Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PT. INDUSTRI KAPAL INDONESIA (PERSERO)

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 60

Disusun Oleh :

CHICA CHANDRA AYU

PENYELENGGARA

PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI

Makassar, 4 Juni 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
berkat-Nya kepada kita semua, sehingga Laporan Kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu tanpa hambatan apapun.

Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dan laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan PKL guna memenuhi salah satu
persyaratan dari pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (AK3)
Umum yang diadakan oleh PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi yang
dilaksanakan dari tangal 23 Mei – 4 Juni 2022. Penyusunan laporan ini
dilakukan berdasarkan hasil observasi dan pelaksanaan kegiatan PKL secara
Online Di PT. Industri Kapal Indonesia. Bidang yang diteliti adalah bidang K3
mekanik, (PAA ,PTP) & K3 pesawat uap & bejana tekan.

Terselesaikannya dan terlaksananya Kegiatan Pelatihan Ahli K3 dan


PKL ini tidak lepas dari adanya bimbingan, pengarahan, dan bantuan-bantuan
dari berbagai pihak yang berkaitan erat serta terlibat. Oleh karena itu,
praktikan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, tidak lepas dari
partisipasi berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan,
banuan dan nasihat yang nilainya sangat besar manfaatnya bagi kita semua.
Maka pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati praktikan mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan laporan ini kepada :
 Para instruktur Ahli K3 Umum yang berkenaan memberikan materi-materi
K3.
 Bapak Dit. Pembinaan K3 yang telah memberikan masukan yang
berharga berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar,
tanggapan, menambah bobot dan kualitas laporan ini.
 Rekan- rekan PT. Indotama Jasa Sertifikasi (PT. IJS) yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, serta saran dan masukan demi

ii
kelancaran pelaksanaan calon Ahli K3 Umum dan kelancaran pelaksanaan
PKL secara Online.
 Manajer PT. Industri Kapal Indonesia yang telah memberikan informasi
sebagai analisis dalam pelaksanaan PKL untuk penyelesaian laporan.
 Bapak dan Ibu calon AK3 Umum terimakasih banyak atas kebersamaan
dan dukungannya selama ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan program kerja dan penyusunan laporan ini saya
ucapkan banyak terimakasih.

Makassar, 4 Juni 2022


Calon Ahli K3 Umum

Chica Chandra Ayu

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan ..............................................................................2
1.3 Ruang Lingkup .....................................................................................3
1.4 Dasar Hukum ........................................................................................3
1.4.1 Landasan hukum yang digunakan dalam penerapan K3 bidang
Kelembagaan dan Keahlian K3 ......................................................3
1.4.2 Dasar Hukum K3 Listrik ..................................................................4
1.4.3 Dasar Hukum Penanggulangan Kebakaran ....................................4
1.4.4 Dasar Hukum Pengawasan K3 Keselamatan Kerja Konstruksi dan
Bangunan .......................................................................................5
1.4.5 Dasar Hukum K3 Mekanik ..............................................................5
1.4.6 Dasar Hukum K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan .........................5
1.4.7 Dasar Hukum K3 Kesehatan Kerja .................................................6
1.4.8 Dasar Hukum K3 Lingkungan Kerja ................................................6
1.4.9 Dasar Hukum K3 Bahan Berbahaya ...............................................7
1.4.10 Dasar Hukum Sistem Manajamen Kesehatan dan keselamatan
Kerja ...............................................................................................7
BAB II GAMBARAN UMUM ..............................................................................9
2.1 Profil PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) .....................................9
2.1 PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) .............................................11
2.2 Fasilitas Penunjang ............................................................................12
2.3 Sarana Pokok .....................................................................................13
BAB III TINJAUAN DAN ANALISA .................................................................14
3.1 Temuan Observasi .............................................................................14
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................26
4.1 Kesimpulan.........................................................................................26
4.2 Saran ...................................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan bidang yang terkait


dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun di sebuah lokasi proyek. Tujuan dari pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja, serta melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan
kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting bagi moral,
legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk
memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam
kondisi aman sepanjang waktu. Praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja, serta menyediakan
perawatan kesehatan, dan cuti sakit.

