KELOMPOK 1
1. Bidara De Laida
2. Noveria Dewi Eka Paradita
3. Nur Oktaviani Pomalango
4. Ratna Mutumanikam Tuharea
5. Veny Rifqah Fadillah
6. Zahra Khairunnisa
PENYELENGGARA
PT. LINTAS PENGEMBANGAN MENEJEMEN INDONESIA (LPMI)
Jakarta, 2 Agutus 2023
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP......................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 18
REFERENSI .................................................................................................................. 19
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era industrilisasi memberikan perkembangan yang pesat terhadap
penerapan teknologi, semakin berkembangnya teknologi maka akan berpengaruh
pula terhadap perkembangan yang sangat pesat pada bidang industri manufaktur,
perusahaan akan memiliki target produksi pada setiap periodenya, hal tersebut
menyebabkan proses produksi dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas produksi guna mencapai target produksi dan mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Proses produksi yang dilakukan secara terus menerus
akan berpengaruh terhadap waktu kerja ternaga kerja, tenaga kerja merupakan salah
satu aset yang sangat penting maka dari itu perlindungan terhadap tenaga kerja
menjadi tantangan yang cukup berat terhadap penerapan hak dasar yang harus
dipenuhi yaitu mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pekerja selama berada di
tempat kerja.
Kemungkinan bahaya-bahaya yang dapat merugikan tenaga kerja maupun
perusahan yaitu seperti kecelakaan ringan, kecelakaan berat, kebakaran, ledakan,
pencemaran lingkungan, dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Bahaya-bahaya ini dapat
menyebabkan tenaga kerja mengalami adanya potensi kecacatan, penurunan fungsi
anggota tubuh, bahkan sampai potensi meninggal dunia. Potensi bahaya dapat terjadi
dari kelalaian tenaga kerja ataupun kelalaian manajemen.
Guna meminimalisir dan mencegah terjadi Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja maka pemerintah menerapkan standar keselamatan kerja yang disebut sebagai
Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pembentukan SMK3 di
perusahaan diatur dari kriteria-kriteria yang wajib dipenuhi oleh setiap perusahaan
dan dilakukan audit dalam waktu 3 tahun sekali oleh auditor yang ditunjuk
Kementerian Tenaga Kerja. Untuk menerapkan SMK3 di perusahaan maka
dibutuhkan organisasi yang kompeten dibidang K3 yaitu Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) agar pemenuhan dan pelayanan K3 dapat
dilaksanakan dengan baik. P2K3 tersusun atas tenaga-tenaga kerja ahli yang
1
terampil. Apabila terdapat keterbatas dalam pemenuhan dan pelayanan di
perusahaan maka diperlukanya peran Pembina Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (PJK3).
Tujuan dari PKL (Praktek kerja Lapangan) adalah mendapatkan pengetahuan
terkait dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan untuk
menjadikan prasyarat bagi para calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum.
Kegiatan Training ini dilaksanakan selama 12 hari, termasuk didalamnya Observasi
ke Lapangan (PT. NARUMI INDONESIA), dalam Hal ini Kelompok I akan melihat
mengenai bidang K3 kelembagaan dan keahlian, penerapan SMK3, dan kesehatan
kerja. .
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah rangkaian
kegiatan pelatihan Ahli K3 Umum yang bermaksud untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan peserta pelatihan dalam konteks memiliki semua pengetahuan teoritis
maupun pengetahuan lapangan. Kemudian, maksud lainnya dilakukannya PKL ini
untuk melakukan observasi penerapan K3 yang berada di PT. Narumi Indonesia yaitu
terkait penerapan kelembagaan dan keahlian, penerapan SMK3, dan penerapan
kesehatan kerja.
Tujuan pelaksanaan PKL :
1. Menerapkan ilmu atau teori yang didadaptan dalam pelatihan AK3U di area kerja
PT. Narumi Indonesia.
2. Melakukan Obsevasi, analisa, dan evaluasi terkait kelembagaan dan keahlian.
3. Melakukan Observasi, analisa, dan evaluasi terkait penerapan SMK3.
4. Melakukan Observasi, analisa, dan evaluasi terkait kesehatan kerja.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengamatan Kelompok I sbb :
1. Kelembangaan dan Keahlian
2. Penerapan SM3
3. Kesehatan kerja
2
D. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum Kelembagaan dan Keahlian
a. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Permenaker No. Per.04/Men/1987 tentang P2K3 serta tata Cara
Penunjukkan Ahli Keselaman Kerja.
d. Permenaker No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukkan
Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
e. Permenaker No. Per.04/Men/1995 tentang Perusahaan jasa K3 (PJK3).
f. Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan.
