Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KERJA PRAKTIK VISUAL

AHLI K3 KIMIA
DI PT. ADI SATRIA ABADI
Divisi Penyamakan Kulit
Yogyakarta

Di susun oleh :
Kelompok 2

Saeful Muhtadin - PT Badjatex


Lutfia Apipah - PT Surveyor Indonesia
Maya Sirotu - PT Surveyor Indonesia

23 Oktober 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
 LATAR BEALAKANG...................................................................… 2
 TUJUAN............................................................................................… 3
 DASAR HUKUM..............................................................................… 3
 RUANG LINGKUP .........................................................................… 4
BAB II PEMBAHASAN
 PROFIL PERUSAHAAN................................................................… 5
 KEGIATAN PEMBINAAN TENAGA KERJA DITEMPAT KERJA.. 6
 RENCANA DAN PROSEDUR KEADAAN DARURAT……………… 8
 PROSEDUR KERJA AMAN……………………………………………. 11
BAB III PENUTUP
 KESIMPULAN ................................................................................…. 12
 SARAN .............................................................................................…. 12
LAMPIRAN.........................................................................................................…. 15
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan Industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan, mengangkut, dan


mempergunakan bahan-bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan pembangunan sehingga berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi
industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumberdaya lainnya.

Pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja menyatakan bahwa
setiap pekerja memiliki hak untuk bekerja dalam lingkungan yang aman dan sehat. Selain itu,
pemerintah melalui Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 05 tahun 2018 tentang K3
ditempat kerja menjelaskan bahwa perusahaan yang menggunakan bahan kimia harus
menerapkan standar K3 kimia dalam setiap proses produksi. Dengan adanya penggunaan bahan
kimia dalam proses produksi, maka risiko dan bahaya K3 Kimia akan mengancam keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja, oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memiliki Ahli K3
Kimia. Implementasi K3 Kimia merupakan salah satu upaya yang perlu diterapkan oleh tiap
perusahaan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja pekerja berikut orang lain yang
berada dalam lingkungan tersebut dari risiko bahaya bahan-bahan kimia. Pemerintah pun
berupaya melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep.187/MEN/1999 menjelaskan
secara detail tentang pengendalian bahan-bahan kimia berbahaya di tempat kerja termasuk pula
dengan adanya ahli K3 kimia pada perusahaan yang dimaksud.

Mengingat besarnya tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh Ahli K3 Kimia
sehingga membuat penunjukannya tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Seseorang diakui
menjadi Ahli K3 Kimia setelah melalui serangkaian tahap dan dinyatakan lulus. Selain
mengikuti training, calon ahli K3 Kimia dituntut memahami risiko dan bahaya K3 kimia serta
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya potensial di tempat kerja dengan
kegiatan praktek kerja lapangan melalui zoom dan video virtual terhadap PT Adi Satri Abadi
yang bergerak dibidang manufaktur penyamakan kulit yang berlokasikan di Yogyakarta.
1.2 TUJUAN

 Peserta pelatihan Agar dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama pelatihan
kedalam tempat kerja.
 Peserta pelatihan mampu mengidentifikasi berbagai keadaan yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan menggangu kesehatan kerja
 Peserta pelatihan mampu menganalisa penyebab dan akibat dari pekerjaan yang
membahayakan pekerja, alat produksi dan lingkungan
 Peserta pelatihan dapat memberikan rekomendasi terhadap keadaan yang berbahaya bagi
pekerja, peralatan produksi dan lingkungan
 Pemenuhan syarat yang diperlukan untuk mendapatkan Sertifikat Petugas K3 Kimia.

1.3 DASAR HUKUM

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara tahun 1970
No. 1, Tambahan Lembaran Negara No. 2918).

 UU Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Lingkungan Kerja.

 Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3)

 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat kerja

 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan


Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelengaraan Perlindungan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bejana Tekan dan Tangki Timbun

 Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran
 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

 Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

1.4 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Kerja Praktik Visual di PT Adi Satria Abadi adalah sebagai berikut:
 Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja di Tempat kerja
 Rencana dan Prosedur Keadaan Darurat
 Prosedur Kerja Aman
 Daftar Nama dan Sifat Kimia serta Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
II. POKOK BAHASAN

2.1 PROFIL PERUSAHAAN


PT Adi Satria Abadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan PT.ASA adalah salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang industri perkulitan. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26
Juli 1994 oleh Bp. Subiyono, B.Sc, Bp. Diyono Hening Sasmito, B,Sc dan Ibu M.
DifalikTantowiyah. Dalam usia yang masih tergolong muda, dengan berbekal tekad dan
semangat serta pengalaman bertahun-tahun dalam bidang pengelolaan kulit maka sekarang PT.
Adi Satria Abadi bisa menjadi Perusahaan yang diperhitungkan di kancah industri perkulitan di
dunia. Terbukti dengan kapasitas, produksi dan pemasaran yang terus meningkat.