Perkembangan industri dan penggunaan peralatan mekanik yang


semakin meningkat dari sisi jenis dan jumlahnya diiringi juga dengan semakin
meningkatnya potensi bahaya dari penggunaan peralatan tersebut. Selain itu,
semakin ditemukan penggunaan peralatan tersebut dengan kondisi yang
semakintua dan tidak layak dioperasikan lagi. Disamping itu pengusaha,
pengurus dan atau tenaga kerja/operator belum mengenal dan memahami
ketentuan peraturan perundang-undangan dan syarat- syarat keselamatan
kerja peralatan mekanik.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970


tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi menggunakan
peralatan mekanik. Peralatan tersebut merupakan sumber bahaya bila
dioperasikan oleh operator. Oleh karena itu, perlu ditetapkan syarat-syarat

1
keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970, dan sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang No.1 Tahun 1970 sebagai peraturan pelaksanaannya yang mengatur
secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga
dan Produksi serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.8 Tahun 2020,
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja diharapakan dapat mengurangi
angka kecelakaan kerja serta produktivitas pekerja meningkat.

Pada dasarnya setiap perusahaan dan tenaga kerjanya tidak


menginginkan terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
pencemaran lingkungan. Suatu kemungkinan bahaya yang besar, berupa
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan penyakit
akibat kerja ini dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan
peralatan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan serta unjuk kerja
(kompetensi) tenaga kerja yang kurang memadai.

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


pasal 87 ayat 1 bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi
dengan manajemen perusahaan. Dari dasar hukum ini, setiap perusahaan
wajib melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dapat
menjamin dan melindungi tenaga kerja termasuk orang lain yang berada di
lingkungan tempat kerja.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktek Kerja Lapangan bagi calon Ahli K3 Umum sangat dibutuhkan,


mengingat aplikasi K3 ini adalah kebutuhan wajib bagi setiap perusahaan.
Untuk itu Ahli K3 Umum harus lebih menguasai teori dan praktek penerapan
SMK3 pada setiap perusahaan. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

2
1. Sebagai bahan seminar dan salah satu syarat menyelesaikan pelatihan
calon Ahli K3 Umum sehingga bisa mengaplikasikan teori dan praktik
dilapangan.

2. Mengetahui tugas dan wewenang dari seorang tenaga Ahli K3 Umum


diperusahaan tempatnya bekeraja, sehingga dapat memastikan
semuanya berjalan secara professional dalam hal pengambilan keputusan yang
tepat sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan memberi kontribusi yang
positif bagi perusahaan.
3. Tinjauan penerapan pelaksanaan K3 PT. Industri Kapal Indonesia yang
diharapkan dapat memberikan masukan dan saran kepada pihak
perusahaan yang dapat digunakan sebagai upaya perbaikan.

1.3 Ruang Lingkup

Kegiatan praktik kunjungan lapangan ini berorientasi sesuai dengan


ruang lingkuptugas dan fungsi dari ahli K3 Umum pengamatan antara lain :
4. Pengawasan Norma Kelembagaan dan Keahlian K3
5. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Listrik
6. Pengawasan Norma Penanggulangan Kebakaran
7. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Konstruksi dan Bangunan
8. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Mekanik
9. Pengawasan Norma Keselamatan Kerja Pesawat Uap dan Bejana Tekan
10. Pengawasan Norma Kesehatan Kerja
11. Pengawasan Norma Lingkungan Kerja
12. Pengawasan Norma Bahan Berbahaya
13. Pengawasan Norma SMK3

