Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


(OBSERVASI MELALUI VIDEO)

DI
TELKOM WILAYAH MALANG

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

NAMA : ADE SUKRISNA


NIK : -
JABATAN : MANAJER PRODUKSI
LOKASI KERJA : PT. SBCR

PENYELENGGARA
PT SINARINDO GLOBAL SARANA

24 Februari - 17 Maret 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayahnya kita dapat melaksanakan praktik kerja lapangan (melalui video observasi) sebagai
calon ahli K3 umum, di PT Telkom Indonesia Tbk, wilayah Malang pada tanggal 9 Maret
2022 sebagai salah satu persyaratan penilaian AK3 umum.

Laporan praktek kerja lapangan ini merupakan bentuk aplikasi dari pelatihan calon
Ahli K3 umum yang dilaksanakan oleh PT. SINARINDO GLOBAL SARANA mulai dari tan
ggal 24 Februari - 17 Maret 2022.

Laporan PKL ini berisi terkait dengan Inspeksi K3 Umum yang diterapkan pada
perusahaan yang kami lakukan melalui observasi video.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:

1. Pihak Departemen Tenaga Kerja RI;


2. Pihak PT. Sinarindo Global Sarana selaku PJK3 penyelenggara pelatihan
AK3 Umum;
3. Pihak Pembimbing dan Pemateri
4. Pengawas , Evaluator dan Penguji
5. Para peserta pelatihan Calon AK3 Umum.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini, sehingga penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Penyusun
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Hormat Kami,

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................4

1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................5

1.3 Ruang Lingkup.....................................................................................5

1.4 Dasar Hukum.......................................................................................5

BAB II FAKTA DAN MASALAH...................................................................9

2.1 Gambaran Umum Perusahaan...........................................................10

2.2 Temuan Positif......................................................................................12

2.3 Temuan Negatif.....................................................................................12

BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH...................................13

3.1 Observasi...............................................................................................13

3.2 Analisa Temuan Sesuai........................................................................13

3.3 Analisa Temuan Tidak Sesuai..............................................................24

BAB IV KESIMPULAN...................................................................................31

4.1 Kesimpulan...........................................................................................31

4.2 Saran.....................................................................................................31

BAB V DAFTAR PUSTAKA............................................................................32


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Masa new normal saat pandemi COVID-19 menjadi tantangan baru dalam dunia kerja. Departemen
Human and Resources (HR) dalam perusahaan dan karyawan harus beradaptasi dengan tatanan sistem
kerja yang baru, yakni dengan penerapan protokol Kesehatan, perubahan harus dilakukan oleh
perusahaan dan karyawan. Yakni saling berkomitmen dalam hal perkembangan perekonomian dan
kesehatan. Karena untuk membangun kembali perindustrian dalam era baru dewasa ini pada masa
revolusi industri keempat dan revitalisasi industry menuju G20 yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah saat ini adalah dengan memberikan jaminan perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) bagi tenaga kerjanya.

Sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan
dalam mencapai sebuah keberhasilan, oleh karena itu karyawan merupakan sebuah aset berharga bagi
perusahaan yang harus dijaga atau diberi perhatian khusus dan dikembangkan untuk kepentingan
bersama. Selain diberikan perhatian, perusahaan juga harus mengelola sumber daya manusia tersebut
untuk mendapatkan sebuah hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam
mengelola sumber daya manusia diperlukan sebuah manajemen yang dapat mengelola sumber daya
secara terencana, sistematis danefisien agar perusahaan dapat berkembang dengan baik dan tujuan
perusahaan juga tercapai dengan maksimal. Berkembang atau tidaknya suatu perusahaan tergantung pada
kualitas dan perilaku sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu hal yang
harus mendapatkan perhatian khusus dalam manajemen sumber daya manusia adalah keselamatan kerja.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan.
Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal tenaga kerja
adalah faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena perusahaan tidak bisa lepas dari yang namanya
tenaga kerja.

Menurut Anjani, et, al. (2014:2) menjelaskan bahwa faktor keamanan dan perlindungan dalam
bekerja menjadi faktor yang mempengaruhi untuk bekerja.Pada saat karyawan mendapatkan keamanan
dan perlindungan saat bekerjamereka akan melakukan pekerjaan dengan baik dengan perasaan yang
tenang.Melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satufaktor dalam
memberi jaminan perlindungan dalam bekerja yang dapat mencegahterjadinya kecelakaan kerja.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkerwajib
an untuk menyediakan layanan jasa telekomunikasi bagi kepentingan umum. Potensi bahaya yang ditimb
ulkan dari perusahaan sangat besar, salah satunya adalah terjatuh dari ketinggian tiang, tertimpa alat-alat
berat yang digunakan pada saat proses kerja di lapangan serta resiko - resiko bahaya lainnya yang sangat r
awan bagi para pekerja teknik tersebut.

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, juga tidak luput untuk memenuhi semua tuntutan dalam
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada karyawannya, sesuai dengan Undang-
undang yang telah ada yaitu tentang keselamatan kerja No.1 tahun 1970. Dengan adanya jaminan tersebut
karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, akan merasa aman pada saat mereka bekerja.  Maka perlu u
ntuk dibuat Sistem Manajemn K3 (SMK3) sebagai standard operation procedure (SOP) yang harus
dilaksanakan sebelum dikerjakan. Selain mempunyai standard operation procedure mereka juga punya
Job Safety Analyst untuk melihat risiko kerja apayang akan terjadi pada pelaksanaannya, dengan adanya
itu akan dapat membantu untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan ‘zero accident’ di
tubuh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, khususnya Telkom Wilayah Malang

1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Telkom Wilayah Malang yang
dilakukan melalui video dan wawancara narasumber adalah sebagai berikut:

1. Mempraktikan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan dan sebagai syarat yang
harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3 Umum.
2. Mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai penerapan K3 di Telkom Wilayah Malang.
3. Peserta Calon Ahli K3 umum dapat mengidentifikasi, menganalisis dan memberikan saran atau
rekomendasi terkait penerapan K3 di Telkom Wilayah Malang.
4. Memberi masukan terhadap penerapan K3 secara umum di Telkom Wilayah Malang yang
belum sesuai dengan peraturan.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan dengan obeservasi yang dilakukan melalui video dan
wawancara dengan narasumber mengenai penerapan hal sebagai berikut:

a. K3 Secara Umum (Ergonomi, Lingkungan Kerja, Bahan Kimia Berbahaya, dan Kesehatan
Kerja
b. K3 Mekanik (Pesawat Alat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi)
c. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan)
d. K3 Konstruksi Bangunan
e. K3 Instalasi Listrik
f. K3 Penanggulangan Kebakaran
g. Kelembagaan dan Keahlian K3
h. Penerapan SMK3

1.4 Dasar Hukum

Dasar hukum pada Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan observasi yang dilakukan melalui video
dan wawancara dengan narasumber adalah sebagai berikut:

a. Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang


1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di
bidang pertambangan
4. PP No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan kesehatan kerja radiasi
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara
Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

b. Pengawasan Norma SMK3, Kelembagaan, Keahlian K3


1. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3).
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang Panitia Pembinaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3).
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (PJK3).
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan
Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

c. Pengawasan Norma Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Kimia Berbahaya, Kesehatan Ke
rja
1. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene
dalam perniagaan dan kantor-kantor.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri.
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian.
5. Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja.
6. Surat Edaran Menakertrans No. 01 Tahun 2012 tentang Pemenuhan K3 di Ruang Terbatas.
7. Kepdirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Potensi Bahaya
Besar/Menengah di Perusahaan
8. Kepdirjen Binwasnaker No. 64/PPK/XI/2013 tentang Pedoman Pembinaan K3 Pekerjaan Penyelaman
di Dalam Air (Underwater Diving Work)
9. Kepdirjen Binwasnaker No. 001/PPK-PNK3/V/2014 tentang Petunjuk Teknis Penetapan Potensi
Bahaya Instalasi/Fasilitasi di Perusahaan.

