DI
TELKOM WILAYAH MALANG
PENYELENGGARA
PT SINARINDO GLOBAL SARANA
Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayahnya kita dapat melaksanakan praktik kerja lapangan (melalui video observasi) sebagai
calon ahli K3 umum, di PT Telkom Indonesia Tbk, wilayah Malang pada tanggal 9 Maret
2022 sebagai salah satu persyaratan penilaian AK3 umum.
Laporan praktek kerja lapangan ini merupakan bentuk aplikasi dari pelatihan calon
Ahli K3 umum yang dilaksanakan oleh PT. SINARINDO GLOBAL SARANA mulai dari tan
ggal 24 Februari - 17 Maret 2022.
Laporan PKL ini berisi terkait dengan Inspeksi K3 Umum yang diterapkan pada
perusahaan yang kami lakukan melalui observasi video.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk menyelesaikan laporan ini, terutama kepada:
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
3.1 Observasi...............................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................31
4.1 Kesimpulan...........................................................................................31
4.2 Saran.....................................................................................................31
PENDAHULUAN
Masa new normal saat pandemi COVID-19 menjadi tantangan baru dalam dunia kerja. Departemen
Human and Resources (HR) dalam perusahaan dan karyawan harus beradaptasi dengan tatanan sistem
kerja yang baru, yakni dengan penerapan protokol Kesehatan, perubahan harus dilakukan oleh
perusahaan dan karyawan. Yakni saling berkomitmen dalam hal perkembangan perekonomian dan
kesehatan. Karena untuk membangun kembali perindustrian dalam era baru dewasa ini pada masa
revolusi industri keempat dan revitalisasi industry menuju G20 yang sedang dikembangkan oleh
pemerintah saat ini adalah dengan memberikan jaminan perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) bagi tenaga kerjanya.
Sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan
dalam mencapai sebuah keberhasilan, oleh karena itu karyawan merupakan sebuah aset berharga bagi
perusahaan yang harus dijaga atau diberi perhatian khusus dan dikembangkan untuk kepentingan
bersama. Selain diberikan perhatian, perusahaan juga harus mengelola sumber daya manusia tersebut
untuk mendapatkan sebuah hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan dari perusahaan. Dalam
mengelola sumber daya manusia diperlukan sebuah manajemen yang dapat mengelola sumber daya
secara terencana, sistematis danefisien agar perusahaan dapat berkembang dengan baik dan tujuan
perusahaan juga tercapai dengan maksimal. Berkembang atau tidaknya suatu perusahaan tergantung pada
kualitas dan perilaku sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan tersebut. Salah satu hal yang
harus mendapatkan perhatian khusus dalam manajemen sumber daya manusia adalah keselamatan kerja.
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan.
Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah. Padahal tenaga kerja
adalah faktor penting bagi kegiatan perusahaan, karena perusahaan tidak bisa lepas dari yang namanya
tenaga kerja.
Menurut Anjani, et, al. (2014:2) menjelaskan bahwa faktor keamanan dan perlindungan dalam
bekerja menjadi faktor yang mempengaruhi untuk bekerja.Pada saat karyawan mendapatkan keamanan
dan perlindungan saat bekerjamereka akan melakukan pekerjaan dengan baik dengan perasaan yang
tenang.Melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satufaktor dalam
memberi jaminan perlindungan dalam bekerja yang dapat mencegahterjadinya kecelakaan kerja.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berkerwajib
an untuk menyediakan layanan jasa telekomunikasi bagi kepentingan umum. Potensi bahaya yang ditimb
ulkan dari perusahaan sangat besar, salah satunya adalah terjatuh dari ketinggian tiang, tertimpa alat-alat
berat yang digunakan pada saat proses kerja di lapangan serta resiko - resiko bahaya lainnya yang sangat r
awan bagi para pekerja teknik tersebut.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, juga tidak luput untuk memenuhi semua tuntutan dalam
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada karyawannya, sesuai dengan Undang-
undang yang telah ada yaitu tentang keselamatan kerja No.1 tahun 1970. Dengan adanya jaminan tersebut
karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, akan merasa aman pada saat mereka bekerja. Maka perlu u
ntuk dibuat Sistem Manajemn K3 (SMK3) sebagai standard operation procedure (SOP) yang harus
dilaksanakan sebelum dikerjakan. Selain mempunyai standard operation procedure mereka juga punya
Job Safety Analyst untuk melihat risiko kerja apayang akan terjadi pada pelaksanaannya, dengan adanya
itu akan dapat membantu untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan menciptakan ‘zero accident’ di
tubuh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, khususnya Telkom Wilayah Malang
Maksud dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Telkom Wilayah Malang yang
dilakukan melalui video dan wawancara narasumber adalah sebagai berikut:
1. Mempraktikan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan dan sebagai syarat yang
harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3 Umum.
2. Mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai penerapan K3 di Telkom Wilayah Malang.
3. Peserta Calon Ahli K3 umum dapat mengidentifikasi, menganalisis dan memberikan saran atau
rekomendasi terkait penerapan K3 di Telkom Wilayah Malang.
4. Memberi masukan terhadap penerapan K3 secara umum di Telkom Wilayah Malang yang
belum sesuai dengan peraturan.
Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan dengan obeservasi yang dilakukan melalui video dan
wawancara dengan narasumber mengenai penerapan hal sebagai berikut:
a. K3 Secara Umum (Ergonomi, Lingkungan Kerja, Bahan Kimia Berbahaya, dan Kesehatan
Kerja
b. K3 Mekanik (Pesawat Alat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi)
c. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan)
d. K3 Konstruksi Bangunan
e. K3 Instalasi Listrik
f. K3 Penanggulangan Kebakaran
g. Kelembagaan dan Keahlian K3
h. Penerapan SMK3
Dasar hukum pada Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan observasi yang dilakukan melalui video
dan wawancara dengan narasumber adalah sebagai berikut:
c. Pengawasan Norma Ergonomi, Lingkungan Kerja dan Bahan Kimia Berbahaya, Kesehatan Ke
rja
1. Undang-Undang No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene
dalam perniagaan dan kantor-kantor.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri.
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 9 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian.
5. Kepmenaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Kerja.
6. Surat Edaran Menakertrans No. 01 Tahun 2012 tentang Pemenuhan K3 di Ruang Terbatas.
7. Kepdirjen Binwasnaker No. 84 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Potensi Bahaya
Besar/Menengah di Perusahaan
8. Kepdirjen Binwasnaker No. 64/PPK/XI/2013 tentang Pedoman Pembinaan K3 Pekerjaan Penyelaman
di Dalam Air (Underwater Diving Work)
9. Kepdirjen Binwasnaker No. 001/PPK-PNK3/V/2014 tentang Petunjuk Teknis Penetapan Potensi
Bahaya Instalasi/Fasilitasi di Perusahaan.
BAB II
Kegiatan usaha TelkomGroup bertumbuh dan berubah seiring dengan perkembangan teknologi,
informasi dan digitalisasi, namun masih dalam koridor industri telekomunikasi dan informasi. Hal ini
terlihat dari lini bisnis yang terus berkembang melengkapi legacy yang sudah ada sebelumnya.
Telkom mulai saat ini membagi bisnisnya menjadi 3 Digital Business Domain:
1. Digital Connectivity: Fiber to the x (FTTx), 5G, Software Defined Networking (SDN)/ Network
Function Virtualization (NFV)/ Satellite
2. Digital Platform: Data Center, Cloud, Internet of Things (IoT), Big Data/ Artificial Intelligence
(AI), Cybersecurity
3. Digital Services: Enterprise, Consumer
Untuk menjawab tantangan industri digital, mendukung digitisasi nasional dan untuk menginternalisasi
agenda transformasi, maka Telkom telah menajamkan kembali Purpose, Visi, dan Misi nya.
PURPOSE
Mewujudkan bangsa yang lebih sejahtera dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah yang terbaik
bagi para pemangku kepentingan.
VISI
MISI
BASIC BELIEF
Always the Best
CORE VALUES
Solid, Speed, Smart
KEY BEHAVIOURS :
- Practices to be The Winner : Imagine, Focus, Action
- Practices to be The Winner in Digital Era : Collaborative, Openness, Desire to reach Purpose,
innovativE, Self-organized (Telkom CODES)
RIWAYAT TELKOMGROUP
Dalam perjalanan sejarahnya, Telkom telah melalui berbagai dinamika bisnis dan melewati beberapa fase
perubahan, yakni kemunculan telepon, perubahan organisasi jawatan yang merupakan kelahiran Telkom,
tumbuhnya teknologi seluler, berkembangnya era digital, ekspansi bisnis internasional, serta transformasi
menjadi perusahaan telekomunikasi berbasis digital.
