3 Temuan Positif Bahan Kimia Berbahaya.....................................................
4
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
II.1 Alur Proses Produksi....................................................................................
II.2 Struktur Organisasi P2K3.............................................................................
5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan
tenaga profesional yang mandiri, beretos kerja tinggi dan produktif.
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang
ditujukan pada pembentukan, peningkatan dan pengembangan
tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif dan berjiwa
wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas
lapangan kerja serta kesempatan berusaha.
Memasuki dunia industrialisasi yang semakin modern akan diikuti
oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan
makin kompleks dan rumit, tenaga kerja yang semakin ahli dan
terampil. Namun tidak selamanya penerapan teknologi tinggi dan
penggunaan bahan beraneka macam dalam suatu industri diikuti
dengan selaras peralatan dan mempergunakan bahan dalam proses
industri tersebut. dalam pembangunan ketenagakerjaan perlu
dilakukan pembinaan dan pengembangan syarat-syarat kerja serta
perlindungan tenaga kerja dalam menuju peningkatan kesejahteraan
tenaga kerja.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
telah memberikan tanggung jawab kepada manajemen untuk
melaksanakan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dengan mewajibkan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) ditempat kerja.
Menurut Permenaker 5/2018 lingkungan kerja adalah kesatuan
dari 2 berbagai lingkungan di tempat kerja, yang didalamnya
mencakup faktor fisik, kimia, biologi, fisiologi, ergonomi dan psikologi
yang keberadaanya di tempat kerja dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja. Lingkungan kerja biasanya
menggunakan banyak alat dan bahan untuk menghasilkan sebuah
produk.
6
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan Senyawa
kimia organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan
menjadi 4 yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel
serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) untuk mengatasi
limbah diperlukan pengolahan dan penanganan limbah.
Oleh karena mengingat bahaya yang ditimbulkan tersebut, maka
diperlukan pengawasan bidang K3 sehingga dalam laporan ini kami
mengambil dan membatasi studi Praktek Kerja Lapangan( PKL ) pada
tema pengawasan K3 bidang Lingkungan Kerja, Ergonomi dan Bahan
Kimia Berbahaya di PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia bertempat
di Bantul, Yogyakarta.
7
C. Ruang Lingkup
1. Bidang Lingkungan Kerja
2. Bidang Ergonomi
3. Bidang Bahan Kimia Berbahaya
D. Dasar Hukum
1. Lingkungan Kerja dan Ergonomi
a. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1969 tentang persetujuan
Konvensi ILO No 120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan
kantor-kantor.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
tentang Kesehatan Kerja
c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
e. Peraturan Menaker Nomor PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri
8
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
9
3. Alur Proses Produksi
4. Kebijakan K3 Perusahaan
Dengan luas pabrik 5.500 m2, PT. Yogyakarta Tembakau
Indonesia memiliki jumlah pekerja 960 orang, sebagai pemenuhan
Permenaker nomor 02 Tahun 1998, maka dibentuklah organisasi
P2K3, yang bertujuan untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan, serta
membantu tugas Pimpinan perusahaan.
10
Susunan Organisasi P2K3 PT Yogyakarta Tembakau Indonesia
dapat dilihat pada 2.2
B. TEMUAN
1. Temuan Positif
a. Toilet sudah pengesahan oleh Dinas Ketenagakerjaan Daerah
Istimewa Yogyakarta
b. Perusahaan telah menyediakan APD, berupa, rompi, helm,
earmuff, guna membantu karyawan dalam menghindari risiko
kecelakaan kerja
c. Terdapat ventilasi di sepanjang ruangan sebelah kiri dan kanan
diseluruh area Perusahaan, dengan kondisi terawat.
d. Perusahaan telah menyediakan : jalur evakuasi, assembly point
e. Perusahaan telah menyediakan ; Papan informasi, EHS, 5R,
serta slogan K3, rambu K3.
11
f. Perusahaan telah menyediakan fasilitas : kantin, mushola, ruang
laktasi, loker dan poliklinik untuk memfasilitasi kebutuhan tenaga
kerja.
g. Perusahaan telah mendapatkan riksa uji lingkungan kerja dari
Dinas Ketenagakerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Temuan Negatif Lingkungan Kerja dan Ergonomi
a. Penempatan alat dan barang yang tidak tepat, contohnya : helm,
sendal, handpallet, tangga, gerobak, sapu.
b. Posisi duduk di area tim produksi, tidak sesuai dengan meja
yang terlalu pendek, sehingga menyebabkan PAK pada tenaga
kerja.
c. Jumlah toilet yang disediakan Perusahaan tidak sebanding
dengan ratio karyawan
12
BAB III
ANALISA HASIL TEMUAN
A. ANALISA
Dari identifikasi dan pengawasan K3 di lapangan, ditemui
beberapa temuan positif dan negatif terkait Lingkungan kerja seperti
tercantum pada Tabel III.1 dan Tabel III.2 serta temuan positif dan
negatif untuk Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun di Tabel III.3 dan
Tabel III.4. Selain informasi lokasi, dalam tabel dicantumkan jenis
temuannya, manfaat dan peraturan perundangannya
13
berupa rompi, C)
helm, earmuff,
Permenaker No
08/Men/2010
Tentang Alat
Pelindung Diri.