1.4 Dasar Hukum

1.4.1 Landasan hukum yang digunakan dalam penerapan K3 bidang


Kelembagaan dan Keahlian K3

3
1) Undang undang no,1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 10
ayat 1 dan 2
2) Undang undang no 13 tahun 2012 tentang ketenagakerjaan pasal 87
3) PP no.50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3
4) Peraturan mentri tenagga kerja no.per.04/men/1987 tentang panitia
pembinaan keselamtan dan kesehatan kerja(P2K3) dan tatacara
penunjukan ahli keselamtan dan kesehatan kerja (AK3)
5) Peraturan mentri tenagakerja No. Per.02/men/1992 tentang tatacra
penunjukan kewajiban dan kewenangan ahli keselamatan dan
kesehatan kerja.
6) Peraturan mentri tenaga kerja No.per.04/men/1995 tentang
perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja (PJK3)
7) Permenakertrans no.per.08/men/Vll/2010 tentang alat pelindung diri
(APD)

1.4.2 Dasar Hukum K3 Listrik


1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 2
huruf (q)
2) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3
ayat 1 huruf (q)
3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Kerja No. 33 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12
Tahun 2015 Tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 Tahun 2015 Tentang K3
Listrik di Tempat Kerja
5) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 31 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-
02/Men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir

1.4.3 Dasar Hukum Penanggulangan Kebakaran


1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2) Kepmenaker No. 75/2002 K3 Listrik

4
3) Permenaker No. 02/89 Prot. Petir
4) Permenaker No. 04/80 Apar
5) Permenaker No. 02/83 Alarm
6) Permenaker No. 04/87 P2K3
7) Permenaker No. 05/96 SMK3
8) Kep. Menaker Kep. No. 186/Men/1999

1.4.4 Dasar Hukum Pengawasan K3 Keselamatan Kerja Konstruksi dan


Bangunan
1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per
01/Men/1980 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan.
4) SKB Menteri Tenaga Kerja RI Dan Menteri Pekerjaan Umum RI
No.174/Men/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 Tentang K3 Pada
Tempat Kegiatan Konsturksi.

1.4.5 Dasar Hukum K3 Mekanik


1. Permenaker No. 38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
2. Permenaker No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan KerjaPesawat Angkat dan Pesawat Angkut

1.4.6 Dasar Hukum K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


1. Undang-undang Uap 1930
2. Pesawat Uap Tahun 1930
3. Permenakertrans No.02/Men/1982 Tentang Kwalifikasi Juru Las di
Tempat Kerja
4. Permenaker No.01/Men/1988 Tentang Kulasifikasi
Syarat-syarat Operator Pesawat Uap.
5. Permenakertrans No.37 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan

5
Kesehatan KerjaBejana Tekan Dan Tangki Timbun.

1.4.7 Dasar Hukum K3 Kesehatan Kerja


1) UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) UU no 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
3) Permennakertrans No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja
4) Permennakertrans No. 01 Tahun 1976 tentang Kewajiban Pelatihan
Hyperkes Bagi Dokter Perusahaan
5) Permennakertrans No. 01 Tahun 1979 tentang Kewajiban Pelatihan
Hygiene Perusahaan dan K3 Bagi Tenaga Paramedis
6) Kepdirjen Binwasnaker No. 22 Tahun 2008 Tentang Juknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja Permennakertrans
No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja

1.4.8 Dasar Hukum K3 Lingkungan Kerja


1) UU Nomor 3 Tahun 1951 tentang pernyataan berlakunya undang-
undang pengawasan perburuhan tahun 1948 nomor 23 dari
Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia
2) UU Nomor 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi
Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
3) UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
4) UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
5) UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
6) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
7) Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan
8) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan

6
1.4.9 Dasar Hukum K3 Bahan Berbahaya
1) Kepmennaker No. Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya
2) Permenaker No. 03/Men/1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pemakaian Asbes
3) Permenaker No. 03/Men/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di tempat kerja yang mengelola pestisida
4) Kepdirjen PP No. 84/PPK/X/2012 tentang Tata Cara Penyusunan
Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah
5) SE. Mennakertrans No. Se. 140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang
Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan
kerja di Industri Kimia Dengan Potensi Bahaya Besar (Major Hazard
Instalation)
6) Keputusan Direktur PNK3 No. Kep.001/PPK-PNK3/V/2014 tentang
Petunjuk Teknis Potensi Bahaya Instalasi/Fasilitas di Perusahaan
7) Konvensi ILO No. 170/1990 tentang Safety In The Use of Chemicals
At Work
8) Konvensi ILO No. 174/1993 tentang Pencegahan Kecelakaan Besar
(Major Accident Prevention)

