TAHUN 2023
KELOMPOK 3
1. ARI SOFIAN
2. RAMADHANI
3. RISHTA YUNITA DOLLI
4. TB. BENNY KURNIAWAN
5. YUNIFAN FAUZAN FARRAS
03 Agustus 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga laporan praktik kerja lapangan ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun berdasarkan
hasil kunjungan lapangan pada PT. Internasional Furniture industries yang sebagai salah satu
syarat kelulusan dalam pelatihan calon Ahli K3 Umum. Selama pelatihan, pelaksanaan PKL dan
penyusunan laporan, penyusun telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terkait hal
tersebut, kami menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Seluruh Staf PT. Internasional Furniture industries yang telah memberikan izin untuk
melakukan kegiatan kunjungan lapangan.
2. Rekan-rekan peserta pelatihan Ahli K3 Umum Periode 24 Juli – 05 Agustus tahun
2023 yang telah mampu menjaga suasana pelatihan yang kondusif dan dapat
mewujudkan kerjasama yang baik.
Penyusunan laporan ini dikerjakan dalam kurun waktu yang relatif singkat, sehingga
sangat wajar apabila masih banyak kekurangannya. Akhir kata, penyusun berharap semoga
laporan ini dapat memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh penyelenggara pelatihan dan
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Internasional Furniture industries berdiri pada tahun 2000, merupakan perusahan
produksi perakitan dimana material kayunya dari jepara, karawang dan ada juga penggunaan
beberapa bahan kimia (contoh : cat, lem, tiner, coat). PT. Internasional Furniture industries
sudah menerapakan Keselamatan dan kesehatan kerja dan belum menerapkan sistem
manajemen K3 di dalam segala aktivitasnya yang ada di lingkup produksi. Di perusahaan ini
terdapat beberapa ruang lingkup K3 didalamnya, dimana diantaranya K3 bidang mekanik
(Pesawat Produksi, Pesawat Angkat dan Angkut), dan Bejana Tekan. Oleh karena itu, PT.
Internasional Furniture industries merupakan lokasi yang tepat untuk kami calon ahli K3 umum
dalam melakukan observasi lapangan. Pembahasan yang diambil yaitu pengawasan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang mekanik (Pesawat Produksi, Pesawat Angkat
dan Angkut , Bejana Tekan dan Lingkungan Kerja ).
4
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui kondisi lingkungan kerja di PT. Internasional Furniture Industries.
2. Mendapatkan gambaran mengenai penerapan K3 di PT Internasional Furniture
Industries .
3. Menganalisis temuan potensi dan resiko bahaya kecelakaan kerja di PT. Internasional
Furniture Industries.
4. Mengaplikasikan sistem K3 di tempat kerja.
5
C. Dasar Hukum K3 Tangki Timbun dan Bejana Tekan
1. Permenaker No. 37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Bejana Tekanan Dan Tangki Timbun.
2. Kepdirjen No.04 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan
dan Pengujian Lisensi K3 bagi Personil K3 PAA, PTP, PU, BT dan Tangki
Timbun.
D. Dasar Hukum K3 Lingkungan
1. Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No.120
mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
2. Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja
3. Kepnaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat
kerja.
4. Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian bahan kimia berbahaya di
tempat kerja.
5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 tentang nilai Ambang Batas
Faktor Kimia, udara lingkungan kerja dll.
6
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
PT. International Furniture Industries atau biasa disingkat menjadi IFI, adalah Perusahaan
yang bergerak di bidang furniture yang banyak menggunakan bahan berbahaya seperti serbuk
kayu. Perusahaan IFI telah terdaftar pada tahun 2020 dan beralamat di Jl. Irian raya blok e-23
(Cakung), Jakarta utara, Jakarta 14140, Indonesia. PT. International Furniture Industries memiliki
121 karyawan, dengan rincian 4 karyawan tetap dan 117 karyawan harian. Dengan jumlah
karyawan wanita sebanyak 4 orang dan 117 orang karyawan pria. Seluruh karyawan
PT. International Furniture Industries telah diikutsertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan.
