Anda di halaman 1dari 126

LAPORAN PELAKSANAAN

PELATIHAN CALON AHLI KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA UMUM
TANGGAL: 21 JUNI s.d. 04 JULI 2022

12. LAPORAN KUNJUNGAN


PERUSAHAAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN


PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE (PPI)
PJK3 Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bidang Sistem Manajemen K3 dan Keahlian K3 Umum
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER


BIDANG KELEMBAGAAN, KEAHLIAN DAN SMK3

PELATIHAN CALON
AHLI K3 UMUM

ANGKATAN KE – 33

KELOMPOK 1

1. RIFAL JUNAIDI
2. MARA MAIANDA
3. PRADANA
4. WALTER PANJAITAN
5. DEDI

PENYELENGGARA
PT. SARANA INSPIRASI MAJU BERSAUDARA
PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE
JUNI 2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih,
berkat, dan karunia-Nya sehingga laporan Praktik Lapangan Kerja (PKL) ini dapat
diselesaikan. Laporan PKL yang berjudul “Laporan Praktik Lapangan Kerja (PKL)
PT Bintan offshore marine center bidang “kelembagaan, keahlian dan SMK3” ini
disusun sebagai syarat untuk tugas akhir penilaian pelatihan calon Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U).

Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada PT.
BOMC selaku perusahaan yang diobservasi, para trainer yang selama delapan hari
telah memberikan ilmu dan pengalamannya mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) kepada penulis, dan pihak penyelenggara pelatihan ini tim PPI
(Profesional Project Institute).

Penulis sadar bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, penulis sangat terbuka atas segala kritik dan saran untuk perbaikan, dengan
harapan laporan PKL ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Semoga
laporan PKL ini dapat memberikan kontribusi berupa wawasan, ide, dan
pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) di
lingkungan kerja.

Batam, 30 JUNI 2022

KELOMPOK 1 BATCH 33

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup ..........................................................................................3
1.4 Dasar Hukum .............................................................................................4
BAB 2 KONDISI PERUSAHAAN .........................................................................2
2.1 Gambaran Umum Perusahaan ...................................................................2
2.1.1 Sejarah singkat ...................................................................................2
2.1.2 Fasilitas Produksi ............................. Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Sarana Pokok Perusahaan ..................................................................3
2.1.4 Prasarana dan Fasilitas ..................... Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Struktur Organisasi.............................................................................4
2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan ...................................................................5
BAB 3 ANALISA ....................................................................................................7
3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF ...............................................................7
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF ...........................................................13
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................15
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................15
4.2 Saran ........................................................................................................16
REFERENSI ..........................................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu substansi yang sangat penting untuk menggerakkan
sebuah perusahaan adalah tenaga kerja. Berdasarkan Undang-undang No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 ayat (2), tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat, sehingga tenaga kerja merupakan
penggerak utama dalam kelangsungan bisnis sebuah perusahaan.

Produktivitas tenaga kerja manusia akan berbanding lurus dengan


kualitas kompetensi dan kuantitas jam kerjanya. Tenaga kerja yang
berkompeten dan berpengalaman akan menghasilkan produk kerja yang
maksimal. Produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh prestasi dan
upah yang diperoleh. Perusahaan harus menjalankan upaya untuk
meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya. Tujuan dari peningkatan
kemampuan adalah untuk menghasilkan produk kerja yang maksimal
sesuai dengan standar yang ingin dicapai perusahaan.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi
menggunakan peralatan mekanik. Peralatan mekanik tersebut merupakan
sumber bahaya bila dioperasikan oleh operator. Oleh karena itu, perlu
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan sebagai peraturan pelaksanaannya yang
mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.

1
Tujuan dari PKL (Praktik Kerja Lapangan) adalah mendapatkan
pengetahuan terkait dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dan untuk menjadikan prasyarat bagi para calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U). Kegiatan Training ini dilaksanakan
selama 12 hari, termasuk di dalamnya observasi online pada PT BOMC.
Dalam hal ini Kelompok 1 akan menyampaikan Laporan Hasil Observasi
Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang keselamatan dan kesehatan kerja
bidang mekanik, pesawat angkat angkut, pesawat uap bejana tekan, dan
konstruksi bangunan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan
dalam pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U),
dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta
pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta memiliki
semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan serta
implementasi teori tersebut secara langsung. Kegiatan PKL ini juga
dimaksudkan untuk membekali pengetahuan bagi para calon Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) mengenai K3 dengan
praktik nyata penerapannya di tempat kerja yang meliputi bidang
mekanik, pesawat angkat angkut, pesawat uap bejana tekan, dan
konstruksi bangunan.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu


bagian dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Umum (AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di
tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3 umum dapat mengetahui tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam
Surat Keputusan Penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan di dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata
Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan

2
Kesehatan Kerja Pasal 9 dan Pasal 10.

Tujuan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum


(AK3U) ini mengikuti PKL di PT BOMC pada tanggal 30 Juni 2022
adalah agar wawasan yang diperoleh selama PKL dapat menambah ilmu
terkait penerapan peraturan dan norma K3 di tempat kerja nantinya.
Selain itu juga dapat melakukan pengawasan dan perbaikan yang
berkesinambungan dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan kerja di
perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia maupun
kegagalan fungsi mesin.

Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini adalah untuk mengetahui


penerapan peraturan dan norma K3 di perusahaan yang diobservasi secara
online. Laporan ini juga bisa digunakan sebagai masukan bagi pihak
perusahaan untuk menghindari risiko kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang diakibatkan oleh mekanik, pesawat uap, dan bejana
tekan, dan konstruksi bangunan.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) untuk calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
dengan data-data sebagai berikut:
Nama : PT. BINTAN OFFSHORE MARINE
CENTER
Alamat : Jl. Nusantara KM. 23 Kampung Baru
Rt.01/01 Kel. Sungai Lengkop, Kec.
Bintan Kepulauan Riau
Tanggal : 30 Juni 2022
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Jumlah Karyawan : 52 Orang

3
Jumlah Subcontractor : 200 Orang
Luas Lokasi : 100 ha

Ruang lingkup pengamatan Kelompok 1 sebagai berikut:


1. Bidang Kelembagaan
2. Bidang Keahlian
3. Bidang SMK

1.4 Dasar Hukum


Pemerintah Indonesia telah melindungi hak dan kewajiban warga
negaranya dengan mengeluarkan beberapa peraturan-perundangan
terkait keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini khususnya yang
terkait dengan keahlian, dasar hukum yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

1. Dasar Hukum K3 Mekanik dan K3 Pesawat Angkat Angkut


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 38 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga dan Produksi
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Nomor Per-05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut

4
2. Dasar Hukum K3 Pesawat Uap Bejana Tekan
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonantie)
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 01/MEN/1982 tentang Bejana Tekan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di
Tempat Kerja
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1988
tentang Kwalifikasi dan Syarat- Syarat Operator
Pesawat Uap
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor 06 Tahun 1990 tentang Pewarnaan
Botol Baja/Tabung Gas Bertekanan
g. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun
h. Lampiran Tabel 3 Tentang Pewarnaan Botol
Baja/Tabung Gas Bertekanan pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

3. Dasar Hukum K3 Bangunan Konstruksi


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan

5
c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 28
Tahan 2002 Tentang Bangunan Gedung
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan
Kemudahan Bangunan Gedung
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
f. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 174/MEN/1986 dan
Nomor 104/KPTS/1986 tentang Keselamtan dan
Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Konstruksi

6
BAB 2
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah singkat


PT Bintan Offshore Marine Centre (BOMC) yang
merupakan join venture antara penyedia jasa logistik Australia
(Qube) dan perusahaan bidang fabrikasi peralatan offshore di
Singapura (Singatac), akan mengembangkan olahan minyak dan
gas di lahan milik PT Bintan Inti Industrial Estate (BIIE)
Lobam, Bintan. Untuk mendukung industri ini, maka PT BOMC
juga membangun pelabuhan yang didirikan di kawasan industri
Bintan Inti Industrial Estate, Lobam Bintan Utara. Ground
Breaking dari PT BOMC sendiri telah dilakukan pada 8 Mei
2018 lalu dengan dihadiri oleh berbagai pejabat.

Kawasan industri BIIE merupakan tempat strategis di Bintan


untuk berinvestasi di bidang minyak dan gas. Dan pembangunan
proyek ini akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi.
BOMC nantinya akan mendukung berbagai proyek offshore
dengan potensi lingkungannya di lahan seluas 100 hektar. Lahan
tersebut siap dikembangkan dalam beberapa tahap untuk
memenuhi kebutuhan klien. Fasilitas yang disediakan meliputi
enam dermaga dengan panjang garis dermaga hingga 700 meter.
Sementara pelabuhan BOMC akan menjadi one stop service
untuk operasional kegiatan lepas pantai.

2
2.1.2 Sarana Pokok Perusahaan

1. Peralatan/mesin/pesawat/instalasi peralatan
• Forklift : 3 unit
• Dozer : 2 unit
• Excavator : 4 unit
• Cnc machine : 1 unit
• Overhead crane :2 unit
• Elevation WP Boom lift : 1 unit
• Pesawat tenaga produksi : 10 unit
• Penanggulangan kebakaran : 62 unit APAR
• Fire Hydrant : 7 unit
• APAR
2. Bahan/Material berbahaya
• Cat
• Thinner
• Bahan bakar solar dan bensin
3. Pelayanan Kesehatan kerja
• Ruang P3K

4. Fasilitas Sanitasi dan Higine


• Fasilitas toilet : 17 kamar dengan urinary terpisah
5. Fasilitas kesejahteraan (kantin/ruang makan, tempat ibadah, laktasi
rekreasi dan lain lain
• Ruang makan : 2 tempat
• Musholla : 1 tempat

3
2.1.5 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) atau Safety Committee
Team
PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE

KETUA

Troy Plecas

Site Manager

SEKRETARIS

Siswanto

HSE

ANGGOTA ANGGOTA

PRODUKSI QA/QC

1 Mulyadi 1 Rida Adella

2 Rizqi

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

LOGISTIK SUPPORTING HRD

1 Suryadi 1 Rendy 1 Arnold

2.Teguh 2 Hayyu 2 Rendra Arjuna

4
2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi

PT. BOMC berkomitmen untuk menyediakan tempat


kerja yang aman dan sehat untuk menjalankan bisnisnya
dengan cara yang membantu melindungi lingkungan dan
masyarakat di mana ia beroperasi. ini adalah tanggung
jawab bersama dan BOMC mendorong akuntabilitas
pribadi dalam memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam
kebijakan ini.

2. Misi
• berjuang untuk perbaikan terus-menerus dengan
menetapkan target kinerja kesehatan dan
keselamatan yang terukur dan memantau
pengukuran kinerja melalui program jaminan
yang efektif.
• menyediakan proses, sistem dan sumber daya
yang memungkinkan komunikasi, berbagi
pengetahuan dan ide dan konsultasi yang efektif
mengenai tempat kerja dan ide-ide dan konsultasi
yang efektif mengenai masalah kesehatan dan
keselamatan kerja
• memastikan kepatuhan legislatif dan peraturan
yang relevan tercapai.
• pencegahan cedera, insiden dan dampak melalui
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Lingkungan BOMC berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen risiko.
• memastikan semua insiden dilaporkan dan

5
diselidiki untuk mencegah terulangnya dan
insiden serius dilaporkan ke otoritas negara
terkait

6
BAB 3
ANALISA

Berdasarkan hasil observasi online di PT. Bintan Offshore Marine Centre (BOMC) ditemukan temuan positif dan temuan negatif yang
dititikberatkan pada bidang kelembagaan, keahlian dan SMK3.

3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF

No Foto / Info Temuan / Resiko Saran / Peraturan


Rekomendasi Perundangan
1 Terdapat madding HSE / Tindakan tersebut harus di PP No.50 Tahun 2012, kesesuaian
Informasi K3 pertahankan dan di update terhadap: Pasal 8 ;
setiap bulannya Pengusaha harus menyebarluaskan
kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja/buruh, orang
lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang
terkait.

2 Terdapat Emergency Respone Tindakan tersebut harus di PP No 50 Tahun 2012. Prosedur


Team pertahankan dan di update informasi sebagaimana dimaksud
setiap bulannya dalam Pasal 13 ayat (1) huruf d
harus memberikan jaminan bahwa
informasi K3 dikomunikasikan
kepada semua pihak dalam
perusahaan dan pihak terkait di
luar perusahaan

7
3 Adanya HSE komite/P2K3 Agar dapat dipertahankan dan Undang Undang Nomor 1 Tahun
selalu ditinjau kinerja P2K3 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
tersebut BAB 4 Pasal 10 berbunyi:
1. Menteri tenaga kerja berwenang
membentuk P2K3 guna
memperkembang kan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam
tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama dibidang K3, dalam
rangka melancarkan usaha produksi
2. Susunan P2K3, tugas dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri
Tenaga Kerja.