1.4.10 Dasar Hukum Sistem Manajamen Kesehatan dan keselamatan Kerja


1) Undang – Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2) Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
3) Undang – Undang No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
4) Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 26 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

7
6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2014 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;

8
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Profil PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)

PT Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah perusahaan galangan


kapal terbesar di Indonesia Timur yang mewakili dua sektor galangan, sektor
galangan pertama berada di Makassar, Sulawesi Selatan yang merupakan
kantor pusat dan sektor galangan kedua berada di Bitung, Sulawesi Utara.
Perusahaan ini milik pemerintah Indonesia. Pemerintah telah menunjuk
perusahaan ini sebagai Pusat Industri Maritim bagi Indonesia timur, terutama
untuk Kapal Perikanan, Kapal Penumpang, Ferry (RoRo), Cargo dan setiap
industri proyek industri terkait. Adapun lokasi PT Industri Kapal Indonesia
(Persero) Makassar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) Makassar

Pada tahun 1962 di Makassar telah mulai dibangun dua buah proyek
pembangunan galangan kapal, diantaranya adalah Proyek Galangan Kapal
Paotere dan Proyek Galangan Kapal Tallo. Proyek Galangan Kapal Paotere
pada waktu itu dibangun oleh Departemen Perindustrian Dasar/ Pertambangan,

9
dengan tujuan membuat kapal-kapal baja yang mempunyai kapasitas 2500 ton,
sedangkan Proyek Galangan Kapal Tallo pada waktu itu dibangun oleh
Departemen Urusan Veteran dan dimaksudkan untuk membuat kapal-kapal
kayu berkapasitas 300 ton yang dilengkapi dengan slipway dan fasilitas
peluncuran yang panjangnya 45 meter dan daya angkat 500 ton.

Pertengahan tahun 1963, aktivitas kedua proyek tersebut masing-masing


baru mencapai pada pekerjaan dasar dimana pada saat itu peralatan belum
dimilki oleh Proyek Galangan Kapal Paotere, sedangkan Galangan Kapal Tallo
sudah memiliki peralatan mesin dan perkakas lainnya yang didatangkan dari
Polandia. Karena keterbatasan dana pada waktu itu, maka pemerintah
memutuskan untuk menggabungkan kedua proyek tersebut dibawah
pembinaan Departemen Perindustrian Dasar / Pertambangan serta merubah
namanya menjadi proyek Galangan Kapal Makassar dengan surat Kepres No.
225/1963 dan dinyatakan sebagai proyek vital. Dengan terjadinya hal tersebut,
maka ada beberapa perubahan yang terjadi, yakni:
a. Lokasi Eks Galangan Kapal Tallo pindah dan dibangun bersebelahan
dengan Galangan Kapal Paotere.
b. Mengadakan redesigning sesuai dengan biaya yang ada dan rencana
pemasarannya serta menitik beratkan penyelesaian proyek tahap I
dengan sasaran utama mereparasi dan melakukan pemeliharaan kapal
yang berkapasitas sampai 500 ton.
c. Menunda pembangunan Galangan Kapal Paotere dan akan dilakukan
pada pembangunan tahap II dengan target rencana perluasan wilayah.

Setelah berjalan selama tujuh tahun setelah penggabungan, pada


tanggal 30 Maret 1970 penyelesaian dan pemakaian galangan kapal tahap I
diresmikan oleh Sekjen Departemen Perindustrian Indonesia. Semenjak tahun
1970 – 1977, Galangan Kapal Makassar masih berstatus sebagai proyek. 69
Pada tanggal 29 Oktober 1977 status galangan kapal berubah menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT. Industri Kapal Indonesia pusat Makassar

10
disingkat PT. IKI dan kantor pusat bertempat di Makassar, dengan unit – unit
produksi yang meliputi:
a) Unit Dock dan Galangan Kapal di Padang

b) Unit Dock dan Galangan Kapal di Gresik

c) Unit Dock dan Galangan Kapal Makassar di Makassar

d) Unit Dock dan Galangan Kapal Bitung di Bitung.