Pada 1882, kemunculan telepon menyaingi layanan pos dan telegraf yang sebelumnya digunakan pada
1856. Hadirnya telepon membuat masyarakat kian memilih untuk menggunakan teknologi baru ini. Kala
itu, banyak perusahaan swasta menyelenggarakan bisnis telepon. Banyaknya pemain ini membuat industri
telepon berkembang lebih cepat: pada 1892 telepon sudah digunakan secara interlokal dan tahun 1929
terkoneksi secara internasional.
Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia mendirikan Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN
Postel).
Namun, seiring perkembangan pesat layanan telepon dan telex, Pemerintah Indonesia mengeluarkan PP
No. 30 tanggal 6 Juli 1965 untuk memisahkan industri pos dan telekomunikasi dalam PN Postel: PN Pos
dan Giro serta PN Telekomunikasi.
Dengan pemisahan ini, setiap perusahaan dapat fokus untuk mengelola portofolio bisnisnya masing-
masing. Terbentuknya PN Telekomunikasi ini menjadi cikal-bakal Telkom saat ini. Sejak tahun 2016,
manajemen Telkom menetapkan tanggal 6 Juli 1965 sebagai hari lahir Telkom.
PT. Telkom Witel Malang mempunyai bangunan gedung berlantai 9, yang beralamatkan di Jl. A.
Yani no. 11, Blimbing, Kota Malang, dengan jumlah karyawan TelkomGroup sebanyak 1318 orang,
terdiri dari 1186 karyawan dan 132 karyawati.
a. Plasa Telkom
b. Poliklinik
c. Kantin
d. Ruang Mesin Lift
e. Ruang Pompa
f. Ruang Tandon Air
g. Ruang Genset
h. Ruang Gardu PLN
i. Ruang Kontrol Genset
j. Area Centre Point
k. Ruang Security
l. Area Parkir
Setelah melakukan observasi terhadap video dan melakukan wawancara kepada narasumber, di T
elkom Wilayah Malang terdapat beberapa temuan yang sudah sesuai atau positif dengan ketentuan K3.
Beberapa temuan yang sudah sesuai diantaranya:
1. Telah dibentuk struktur organisasi P2K3;
2. Mendapatkan Penghargaan dari Pemerintah berupa Sertifikat dengan score 94,57% untuk kateg
ori tingkat lanjutan
3. Melakukan Safety Briefing pada setiap tamu yang masuk kedalam area tempat kerja;
4. Telah disediakan kotak P3K pada setiap lantai gedung;
5. Penerangan pada ruang tunggu pelanggan sudah cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Telah dipasang karet pengaman pada anak tangga di tangga darurat;
7. Terdapat Alat Pemadam Api Ringan diberi tanda dan ditempatkan di tempat yang mudah
terjangkau (tidak lebih dari 125 cm dari lantai);
8. Terdapat sprinkler dan hydrant sebagai alat proteksi kebakaran;
9. Terdapat plat nama atau labeling pada tangki penyimpanan solar;
10. Terdapat lebih dari 2 penyalur petir tipe franklin pada atap gedung;
11. Perusahaan sudah menyediakan APD untuk orang lain yang memasuki tempat kerja.
2.3 Temuan Negatif
Setelah melakukan observasi terhadap video dan melakukan wawancara kepada narasumber, di Telk
om Wilayah Malang terdapat beberapa temuan yang belum sesuai atau negatif dengan ketentuan K3.
Beberapa temuan yang belum sesuai diantaranya:
1. Alat pelindung diri yang tidak ditempatkan pada tempat penyimpanan;
2. Kurangnya pencahayaan pada loket pembayaran;
3. Terdapat APAR yang tidak ada tanda penunjuk dan ditempatkan pada tempat yang susah ditemuka
n dan tidak ditempel ditembok;
4. Tidak terdapat indikator informasi mengenai kapasitas atau volume tangki solar;
5. Kebersihan dan kerapihan pada ruang pompa tidak terjaga dengan baik, terdapat bahan-bahan dan
peralatan yang mudah terbakar dan berserakan;
6. Tidak ada informasi beban maksimum yang dizinkan pada bagian Gondola;
7. Terdapat tempat sampah yang tidak dilakukan pemilahan antara sampah organik, non organik, dan
bahan berbahaya;
8. Pada ruang mesin lift atau elevator tidak dilengkapi dengan alat pemadam api ringan jenis kering;
9. Tidak ada LOTO (Lockuot Tagout) pada gondola sebagai penanda bahwa alat tersebut sudah tidak
digunakan lagi atau rusak;
10. Posisi panel listrik yang terlalu dekat dengan area front desk
BAB III
3.1 OBSERVASI
Observasi dilakukan dengan metode mengidentifikasi melalui video khususnya pada 8 (delapan)
aspek Objek Observasi yaitu K3 Secara Umum, Mekanik, Pesawat uap, Konstruksi Bangunan, Instalasi
Listrik, Penanggulangan Kebakaran, Kelembagaan dan Keahlian (P2K3), serta Penerapan SMK3. Hasil
dari observasi tersebut terbagi menjadi 2 (dua) temuan yakni temuan sesuai dan temuan tidak sesuai.