Adapun tujuan dari perusahan PT. International Furniture Industries :
1. Menggunakan bahan baku sesuai peraturan
2. Membuat produk yang berkualitas sesuai pesanan
PT. International Furniture Industries sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) akan tetapi belum menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3). PT. International Furniture Industries memiliki tanggung jawab penuh terhadap lokasi
kerja. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi PT. International Furniture Industries .
7
PT. International Furniture Industries senantiasa melakukan pembaruan sarana dan
prasarana penunjang penyampaian informasi. Selain itu PT. International Furniture Industries
memberikan kemudahan akses informasi secara transparan dan akurat bagi pemangku
kepentingan. PT. International Furniture Industries juga terus berupaya memperkuat platform
teknologi informasi untuk menjaga dan meningkatkan kehandalan dalam penyediaan informasi
secara terintegrasi, tepat waktu, dan tepat sasaran.
2. Terluka/Tergores
Potensi bahaya terluka/tergores ini terjadi akibat permukaan material mebel yang kasar.
8
3. Terjepit
Pemakaian mesin-mesin produksi, serta cara kerja dan sikap kerja yang kurang sesuai,
sering kali dapat menimbulkan potensi bahaya. angka kecelakaan kerja yang sering
terjadi adalah terjepit. kecelakaan ini biasanya terjadi pada proses pengangkatan
menggunakan grider crane yaitu terjepit engine pesawat yang mungkin terjadi. Pada
umumnya tenaga kerja di perusahaan ini kurang berhati-hati dan tidak patuh pada
pedoman kerja sehingga kecelakaan kerja tersebut dapat terjadi.
4. Sesak nafas
Potensi bahaya sesak nafas akibat aktivitas produksi, assembly dan juga proses
pengangkatan dan pemindahan material di workshop dan warehouse menghasilkan
serbuk dan debu.
5. Tertimpa
Potensi bahaya tertimpa akibat proses pengangkatan, pemindahan,penyusunan dan
penyimpanan material yang tidak sesuai SOP.
6. Terpotong
Potensi bahaya terpotong juga sering kita temui di tempat kerja. Ini terjadi akibat salah
satunya faktor unsafe action (human error) , unsafe condition (alat kerja yang tidak
berstandar/bersertifikat), dan SOP yang tidak dijalankan oleh pekerja.
7. Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh sering kali ditemukan di tempat kerja, dimana seringkali pekerja
lalai saat bekerja di area ketinggian dengan tidak dilengkapi APD yang layak saat bekerja
sehingga berpotensi menimbulkan bahaya terjatuh.
8. Ledakan
Sumber bahaya ledakan yang ada di sebabkan dari penggunaan dan pemakaian mesin
compressor atau bejana tekan yang tidak memperhatikan pressure gauge (batasan
maksimal tekanan), dimana apabila saat pengisian yang tidak sesuai dengan tekanan
yang diijinkan, maka dapat menimbulkan potensi bahaya peledakan di tempat kerja.
9. Kebakaran
Potensi bahaya dapat terjadi pada tempat kerja seperti kebakaran pada tempat kerja.
Potensi bahaya ini terjadi karena keterbatasan keterangan dan pengetahuan tentang
9
kebakaran, kelalaian manusia/ human error, instalasi/alat listrik tidak terstandar dan
membuang puntung rokok di sembarang tempat.
Bahaya yang timbul di area produksi antara lain bahaya akibat kebisingan, bahaya akibat
getaran, dan bahaya akibat radiasi.
1. Bahaya kebisingan yang timbul di area produksi dikarenakan pada ruang produksi
menggunakan mesin sehingga pekerja dapat terkena paparan kebisingan yang dapat
berdampak pada gangguan pendengaran.