Sejalan dengan perubahan manajemen yang ada maka galangan kapal


padang dan gresik dijual ke PT. Kodja Jakarta, hal tersebut membawa
pengaruh terhadap produksi dan unit usaha, sehingga unit produksi yang
dimiliki sampai pada tahun 1994 hanya:
a) Dock dan Galangan Kapal Makassar di Makassar.
b) Dock dan Galangan Kapal Bitung di Bitung.

2.1 PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)

Adapun Struktur Organisasi PT. Industri Kapal Indonesia dapat dilihat


pada gambar diatas.

11
Jumlah tenaga kerja di PT Industri Kapal Indonesia ini ada 357 dimana
jumlah karyawan PT Industri Kapal Indonesia yang berada di Makassar ada
280 orang dengan jumlah jam kerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu
menggunakan sistem 1 shift kerja. PT Industri Kapal Indonesia juga memiiki 77
orang tenaga kerja yang berada di Bitung. Tenaga kerjada PT Industri Kapal
Indonesia terdiri dari petugas administrasi, petugas produksi, dan petugas
produksi tak langsung.

Tenaga Kerja

Administrasi
25,53%
Tenaga
Produksi
53,60%
Tenaga Produksi
Tidak Langsung
20,87%

Administrasi Tenaga Poduksi Tidak Langsung Teenaga Produksi

A. Visi :

Menjadi perusahaan galangan kapal dan engineering yang kuat dan


berdaya saing tinggi.

B. Misi :

Selalu meningkatkan kualitas yang terbaik berdasar pãda


pelayananyang tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya, serta
mengutamakankepuasan pelanggan untuk pengembangan perusahaan.

2.2 Fasilitas Penunjang

Adapun fasilitas penunjang di PT Industri Kapal Indonesia (Persero), antara


lain:

12
a) Graving Dock 10.000 DWT dengan panjang 120 meter, lebar 28
meter, dan tinggi 8meter.
b) Side track 9 lines: 2 lines 300 m/lines, 4 lines 80 m/lines dan 3 lines 70
m/lines.
c) Skif lifting: (Transfer slipway) 5 meter 3.500 DWT.
d) Building Berth: 4 unit kapal berukuran 6.500 DWT dan 10 unit
kapal berukurandiatas 500 GRT.
e) Outfitting quay/jetty: panjang 80 meter, tower crane 60 ton dan
water front 895m2.
f) Electrical Power: PLN 2 x 600 kVA dan Generator 3 x 450 kVA.

PT. Industri kapal Indonesia (persero) sebagai salah satu badan usaha
milik negara (BUMN) yang bergerak dibidang reparasi dan produksi kapal baru,
merencanakan peningkatan dan penambahan fasilitas berupa Graving Dock
untuk keperluan reparasi kapal berukuran 15.000 DWT, dan Building Berth
untuk membangun kapal dengan ukuran 15.000 DWT.

2.3 Sarana Pokok

Berdasarkan hasil observasi secara online, adapun sarana yang


dimiliki oleh PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) yaitu :
a) Tempat membangun dan mereparasi kapal yang terdiri dari dua
unit mesin side track untuk menarik (parker) kapal dari arah timur ke
barat.

b) Alat peluncuran (slip way) horizontal dan miring.

c) Panjang perairan 796 meter dan panjang dermaga 196 meter.

d) Sarana bengkel, gudang plat, bengkel mesin, pipa, kayu, ruang


kompresor, mouldloft, crane.

e) Graving dock.

f) Kantor.

