K ELEMBAGAAN K3
PENYELENGGARA OLEH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat
dan karunia - Nya penulis dapat menyelesailkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang dilaksanakan secara virtual di PT. Pundarika Atma Semesta. Laporan ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pelatihan Ahli K3 Umum dan di selenggarakan
oleh PT. Phitagoras Global Duta.
Kegiatan praktek kerja lapangan pada periode ini dilaksanakan secara virtual sebagai
bentuk penerapan protokol dalam pencegahan penularan COVID - 19 yang tentunya akan
berdampak terhadap keterbatasan dalam melakukan penilaian secara menyeluruh mengenai
kegiatan obsevasi lapangan dalam rangka menganalisa penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) di PT. Pundarika Atma Semesta (PAS) . namun hal ini tidak mengurangi
nilai dan manfaat pembelajaran yang diperoleh sebagai tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan ini.
Saya atas nama pribadi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan sehingga penyusunan lapor an praktek kerja lapangan ini
dapat terselesaikan secara tepat waktu. Semoga laporan praktek kerja lapangan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca serta khususnya dapat menjadi inspirasi dan sumbangsih
untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesel amatan dan kesehatan kerja. Saya
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurnaan oleh karena itu, semua kritik
dan saran yang bersifat membangun diperlukan dari berbagai pihak agar penulisan laporan ini
menjadi lebih baik.
Penulis
Fahrizal Ardian
1
DAFTAR ISI
REFERENSI ............................................................................................................................ 25
LAMPIRAN............................................................................................................................... 26
2
BAB I PENDAHULUAN
Globalisasi saat ini berkembang sangat pesat tanpa mengenal batas negara, dimana
akan membawa dampak di segala bidang ekonomi dan bisnis serta memberikan pengaruh
terhadap persaingan sangat ketat dalam segala aspek khususnya ketenagakerjaan yang
mempersyaratkan adanya perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja .
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab yang diemban oleh
pengusaha atau pengelola sehingga terciptanya kesejahteraan dan meningkatkan rasa
aman kepada tenaga kerja, dengan adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan dunia industri semakin
beradu untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dengan menggunakan alat - alat
produksi yang canggih dan kompleks. Namun, pada dasarnya semakin canggih dan
kompleksnya suatu alat produksi yang digunakan, maka semakin besar pula potensi
bahaya yang akan ditimbulkan sehingga akan mengakibatkan timbulnya kecelakaan kerja
apabila tidak dilakukan pengendalian dan penanganan yang tepat.
Kecelakaan kerja yang terjadi pada suatu industri akan menimbulkan kerugian baik
bagi perusahaan maupun tenaga kerja seperti korban Iuka , kematian, kerugian dan/atau
kerusakan aset yang akan menyebabkan kerugian materiil yang cukup besar. Kerugian
sendiri dapat terlihat dari besarnya biaya kecelakaa n, tingkat kecelakaan yang tinggi
dalam suatu perusahaan merupakan suatu permasalahan yang perlu diperhatikan
mengingat angka ini merupakan indikator keberhasilan untuk menilai efektivitas pelaksanaan
program keselamatan dan kesehatan kerja.
Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan
produksi suatu perusahaan, maka langkah - langkah tertentu perlu dilakukan dalam upaya
penanganan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan pengendalian potensi bahaya yang
berintegrasi dengan sistem di perusahaan yaitu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja atau dikenal dengan istilah SMK3.
Dalam rangka untuk lebih memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dunia nyata,
kami berkesempatan untuk melakukan observasi dan wawancara dengan PT Pundarika Atma
Semesta terkait Penerapan K3 secara virtual. Sebagai Galon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (AK3) Umum diharapkan dapat melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya yang ada di
tempat kerja. Selain mengidentifikasi, diharapkan juga mampu memberikan solusi yang tepat atau
pengendalian untuk meminimalisasi risiko dari sumber bahaya. Hasil berupa rekomendasi
diharapkan dapat digunakan oleh PT Pundarika Atma Semesta sebagai masukan dan upaya
peningkatan penerapan K3 di perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun ruang lingkup dari
penulisan laporan praktek kerja lapangan (PKL) ini sebagaiberikut.
1. Bidang Kelembagaan K3 di PT. Pundarika Atma Semesta.
2. Bidang Penerapan SMK3 di PT. Pundarika Atma Semesta.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun dasar hukum yang
digunakan dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan(PKL) yang di PT. Pundarika Atma
Semesta sebagai berikut.