Awal berdiri PT. Adi Satria Abadi dilakukan dengan menyewa tempat di beberapa daerah.
PT. Adi Satria Abadi menyewa di Komplek LIK Maguwoharjo yang dipakai untuk perkantoran.
Sedangkan untuk proses basah, PT. ASA menyewa tempat dan peralatan di CV. Bengawan Solo
di Surakarta, Jawa Tengah. Produk-produk yang dihasilkan berupa kulit untuk bahan busana
(garment) dari kulit domba dan untuk atasan sepatu (uppershoes) dari kulit kambing. Pada
perkembangannya, dengan banyaknya permintaan pasar, perusahaan kemudian menyewa lagi di
beberapa tempat dan peralatannya. Diantaranya PT. Sinar Obor Jaya Yogyakarta dengan produk
kulit sarung tangan dressglove, battingglove dan garmentleather.

Dibandingkan dengan produk lain yang sebelumnya telah di produksi, ternyata produksi
bahan sarung tangan menempati peringkat tertinggi dari seluruh jumlah nilai hasil pemasaran.
Karena permintaan terus bertambah, maka perusahaan manaikkan kapasitas produksinya,
sehinga perusahaan menyewa lagi tempat dan peralatan PT. Bromo Sakti Yogyakarta dengan
produk yang dihasilkan yaitu kulit bahan sarung tangan battingglove dan sarung tangan golf.
Kemudian PT. ASA menyewa lagi di CV. Sinar Surya Magelang dengan hasil produksi bahan
sarung tangan golf warna putih (snowwhite), sarung tangan battingglove dan chamoise.

Seiring berjalannya waktu dan permintaan pasar yang semakin meningkat, sehingga
menuntut perusahaan untuk bisa mempunyai tempat sendiri guna proses pengolahan kulit. Untuk
itu perusahaan membangun pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Ds. Banyakan, Sitimulyo,
Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Pabrik di bangun pada tahun 2002 dan mulai beroperasi mulai
dari tahun 2003 sampai sekarang.
2.2 KEGIATAN PEMBINAAN TENAGA KERJA DI TEMPAT KERJA
No Temuan dan Sumber Bahaya Analisa Potensi Rekomendasi Regulasi/Standar
Lokasi Bahaya
A. Positif
1 Produksi Untuk pembinaan K3, - Tidak hanya mempunyai Undang-Undang
perusahaan telah memiliki ahli ahli K3 umum tetapi No. 1 Tahun 1970
K3 umum harus ada penerapan Bab 3 pasal 3
dilapangan yaitu dengan
melakukan pembinaan
K3 melalui pelatihan K3
terhadap karyawan

Perusahaan juga telah menunjuk - Peraturan


2 Produksi Pengendalian terus
personil sebagai petugas K3 Pemerintah Nomor
terkait yaitu Petugas dilakukan secara rutin 41 Tahun 1999
tentang
pengendarian pencemaran udara sesuai perundangan yang
Pengendalian
dan emisi. berlaku Pencemaran Udara

Undang-undang
No.23 Thn 1997
tentang pengelolaan
lingkungan hidup

Perusahaan juga telah - Permenkes No.48


3 Produksi Pembinaan harus terus
melakukan pembinaan akan Tahun 2016 Pasal
prosedur keadaan darurat dilakukan sebagai 14 ayat 1 dan 2
pengingat/refreshment
bagi karyawan

Terlihat perusahaan juga telah - Permenkes No.48


4 Produksi Pembinaan harus terus
melakukan pembinaan Prosedur Tahun 2016 Pasal
Keadaan Darurat pada bagian dilakukan sebagai 14 ayat 1 dan 2
IPAL pengingat/refreshment
bagi karyawan

B Negatif
Perusahaan belum mempunyai Dengan tidak adanya
1 Produksi Perusahan harus Kepmen 187 tahun
Petugas K3 Kimia sebagai salah petugas K3 Kimia
satu syarat pengendalian untuk maka tidak ada orang menunjuk seorang 1999 Bab I pasal 3,
perusahan dengan potensi yang membantu pekerja sebagai petugas Bab IV pasal 17
bahaya menengah mengawasi K3 Kimia dengan
pelaksanaan peraturan
perundang-undangan terlebih dahulu
K3 bahan kimia mengikutkannya dalam
berbahaya training petugas K3
kimia