d. Pengawasan Norma K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


1. Undang-Undang Uap Tahun 1930
2. Peraturan Uap Tahun 1930.
3. Permenaker No.Per.02/MEN/1982 tentang Klasifikasi Juru Las.
4. Permenaker No.Per.01/Men/1988 tentang klasifikasi & syarat-syarat operator pesawat uap.
5. Permenaker Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun.
6. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. 05 Tahun 2011 tentang Masa Berlaku Lisensi Boiler 5 Tahun.

e. Pengawasan Norma K3 Mekanik


1. Permenaker No.Per.08/MEN/2020 tentang AK3 Pesawat Angkat dan Angkut.
2. Permenaker No.Per.09/MEN/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat
dan Angkut.
3. Permenaker Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan
Produksi.

f. Pengawasan Norma K3 Konstruksi Bangunan


1. Permenaker No. 01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.
2. SKB Menaker dan Menteri PU No.174/MEN/1986 dan No.104/KPTS/1986 tentang K3 pada
Kegiatan Konstruksi.
3. Kepdirjen Binawas No.Kep.20/BW/2004 tentang Kompetensi Personil K3 Konstruksi Bangunan
4. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. : Kep. 74/PPK/XII/2013
Tentang Lisensi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang Supervisi Perancah
5. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No 05/BINWASK3/IV/2018 tentang Peningkatan pembinaan
dan pengawasan syarat-syarat K3 pada tempat kegiatan konstruksi

g. Pengawasan Norma K3 Instalasi Listrik


1. Permenaker No. Per.02/MEN/1989 tentang Instalasi Penyalur Petir.
2. Permenaker Nomor 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
3. Permenaker Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik.
4. Permenaker Nomor 33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12
tahun 2015.
5. Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator.
6. Keputusan Direktur Jenderal Binwasnaker dan K3 47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon
Ahli Listrik.
7. Keputusan Direktur Jenderal Binwasnaker dan K3 No : Kep. 48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
Pembinaan Calon Teknisi K3 Bidang Listrik.

h. Pengawasan Norma K3 Penanggulangan Kebakaran


1. Permenaker No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
2. Permenaker No. Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alat Alarm Kebakaran Automatik.
3. Kepmenakertrans No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran.
4. Instruksi Menaker No.Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan
Kebakaran.

BAB II

FAKTA DAN MASALAH

2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN (Company Profile)


PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak di bidang jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan jaringan telekomunikasi
di Indonesia. Pemegang saham mayoritas Telkom adalah Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52.09%,
sedangkan 47.91% sisanya dikuasai oleh publik. Saham Telkom diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan kode “TLKM” dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode “TLK”.

Dalam upaya bertransformasi menjadi digital telecommunication company, TelkomGroup


mengimplementasikan strategi bisnis dan operasional perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan
(customer-oriented). Transformasi tersebut akan membuat organisasi TelkomGroup menjadi
lebih lean (ramping) dan agile (lincah) dalam beradaptasi dengan perubahan industri telekomunikasi yang
berlangsung sangat cepat. Organisasi yang baru juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam menciptakan customer experience yang berkualitas.

Kegiatan usaha TelkomGroup bertumbuh dan berubah seiring dengan perkembangan teknologi,
informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini
terlihat dari lini bisnis yang terus berkembang melengkapi legacy yang sudah ada sebelumnya.

Telkom mulai saat ini membagi bisnisnya menjadi 3 Digital Business Domain:

1. Digital Connectivity: Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN)/ Network
Function Virtualization (NFV)/ Satellite
2. Digital Platform: Data Center, Cloud, Internet of Things (IoT), Big Data/ Artificial Intelligence
(AI), Cybersecurity
3. Digital Services: Enterprise, Consumer

PURPOSE, VISI DAN MISI

Untuk menjawab tantangan industri digital, mendukung digitisasi nasional dan untuk menginternalisasi
agenda transformasi, maka Telkom telah menajamkan kembali Purpose, Visi, dan Misi nya.

PURPOSE

Mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah yang terbaik
bagi para pemangku kepentingan.

VISI

Menjadi digital telco pilihan utama untuk memajukan masyarakat

MISI

1. Mempercepat pembangunan Infrastruktur dan platform digital cerdas yang berkelanjutan,


ekonomis, dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat.
2. Mengembangkan talenta digital unggulan yang membantu mendorong kemampuan digital dan
tingkat adopsi digital bangsa.
3. Mengorkestrasi ekosistem digital untuk memberikan pengalaman digital pelanggan terbaik
CORPORATE CULTURE 
The Telkom Way in Digital Era

BASIC BELIEF 
Always the Best

CORE VALUES
Solid, Speed, Smart

KEY BEHAVIOURS :
- Practices to be The Winner : Imagine, Focus, Action
- Practices to be The Winner in Digital Era : Collaborative, Openness, Desire to reach Purpose,
innovativE, Self-organized (Telkom CODES)

RIWAYAT TELKOMGROUP

Perkuat Akses Telekomunikasi Nasional, Bangun Masyarakat Digital Indonesia

Dalam perjalanan sejarahnya, Telkom telah melalui berbagai dinamika bisnis dan melewati beberapa fase
perubahan, yakni kemunculan telepon, perubahan organisasi jawatan yang merupakan kelahiran Telkom,
tumbuhnya teknologi seluler, berkembangnya era digital, ekspansi bisnis internasional, serta transformasi
menjadi perusahaan telekomunikasi berbasis digital.

1882 – Kemunculan Telepon

Pada 1882, kemunculan telepon menyaingi layanan pos dan telegraf yang sebelumnya digunakan pada
1856. Hadirnya telepon membuat masyarakat kian memilih untuk menggunakan teknologi baru ini. Kala
itu, banyak perusahaan swasta menyelenggarakan bisnis telepon. Banyaknya pemain ini membuat industri
telepon berkembang lebih cepat: pada 1892 telepon sudah digunakan secara interlokal dan tahun 1929
terkoneksi secara internasional.

1965 – Kelahiran Telkom

Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia mendirikan Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN
Postel).

Namun, seiring perkembangan pesat layanan telepon dan telex, Pemerintah Indonesia mengeluarkan PP
No. 30 tanggal 6 Juli 1965 untuk memisahkan industri pos dan telekomunikasi dalam PN Postel: PN Pos
dan Giro serta PN Telekomunikasi.

Dengan pemisahan ini, setiap perusahaan dapat fokus untuk mengelola portofolio bisnisnya masing-
masing. Terbentuknya PN Telekomunikasi ini menjadi cikal-bakal Telkom saat ini. Sejak tahun 2016,
manajemen Telkom menetapkan tanggal 6 Juli 1965 sebagai hari lahir Telkom.

1995 – Tumbuhnya Teknologi Seluler

STRUKTUR ORGANISASI PT. TELKOM WITEL MALANG


FASILITAS K3 PERUSAHAAN

PT. Telkom Witel Malang mempunyai bangunan gedung berlantai 9, yang beralamatkan di Jl. A.
Yani no. 11, Blimbing, Kota Malang, dengan jumlah karyawan TelkomGroup sebanyak 1318 orang,
terdiri dari 1186 karyawan dan 132 karyawati.