Laporan kegiatan P2K3 per 3 Di pertahankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja


4 bulan secara berkala dilaporkan Nomor 4 Tahun 1987 tentang
ke Disnaker setempat Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja menyebutkan pada pasal 12:

“Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali


pengurus wajib menyampaikan
laporan tentang kegiatan P2K3
kepada Menteri melalui Kantor
Departemen Tenaga Kerja setempat”

8
5 Terdapat tanda jalur evakuasi Di pertahankan KEPMEN No.186/1999 Tentang
dan Muster Station (titik Unit Penanggulangan Kebakaran
kumpul) cukup luas. di TempatKerja

• Pasal 2 (2) : Kewajiban


mencegah,mengurangi dan
memadamkan kebakaran di
tempat kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat
(b) penyediaan sarana deteksi,
alarm,memadamkan kebakaran
dan
sarana evakuasi.
6 Perusahaan melakukan Di pertahankan Permenaker No. 2 tahun 1992 telah
kaderisasi training setiap mengatur mengenai tata cara
tahunnya penunjukkan Ahli K3 Umum. Setiap
perusahaan yang memiliki karyawan
100 orang atau lebih, atau memiliki
resiko pekerjaan yang tinggi, wajib
memiliki P2K3 dan juga minimal
seorang Ahli K3 Umum. Ahli K3
umum adalah kepanjangan tangan
dari pemerintah dalam mengawasi
pekerjaan ditempat kerjanya, agar
sesuai dengan persyaratan perundang
undangan yang telah ditetapkan
pemerintah, sehingga dapat
mengurangi resiko dan insiden, baik
itu kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja.

9
7 Adanya informasi terkait Di pertahankan dan lebih di PP No.50 Tahun 2012, kesesuaian
Kebijakan K3 sebar luaskan terhadap: Pasal 8 ;
Pengusaha harus menyebarluaskan
kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja/buruh, orang
lain selain pekerja/buruh yang berada
di perusahaan, dan pihak lain yang
terkait.

8 Adanya sertifikasi dan SIO dari Di pertahankan PP No 50 Tahun 2012


pekerja Pasal 10 ayat 3 berbunyi :
Sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki:
a. kompetensi kerja yang dibuktikan
dengan sertifikat; dan
b. kewenangan di bidang K3 yang
dibuktikan dengan surat izin
kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang
berwenang.
10 Safety talk (disebut juga safety Di pertahankan, dan Penerapan Sistem Manajemen
morning talk atau toolbox komitment dilakaukan secara Kesehatan dan Keselamatan Kerja
meeting) adalah pertemuan rutin (SMK3) dalam PP. 50 tahun 2012
yang dilakukan rutin antara menyebutkan bahwa komunikasi K3
supervisor dengan para pekerja merupakan bagian dari kegiatan
atau karyawan untuk pendukung untuk pencegahan
membicarakan hal-hal kecelakaan kerja.
mengenai K3,

10
Terdapat kontak darurat PP Nomor
penanggung jawab TPS B3 22 Tahun 2021 dan PP Nomor 5
11 Tahun 2021, yaitu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021
tentang Tata Cara dan Persyaratan
Pengelolaan Limbah B3
yang merupakan turunan dari PP
Nomor 22 Tahun 2021 dan Peraturan
Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor 3
Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan
Usaha pada
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko Sektor
Adanya pelaksanaan dan Tetap melaksanakan Peraturan Mentri Nomor 38 Tahun
12 pengecekan berkala terhadap pengecekan secara berkala 2016
pesawat tenaga produksi untuk mengetahui kondisi Alat Pasal 131 tentang Pemeriksaan
secara berkala dan/atau pengujian meliputi: pertama;
berkala; khusus; dan ulang
Pasal 133
1. Pemeriksaan berkala
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 131 huruf b dilakukan
secara berkala paling lama 1
(satu) tahun sekali.
Pengujian berkala sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 131 huruf b
dilakukan secara berkala paling lama
5 (lima) tahun sekali

11
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1981 tentang Wajib Lapor
13 Ketenagakerjaan di Perusahaan (“UU
7/1981”): teerkait Buku Panduan
Penggunaan Aplikasi Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di Perusahaan
dalam menu laporan Persyaratan
Kerja salah satu opsi di dalamnya
adalah tentang penyediaan fasilitas
pekerja, yang di dalamnya terdapat
isian sebagai berikut (hal. 36 - 37):
Buku Panduan Penggunaan Aplikasi
Wajib Lapor Ketenagakerjaan di
Perusahaan dalam menu laporan
Persyaratan Kerja salah satu opsi di
dalamnya adalah tentang penyediaan
fasilitas pekerja, yang di dalamnya
terdapat isian sebagai berikut (hal. 36
- 37):

12
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF

No Foto / Info Temuan / Resiko Saran / Peraturan


Rekomendasi Perundangan
1 Melakukan sertifikasi SMK 3 Berdasarkan PP No 50 tahun 2012,
tentang implementasi SMK3 dalam
pasal 5 yang di sebut bahwa
department/perusahaan wajib
menerapkan SMK3

Tidak ditemukan layout Membuat indormasi layout Permen RI Nomor 36 Tahun 2005,
2 evakuasi saat keadaan evakuasi di are lerja Pasal 59, setiap gedung harus
Layout evakuasi emargensi menyediakan sarana evakuasi yang
meliputi:

Sistem peringatan bahaya bagi


pengguna, dapat berupa sistem alarm
kebakaran dan/atau sistem peringatan
menggunakan audio/tata suara
Pintu keluar darurat
Jalur evakuasi
Penyediaan tangga darurat/kebakaran

13
3 Medical cekup 1 tahun Tidak ditemukan informasi Melakukan medical chek up 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
medical cekup di perusahaan tahun sekali tentang Keselamatan Kerja (“UU
pada vidio Keselamatan Kerja”);

2. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (“PP
Keselamatan Kerja”);

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi Nomor Per.02/Men/1980
Tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
(“Permen 2/1980”);

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.03/Men/1982 Tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja
(“Permen 3/1982”).
4 licence operator las Tidak ditemukan licence Melakukan serifikasi oprator las PP No 50 Tahun 2012
oprator las pada vidio Pasal 10 ayat 3 berbunyi :
Sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki:
a. kompetensi kerja yang dibuktikan
dengan sertifikat; dan
b. kewenangan di bidang K3 yang
dibuktikan dengan surat izin
kerja/operasi dan/atau surat
penunjukkan dari instansi yang
berwenang.

14
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara umum kondisi keselamatan dan kesehatan kerja dalam
bidang K3 mekanik, pesawat angkat angkut, pesawat uap bejana tekan,
dan konstruksi bangunan PT. Bintan Offshore Marine Centre adalah
sebagai berikut:

1. Pada bidang alat angkat- angkut terkait penempatan loader dan


forklift ketika sedang tidak digunakan sudah sesuai yaitu ditempatkan
pada permukaan yang rata, menempel pada landasan yang kuat seperti
beton. Namun, ada alat angkut berjenis forklift ditemukan tidak
dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).

2. Pada bidang tangki timbun dalam hal ini FO Tank yang dimiliki PT
Dwi Utama Mandiri Sukses sudah menerapkan proses area terbatas
dengan membuat pagar pengaman dan memasang tanda larangan
masuk bagi yang tidak berkepentingan.

3. Pada bidang bejana tekan dalam hal ini tabung Oxygen yang dimiliki
PT Dwi Utama Mandiri Sukses tidak dicat berwarna biru dan tulisan
Oxygen tidak disablon berwarna hitam. Kemudian, untuk posisi
penyimpanan tabung Oxygen dibiarkan terpapar oleh matahari secara
langsung. Namun, tabung Oxygen sudah dilengkapi dengan rak
penahan jatuh.

4. Pada bidang konstruksi bangunan dalam hal ini penempelan jalur


evakuasi sudah dilakukan di beberapa titik, tetapi ada juga lokasi yang
tidak ditempeli jalur evakuasi seperti ruang kantor.

5. PT. Bintan Offshore Marine Centre memiliki area terbuka yang cukup
luas. Namun, pada saat pengoperasian alat berat tidak ada pemisah /

15
tanda untuk jalur pejalan kaki dan alat berat.

4.2 Saran

Dalam rangka pengembangan dan perbaikan lebih lanjut, maka kami


memberikan saran yang memungkinkan untuk membantu dan bermanfaat
bagi PT. Bintan Offshore Marine Centre berkenaan dengan observasi di atas:
1. Semua kegiatan yang telah memenuhi persyaratan baik Undang-
Undang maupun Permenaker untuk terus dilakukan monitoring serta
review keefektifitasannya guna meningkatkan produktifitas produksi.
2. Melakukan pengawasan dan peneguran terhadap pekerja/operator
yang tidak mengikuti aturan K3 perusahaan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan evaluasi hasil temuan di lapangan dan melakukan
perbaikan guna meningkatkan lingkungan kerja yang aman,
diantaranya :
a. Mengganti cat tabung oksigen menjadi warna biru, dan sablon
tulisan Oksigen menjadi warna hitam agar menghindari kesalahan
dalam pemilihan jenis gas yang diperlukan.
b. Memberikan alat pelindung anti guling untuk tempat penyimpanan
tabung oksigen agar aman dan tidak guling.
4. Melakukan pengembangan pekerja melalui peningkatan lisensi
pekerja/operator pesawat angkat-angkut melalui pelatihan/training
lanjutan.
5. Melengkapi area kerja dengan tanda jalur evakuasi dan tanda untuk
jalur pejalan kaki dan alat berat.

16
REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang- Undang Nomor 28 Tahan 2002 Tentang Bangunan Gedung
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2020
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun
7. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 06 Tahun
1990 tentang Pewarnaan Botol Baja/Tabung Gas Bertekanan
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-
09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut

17
LAPORAN
HASIL OBSERVASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN
KESEHATAN KERJA , LINGKUNGAN KERJA DAN BAHAN BERBAHAYA

PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE

PELATIHAN AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 33

KELOMPOK II

1. EVY KUSUMAWARDANI
2. MUHAMMAD NASIR
3. INDRA BUDIMAN
4. ILHAM P SIAGIAN
5. FIKRI

PENYELENGGARA
PT. SARANA INSPIRASI MAJU BERSAUDARA
PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE
BATAM, 01 July 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan di PT

PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE ini sesuai dengan tenggang waktu

yang telah diberikan. Penulisan tugas laporan ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat Ahli K3 Umum. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

pelatihan sampai pada penyusunan laporan ini, akan sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini penulis akan membahas terkait

KESEHATAN KERJA, LINGKUNGAN KERJA DAN BAHAN BERBAHAYA

di PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak

kekurangan baik dari isi maupun penyampaiannya karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan

bagi pengembangan ilmu.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

BAB I 1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1


1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................................2
1.3. Ruang Lingkup ........................................................................................................3
1.4. Dasar Hukum ..........................................................................................................4
BAB II 7

2.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................................................7


2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ..............................................................................7
2.1.2 Fasilitas Penunjang ............................................................................................7
2.1.3. Sarana Pokok Perusahaan .................................................................................7
2.1.4. Prasarana dan Fasilitas .....................................................................................8
2.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................................8
2.1.6. Visi dan Misi Perusahaan .................................................................................8
BAB III 10

3.1. Temuan & Analisa Positif ..................................................................................... 10


3.2. Temuan & Analisa negatif .................................................................................... 18
BAB IV 22

4.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 22


4.2. Saran ..................................................................................................................... 24
REFERENSI 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang

menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu di antisipasi sejak

dini. Era globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin

berkembang diseluruh dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu

proaktif dalam peningkatan produksinya. Peningkatan produksi ini dapat

menyebabkan meningkatnya potensi bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja dikarenakan penerapan teknologi dan penggunaan bahan yang tidak dibarengi

dengan keahlian dan keterampilan tenagakerja yang mengoperasikannya.

PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE merupakan perusahaan

yang bergerak layanan pelabuhan, logistik, pergudangan, mobilisasi maupun

demobilisasi peralatan, penumpukan kapal maupun rig. Selain itu, perusahaan juga

menyediakan jasa agen pelabuhan, manufaktur dan pabrikasi, keahlian teknik,

dukungan administrasi, fasilitas manajemen keamanan hingga penyediaan dan

pembuangan limbah dimana dalam proses kerjanya tidak lepas dari potensi bahaya.

Potensi bahaya tersebut dapat berupa kecelakaan yang diakibatkan mesin-mesin

produksi seperti kecelakaan pada pekerjaan penge-lasan, tertabrak alat angkut

(forklift, crane, container), terjatuh atau tergelincir dari ketinggian hingga

terpeleset yang disebabkan oleh lantai yang licin, sampah yang tidak terurus

ataupun peletakkan material yang berserakkan & tidak pada tempatnya. Selain itu

potensi bahaya juga bisa disebabkan oleh faktor fisik lingkungan kerja seperti

1
2

kebisingan suara, cuaca atau lingkungan yang panas serta penerangan yang kurang.

Mengingat begitu banyaknya potensi bahaya tersebut yang pastinya dapat

menimbulkan kerugian materil maupun non materil (seperti reputasi perusahaan)

bagi perusahaan, maka PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE menyadari

bahwa pentingnya dan perlunya penerapan K3 diperusahaan sehingga kecelakaan

kerja dapat di minimalisasikan bahkan dihilangkan.

Di dalam sebuah Perusahaan, tenaga kerja merupakan salah satu aset yang

sangat penting, Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat, dengan begitu tenaga kerja merupakan

penggerak utama dalam kelangsungan bisnis perusahaan dan ekonomi bangsa.

Tenaga Kerja merupakan satu-satunya aset yang tidak dapat digandakan, oleh

karena itu tenaga kerja harus dijaga keselamatan dan kesehatannya dengan cara

dibimbing dan di edukasi terkait pentingnya kesadaran diri dalam menerapkan

keselamatan dan kesehatan kerja, Dengan penerapan ini diharapkan akhirnya dapat

memberikan output yang optimal bagi perusahaan dan pekerja itu sendiri. Untuk

memastikan jalannya penerapan K3 ini maka Perusahaan memerlukan orang-orang

atau Lembaga di Perusahaan yang bertugas memastikan semua pekerja patuh

menerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja. Tidak hanya sampai disitu

Perusahaan juga harus awas dan memastikan limbah limbah yang di hasilkan tidak

akan merusak dan mencemari lingkungan.