Terlihat beberapa karyawan


2 Produksi Dengan tidak Dilakukan Undang-undang no
belum benar dalam penggunaan
APD menggunakan APD training/pembinaan 1 tahun 1970
secara benar maka mengenai managemen Permenakertrans no
keamanan dan APD 1 tahun 1981
keselamatan pekerja
tidak terjamin
2.3 RENCANA DAN PROSEDUR KEADAAN DARURAT
No Temuan Sumber Bahaya Analisis Potensi Rekomendasi Regulasi/Standar
dan Lokasi Bahaya
A Positif
1 Produksi Telah membuat program - Tetap melakukan drill PP No. 50 tahun 2012
rencana tanggap darurat evacuation secara
berkala agar dapat
memastikan bahwa
pekerja paham dan siap
jika terjadi kondisi
tanggap darurat

2 Produksi Telah memiliki SOP tanggap - Selalu mensosialisasikan Permenkes No. 48 tahun
darurat berupa Emergency SOP tanggap darurat 2016
Handbook kepada pekerja terutama
pekerja yang baru
bergabung

3 Tersebar Telah tersedia APAR dan - Melakukan pengecekan KepMen No.


seluruh area Hidran berkala untuk APAR 187/MEN/1999
pabrik dan hidran
B Negatif
1 Produksi Tersedia site plan untuk jalur Ada nya rambu-rambu Harusnya dipasang Permenkes No. 48 tahun
evakuasi namun tidak arah jalur evakuasi rambu-rambu arah jalur 2016
terpasang rambu-rambu arah sangat penting dalam evakuasi agar
jalur evakuasi menuju titik kondisi darurat pekerja mempermudah proses
kumpul dan orang yang ada di evakuasi ketika terjadi
lingkungan kerja kondisi darurat
karena belum tentu
semua mengetahui
arah menuju titik
kumpul

2 Produksi Beberapa APAR terhalang Terjadi kesulitan Sebaiknya APAR KepMen No.
oleh benda dalam mengambil diletakkan pada posisi 187/MEN/1999
APAR jika terhalang yang tidak terhalangi
oleh benda lain oleh benda lain
2.4 PROSEDUR KERJA AMAN
No Temuan dan Sumber Bahaya Analisa Potensi Bahaya Rekomendasi Regulasi/Standar
Lokasi
A. Positif
1 Boiler Sudah dilakukan - Pengecekan dan Undang-Undang
pengecekan berkala perawatan berkala No. 1 Tahun 1970
untuk bejana pasal 3
bertekanan Permen No 37 tahun
2016 pasal 2

1. Sudah tersedia
2 Ruang - Pengecekan Undang-Undang
emergency
chemical shower dan regular untuk No. 1 Tahun 1970
spill kit kondisi shower Bab 3 pasal 3
2. Tersedia P3K dan sign spill kit
B Negatif
1. Pengecekan
1 Ruang Drum proses ada Adanya kebocoran drum pada Undang-Undang
berkala
Dyeing kandungan saat dimasukan chemical, drum kondisi drum No. 1 Tahun 1970
chemical dan yang berputar belum ada 2. Pembatas pasal 3
bergerak belum ada pembatas kerja dengan karyawan drum dengan
karyawan
pengecekan berkala
dan pembatasan
area kerja