1. Undang - Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3.
4. Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan kesehatan Lingkungan Kerja
5. Permenaker No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
6. Permenakertrans No.15 Tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
7. Permenakertrans No. 01 Tahun 1976 tentang Kewajiban Pelatihan Hyperkes
Bagi Dokter Perusahaan
8. Permenakertrans No. 03/Men/1982 tentang Pelayanan KesehatanTenaga
Kerja
9. Kepmenaker No. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
10. Permenaker No. PER01/MEN/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan
11. Kep.174/MEN/1986 Tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja pada tempat kegiatan
kontruksi
12. Permen PU Nomor 05/PRT/M/2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum
13. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 13/BW/1998 tentang Akte Pengawasan Proyek Konstruksi
Bangunan
4
14. Surat Dirjen Binawas No. 147/BW/KK/IV/1997 tentang wajib lapor pekerjaan proyek
konstruksi
15. UU No. 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
16. Permenaker No. 12 tahun 2015 tentang K3 Listrik di Tempat Kerja
17. Permenaker No. 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker No. 12 tahun 2015
18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
19. Permenaker No. 31 Tahun 2015 tentang Perubahan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
20. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No.
KEP.47/PPK&K3/VIII/2015 tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik.
21. Kepmenaker No. 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
22. Permenaker No. 4 tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
23. Peraturan Permenaker No. 2 tahun 1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatik.
24. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. INS.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran
25. Permen PUPR No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan
26. Permenaker No. 02 Tahun 1992 tentang Penunjukan Ahli K3 Umum.
27. Permenaker No. 04 Tahun 1987 Pasal 3 tentang Panitia PembinaKeselamatan dan
Kesehatan Kerja.
28. Permenakertrans No. Per.08/MEN/Vll/2010 tentang Alat PelindungDiri.
29. Permenaker No. 05 Tahun 2018, tentang K3 Lingkungan Kerja.
30. Permenaker No. 26 Tahun 2014 Pasal 3 ayat (1) dan (2) tentangPenyelenggaraan
Penilaian Penerapan Sistem Manajemen K3.
31. Permenaker No. 02 Tahun 1982 Tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja.
32. Permenaker No. 01 Tahun 1988 Tentang Kualifikasi dan Syarat – Syarat Operator Pesawat
Uap.
33. Permenaker No. 01 Tahun 1992 Tentang Syarat – Syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pesawat Karbid.
34. Permenaker No. 37 Tahun 2016 Tentang K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
35. Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
36. Permenaker No. 8 Tahun 2020 Tentang K3 Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
37. Permenaker No. 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
38. OSHA Standard No. 1910.253 Oxygen Fuel, Gas Welding, and Cutting.
5
BAB II
KONDISI DAN FAKTA PERUSAHAAN
Seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksinya PT. Pundarika Atma Semesta
berhasil menguasai pasar baik secara nasional maupun ekspor internasional. Berbagai pencapaian
dan proses mendorong PT. Pundarika Atma Semesta untuk terus mengembangkan lini bisnis
lainnya sebagai one stop solution bagi para konsumennya, termasuk diantaranya sebagai agen
tunggal untuk produk pompa dan keamanan dari bahaya kebakaran dari WS Darley & Co di
Indonesia. Penyediaan peralatan Fire Rescue mulai dari Extinguisher hingga keperluan
personelnya seperti Fireman Jacket, Aluminized Approach Suit hingga penyediaan Fire Alarm
System & Hydrant.
Produk PT. Pundarika Atma Semesta telah dijual ke lebih dari 30 provinsi dan daerah, klien
utama PT. Pundarika Atma Semesta meliputi sektor industry swasta, dinas pemadam kebakaran,
operator bandara, produsen kendaraan khusus, lembaga pemerintah dan bidang CSR.
Seluruh produk mobil kebakaran PT. Pundarika Atma Semesta menggunakan Pompa dari WS
Darley & Co yang telah bersetifikat ISO 9001 : 2015 (DARLEY Pump) yang diterbitkan oleh DQS
Inc serta telah terdaftar menjadi anggota NFPA baik secara individu maupun perusahaan, dimana
dengan adanya sertifikasi ini PT.Pundarika Atma Semesta akan menerapkan standard yang berlaku
dalam setiap proses perakitan dan pengecekan setiap produk pemadamnya.
6
PT. Pundarika Atma Semesta telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) sejak tahun 2009, terkait dengan struktur organisasi P2K3 PT. Pundarika
Atma Semesta adalah sebagai berikut:
Berdasarkan gambar 2.2 untuk pembina P2K3 PT. Pundarika Atma Semesta dijabat oleh
Direktur Utama Perusahaan, untuk ketua P2K3 dijabat oleh Manager Produksi dan Sekretaris P2K3
PT. Pundarika Atma Semesta dijabat oleh Ahli K3 Umum yang telah bersetifikasi.