2. Bahaya getaran timbul akibat dari alat produksi (contoh : hand drill) yang digunakan
secara terus menerus (tanpa jeda) dapat mengakibatkan kelelahan sehingga konsentrasi
menurun.
3. Bahaya saluran pernapasan dimana aktivitas pada area produksi yang ditimbulkan dari
udara yang ditimbulkan dari debu dan sampah produksi (serbuk kayu/scrap) dapat
mengakibatkan gangguan pernapasan pada pekerja.
Ergonomi terjadi karena adanya ketidaksesuaian pemakaian alat kerja yang tidak standar
diantaranya yakni kursi kerja yang tidak memiliki sandaran, posisi kerja yang selalu berdiri, posisi
tubuh yang salah saat aktifitas kerja dapat mengakibatkan Low Back Pain yang apabila tidak
segera ditangani dapat berakibat fatal karena bisa mengakibatkan sakit pada tulang belakang.
10
2.4.1.3 Faktor Biologi
Bahaya Biologi bisa timbul dikarenakan kesalahan dalam pengelolaan limbah B3 dimana
harus ada tempat khusus (TPS) limbah B3 dan operator khusus yang mengelolanya. Jika
pengelolaannya tidak sesuai ketentuan, maka bisa berpotensi membahayakan terhadap
pencemaran lingkungan maupun kesehatan pekerja, selain itu pengelolaan sampah
rumahtangga serta sanitasi yang hygiene dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan pekerja.
1. Faktor Fisik
Bahaya fisik yang timbul di area maintenance, antara lain : bahaya kebisingan, bahaya
akibat getaran, bahaya akibat suhu panas, tergelincir, terjatuh, tertimpa barang, terjepit,
dan lain-lain.
2. Faktor Kimia
Penggunaan bahan kimia pada proses pengecatan bahan produksi. Bahan kimia tersebut
dapat mengakibatkan iritasi kulit, dan gangguan pernafasan oleh pekerja. Bahan kimia
seperti avtur dan oli dengan mudah meledak dan terbakar apabila tidak digunakan dan
diperlakukan sesuai prosedur.
3. Faktor Ergonomi
Bahaya ergonomi banyaknya alat-alat yang tidak sesuai penempatannya, antara pekerja
dengan alat kerja dapat mengakibatkan terjadinya bahaya ergonomi seperti kegiatan
pemeliharaan pesawat dan penggunaan alat-alat yang terlalu lama, dapat menimbulkan
konsentrasi dan produktivitas yang menurun, penanganan material secara manual atau
manual material handling dan melakukan gerakan berulang-ulang
4. Faktor Biologi
Bahaya biologi berasal dari bakteri dan jamur akibat proses pemeliharaan. Bahaya ini
bahkan dapat berpotensi lebih besar karena kondisi kebersihan pada area hangar jauh
lebih rentan.
11
2.5 Temuan-temuan Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. Internasional Furniture Industries
terdapat 2 jenis temuan. Temuan positif dan temuan negatif dari masing – masing aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diamati.
12
2.5.6 Temuan negatif dari Bejana Tekan dan Tangki Timbun
Beberapa berikut ini temuan negatif bejana tekan :