3

1.2. Maksud dan Tujuan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam

pelatihan Ahli K3 Umum, dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan

pengetahuan peserta pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta

memiliki semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan serta peng-

implementasian teori tersebut secara langsung. Selain itu, Praktek Kerja Lapangan

ini juga dimaksudkan untuk mengetahui penerapan peraturan dan normal K3 di

perusahaan yang dikunjungi. Laporan ini juga bisa digunakan untuk sebagai

masukan dan perbaikan bagi pihak perusahaan untuk dalam mengurangi risiko

kecelakaan kerja di perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia

maupun kegagalan fungsi mesin.

Melalui kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini diharapkan calon Ahli

K3 Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang

yang ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya (SKP), seperti yang

dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang

Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan

Kesehatan Kerja pasal 9 dan pasal 10.

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

untuk calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) adalah layanan

pelabuhan, logistik, pergudangan, mobilisasi maupun demobilisasi peralatan,

penumpukan kapal maupun rig. Selain itu, perusahaan juga menyediakan jasa agen
4

pelabuhan, manufaktur dan pabrikasi, keahlian teknik, dukungan administrasi,

fasilitas manajemen keamanan hingga penyediaan dan pembuangan limbah dengan

data-data sebagai berikut:

Nama : PT BINTAN OFFSHORE MARINE


CENTRE
Alamat : Lot 3 kawasan Bintan industrial Estate,
kelurahan Teluk Lobam, pulau bintan
regency ,Riau
Jumlah Karyawan : 239 Orang Karyawan
Tim P2K3 : 11 Orang
Ahli K3 Umum : 5 Orang (Sertifikasi Kemnaker)
Tim Regu Pemadam : 15 Orang ERT Memiliki Sertifikat
kelas D
Petugas P3K : 15 Orang ERT Memiliki Sertificate

Ruang lingkup pengamatan Kelompok II sebagai berikut :

1. K3 Kesehatan

2. K3 Lingkungan Kerja &

3. Pengawasan K3 Bahan Berbahaya

1.4. Dasar Hukum

Pemerintah sendiri untuk melindungi hak dan kewajiban warga Negaranya

mengeluarkan beberapa peraturan terkait keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam

hal ini khususnya yang terkait dengan KESEHATAN KERJA , LINGKUNGAN

KERJA DAN BAHAN BERBAHAYA adalah seabagai berikut ini :

1. UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

3. UU No. 7 Tahun 2014 tantang Sumber Daya Air


5

4. UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan

Hidup

5. PP 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan pengelolaan

Lingkungan Hidup

6. Permenlhk no. 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan

Limbah B3

7. Peraturan Pemerintah No. 88 Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja

8. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

9. Permenakertrans Nomor 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan

Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan Kerja

10. Permenaker Nomor 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja

11. Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Lingkungan Kerja

12. Permenakertrans Nomor PER.01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan

Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para

Medis Perusahaan

13. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3

14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.187/MEN/1999 tentang

Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja

15. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan

Perlindungan Lingkungan Hidup

16. Perarturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial

Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Virus Covid-19


6

17. Pemenaker Nomor 10 Tahun 2016 tetang Tata Cara Pemberian Program

Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan

Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

18. Permenakertrans Nomor PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor

Penyakit Akibat Kerja

19. Permenakertrans No. PER.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan

Tenaga Kerja

20. Permenakertrans Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan

Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja

21. Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri

22. Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

M/9/HK.04/VII/2021 tentang Optimalisasi Penerapan Protokol Kesehatan

di Tempat Kerja dan Penyediaan Perlengkapan serta Sarana Kesehatan Bagi

Pekerja/buruh oleh Perusahaan selama Pandemi Corona Virus Disease

(Covid 19)

23. Permennaker No. 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (AK3).

24. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-02/Men/1992 tentang Tata Cara

Penunjukkan Kewajiban Dan Wewenang Ahli K3.


7

BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE merupakan perusahaan

yang bergerak layanan pelabuhan, logistik, pergudangan, mobilisasi maupun

demobilisasi peralatan, penumpukan kapal maupun rig. Selain itu, perusahaan juga

menyediakan jasa agen pelabuhan, manufaktur dan pabrikasi, keahlian teknik,

dukungan administrasi, fasilitas manajemen keamanan hingga penyediaan dan

pembuangan limbah

2.1.2 Fasilitas Penunjang

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE memiliki fasilitas

penunjang yaitu

1. Peralatan/mesin/pesawat/instalasi peralatan
• Forklift : 3 unit
• Dozer : 2 unit
• Excavator : 4 unit
• Cnc machine : 1 unit
• Overhead crane : 2 unit
• Elevation WP Boom lift : 1 unit
• Pesawat tenaga produksi : 10 unit
• Penanggulangan kebakaran : 62 unit APAR
• Fire Hydrant : 7 unit
8

2.1.3. Sarana Pokok Perusahaan

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE memiliki sarana pokok

perusahaan sebagai berikut :

a. Kantor Utama

b. Gedung Workshop,

c. TPS,

d. Yard dan lain-lain.

2.1.4. Prasarana dan Fasilitas

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE memiliki sarana pokok

perusahaan sebagai berikut :

a. Pelayanan Kesehatan kerja


b. Ruang P3K
c. Fasilitas Sanitasi dan Higine
d. Fasilitas toilet : 17 kamar dengan urinary terpisah
e. Fasilitas kesejahteraan (kantin/ruang makan, tempat ibadah, laktasi rekreasi dan
lain lain
f. Ruang makan : 2 tempat
g. Musholla: 1 tempat

2.1.5. Struktur Organisasi Perusahaan


9

2.1.6. Visi dan Misi Perusahaan

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE memiliki visi dan misi

sebagai berikut :

Visi :

PT. BOMC berkomitmen untuk menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat
untuk menjalankan bisnisnya dengan cara yang membantu melindungi lingkungan
dan masyarakat di mana ia beroperasi. ini adalah tanggung jawab bersama dan
BOMC mendorong akuntabilitas pribadi dalam memenuhi tujuan yang ditetapkan
dalam kebijakan ini.

Misi :

1. berjuang untuk perbaikan terus-menerus dengan menetapkan target kinerja


kesehatan dan keselamatan yang terukur dan memantau pengukuran
kinerja melalui program jaminan yang efektif.
2. menyediakan proses, sistem dan sumber daya yang memungkinkan
komunikasi, berbagi pengetahuan dan ide dan konsultasi yang efektif
mengenai tempat kerja dan ide-ide dan konsultasi yang efektif mengenai
masalah kesehatan dan keselamatan kerja
3. memastikan kepatuhan legislatif dan peraturan yang relevan tercapai.
4. pencegahan cedera, insiden dan dampak melalui penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Lingkungan BOMC berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen risiko.
5. memastikan semua insiden dilaporkan dan diselidiki untuk mencegah
terulangnya dan insiden serius dilaporkan ke otoritas negara terkait
6. menerapkan program manajemen cedera yang efektif bagi karyawan
yang bertujuan untuk mengurangi biaya pribadi dan keuangan dari
cedera terkait pekerjaan
BAB III

TEMUAN & ANALISA

3.1. Temuan & Analisa Positif

No Dokumentasi Temuan / Risiko Saran / Rekomendasi Peraturan Perundangan

1 Melakukan toolbox dengan Agar dapat dipertahankan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
APD lengkap tentang Keselamatan Kerja

Pasal 3 ayat (1) “Dengan peraturan


perudangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
f. Memberi alat-alat perlindungan diri
pada para pekerja

Pasal 9 ayat (1) Pengurus diwajibkan


menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang:
a. Alat-alat perlindungan diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan

Pasal 12 “Dengan peraturan


perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk:

10
11

b. Memakai alat-alat perlindungan


diri yang diwajibkan;

Pasal 14 butir c.

Permenakertrans Nomor 8 tahun 2010


Tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat
(1) “Pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja.”
2 Tersedia kotak P3K di area Permenaker trans no. 15 thn 2008
kerja Pasal 2
(1) Pengusaha wajib menyediakan petugas
P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja.
(2) Pengurus wajib melaksanakan P3K di
tempat kerja.
12

3 Tersedianya fasilitas P3K Membuat perizinan PKK Permenakertrans No 05 Tahun 2008


Tentang P3K di Tempat kerja
ditempat kerja (Pelayanan Kesehatan BAB III
Kerja) ditempat kerja dari FASILITAS P3K DI TEMPAT KERJA.
Pasal 8
dinas terkait (1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1)
meliputi :
a. Ruang P3K;
b. Kotak P3K dan isi;
c. Alat evakuasi dan alat transportasi;
13

4 Membuat atap yang dapat Perlu adanya pengukuran Pasal 10


2. Setiap tempat kerja harus
dimasuki cahaya dari matahari lingkungan kerja dengan mendapat penerangan yang cukup
untuk melakukan pekerjaan.
adanya Pasal 11
1. Jendela-jendela, lobang-lobang
orang atau dinding gelas yang
dimaksudkan untuk memasukkan
yang
cahaya harus selalu bersih dan luas
berkompeten dibidangnya. seluruhnya harus 1/6 dari pada luas
lantai ternpat kerja.
Yakni ahli K3 lingkungan 2. Dalam hal yang memaksa luas
yang dimaksud dalam ayat (1)
kerja (HIMU) dapat dikurangkan sampai paling
sedikit 1/10 x luas lantai.
3. Jendela-jendela, lobang-lobang
atau dinding gelas harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga
memberikan penyebaran cahaya
yang merata.
4. Bila ada penyinaran matahari
langsung menimpa para pekerja,
maka harus diadakan tindakan-
tindakan untuk menghalang-
halanginya.
14

5 Ketersediaan fasilitas Perlu dilakukan perawatan Permenaker No 05 Tahun 2018


kebersihan di tempat kerja dan pada fasiltas kebersihan
Tentang Keselamatan dan Kesehatan
lapangan ditempat kerja Kerja Lingkungan Kerja
Bagian Kedua
Fasilitas Kebersihan
Pasal 33
(1) Fasilitas Kebersihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) huruf b harus disediakan
pada setiap Tempat Kerja.
(2) Fasilitas Kebersihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit meliputi:
a. Toilet dan kelengkapannya;
b. loker dan ruang ganti pakaian;
c. tempat sampah; dan
d. peralatan Kebersihan.
15

6 Terdapat MSDS penempatan Pemasangan MSDS PP NOMOR 74 TAHUN 2001 tentang


B3 di penyimpanan B3 ditempat yang mudah pengolahan bahan berbahaya dan
terlihat oleh orang / beracun
karyawan Pasal 11
Setiap orang yang memproduksi B3
wajib membuat Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet).
Pasal 12
Setiap penanggung jawab
pengangkutan, penyimpanan, dan
pengedaran B3 wajib menyertakan
Lembar Data Keselamatan Bahan
(Material Safety Data Sheet)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11
7 Telah melakukan pengukuran Pengukuran lingkungan PERMENKES NOMOR 70 TAHUN
kebisingan dengan alat standar kerja harus memiliki 2016 TENTANG STANDAR DAN
sound level meter dan adanya sertifikasi kompetensi dari PERSYARATAN KESEHATAN
monitoring setiap periodic kemenaker sebagai ahli K3
LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI
lingkungan kerja ( AK3
Lingker / HIMU ) BAB II

STANDAR KESEHATAN
LINGKUNGAN KERJA

INDUSTRI
16

A. NILAI AMBANG BATAS

LINGKUNGAN KERJA INDUSTRI

1. Faktor Fisik

b. Kebisingan

4) Pengukuran dosis efektif pajanan


bising

dilakukan dengan menggunakan alat

monitoring pajanan personal (noise

dosimeter). Pengukuran dosis pajanan

dilakukan sesuai dengan satu periode


shift

kerja (8 jam per hari). Apabila jam kerja

kurang atau lebih dari 8 jam per hari,


maka

durasi pengukuran dilakukan sesuai

dengan lama jam kerja.


17

3.2. Temuan & Analisa negatif

No Dokumentasi Temuan / Risiko Saran / Rekomendasi Peraturan Perundangan

1 Aktivitas produksi yang dapat Area painting di tutup Kepmen NO. Kep. 187/MEN/1999
mengakibatkan gangguan dengan rapat tanpa celah Tentang Pengendalian Bahan Kimia
fungsi pernafasan bagi pekerja bahan kimia keluar dari Berbahaya di Tempat Kerja
pasal 2 Pengendalian bahan kimia
sekitar yang terdampak area painting
berbahaya ditempat kerja untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja :
Penyediaan MSDS, label dan simbol,
Instruksi P3K bila
terpapar B3, penanganan kebocoran,
dan penyimpanan
Pasal 10 Bahan kimia termasuk kriteria
bahan beracun atau sangat beracun
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf a dan b, ditetapkan dengan
memperhatikan sifat kimia, fisika dan
18

toksik
2 Tempat cat bekas ( tempat Gunakan wadah lain yang Kepmenaker RI No. 186 Tahun 1999
bahan mudah terbakar / limbah lebih aman, yang tidak Tentang Unit Penanggulangan
B3 ) ditempati untuk dudukan mengakibatkan kebakaran Kebakaran di tempat kerja
Pasal 8 (1) Regu penanggulangan
mesin las
kebakaran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 huruf b mempunyai
tugas: a. mengidentifikasi dan
melaporkan tentang adanya faktor yang
dapat menimbulkan bahaya kebakaran;

3 Posisi kerja tidak ergonomi Memposisikan tubuh Permenaker No. 05 tahun 2018 tentang
dengan posisi nyaman Keselamatan dan Kesehatan kerja
menghidari cedera otot Lingkungan Kerja :
dan tulang belakang.
Pasal 3 Syarat-syarat K3 Lingkungan
Kerja sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:

1. Pengendalian Faktor Fisika dan


Faktor Kimia agar berada di bawah
NAB.
19

2. Pengendalian Faktor Biologi, Faktor


Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja
agar memenuhi standar.