Fasilitas dan ruangan yang dimiliki :

a. Plasa Telkom
b. Poliklinik
c. Kantin
d. Ruang Mesin Lift
e. Ruang Pompa
f. Ruang Tandon Air
g. Ruang Genset
h. Ruang Gardu PLN
i. Ruang Kontrol Genset
j. Area Centre Point
k. Ruang Security
l. Area Parkir

2.2 Temuan Positif

Setelah melakukan observasi terhadap video dan melakukan wawancara kepada narasumber, di T
elkom Wilayah Malang terdapat beberapa temuan yang sudah sesuai atau positif dengan ketentuan K3.
Beberapa temuan yang sudah sesuai diantaranya:
1. Telah dibentuk struktur organisasi P2K3;
2. Mendapatkan Penghargaan dari Pemerintah berupa Sertifikat dengan score 94,57% untuk kateg
ori tingkat lanjutan
3. Melakukan Safety Briefing pada setiap tamu yang masuk kedalam area tempat kerja;
4. Telah disediakan kotak P3K pada setiap lantai gedung;
5. Penerangan pada ruang tunggu pelanggan sudah cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Telah dipasang karet pengaman pada anak tangga di tangga darurat;
7. Terdapat Alat Pemadam Api Ringan diberi tanda dan ditempatkan di tempat yang mudah
terjangkau (tidak lebih dari 125 cm dari lantai);
8. Terdapat sprinkler dan hydrant sebagai alat proteksi kebakaran;
9. Terdapat plat nama atau labeling pada tangki penyimpanan solar;
10. Terdapat lebih dari 2 penyalur petir tipe franklin pada atap gedung;
11. Perusahaan sudah menyediakan APD untuk orang lain yang memasuki tempat kerja.
2.3 Temuan Negatif

Setelah melakukan observasi terhadap video dan melakukan wawancara kepada narasumber, di Telk
om Wilayah Malang terdapat beberapa temuan yang belum sesuai atau negatif dengan ketentuan K3.
Beberapa temuan yang belum sesuai diantaranya:
1. Alat pelindung diri yang tidak ditempatkan pada tempat penyimpanan;
2. Kurangnya pencahayaan pada loket pembayaran;
3. Terdapat APAR yang tidak ada tanda penunjuk dan ditempatkan pada tempat yang susah ditemuka
n dan tidak ditempel ditembok;
4. Tidak terdapat indikator informasi mengenai kapasitas atau volume tangki solar;
5. Kebersihan dan kerapihan pada ruang pompa tidak terjaga dengan baik, terdapat bahan-bahan dan
peralatan yang mudah terbakar dan berserakan;
6. Tidak ada informasi beban maksimum yang dizinkan pada bagian Gondola;
7. Terdapat tempat sampah yang tidak dilakukan pemilahan antara sampah organik, non organik, dan
bahan berbahaya;
8. Pada ruang mesin lift atau elevator tidak dilengkapi dengan alat pemadam api ringan jenis kering;
9. Tidak ada LOTO (Lockuot Tagout) pada gondola sebagai penanda bahwa alat tersebut sudah tidak
digunakan lagi atau rusak;
10. Posisi panel listrik yang terlalu dekat dengan area front desk

BAB III

OBSERVASI DAN ANALISA TEMUAN

3.1 OBSERVASI
Observasi dilakukan dengan metode mengidentifikasi melalui video khususnya pada 8 (delapan)
aspek Objek Observasi yaitu K3 Secara Umum, Mekanik, Pesawat uap, Konstruksi Bangunan, Instalasi
Listrik, Penanggulangan Kebakaran, Kelembagaan dan Keahlian (P2K3), serta Penerapan SMK3. Hasil
dari observasi tersebut terbagi menjadi 2 (dua) temuan yakni temuan sesuai dan temuan tidak sesuai.
Adapun temuan-temuan yang ditemukan di lapangan sebagai berikut:
1. K3 Secara Umum (Ergonomi, Lingkungan Kerja, Bahan Kimia Berbahaya, dan Kesehatan Kerja
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
2. K3 Mekanik (Pesawat Alat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi)
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
3. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
4. K3 Konstruksi Bangunan
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
5. K3 Instalasi Listrik
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
6. K3 Penanggulangan Kebakaran
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
7. Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
8. Penerapan SMK3
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai

3.2 ANALISA TEMUAN SESUAI

PERATURAN PERUNDANG -
N LOKASI HASIL TEMUAN MANFAAT
UNDANGAN
O
Pertolongan Pertama
Perusahaan mendirikan klinik
dapat segera dilakukan Undang-Undang No. 01 tahun
untuk pemeriksaan Kesehatan
jika terjadi kecelakaan 1970: Pasal 3 ayat 1 huruf e
tenaga kerja
kerja

Undang-UndangNo. 01 tahun 1970: Pasal 3 ayat 1


1 e. memberi pertolongan pada kecelakaan
Undang-UndangNo. 13 tahun 2003 Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
PERMENAKERTRANS No.Per.03/MEN/1982 Pasal 3
(1) Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja.
(2) Pengurus wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dapat memberikan
pertolongan pertama
secara cepat dan tepat Undang-Undang No. 01 tahun
Terdapat kotak P3K didalam kepada perkerja / buruh 1970: Pasal 3 ayat 1 huruf e
klinik /dan orang lain yang PERMENAKERTRANS No.
berada di tempat kerja, Per.15 /MEN/VIII/2008 pasal 2
yang mengelami sakit atau
cidera di tempat kerja
2

Undang-Undang No. 01 tahun 1970: Pasal 3 ayat 1


e. memberi pertolongan pada kecelakaan
PERMENAKERTRANS No. Per.15 /MEN/VIII/2008 pasal 2
1 Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.
2 Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja
Undang-Undang No. 01 tahun
1970 Pasal 3 ayat 1 huruf l
PERMENAKER No 5 tahun
2018 pasal 37
Ketersediaan tempat sampah
Untuk menjaga kebersihan
organik, non organik dan bahan
dan lingkungan sekitar
berbahaya

Undang-Undang No. 01 tahun 1970 Pasal 3 huruf l


l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
PERMENAKER No 5 tahun 2018 pasal 37
(2) Tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus:
a. terpisah dan diberikan label untuk sampah organik, non organik, dan bahan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Undang-Undang No. 01 tahun
1970 Pasal 3 ayat 1 huruf l
Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Menerapkan protokol 1984 pasal 1
Fasilitas cuci tangan atau kesehatan diharapkan SURAT EDARAN NOMOR
wastafel, sabun dan tisu di dapat meminimalisir HK.02.01/MENKES/335/2020
depan pintu masuk risiko dan dampak
pandemi COVID-19

wastafel cuci tanggan


Undang-Undang No. 01 tahun 1970 Pasal 3 ayat 1
4 l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 pasal 1

Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

SURAT EDARAN NOMOR HK.02.01/MENKES/335/2020

Menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai dan mudah diakses oleh pekerja dan konsumen/pelaku usaha.