Visi dan Misi Perusahaan
Memiliki niat untuk menjadi perusahaan assembler truck pemadam kebakaran terbaik di Dunia dan
selalu memenuhi kepuasan pelanggan dengan kualitas terbaik yang di dukung oleh karyawan yang
mampu, jujur dan termotivasi.
Selama 25 tahun berdiri PT. Pundarika Atma Semesta telah mendapatkan berbagai macam
sertifikasi internasional antara lain Sertifikasi Sistem Manajemen tvlutu ISO 9001 : 2015 sejak tahun
2002, OSHAS 18001 : 2007, Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 : 2015 sejak tahun
2009, Sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISO 45001 : 2018 sejak tahun
2009 dan Sistem Manajemen Mutu Otomotif IATF 16949 : 2016 sejak tahun 2005, dimana semua
sertifikasi tersebut selalu diperbaharui dan rutin melaksanakan audit ISO setiap 6 (enam) bulan sekali.
7
2.2. TEMUAN - TEMUAN
Observasi yang dilakukan secara virtual dan melalui proses tanya jawabkepada Penanggung
Jawab K3 di PT. Pundarika Atma Semesta. Adapun hasil dari observasi sebagai berikut:
1. Masih lemahnya penyimpanan dokumen atau record terkait bukti sosialisasi K3 dan
penerapannya
2. PT. Pundarika Atma Semesta menyerahkan tanggung jawab penerapan SMK3 kepada
Management Representative dan bukan kepada Pimpinan Puncak.
3. Beberapa poster K3/safety sign di PT PAS yang tidak sesuai (penggunaan warna dan
usang), tidak terpasang dan tidak lengkap sesuai tempat bahaya.
4. PT. Pundarika Atma Semesta belum menempatkan posisi tenaga ahli K3 pada setiap unit
perusahaan, dan masih menerapkan penempatan terpusat.
5. Tidak ada Ahli K3 Konstruksi di PT. PAS;
6. Tiang penopang crane hoise tidak berdiri sendiri, tetapi digabung dengan tiang penyangga
bangunan;
7. Rigger dari OHC belum memiliki lisensi sesuai perundangan.
8. APD Operator dan Rigger kurang lengkap (tidak menggunakan sarung tangan, dan helm tidak
dilengkapi chin strap).
8
BAB III
ANALISA DAN PEMECAHAN
3.1. Analisa Temuan Positif
Pasal 12:
1) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3
wajib melakukan Penyimpanan Limbah B3.
2) Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilarang
melakukan pencampuran Limbah B3 yang
disimpannya.
3) Untuk dapat melakukan Penyimpanan Limbah
B3, Setiap Orang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib memiliki izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan
9
Limbah B3.
4) Untuk dapat memperoleh izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan
Limbah B3, Setiap Orang yang menghasilkan
Limbah B3:
a. wajib memiliki Izin Lingkungan; dan
b. harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada bupati/wali kota dan
melampirkan persyaratan izin.
5) Persyaratan dan tata cara permohonan dan
penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6) Persyaratan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b meliputi:
a. identitas pemohon;
b. akta pendirian badan usaha;
c. nama, sumber, karakteristik, dan jumlah
Limbah B3 yang akan disimpan;
d. dokumen yang menjelaskan tentang
tempat Penyimpanan Limbah B3;
e. dokumen yang menjelaskan tentang
pengemasan Limbah B3; dan
f. dokumen lain sesuai peraturan
perundangundangan.
7) Persyaratan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) huruf e dikecualikan bagi permohonan
izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari
sumber spesifik khusus.
Pasal 13:
Tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (6) huruf d harus
memenuhi persyaratan:
a. lokasi Penyimpanan Limbah B3;
b. fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang sesuai
dengan jumlah Limbah B3, karakteristik Limbah
B3, dan dilengkapi dengan upaya pengendalian
Pencemaran Lingkungan Hidup; dan
c. peralatan penanggulangan keadaan darurat.