3. Penyediaan fasilitas Kebersihan dan


sarana Higiene di Tempat Kerja yang
bersih dan sehat dan

4. Penyediaan personil K3 yang


memiliki kompetensi dan kewenangan
K3 di bidang Lingkungan Kerja.

4 Mesin genset di tempatkan di Ditempatkan di area UU RI NO. 7 TAHUN 2004


area terbuka, limbah oli yang tertutup/ beratap sehingga TENTANG SUMBER DAYA AIR
jatuh di oil tray dapat oli tidak kontaminasi Pasal 24 Setiap orang atau badan usaha
dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan pencemaran langsung dgn air hujan.
mengakibatkan rusaknya sumber air
lingkungan dan prasarananya, mengganggu upaya
pengawetan air, dan/atau
mengakibatkan pencemaran air

Pasal 52 Setiap orang atau badan usaha


dilarang melakukan kegiatan yang
dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan air

PERWAKO NO : 13 TAHUN 2010,


TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN
20

IZIN GANGGUAN DAN IZIN


PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Pasal 8 (1) Setiap penanggung jawab
usaha dan/ atau kegiatan yang
membuang air limbah ke air atau
sumber air wajib mengelola air limbah
untuk mencegah terjadinya pencemaran
air
Pasal 9 (1) Setiap usaha dan atau
kegiatan yang akan membuang air
limbah ke air atau sumber air wajib
mendapatkan izin tertulis dari Kepala
Bapedal

PERDA KOTA BATAM NO. 4


TAHUN 2016 TENTANG
PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Pasal 51 (2) Setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan
wajib membuat rencana
penanggulangan pencemaran air pada
keadaan darurat dan/atau keadaan yang
tidak terduga lainnya.
21

5 Masker di tempatkan di area Masker yang tidak Permenakertrans No Per. 08/MEN/2010


kerja terbuka yang dapat digunakan lagi langsung Tentang alat pelindung diri
berakibat terkontaminasi dibuang
Pasal 7 (1) Pengusaha atau Pengurus
bahan kimia
wajib melaksanakan manajemen APD
di tempat kerja.

(2) Manajemen APD sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. identifikasi kebutuhan dan syarat


APD;

b. pemilihan APD yang sesuai dengan


jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;

c. pelatihan;

d. penggunaan, perawatan, dan


penyimpanan;

e. penatalaksanaan pembuangan atau


pemusnahan; f. pembinaan;
22

6 Wadah bahan kimia meluber Lakukan pengelolaan PP 22 TAHUN 2021 TENTANG


Limbah B3 sesuai peraturan PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
melewati bak penpung DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN :
perundangan
tumpahan dalam TPS dan
Pasal 276 ayat 1 Setiap Orang yang menghasilkan
tidak ditutup rapat Limbah 83 wajib melakukan Pengelolaan Limbah
83 yang dihasilkannya

Pasal 285 ayat 1 Setiap Oranq vang


nrenghasilkan Limbuh 83 wajib melakukan
Penyinlpanar) Limbah 83.

PERMENLHK NO. 6 TAHUN 2021 TATA


CARA DAN PERSYARATAN PENGELOLAAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN

Pasal 79 ayat 1 Setiap Orang yang menghasilkan


Limbah B3 wajib melakukan Penyimpanan
Limbah B3 paling lama:

a. 90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3


dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
sebesar 50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau
lebih;

b. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah


B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari
untuk Limbah B3 kategori 1;

c. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak


Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2
dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik
umum; atau
23

d. 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak


Limbah B3 dihasilkan, untuk Limbah B3
kategori 2 dari sumber spesifik khusus.

7 Toilet kotor dan tidak bersih Penerapan kebersihan -UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
dan potensi menjadi sumber supaya di tingkatkan kerja pasal 3 .
penyakit
- PMP No,7 tahun 1964 tentang syarat
kebersihan , serta penerangan dalam tempat
kerja.

-Peraturan Menteri Tenaga Kerja


No.Kep/Men/05 Tahun 2018 Tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan, Serta
Penerangan dalam Tempat dan Lingkungan
Kerja Pasal 34 dan 33.

- Peraturan menteri Kesehatan RI No. 48


tahun 2016 tentang standar keselamatan dan
kesehatan kerja kantor .
24

8 Kondisi kantin/ shelter kurang Bentuk dan kebersihan -UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
bersih kantin agar di tingkatkan kerja pasal 3 .
agar menambah nilai
- SE Menakertrans 01/MEN/1979
estetika
tentang pengadaan kantin dan ruang
tempat makan

9 Masih ada sisa kegiatan usaha Agar lebih dapat - SE menaker No 1 1997tentang faktor
yang tidak disimpan yang diperhatikan lagi akan kimia udara di lingkungan kerja
berpotensi membahayakan kepatuhan pekerja dalam
lingkungan kerja dan menjalankan protokol - Peraturan Pemerintah No. 85/1999
karyawan pengedalian di lingkungan - Permenaker No.5 tahun 2018 pasal 4
kerja yang sehat dan aman

10 Terjadi tumpahan material Tindakan tersebut harus Kep. Men. Tenaga kerja no. 187 tahun
yang akan akan menyebabkan diatur di tempat 1999 tentang pengendalian bahan kimia
tumpahan akan menimbulkan penyimpanan semestinya berbahaya di tempat kerja.
pencemaran lingkungan / dan ruangan tersebut harus
merugikan aset perusahaan tertutup/ menggunakan Pasal 1 a. Bahan Kimia Berbahaya
adalah bahan kimia dalam bentuk
atap
tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia atau fisika dan
25

atau toksikologi berbahaya terhadap


tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

b. Nilai Ambang Kuantitas yang


selanjutnya disebut NAK adalah
berbahaya untuk standar kuantitas
bahan kimia menetapkan potensi
bahaya bahan kimia di tempat kerja.

c. Pengendalian berbahaya adalah


bahan upaya kimia yang dilakukan
untuk mencegah dan atau mengurangi
risiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya di tempat kerja terhadap
tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan.

11 Penempatan cat/hempel tidak Adanya tempat penyimpanan Kep. Men. Tenaga kerja no. 187 tahun
pada tempatnya, masih sementara sisa limbah B3 1999 tentang pengendalian bahan kimia
tercampur dengan material berbahaya di tempat kerja.
lainnya/ bahan tajam lainnya
akan menimbulkan kerusakan Pasal 1 a. Bahan Kimia Berbahaya
adalah bahan kimia dalam bentuk
cat / hempel yang akan
menimbulkan tercemar ke tunggal atau campuran yang
drainase. berdasarkan sifat kimia atau fisika dan
26

atau toksikologi berbahaya terhadap


tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

b. Nilai Ambang Kuantitas yang


selanjutnya disebut NAK adalah
berbahaya untuk standar kuantitas
bahan kimia menetapkan potensi
bahaya bahan kimia di tempat kerja.

c. Pengendalian berbahaya adalah


bahan upaya kimia yang dilakukan
untuk mencegah dan atau mengurangi
risiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya di tempat kerja terhadap
tenaga kerja, alat-alat kerja dan
lingkungan.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa PT. BINTAN

OFFSHORE MARINE CENTRE secara garis besar telah menjalankan dan

menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Perusahaannya. Hal ini

dibuktikan dari hal mendasar berupa adanya Kebijakan tentang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, yang mana kebijakan ini di tempel ditempat yang dapat dilihat

oleh pekerja dan banyak orang. PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE

juga sudah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi seluruh pekerjanya sesuai

dengan peraturan UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada pasal 3

yang berbunyi “Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan syarat keselamatan

kerja untuk: f. memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja”. Dan untuk

menunjang keselamatan kerja PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE juga

menyediakan pelayanan kesehatan kerja . Dan untuk menunjanag penerapan serta

kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja ini PT. BINTAN OFFSHORE

MARINE CENTRE sudah membentuk Lembaga P2K3 untuk menjamin

keberlangsungan penerapan K3 oleh seluruh pihak serta mengikuti peraturan

pemerintah berdasarkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja. BAB 4 Pasal 10 yang berbunyi “Menteri tenaga kerja

berwenang membentuk P2K3 guna memperkembang kan kerja sama, saling

pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja

dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama

27
28

dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha produksi: dan Permennaker Nomor

4 Tahun 1987 Pada pasal 2 ayat 1 yang berbunyi “Setiap tempat kerja dengan

kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3” dimana PT.

BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE memiliki setidaknya 1 kriteria yang

diwajibkan yaitu memiliki pekerja dengan jumlah lebih dari 100 orang. Tidak hanya

itu, PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE juga turut serta dalam

menggalakan upaya pencegahan virus covid-19 seperti arahan Pemerintah dengan

cara promotif berupa pemasangan banner terkait protokol kesehatan covid-19.

Meski penerapan K3 di PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE sudah

cukup baik, akan tetapi masih terdapat beberapa poin yang perlu di perbaiki oleh

Perusahaan yaitu kurang baiknya PT. BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE

dalam memproses sampah ataupun limbah produksinya


29

4.2. Saran

Untuk pengembangan dan perbaikan yang lebih lanjut, maka kami memberikan

saran yang memungkinkan membantu dan bermanfaat yang berkaitan dengan hasil

observasi diatas adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya Area painting di tutup dengan rapat tanpa celah sehingga bahan
kimia tidak keluar ke udara dari area painting
2. Gunakan wadah yang sesuai dengan peruntukan nya yang lebih aman, yang
tidak mengakibatkan kebakaran. Tidak menggunakan wadah bekas cat
kaleng dijadikan tempat alat kerja yang lainnya
3. Memposisikan tubuh dengan posisi nyaman saat bekerja untuk menghidari
cedera otot dan tulang belakang.
4. Bahan kimia ditempatkan di area tertutup/ beratap sehingga oli tidak
kontaminasi langsung dgn air hujan.
5. Budaya Hidup bersih sehat dengan penerapan 5 R ( Ringkas Rapi Resik
Rawat Rajin )
6. Limbah B3 rutin dibuang sehingga tidak menumpuk.
7. Bentuk dan kebersihan kantin agar di tingkatkan agar menambah nilai
estetika
8. Agar lebih dapat diperhatikan lagi akan kepatuhan pekerja dalam
menjalankan protokol pengedalian di lingkungan kerja yang sehat dan aman
9. Tindakan tersebut harus diatur di tempat penyimpanan semestinya dan
ruangan tersebut harus tertutup/ menggunakan atap
10. Adanya tempat penyimpanan sementara sisa limbah B3 yang belum
memenuhi standar
REFERENSI

1. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/216/2020

2. Kepmen NO. Kep. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia


Berbahaya di Tempat Kerja
3. Kepmenaker RI No. 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di tempat kerja
4. Permenaker No. 05 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja
Lingkungan Kerja

5. Uu ri no. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air


6. Perwako no : 13 tahun 2010, tentang pedoman pemberian izin gangguan
dan izin pembuangan air limbah
7. Perda kota batam no. 4 tahun 2016 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
8. Pp 22 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan
9. Permenlhk no. 6 tahun 2021 tata cara dan persyaratan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun
10. MP No,7 tahun 1964 tentang syarat kebersihan , serta penerangan dalam
tempat kerja.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Kep/Men/05 Tahun 2018 Tentang
Syarat Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan dalam Tempat dan
Lingkungan
12. Peraturan menteri Kesehatan RI No. 48 tahun 2016 tentang standar
keselamatan dan kesehatan kerja kantor
13. SE menaker No 1 1997tentang faktor kimia udara di lingkungan kerja

14. Peraturan Pemerintah No. 85/1999SE


15. Menakertrans 01/MEN/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang tempat
makan
16. Permenakertrans Nomor 8 tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri

17. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3


dan Kesehatan Kerja

18. Surat Edaran Meneteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia


M/9/HK.04/VII/202
19. PP No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup
20. Surat Edaran Walikota Batam Nomor 12 Tahun 2020
21. Permennaker Nomor 4 Tahun 1987

30
31
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTRE


BIDANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

KONSTRUKSI BANGUNAN, LISTRIK DAN PENANGGULANGAN


KEBAKARAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

ANGKATAN KE – 33

KELOMPOK III

1. GEFIANANDA JANNAH
2. MARTUNIS
3. M. AFDHAL
4. NDEO YULIANTO
5. ALI IMRAN

PENYELENGGARA
PT. SARANA INSPIRASI MAJU BERSAUDARA
PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE
JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih,
berkat, dan karunia-Nya sehingga laporan Praktik Lapangan Kerja (PKL) ini dapat
diselesaikan. Laporan PKL yang berjudul “Laporan Praktik Lapangan Kerja
(PKL) PT Bintan Offshore Marine Centre “Konstruksi Bangunan, Listrik dan
Penanggulangan Kebakaran” ini disusun sebagai syarat untuk tugas akhir
penilaian pelatihan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U).

Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada PT
Bintan Offshore Marine Centre selaku perusahaan yang diobservasi, para trainer
yang selama delapan hari telah memberikan ilmu dan pengalamannya mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada penulis, dan pihak penyelenggara
pelatihan ini tim PPI (Profesional Project Institute).

Penulis sadar bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna.
Makadari itu, penulis sangat terbuka atas segala kritik dan saran untuk perbaikan,
dengan harapan laporan PKL ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Semoga laporan PKL ini dapat memberikan kontribusi berupa wawasan, ide, dan
pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) di
lingkungan kerja.