Undang-Undang no 01 tahun
1970 pasal 3 ayat 1 huruf i
PERMENAKER No. 05 tahun
2018 pasal 18
Menerangi tempat yang
cahaya lampu yang terang tidak terkena cahaya
matahari

Pencahayaan lampu di ruang mesin


lift

Undang-Undang no 01 tahun 1970 pasal 3 ayat 1


5
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

PERMENAKER No. 05 tahun 2018 pasal 18

Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila Pencahayaan alami
tidak memenuhi standar Intensitas Cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4)

Undang-Undang no 01 tahun
Melindungi tenaga kerja
APD yang sudah disiapkan oleh 1970 pasal 3 ayat 1 huruf f
dari potensi bahaya di
perusahaan PERMENAKERTRANS No.PER-
tempat kerja
08/MEN/VII/2010 pasal 2
6

Alat Pelindung Diri


Undang-Undang no 01 tahun 1970 pasal 3 ayat 1
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
PERMENAKERTRANS No.PER-08/MEN/VII/2010 pasal 2
Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja

Undang-Undang No 1 tahun 1970


pasal 3ayat 1 huruf g
Tempat pengolahan limbah Mengurangi resiko
PERATURAN PEMERINTAH
yang terpisah dari Gedung pencemaran limbah
REPUBLIK NOMOR 18
TAHUN 1999 pasal 2

Tempat pengolahan limbah WTP


7
Undang-Undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK NOMOR 18 TAHUN 1999 pasal 2

Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
fungsinya esehat.

Undang-Undang No 1 tahun 1970


pasal 3 ayat 1 huruf l
Undang-Undang No.13 Tahun
2003 Pasal 86 ayat 1

Toilet dipisahkan pria dan Mengidentifikasi toilet


wanita sesuai jenis kelamin
PERMENAKER No 5 tahun
2018 pasal 34

8
Toilet Pria dan Wanita di pisah
Undang-Undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1
l. memelihara kebersihan, esehatan dan ketertiban
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat 1 : Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas b. Moral dan kesusilaan
PERMENAKER No 5 tahun 2018 pasal 34
3. Penempatan Toilet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terpisah antara laki laki, perempuan, dan
penyandang cacat, serta diberikan tanda yang jelas.

Undang-Undang No 1 tahun 1970


pasal 12 ayat 1 huruf b, 14 ayat 1
Terdapat sign board pengunan Mempermudah orang lain huruf b
masker dan cuci tanggan untuk melihat petunjuk di
didepan pintu masuk klinik klinik

Permenaker 3 tahun 1982 pasal 2

Pintu masuk Klinik


Undang-Undang No. 01 tahun 1970 pasal 12 ayat 1 huruf b, pasal 14 ayat 1 huruf b
12b Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
9
14b Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja Permenaker 3 tahun 1982 pasal 2

i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.

Undang-Undang No. 01 tahun


1970 Pasal 3 ayat 1 huruf j dan k
Terdapat fentilasi udara dalam Memperlancar sirkulasi
toilet udara di toilet

PERMENAKER No. 5 tahun


10
2018 pasal 34 1d
Fentilasi udara
Undang-Undang No. 01 tahun 1970: Pasal 3 ayat 1
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
PERMENAKER No. 5 tahun 2018 pasal 34
g. Memiliki sirkulasi udara yang baik
UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1
huruf a, o, dan p PERMENAKER
No. Per-3/MEN/1999 : Pasal 28
Terdapat maintenance checklist Memastikan kondisi lift
untuk lift berfungsi dengan aman
PERMENAKER No. 6 Tahun
2017 : Pasal 6 ayat 3

Ruang pemeriksaan elevator


UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1 huruf a, o, dan p
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
11 p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
PERMENAKER No. Per-3/MEN/1999 : Pasal 28

Pengurus harus merawat lift secara teratur sesuai dengan pedoman dan standar teknis perawatan secara teratur.

PERMENAKER No.PER-06/MEN/2017 : Pasal 6 ayat 3


Syarat K3 pemakaian Elevatoratau Eskalator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
a. penyediaan prosedur pemakaian yang aman;
b. pemakaian yang sesuai dengan jenis dan kapasitas;dan

c. pemeliharaan untuk memastikan bagian dan perlengkapan Elevator atau Eskalator tetap berfungsi dengan aman

UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1


Terdapat tanda bahaya Memberikan informasi
huruf b dan c
PERMENAKER No.PER-
kebakaran yang tertempel kepada pekerja maupun
37/MEN/2016 : Pasal 27
pengunjung agar tidak
di tangka timbun
terjadi ledakan
UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1 huruf b, dan c

12 1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :


b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
PERMENAKER No.PER-37/MEN/2016 Pasal 27
Lokasi tempat Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 26 harus dipasang tandabahaya
kebakaran, larangan merokok, larangan membawa korek api, alat-alat api lainnya, dan larangan membawa peralatan yang
dapat menimbulkan peledakan atau kebakar

Memberikan informasi
UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1
dan memudahkan
Terdapat SOP untuk tangki huruf a, b, dan c PERMENAKER
operator dalam
timbun No. PER-37/MEN/2016 : Pasal 7
pengoperasian tangki
ayat 1 huruf a
timbun

Tangki Timbun
13 UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1 huruf a, b, dan c
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
PERMENAKER No. PER-37/MEN/2016 : Pasal 7 ayat 1 huruf a

(1) Syarat-syarat K3 perencanaan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a. pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya


UU No 1/1970 : , Pasal 14 huruf
Memberikan informasi
c

PERMENAKER No. 38 Tahun


Terdapat genset dan rambu- kepada pekerja maupun
2016 : pasal 3 huruf a, b, dan c
rambu di ruang genset
pengunjung agar
mematuhinya
Ruang genset
UU No 1/1970 : Pasal 14 huruf c

Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk- petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
14
PERMENAKER No. 38 Tahun 2016: Pasal 3 huruf a, b, dan c

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan:

a. melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di Tempat Kerja dari potensi bahaya Pesawat Tenaga dan
Produksi;

b. menjamin dan memastikan Pesawat Tenaga dan Produksi yang aman, dan memberikan keselamatan dalam
pengoperasian; dan

c. menciptakan Tempat Kerja yang aman dan sehat untuk meningkatkan produktivitas.

UU No 1/1970 : Pasal 3 huruf a


Mengetahui Kapasitas
dan m
Jumlah dalam Lift dan
Terdapat Informasi pada area PERMENAKERTRANS 3/1999
Mendapatkan Informasi
LIFT. Pasal 3 ayat 1, 2, dan 3
Keadaan Daurat apabila
terjebak dalam Lift.
Lift
UU No 1/1970 : Pasal 3 huruf a dan m
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,lingkungan, cara dan proses kerjanya;
15 PERMENAKERTRANS 3/1999 Pasal 3 ayat 1, 2, dan 3

1. Kapasitas angkut lift harus dicantumkan dan dipasang dalam kereta serta dinyatakan dalam jumlah orang dan atau
jumlah bobot muatan yang diangkut dalam kilogram (kg).

2. Kapasitas angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan kapasitas angkut yang dinyatakan dalam ijin
pemakaian lift.

3. Penetapan jumlah orang yang dapat diangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Standar Nasional
Indonesia yang berlaku.

a. UU No 1 tahun 1970 Pasal 3


a. Penerangan yang cukup
ayat 1 huruf a,d, dan i

Sebagai syarat b. Permenakertrans No. 1 tahun


b. Sisi tangga yang terbuka
keselamatan kerja 1980 ttg K3 pada kontruksi
diberi pagar yang kuat
bangunana pasal 5 ayat 2
Tangga

UU No 1 tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 hurut a,d, dan i


a.mencegah dan mengurangi kecelakaan
16
d.memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

i.memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;


Permenaker No. 1 tahun 1980 : pasal 5 ayat 2
Pasal 5 ayat 2

Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus
dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Undang-undang No. 1 tahun


1970 pasal 3 ayat 1 huruf a
Tidak menimbulkan
b. PERMENAKER No
kokoh bisa menahan beban bahaya saat tandon terisi
1/MEN/1980 pasal 8
tandon kapasitas 3000 liter. penuh dengan air.