1. Tidak ada uji riksa gas untuk las
2. Tidak ada uji riksa terhadap bejana tekan (compresor) dan tangki timbun.
13
BAB III
ANALISA DAN PEMECAHAN
BIDANG MEKANIK
14
2. Area Penggunaan Agar tidak Hand Pallet Permenaker Pasal 8 ayat 2.
Produksi Hand Pallet terjadi agar selalu No 8 tahun Komponen Utama yang
sesuai dengan Unsafe mengangkat 2020 dimaksud ayat 1. harus
beban Action dan beban sesuai mempunyai konstruksi
kapasitas Property dengan yang kuat sesuai dengan
Damage standar fungsi dan kapasitasnya
kapasitasnya
15
ANALISA TEMUAN NEGATIF
BIDANG MEKANIK
16
3. Area Berdasarkan Teknisi Lisensi harus Per Men No. Pasal 60 bagian D
Workshop wawancara yang harus ada 37 Tahun Memiliki lisensi K3
Ada 1 orang bersertifika pembaharua 2016
teknisi Pesawat si sudah n
Tenaga dan mengerti
Produksi (PTP) standar alat
yang belum
tersertifikasi
4. Area Berdasarkan Operator Lisensi harus Per Men No. Pasal 59 Ayat 4
Workshop wawancara yang harus ada 37 Tahun Operator K3
Ada 2 orang bersertifika pembaharua 2016 sebagaimana dimaksud
operator si sudah n pada ayat (1),
mekanik yang mengerti teknisi K3 sebagaimana
belum standar alat dimaksud pada ayat (2)
tersertifikasi dan
juru las sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
harus
memiliki kompetensi dan
kewenangan sesuai
dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
17
ANALISA TEMUAN POSITIF
18
ANALISA TEMUAN NEGATIF
1 Area Tidak ada riksa Menghindar Agar selalu PerMen Pasal 68 Ayat 1
Produksi uji terhadap i ledakan dilakukan No.37 Tahun Setiap kegiatan
bejana tekan reksa uji 2016 perencanaan,
kompresor menghindari pembuatan,
kecelakaan pemasangan, pengisian,
kerja dan alat pengangkutan,
siap pakai pemakaian,
pemeliharaan, perbaikan,
modifikasi, dan
penyimpanan Bejana
Tekanan dan Tangki
Timbun
harus dilakukan
pemeriksaan dan/atau
pengujian.
2 Area Tidak ada riksa Menghindar Agar selalu PerMen Pasal 68 Ayat 1
Produksi uji terhadap i ledakan dilakukan No.37 Tahun Setiap kegiatan
gas las reksa uji 2016 perencanaan,
menghindari pembuatan,
kecelakaan pemasangan, pengisian,
kerja dan alat pengangkutan,
siap pakai pemakaian,
19
pemeliharaan, perbaikan,
modifikasi, dan
penyimpanan Bejana
Tekanan dan Tangki
Timbun
harus dilakukan
pemeriksaan dan/atau
pengujian.
No Foto Tempat Temuan Temuan Manfaat Saran Dasar Hukum Bunyi pasal
.
BIDANG K3 LINGKUNGAN
2 Area Produksi Sudah ada Agar Agar selalu PerMen No.5 Pasal 5 Ayat 3
bak kontrol lingkungan dibersihkan Tahun 2018 Penerapan
pembuangan kerja tidak higene dan
air kotor terjadi banjir sanitasi sebagai
yang mana dimaksud
menghambat dari ayat (1)
20
proses huruf B Meliputi:
produksi a. Bangunan
tempat kerja
b. Fasilitas
kebersihan
c. Kebutuhan
udara
d. Tata laksana
kerumahan
3. Area Produksi Kompresor Mencegah Agar selalu PerMen No.5 Pasal 5 Ayat 3
ditempat di terjadi dilakukan Tahun 2018 Penerapan
area terpisah kecalakaan perawatan higene dan
dan aman sanitasi sebagai
mana dimaksud
dari ayat (1)
huruf B Meliputi:
a. Bangunan
tempat kerja
b. Fasilitas
kebersihan
c. Kebutuhan
udara
d. Tata laksana
kerumahan
21
ANALISA TEMUAN NEGATIF
No Foto Tempat Temuan Temuan Manfaat Saran Dasar Hukum Bunyi pasal
.