Adapun temuan-temuan yang ditemukan di lapangan sebagai berikut:
1. K3 Secara Umum (Ergonomi, Lingkungan Kerja, Bahan Kimia Berbahaya, dan Kesehatan Kerja
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
2. K3 Mekanik (Pesawat Alat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi)
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
3. K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
4. K3 Konstruksi Bangunan
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
5. K3 Instalasi Listrik
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
6. K3 Penanggulangan Kebakaran
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
7. Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
8. Penerapan SMK3
a. Temuan Sesuai
b. Temuan Tidak Sesuai
PERATURAN PERUNDANG -
N LOKASI HASIL TEMUAN MANFAAT
UNDANGAN
O
Pertolongan Pertama
Perusahaan mendirikan klinik
dapat segera dilakukan Undang-Undang No. 01 tahun
untuk pemeriksaan Kesehatan
jika terjadi kecelakaan 1970: Pasal 3 ayat 1 huruf e
tenaga kerja
kerja
Dapat memberikan
pertolongan pertama
secara cepat dan tepat Undang-Undang No. 01 tahun
Terdapat kotak P3K didalam kepada perkerja / buruh 1970: Pasal 3 ayat 1 huruf e
klinik /dan orang lain yang PERMENAKERTRANS No.
berada di tempat kerja, Per.15 /MEN/VIII/2008 pasal 2
yang mengelami sakit atau
cidera di tempat kerja
2
Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada
waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Menyediakan fasilitas cuci tangan yang memadai dan mudah diakses oleh pekerja dan konsumen/pelaku usaha.
Undang-Undang no 01 tahun
1970 pasal 3 ayat 1 huruf i
PERMENAKER No. 05 tahun
2018 pasal 18
Menerangi tempat yang
cahaya lampu yang terang tidak terkena cahaya
matahari
Pencahayaan Buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila Pencahayaan alami
tidak memenuhi standar Intensitas Cahaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4)
Undang-Undang no 01 tahun
Melindungi tenaga kerja
APD yang sudah disiapkan oleh 1970 pasal 3 ayat 1 huruf f
dari potensi bahaya di
perusahaan PERMENAKERTRANS No.PER-
tempat kerja
08/MEN/VII/2010 pasal 2
6
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai
fungsinya esehat.
8
Toilet Pria dan Wanita di pisah
Undang-Undang No 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1
l. memelihara kebersihan, esehatan dan ketertiban
Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 86 ayat 1 : Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas b. Moral dan kesusilaan
PERMENAKER No 5 tahun 2018 pasal 34
3. Penempatan Toilet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terpisah antara laki laki, perempuan, dan
penyandang cacat, serta diberikan tanda yang jelas.
i. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.
Pengurus harus merawat lift secara teratur sesuai dengan pedoman dan standar teknis perawatan secara teratur.
c. pemeliharaan untuk memastikan bagian dan perlengkapan Elevator atau Eskalator tetap berfungsi dengan aman
Memberikan informasi
UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1
dan memudahkan
Terdapat SOP untuk tangki huruf a, b, dan c PERMENAKER
operator dalam
timbun No. PER-37/MEN/2016 : Pasal 7
pengoperasian tangki
ayat 1 huruf a
timbun
Tangki Timbun
13 UU No. 01/1970 : Pasal 3 ayat 1 huruf a, b, dan c
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
PERMENAKER No. PER-37/MEN/2016 : Pasal 7 ayat 1 huruf a
(1) Syarat-syarat K3 perencanaan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk- petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
14
PERMENAKER No. 38 Tahun 2016: Pasal 3 huruf a, b, dan c
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Pesawat Tenaga dan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan:
a. melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di Tempat Kerja dari potensi bahaya Pesawat Tenaga dan
Produksi;
b. menjamin dan memastikan Pesawat Tenaga dan Produksi yang aman, dan memberikan keselamatan dalam
pengoperasian; dan
c. menciptakan Tempat Kerja yang aman dan sehat untuk meningkatkan produktivitas.