Ruang Pompa
Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 butir a
17
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
PERMENAKER No 1/MEN/1980 pasal 8
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang
dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka,

Undang-undang No. 1 tahun 1970


Wiring Diagram Panel Operator dalam
: pasal 3 ayat 1 huruf a, b, dan q
pengoperasian
Memastikan kondisi panel Permenaker No. Per
berfungsi dengan aman 33/MEN/2015 ayat 9, Pasal 2,
Pasal 3.
Ada pengecekan secara berkala
Panel

Undang-undang No. 1 tahun 1970 : pasal 3 ayat 1 huruf a, b, dan q


a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

d.memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

q.memcegah terkena aliran listrik yang berbahaya

18 Permenaker No. Per 33/MEN/2015 ayat 9, Pasal 2, Pasal 3.

Pasal 1 ayat 9:

Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan, memakai, mengubah, mengatur,
menglihkan, mengumpulkanatau membagikan tenaga listrik.

Pasal 2 :

Pengusaha dan/atau pengurus wajib melaksanakan K3 listrik ditempat kerja.


Pasal 3 :
a. melindungi keselamtanan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dari
potensi bahaya listrik

b. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan bangunan beserta isinya.

c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas.

a. UU NO 1 TAHUN 1970
PASAL 3 butir a, d dan r.

Ada labeling/pita pengarah yang Mempermudah saat b. KEPMENAKER No-


menyala dikegelapan 186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2
evakuasi
huruf b

c. Permenakertrans No. 1
Tangga Darurat tahun 1980 : pasal 8 dan pasal 27

UU NO 1 TAHUN 1970: Pasal 3 Huruf :

a. mencegah dan megurangi kecelakaan

d. memeberikan kesempatan ata jalan meyelamatkan diri pada waktu kebakran atau kejadian lainnya yang berbahaya

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

19
KEPMENAKER No-186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2 huruf b

Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi


Permenaker No. 1 tahun 1980 : pasal 8 dan pasal 27
Pasal 8:

Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat
dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus
diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.

Pasal 27:

Tangga rumah harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan dengan aman beban yang harus dibawa melalui
tangga tersebut, dan harus cukup lebar untuk pemakaiannya secara aman

a. UU No 1 Tahun 1970 :
ada petunjuk hidran
Pasal 3 ayat a, d dan r.
Memberikan informasi
b. KEPMENAKER No-
kepada pekerja maupun
pengunjung saat terjadi 186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2
ada alarm hidran
kebakaran menggunakan huruf b dan f, Pasal 2 ayat 4 huruf
alat pemadam api tersebut b dan c
ada manual book
Hydrant ada tombol manual alarm

UU No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1 butir a, d dan r

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.

20
KEPMENAKER No-186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2 huruf b dan f, Pasal 2 ayat 4 huruf b dan c

1. Ayat 2 : Kewajiban mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran ditempat kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi

f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat

2. Ayat 4 : Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f,
memuat antara lain :

b. Jenis cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran ditempat kerja

c. Prosedur pelaksana pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran

(1) UU. No. 1 tahun 1970 pasal


10
Penerapanan dan
Sudah mempunyai struktur
21 pengawasan K3 lebih
organisasi P2K3
mudah dilaksanakan

(2) Permenaker No. PER-


04/MEN/1987 Pasal 2

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 10.


(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan
kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 Pasal 2


Pasal 2
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.

(2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:


a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih;

b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan
bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.

(3) Permenaker No. PER-


Mudah dalam 04/MEN/1987 Pasal 3
Ketua P2K3 sudah sesuai pengambilan keputusan (4)
22 karena menempati posisi
karena posisi GM Permenaker No. PER-
tertinggi perusahaan 155/MEN/1984

UU No. 1 tahun 1970 Bab 6 Pasal 10 Poin 2

Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Permenaker No. PER-


04/MEN/1987 Pasal 5 ayat 1
Sekretaris P2K3 seorang ahli Bertanggung jawab
23
K3 umum sebagai
Permenaker PER-02/MEN/ 1992
pasal 9
UU No. 1 tahun 1970 Bab 6 Pasal 10 Poin 2

Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

UU No. 1 tahun 1970 pasal 10

Sudah tersertifikasi dan


Penerapan SMK3 sudah PP No. 50 tahun 2012 tentang
24 mendapatkan penghargaan
berjalan dengan baik Penerapan Sistem Manajemen
SMK 3
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
UU No. 1 tahun 1970 Pasal 10.
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha
atau

pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan

dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas

dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

PP No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan terukur, terstruktur, dan terintegrasi; keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana,

b. mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta

c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
UU. No. 1 tahun 1970 pasal 9
Memberikan jaminan
ayat 1.
informasi kepada
25 Safety induction
karyawan dan pihak
terkait. PP No. 50 tahun 2012 pasal 13
ayat (1)
UU. No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;

b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;

c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;

d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

PP No. 50 tahun 2012 pasal 13 ayat (1)

(1) Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d harus memberikan jaminan bahwa informasi K3
dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.

Sebagai panduan untuk UU No. 1 tahun 1970 Pasal 3 ayat


mencegah terjadinya 1
26 Memiliki Protap K3 kecelakaan kerja dan
acuan teknis penanganan
bahaya
PP No. 50 tahun 2012 pasal 12
ayat 1
UU No. 1 tahun 1970 Pasal 3 ayat 1
Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;


f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;


j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

PP No. 50 tahun 2012 pasal 12 ayat 1


(1) Pengusaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus:

a. menunjuk sumber daya manusia yangmempunyai kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;

d. membuat prosedur informasi;


e. membuat prosedur pelaporan; dan
f. mendokumentasikan seluruh kegiatan

Permenaker No. PER-


04/MEN/1987 Pasal 5 ayat 1
Ahli K3 bertindak sebagai
27 Memiliki Ahli K3
sekretaris P2K3
Permenaker PER-02/MEN/1992
pasal 9

Permenaker No. PER-04/MEN/1987 Pasal 5 ayat 1

(1) Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Permenaker PER-02/MEN/1992 pasal 9


(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berkewajiban:

a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;

b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas
dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;

2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;

c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.

Sudah terdapat rambu petunjuk Mengingatkan pekerja UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14
28
arah tentang potensi bahaya ayat (b)

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;

Terdapat slogan-slogan, UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14


29 Penerapan SMK3
rambu- rambu dan tanda-tanda (b)
K3

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;
UU No. 1/1970 sudah dipasang Sosalisasi UU Ketenaga UU No. 1 tahun 1970 Bab 10
30
di area yang dilihat dengan jelas kerjaan pasal 14 poin a, b

UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14 ayat (b)


Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai
Undangundang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua
bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;

3.3 ANALISA TEMUAN TIDAK SESUAI


PERATURAN
NO. LOKASI/PHOTO HASIL TEMUAN POTENSI BAHAYA YG TIMBUL SARAN
PERUNDANG-UNDANGAN

Gunakanlah APD
dengan lengkap, UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 Huruf
Terdapat Pekerja yang tidak Mencegah dan mengurangi Penyakit Helm, Masker, Ear a, pasal 12 Huruf b, PERMENAKER
1 TRANS NO PER
memakai APD Akibat Kerja Plug, agar tidak
terkena debu dan lain .O8/MEN/VII/2010 PASAL 6,
sebagainya

TIDAK MEMAKAI APD


UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf a
a. Mencegah dan Mengurangi kecelekaan )
Penjelasan Undang - Undang dan UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 12 Huruf b
b. Memakai Alat pelindung diri yang diwajibkan
Peraturan → No.PER-08/MEN/VII/2010 Pasal 6
1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya

UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 Huruf


Diletakkan pada kotak f, pasal 12 Huruf b, PERMENAKER
APD Tidak ditempatkan APD dapat jatuh dan mengakibatkan
2 penyimpanan khusus TRANS NO PER
semestinya kerusakan atau pecah .O8/MEN/VII/2010 PASAL 7 ayat 2
APD
Huruf d.