10
4. Perusahaan telah Permenaker No. 05 Tahun 2018 Tentang
Semua parameter
melakukan pengukuran Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
monitoring lingkungan kerja
terhadap udara ambien Kerj
dilakukan 6 bulan sekali
(indoor dan outdoor), a Pasal 9:
Hasil pemeriksaan terkait
limbah industri, limbah (1) Pengukuran dan pengendalian Iklim Kerja
lingkungan kerja bersifat
domestik, kebisingan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
confidential
pencahayaan, ISBB, emisi (1) huruf a harus dilakukan pada Tempat
tak bergerak, air bersih Kerja yang memiliki sumber bahaya tekanan
yang terjadi terhadap panas dan Tekanan Dingin.
aktivitas produksi dimana (2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
hasil pengukuran masih tekanan panas sebagaimana dimaksud pada
dibawah ambang batas ayat (1) merupakan Tempat Kerja yang
terdapat sumber panas dan/atau memiliki
ventilasi yang tidak memadai.
(3) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
Tekanan Dingin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan Tempat Kerja yang
terdapat sumber dingin dan/atau dikarenakan
persyaratan operasi.
(4) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3) melebihi dari NAB atau standar harus
dilakukan pengendalian
(5) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan melalui:
a. menghilangkan sumber panas atau sumber
dingin dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber panas atau sumber
dingin;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
panas atau sumber dingin;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan
terhadap sumber panas atau sumber dingin;
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
11
dan teknologi.
Pasal 10:
(1) Pengukuran dan pengendalian Kebisingan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) huruf b harus dilakukan pada Tempat
Kerja yang memiliki sumber bahaya
Kebisingan dari operasi peralatan kerja.
(2) Tempat Kerja yang memiliki sumber bahaya
Kebisingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan Tempat Kerja yang
terdapat sumber Kebisingan terus menerus,
terputus-putus, impulsif, dan impulsif
berulang.
(3) Jika hasil pengukuran Tempat Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melebihi dari NAB harus dilakukan
pengendalian.
(4) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan dengan melaksanakan
program pencegahan penurunan
pendengaran dengan:
a. menghilangkan sumber Kebisingan dari
Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja
yang menimbulkan sumber Kebisingan;
c. memasang pembatas, peredam suara,
penutupan sebagian atau seluruh alat;
d. mengatur atau membatasi pajanan
Kebisingan atau pengaturan waktu kerja;
e. menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pasal 16:
(1) Pengukuran dan pengendalian
Pencahayaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g harus
dilakukan di Tempat Kerja.
(2) Pencahayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat meliputi:
12
a. Pencahayaan Alami; dan/atau
b. Pencahayaan Buatan.
(3) Jika hasil pengukuran Pencahayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
sesuai dengan standar dilakukan
pengendalian agar intensitas Pencahayaan
sesuai dengan jenis pekerjaannya.
(4) Standar Pencahayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 18:
(1) Pencahayaan Buatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) huruf b
dapat digunakan apabila Pencahayaan
alami tidak memenuhi standar Intensitas
Cahaya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (4)
(2) Pencahayaan Buatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
menyebabkan panas yang berlebihan atau
mengganggu KUDR.
Pasal 39:
(1) Kebutuhan atas udara yang bersih dan
sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) huruf c harus dipenuhi pada setiap
Tempat Kerja.
(2) Pemenuhan kebutuhan udara di Tempat
Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. KUDR;
b. b. ventilasi; dan
c. c. ruang udara.
13
Pasal 45:
(1) Pengukuran dan pengendalian Lingkungan
Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) harus dilakukan oleh personil K3
bidang Lingkungan Kerja.
(2) Personil K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;
b. Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan
c. Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja
(3) Personil K3 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 bidang lingkungan kerja.
(4) Sertifikasi kompetensi personil K3 bidang
Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Kewenangan personil K3 bidang
Lingkungan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuktikan dengan lisensi K3
dan surat keputusan penunjukan.
1. A. PT. Pundarika Atma Dilakukan pembinaan seperti 1. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan
Semesta telah melakukan safety morning setiap hari Kerja Pasal 5 (1) Direktur melakukan
sosialisasi dan komunikasi sebelum aktivitas dimulai dan pelaksanaan umum terhadap Undang-
terkait penerapan UU No. 1 melakukan pendekatan undang ini, sedangkan para pegawai
Tahun 1970 ke setiap unit personality untuk meningkatkan pengawas dan ahli keselamatan kerja
kerja melalui pengawasan awareness tentang ditugaskan menjalankan pengawasan
dan pembinaan keselamatan dan kesehatan langsung terhadap ditaatinya Undang-
kerja sebagai wujud komitmen undang ini dan membantu pelaksanaanya.