(pasal 2 ayat
1)
14
informasi
terbaru
mengenai EHS,
5R atau
kegiatan lainnya
15
karena kualitas
udara yang
buruk
3. Program
improvement
bagi
perusahaan
dalam
peningkatan
pengelolaan
lingkungan kerja
2. Analisa Temuan Negatif Terkait Lingkungan Kerja dan Ergonomi
Temuan negatif dari Lingkungan Kerja tercantum di Tabel III.2.
Beberapa temuan belum ditemukan korelasi langsung dengan regulasi.
Untuk temuan yang sama, bisa saja masuk sebagai temuan positif tetapi
dari sudut pandang berbeda juga masuk sebagai temuan negatif.
16
Tabel III. 2 Temuan Negatif
No Lokasi & Temuan Potensi Bahaya P C R Saran Dasar Hukum
Dokumentasi Rekomendasi
17
untuk tenaga
kerja
3. Memberikan
pembinaan
posisi duduk
yang baik,
banyak
meminum air
putih atau
berolahraga,
guna
mencegah
PAK.
18
3 Jumlah Toilet Dapat menyebabkan 2 2 3 Menambah PERMENAKER No 5
sebanyak 24 unit, adanya antrian jumlah toilet tahun 2018 Pasal 34
belum sesuai dalam penggunaan sebanyak 4 ayat 5 point f dan g
dengan ratio jumlah toilet toilet, dengan
tenaga kerja 960 perhitungan :
orang 60 = 4 jamban
Keterangan
1: Rendah
2: Sedang
3. Substansial
4. Berat
19
3. Analisa Temuan Positif Terkait Bahan Kimia Berbahaya
Proses pembuatan rokok tidak menggunakan bahan kimia dan
aktivitas yang lain juga hampir tidak ada yang menggunakan bahan kimia,
maka temuan terkait adanya bahan Kimia Berbahaya dan Beracun seperti
tercantum pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Temuan Positif Bahan Kimia Berbahaya
No Lokasi Temuan Manfaat Dasar Hukum
1 TPS bahan TPS (Tempat Peraturan Menteri
kimia Penyimpanan Lingkungan Hidup
berbahaya Sementara) No.Kep/Men/30
Limbah B3 Tahun 2009
agar
TPS (Tempat memudahkan
Penyimpanan penemuan
Sementara) TPS
Limbah B3
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari pelaksanaan PKL ini adalah:
1. Tim Penyusun dapat mempelajari teori tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, serta mengetahui implementasi K3 di
lingkungan PT. Yogyakarta Tembakau Indonesia.
2. Tim Penyusun sebagai calon Ahli K3 Umum mendapatkan
gambaran implementasi K3 di industri khususnya di bidang
pengelolaan K3 Lingkungan Kerja dan Bahan Kimia
Berbahaya.
3. Tim Penyusun sebagai calon Ahli K3 Umum mendapatkan
pengalaman untuk mengidentifikasi, menganalisis dan
memberikan saran atau rekomendasi terkait pelaksanaan K3
Lingkungan kerja dan bahan Kimia Berbahaya di PT
Yogyakarta Tembakau Indonesia.
B. Saran
1. Saran yang dapat disampaikan ke PT Yogyakarta Tembakau
Indonesia adalah:
a. Peralatan kerja dan barang lainnya yang tidak terpakai,
sebaiknya dapat diberikan penempatan tersendiri yang yang
dapat terlihat dan mudah diambil atau mudah digunakan saat
dibutuhkan, serta Pengurus dapat memberikan pembinaan
kepada karyawan untuk melakukan 5R di lingkungan kerja.
b. Sebaiknya diberikan bantalan pada kursi duduk, diberikan
pergantian waktu shift dan diberikan pembinaan untuk selalu
berolahraga dan minum air putih kepada tenaga kerja di area
produksi, agar dapat mengurangi resiko Penyakit Akibat Kerja.
21
c. Dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 960 orang, sebaiknya
diberikan tambahan toilet bersih sebanyak 4 unit, untuk
memenuhi rasio kebutuhan toilet dengan jumlah tenaga kerja
dalam satu waktu kerja.
22