RUANGAN HSE
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Penjelasan Undang - Undang dan (f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Peraturan → No.PER-08/MEN/VII/2010 Pasal 7
2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
d. penggunaan, perawatan dan penyimpanan

Tidak disediakan tempat Dapat menyebabkan toilet


Disediakanya tempat UU No. 01 / 1970 Pasal 3 UU No.
3 pembuangan sampah/ pembalut di menjadi kotor, disebabkan
sampah 5 tahun 2018 Pasal 38
toilet wanita pembuangan sembarangan

TOILET WANITA DI
KLINIK
Penjelasan Undang - Undang dan UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Peraturan → l. memelihara kebersihan, Kesehatan dan ketertiban.

Penempatan Apar yg salah dapat


mengakibatkan komponen APAR
Permenakertran No :
Apar yang diletakkan lantai terutama tabung APAR mengalami Peletakkan Apar harus
4 PER.04/MEN/1980 pasal 4 ayat 3,
dibiarkan tanpa Alas korosif. Selain itu, media dalam diatas lantai No.PER-04/MEN/1980 Pasal 8
APAR juga bisa rusak karena terkena
cuaca ekstrem

PENEMPATAN APAR
No : PER.04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 3
(3). Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
Penjelasan Undang - Undang dan No : PER.04/MEN/1980 Pasal 8
Peraturan →
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m
dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak
antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.

Menghilangkan
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 (l) huruf l,
Dapat mengakibatkan terpeleset dan sumber air penyebab
Terdapat genangan air dan barang- PERMENAKER NO 5 Tahun 2018
5 juga tersandung (Penyakit Akibat becek dan merapikan
Pasal 28 ayat 1, PERMENAKER
barang yang berserakan di lantai
Kerja) barang sesuai No.PER-01/MEN/1980
tempatnya

RUANG POMPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 ayat (1) Huruf l.
l. memelihara kebersihan, Kesehatan dan ketertiban;
PERMENAKER NO 5 Tahun 2018 Pasal 30
Penjelasan Undang - Undang dan Lantai sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) huruf c harus:
Peraturan → 28. Penerapan Higiene dan sanitasi pada gedung sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (2) huruf b Meliputi;
c.lantai
PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan

Memasang Atribut UU No. 01 Tahun 1970 Pasal 14


Tidak terpasang rambu untuk berpotensi pada lingkungan kerja,
6 ruang pipa keamanan, dan keselamatan kerja.
dan Rambu-Rambu Huruf b, Permenaker No 5 Tahun
K3 2018 Pasal 4

RUANG PIPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 14

(b) Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
Penjelasan Undang - Undang dan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan
Peraturan → Kerja
PERMENAKER NO. 05 Tahun 2018 Pasal 4
Pelaksanaan Syarat-Syarat K3 Lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 bertujuan untuk mewujudkan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan nyama dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Menambahkan
pencahayaan buatan
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 (i),
7 Mengakibatkan kecelakan kerja dan kedalam ruangan PERMENAKER NO 5 Tahun 2018
Penerangan dalam ruangan merusak mata untuk mengurangi Pasal 18
adanya kecelakaan
kerja

RUANG PIPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
(i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Penjelasan Undang - Undang dan
PERMENAKER NO 5 Tahun 2018 Pasal 18
Peraturan →
(1) Pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila pencahayaan alami tidak
(2) Pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh menyebabkan panas yang berlebihan atau mengganngu

UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf


Tempat pembuangan limbah b3 Resiko terjatuh dan masuk Pembuatan Cover
8 a, UU No. 13 Tahun 2003pasal 86
tidak ada cover penutup kelubang limbah b3 penutup Limbah ayat 1,

TEMPAT LIMBAH B3
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf a
Penjelasan Undang - Undang dan a. Mencegah dan Mengurangi kecelekaan )
Peraturan →
UU No. 13 Tahun 2003pasal 86 ayat 1
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

Memisahkan antara UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf


Assembly Point dijadikan tempat
9 Proses Evakuasi terhambat tempat parkir dan d, peraturan PUPR No.14 Tahun
parkir 2017 pasal 24 ayat 1 huruf a, b dan c
assembly point

ASSEMBLY POINT
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf b
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
Peraturan PUPR No.14 Tahun 2017 pasal 24 ayat 1
Penjelasan Undang - Undang dan (1) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana harus menyediakan sarana
Peraturan → evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c yang meliputi:
a. akses eksit;
b. eksit;
c. eksit pelepasan; dan
d. sarana pendukung evakuasi lainnya.

Menjauhkan Air
Air minum dekat dengan sumber Mengakibatkan konsleting listrik UU no. 01/1970 pasal 3 haruf q, UU
10 minum dari sumber
listrik dan bahaya kesetrum No. 13 Tahun 2003pasal 86 ayat 1
arus listrik

TEMPAT AIR MINUM DEKAT


DENGAN LISTRIK
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf q
Penjelasan Undang - Undang dan q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Peraturan →
UU No. 13 Tahun 2003pasal 86 ayat 1
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

memberikan teguran
Timbulnya penyakit akibat
pada pekerja yang
TERDAPAT PEKERJA YANG kerja, (Mengurangi kemampuan UU No 1 Tahun 1970 ayat 3 huruf a
11 tidak menggunakan
TIDAK MENGGUNAKAN APD Pendengaran)atau kepala terhantam dan f, No.PER-08/MEN/VII/2010
APD yang sudah
pipa pada saat pengecekan
disediakan

RUANG POMPA
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf a dan f
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
Penjelasan Undang - Undang dan f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Peraturan → PER-08/MEN/VII/2010
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.

Memberi pelat nama UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3


Tidak ada rambu-rambu identitas Operator gondola tidak mengetahui
12 yang memuat data Huruf a dan m, PERMENAKER No.
gondola kapasitas gondola
gondola. 8 Tahun 2020 Pasal 16

AREA ROOFTOP
UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3 Huruf a dan m
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

Penjelasan Undang - Undang dan


PERMENAKER No. 8 Tahun 2020 Pasal 16
Peraturan → Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas:
a. pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
b. keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan;
c. alat atau tombol penghenti darurat [emergency stop);
d. Alat Pengaman; dan Alat Perlindungan

UU No 1 Tahun 1970 tentang


Perapian pada
Tersengat listrik, tersandung akibat perkabelan yang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan
13 Instalasi listrik tidak rapi penempatan kabel yang tidak teratur q, Permenaker No 12 Tahun 2015
kurang rapi tersebut pasal 3 hururf a, b

AREA PANEL
UU No 1 Tahun 1970 tentang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan q
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No 12 Tahun 2015 pasal 3 huruf a, b
Peraturan →
pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 bertujuan :
a. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada didalam lingkungan tempat kerja dari
potensi bahaya listrik
b. menciptakan instalasi listrik yang aman , handal dan dapat memberikan keselamatan bangaunan beserta isinya ; dan

Lakukan perbaikan UU No 1 Tahun 1970 tentang


Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan
Penutup Control Panel genset dengan cara
14 Tersengat listrik q, SNI 04-0225-2000 Persyaratan
listrik mesin tidak ada membungkus plastic Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL
dengan panel listrik 2000)

RUANG GENSET
UU No 1 Tahun 1970 tentang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan q
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
Penjelasan Undang - Undang dan
6.5.3.1 Panel lemari/kotak hubung bagi harus cukup tebal sehingga ketahanannya terhadap gaya mekanis memenuhi persyaratan.
Peraturan →

6.5.3.2 Dinding dari lemari/kotak hubung bagi harus cukup tebal sehingga ketahanannya terhadap gaya mekanik
memenuhi persyaratan, dan harus dibuat dari bahan yang tak dapat terbakar.