bersama dalam melaksanakan 2. UU No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan
K3 di lingkungan perusahaan . Kerja Pasal 9 (3) Pengurus diwajibkan
menyelenggarkan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang di bawah pimpinannya,
dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan
dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
14
B. PT. Pundarika Atma perawatan pada papan UU No. 01 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
Semesta telah menerapkan informasi, poster dan gambar - Pasal 14 poin
sosialisasi dan komunikasi gambar K3 agar kondisi tetap
terkait UU No. 1 tahun 1970 baik dan dapat dilihat dengan (b) Memasang dalam tempat kerja
melalui papan informasi, jelas oleh tenaga kerja yangdipimpinnya, semua gambar keselamatan
poster dan gambar - gambar kerja yang
K3 di tempat - tempat yang
mudah dilihat dan pada diwajibkan dan semua bahan pembinaan
setiap area kerja sesuai lainnya, pada tempat - tempat yang mudah
4. Struktur P2K3 terbentuk, Melanjutkan kegiatan UU No. 01 Tahun 1970 (Ps. 10) tentang
disahkan Disnaker, secara rutin sesuai Pembentukan Lembaga P2K3
laporan bulanan ke dengan fungsi P2K3. (1) Menteri Tenaga Kerja berwenang
Disnaker setempat. membentuk Panitya Pembina Keselamatan
Rapat P2K3 yang rutin di Selalu berkoordinasi dan Kesehatan Kerja guna
laksanakan dengan Disnaker memperkembangkan kerja sama, saling
selama1(satu) oleh Bogor dan dinas dinas pengertian dan partisipasi efektif dari
manegement bulan sekali terkait agar selalu pengusaha atau pengurus dengan tenaga
di mana kegiatan di hadiri terjalinnya hubungan kerja dalam tempat - tempat kerja untuk
para managemant lalu yang baik dengan PT. melaksanakan tugas dan kewajiban
dilanjut dengan rapat Pundarika Atma bersama dibidang keselamatan dan
serta evaluasi Semesta. kesehatan kerja dalam rangka melancarkan
pembahasan mengenai usaha berproduksi.
report dari masing Melanjutkan komitmen (2) Susun Panitya Pembina Keselamatan
pengurus report dilakukan dan konsistensi dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-
ada dua tahap : sebagai ketuadan lainnya ditetapkan oleh menteri tenaga
1. bulan sekali dengan Pembina P2K3. kerja.
para Managemant
pengurus di PT. Terus meningkatkan Permenaker No. 04 Tahun 1987 (Ps. 2) Tentang
PUNDARIKA ATMA kesadaran tenaga P2K3
SEMESTA kerja terhadap (1) Stiap tempat kerja dengan kriteria
15
REPORT YG DIMINTA tentang kegiatan P2K3 Kepada Menteri
ADALAH : melalui Kantor Departement Tenaga Kerja
Tingkat Setempat.
penyeledikan dan Permenaker No. 04 Tahun 1987 (Ps. 04)
analisa kecelakaan Tentang Fungsi P2k3
di PT. Pundarika (2) Untuk melaksanakan tugasnya P2K3
Atma Semesta. mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan mengelola data tentang
Laporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
pertanggung tempat kerja.
jawaban masing-
masing pengurus.
Pencapaian kinerja
K3.
16
K3 melalui proses seleksi TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA PADA TEMPAT KEGIATAN
KONSTRUKSI
Pasal 2: Setiap Pengurus Kontraktor,
Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan atau
Bagian Pekerjaan dalam pelaksanaan
kegiatan konstruksi, wajib memenuhi syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
seperti ditetapkan dalam Buku Pedoman
tersebut pasal 1
PERMEN PUPR No. 21 tahun 2019 SMKK
Pasal 14
7. Pesawat angkat dan 1. Dibuat program Permenaker No. 8 Tahun 2020 Tentang
angkut (OHC/Hoist Crane) management verification Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
1 unit, telah dilakukan uji visit ke area kerja secara Pasal 16:
riksa menggunakan PJK3 berkala untuk lebih Perlengkapan Pesawat Angkat dan Pesawat
PT. Ega Farizi Teknindo memastikan izin forklift Angkut paling sedikit terdiri atas:
sehingga memiliki izin masih berlaku. a. pelat nama yang memuat data
atau pengesahan 2. Membuat automatic Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut;
pemakaian yang disahkan reminder (misalnya 3 bulan b. keterangan kapasitas beban
oleh Disnaker Kab Bogor sebelum expired date) maksimum yang diizinkan;
dan juga dilakukan sebagai pengingat untuk c. alat atau tombol penghenti darurat
pengesahan setiap 1 melakukan (emergency stop)-,
tahun sekali. Pesawat perpanjangan/renewal. d. Alat Pengaman; dan
angkat (OHC) telah 3. Memasukkan pengetesan e. Alat Perlindungan
memenuhi persyaratan fungsi tombol emergency Pasal 173
peralatan K3 terkait shutdown saat dilakukan Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan,
kapasitas beban, pelat maintenance pada SOP pemasangan dan/atau perakitan, pemakaian atau
nama, emergency stop, perawatan pesawat angkat pengoperasian, perbaikan, perubahan atau
alat pengaman, dan alat angkut. modifikasi pesawat angkat dan pesawat angkut
perlindungan. harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian
Pasal 176
Pemeriksaan dan pengujian berkala untuk pesawat
angkat dan pesawat angkut dilakukan paling lambat
2 (dua) tahun setelah pemeriksaan dan pengujian
pertama dan selanjutnya setiap 1 (satu) tahun
sekali
Permenaker No, 4 tahun 1995 Tentang
Perusahaan PJK3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
(1) Perusahaan Jasa Pemeriksaan dan
17
Pengujian Teknik sebagaiman dimaksud
dalampasal 3 huruf c meliputi bidang
Pesawat uap dan bejana tekan, Listrik;
Penyalur petir dan peralatan elektronik, Lift
Instalai proteksi kebakaran, Konstruksi
bangunan, Pesawat angkat dan angkut dan
pesawat tenaga dan priduksi, Pengujian
merusak (Destructif Test) dan tidak merusak
(Non Destructif Test).