13
BAB III

TINJAUAN DAN ANALISA

3.1 Temuan Observasi

Adapun temuan hasil observasi online yang saya dapat kan di PT Industri Kapal Indonesia (Persero) dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

NO FOTO ANALISA SARAN BUNYI AYAT


1 Perusahaan telah Sudah berjalan  Undang undang No 1 tahun 1970 tentang
mengajukan dan tetap di keselamatan kerja BAB VI panitia pembina K3
Pengesah P2K3 dan partahankan pasal 10 ayat 2 “susunan panitia pembinaan
telah disetujui oleh keselamatan dan kesehatan kerja, tugas dan lain
Dinas Ketenaga Kerja lain di tetapkan oleh mentri tenaga kerja.
dan Transmigrasi  Permenaker RI Nomor PER.04MEN1987 tentang
Provinsi Sulawesi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Selatan. Dilengkapi Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
dengan Struktur Keselamatan Kerja yang disebutkan pada pasal 2
P2K3 dua bahwa tempat kerja dimana

14
pengusahapengurus memperkerjakan 100 seratus
orang atau lebih, atau tempat kerja dimana
pengusahapengurus memperkerjakan kurang dari
100 seratus tenaga kerja namun menggunakan
bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif
pengusahapengurus wajib membentuk P2K3 .
Sedangkan pada pasal 3 tiga disebutkan bahwa
unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha
dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua,
sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah
ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang
bersangkutan

15
2 Perusahaan tidak Melakukan Uji  Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 31
melakukan uji berkala setiap Tahun 2015 pasal 49A “pembuatan, pemasangan.
berkala terhadap instalasi Dan atau perubahan instalasi listrik penyaur petir
penyalur petir yaang penyalur petir harus dilakukan pemeriksaan ddan pengujian oleh
dapat mengakibatkan setiap dua pengawas ketenagakerjaan spesialis K3 Listrik
Potensi Bahaya : tahun sekali dan atau Ahli K3 bidang Listrik.
tidak berfungsinya dibenahi  Pasal 49B “hasil pemeriksaan dan pengujian
penyalur petir jika sebagaiman imaksud dalam pasal 49A digunakan
terjadi kerusakan sebagai bahan pertimbangan pembinaan dan atau
pada salah satu tindakan hukum oleh pengawas ketenagakerjaan.
instrument / bagian-
bagiannya.

16
3 Pengecekan APAR Apar yang Permenaker RI NO. 04/MEN/1980 tentang Syarat-
yang di lakukan oleh harusnya Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Apar. Bab III
karyawan supaya diperiksa Pemeliharaan Pasal 11 :
pada saat digunakan berkala setiap (1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2
dalam kondisi baik waktu dan (dua) kali dalam setahun, yaitu:

dan tidak kadaluarsa. diberikan a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;


b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
ceklist
(2) Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan
pemeriksaan
yang ditemui waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki
atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.
 Pasal 13 poin (2)
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-
hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak
4 Tersedianya tangga Sudah baik danNO. PER.01/MEN/1980 Tentang Keselamatan Dan
dengan pijakan yang tetap di Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan. Bab IV
baik. pertahankan Tentang Tangga dan Tangga Rumah
 Pasal 25
(1) Tangga harus terdiri dari 2 kaki tangga dan sejumlah
anak tangga yang dipasang pada kedua kaki tangga

17
dengan kuat.
(2) Tangga harus dibuat, dipelihara dan digunakan sebaik-
baiknya sehingga dapat menjamin keselamatan tenaga
kerja.
 Pasal 26
(1) Tangga yang dapat dipindah-pindahkan (portable
stepledders) dan tangga kuda-kuda yang dapat dipindah-
pindahkan, panjangnya tidak boleh lebih dari 6 meter dan
pengembangan antara kaki depan dan kaki belakang
harus diperkuat dengan pengaman.
(2) Tangga bersambung dan tangga mekanik, panjangnya
tidak boleh lebih dari 15 meter.
(3) Tangga tetap harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap cuaca dan kondisi lainnya, yang panjangnya
tidak boleh lebih dari 9 meter.