BIDANG K3 LINGKUNGAN
22
3. Area Workshop Room Service Agar tidak Agar PerMen No.5 Pasal 5 Ayat 3
mesin tidak menggangu dirapihkan Tahun 2018 Penerapan
tertata dengan proses untuk mudah higene dan
baik produksi dan untuk sanitasi sebagai
terjadi digunakan mana dimaksud
kecelakaan dang dari ayat (1)
kerja menghindari huruf B Meliputi:
kecelakaan a. Bangunan
kerja tempat kerja
b. Fasilitas
kebersihan
c. Kebutuhan
udara
d. Tata laksana
kerumahan
4. Area Produksi Gas untuk Agar tidak Agar informasi PerMen No.5 Pasal 5 Ayat 3
pengelasan terjadi ledakan SOP selalu Tahun 2018 Penerapan
tidak gas diberikan pada higene dan
tersimpan saat awal sanitasi sebagai
dengan baik bekerja (safety mana dimaksud
work) / Safety dari ayat (1)
Induction huruf B Meliputi:
e. Bangunan
tempat kerja
f. Fasilitas
kebersihan
g. Kebutuhan
udara
h. Tata laksana
kerumahan
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan mengenai
pengawasan norma K3 mekanik, Bejana tekan, tangki timbun dan lingkungan kerja di PT.
Internasional Furniture industries, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Dalam bidang K3 Mekanik di PT. Internasional Furniture industries yang harus
diperhatikan diantaranya :
TEMUAN POSITIF :
a. Operator Forklift Diesel mempunyai SIO
b. Penggunaan Hand Pallet sesuai dengan kapasitasnya
c. Hoist Crane digunakan untuk pengangkatan Raw Material
2. Bidang K3 Bejana Tekan (kompresor) di PT. Internasional Furniture industries yang harus
diperhatikan diantaranya :
TEMUAN POSITIF :
a. Terdapat service record alat bejana tekan (compresor)
b. Standar Operation Procedure (SOP) penggunaan bejana tekan (compresor).
24
4.2 SARAN
1. Dalam bidang K3 Mekanik di PT. Internasional Furniture industries yang harus diperhatikan
diantaranya :
TEMUAN NEGATIF :
a. Hand pallet dan Hand Stacker tidak parkir ditempat yang aman (dibuatkan tempat
khusus penyimpanan alat angkut)
b. Tidak ada operator hoist crane yang tersertifikasi (dilakukan training dan sertifikasi
sertifikasi operator hoist crane)
2. Bidang K3 Bejana Tekan (kompresor) di PT. Internasional Furniture industries yang harus
diperhatikan diantaranya :
TEMUAN NEGATIF :
a. Tidak ada uji riksa compresor gas untuk pengelasan (dilakukan uji riksa yang
tersertifikasi)
b. Tidak ada uji riksa terhadap bejana tekan (compresor) dan tangki timbun (dilakukan uji
riksa yang tersertifikasi)
25
DAFTAR PUSTAKA
UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Undang-Undang UAP Tahun 1930 (Stoom
Ordomantie)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 04/MEN/1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-01/MEN/1998 tentang kualifikasi dan Syarat-syarat
Operator Pesawat Uap
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.1 Tahun 1982 Tentang Bejana Tekan.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No.37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekan dan Tangki Timbun
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Angkut
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.06/Men/1990 Tentang Ketentuan Pewarnaan Tabung
Gas Bertekanan.