2. Dasar Hukum Penerapan SMK3
a. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87.
c. Peraturan Pemerintah N0. 50 Tahun 2013 tentang Penerapan SMK3.
3. Dasar Hukum Kesehatan Kerja
a. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Permenaker No. Per.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan.
d. Permenaker No. Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
e. Permenaker No. Per.01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi
Dokter Perusahaan.
f. Permenaker No. Per.01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi
Paramedis.
g. Permenaker No. Per.15/Men/2008 tentang Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan.
h. Permenaker No. Per.01/Men/1981 tentang Kewajiban Melaporkan PAK
i. Permenaker No. Per/333/Men/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan PAK.
j. SE Menaker No. SE.01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruangan
Makan.
3
k. Kepmenakertans No. Kep.68/Men/IV/2004 tentang Pencegahan dan
Peanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
l. Kepdirjen No. 22 Tahun 2008 tentang Penyelanggaraan Pelayanan
Kesehatan Kerja.
4
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat
PT. Narumi Indonesia merupakan sebuah perusahaan PMA Jepang yang
telah beroperasi sejak tahun 1996 dan dikenal sebgai industry manufaktur
tableware Bone China, dengan merek “NARUMI” yang telah memiliki kualitas
nomor satu di Indonesia maupun didunia. Nama “NARUMI” sendiri diadopsi dari
nama sebuah kota di Japang yaitu Kota Narumi, Kota tersebut menjadi tempat
perusahaan induk ini berada dan juga menjadi nama perusahaan induknya, yaitu
Narumi Corporation, Jepang.
5
yang dipasarkan 95% untuk ekspor dan sisanya untuk keperluan domestik
Indonesia. Secara geografis letak PT. Narumi Indonesia sebagai berikut:
6
B. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Narumi Indonesia
Menjadi Pabrik Bone China No. 1 di Dunia
Selain Visi dan Misi, PT. Narumi Indonesia juga mempunyai kebijakan terkait
mutu yaitu:
Kebijakan Mutu:
PT. Narumi Indonesia akan berusaha untuk selalu:
MENJADI PABRIK YANG DIPERCAYA PELAGGAN, DENGAN CARA
MEMENUHI PERSYARATAN PELANGGAN DAN REGULASI MELALUI
PENINGKATAN PRODUK DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU YANG
BERKESINAMBUNGAN DENGAN MEMPERHATIKAN:
1. DELIVERY YANG PENDEK (TEPAT WAKTU)
2. KUALITAS TINGGI (ZERO COMPLAIN)
3. TEKNIK TINGGI (MENJAGA KESTABILAN & MENINGKAT
BUDOMARI/YIELD)
C. Hasil Produk
7
Gambar 2.3 Contoh Produk PT. Narumi Indonesia
8
BAB III
TEMUAN & ANALISA
9
No Foto/Info Temuan/ Saran/ Peraturan
Risiko Rekomendasi Perundangan
- Penelitian dan
Pengembangan
10
B. Penerapan SMK3
1. Temuan & Analisa
No Foto/Info Temuan/ Saran/ Peraturan
Risiko Rekomendasi Perundangan
1 Kebijakan K3 Temuan positif Kebijakan K3 PP No. 50 Tahun
PT Narumi sebaiknya 2012 tentang
Indonesia sudahdisesuaikan Penerapan SMK3
dengan peraturan
memiliki
dan dilengkapi
kebijakan dan dengan tanggal
Komitmen K3 pengesahan serta
ditandatangani
Temuan Negatif oleh pimpinan
Kebijakan K3 perusahaan.
yang ada belum Selain itu
sesuai dengan kebijakan K3 di
peraturan review secara
perundangan berkala serta
disosialisasikan ke
seluruh pekerja
11
tersertifikasi orang pekerja atau
SMK3 sesuai lebih, atau
peraturan mempunyai
perundangan tingkat potensi
bahaya tinggi
wajib menerapkan
SMK3.
4 Audit SMK3 Temuan Negatif Perusahaan yang PP No. 50 Tahun
Perusahaan mempekerjakan 2012 tentang
belum paling sedikit 100 Penerapan SMK3
tersertifikasi orang pekerja atau
SMK3 sesuai lebih, atau
peraturan mempunyai
perundangan. tingkat potensi
Selama ini, audit bahaya tinggi
terkait K3 wajib menerapkan
dilakukan SMK3.