2 Produksi Label Limbah B3 Perusahan memiliki limbah B3 Memberikan PP No 22 tahun


padat yang dimasukkan dalam identitas untuk 2021
kemasan tetapi belum diberikan setiap limbah B3
identitas dan simbol limbah B3. yang sudah
dikemas dalam
kemasan
3 Produksi Pengelasan/ Tidak menggunakan APD yang Seharusnya PP No. 50 tahun
pemotongan pisau sesuai menggunakan 2012
APD seperti
goggles agar
tidak
membahayakan
pekerja
4 Ruang Sisa chemical dari Sisa chemical dapat secara tidak Tempat makan Undang-Undang
chemical proses produksi sengaja masuk dan tertelan ke dan minum dalam No. 1 Tahun 1970
personal area khusus yang Bab 3 pasal 3
terpisah dari
proses
pengolahan
chemical
III. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari hasil observasi visual yang sudah dilakukan maka dapat ditarik beberapa hal yaitu :
1. Perusahaan PT. Adi Satria Abadi dalam kegiatan pembinaan tenaga kerja ditempat kerja
secara umun sudah berjalan dengan baik, hal tersebut dilihat dari temuan yang positifnya
lebih banyak dibandingkan dengan temuan negatifnya, serta adanya ahli K3 umum
ditambah Petugas Pengendalian Pencemaran Udara.
2. Perusahaan PT. Adi Satria Abadi Perusahaan berdasarkan keputusan Dinas Tenaga
Kerja DIY masuk dalam kategori potensi bahaya menengah namun belum mempunyai
petugas K3 kimia sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Kepmenaker No. 187 Tahun
1999.
3. Perusahan PT. Adi Satria Abadi sudah melakukan pengelolaan potensi bahaya dan
resiko di lingkungan kerja dan melakukan identifikasi dan pemetaan terhadap kondisi
kondisi apa saja yang dianggap kondisi kedaruratan dan telah menetapkan kejadian
gempa bumi dan putting bliung sebagai keadaan darurat yang mempunyai resiko yang
paling tinggi.
4. Perusahan PT. Adi Satria Abadi sudah mempunyai prosedur tanggap darurat disertai
juga dengan hand book yang diberikan ke semua karyawan, memiliki team rescuer dan
petugas P3K yang terlatih serta ketersediaan peralatan kedaruratan (APAR, Hydrant,
P3K) dan klinik dengan petugas medis
5. Perusahaan PT. Adi Satria Abadi dalam penerapan kerja aman sudah menerapkan proses
ijin kerja dalam pekerjaan yang berada di luar pekerjaan sehari hari, pengendalian resiko
sudah dilakukan dengan melakukan penetapan APD untuk masing masing area spesifik,
namun untuk penerapannya di lapangan memang belum maksimal dengan melihat ada
pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa karyawan dan sudah masuk dalam temuan
negatif.

3.2 SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk kegiatan pembinaan K3 di PT. Adi Satria Abadi yang sudah berjalan agar bisa
dipertahankan dan dilakukan pengingatan kembali/refreshment kepada karyawannya
2. Penerapan K3 bukan hanya sekedar penunjukan Ahli K3 akan tetapi penerapan
dilapangannya sehingga dapat mengurangi resiko dan insiden, baik itu kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja
3. Sebisa mungkin secepatnya mengikutsertakan salah satu personil untuk mengikuti
kompetensi petugas K3 kimia sebagai salah satu syarat pengendalian bahaya kimia untuk
perusahaan dengan potensi bahaya menengah
4. Pembinaan/Sosialisasi Manajemen APD untuk pekerja bisa dilakukan pengingatan
kembali/refreshment

LAMPIRAN
Daftar Nama dan Sifat Kimia serta Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Ceklist PKL
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : KEP. 187/MEN/1999
TANGGAL : 29 SEPTEMBER 1999
DAFTAR NAMA DAN SIFAT KIMIA SERTA
KUANTITAS BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Nama Perusahaan : PT. ADI SATRIA ABADI
Alamat : Divisi Penyamakan Kulit, Dusun Banyakan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta
Tetepon/Fax : N/A
Kuantitas
SIFAT BAHAN KIMIA KLASIFIKASI NFPA Ket.
Bahan
Daerah
Mudah
Titik mudah Toksisitas NAB bpj Oksidator
meledak
No Nama Bahan Nyala terbakar
dC LD50
LD50 LC50
% % (kulit)
(mulut) (pernafasan) ya tidak ya tidak H F S
LFL UFL mg/Kg
mg/Kg bb mg/L
bb
Sodium Chloride
1 - - - 3000 10000 - - - tidak - tidak 1 0 0 N/A
(7647-14-5)
Tawas / Alumunium
2 - - - 300 - 2000 >5000 - - - tidak - tidak 2 0 0 N/A
Sulfat (10043-01-3)
Chromosal B /
Chromium (III) 0.5 mg/m3/8
3 - - - 3530 - <4.58 /4 jam - - - - 1 0 0 N/A
Sulfate jam
(12336-95-7)
Amonnia (7664-41- - 25 mg/m3/8
4 16% 25% - - 4,93/4 jam - tidak - tidak 3 1 0 N/A
7) 77,7°C jam
Formic Acid (64-18-
5 49,5°C - - - - 7,93/4 jam - - tidak - tidak 3 2 0 N/A
6)

Catatan :
- LFL (Lower Flammable Limit) :
Konsentrasi batas terendah mudah terbakar
- UFL (Upper Flammable Limit) :
Konsentrasi batas tertinggi mudah terbakar
- NFPA (National Fire Protection Association)
o BB : Berat Badan
o H (Health) : Bahaya terhadap kesehatan
o F (Fire) : Bahaya terhadap kebakaran
o S (Stability) : Bahaya terhadap stabilitas (reaktifitas)

Anda mungkin juga menyukai