1. Kapasitas angkut lift harus dicantumkan dan dipasang dalam kereta serta dinyatakan dalam jumlah orang dan atau
jumlah bobot muatan yang diangkut dalam kilogram (kg).
2. Kapasitas angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan kapasitas angkut yang dinyatakan dalam ijin
pemakaian lift.
3. Penetapan jumlah orang yang dapat diangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan Standar Nasional
Indonesia yang berlaku.
Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui, harus
dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ruang Pompa
Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 butir a
17
Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
PERMENAKER No 1/MEN/1980 pasal 8
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang
dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka,
d.memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
Pasal 1 ayat 9:
Instalasi listrik adalah jaringan perlengkapan listrik yang membangkitkan, memakai, mengubah, mengatur,
menglihkan, mengumpulkanatau membagikan tenaga listrik.
Pasal 2 :
b. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan bangunan beserta isinya.
c. menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong produktivitas.
a. UU NO 1 TAHUN 1970
PASAL 3 butir a, d dan r.
c. Permenakertrans No. 1
Tangga Darurat tahun 1980 : pasal 8 dan pasal 27
d. memeberikan kesempatan ata jalan meyelamatkan diri pada waktu kebakran atau kejadian lainnya yang berbahaya
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
19
KEPMENAKER No-186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2 huruf b
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat
dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus
diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.
Pasal 27:
Tangga rumah harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan dengan aman beban yang harus dibawa melalui
tangga tersebut, dan harus cukup lebar untuk pemakaiannya secara aman
a. UU No 1 Tahun 1970 :
ada petunjuk hidran
Pasal 3 ayat a, d dan r.
Memberikan informasi
b. KEPMENAKER No-
kepada pekerja maupun
pengunjung saat terjadi 186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2
ada alarm hidran
kebakaran menggunakan huruf b dan f, Pasal 2 ayat 4 huruf
alat pemadam api tersebut b dan c
ada manual book
Hydrant ada tombol manual alarm
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
20
KEPMENAKER No-186/MEN/1999 : Pasal 2 ayat 2 huruf b dan f, Pasal 2 ayat 4 huruf b dan c
1. Ayat 2 : Kewajiban mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran ditempat kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
f. Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari
50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat
2. Ayat 4 : Buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f,
memuat antara lain :
b. Jenis cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran ditempat kerja
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100 orang, akan tetapi menggunakan
bahan, proses dan instalasi yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.
Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha
atau
PP No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 2
Penerapan SMK3 bertujuan untuk:
a. meningkatkan efektifitas perlindungan terukur, terstruktur, dan terintegrasi; keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana,
b. mencegah dan mengurangi kecelakaan.kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
c. menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.
UU. No. 1 tahun 1970 pasal 9
Memberikan jaminan
ayat 1.
informasi kepada
25 Safety induction
karyawan dan pihak
terkait. PP No. 50 tahun 2012 pasal 13
ayat (1)
UU. No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 1.
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya;
(1) Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d harus memberikan jaminan bahwa informasi K3
dikomunikasikan kepada semua pihak dalam perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
a. menunjuk sumber daya manusia yangmempunyai kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3;
b. melibatkan seluruh pekerja/buruh;
c. membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang terkait;
(1) Setiap pengusaha atau pengurus yang akan mengangkat Ahli Keselamatan Kerja harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri.
a. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
setiap saat setelah selesai melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang didapat berhubungan dengan jabatannya.
Sudah terdapat rambu petunjuk Mengingatkan pekerja UU No. 1 tahun 1970 Pasal 14
28
arah tentang potensi bahaya ayat (b)
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;
UU No. 1/1970 sudah dipasang Sosalisasi UU Ketenaga UU No. 1 tahun 1970 Bab 10
30
di area yang dilihat dengan jelas kerjaan pasal 14 poin a, b
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai
Undangundang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua
bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
Gunakanlah APD
dengan lengkap, UU No. 1 Tahun 1970 pasal 3 Huruf
Terdapat Pekerja yang tidak Mencegah dan mengurangi Penyakit Helm, Masker, Ear a, pasal 12 Huruf b, PERMENAKER
1 TRANS NO PER
memakai APD Akibat Kerja Plug, agar tidak
terkena debu dan lain .O8/MEN/VII/2010 PASAL 6,
sebagainya
RUANGAN HSE
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Penjelasan Undang - Undang dan (f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
Peraturan → No.PER-08/MEN/VII/2010 Pasal 7
2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
d. penggunaan, perawatan dan penyimpanan
TOILET WANITA DI
KLINIK
Penjelasan Undang - Undang dan UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Peraturan → l. memelihara kebersihan, Kesehatan dan ketertiban.