Batam, 30 Juni 2022

KELOMPOK III BATCH 33

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB 1 ........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................ 4
1.4 Dasar Hukum................................................................................................... 5
BAB 2 ........................................................................................................................................8
KONDISI PERUSAHAAN ......................................................................................................8
2.1 Gambaran Umum Perusahaan .......................................................................... 8
2.1.1 Sejarah singkat ......................................................................................... 8
2.1.2 Fasilitas Produksi ..................................................................................... 8
2.1.3 Sarana Pokok Perusahaan ......................................................................... 9
2.1.4 Prasarana dan Fasilitas ............................................................................. 9
2.1.5 Struktur Organisasi .................................................................................. 9
2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan ....................................................................... 10
1. Visi PT Bintan Offshore Marine Centre: .......................................................................10
2. Misi PT Bintan Offshore Marine Centre: .................................................................. 101
BAB 3 ......................................................................................................................................12
ANALISA................................................................................................................................12
3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF .................................................................... 12
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF ................................................................... 18
BAB 4 ......................................................................................................................................22
PENUTUP ...............................................................................................................................22
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 22
4.2 Saran ............................................................................................................. 23
REFERENSI ............................................................................................................................25

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu substansi yang sangat penting untuk menggerakkan
sebuah perusahaan adalah tenaga kerja. Berdasarkan Undang-undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 ayat (2),
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, sehingga tenaga kerja
merupakan penggerak utama dalam kelangsungan bisnis sebuah
perusahaan.

Produktivitas tenaga kerja manusia akan berbanding lurus dengan


kualitas kompetensi dan kuantitas jam kerjanya. Tenaga kerja yang
berkompeten dan berpengalaman akan menghasilkan produk kerja yang
maksimal. Produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh prestasi dan
upah yang diperoleh. Perusahaan harus menjalankan upaya untuk
meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya. Tujuan dari peningkatan
kemampuan adalah untuk menghasilkan produk kerja yang maksimal
sesuai dengan standar yang ingin dicapai perusahaan.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi
menggunakan peralatan mekanik. Peralatan mekanik tersebut
merupakan sumber bahaya bila dioperasikan oleh operator. Oleh karena
itu, perlu ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, dan sebagai peraturan pelaksanaannya
yang mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan
dalamPeraturan Menteri Ketenagakerjaan.

1
Teknologi modern di era industrialisasi abad ini menjadi
primadona dalam proses produksi perusahaan karena memberikan
efektivitas dan efiseiensi yang lebih baik. Dalam mengoperasikan mesin
produksi yang dilengkapi teknologi terbaru dibutuhkan tenaga kerja
yang ahli dan terampil, namun tidak selamanya penerapan mesin
berteknologi modern bisa menjamin keberlangsungan proses produksi
perusahaan sesuai dengan standar yang ingin dicapai perusahaan.

Konstruksi bangunan, kelistrikan dan bahan yang mudah terbakar


merupakan potensi untuk menjadi penyebab sebuah kecelakaan kerja
bila tidak dipelihara dan diawasi secara benar. Maka pemahaman
tentang konstruksi bangunan, kelistrikan dan penanggulangan
kebakaran sesuai dengan syarat-syarat K3 adalah sangat penting untuk
dapat melakukan pengawasan K3 pada konstruksi bangunan, kelistrikan
dan penanggulangan kebakaran. Hal ini juga ditetapkan dalam UU No.
1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 3 terkait dengan
syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditetapkan untuk
mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan, mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya, mengurangi dan memadamkan
kebakaran. Pengawasan K3 terkait dengan konsrtuksi bangunan,
kelistrikan dan penanggulangan kebakaran merupakan serangkaian
kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan terhadap objek pengawasan K3 konsrtuksi
bangunan, kelistrikan dan penanggulangan kebakaran di tempat kerja
atau perusahaan.

Tujuan dari PKL (Praktik Kerja Lapangan) adalah mendapatkan


pengetahuan terkait dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dan untuk menjadikan prasyarat bagi para calon Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U). Kegiatan Training
ini dilaksanakan selama 12 hari, termasuk didalamnya observasi online

2
pada PT Bintan Offshore Marine Centre. Dalam hal ini Kelompok III
akan menyampaikan Laporan Hasil Observasi Praktik Kerja Lapangan
(PKL) tentang keselamatan dan kesehatan kerja bidang konsrtuksi
bangunan, kelistrikan dan penanggulangan kebakaran.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan
dalam pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U), dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan
peserta pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta
memiliki semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan
serta implementasi teori tersebut secara langsung. Kegiatan PKL ini
juga dimaksudkan untuk membekali pengetahuan bagi para calon Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) mengenai K3
dengan praktik nyata penerapannya di tempat kerja yang meliputi
bidang konsrtuksi bangunan, kelistrikan dan penanggulangan
kebakaran.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu


bagian dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Umum (AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di
tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3 umum dapat mengetahui
tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang yang ditentukan
dalam Surat Keputusan Penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan
di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992
tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 9 dan Pasal 10.

Tujuan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum


(AK3U) ini mengikuti PKL di PT Bintan Offshore Marine Centre pada
tanggal 30 Juni 2022 adalah agar wawasan yang diperoleh selama PKL

3
dapat menambah ilmu terkait penerapan peraturan dan norma K3 di
tempat kerja nantinya. Selain itu juga dapat melakukan pengawasan dan
perbaikan yang berkesinambungan dalam rangka mengurangi risiko
kecelakaan kerja di perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian
manusia maupun kegagalan fungsi mesin.

Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini adalah untuk


mengetahui penerapan peraturan dan norma K3 di perusahaan yang
diobservasi secara online. Laporan ini juga bisa digunakan sebagai
masukan bagi pihak perusahaan untuk menghindari risiko kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh konstruksi
bangunan, kelistrikan dan terjadinya kebakaran.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) untuk calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
adalah di perusahaan Bintan Offshore Marine Centre merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang Steel, Structure, Fabrication dan
Manufacture dengan data-data sebagaiberikut:
Nama : PT Bintan Offshore Marine Centre
Alamat : Lot 3 Kawasan Bintan Industrial
Estate, Kel. Teluk Lobam, Pulau
Bintan Regency, Batam, Kepulauan
Riau, 29152
Tanggal : 30 Juni 2022
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
JumlahKaryawan : 283 Orang
JumlahSubcontractor :
LuasLokasi : +100 Ha

4
Ruang lingkup pengamatan Kelompok III sebagai berikut:
1. Bidang K3 Konstruksi Bangunan
2. Bidang K3 Kelistrikan
3. Bidang K3 Penanggulangan Kebakaran

1.4 Dasar Hukum


Pemerintah Indonesia telah melindungi hak dan kewajiban warga
negaranya dengan mengeluarkan beberapa peraturan-perundangan
terkait keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini khususnya yang
terkait dengan keahlian, dasar hukum yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

1. Dasar Hukum K3 Bangunan Konstruksi


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahan 2002 Tentang Bangunan
Gedung.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

5
Nomor 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
i. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 174/MEN/1986 dan
Nomor 104/KPTS/1986 tentang Keselamtan dan
Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Konstruksi.

2. Dasar Hukum K3 Kelistrikan


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun
2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir.
d. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan
Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor
KEP.311/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi
dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

3. Dasar Hukum K3 Penanggulangan Kebakaran


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrassi
Nomor PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Nomor PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm

6
Kebakaran Automatik.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186 Tahun
1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja.
e. Keputusan Menteri Tenaga KerjaRI No. 187 Tahun
1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
f. Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor Ins.
11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Penanggulangan
Kebakaran.

7
BAB 2
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah singkat


PT Bintan Offshore Marine Centre merupakan salah
satu perusahaan yang bergerak di bidang Steel, Structure,
Fabrication dan Manufactureyang berlokasi di Lot 3 Kawasan
Bintan Industrial Estate, Kel. Teluk Lobam, Pulau Bintan
Regency, Batam, Kepulauan Riau, 29152dan didirikan pada
tahun 2018. Dalam menjalankan bidang usahanya, Top
Management PT Bintan Offshore Marine Centre memiliki
kebijakan perusahaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja
yang ditanda tangani oleh Top Management serta telah
disosialisasikan kepada semua karyawan.

2.1.2 Fasilitas Produksi


PT Bintan Offshore Marine Centre memiliki fasilitas
produksi, berupa:
a. Forklift : 3 unit
b. Dozer : 2 unit
c. Excavator : 4 unit
d. Cnc machine : 1 unit
e. Overhead crane :2 unit
f. Elevation WP Boom lift : 1 unit
g. Pesawattenaga produksi : 10 unit
h. Penanggulangankebakaran : 62 unit APAR
i. Fire Hydrant : 7 unit

8
2.1.3 Sarana Pokok Perusahaan
a. Kantor utama
b. TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
c. Pos Jaga
d. Gedung Mekanik

2.1.4 Prasarana dan Fasilitas


a. Muster Point
b. Mushola
c. Ruang Makan
d. Ruang P3K

2.1.5 Struktur Organisasi


KETUA

Troy Plecas

Site Manager

SEKRETARIS

Siswanto

HSE

ANGGOTA ANGGOTA

PRODUKSI QA/QC

1. Mulyadi 1. Rida Adella


2. Rizqi

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

LOGISTIK SUPPORTING HRD

1. Suryadi 1. Rendy 1. Arnold


2. Teguh 2. Hayyu 2. Rendra Arjuna

9
2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi PT Bintan Offshore Marine Centre:
PT. BOMC berkomitmen untuk menyediakan tempat kerja
yang aman dan sehat untuk menjalankan bisnisnya dengan
cara yang membantu melindungi lingkungan dan
masyarakat di mana ia beroperasi. ini adalah tanggung
jawab bersama dan BOMC mendorong akuntabilitas pribadi
dalam memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam kebijakan
ini.

2. Misi PT Bintan Offshore Marine Centre:


 Berjuang untuk perbaikan terus-menerus dengan
menetapkan target kinerja kesehatan dan keselamatan
yang terukur dan memantau pengukuran kinerja melalui
program jaminan yang efektif.
 menyediakan proses, sistem dan sumber daya yang
memungkinkan komunikasi, berbagi pengetahuan dan ide
dan konsultasi yang efektif mengenai tempat kerja dan
ide-ide dan konsultasi yang efektif mengenai masalah
kesehatan dan keselamatan kerja.
 memastikan kepatuhan legislatif dan peraturan yang
relevan tercapai.
 pencegahan cedera, insiden dan dampak melalui
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Lingkungan BOMC berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen risiko.
 memastikan semua insiden dilaporkan dan diselidiki untuk
mencegah terulangnya dan insiden serius dilaporkan ke
otoritas negara terkait.

10
 menerapkan program manajemen cedera yang efektif bagi
karyawan yang bertujuan untuk mengurangi biaya pribadi
dan keuangan dari cedera terkait pekerjaan.

11
BAB 3
ANALISA

Berdasarkan hasil observasionline di PT. Bintan Offshore Marine Centre ditemukan temuan positif dan temuan negatif yang dititikberatkan
pada K3 konstruksi bangunan, listrik dan penanggulangan kebakaran.

3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF


Saran / Peraturan
No. Foto / Info Temuan / Resiko
Rekomendasi Perundangan

Konstruksi Bangunan, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran


1. Adanya jalur evekuasi dan Tindakan tersebut harus PP No. 36 Tahun 2005 tentang
master pointuntuk keadaan tetap dipertahanakan. Pelaksanaan Peraturan UU No. 28
darurat. Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung Pasal 59 ayat (1):
Setiap bangunan gedung, kecuali
rumah tinggal tunggal dan rumah
deret sederhana, harus menyediakan
sarana evakuasi yang meliputi sistem
peringatan bahaya bagi pengguna,
pintu keluar darurat, dan jalur
evakuasi yang dapat menjamin
kemudahan pengguna bangunan
12
gedung untuk melakukan evakuasi
dari dalam bangunan gedung secara
aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat.

2. Instalasi penyalur petir telah Pelaksanaan sertifikasi Peraturan Menteri Tenaga Kerja
mendapat pengesahan dari penyalur petir dilakukan Nomor PER: 02/MEN/1989 tentang
Menteri atau Pejabat yang secara berkala sesuai Pengawasan Instalasi Penyalur
ditunjuk dengan masa berlaku Listrik, pasal 6 ayat (1):

sertifikasinya Pemasangan instalasi penyalur petir


harus dilakukan oleh Instansi yang
telah mendapat pengesahan dari
Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya

13
3. Telah terpasang smoke detector Tetap dipertahankan Peraturan Menteri Republik
diruangan office dengan melakukan Indonesia Nomor
pemeliharaan diteksi PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi
kebakaran automatik Kebakaran Automatik, Pasal 3
secara kontiniu Ayat (1):
Detektor harus dipasang pada
bagian bangunan kecuali apabila
bagian bangunan tersebut telah
dilindungi dengan sistem pemadam
kebakaran automatik.