UU No 1 Tahun 1970 tentang


Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan
Lakukan pemberian
c, Permenaker No. 37 Tahun 2016
15 Pressure gauge tidak ada Terjadi bahaya ledakan pressure gauge tentang Keselamatan dan Kesehatan
sehingga bisa terbaca Kerja Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun, Pasal 22 ayat 1,3,4

RUANG TANGKI SOLAR


UU No 1 Tahun 1970 tentang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan c
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No. 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun, Pasal 22
Peraturan → ayat 1,3,4
a. Ayat 1 : “Bejana Tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan pesawat pendingin harus dilengkapi dengan
petunjuk tekanan yang dapat ditempatkan pada kompresor atau mesin pendingin selama masih berhubungan secara langsung “
b. Ayat 3 : “Petunjuk tekanan harus dipasang pada tempat yang mudah dilihat”.
c. Ayat 4 : Petunjuk tekanan harus diberi tanda strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang diperbolehkan.

Peralatan yang tidak UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,


Terdapat Peralatan Gondola Yang
di fungsikan Segera dan l, UU No. 5 tahun 2018 Pasal 27
16 tidak ditempatkan pada tempat, Terjatuh, dan terjepit
yang dibiarkan begitu saja. dirapikan pada tempat huruf b, PERMENAKER No.PER-
lebih aman. 01/MEN/1980

AREA ROOFTOP
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

Penjelasan Undang - Undang dan UU No. 5 tahun 2018 Pasal 27


Peraturan → 1) Halaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf b harus:
b. Cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang

PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan
dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan.

Segera dibuatkan alat


tambahan
Penutup/sekat pada
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a.
Terdapat bagian dari mesin genset bagian yang beputar
17 yang berputar tanpa penutup.
Terluka, hilangnya bagian
untuk
Permenaker No.38 tahun 2016 pasal
tubuh 1 ayat 9, pasal 3 huruf a, b.
meminimalisirkan
resiko kecelakaan
kerja
RUANG GENSET
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Permenaker No.38 tahun 2016 pasal 1 ayat 9, pasal 3 huruf a, b.


Pasal 1 ayat 9
Penjelasan Undang - Undang dan
Peraturan → Alat Pengaman adalah alat perlengkapan yang dipasang permanen pada Pesawat Tenaga dan Produksi gunamenjamin
pemakaian pesawat tersebut dapat bekerja dengan aman.
Pasal 3
a. melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di Tempat Kerja dari potensi bahaya Pesawat Tenaga dan Produksi;
b. menjamin dan memastikan Pesawat Tenaga dan Produksi yang aman, dan memberikan keselamatan dalam pengoperasian

Dibuatkan tangga
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
Ruang Tandon Air hanya diberikan permanen pada area
18 Terjatuh, Terpeleset dan terluka Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal
Step ladder tandon Air dan Rambu 26 ayat 1
Rambu

RUANGAN TANDON AIR


UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal 26 ayat 1
Peraturan →
1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable stepledders) dan tangga kuda-kuda yang dapat dipindah-pindahkan,
panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang harus diperkuat
denganpengaman.

Sebaiknya dilakuakan
Atap ruang lift seperti dari benda Cedera karena kejatuhan benda dari penggantian atap UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
19 Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal 8
mudah rusak/runtuh atas ruang lift dari yag
lebih kokoh

RUANGAN MESIN LIFT


UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal 8


Peraturan →
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki,
sisi- sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup
pengaman yang kuat.

Di beri alas atau box Undang Undang No 1 Tahun 1970


ayat 3 huruf a dan b,
APAR di letakkan di atas lantai APAR dan di letakkan
20 Kualitas APAR dapat menurun PERMENAKERTRANS No. PER-
dan tidak mudah dilihat di atas Ketinggian 1,2 04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 1 dan
m pasal 6
PENEMPATAN APAR DI
KLINIK PRATAMA
Undang Undang No 1 Tahun 1970 ayat 3 huruf a dan b
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah , mengurangi dan memadamkan kebakaran.
PERMENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 1 dan pasal 6
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
Penjelasan Undang - Undang dan 1. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti
Peraturan → tersebut dalam lampiran 2.

PERMENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980 Pasal pasal 6 ayat 1 dan 2

(1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
(2) Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety
glass)

Menutup pintu area UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3 huruf g,


Pintu terbuka diarea terbatas yang Orang yang tidak berkepentingan
21 seharusnya terkunci dapat masuk sembarangan
terbatas setiap kali SK Dirjen No. 1 tahun 2011 tentang
keluar masuk ruangan pedoman bekerja pada ruang terbatas

RUANGAN TANDON AIR


UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

SK Dirjen No. 1 tahun 2011 tentang pedoman bekerja pada ruang terbatas

2. Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di ruang terbatas

2.1. Persyaratan Umum


Penjelasan Undang - Undang dan
Peraturan → 2.1.1. pengurus wajib melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap tempat kerja untuk menentukan apakah terdapat
ruang terbatas dengan ijin khusus.
2.1.2. jika pada tempat kerja terdapat ruang terbatas dengan ijin khusus, pengurus wajib menginformasikannya kepada
pekerja dengan memasang tanda bahaya atau peralatan lain yang efektif, mengenai keberadaan dan lokasi serta bahaya
yang terdapat dalam ruang terbatas yang memerlukan ijin khusus tersebut.
Catatan: tanda bertuliskan – BAHAYA- RUANG TERBATAS DENGAN IJIN KHUSUS, DILARANG MASUK
2.1.3. jika pengurus memutuskan bahwa pekerja tidak diperbolehkan memasuki ruang terbatas dengan ijin khusus,
pengurus wajib melakukan langkahlangkah untuk mencegah dan melarang pekerja memasuki ruang terbatas tersebut.

Penataan ulang layout


Jalur evakuasi kurang leluasa UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3.huruf d,
Keleluasaan gerak terganggu ketika area disekitar jalur
22 terdapat kursi tunggu disekitar terjadi keadaaan bahaya PP No. 50 tahun 2012 Lampiran 2
evakuasi agar tidak point 6.7
akses padahal seharusnya terbuka
ada halangan

JALUR EVAKUASI
UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
Penjelasan Undang - Undang dan
Peraturan → 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah
didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja.