berdasarkan
persyaratan
customer
(pelanggan)
5 Badan / Lembaga Audit Temuan Positif Untuk menjamin - PP No. 50 Tahun
Perusahaan pelaksanaan 2012 tentang
bekerja sama Sistem Penerapan SMK3
dengan lembaga Manajemen K3 - ISO 45001:2018
audit yaitu TUV dan Sistem
- ISO 14001:2015
Rheinland terkait Manajemen
audit Sistem Lingkungan
Manajemen dengan baik,
Mutu ISO sebaiknya
9001:2015 perusahaan
menerapkan
SMK3, ISO
45001:2018 dan
ISO 14001:2015
6 Penghargaan K3 Temuan Positif Perusahaan - SNI ISO
PT Narumi sudah seharusnya 9001:2008
Indonesia telah menjamin kualitas ISO 9001:2015
mutu produkya
mendapatkan
sesuai dengan
beberapa standar yang
penghargaan berlaku
terkait mutu/
kualitas, antara
lain :
12
- Sertifikasi SNI
7275-2008
- Sertifikasi ISO
SNI 9001:
2008
Sertifikasi ISO
9001:2015
Temuan Negatif
Masa berlaku
sertifikat
assessement
tersebut telah
habis yaitu Okt
2018
8 Sertifikat produk sesuai dengan Temuan Positif Sertifikasi Standar - SNI ISO
Standar Sistem Mutu SNI ISO Mutu dilakukan 9001:2015
13
9001 : 2008 PT Narumi setiap 4 tahun - Permen
Indonesia telah sekali dan Perindustrian No.
melakukan menyesuaikan 48 Tahun 2018
dengan standar
sertifikasi sistem tentang
yang terbaru yaitu
manajemen Standar Sistem Pemberlakuan
mutu untuk Mutu SNI ISO SNI Keramik
produk sesuai 9001:2015 Tableware
dengan Standar Secara Wajib
Sistem Mutu SNI
ISO 9001:2008
Temuan Negatif
Perusahaan
belum
resertifikasi dan
menyesuaikan
dengan standar
mutu yang
terbaru yaitu SNI
ISO 9001:2015
9 Sertifikat ISO 9001:2015 Temuan Positif Audit terkait ISO 9001:2015
PT Narumi Sistem
Indonesia telah Manajemen Mutu
ISO 9001:2015
tersertifikasi ISO
dilakukan 2 tahun
9001:2015 sekali
Temuan Negatif
Sertifikat yang
tertera masa
berlakunya
sudah habis
yaitu hingga
2019
14
C. Kesehatan Kerja
1. Temuan & Analisa Positif
No Foto/Info Temuan/ Saran/ Peraturan
Risiko Rekomendasi Perundangan
1 Ruang Klinik Terdapat Klinik Memang wajib - UU No. 13 Tahun
diperusahaan disediakan Klinik 2003 ttg
yang disertai apabila jumlah Ketenagakerjaan
oleh Tenaga pekerja 500 orang - Permenaker No. 3
Medis. untuk potensi Tahun 1982 ttg
bahaya tinggi Pelayanan
sesuai dengan Kesehatan Kerja
peraturan - Kepdirjen
perundangan. Binwasnaker No.
22 Tahun 2008 ttg
Juknis
Penyelenggaraan
Pelayanan
Kesehatan Kerja.
15
No Foto/Info Temuan/ Saran/ Peraturan
Risiko Rekomendasi Perundangan
16
No Foto/Info Temuan/ Saran/ Peraturan
Risiko Rekomendasi Perundangan
6 Tenaga Medis Perusahaan Telah memenuhi - Permenaker No. 1
memiliki Dokter regulasi secara Tahun 1976 ttg
dan paramedis administrasi. Kewajiban Latihan
yang Hiperkes Bagi
tersertifikasi Dokter
Hiperkes. Perusahaan
- Permenaker No. 1
Tahun 1979 ttg
Kewajiban Latihan
Hiperkes Bagi
Paramedis
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan saat PKL di PT. Narumi
Indonesia ditemukan bahwa PT. Narumi Indonesia telah mengimplementasikan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, namun dari semua yang telah diterapkan masih terdapat beberapa
temuan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan.
Setelah dilakukan analisa penyesuaian antara lapangan dengan peraturan
perundang-undangan ditemukan 3 temuan positif dan 2 temuan negatif terkait
kelembagaan dan keahlian, untuk aspek penerapan SMK3 ditemukan 7 temuan
positif dan 7 temuan negatif, dan ditemukan 6 temuan positif dan1 temuan negatif
terkait kesehatan kerja.
B. Saran
1. Diharapkan perusahaan dapat mempertahankan temuan positif terkait
kelembagaan dan keahlian, penerapan SMK3, dan kesehatan kerja.
2. Diharapkan perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap temuan negatif
dari aspek kelembagaan dan keahlian, penerapan SMK3, dan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
18
REFERENSI
19