18
5 Tidak ada alat Merekomendas Permenaker no. 38 tahun 2016 tentang
pengaman dan alat ikan keselamatan dan kesehatan kerja pesawat tenaga
perlindungan pemasangan produksi. Pasal 20 ” Pekerjaan yang menimbulkan
serpihan besi. alat pengaman serbuk, serpih, debu, gas, dan bunga api harus
dan dipasang alat pengaman dan alat perlindungan.”
perlindungan
serpihan besi
untuk
mencegah
terjadinya
kecelakaan
kerja.
6 Bejana tekan yang Merapikan  Permenakertran No. 37 tahun 2016 tentang
telah dipakai tidak peralatan yang keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekan dan
dirapikan dan tidak terpakai tangki timbun. Pasal 43
ditempatkan ke agar terhindar (1) Bejana Tekanan yang tidak digunakan dilarang
tempat yang aman. dari terjadinya ditempatkan dalam satu ruangan yang terdapat
kecelakaan Bejana Tekanan sedang digunakan.
kerja dan (2) Bejana Tekanan dilarang ditempatkan atau

19
Memberikan disimpan dekat tangga, gang, di depan lubang angin,
tempat alat pengangkat, atau benda bergerak yang dapat
penyimpanan menyentuh atau menimpa.
sementara (3) Bejana Tekanan yang berisi bahan yang tidak
untuk bejana mudah terbakar disimpan terpisah dari Bejana
tekan kosong. Tekanan berisi bahan yang mudah terbakar. (4)
Bejana Tekanan dalam keadaan berisi harus
dilindungi dari sumber panas dan penyebab karat.
7 Kotak P3K dalam Seharusnya Permenaker No. 15 Tahun 2008 tentang Pertolongan
keadaan kosong. itu kotak P3K Pertama pada Kecelakaan diTempat Kerja

berakibat akan berisi seperti  Pasal 8


(1) Fasilitas P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
sulitnya untuk kasa steril,
ayat (1) meliputi:
memberikan plester, plester
a. ruang P3K;
pertolongan petama obat, kapas,
b. kotak P3K dan isi;
jika terjadi gunting, lampu
c. alat evakuasi dan alat transportasi; dan
kecelakaan kerja senter, obat- d. fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
karna tidak obatan, dan peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi
memadainya lain-lain. bahaya yang bersifat khusus.
pelengkapan P3K. (2) Alat pelindung diri sebagaimana dimaksud pada ayat

20
(1) huruf d merupakan peralatan yang disesuaikan dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang digunakan
dalam keadaan darurat. (3) Peralatan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa alat
untuk pembasahan tubuh cepat (shower) dan
pembilasan/pencucian mata.
 Pasal 10
Kotak P3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa,
berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna
hijau;
b. isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II
Peraturan Menteri ini dan tidak boleh diisi bahan atau alat
selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat
kerja;
c. penempatan kotak P3K :
1. pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau, diberi
tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah
diangkat apabila akan digunakan;

21
2. disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh, jenis dan
jumlah kotak P3K sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III Peraturan Menteri ini;
3. dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500
meter atau lebih masing-masing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh; 4.
dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di
gedung bertingkat, maka masingmasing unit kerja harus
menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
8 Terdapat tumpahan oli Seharusnya Permenaker No. 05 Tahun 2018 tentang Lingkungan
yang dibiarkan begitu tumpahan oli Kerja.
saja disekitar tempat tersebut  Pasal 43
harus
penyimpanan sesegera (1) pengusaha dan atau pengurus harus melaksanakan
oli. Yang jika dibiarkan dibersihkan ketatarumahtanggaan dengan baik di tempat kerja.
dapat mencelakakan dengan cara (2) ketatarumahtanggaan yang baik sebagaimana
tenaga kerja lain. ditutup oleh pasir dimaksud pada ayat 1 meliputi upaya:
atau melapnya a. memisahkan alat, perkakas, dan bahan yang diperlukan
menggunakan atau digunakan
majun, sehingga b. menata alat, perkakas, dan bahan sesuai posisi yang
tidak membuat ditetapkan