(2) Perusahaan jasa sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 huruf d meliputi
bidang: Kesehatan Tenaga Kerja
Lingkungan Kerja;
7 Bejana tekan (air 1. Melakukan perawatan pada Permenaker No. 37 Tahun 2016 Tentang
compressor) sebanyak 2 pelat nama untuk K3 Bejana Tekan dan Tangki Timbun
buah sudah dilakukan uji memastikan pelat nama Pasal 9:
riksa menggunakan PJK3 dalam kondisi baik dan (1) Setiap Bejana Tekanan diberikan
PT Ega Farizi Teknindo dapat terbaca. tanda pengenal meliputi:
dan telah dilengkapi pelat 2. Membuat automatic a. nama pemilik;
nama yang sesuai. reminder (misalnya 1 b. nama dan nomor urut pabrik
bulan sebelum uji riksa pembuat;
berkala) sebagai c. nama gas atau bahan yang
pengingat & diisikan beserta simbol kimia;
menyiapkan d. berat kosong tanpa keran dan tutup;
kebutuhan/keperluan e. tekanan pengisian (Po) yang diijinkan
untuk melakukan uji kg/cm^2;
riksa berikutnya f. berat maksimum dari isinya untuk
bejana berisi gas yang dikempa
menjadi cair;
g. volume air untuk bejana berisi gas
yang dikempa;
h. nama bahan pengisi porous mass
khusus untuk bejana penyimpanan gas
yang berisi larutan asetilen; dan
i. bulan dan tahun pengujian hidrostatik
pertama dan berikutnya
Pasal 75
(1) Pemeriksaan dan/atau pengujian berkala
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf
b dilakukan sesuai dengan Lampiran yang
18
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
19
3.2. Analisa Temuan Negatif
2. PT. Pundarika Atma Penerapan Manajemen K3 akan PP No. 50 Thn. 2012 Lamp. II
Semesta menyerahkan berpotensi tidak berjalan akibat dari 1.2.4 Pengusaha atau pengurus
tanggung jawab K3 kepada kebijakan yang tidak langsung dari bertanggung jawab secara penuh
Management Representative pimpinan perusahaan. untuk menjamin pelaksanaan SMK3
(Manager Produksi) Sebaiknya tanggung jawab terhadap
dikarekan area workshop SMK3 harus dipegang oleh pimpinan,
produksi dan office terpisah hal ini diinformasikan dalam laporan
pekerjaan
3. Kurangnya kesadaran Perusahaan meningkatkan frekuensi
1. Dapat menyebabkan
karyawan terhadap pengecekan penggunaan APD serta
gangguan pernafasan, dan berbagai
pemakaian Alat Pelindung Diri dapat memberikan sanksi bagi karyawan
macam masalah kesehatan serius.
(APD) dalam bekerja serta Karyawan mengalami yang tidak mematuhi terhadap ketentuan
berpotensi
kurangnya pengawasan dari kecelakaan kerja yang mengakibatkan tersebut
Perusahaan fatality
20
4. PT. Pundarika Atma Penerapan kebijakan K3 yang ada PP No. 50 Thn. 2012
Semesta 1. masih tidak sesuai dengan regulasi BAB II Penerapan SMK3
menggunakan ISO 45001, peraturan perundangan Pasal. 4(1) Setiap perusahaan wajib
dan belum menerapkan Perusahaan seharusnya menerapkan menerapkan SMK3 di perusahaannya
SMK3L yang berlaku di SMK3 sesuai regulasi pemerintah, Pasal 5(1) Setiap perusahaan wajib
Indonesia, berdasarkan melakukan sertifikasi kebijakan K2 menerapkan SMK3 di perusahaan
Peraturan Pemerintah No. sesuai SMK3 sebagai pedoman
50 Tahun 2012. keselamatan untuk mengurangi
kerugian perusahaan.