6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh
petugas yang berkompeten dan berwenang.

bahaya akibat kipas pendingin memasang plat UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
23 tidak terdapat Plat nama mesin
radiator, untuk genset yang baru, nama mesin Permen 38 tahun 2016 pasal 15

PESAWAT TENAGA
PRODUKSI
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Penjelasan Undang - Undang dan a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Peraturan →
Permen 38 tahun 2016 pasal 15
setiap pesawat tenaga dan produksi harus diberi plat nama yang memuat tenaga produksi

kecelakaan kerja pada pekerja atau Wastafle harus


bak cuci tangan tidak dirancang Permen PUPR No 14 Tahun 2017
24 pengunjung yang menggunakan dirancang dan
bagi pengguna kursi roda pasal 42 ayat 2 huruf b, dan c
kursi roda disesuaikan

WASTAFLE
Permen PUPR No 14 Tahun 2017 pasal 42 ayat 2 huruf b dan c
2) Perancangan dan penyediaan bak cuci tangan
Penjelasan Undang - Undang dan harus memperhatikan:
Peraturan → b. ketinggian yang mampu dijangkau oleh setiap orang;
dan
c. Aksesibilitas bagi pengguna kursi roda.

Tidak ditemukan informasi tentang


25 Memberikan identitas Permenaker No. 8 tahun 2020 pasal
kapasitas gondola 16

GONDOLA
Permenaker No. 8 tahun 2020 pasal 16
Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas:
Penjelasan Undang - Undang dan a. pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
Peraturan → b. keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan;
c. alat atau tombol penghenti darurat (emergency stop);
d. Alat Pengaman; dan
e. Alat Perlindungan

Tidak terdapat petunjuk cara Orang yang tidak terlatih akan Memasang petunjuk Permenakertran No :
26 penggunaan APAR yang bingung cara penggunaan saat cara APAR di PER.04/MEN/1980 pasal 4 ayat 3,
terpampang ada kondisi darurat samping APAR No.PER-04/MEN/1980 Pasal 14

APAR
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
Penjelasan Undang - Undang dan
PERMENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980
Peraturan →
Pasal 14
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan jelas.
Dilakukan UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a dan
pembersihan dan l, Permenakertrans RI No. PER-
27 Ada genangan air/oli di lantai Rawan terpeleset penyediaan APD 01/MEN/ Tahun 1980, Pasal 6,
untuk membersihkan Permenaker RI No. 12 Tahun 2015,
diarea Rumah pompa Pasal 1, ayat 2;

RUANG POMPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

Permenakertrans RI No. PER-01/MEN/ Tahun 1980, Pasal 6


Penjelasan Undang - Undang dan Kebersihan dan kerapihan ditempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan
Peraturan → dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan.
Permenaker RI No. 12 Tahun 2015, Pasal 1, ayat 2;
Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya, termasuk tempat kerja ialah semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

UU no. 1 Tahun 1970, pasal 14


Poster UU no. 1 Tahun 1970 tidak
28 Temuan dalm SMK3 memasang Poster K3 Huruf a dan b, PP No 50 tahun 2015
dipampang
pasal 8

UU no. 1 Tahun 1970, pasal 14 Huruf a dan b


a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan,
sehelai Undang undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
Penjelasan Undang - Undang dan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Peraturan → Keselamatan Kerja ;
PP No 50 tahun 2015 pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.

Mengganti bahan Undang Undang No 1 Tahun 1970


ayat 3 huruf a dan o, PERATURAN
Potensi penghantaran tidak bekerja penerima disesuaikan
29 Penerima petir terlihat berkarat MENTERI TENAGA KERJA
maksimal. dengan peraturan yang NOMOR PER 02/MEN/1989 pasal 2
berlaku. ayat 2 butir c

PENYALUR LISTRIK
UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3 Huruf a, o
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
o. Mengamankan dan memeliharasegala jenis bangunan.
Penjelasan Undang - Undang dan PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR PER 02/MEN/1989 pasal 2 ayat 2
Peraturan → Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kemampuan perlindungan secara tehnis;
b. ketahanan mekanis;
c. ketahanan terhadap korosi;

Memberikan casing
Ada benda berputar yang tidak yang menutupi benda UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3
Bagian tubuh bisa tersangkut dan luka
30 diberi casing dan rambu bahaya di yang berputar secara Huruf a, o , PERMENAKER No.PER-
karena benda berputar
ruang mesin lift utuh atau memberikan 06/MEN/2017 Pasal 9
sign bahaya

RUANG MESIN LIFT


UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3 Huruf a, o
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
o. Mengamankan dan memeliharasegala jenis bangunan.
Penjelasan Undang - Undang dan
Peraturan → PERMENAKER No.PER-06/MEN/2017 Pasal 9
g. seluruh benda berputar dan peralatan listrik yang berbahaya di kamar mesin wajib terlindung dan diberikan tanda bahaya
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Analisa dan observasi Praktek Kerja Lapangan sebagai persyaratan kelulusan
Calon Ahli K3 Umum di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan K3 Lingkungan Kerja dan sudah cukup baik, dibuktikan dengan kondisi konstruksi
bangunan yang masih baik dan kokoh, serta tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan
tenaga kerja yang sudah tersertifikasi, namun masih ada aspek-aspek kecil yang harus diperhatikan
agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Penerapan K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan sudah baik, dibuktikan dengan peralatan
yang selalu dilakukan maintenance.
3. Penerapan K3 Penanggulangan Kebakaran sudah berjalan dengan cukup baik, dibuktikan dengan
tersedianya alat pemadam kebakaran yang memadai, hanya saja aspek-aspek kecil seperti
pemberian sign APAR dan peletakkan APAR harus lebih diperhatikan.
4. Penerapan K3 Konstruksi Bangunan dan Instalasi Listrik sudah berjalan dengan baik, namun
belum dilakukan pemeriksaan dan perawatan secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Kelembagaan dan Keahlian K3 (unit kerja) sudah berjalan dengan baik, dibuktikan dengan sudah
dibentuknya P2K3 di Telkom Malang.
6. Penerapan SMK3 sudah berjalan dengan baik, Telkom Malang sudah mengikuti Audit SMK3 dan
mendapatkan sertifikat, namun masih terdapat beberapa temuan negative yang tida sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan agar K3 di Telkom Malang
selalu terjaga

4.2. SARAN

Dengan selesainya penyusunan Laporan PKL sebagai akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
Pelatihan. Dengan demikian saran – saran yang perlu disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait
dalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Pelatihan dituntut lebih Proaktif dalam mengikuti proses pembelajaran baik kelas
maupun praktek kerja lapangan yang ditandai dengan proses pembelajaran dua arah, dalam artian
peserta lebih kritis dalam menyimak dan menyampaikan pendapatnya.
2. Bagi Penyelenggara agar terus meningkatkan pelayanan dalam memfasilitasi peserta dan proses
Pelatihan khususnya pengadaan materi pelatihan dan fasilitas pembelajaran.
3. Dalam penyajian materi dan kurikulum pembelajaran Ahli K3 Umum diharapkan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi perlu melakukan evaluasi baik terhadap pemateri – pemateri yang
ditunjuk sebagai pelatih maupun Bahan Pembelajaran agar peserta Pelatihan lebih cepat
memahami konsep – konsep K3 secara efisien dan efektif.
4. Bagi Telkom Witel Malang agar meningkatkan penerapan K3 di lingkungan kerjanya
DAFTAR PUSTAKA

• UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

• Permenaker RI No. PER. 02/MEN/1992 Tentang tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang
Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/ 1987 Tentang Panitia Pembina K3 Serta
Tata Cara Penunjukan Ahli K3 Serta Tata Cara Penunjukan Ahli K3

• Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen K3

• Permenaker No. 26 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per.02/Men/ 1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.01/Men/1976 Tentang Kewajiban
Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Koperasi

• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per.02/Men/ 1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja

• Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 26 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Penilaian


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

• Konvensi ILO (No. 120) mengenai Hygine Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor Konferensi
Umum Organisasi Perburuhan Internasional

• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12 Tahun 2020
Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Anda mungkin juga menyukai