4. Terdapat Alarm dan pemadam Tetap dipertahankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
kebakaran di area kerja dengan melakukan Republik Indonesia No. :

pemeliharaan alarm KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit

pemadam kebakaran Penanggulangan Kebakaran Di


Tempat Kerja, Pasal 2 :
Kewajiban mencegah, megurangi dan
memadamkan kebakaran di tempat
kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
b.Penyediaan sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi

14
5. Terdapat personel yang Tetap dipertahankan Permenaker RI No. 12 Tahun 2015
memiliki sertifikat ahli K3 dengan selalu tentang Keselamatan dan Kesehatan
bidang listrik yang terbagi melaksanakan tugas dan Kerja Listrik di Tempat Kerja, Pasal
menjadi dua shif (siang dan tanggng jawab sebagai 6 Ayat (3) :
malam) ahli K3 bidang listrik Perencanaan, Pemasangan,
Perubahan, dan Pemeliharaan
Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal
5 Ayat (1) Dilakukan Oleh :
a. Ahli K3 Bidang Listrik Pada
Perusahaan;

6. Terdapat bukti
pelaksanaan Terus pertahankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
inspeksi APAR yang ada di dengan melaksanakan Dan Transmigrasi No :
area kerja inspeksi sesuai dengan Per.04/Men/1980 tentang Syarat-

jadwal yang inspeksi Syarat Pemasangan Dan

APAR yang telah dibuat Pemeliharan Alat Pemadam Api

dan selalu melengkapi Ringan, Pasal 3 Ayat (11) :

APAR yang ada di luar Setiap alat pemadam api ringan harus

ruangan dengan kotak diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,

pelindung yaitu:
a. pemeriksaan dalam jangka 6
(enam) bulan;
b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua

15
Penempatan APAR diluar belas) bulan;
ruangan sudah dilengkapi Pasal 10 Alat pemadam api ringan
dengan kotak pelindung yang ditempatkan di alam terkuka
harus dilindungi dengan tutup
pengaman.

7. Telah dibentuk tim Terus pertahankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja


penanggulangan kebakaran dengan tetap melakukan Republik Indonesia No. :
ditempat kerja dengan tugas sebagai petugas KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit
memperhatikan jumlah tenaga penanggulangan Penanggulangan Kebakaran Di
kerja dan atau klasifikasi kebakaran Tempat KerjaPasal 3 :
tingkat potensi bahaya Pembentukan unit penanggulangan
kebakaran kebakaran sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) dengan
memperhatikan jumlah tenaga kerja
dan atau klasifikasi tingkat potensi
bahaya kebakaran.

16
8. Perancah telah dilengkapi Tetap pertahankan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dengan papan yang kuat dan dengan selalu Dan Transmigrasi Nomor: PER
rapat sehingga aman untuk melakukan pengecekan 01/MEN/1980 Tentang Keselamatan
menahan tenaga kerja serta keamanannya Dan Kesehatan Kerja Pada
terpasang pagar pengaman Konstruksi Bangunan, Pasal 13
Ayat (1) :
Perancah harus diberi lantai papan
yang kuat dan rapat sehingga
dapat menahan dengan aman tenaga
kerja, peralatan dan bahan yang
dipergunakan. (2) Lantai perancah
harus diberi pagar pengaman,
apabila tingginya lebih dari 2
meter.

17
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF

Saran / Peraturan
No. Foto / Info Temuan / Resiko
Rekomendasi Perundangan

Konstruksi Bangunan, Listrik dan Penanggulangan Kebakaran


1. Temporary storage yang berisi Pemasangan APAR di Peraturan Menteri Tenaga Kerja
bahan B3 yang mudah dekat area temporary Republik Indonesia No. :
terbakar tidak dilengkapi storage atau pemindahan KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit
dengan penempatan APAR bahan B3 ke gudang Penanggulangan Kebakaran Di
penyimpanan yang telah Tempat Kerja, Pasal 2:
tersedia Kewajiban mencegah, megurangi dan
memadamkan kebakaran di tempat
kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
b. Penyediaan sarana deteksi, alarm,
pemadam kebakaran dan sarana
evakuasi
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 74 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya Dan Beracun Pasal 19 :
Pengelolaan tempat penyimpanan B3

18
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) wajib dilengkapi
dengan sistem tanggap darurat dan
prosedur penanganan B3.
3.

2. Jarak antara dasar APAR CO2 Melakukan reposisi Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dengan permukaan lantai APAR CO2 agar sesuai Dan Transmigrasi No :
kurang dari 15 cm dengan regulasi PER.04/MEN/1980 Tentang
Syarat-Syarat Pemasangan Dan
PemeliharanAlat Pemadam Api
Ringan, Pasal 8 :
Pemasangan alat pemadam api ringan
harus sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas (puncaknya)
Penempatan APAR di posisi Melakukan reposisi berada pada ketinggian 1,2 m dari
yang sulit untuk dilihat dengan APAR dilokasi yang permukaan lantai kecuali jenis CO2
jelas, dicapai dan diambil. mudah dilihat dengan dan tepung kering (dry chemical)
jelas, mudah dicapai dan dapat ditempatkan lebih rendah
diambil. dengan syarat, jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dan permukaan lantai.
Pasal 4 (1) :

19
Setiap satu atau kelompok alat
pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai
dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.

3. Belum ditempatkan APAR Menempatkan APAR di Peraturan Menteri Tenaga Kerja


pada aktifitas weldingdi luar aktifitas yang berisiko Dan Transmigrasi No :
area workshop dan di unit terjadinya kebakaran PER.04/MEN/1980 TentangSyarat-
welding machine dan di unit welding Syarat Pemasangan Dan
machine Pemeliharan Alat Pemadam Api
Ringan. Pasal 4 (5) : Penempatan
tersebut ayat (1) antara alat pemadam
api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak
boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan
Kerja.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. :
KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit

20
Penanggulangan Kebakaran Di
Tempat Kerja. Pasal 2 (2) :
Kewajiban mencegah, megurangi dan
memadamkan kebakaran di tempat
kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi: b. Penyediaan
sarana deteksi, alarm, pemadam
kebakaran dan sarana evakuasi;

4. Tidak terdapat pagar Pemasangan pagar Peraturan Menteri Tenaga Kerja


pengaman pada perancah yang pengaman pada Dan Transmigrasi Nomor: PER
digunakan untuk aktifitas perancah yang memiliki 01/MEN/1980 Tentang
bekerja ketinggian lebih dari 2 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
meter Pada Konstruksi BangunanPasal
13 Ayat (1) :
Perancah harus diberi lantai papan
yang kuat dan rapat sehingga
dapat menahan dengan aman tenaga
kerja, peralatan dan bahan yang
dipergunakan. (2)Lantai perancah
harus diberi pagar pengaman,
apabila tingginya lebih dari 2
meter.

21
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara umum kondisi keselamatan dan kesehatan kerja dalam
bidang K3 konstruksi bangunan, listrik dan penanggulangan
kebakarandi PT Bintan Offshore Marine Centre adalah sebagai berikut:

1. Pada bidang konstruksi bangunan dalam hal ini penempelan rambu


petunjuk jalur evakuasi sudah dilakukan di semua area kerja dimana
jalur evakuasi mengarah pada tiga area muster point yang sudah
ditetapkan, instalasi penyalur petir yang ada di area kerja telah
dilakukan sertifikasi oleh instansi yang telah mendapat pengesahan
dari Menteri dan Pejabat yang ditunjuk, serta pemasangan beberapa
perancah yang memiliki ketinggian lebih dari dua meter yang
digunakan untuk aktifitas bekerja telah dilengkapi dengan pagar
pengaman. Namun, ditemukan satu perancah dengan ketinggian lebih
dari dua meter tidak dilengkapi dengan pagar pengaman.

2. Pada bidang kelistrikan, pelaksanaan perencanaan, pemasangan,


perubahan, dan pemeliharaan telah dilakukan oleh Ahli K3 bidang
listrik, dimana terdapat empat personel yang telah tersertifikasi Ahli
K3 bidang listrik.

3. Pada bidang penanggulangan kebakaran telah terpasang sarana


deteksi, alarm, pemadam kebakaran di hampir seluruh area kerja, dan
telah dibentuk tim penanggulangan kebakaran yang berjumlah 15
orang. Namun, dilokasi area temporary storage, aktifitas welding di
luar area workshop dan di dua unit welding machine belum
dilengkapi dengan pemasangan APAR.

4. Pada pemasangan dan pemeliharaan APAR telah dilakukan


pemeriksaan APAR secara berkala dengan jadwal satu bulan sekali,

22
penempatan APAR juga sudah diberikan rambu tanda pemasangan
agar mudah dilihat dengan jelas, beberapa APAR sudah diletakkan di
tempat yang mudah dicapai dan diambil, serta penempatan APAR
diluar ruangan juga sudah diberikan kotak pelindung. Namun,
beberapa APAR CO2 yang ada diruangan office diletakkan kurang
dari 15 cm di atas permukaan lantai, terdapat satu APAR yang
berada di workshop ditempatkan dilokasi yang sulit untuk dilihat,
dicapai dan diambil.

4.2 Saran

Dalam rangka pengembangan dan perbaikan lebih lanjut, maka kami


memberikan saran yang memungkinkan untuk membantu dan bermanfaat
bagi PT Bintan Offshore Marine Centre berkenaan dengan observasi di atas
:
1. Semua kegiatan yang telah memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan untuk terus dilakukan monitoring secara
berkala dengan melaksanakan inspeksi dan audit, agar
implementasinya dapat dilaksanakan secara konsisten.
2. Melakukan evaluasi dan menindak lanjuti hasil temuan di lapangan
dengan melakukan tindakan perbaikan untuk mengurangi potensi
risiko terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman, diantaranya:
a. Pemasangan APAR di dekat area temporary storage atau
pemindahan bahan B3 ke gudang penyimpanan yang telah
tersedia
b. Melakukan reposisi APAR CO2 agar sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No :
PER.04/MEN/1980
c. Melakukan reposisi APAR dilokasi yang mudah dilihat dengan
jelas, mudah dicapai dan diambil.
d. Menempatkan APAR di aktifitas yang berisiko terjadinya

23
kebakaran dan di unit welding machine
e. Pemasangan pagar pengaman pada perancah yang memiliki
ketinggian lebih dari 2 meter.
3. Melakukan sosialisasi pada karyawan dalam hal pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun (B3) agar penyimpanan bahan B3 dapat
ditempatkan pada gudang penyimpanan B3 yang telah disediakan.
4. Melakukan pendidikan dan pelatihan penanggulangan kebarakaran
secara rutin pada seluruh karyawan untuk meningkatkan pemahaman
dan kemampuan karyawan dalam penanggulangan kebakaran di
tempat kerja.

24
REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 28 Tahan 2002 Tentang
Bangunan Gedung.
8. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1989 tentang
Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrassi Nomor
PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor
PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
13. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 186 Tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
14. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 187 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
15. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 174/MEN/1986 dan Nomor 104/KPTS/1986 tentang

25
Keselamtan dan Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Konstruksi.
16. Instruksi Menteri Tenaga Kerja Nomor Ins. 11/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Khusus Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Penanggulangan
Kebakaran.
17. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor KEP.311/BW/2002 tentang Sertifikasi
Kompetensi dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik.

26
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER


BIDANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

MEKANIK, PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM

ANGKATAN KE – 33

KELOMPOK 4

1. RAFLIANNUR
2. HENDRA PARLUHUTAN SIRAIT
3. HAFID AFDHAL
4. DWI RESTU ANGGREYANI
5. CITRA AGUSTINA SYAHPITRI

PENYELENGGARA
PT. SARANA INSPIRASI MAJU BERSAUDARA
PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE
JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih,
berkat, dan karunia-Nya sehingga laporan Praktik Lapangan Kerja (PKL) ini dapat
diselesaikan. Laporan PKL yang berjudul “Laporan Praktik Lapangan Kerja (PKL)
PT Bintan Offshore Marine Center Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Mekanik, Pesawat Uap Dan Bejana Tekan,” ini disusun sebagai syarat untuk tugas
akhir penilaian pelatihan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U).

Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada PT
Bintan Marine Offshore Center selaku perusahaan yang diobservasi, para trainer
yang selama delapan hari telah memberikan ilmu dan pengalamannya mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada penulis, dan pihak penyelenggara
pelatihan ini tim PPI (Profesional Project Institute).

Penulis sadar bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, penulis sangat terbuka atas segala kritik dan saran untuk perbaikan, dengan
harapan laporan PKL ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Semoga
laporan PKL ini dapat memberikan kontribusi berupa wawasan, ide, dan
pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) di
lingkungan kerja.

Batam, 01 Juli 2022

KELOMPOK 4 BATCH 33

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 3
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................................... 4
1.4 Dasar Hukum ..................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................... 6
KONDISI PERUSAHAAN ............................................................................................... 6
2.1 Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................ 6
2.1.1 Sejarah singkat ........................................................................................... 6
2.1.2 Fasilitas Produksi ....................................................................................... 7
2.1.3 Sarana Pokok Perusahaan ........................................................................... 7
2.1.4 Prasarana dan Fasilitas ............................................................................... 7
2.1.5 Struktur Organisasi ..................................................................................... 8
2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................... 8
BAB 3 .............................................................................................................................. 10
ANALISA ........................................................................................................................ 10
3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF ...................................................................... 10
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF..................................................................... 16
BAB 4 .............................................................................................................................. 25
PENUTUP ....................................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 25
4.2 Saran ................................................................................................................ 26
REFERENSI .................................................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu substansi yang sangat penting untuk menggerakkan
sebuah perusahaan adalah tenaga kerja. Berdasarkan Undang-undang No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 1 ayat (2), tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat, sehingga tenaga kerja merupakan
penggerak utama dalam kelangsungan bisnis sebuah perusahaan.

Produktivitas tenaga kerja manusia akan berbanding lurus dengan


kualitas kompetensi dan kuantitas jam kerjanya. Tenaga kerja yang
berkompeten dan berpengalaman akan menghasilkan produk kerja yang
maksimal. Produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh prestasi dan
upah yang diperoleh. Perusahaan harus menjalankan upaya untuk
meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya. Tujuan dari peningkatan
kemampuan adalah untuk menghasilkan produk kerja yang maksimal
sesuai dengan standar yang ingin dicapai perusahaan.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi
menggunakan peralatan mekanik. Peralatan mekanik tersebut merupakan
sumber bahaya bila dioperasikan oleh operator. Oleh karena itu, perlu
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, dan sebagai peraturan pelaksanaannya yang
mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan.