5. Beberapa poster K3/safety Penerapan pemasangan poster K3/ PP No. 50 Thn. 2012
sign di PT PAS yang tidak Safety Sign masih ada yang tidak Sub Elemen 6.4.4
sesuai (penggunaan warna terpasang dan tidak sesuai dengan “Rambu-rambu K3 harus dipasang
dan usang), tidak terpasang tempat bahayanya di PT PAS. sesuai dengan standar dan pedoman
dan tidak lengkap sesuai teknis.”
tempat bahaya
6. Atap di semua gedung Dilakukan pemeliharaan UU No. 1 tahun 1970 Tentang
yang ada di PT berkala pada alumunium foil Keselamatan Kerja, Bab III Syarat
atau
menyebar
luasnya
suhu
,kelembaban, debu, kotoran, api,
asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran.
7. Ketika melakukan kegiatan 1. Training awareness tentang Permenaker Nomor 8 tahun 2020
pengangkatan di area Lifting Operation (Operasi tentang Keselamatan dan
pengangkatan tidak Pengangkatan). Kesehatan Kerja Pesawat Angkat
diamankan dengan safety line 2. Penyediaan signage (Rambu dan Pesawat Angkut
(area pengangkatan sempit). tanda keselamatan) ketika operasi Pasal 3 :
Operasi pengangkatan adalah pengangkatan dilakukan. Pelaksanaan syarat K3 Pesawat
kegiatan yang mempunyai 3. Menyediakan soft-barricade atau Angkat, Pesawat Angkut dan Alat
21
risiko tinggi, potensi bahaya safety-line ketika operasi Bantu Angkat dan Angkut
yang dapat terjadi adalah pengangkatan dilakukan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
cedera bahkan fatality karena Menyediakan petugas pengawas 2 bertujuan:
terjadi kontak atau tertimpa untuk memantau area di sekitar a. Melindungi K3 Tenaga Kerja dan
barang yang diangkat operasi pengangkatan dari lalu orang lain yang berada di Tempat
lintas orang yang tidak Kerja dari potensi bahaya
berkepentingan Pesawat Angkat, Pesawat
Angkut dan Alat Bantu Angkat
dan Angkut;
b. Menjamin dan memastikan
keamanan dan keselamatan
Pesawat Angkat, Pesawat
Angkut, dan Alat Bantu Angkat
dan Angkut; dan
Menciptakan Tempat Kerja yang aman
dan sehat untuk meningkatkan
produktivitas.
8. Lokasi penyimpangan bejana 1. Menerapkan SOP Permenaker No.37 Tahun 2016
bertekanan (tabung gas Penyimpanan Bejana Tekan dengan Tentang K3 Bejana Tekan dan
oxygen, LPG, N2, CO2) jarak minimum antara Tabung Tangki Timbun Pasal 3
berada di satu lokasi dan Oksigen danTabung LPG minimal 6,1 (b) Menjamin dan memastikan
hanya dipisahkan dengan meter atau menggunakan dinding bejana tekanan atau tangki
sekat besi frame kecil dan pembatas setinggi 1,5 meter yang timbun yang aman untuk
label memiliki peringkat resistensi api mencegah terjadinya
penamaan. Berpotensi setidaknya satu setengah jam. peledakan, kebocoran, dan
terbentuknya segitiga api jika kebakaran.
terjadi kebocoran gas Mensosialisasikan SOP tersebut ke - Oxygen-fuel gas welding and
Berpotensi kebakaran karena pekerja melalui toolbox meeting. cutting. OSHA standard No.