22
permukaan lantai c. membersihkan alat, perkakas dan bahan secara rutin
licin yang d. menetapkan dan melaksanakan prosedur alat, perkakas
mengakibatkan dan bahan
kecelakaan kerja e. mengembangkan prosedur kebersihan, penempatan
Contohnya jatuh dan penatan untuk alat, perkakas dan bahan.
terpeleset.  Pasal 44
(1) Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata dan
disimpan secara rrapi dan tertib untuk menjamin
kelancaran pekerjaan dan tidak menimbulkan bahaya
kecelakaan.
(2) bahan sebagaimana dimaksud paada ayat (1)
disimpan di gudang dan diberi label yang jelas untuk
membedakan barang barang tersebut.

23
9 Terdapat adanya seharusnya Kemenaker No. 187 Tahun 1999 tentang Pengendalian
tumpahan bahan bakar menyimpan Bahan Kimia Berbahaya Pasal1
berbahaya di sekitar bahan bakar (a). Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia dalam
lingkungan berbahaya bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat
kerja. tersebut di kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya
tempat yang jauh terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan
dari kemungkinan (c) Pengendalian bahan kimia berbahaya adalah upaya
terbakar atau dan atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan
meledak. atau mengurangi resiko akibat penggunaan bahan kimia
berbahaya ditempat kerja terhadap tenaga kerja, alat-alat
kerja dan lingkungan .
10 Terdapat Piagam Sudah baik dan Permenaker No 26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Penghargaan tetap di penilaian penerapan sistem manajemen keselamatan dan

Komitmen SMK3, pertahankan kesehatan kerja

yang berarti  Pasal 1


1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
perusahan telah
yang selanjutnya disebut SMK3 adalah bagian dari sistem
menerapkannya
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
dengan baik SMK3 di
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
PT IKI.
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

24
efisien dan produktif.
 Pasal 2
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 yang
terintegrasi dengan sistem di perusahaan.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku bagi perusahaan: a. mempekerjakan
pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau b.
mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
PP no.50 tahun 2012 tentang penerapan
SMK3 pasal 8 dan pasal 13 ayat 1:
 Pasal 8 Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3
yang telah ditetapkan kepada seluruh pekerja/buruh,
orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.
 Prosedur informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1) huruf d harus memberikan jaminan bahwa
informasi K3 dikomunikasikan kepada semua pihak dalam
perusahaan dan pihak terkait di luar perusahaan.

25
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Industri Kapal


Indonesia yang dikenal dengan PT IKI yang proses praktik kerja lapangan
tersebut melalui kegiatan observasi perusahaan dengan media perantara video
dan wawancara langsung bersama dengan Manager HSE Pak Akbar Nur.
Praktik kerja lapangan dilakukan terkait kondisi K3 berikut :
1. PT Industri Kapal Indonesia dalam melaksanakan keselataman dan
Kesehatan kerja cukup terlaksana dengan baik. Namun, ada beberapa
temuan yang belum sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
2. Terdapat beberapa ketidaksesuaian penerapan keselamatan dan
Kesehatan kerja, dikarenakan kurangnya pengawasan, pengecekan serta
perhatian dari setiap karyawan yang melakukan pekerjaan.
3. Perlunya pengawasan mengenai penerapan keselamatan dan Kesehatan
kerja di lapangan atau tempat kerja, guna untuk meningkatkan
implementasi budaya K3 di lingkungan kerja PT Industri Kapal Indonesia.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil kunjungan Praktik Kerja Lapanagn (PKL) di PT


Industri Kapal Indonesia (IKI) dengan hasil temuan dan analisa yang kami
lakukan guna untukmeningkatkan Penerapan Budaya K3 serta untuk mematuhi
segala bentuk regulasi peraturan perundang-undangan Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja PT. IKI. Saya menyarankan:
1. Selalu mengutakan keselamatn dan kesehatan kerja
2. Temuan-temuan negatif harap ditindak lanjuti oleh perusahaan supaya
tidak terjadi kecelakaan kerja
3. Penggunaan APD harus di tekankan lagi kepada semua karyawan

26

Anda mungkin juga menyukai