1
Teknologi modern di era industrialisasi abad ini menjadi primadona
dalam proses produksi perusahaan karena memberikan efektivitas dan
efiseiensi yang lebih baik. Dalam mengoperasikan mesin produksi yang
dilengkapi teknologi terbaru dibutuhkan tenaga kerja yang ahli dan
terampil, namun tidak selamanya penerapan mesin berteknologi modern
bisa menjamin keberlangsungan proses produksi perusahaan sesuai
dengan standar yang ingin dicapai perusahaan.

Pesawat uap dan bejana tekan merupakan komponen yang sering


ditemukan di sebuah perusahaan dan memiliki potensi untuk menjadi
penyebab sebuah kecelakaan kerja bila tidak dipelihara dan diawasi
secara benar. Maka pemahaman tentang pesawat uap dan bejana tekan
sesuai dengan syarat-syarat K3 adalah sangat penting untuk dapat
melakukan pengawasan K3 pada pesawat uap dan bejana tekan. Hal ini
juga ditetapkan dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pada Pasal 3. Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan merupakan
serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan terhadap objek pengawasan K3 pesawat
uap dan bejana tekan di tempat kerja atau perusahaan.

Konstruksi bangunan menjadi komponen penting dalam


pelaksanaan sebuah proyek di perusahaan. Kontruksi bangunan yang
sesuai dengan standar dan syarat-syarat K3 akan mendukung kegiatan
pengoperasian mesin berteknologi modern dan pengawasan serta
pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan. Semakin rendah kualitas
sebuah konstruksi bangunan maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dan pada akhirnya hanya akan merugikan
perusahaan dan tenaga kerja.

Tujuan dari PKL (Praktik Kerja Lapangan) adalah mendapatkan


pengetahuan terkait dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dan untuk menjadikan prasyarat bagi para calon Ahli Keselamatan

2
dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U). Kegiatan Training ini dilaksanakan
selama 12 hari, termasuk di dalamnya observasi online pada PT BINTAN
OFFSHORE MARINE CENTER. Dalam hal ini Kelompok 4 akan
menyampaikan Laporan Hasil Observasi Praktik Kerja Lapangan (PKL)
tentang keselamatan dan kesehatan kerja bidang mekanik, pesawat uap
dan bejana tekan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan
dalam pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U),
dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan peserta
pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga peserta memiliki
semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan serta
implementasi teori tersebut secara langsung. Kegiatan PKL ini juga
dimaksudkan untuk membekali pengetahuan bagi para calon Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) mengenai K3 dengan
praktik nyata penerapannya di tempat kerja yang meliputi bidang
mekanik, pesawat angkat angkut, pesawat uap bejana tekan, dan
konstruksi bangunan.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu


bagian dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Umum (AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di
tempat kerja. Melalui PKL, calon Ahli K3 umum dapat mengetahui tugas
dan tanggung jawabnya sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam
Surat Keputusan Penunjukannya (SKP), seperti yang dijelaskan di dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-02/MEN/1992 tentang Tata
Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pasal 9 dan Pasal 10.

3
Tujuan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) ini mengikuti PKL di PT BINTAN OFFSHORE MARINE
CENTER pada tanggal 30 Juni 2022 adalah agar wawasan yang diperoleh
selama PKL dapat menambah ilmu terkait penerapan peraturan dan
norma K3 di tempat kerja nantinya. Selain itu juga dapat melakukan
pengawasan dan perbaikan yang berkesinambungan dalam rangka
mengurangi risiko kecelakaan kerja di perusahaan yang disebabkan oleh
faktor kelalaian manusia maupun kegagalan fungsi mesin.

Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini adalah untuk mengetahui


penerapan peraturan dan norma K3 di perusahaan yang diobservasi secara
online. Laporan ini juga bisa digunakan sebagai masukan bagi pihak
perusahaan untuk menghindari risiko kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang diakibatkan oleh mekanik, pesawat uap, dan bejana
tekan.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup perusahaan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) untuk calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
adalah di perusahaan galangan kapal (pembuatan dan perbaikan kapal)
dengan data-data sebagai berikut:
Nama : PT BINTAN OFFSHORE MARINE
CENTER
Alamat : Lot 3, Kawasan Bintan Industrial Estate,
Kelurahan Teluk Lobam, Pulau Bintan
Regency, Kepulauan Riau, 29152
Tanggal : 30 Juni 2022
Waktu : 10.00 – 12.00 WIB
Jumlah Karyawan : Laki – laki 221 Org
Perempuan 15 Org
TKA 3 Org

4
Ruang lingkup pengamatan Kelompok 4 sebagai berikut:
1. Bidang K3 Mekanik
2. Bidang K3 Pesawat Uap Bejana Tekan

1.4 Dasar Hukum


Pemerintah Indonesia telah melindungi hak dan kewajiban warga
negaranya dengan mengeluarkan beberapa peraturan-perundangan
terkait keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini khususnya yang
terkait dengan keahlian, dasar hukum yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

1. Dasar Hukum K3 Mekanik


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2020 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 38 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pesawat Tenaga dan Produksi
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Nomor Per-05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor Per-09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut

2. Dasar Hukum K3 Pesawat Uap Bejana Tekan


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
b. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonantie)

5
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 01/MEN/1982 tentang Bejana Tekan
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di
Tempat Kerja
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1988
tentang Kualifikasi dan Syarat- Syarat Operator
Pesawat Uap
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor 06 Tahun 1990 tentang Pewarnaan
Botol Baja/Tabung Gas Bertekanan
g. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun
h. Lampiran Tabel 3 Tentang Pewarnaan Botol
Baja/Tabung Gas Bertekanan pada Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah singkat


PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER
merupakan pengembangan baru yang akan menawarkan semua
proyek lepas pantai keuntungan berbeda untuk menurunkan
biaya, memberikan pengingkatan efisensi dan produktivitas, dan
mematuhi persyaratan dan tata kelola perusahaan yang ketat,

6
dengan semua operasi yang dilakukan di bawah sistem
keselamatan dan kualitas kelas dunia.

2.1.2 Fasilitas Produksi


PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER memiliki
fasilitas produksi, berupa:
a. Forklift 3 unit
b. Dozer 2 unit
c. Excavator 4 unit
d. Cnc machine 1 unit
e. Overhead crane 2 unit
f. Elevation WP Boom lift 1 unit
g. Pesawat tenaga produksi 10 unit
h. Penanggulangan kebakaran 62 unit APAR
i. Fire Hydrant 7 unit

2.1.3 Sarana Pokok Perusahaan


a. Kantor utama
b. Ruang P3K
c. TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
d. Store
e. Pos Jaga

2.1.4 Prasarana dan Fasilitas


a. Muster Point
b. Mushola
c. Kantin / Ruang Makan
d. Toilet
e. Workshop
f. Parking Area

7
2.1.5 Struktur Organisasi

2.1.6 Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi PT Bintan Offshore Marine Center :

PT. BOMC berkomitmen untuk menyediakan tempat kerja yang


aman dan sehat untuk menjalankan bisnisnya dengan cara yang
membantu melindungi lingkungan dan masyarakat di mana ia
beroperasi. ini adalah tanggung jawab bersama dan BOMC
mendorong akuntabilitas pribadi dalam memenuhi tujuan yang
ditetapkan dalam kebijakan ini.

8
2. Misi PT Bintan Offshore Marine Center :

• Berjuang untuk perbaikan terus-menerus dengan menetapkan


target kinerja kesehatan dan keselamatan yang terukur dan
memantau pengukuran kinerja melalui program jaminan yang
efektif.
• Menyediakan proses, sistem dan sumber daya yang
memungkinkan komunikasi, berbagi pengetahuan dan ide dan
konsultasi yang efektif mengenai tempat kerja dan ide-ide dan
konsultasi yang efektif mengenai masalah kesehatan dan
keselamatan kerja
• Memastikan kepatuhan legislatif dan peraturan yang relevan
tercapai.
• Pencegahan cedera, insiden dan dampak melalui penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Lingkungan BOMC
berdasarkan prinsip-prinsip manajemen risiko.
• Memastikan semua insiden dilaporkan dan diselidiki untuk
mencegah terulangnya dan insiden serius dilaporkan ke otoritas
negara terkait
• Menerapkan program manajemen cedera yang efektif bagi
karyawan yang bertujuan untuk mengurangi biaya pribadi dan
keuangan dari cedera terkait pekerjaan.

9
BAB 3
ANALISA

Berdasarkan hasil observasi online di PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER ditemukan temuan positif dan temuan negatif yang
dititikberatkan pada K3 mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.

3.1 ANALISA TEMUAN POSITIF

No. Foto / Info Temuan / Resiko Saran / Peraturan Review


Rekomendasi Perundangan
K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan,
1. Forklift yang sedang tidak Tindakan PERMENAKER RI No. 8 Hafid Afdhal
digunakan diletakkan pada tersebut harus Tahun 2020 tentang Pesawat
landasan yang rata dan sisi tetap Angkat dan Angkut
terluar garpu (fork) bagian dipertahanakan. Pasal 85 ayat (2):
bawah menempel pada Forklift pada sedang tidak
permukaan landasan. digunakan harus diletakkan
pada landasan yang rata tanpa
ada kemiringan dengan kondisi
rem terkunci dan garpu sisi
bawah menempel dengan
permukaan landasan.

10
2. Bejana penyimpanan gas Tindakan tersebut PERMENAKER RI No. 37 Hendra Sirait
(CO2) yang diberikan harus tetap Tahun 2016 tentang K3
alat anti guling/rak. dipertahanakan. Bejana Tekan dan Tangki
Timbun
Pasal 18 Ayat (1):
Bejana penyimpanan gas dan
bejana transport harus diberi
alat anti guling

3. Bejana tekan memiliki Tindakan tersebut PERMENAKER RI No. 37 Rafliannur


tanda pengenal dan harus tetap Tahun 2016 tentang K3
mudah dibaca. dipertahanakan Bejana Tekan dan Tangki
dan Timbun
perlu ditingkatkan Pasal 9 Ayat (1): Setiap bejana
dengan tanda tekanan diberikan tanda
pengenal lebih pengenal meliputi:
lengkap lagi. a. nama pemilik;
b. nama dan nomor urut
pabrik pembuat;
c. nama gas atau bahan
yang diisikan beserta simbol

11
kimia;
d. berat kosong tanpa keran
dan tutup;
e. tekanan pengisian (Po)
yang diijinkan kg/cm2;
f. berat maksimum dari
isinya untuk bejana berisi gas
yang dikempa menjadi cair;
g. volume air untuk bejana
berisi gas yang dikempa;
h. nama bahan pengisi
porous mass khusus untuk
bejana
penyimpanan gas yang berisi
larutan asetilen; dan
i. bulan dan tahun
pengujian hidrostatik pertama
dan berikutnya.
Pasal 9 Ayat (4) :
Tanda pengenal sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) dan
Ayat (2) harus jelas, mudah
dilihat, dibaca, tidak dapat

12
dihapus, tidak mudah dilepas,
dan dicap pada bagian kepala
yang tebal dari pelat
dinding Bejana Tekan.

4. Pada ruang operator Tindakan tersebut PERMENAKER RI No. 8 Dwi Restu


Forklift terdapat APAR. harus tetap Tahun 2020 tentang Pesawat
dipertahanakan dan Angkat dan Angkut
ditempatkan pada Pasal 72 ayat (4) huruf a dan
bagian yang mudah b:
dijangkau. Kabin Operator, ruang
pengoperasian, atau ruang
kontrol harus dilengkapi:
a. tanda peringatan larangan
masuk bagi orang yang tidak
berwenang; dan
b. alat pemadam api ringan
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
atau standar yang berlaku.

13
5. Adanya pelaksanaan dan Tindakan tersebut PERMENAKER RI No. 38 Citra Agustina
/ Dwi Restu
pengecekan berkala harus Tahun 2016 tentang K3
terhadap pesawat tenaga tetap dipertahanakan Pesawat
produksi secara berkala untuk mengetahui Tenaga dan Produksi
baik secara internal kondisi alat. Pasal 131:
maupun eksternal. Pemeriksaan dan/atau pengujian
meliputi:
a. pertama;
b. berkala;
c. khusus; dan ulang
Pasal 133 ayat (1) dan (2):
(1) Pemeriksaan berkala
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 131 huruf b
dilakukan secara
berkala paling lama
1(satu) tahun sekali.
(2) Pengujian berkala
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 131 huruf b
dilakukan secara

14
berkala paling lama 5
(lima) tahun sekali.
6. Pengoperasian forklift Tindakan tersebut PERMENAKER RI No. 8 Citra Agustina
sesuai aturan yg berlaku harus tetap Tahun 2020 tentang Pesawat
dipertahanakan. Angkat dan Angkut
Pasal 85 ayat (1):
a. Garpu (fork) atau
permukaan bagian
bawah muatan harus
berjarak paling tinggi 15
cm (lima belas
sentimeter) diukur dari
permukaan landasan;
dan
b. Harus berjarak paling
dekat 10 m (sepuluh
meter) dari bagian
belakang kendaraan
yang ada didepannya.