PENEMPATAN APAR
No : PER.04/MEN/1980 Pasal 4 ayat 3
(3). Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
Penjelasan Undang - Undang dan No : PER.04/MEN/1980 Pasal 8
Peraturan →
Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m
dari permukaan lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak
antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.
Menghilangkan
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 (l) huruf l,
Dapat mengakibatkan terpeleset dan sumber air penyebab
Terdapat genangan air dan barang- PERMENAKER NO 5 Tahun 2018
5 juga tersandung (Penyakit Akibat becek dan merapikan
Pasal 28 ayat 1, PERMENAKER
barang yang berserakan di lantai
Kerja) barang sesuai No.PER-01/MEN/1980
tempatnya
RUANG POMPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 ayat (1) Huruf l.
l. memelihara kebersihan, Kesehatan dan ketertiban;
PERMENAKER NO 5 Tahun 2018 Pasal 30
Penjelasan Undang - Undang dan Lantai sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 ayat (1) huruf c harus:
Peraturan → 28. Penerapan Higiene dan sanitasi pada gedung sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (2) huruf b Meliputi;
c.lantai
PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan
RUANG PIPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 14
(b) Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
Penjelasan Undang - Undang dan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan
Peraturan → Kerja
PERMENAKER NO. 05 Tahun 2018 Pasal 4
Pelaksanaan Syarat-Syarat K3 Lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 bertujuan untuk mewujudkan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan nyama dalam rangka mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Menambahkan
pencahayaan buatan
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 (i),
7 Mengakibatkan kecelakan kerja dan kedalam ruangan PERMENAKER NO 5 Tahun 2018
Penerangan dalam ruangan merusak mata untuk mengurangi Pasal 18
adanya kecelakaan
kerja
RUANG PIPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
(i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Penjelasan Undang - Undang dan
PERMENAKER NO 5 Tahun 2018 Pasal 18
Peraturan →
(1) Pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (2) huruf b dapat digunakan apabila pencahayaan alami tidak
(2) Pencahayaan buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh menyebabkan panas yang berlebihan atau mengganngu
TEMPAT LIMBAH B3
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf a
Penjelasan Undang - Undang dan a. Mencegah dan Mengurangi kecelekaan )
Peraturan →
UU No. 13 Tahun 2003pasal 86 ayat 1
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
ASSEMBLY POINT
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf b
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
Peraturan PUPR No.14 Tahun 2017 pasal 24 ayat 1
Penjelasan Undang - Undang dan (1) Setiap Bangunan Gedung kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret sederhana harus menyediakan sarana
Peraturan → evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c yang meliputi:
a. akses eksit;
b. eksit;
c. eksit pelepasan; dan
d. sarana pendukung evakuasi lainnya.
Menjauhkan Air
Air minum dekat dengan sumber Mengakibatkan konsleting listrik UU no. 01/1970 pasal 3 haruf q, UU
10 minum dari sumber
listrik dan bahaya kesetrum No. 13 Tahun 2003pasal 86 ayat 1
arus listrik
memberikan teguran
Timbulnya penyakit akibat
pada pekerja yang
TERDAPAT PEKERJA YANG kerja, (Mengurangi kemampuan UU No 1 Tahun 1970 ayat 3 huruf a
11 tidak menggunakan
TIDAK MENGGUNAKAN APD Pendengaran)atau kepala terhantam dan f, No.PER-08/MEN/VII/2010
APD yang sudah
pipa pada saat pengecekan
disediakan
RUANG POMPA
UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 Huruf a dan f
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
Penjelasan Undang - Undang dan f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Peraturan → PER-08/MEN/VII/2010
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai
atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
AREA ROOFTOP
UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3 Huruf a dan m
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
AREA PANEL
UU No 1 Tahun 1970 tentang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan q
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No 12 Tahun 2015 pasal 3 huruf a, b
Peraturan →
pelaksanaan K3 listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 bertujuan :
a. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang berada didalam lingkungan tempat kerja dari
potensi bahaya listrik
b. menciptakan instalasi listrik yang aman , handal dan dapat memberikan keselamatan bangaunan beserta isinya ; dan
RUANG GENSET
UU No 1 Tahun 1970 tentang Kecelakaan Kerja ayat 3 huruf a dan q
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
Penjelasan Undang - Undang dan
6.5.3.1 Panel lemari/kotak hubung bagi harus cukup tebal sehingga ketahanannya terhadap gaya mekanis memenuhi persyaratan.