apabila terjadi kebocoran 1910.253(b)(4)(iii) “Oxygen cylinders
valve tabung,LPG sebagai gas in storage shall be separated from
yang mudah meledak dapat fuel-gas cylinders or combustible
bercampur dengan oksigen materials (especially oil or grease), a
sebagai salah satu komponen minimum distance of 20 feet(6.1 m)
segitiga api. or by a noncombustible barrier at
least 5 feet (1.5 m) high having a fire-
resistance rating of at least one- half
hour.“
(Tabung oksigen dalam penyimpanan
harus dipisahkan dari tabung bahan
bakar-gas atau bahan yang mudah
terbakar) terutama minyak atau
22
gemuk), jarak minimum20 kaki (6,1 m)
atau dengan penghalang tidak mudah
terbakar setinggi minimal 5 kaki (1,5
m) yang memiliki peringkat resistensi
api setidaknya satu setengah jam)
23
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil observasi di lapangan melalui virtual dan tanya jawab dengan Penanggung Jawab
K3 yang telah dilakukan mengenai Pengawasan Norma SMK3 dan Kelembagaan K3 di PT
Pundarika Atma Semesta, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Pengendalian K3 lingkungan kerja telah diterapkan oleh seluruh karyawan PT. Pundarika
Atma Semesta dengan adanya fasilitas higiene tersedia tetapi belum memenuhi ketentuan
regulasi, seperti tidak ada penanda terpisahnya antara toilet laki-laki dan perempuan.
2. Pengendalian K3 Bahan Berbahaya telah diterapkan oleh seluruh karyawan PT. Pundarika
Atma Semesta dengan terdapat kelengkapan MSDS B3 dan terdapat tempat penyimpanan
sementara limbah B3.Perusahaan telah memenuhi ketentuan di dalam pengawasan K3
terkait pendistribusian lembaran Undang-undang di setiap lokasi kerja
3. PT. Pundarika Atma Semesta sudah membuat kebijakan K3 dan mensosialisasikan ke
semua pekerja melalui kepala fungsi.
4. Perusahaan sudah membentuk P2K3 dan rutin melaporkan kegiatanke Disnaker Kata
Bogar setiap 3 (tiga) bulan sekali.
5. Penerapan norma K3 Konstruksi, K3 Listrik, dan K3 Kebakaran telah dilaksanakan dengan
baik mungkin perlu dilakukan perbaikan di masa yang akan datang, untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan K3 yang berlaku.
6. Terdapat temuan positif terkait dengan pengawasan norma K3 Bejana Tekan dan Mekanik,
diantaranya mengenai izin/sertifikasi pesawat angkat dan angkut, sertifikasi lisensi
operator, perizinan dan perawatan peralatan, perlengkapan Pesawat Angkat Angkut, safety
device pada Pesawat Angkat Angkut dan Pesawat Tenaga Produksi, pengujian dan
pemeriksaan awal dan berkala pada Bejana Tekan dan Pesawat Tenaga Produksi,
pelaksaan implementasi prosedur SOP/instruksi kerja di masing – masing area kerja.
7. Terdapat temuan negatif dalam pengawasan norma K3 Bejana Tekan dan Mekanik,
diantaranya mengenai lisensi Rigger, APD Operator OHC dan Rigger kurang lengkap,
lokasi penyimpangan bejana bertekanan, bejana bertekanan tidak dilengkapi dengan
penutup pengaman pada ujung atasnya (head), operator mesin produksi belum memiliki
lisensi sesuai perundangan, dan belum memiliki Teknisi Pemeriksa Bejana Tekan yang
berlisensi sesuai perundangan.
8. PT PAS telah melaksanakan pengawasan norma K3 bidang bejana tekan, pesawat angkat
angkut dan pesawat tenaga dan produksi dengan baik yang dibuktikan dengan banyak
temuan positif dari hasil pengamatan, namun ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan
diperbaiki dari hasil temuan positif dan temuan negatif tersebut agar kinerja K3 di PT PAS
semakin baik.
24
4.2. Saran
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan secara Virtual dan tanya jawab dengan
Penanggung Jawab K3 di PT Pundarika Atma Semesta, maka diharapkan kedepannya mutu dan
kualitas penerapan K3 tetap terjaga dan ditingkatkan.
25
REFERENSI
Sumber data atau informasi yang kami dapatkan dalam penyusunan makalah kelompok ini adalah
sebagai berikut:
1. Video Company Profile PT Pundarika Atma Semesta yang diberikan oleh Phitagoras
2. Power Point Presentasi Company Profile PT Pundarika Atma Semesta
3. Wawancara secara virtual melalui Zoom Meeting dengan Bapak Rangga, selaku Sekretaris P2K3
PT Pundarika Atma Semesta.
26
LAMPIRAN
Gambar 3. Tidak adanya safety cone sebagai pembatas untuk pekerjaan yang berisiko
Gambar 4. Penggunaan Warna safety sign yang tidak sesuai peraturan perundangan
27
Gambar 5 Pelanggaran APD (tidak menggunakan sarung tangan)
28
Gambar 8. Pemasangan Prosedur untuk limbah yang kurang efisien
29
30