15
3.2 ANALISA TEMUAN NEGATIF

No. Foto / Info Temuan / Resiko Saran / Peraturan Reviev


Rekomendasi Perundangan
K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan,
1. Pesawat angkat Lakukan PERMENAKER RI No. 8 Dwi Restu
angkut berupa perawatan dan Tahun 2020 tentang Pesawat
Forklift Powerplus pemeliharaan unit Angkat dan Angkut
PFD 500 S-V pesawat angkat Pasal 5 ayat (4) huruf a dan b:
tampak kurang angkut dijalankan. Pemeliharaan dan perawatan
dilakukan perawatan Selain itu perlu Pesawat Angkat, Pesawat
dan pemeliharaan dilakukan Angkut, dan Alat Bantu Angkat
dengan Kondisi unit pemeriksaan dan dan Angkut sebagaimana di
yang terdapat pengujian secara maksud dalam Pasal 4 harus :
beberapa bagian di berkala. a. sesuai prosedur
body forklift b. pemeliharaan dan
tersebut adanya perawatan;
bagian cat yang c. dilakukan secara berkala;
telah korosi atau Pasal 173 ayat (1):
terkelupas, contoh Setiap kegiatan perencanaan,
pada bagian depan pembuatan, pemasangan
dan belakang dan/atau perakitan, pemakaian
forklift. atau pengoperasian, perbaikan,

16
perubahan atau modifikasi
Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut harus dilakukan
Pemeriksaan dan Pengujian.
Pasal 176 ayat (1):
Pemeriksaan dan pengujian
berkala sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 174 ayat (1) huruf b
untuk Pesawat Angkat dan
Pesawat Angkut dilakukan
paling lambat 2 (dua) tahun
setelah pemeriksaan dan
pengujian pertama dan
selanjutnya dilakukan setiap 1
(satu) tahun sekali.
2. 3 Penempatan tabung Penyimpanan PERMENAKER RI No. 37 Hafid
Afdhal
CO2 tanpa shelter / tabung CO2 Tahun 2016 tentang K3
pelindung dari panas Sebaiknya Bejana Tekan dan Tangki
matahari dan hujan ditempatkan pada Timbun
secara langsung. tempat yang Pasal 45 ayat (2):
terhindar Bejana penyimpanan gas dan
dari panas bejana transport yang berisi
matahari ditempatkan di tempat terbuka

17
langsung dan harus dilindungi dari panas
hujan. matahari dan hujan.

3. Tidak tersedianya Menyediakan PERMEN NO. 8 TAHUN 2020 Dwi Restu


informasi SWL informasi SWL TENTANG KESELAMATAN
(Safe Working mudah terlihat dan DAN KESEHATAN KERJA
Load) atau kapasitas jelas pada Forklift PESAWAT ANGKAT DAN
beban loading PESAWAT ANGKUT.
maksimal yang BAG. KEEMPAT, PASAL
terlihat jelas pada PASAL 16;
Pesawat angkat (a). Perlengkapan pesawat
angkut / Forklift angkat dan angkut
(b) Keterangan kapasitas beban
maksimum yang diizinkan.
PASAL 17
Keterangan kapasitas beban
maksimum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 huruf
b harus ditulis pada bagian yang
mudah dilihat dan dibaca dengan
jelas.

18
1.
4. Tidak adanya Agar ditempelkan PP No. 36 Tahun 2005 tentang Citra
Agustina
simbol/tanda atau dipasang Pelaksanaan Peraturan UU
pemberitahuan jalur simbol/tanda untuk No. 28 Tahun 2002 tentang
evakuasi di dalam jalur evakuasi. Bangunan Gedung
Area Kerja Pasal 59 ayat (1):
(Workshop). Setiap bangunan gedung, kecuali
rumah tinggal tunggal dan
rumah deret sederhana, harus
menyediakan sarana evakuasi
yang meliputi sistem peringatan
bahaya bagi pengguna, pintu
keluar darurat, dan jalur
evakuasi yang dapat menjamin
kemudahan pengguna bangunan
gedung untuk melakukan
evakuasi dari dalam bangunan
gedung secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan
darurat.

19
5. Cable dan Hose Menerapkan cable PER/01/MEN/1980 Hendra
Sirait
management yang dan Pasal 6 :
tidak baik di area hose management Kebersihan dan kerapihan
kerja. (Penataan ) yg baik ditempat kerja harus dijaga
Agar tidak sehingga bahan-bahan yang
Menyebabkan berserakan, bahan-bahan
adanya terjadi bangunan, peralatan dan alat-
insiden alat kerja tidak merintangi
maupun accident atau menimbulkan kecelakaan.
di tempat kerja.

6. Tidak di temukan Memberikan plat PERMENAKER RI NOMOR Dwi Restu


plat spesifikasi atau spesifikasi atau 37 TAHUN 2016
labelling pada salah labelling pada air tentang K3 Bejana Tekan dan
satu equipment (Air pressure tank agar Tangki Timbun
pressure tank). Dan memudahkan PASAL 9 :
tidak ditemukan identifikasi bahaya (1) Setiap Bejana tekanan
informasi mengenai ketika di gunakan diberikan tanda pengenal
uji hidrostatic pada meliputi:
equipment tersebut. a. Nama pemilik
b. nama dan nomor urut pabrik
pembuat
c. berat kosong

20
d. Bulan dan tahun pengujian
hidrostatik pertama dan
berikutnya.
7. Ditemukan salah Jangan halangi PERMENAKERTRANS Hafid
afdhal /
satu apar dengan atau blokade akses NOMOR 04/MEN/1980 Citra
kondisi akses di menuju APAR TENTANG SYARAT Agustina

blokade. untuk SYARAT PEMASANGAN


memudahkan DAN PEMELIHARAAN
pengambilan apar ALAT PEMADAM API
ketika terjadi RINGAN
insiden maupun
accident BAB II, PASAL 4
PEMASANGAN
(1) Setiap satu atau kelompok
alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas,
mudah di capai dan di ambil
serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.

21
8. Ditemukan salah Tempatkan APAR PERMENAKERTRANS Rafliannur
satu apar dengan sesuai regulalsi NOMOR 04/MEN/1980
kondisi penempatan atau aturan yang di TENTANG SYARAT
yang tidak sesuai anjurkan. SYARAT PEMASANGAN
dengan regulasi. DAN PEMELIHARAAN
ALAT PEMADAM API
RINGAN

BAB II, PASAL 4


PEMASANGAN
(1) Setiap satu atau kelompok
alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas,
mudah di capai dan di ambil
serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.
(3) Tinggi pemberian tanda
pemasangan tersebut ayat (1)
adalah 125 cm dari dasar lantai
tepat diatas satu atau kelompok
alat pemadam api ringan
bersangkutan.

22
BAB II, PASAL 6
PEMASANGAN
(1) Setiap alat pemadam api ringan
harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan
konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti
(box) yang tidak dikunci.

BAB II, PASAL 8


PEMASANGAN
Pemasangan alat pemadam api
ringan harus sedemikian rupa
sehingga bagian paling atas
(puncaknya) berada pada
ketinggian 1,2 m dari
permukaan lantai kecuali jenis
CO2 dan tepung kering (dry
chemical) dapat ditempatkan
lebih rendah dengan syarat, jarak
antara dasar alat pemadam api

23
ringan tidak kurang 15 cm dan
permukaan lantai.

9. Terdapat Toilet di Sebaiknya Toilet PERMENAKER NO. 5 Dwi Restu


TAHUN 2018 TENTANG
lapangan tanpa di buat terpisah
KESELAMATAN DAN
pemisahan atau antara laki-laki dan KESEHATAN
LINGKUNGAN KERJA
sekat antara pria perempuan agar
(3) Penempatan toilet
dan wanita. tidak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus terpisah antara
memungkinkan
laki-laki, perempuan, dan
terjadinya penyandang cacat, serta di
berikan tanda yang jelas.
pelecehan atau
kejadian tidak di
inginkan

24
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara umum kondisi keselamatan dan kesehatan kerja dalam
bidang K3 mekanik, pesawat uap dan bejana tekan, di PT Bintan Offshore
Marine Center adalah sebagai berikut:

1. Pada bidang mekanik alat angkat- angkut terkait penempatan forklift


ketika sedang tidak digunakan sudah sesuai yaitu ditempatkan pada
permukaan yang rata, menempel pada landasan yang kuat seperti
beton. Pengoperasian forklift juga sudah sesuai dengan peraturan
perundangan serta di froklift juga sudah terdapat apar.

2. Pada bidang bejana tekan dalam hal ini tabung CO2 yang dimiliki PT
BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER terdapat cat bahu tabung
abu abu sesuai aturan yang berlaku, dan tulisan CO2 disablon
berwarna Putih. Kemudian, untuk posisi penyimpanan tabung CO2
dibiarkan terpapar oleh matahari secara langsung. Namun, tabung
CO2 sudah dilengkapi dengan rak penahan jatuh.

3. Terdapat juga bejana tekan dalam hal ini Air Pressure Tank / Air
Manifold yang dimiliki PT BINTAN OFFSHORE MARINE
CENTER tidak terdapat atau tidak ditemukan adanya spesifikasi
maupun identifikasi pada Air Pressure Tank / Air Manifold tersebut.

4. PT BINTAN OFFSHORE MARINE CENTER memiliki area


Workshop yang cukup luas. Namun, terlihat adanya kondisi kabel
maupun hose yang penataannya kurang rapi atau kurangnya perhatian
terkait cable/ hose management yang baik, juga terdapat beberapa
pemadam api ringan yang akses nya tertutup serta salah penempatan,
serta tidak terdapat tanda untuk jalur evakuasi di area workshop
tersebut.

25
4.2 Saran
Dalam rangka pengembangan dan perbaikan lebih lanjut, maka kami memberikan
saran yang memungkinkan untuk membantu dan bermanfaat bagi PT Bintan Offshore
Marine Center berkenaan dengan observasi di atas :

1. Semua kegiatan yang telah memenuhi persyaratan baik Undang-


Undang maupun Permenaker untuk terus dilakukan monitoring serta
review keefektifitasannya guna meningkatkan produktifitas produksi.
2. Melakukan pengawasan dan peneguran terhadap pekerja/operator
yang tidak mengikuti aturan K3 perusahaan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan pengembangan pekerja melalui peningkatan lisensi
pekerja/operator pesawat angkat-angkut melalui pelatihan/training
lanjutan.
4. Melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap hal-hal yang belum
memenuhi persyaratan yang berlaku atau sesuai anjuran perundangan
yang berlaku.

5. Melengkapi area kerja dengan tanda jalur evakuasi.

26
REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2020
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat
Angkut
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun
6. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 06 Tahun
1990 tentang Pewarnaan Botol Baja/Tabung Gas Bertekanan
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-
09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut

27
LAPORAN PELAKSANAAN
PELATIHAN CALON AHLI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA UMUM
TANGGAL: 21 JUNI s.d. 04 JULI 2022

13. DOKUMENTASI
PELATIHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN


PROFESSIONAL PROJECT INSTITUTE (PPI)
PJK3 Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bidang Sistem Manajemen K3 dan Keahlian K3 Umum
Pertemuan Ke-01

Materi - Pengawasan K3 Mekanik, Pesawat Uap dan Bejana Tekan

Nara Sumber Marson Tandirerung

Training Centre – Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Selasa, Tanggal 21 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-02

- Konsep Dasar K3
Materi
- K3 Keahlian dan Kelembagaan

Nara Sumber Fidyana (UPTD Pengawas Disnaker Kota Batam)

Training Centre – Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Rabu, Tanggal 22 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!


Pertemuan Ke-03

- Pengawasan K3 Lingkungan Kerja


Materi
- Pengawasan K3 Bahan Berbahaya

Nara Sumber Alamsyah Tanjung

Training Centre – Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Kamis, Tanggal 23 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-04

- Pengawasan K3 Konstruksi Bangunan, Listrik


Materi
- Penanggulangan Kebakaran

Nara Sumber Alamsyah Tanjung

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Jumat, Tanggal 24 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!


Pertemuan Ke-05

- Pengawasan K3 Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja


Materi
- Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

Nara Sumber Joko Suprayetno

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Sabtu, Tanggal 25 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-06

Materi - UU No.1 Tahun 1970

Nara Sumber Akbar Zulkarnaen

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Senin, Tanggal 27 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!


Pertemuan Ke-07

Materi Sistem Manajemen Keselamat Kerja dan Audit SMK3

Nara Sumber Yakin Ermanto

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Selasa, Tanggal 28 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-08

- Manajemen Risiko
Materi
- Analisa Laporan Dan Statistik Kecelakaan

Nara Sumber Leo Kennedy

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-02 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 13 (Tiga Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Rabu, Tanggal 29 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!


Pertemuan Ke-09

- Praktek Kunjungan Lapangan (PKL) By Video


Materi
- Pembahasan PKL

Nara Sumber Panitia

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 19 (Sembilan Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Kamis, Tanggal 30 Juni 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-10

Materi - Penyusunan Makalah PKL untuk Seminar

Nara Sumber Aminuddin & Panitia

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 19 (Sembilan Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Jumat, Tanggal 01 Juli 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!


Pertemuan Ke-11

Materi Posrtest TemanK3

Nara Sumber Zuhri (Penguji Kemnaker RI)

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 19 (Sembilan Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Sabtu, Tanggal 02 Juli 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Pertemuan Ke-12

Materi Seminar Observasi PKL

Nara Sumber Dr. Nila Rochmawati (Penguji Kemnaker RI)

Training Centre - Professional Project Institute (PT. Sarana Inspirasi Maju Bersaudara)
Tempat
Pertokoan Bukit Tiban Permai Blok E No.01-03 Tiban Baru, Sekupang, Batam. 29424.

Jumlah Peserta 19 (Sembilan Belas) Orang Peserta

Waktu Hari Senin, Tanggal 04 Juli 2022, Pukul 08:00 - 17:00 WIB

Serving People Professionally!

Anda mungkin juga menyukai