26
NOTULEN
SEMINAR AK3U
Tanggapan :
1. Penangkal petir sudah tercover oleh fasilitas di kawasan Bahrun
industri Reza
2. Saluran air Gudang ada potensi banjir Bowie
3. Saluran hanya ada 1 exhause udara kotor tidak terbuang Arie
dengan baik. Fathullah
4. Harusnya sertifikat layak fungsi harus terpenuhi. Karena ijin Ali
akan ditarik oleh PUPR Edwin
5. Tidak ada Kesadaran terhadap pekerja
6. Panel Box Banyak kurangnya penutup, namun ditempat
tertentu agar mudah untuk dijangkau dengan cepat
2. Kelompok 2
Benny
Ramadhani
27
1. Agar Dilakukan pemeriksaan kesehatan setelah tenaga
kerja sebelum kontrak kerja selesai karena banyak sekali
tenaga harian dan musiman. Retno
2. Fasilitas yang harus ada terkait pelayanan kesahatan
3. Pihak HRD mengadakan senam bersama namun tidak ada Bowie
safety briefing. Handi
4. P3K harus ditempat terpisah dari area produksi Iqbal
5. Memasukan PJK3 untuk efisiensi Ali
6. Warna P3K tidak sesuai permenaker Haris
7. Tidak ada ruangan khusus untuk makan, ada kantin diluar
pabrik namun kotor yang menggangu kesehatan
8. Kasus kecelakaan kerja bagaimana penanganannya
Aan
Tanggapan : Bahrun
1. Perusahaan agar dilakukan pemeriksaan akhir Mahmud
2. Belum ada tenaga ahli k3 umum, agar dikasih tenaga untuk Miftah
dapat memberikan saran kepada manajemen terkait K3 Sinda
3. Cara penanggulangan awal diistirahatkan di satpam namun
obatnya tidak lengkap.
4. Kotak P3K diarea kerja namun tidak ada, kategori kotak
P3K A, B dan C.
5. Ruang makan agar sedikit kotor, namun manajemen sudah
mensosialisaikan terkait kebersihan.
6. Adanya SOP diarea-area kerja diharapkan kontraktor-
kontraktor sesuai SOP.
7. Disarankan perusahaan untuk menggunakan PJK3
3. Kelompok 3
1. Operator sudah memiliki serfitikat SIO sudah berarti ada Aan
kesalahan terhadap temuan positif seharusnya positif.
2. Banyak potensi pencemaran dilingkungan kerja, dan Haris
penangulangannya.
3. Operator positif operator sudah memiliki SIO. Sampai Ian
kapan Miftah
28
4. Sanitasi air, sirkulai udara, pencahayaan, Bowie
5. Sudahkah diatur pengukuran lingkungan kerja
Tanggapan Ari
1. Masih ada kekurangan karena fokus pada bahaya yang fital Ramadhani
2. Forlif sudah dilakukan training.cara mendapatkannya Rishta
3. Pencemaran bau, potong kayu, cat, biologi Benny
4. Penanggulangnya sanitasi air sudah diakomdir oleh Farras
pengelola kawasan.
5. Masa berlaku SIO 5 tahun
4. Kelompok 4
1. Bagaimana menerapkan SMK3 Mahmud
2. Bagaiman penerapan syarat-syarat smk3 Fathullah
3. Penyimpanan bahan bakar solar masih terbuka, Arie
seharusnya tertutup. Karena sangat dengan parkir Fathullah
kendaraan. Sinda
4. Kontrol panel alarm. Proteksi kebakaran sudah ada, namun Benny
belum ada panel detektor
5. TPS B3 belum jelas.
6. Harus dilakukan inspeksi.
7. Bagaimana cara membuat kebijakan
8. Sarannya agar dilakukan inspeksi untuk alat-alat berbahaya
Tanggapan :
1. SMK3 wajib diterapkan karena jumlah tenaga kerja lebih Iqbal
dari 100 orang Handi
2. Penyakit berbahaya terhadap B3 diantaranya mual, Bowie
3. Syarat SMK3 tenaga kerja lebih dari 100 orang dan bahan Marfian
berbahaya serta menerapkan Risk Assesmen Fahmi
4. Tempat Kimia lain diluar namun tidak ada label bahan
berbahaya kecuali solar.
5. Untuk TPS tidak memiliki petugas khusus.
6. Faktor tidak menerapkan SMK3 karena kurangnya
kesadaran dari perusahaan.
29
7. Sebetulnya perusahaan sudah Menerapakan SMK3 dengan
membuat kebijakan-kebijakan K3 dibeberapa area.
8. Alarm proteksi diarea produksi kondisinya cukup parah,
pihak security tidak dapat menggunakan karena kurangnya
pengetahuan.
Tb Benny Kurniawan
Notulis
30