Peraturan →
6.5.3.2 Dinding dari lemari/kotak hubung bagi harus cukup tebal sehingga ketahanannya terhadap gaya mekanik
memenuhi persyaratan, dan harus dibuat dari bahan yang tak dapat terbakar.
Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No. 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun, Pasal 22
Peraturan → ayat 1,3,4
a. Ayat 1 : “Bejana Tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan pesawat pendingin harus dilengkapi dengan
petunjuk tekanan yang dapat ditempatkan pada kompresor atau mesin pendingin selama masih berhubungan secara langsung “
b. Ayat 3 : “Petunjuk tekanan harus dipasang pada tempat yang mudah dilihat”.
c. Ayat 4 : Petunjuk tekanan harus diberi tanda strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang diperbolehkan.
AREA ROOFTOP
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
PERMENAKER No.PER-01/MEN/1980
Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan
dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan kecelakaan.
Dibuatkan tangga
UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
Ruang Tandon Air hanya diberikan permanen pada area
18 Terjatuh, Terpeleset dan terluka Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal
Step ladder tandon Air dan Rambu 26 ayat 1
Rambu
Penjelasan Undang - Undang dan Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal 26 ayat 1
Peraturan →
1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable stepledders) dan tangga kuda-kuda yang dapat dipindah-pindahkan,
panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang harus diperkuat
denganpengaman.
Sebaiknya dilakuakan
Atap ruang lift seperti dari benda Cedera karena kejatuhan benda dari penggantian atap UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
19 Permenaker No. 1 tahun 1980 pasal 8
mudah rusak/runtuh atas ruang lift dari yag
lebih kokoh
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau
dengan konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
(2) Lemari atau peti (box) seperti tersebut ayat (1) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety
glass)
SK Dirjen No. 1 tahun 2011 tentang pedoman bekerja pada ruang terbatas
JALUR EVAKUASI
UU no. 1 tahun 1970 Pasal 3.
(1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
6.7 Kesiapan Untuk Menangani Keadaan Darurat
Penjelasan Undang - Undang dan
Peraturan → 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat telah
didokumentasikan dan diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada di tempat kerja.
6.7.2 Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh
petugas yang berkompeten dan berwenang.
bahaya akibat kipas pendingin memasang plat UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a,
23 tidak terdapat Plat nama mesin
radiator, untuk genset yang baru, nama mesin Permen 38 tahun 2016 pasal 15
PESAWAT TENAGA
PRODUKSI
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
Penjelasan Undang - Undang dan a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
Peraturan →
Permen 38 tahun 2016 pasal 15
setiap pesawat tenaga dan produksi harus diberi plat nama yang memuat tenaga produksi
WASTAFLE
Permen PUPR No 14 Tahun 2017 pasal 42 ayat 2 huruf b dan c
2) Perancangan dan penyediaan bak cuci tangan
Penjelasan Undang - Undang dan harus memperhatikan:
Peraturan → b. ketinggian yang mampu dijangkau oleh setiap orang;
dan
c. Aksesibilitas bagi pengguna kursi roda.
GONDOLA
Permenaker No. 8 tahun 2020 pasal 16
Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut paling sedikit terdiri atas:
Penjelasan Undang - Undang dan a. pelat nama yang memuat data Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
Peraturan → b. keterangan kapasitas beban maksimum yang diizinkan;
c. alat atau tombol penghenti darurat (emergency stop);
d. Alat Pengaman; dan
e. Alat Perlindungan
Tidak terdapat petunjuk cara Orang yang tidak terlatih akan Memasang petunjuk Permenakertran No :
26 penggunaan APAR yang bingung cara penggunaan saat cara APAR di PER.04/MEN/1980 pasal 4 ayat 3,
terpampang ada kondisi darurat samping APAR No.PER-04/MEN/1980 Pasal 14
APAR
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
Penjelasan Undang - Undang dan
PERMENAKERTRANS No. PER-04/MEN/1980
Peraturan →
Pasal 14
Petunjuk cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat dibaca dengan jelas.
Dilakukan UU No. 01 / 1970 Pasal 3 huruf a dan
pembersihan dan l, Permenakertrans RI No. PER-
27 Ada genangan air/oli di lantai Rawan terpeleset penyediaan APD 01/MEN/ Tahun 1980, Pasal 6,
untuk membersihkan Permenaker RI No. 12 Tahun 2015,
diarea Rumah pompa Pasal 1, ayat 2;
RUANG POMPA
UU No. 01 / 1970 Pasal 3
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
Penjelasan Undang - Undang dan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Peraturan → Keselamatan Kerja ;
PP No 50 tahun 2015 pasal 8
Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait.
PENYALUR LISTRIK
UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3 Huruf a, o
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
o. Mengamankan dan memeliharasegala jenis bangunan.
Penjelasan Undang - Undang dan PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR PER 02/MEN/1989 pasal 2 ayat 2
Peraturan → Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. kemampuan perlindungan secara tehnis;
b. ketahanan mekanis;
c. ketahanan terhadap korosi;
Memberikan casing
Ada benda berputar yang tidak yang menutupi benda UU NO 1 TAHUN 1970 pasal 3
Bagian tubuh bisa tersangkut dan luka
30 diberi casing dan rambu bahaya di yang berputar secara Huruf a, o , PERMENAKER No.PER-
karena benda berputar
ruang mesin lift utuh atau memberikan 06/MEN/2017 Pasal 9
sign bahaya
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Analisa dan observasi Praktek Kerja Lapangan sebagai persyaratan kelulusan
Calon Ahli K3 Umum di PT. Telkom Indonesia Kantor Witel Malang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan K3 Lingkungan Kerja dan sudah cukup baik, dibuktikan dengan kondisi konstruksi
bangunan yang masih baik dan kokoh, serta tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan
tenaga kerja yang sudah tersertifikasi, namun masih ada aspek-aspek kecil yang harus diperhatikan
agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Penerapan K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan sudah baik, dibuktikan dengan peralatan
yang selalu dilakukan maintenance.
3. Penerapan K3 Penanggulangan Kebakaran sudah berjalan dengan cukup baik, dibuktikan dengan
tersedianya alat pemadam kebakaran yang memadai, hanya saja aspek-aspek kecil seperti
pemberian sign APAR dan peletakkan APAR harus lebih diperhatikan.
4. Penerapan K3 Konstruksi Bangunan dan Instalasi Listrik sudah berjalan dengan baik, namun
belum dilakukan pemeriksaan dan perawatan secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
5. Kelembagaan dan Keahlian K3 (unit kerja) sudah berjalan dengan baik, dibuktikan dengan sudah
dibentuknya P2K3 di Telkom Malang.
6. Penerapan SMK3 sudah berjalan dengan baik, Telkom Malang sudah mengikuti Audit SMK3 dan
mendapatkan sertifikat, namun masih terdapat beberapa temuan negative yang tida sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, sehingga perlu dilakukan perbaikan agar K3 di Telkom Malang
selalu terjaga
4.2. SARAN
Dengan selesainya penyusunan Laporan PKL sebagai akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
Pelatihan. Dengan demikian saran – saran yang perlu disampaikan kepada beberapa pihak yang terkait
dalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan dituntut lebih Proaktif dalam mengikuti proses pembelajaran baik kelas
maupun praktek kerja lapangan yang ditandai dengan proses pembelajaran dua arah, dalam artian
peserta lebih kritis dalam menyimak dan menyampaikan pendapatnya.
2. Bagi Penyelenggara agar terus meningkatkan pelayanan dalam memfasilitasi peserta dan proses
Pelatihan khususnya pengadaan materi pelatihan dan fasilitas pembelajaran.
3. Dalam penyajian materi dan kurikulum pembelajaran Ahli K3 Umum diharapkan Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi perlu melakukan evaluasi baik terhadap pemateri – pemateri yang
ditunjuk sebagai pelatih maupun Bahan Pembelajaran agar peserta Pelatihan lebih cepat
memahami konsep – konsep K3 secara efisien dan efektif.
4. Bagi Telkom Witel Malang agar meningkatkan penerapan K3 di lingkungan kerjanya
DAFTAR PUSTAKA
• Permenaker RI No. PER. 02/MEN/1992 Tentang tata Cara Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang
Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-04/MEN/ 1987 Tentang Panitia Pembina K3 Serta
Tata Cara Penunjukan Ahli K3 Serta Tata Cara Penunjukan Ahli K3
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per.02/Men/ 1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No.01/Men/1976 Tentang Kewajiban
Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Koperasi
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per.02/Men/ 1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
• Konvensi ILO (No. 120) mengenai Hygine Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor Konferensi
Umum Organisasi Perburuhan Internasional
• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.12 Tahun 2020
Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun