Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

PRAKTIK KERJA
LAPANGAN

PT. ADI SATRIA ABADI


BIDANG K3 MEKANIK, PESAWAT UAP, BEJANA TEKANAN, DAN
TANGKI TIMBUN

PEMBINAAN CALON AHLI K3


UMUM ANGKATAN KE – 18 TAHUN
2021

KELOMPOK 1
1. Abdul Malik Abidin, ST
2. Aditya Bayu Prayoga
3. Selvy Soejono
4. Rafiqah
5. Riah Trimeda Yongker

PT. NARADA KATIGA INDONESIA


Yogyakarta, 25 Maret 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rakhmat
dan anugerah-Nya sehingga laporan praktik kerja lapangan ini dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kunjungan lapangan pada PT. Adi Satria
Abadi yang sebagai salah satu syarat kelulusan dalam pelatihan calon Ahli K3
Umum. Selama pelatihan, pelaksanaan PKL dan penyusunan laporan, penyusun
telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terkait hal tersebut, kami
menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Pimpinan dan pihak manajemen PT. Adi Satria Abadi yang telah memberikan
video observasi kunjungan lapangan.
2. Seluruh staff di PT. Narada Katiga Indonesia selaku penyelenggara pelatihan
Ahli K3 Umum yang telah memberikan bimbingan dan saran untuk
menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) dan penyusunan
laporan.
3. Rekan-rekan peserta pelatihan Ahli K3 Umum angkatan 18 tahun 2021 yang
telah mampu menjaga suasana pelatihan yang kondusif dan dapat
mewujudkan kerjasama yang baik.
Dalam penulisan tugas akhir ini, penyusun menyadari bahwa semua ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun
sangat diharapkan dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Akhir kata, kami meminta maaf apabila dalam penulisan laporan ini
kurang berkenan. Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memenuhi syarat
yang telah ditetapkan oleh penyelenggara pelatihan dan dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkan.

Yogyakarta, 25 Maret 2021

Penyusun

PT. Narada Katiga Indonesia | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. LATAR BELAKANG....................................................................................3
B. MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................5
C. RUANG LINGKUP.......................................................................................5
D. DASAR HUKUM..........................................................................................6
BAB II KONDISI PERUSAHAAN....................................................................7
A. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA....................................................7
B. PROSES PRODUKSI....................................................................................10
C. ALAT KERJA................................................................................................11
D. POTENSI BAHAYA.....................................................................................12
E. FAKTOR BAHAYA......................................................................................13
F. TEMUAN-TEMUAN DILAPANGAN.........................................................15
1. TEMUAN POSITIF.................................................................................15
2. TEMUAN NEGATIF...............................................................................18
BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH....................................23
A. ANALISA TEMUAN POSITIF.....................................................................24
B. ANALISA TEMUAN NEGATIF..................................................................30
BAB IV PENUTUP..............................................................................................41
A. KESIMPULAN..............................................................................................41
B. SARAN..........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................43
LAMPIRAN A.....................................................................................................44
LAMPIRAN B.....................................................................................................46
NOTULEN...........................................................................................................49

PT. Narada Katiga Indonesia | 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat dengan K3 merupakan
hal yang tidak bisa terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya
manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan
kesejahtraan para pekerjanya akan tetapi jauh lebih dari itu K3 mempunyai
dampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Sehingga pelaksanaan K3
merupakan hal yang sangat penting dan menjadi suatu sistem pekerjaan yang
harus dipenuhi dan diterapkan oleh suatu perusahaan di lingkungan kerja.
Selain itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu
permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena
mencakup permasalahan dari segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi,
aspek hukum, pertanggung jawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal
tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana
sini memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun
faktor lain yang masuk dari unsur eksternal industri.
Didalam regulasi pemerintah sebagai penyelenggara negara mempunyai
kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU
RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-Undang No. 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Undang-Undang Uap Tahun
1930, Permenaker RI No : PER. 02/MEN/1982, Permenaker RI No : PER.
01/MEN/1988, Permenaker RI No : PER. 37/MEN/2016, Permenaker RI No :
PER. 38/MEN/2016, Permenaker RI No : PER. 08/MEN/2020 dan Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan syarat-
syarat penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) pada Undang-Undang
No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada pasal
tersebut

PT. Narada Katiga Indonesia | 3


disebutkan 18 (delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di tempat kerja
di antaranya sebagai berikut:
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (alat pelindung diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja(PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman &
barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan
barang
17. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang risikonya
bertambah tinggi.
Dengan adanya K3 seperti yang telah dijelaskan, maka akan berdampak
positif seperti mengurangi risiko kerja yang didapatkan oleh suatu perusahaan,
misalnya kecelakaan kerja hingga kematian dalam menjalankan pekerjaan.
Kesadaran akan risiko terhadap kecelakaan kerja pada karyawan tersebut
sudah disadari oleh perusahaan PT. Adi Satria Abadi merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sarung tangan golf, sarung
tangan kerja, dan kanebo. PT. Adi Satria Abadi memperlihatkan sistem K3 yang
jauh lebih sistematis dan bisa dikategorikan sudah memenuhi standar nasional

PT. Narada Katiga Indonesia | 4


(perundang-undangan keselamatan kerja) hal tersebut dibuktikan oleh PT. Adi
Satria Abadi memiliki Standart Operating Procedure (SOP) yang baku.
Perusahaan melakukan perencanaan K3 secara berkala, antara lain dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja dan memberikan edukasi
penggunaan APD secara lengkap. Perusahaan juga memiliki Panitia Pembina K3
(P2K3).
Di perusahaan ini terdapat beberapa luang lingkup K3 didalamnya,
diantaranya Bidang K3 Lingkungan Kerja dan Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja, K3 Mekanik, K3 Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun, K3 Konstruksi Bangunan, K3 Instalasi Listrik, K3
Penanggulangan Kebakaran, Kelembagaan, Keahlian, Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja, dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3). Oleh karena itu, PT. Adi Satria Abadi merupakan lokasi yang tepat
untuk kami calon ahli K3 umum dalam melakukan observasi lapangan. Adapun
pembahasan yang diambil yaitu pengawasan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam bidang mekanik, pesawat uap, bejana tekanan dan tangki timbun.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja di PT. Adi Satria Abadi
2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan K3 di tempat kerja.
3. Untuk Mengetahui risiko apa yang mungkin terjadi pada karyawan PT. Adi
Satria Abadi dalam menjalankan tugas di lapangan.
4. Sebagai salah satu sarana untuk membantu penerapan K3 di PT. Adi Satria
Abadi.
5. Menganalisis temuan positif dan negatif di PT. Adi Satria Abadi.

C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dari pelaporan praktik lapangan ini adalah untuk
mengetahui sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya di Bidang di
Bidang K3 Mekanik (Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat Angkat dan
Angkut), Pesawat Uap Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

PT. Narada Katiga Indonesia | 5


D. DASAR HUKUM
Dalam pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia dilandasi dengan dasar
hukum sebagai berikut:
1. Dasar Hukum K3 Mekanik
a. Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
b. Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi,
c. Permenaker No. 08 Tahun 2020 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut.
2. Dasar Hukum K3 Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
a. Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-undang Uap Tahun 1930
c. Permenaker No. 02 Tahun 1982 Tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat
Kerja,
d. Permenaker No. 01 Tahun 1988 Tentang Kualifikasi dan Syarat-Syarat
Operator Pesawat Uap,
e. Permenaker No. 37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun,
f. Permenaker No.09 Tahun 2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat
Angkat dan Angkut
g. Keputusan/Edaran Dirjen.

PT. Narada Katiga Indonesia | 6


BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA


PT. Adi Satria Abadi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan kulit untuk memproduksi sarung tangan golf yang diolah dari kulit
mentah menjadi kulit yang siap untuk dibuat menjadi sarung tangan. Adapun
bahan baku yang digunakan adalah kulit domba dan kambing yang sudah
dihilangkan bulunya dan melalui proses pengasaman.
Perusahaan ini pada awalnya perusahaan ini didirikan dengan nama PT.
Adi Satria Abadi, tetapi pada waktu diajukan untuk pengesahan ke Departemen
Kehakiman, nama tersebut telah terdaftar pada perusahaan lain. Mengikuti
peraturan pada Departemen Kehakiman, yang tidak memperbolehkan penggunaan
nama perusahaan yang sama, maka disarankan untuk menggunakan nama yang
lain. Kemudian namanya diubah menjadi PT. Adi Satria Abadi dan dapat disahkan
oleh Departemen Kehakiman. Dengan demikian nama resmi yang selanjutnya
digunakan adalah PT. Adi Satria Abadi. Perusahaan ini didirikan oleh beberapa
orang yang saling bekerja sama yaitu bapak Subiyono, Bsc., Bapak Diyono HS.
Bsc., dan Ibu M. Difalik Tontowiyah dengan modal awal sebesar Rp.
100.000.000.
Pada awalnya lokasi pabrik terletak di Pucang Sawit, Jebres, Solo. Namun
pada tahun 2005, pihak perusahaan dapat membeli tanah di daerah Kalasan dan
pada akhir tahun 2006 pabrik baru pun selesai dibangun. Pada awal Mei 2007
pabrik yang dibangun di Sidokerto, Purwomartani, Kalasan ini secara resmi
dijadikan sebagai tempat pembuatan sarung tangan golf hingga sekarang ini.
Dalam hubungannya dengan perusahaan lain yang sejenis, PT. Adi Satria Abadi
memiliki prinsip yaitu memandang perusahaan tersebut sebagai teman kerja dan
bukan merupakan pesaing atau musuh perusahaan. Pada awal-awal kegiatan
usaha, akhir tahun 1994 yakni bulan Desember perusahaan berusaha mencari
rekan kerja dengan menghubungi supplier kulit mentah sebagai bahan baku,
supplier obat-obatan untuk membantu proses pengolahan kulit dan mencari
pabrik-pabrik yang kurang aktif untuk diajak bekerja sama di bidang proses.

PT. Narada Katiga Indonesia | 7


Bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan sarung tangan golf
adalah kulit dan bahan pembantu seperti benang, karet, pita, lekra, velcro,
kancing, dan logo. Ada beberapa proses yang dilalui dalam pembuatan sarung
tangan golf ini yaitu: persiapan bahan, pemotongan press, persiapan produksi
(P.S.P), proses jahit, finishing dan packing. Proses produksi sehari satu kelompok
dapat menghasilkan 600-700 pasang sarung tangan golf.
PT. Adi Satria Abadi mempunyai dua lokasi pabrik untuk produksinya.
Bagian perusahaan yang mengelola kulit lembaran berlokasi di Desa Bayakan,
Kelurahan Siti Mulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Bagian perusahaan yang menangani pembuatan sarung tangan berlokasi di Jalan
Adisucipto Km. 8,5, Dusun Sidokerto RT. 03 / RW. 01 Purwomartani, Kalasan,
Sleman, Yogyakarta. Pembuatan sarung tangan ini sebelumnya berlokasi di
kompleks L.I.K Maguwoharjo dengan menyewa gedung milik Departemen
Perindustrian. Pada awal didirikan, PT. Adi Satria Abadi hanya mengkhususkan
diri pada pengolahan kulit terutama untuk di ekspor. Pada tahun 1997, perusahaan
mulai merasakan adanya kulit-kulit yang sobek karena proses maupun jumlah
kutu yang terlalu banyak sehingga mengakibatkan kulit menjadi afkir (tidak dapat
digunakan) dan mempengaruhi sulitnya penjualan. PT. Adi Satria Abadi
kemudian mendirikan pabrik sarung tangan untuk mengolah kulit-kulit afkir
tersebut. Kulit afkir yang telah diolah kembali dapat mempunyai nilai jual dan
tidak terbuang, sehingga pabrik sarung tangan ini sifatnya sebagai pelengkap
pabrik kulit yang memproduksi kulit bahan sarung tangan.
PT. Adi Satria Abadi memiliki 213 karyawan dengan rincian 205
karyawan tetap dan 8 karyawan kontrak. Seluruh karyawan PT. Adi Satria Abadi
telah diikutsertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Selain itu
untuk pelayanan kesehatan di PT. ASA menyediakan klinik perusahaan dengan 1
dokter umum dan buka 1 minggu 2 kali.
Berikut visi yang dimiliki oleh PT. Adi Satria Abadi:
1. VISI
PT. Adi Satria Abadi memiliki sebuah visi yaitu “Mendirikan Perusahaan Kecil
Tapi Sehat”.

PT. Narada Katiga Indonesia | 8


2. MISI
Dalam pengembangan perusahaan, PT. Adi Satria Abadi memiliki beberapa
misi yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan teknologi perkulitan
b. Menjaga kualitas dengan menggunakan motto “Kepuasan pelanggan
adalah budaya kami”
c. Menerapkan prinsip karyawan adalah partner kerja, bukan asset
perusahaan.
PT Adi Satria Abadi adalah perusahaan yang menyediakan tempat kerja yang
sehat, aman, dan nyaman bagi seluruh karyawan guna mencegah kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja. Keberhasilan kebijakan ini merupakan tanggung jawab
bersama dengan cara menjaga dan menjalankan kebiasaan kerja yang baik dalam
bidang K3. Untuk itu manajemen berkomitmen:
1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja baik tenaga kerja dan orang lain
(mitra kerja, kontraktor, pengunjung/tamu) di tempat kerja dan masyarakat
sekitar.
2. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku
dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan K3.
3. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen K3 untuk
meningkatkan budaya K3 di tempat kerja.
PT. Adi Satria Abadi memiliki struktur organisasi yang terperinci. PT Adi
Satria Abadi memiliki kekuasaan tertinggi yang dipegang oleh Direktur yang
kemudian dibawahnya terdapat Asisten Direktur. Keduanya memiliki peran yang
berbeda dan tanggungjawab yang berbeda. Direktur PT. Adi Satria Abadi
memiliki tanggungjawab penuh terhadap kedua pabrik dengan lokasi kantor
berada di bagian kulit, sedangkan Asisten Direktur memiliki tanggung jawab
penuh terhadap pembuatan sarung tangan serta kerjasama terhadap pihak asing.

PT. Narada Katiga Indonesia | 9


Berikut ini adalah bagan struktur organisasi PT. Adi Satria Abadi:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Adi Satria Abadi

B. PROSES PRODUKSI
Proses produksi pada PT. Adi Satria Abadi terbagi menjadi dua proses yaitu
produksi basah dan produksi kering. Proses produksi basah terdiri dari beberapa
tahap. Produksi basah dimulai dari pengolahan bahan baku berupa kambing sekitar
1000 lembar dan kulit domba 2000 lembar yang didapat dari bahan baku lokal dan
impor. Proses kedua yaitu proses Kesrik (stanning) yaitu proses untuk
menghilangkan sisa lemak dan memudahkan obat untuk masuk kedalam proses
tanning.
Proses selanjutnyaa yaitu proses Tanning dimana kulit diaduk dan diputar
kurang lebih selama tiga hari didalam drum. Setelah proses ini kulit memasuki
proses Wet blue untuk mengklasifikasi dan menseleksi kulit yang baik, fungsinya
untuk mengetahui kulit yang mengalami cacat produksi. Proses selanjutnya
shaving yang bertujuan untuk menyamakan ketebelan kulit, pada proses ini
digunakan bahan B3. Setelah proses Shaving kulit masuk kedalam proses Dyeing
yang merupakan proses untuk pewarnaan kulit selama dua hari. Total waktu yang
dibutuhkan untuk produksi basah selama satu minggu.
Setelah dilakukan proses basah, kemudian dilakukan proses produksi kering.
Proses dimulai dengan proses Setter Dyeing yaitu mendiamkan kulit dari proses
Dyeing. Selanjutnya masuk kedalam proses Setter Hanging yang bertujuan untuk

PT. Narada Katiga Indonesia | 10


menjemur kulit agar menghilangkan kadar air didalam kulit agar tekstur kulit
menjadi keras selama satu hari. Setelah itu masuk kedalam proses Milling yaitu
kulit dimasukan ke dalam drum kering yang berisikan bola-bola karet agar kulit
mengalami proses pelemasan. Proses berikutnya yaitu Stacking untuk melenturkan
atau melembut bagian kulit luar. Kemudian dilakukan proses Polish yaitu
melembutkan bagian kulit dalam dan menjadikannya mengkilat. Proses terahkir
dalam produksi kering yaitu Toggling (pembentangan), kulit dimasukan kedalam
mesin untuk mendapatkan panjang optimal dari kulit dan agar kulit tidak
mengkerut kembali. Berikut merupakan bagan alir proses produksi pada PT. Adi
Satria Abadi:

Pengolahan Bahan Kesrik Tanning


Baku

Dyeing Shaving Wet Blue

Setter Dyeing Setter Hanging Milling

Toggling Polishing Stacking

Keterangan
Produksi Basah
Produksi Kering

Gambar 2.2 Proses/Alur Produksi

C. ALAT KERJA
Alat kerja yang digunakan untuk jenis mesin pesawat uap, bejana tekan dan tangki
timbun, terdiri dari:
1. Hot Water Boiler + Burner (pesawat uap)

PT. Narada Katiga Indonesia | 11


2. Tangki Air Panas (pesawat uap)
3. Ion Exchange
4. Tangki Solar (tangka timbun)
5. Compressor (bejana tekanan)

Alat kerja yang digunakan pada jenis mesin mekanik, terdiri dari:
1. Mesin Kesrik
2. Mesin Shaving
3. Rotary Drum Milling
4. Rotary Drum Tanning
5. Rotary Drum Dyeing
6. Setter Drying
7. Mesin Stacking
8. Mesin Toggle
9. Fan and Blower
10. Motor AC
11. Water Pump
12. Generator Set (Genset)
13. Lift Barang
14. Forklift
15. Gerobak Dorong

D. POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Di lokasi tempat kerja PT. Adi Satria
Abadi terdapat beberapa potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu:
1. Terpeleset
Lantai kerja tergenang air, hal ini dapat menyebabkan bahaya terpeleset dan
terjatuhnya pekerja pada proses produksi basah.
2. Terjepit atau tergencet
Pemakaian mesin-mesin produksi, serta cara kerja dan sikap kerja yang kurang
sesuai, sering kali dapat menimbulkan potensi bahaya. Kecelakaan kerja yang
sering terjadi adalah terjepit atau tergencet. Kecelakaan ini biasanya terjadi

PT. Narada Katiga Indonesia | 12


pada roda gigi (gear) dan terjepitnya tangan pekerja pada mesin shaving yang
mungkin terjadi karena kulit terlalu licin. Pada umumnya tenaga kerja kurang
berhati-hati dan tidak fokus pada pekerjaan sehingga kecelakaan kerja tersebut
dapat terjadi.
3. Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh sering kali di temukan di tempat kerja . Potensi bahaya
ini terjadi karena adanya tangga yang tidak ada pengaman atau hanya ada satu
pegangan saja. Hal ini sering kali tidak diperhatikan oleh tenaga kerja sehingga
berpotensi menimbulkan bahaya terjatuh.
4. Kebakaran
Potensi bahaya dapat terjadi akibat penggunaan Burner pada area Hot water
boiler. Potensi bahaya kebakaran juga dapat terjadi apabila adanya kebocoran
bahan bakar solar di saluran supply bahan bakar.
5. Peledakan
Sumber bahaya peledakan yang ada di PT. Adi Satria Abadi di sebabkan dari
penggunaan dan pemakaian bahan-bahan dasar kimia seperti amonia, dan lain-
lain. Bahan tersebut memiliki potensi bahaya meledak pada konsentrasi,
tekanan tertentu, penempatan material yang tidak sesuai.
6. Tertimpa Kulit
Potensi bahaya dapat terjadi pada saat proses penurunan kulit dari truk, kulit
diturunkan oleh pekerja secara estafet, apabila pekerja yang berada di bawah
belum siap untuk menerima kulit dari pekerja yang berada diatas truk. Jumlah
kulit yang banyak dan memiliki beban yang berat dapat mengakibatkan risiko
kecelakaan kerja yaitu menimpa pekerja.

E. FAKTOR BAHAYA
Karyawan akan menghadapi ancaman bahaya yang mengganggu kesehatan di
tempat kerja PT. Adi Satria Abadi, identifikasi bahaya yang dilakukan di bagi
menjadi 2 area yaitu:
1. Area office
2. Area Produksi

PT. Narada Katiga Indonesia | 13


Berikut ini merupakan identifikasi faktor bahaya yang mungkin terjadi pada area
office PT. Adi Satria Abadi, antara lain:
a. Faktor Fisik
Bahaya yang timbul di area office antara lain bahaya akibat kebisingan,
bahaya akibat pencahayaan, dan bahaya akibat radiasi.
1) Bahaya kebisingan yang timbul di area office di karenakan pada ruangan
office tidak kedap suara, sehingga terpapar kebisingan yang di sebabkan
oleh adanya kebisingan yang berada di area produksi. Nilai ambang batas
pada lokasi kerja yaitu diata 80 dB.
2) Bahaya pencahayaan timbul akibat tidak adanya pemeliharaan terhadap
fasilitas pencahayaan. pencahayaan yang tidak baik dapat mengakibatkan
kelelahan pada mata yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas
pekerja.
3) Aktivitas di area office yang menggunakan komputer berpotensi
menyebabkan bahaya akibat radiasi yang di hasilkan oleh layar
komputer, hal ini dapat mengakibatkan kelelahan pada mata serta efek
radiasi lainnya.
b. Faktor Ergonomi
Ergonomi terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan
peralatan atau perlengkapan yang digunakan ketika bekerja. posisi tubuh yang
salah, ketika mengetik atau mengambil barang misalnya, merupakan contoh
potensi bahaya ergonomi yang dapat mengakibatkan Low Back Pain yang
apabila tidak segera ditangani dapat berakibat fatal karena bisa
mengakibatkan sakit pada tulang belakang.
c. Faktor Biologi
Potensi bahaya yang timbul berasal dari tempat sampah, dapur, atau tempat
kotor lainnya yang merupakan tempat berkembangnya bakteri, serta AC yang
kotor dimana jamur dapat berkembang biak.

PT. Narada Katiga Indonesia | 14


Faktor-faktor bahaya pada area produksi yaitu:
a. Faktor Fisika
Bahaya fisik yang timbul di area produksi, antara lain: bahaya akibat getaran,
bahaya akibat tekanan panas, tergelincir, terjatuh, tertimpa kulit, terjepit, dan
lain-lain.
b. Faktor Kimia
Penggunaan bahan kimia pada proses produksi seperti formalin. bahan kimia
tersebut dapat mengakibatkan keracunan apabila terhirup oleh pekerja dan
apabila dengan mudah meledak dan terbakar apabila tidak digunakan dan
diperlakukan sesuai prosedur.
c. Faktor Ergonomi
Bahaya ergonomi adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan alat kerja
dapat mengakibatkan terjadinya bahaya ergonomi seperti kegiatan produksi
yang monoton seperti bekerja yang selalu berdiri, karena di perusahaan tidak
memperbolehkan pekerjanya bekerja dengan posisi berdiri, dengan alasan
bekerja dengan duduk, dapat menimbulkan perasaan malas dan produktivitas
menurun.
d. Faktor Biologi
Bahaya biologi berasal dari bakteri dan jamur. Bahaya ini bahkan dapat
berpotensi lebih besar karena kondisi kebersihan pada area produksi jauh
lebih rentan. Bakteri dan jamur ini berasal dari tempat sampah yang masih
kurang terjaga kebersihannya.

F. TEMUAN-TEMUAN DI LAPANGAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di PT. Adi Satria Abadi (ASA)
terdapat 2 jenis temuan. Temuan positif dan temuan negatif dari masing-masing
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diamati.
1. Temuan Positif
a. Bidang Pesawat Uap, Bejana Tekan, Tangki Timbun
1) Compressor (bejana tekan) sudah di lengkapi dengan cover belt dan
pulley.

PT. Narada Katiga Indonesia | 15


2) Compressor (bejana tekan) sudah di lengkapi dengan otomatis dan
pressure gauge jika sudah mencapai tekanan angin 7 bar akan mati
secara otomatis, begitu pula sebaliknya. Maintenance/perawatan
bejana tekan dilakukan setiap 3(tiga) bulan sekali yaitu oli dan
sebagainya (sesuai daftar list). Kru yang menjalankan sudah di edukasi
untuk mengoperasikan bejana tekan ini.

3) Hot water boiler (pesawat uap) juga sudah di lengkapi dengan panel
otomatis. Jika temperatur air sudah mencapai 75 derajat celcius, maka
Burner akan mati dengan sendirinya. Airnya digunakan untuk melarutkan
chemical/bahan kimia .

PT. Narada Katiga Indonesia | 16


4) Tangki solar (tangki timbun) sudah dilengkapi dengan label atau
keterangan nama sehingga pekerja mengetahui bahwa tangki tersebut
berisi solar

b. Bidang K3 Mekanik
1) Lift barang (pesawat angkat) sudah di lengkapi dengan name plate.
(Berdasarkan hasil wawancara)
2) Cerobong asap Genset (mesin diesel) yang merupakan tenaga awal
untuk mesin produksi sudah di lengkapi dengan cover anti panas.

PT. Narada Katiga Indonesia | 17


3) Satu orang operator forklift (pesawat angkat dan angkut) sudah di
lengkapi dengan Surat Ijin Operasi (SIO) sertifikat kelas 2 (dua).

2. Temuan Negatif
a. Bidang K3 Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
1) Cerobong panas pada Hot Water Boiler tidak di lengkapi dengan
pembungkus anti panas yang mana dapat melindungi pekerja.

PT. Narada Katiga Indonesia | 18


2) Kabel dari Burner hampir menempel dengan cerobong, yang berisiko
kabel akan meleleh akibat panas dari cerobong.

PT. Narada Katiga Indonesia | 19


3) Drum solar tidak sesuai standar (memakai drum bekas) dan pada
sekitar tangki tidak dilengkapi pagar pelindung. Kemudian drum solar
tidak berada di tempat yang semestinya.

4) Operator pesawat uap tidak memiliki lisensi dan sertifikat


pengoprasian pesawat uap.
(Berdasarkan hasil wawancara)
b. Bidang K3 Mekanik
1) Operator cadangan forklift tidak di lengkapi dengan lisensi
dan sertifikat pengoprasian forklift.
(Berdasarkan hasil wawancara)
2) Operator crane tidak memiliki lisensi dan sertifikat pengoperasian
crane.
(Berdasarkan hasil wawancara)
3) AC motor (penggerak mekanik) pada mesin Kesrik tidak diberi
pengaman pada bagian belt sehingga berisiko mencelakai pekerja.

PT. Narada Katiga Indonesia | 20


4) Tangga dekat Drum Tanning terlihat rapuh dan berisiko patah
yang akan mencelakai pekerja.

5) Mesin Shaving tidak memiliki pagar pengaman untuk melindungi


tangan operator yang sedang bekerja.

PT. Narada Katiga Indonesia | 21


6) Roda gigi (gear) tidak dilengkapi dengan pengaman yang memadai.

7) Rail pada Crane (pesawat angkat) memiliki ukuran kecil untuk


sepanjang bentangan. Crane memiliki risiko ambruk apabila
mengangkat beban yang terlalu berat (500 kg). Posisi drum tidak pada
semestinya, berada pada ketinggian dan berisiko jatuh menimpa
pekerja.

PT. Narada Katiga Indonesia | 22


BAB III
ANALISA

Analisa Temuan K3 Mekanik dan K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekanan:


A. ANALISA TEMUAN POSITIF
Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)
1 Cover belt memberikan Belt dan cover belt harus Permenaker 37 Tahun 2016
perlindungan pekerja dari risiko sering dilakukan pemeriksaan pasal 14 ayat 1
terjepit pada pengoperasian secara berkala sebagai “Bejana penyimpanan gas,
mesin yang sedang berjalan. antisipasi terjadinya aus pada campuran gas, dan/atau bejana
belt. transport harus dilengkapi dengan
katup penutup”
Compressor (bejana tekan) sudah di
lengkapi dengan cover belt dan pulley.

PT. Narada Katiga Indonesia | 23


Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)
2 Jika pressure gauge sudah Sistem mesin otomatis harus Permenaker 37 Tahun 2016
mencapai tekanan angin 7 bar, diperiksa secara berkala untuk pasal 16 ayat 1
maka mesin akan mati secara mengetahui bahwa alat “Bejana Tekanan berisi gas atau
otomatis. Sehingga aman dari berfungsi dengan baik. gas campuran yang dapat
risiko ledakan akibat menimbulkan tekanan melebihi
overpressure. dari yang diperbolehkan, harus
diberi tingkap pengaman atau alat
pengaman sejenis yang dapat
bekerja dengan baik.”
Compressor (bejana tekan) sudah di Pasal 4 ayat 4
lengkapi dengan mesin otomatis dan “Pemakaian Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun sebagaimana
dilakukan pemeriksaan berkala setiap
dimaksud dalam Pasal 4 harus
tiga bulan sekali sesuai daftar cek list. dilakukan pemeriksaan dan
pengujian sebelum digunakan
serta dilakukan pemeliharaan
secara berkala”

PT. Narada Katiga Indonesia | 24


3 Jika temperatur air sudah Sistem mesin otomatis harus Permenaker No.38 tahun 2016
mencapai 75 derajat celcius, diperiksa secara berkala untuk pasal 8 ayat 4 point d
maka Burner akan mati dengan mengetahui bahwa alat “Alat perlindungan sebagai mana
sendirinya. Sehingga Hot water berfungsi dengan baik. yang di maksut pada ayat 2
boiler aman dari risiko ledakan berfungsi secara otomatis sesuai
akibat overheat. pengoprasian pesawat tenaga dan
produksi”

Hot water boiler (pesawat uap) juga


sudah di lengkapi dengan panel
otomatis.

PT. Narada Katiga Indonesia | 25


Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)
4 Pekerja mengetahui bahwa Disekitar area tangki solar, Permenaker No.38 tahun 2016
disekitar lingkungan kerja diberikan rambu-rambu tanda pasal 15
terdapat bahan bakar berisi solar, bahaya bahwa terdapat “Setiap pesawat tenaga dan
sehingga pekerja lebih berhati- material yang mudah terbakar. produksi harus di beri pelat nama
hati dalam bekerja karna terdapat yang memuat data pesawat tenaga
risiko terjadinya kebakaran. dan produksi.”

Tangki solar (tangki timbun) sudah


dilengkapi dengan label atau keterangan
nama.

5 Lokasi: Ruang Produksi Kondisi mesin operasi dalam Proses pemeriksaan sebaiknya Permenaker No. 01 Tahun 1988
Temuan: Perusahaan melakukan kondisi baik karena dilakukan didokumentasikan agar pasal 10 ayat 2
pemeriksaan berkala pada mesin perawatan secara berkala,perusahaan mengetahui “Melakukan pengecekan dan
pesawat uap sesuai SOP Perusahaan apabila mesin operasi mengalami perawatan yang sudah pengamatan kondisi/kemampuan
masalah, mesin bisa langsung diberikan maupun mesin yang kerja serta merawat pesawat uap,
(Berdasarkan hasil wawancara) segera diperbaiki. sering mengalami kendala. alat-alat pengaman dan alat
Apabila mesin operasi perlengkapan lainnya yang terkait
dimodifikasi, mesin operasi dengan bekerjanya pesawat uap
perlu dilakukan pemeriksaan yang dilayaninya”
berkala.
6 Lokasi : di Ruang Produksi Kering. Pekerja mengetahui kapasitas Pada lokasi lift barang, Permenaker No.38 tahun 2016
beban pada lift barang sehingga diberikan rambu-rambu tanda pasal 15

PT. Narada Katiga Indonesia | 26


Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)
Temuan : Lift barang (pesawat angkat) penggunaannya tidak melebihi penggunaan lift barang hanya “Setiap pesawat tenaga dan
sudah di lengkapi dengan pelat nama. kapasitas beban. digunakan untuk mengangkut produksi harus di beri pelat nama
barang bukan manusia dan yang memuat data pesawat tenaga
(Berdasarkan hasil wawancara) rambu “HATI-HATI” dan produksi.”
7 Dengan adanya cover anti panas, Harus dilakukan Permenaker No. 38 Tahun 2016
pekerja terlindung dari panas pengecekakan berkala untuk Pasal 97
yang dihasilkan dari cerobong meninjau sekrup pengikat “Konstruksi cerobong tanur harus
asap pada genset. isolator tersebut. Karna sesuai dengan ketentuan perunda-
apabila sekrup tersebut lepas, undangan yang berlaku dan
maka isolator akan lepas dan standar”
tidak melindungi pekerja dari
cerobong yang panas.

Cerobong asap Genset (mesin diesel)


yang merupakan tenaga awal untuk
mesin produksi sudah di lengkapi
dengan cover anti panas.

8 Operasi forklift dilaksanakan Operator cadangan forklift Permenaker No 8 Tahun 2020


oleh operator yang sudah juga mendapatkan pelatihan Pasal 141 ayat 2
memiliki kemampuan dan sertifikasi atau SIO sehingga “Pengoperasian Pesawat Angkat
kapasitas yang disyaratkan oleh memiliki kemampuan yang dan Pesawat Angkut harus
Peraturan Perundang-undangan. sesuai standar dalam dilakukan oleh Operator dengan
Sehingga mengoperasikan mesin. kualifikasi sesuai jenis dan

PT. Narada Katiga Indonesia | 27


Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)
proses operasi terhindar dari kapasitas Pesawat Angkat dan
kecelakaan kerja. Pesawat Angkut”

Satu orang operator forklift (pesawat


angkat dan angkut) sudah di lengkapi
dengan sertifikat kelas 2 (dua).
9 Lokasi: Ruang Produksi Kondisi mesin operasi dalam Proses pemeriksaan sebaiknya Undang-Undang No. 38 Tahun
Temuan: Perusahaan melakukan kondisi baik karena dilakukan didokumentasikan agar 2016 Pasal 4
pemeriksaan berkala pada setiap mesin perawatan secara berkala, perusahaan mengetahui “Pelaksanaan syarat-syarat K3
operasi sesuai SOP perusahaan apabila mesin operasi mengalami perawatan yang sudah pesawat tenaga dan produksi
masalah, mesin bisa langsung diberikan maupun mesin yang sebagaimana dimaksud dalam
(Berdasarkan hasil wawancara) segera diperbaiki. sering mengalami kendala. pasal 2 meliputi kegiatan
Apabila mesin operasi perencanaan, pembuatan,
dimodifikasi, mesin operasi pemasangan atau perakitan,
perlu dilakukan pemeriksaan pemakaian atau pengoperasian,
berkala. pemeliharaan, perbaikan atau
modifikasi dan perubahan,
serta
pemeriksaan dan pengujian.”

PT. Narada Katiga Indonesia | 28


Saran Peraturan Perundang-undangan
No Lokasi dan Temuan Dampak/Manfaat
(termasuk pasal dan ayat)

Undang-Undang No. 38 Tahun


2016 Pasal 5 ayat 4
“Pemakaian atau pengoperasian
pesawat tenaga dan produksi
sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4, harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian
sebelum digunakan serta
dilakukan pemeliharaan secara
berkala”

PT. Narada Katiga Indonesia | 29


B. ANALISA TEMUAN NEGATIF
Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
K3 Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Tangki Timbun
1 Uap hasil 6 1 3 18 Cerobong panas Permenaker No. 38 Tahun
pembakaran yang diberi cover 2016 Pasal 97
dihasilkan cerobong isolasi dari “Konstruksi cerobong tanur
panas dapat rockwool harus sesuai dengan ketentuan
mencapai suhu sebagai penahan perunda-undangan yang
tinggi dan apabila panas dari uap berlaku dan standar”
terkena dapat yang dihasilkan
melukai operator pada cerobong
yang sedang
bekerja
Cerobong panas pada Hot
Water Boiler tidak di
lengkapi dengan cover anti
panas yang mana dapat
melindungi pekerja.

PT. Narada Katiga Indonesia | 30


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
2 Kabel berisiko 6 10 7 420 Instalasi kabel Permenaker No. 38 Tahun
meleleh akibat harus segera 2016 Pasal 16
panas yang diperbaiki dan “Perlengkapan dan instalasi
dihasilkan diatur listrik pesawat tenaga dan
cerobong. Apabila sedemikian rupa produksi harus sesuai dengan
meleleh dapat sehingga tidak ketentuan peraturan
menimbulkan arus dekat dengan Perundang-undangan bidang
pendek (korslet) cerobong. lsitrik”
yang dapat
menimbulkan
Posisi kabel Burner hampir potensi kebakaran.
menempel dengan
cerobong.
3 Bila bahan material 3 10 15 450 Drum solar yang Permenaker No. 37 Tahun
yang digunakan digunakan 2016 pasal 23
pada drum terlalu memiliki “Bahan, konstruksi dan alat
tipis, berpotensi ketebalan yang perlengkapan Tangki Timbun
timbulnya tidak sesuai harus cukup kuat.”
kebocoran yang standar.
dapat berakibat Perusahaan
potensi kebakaran. harus
menggunakan
drum bbm

PT. Narada Katiga Indonesia | 31


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
Drum solar tidak sesuai standar untuk
standar (memakai drum tangki bahan
bekas) bakar dan cukup
kuat menampung
kapasitas solar.

4 Pekerja tidak 6 1 15 90 Drum solar diberikan Kepmenaker No.187 tahun 1999


mengetahui LDKB (Lembar Data pasal 5
potensi bahaya Keselamatan Bahan) “Label sebagaimana dimaksud
meledak bahan pada drum tangki dalam pasal 3 huruf a meliputi
solar tersebut solar dan keterangan mengenai :
karena tidak ada simbol/tanda bahaya a. Nama produk;
plat nama dan dan bila perlu b. Identifikasi bahaya;
tidak ada diletakan tidak c. Tanda bahaya dan artinya;
simbol/tanda berdekatan dengan d. Uraian risiko dan
bahaya seperti hot water boiler. penanggulangannya;
larangan merokok. e. Tindakan pencegahan;
Drum Tangki timbun tidak Dan drum tangka f. Instruksi dalam hal terkena
berdekatan dengan atau terpapar;
ada LDKB (Lembar Data
boiler g. Instruksi kebakaran;
Keselamatan Bahan) dan h. Instruksi tumpahan atau
simbol/tanda/rambu-rambu bocoran;
tulisan larangan merokok i. Instruksi pengisian dan
dan mudah meledak dan penyimpanan;
terbakar j. Referensi;
k. Nama, alamat dan nomor
telepon pabrik pembuat
PT. Narada Katiga Indonesia | 32
Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
atau distributor.
5 Apabila tidak ada 3 10 15 450 Di sekitar tangki Permenaker No. 37 Tahun
pagar pengaman, solar diberi 2016 pasal 28
operator yang pagar pelindung “Lokasi tempat tangki timbun
sedang melakukan untuk menghindari harus dipasang pagar
pengecekan bahan risiko jatuhnya pengaman dengan jarak paling
bakar, berpotensi tanki menimpa sedikit 25 meter dihitung dari
jatuh karena lokasi pekerja maupun dinding tangki”
tangka drum sempit terbakar dan
dan tidak memiliki agar operator
Pada sekitar tangki tidak pagar pengaman. dapat berdiri
dilengkapi pagar pengaman Tangki bahan bakar dengan aman di
dan drum solar tidak berada juga dapat berisiko lokasi penempatan
di tempat yang semestinya. jatuh dari drum.
ketinggian apabila Sebaiknya
tidak ada pagar tangka/drum solar
pengaman. tidak diletakan
ditempat tinggi

PT. Narada Katiga Indonesia | 33


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
6 Lokasi : Ruang Produksi Hal ini dapat 3 2 15 90 Operator yang Undang-Undang Uap Tahun
Basah berisiko belum memiliki 1930 pasal 6 ayat 1
Temuan : Operator pesawat Mengakibatkan SIO dilarang “Adalah dilarang untuk
uap tidak memiliki kecelekaan kerja melakukan menjalankan atau
sertifikat operasi pesawat apabila operator operasi pesawat mempergunakan sesuatu
uap/hot boiler water. tidak memiliki uap. Operator pesawat uap dengan tidak
kapasitas dan perlu mengikuti mempunyai Ijin untuknya,
(Berdasarkan hasil kemampuan yang sertifikasi yang diberikan oleh Kepala
wawancara) sesuai dengan pesawat uap Jawatan Pengawasan
standar. keselamatan kerja.”

Surat Edaran Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi No:
SE No.01/DJPPK/VI/2009

PT. Narada Katiga Indonesia | 34


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
K3 Mekanik
7 Lokasi: Ruang Produksi Hal ini dapat 6 3 15 270 Operator Permenaker No 8 Tahun 2020
Kering berisiko cadangan forklift Pasal 141 ayat 2
Temuan: Operator cadangan mengakibatkan yang belum “Pengoperasian Pesawat
forklift tidak di lengkapi kecelekaan kerja memiliki SIO Angkat dan Pesawat Angkut
dengan sertifikasi operasi akibat kurangnya dilarang harus dilakukan oleh Operator
forklift. kapasitas dan mengoperasikan dengan kualifikasi sesuai jenis
kemampuan yang Unit. Operator dan kapasitas Pesawat Angkat
(Berdasarkan hasil dimiliki operator cadangan dan Pesawat Angkut”
wawancara) cadangan. tersebut perlu
mengikuti
serifikasi alat
angkut jenis
forklift.
8 Lokasi: Ruang produksi Hal ini dapat 6 3 3 54 Operator yang Permenaker No 8 Tahun 2020
kering berisiko belum memiliki Pasal 141 ayat 2
Temuan: Operator crane mengakibatkan SIO dilarang “Pengoperasian Pesawat
tidak memiliki sertifikat kecelekaan kerja mengoperasikan Angkat dan Pesawat Angkut

PT. Narada Katiga Indonesia | 35


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
operasi pesawat angkat jenis akibat kurangnya Unit. Operator harus dilakukan oleh Operator
crane. kapasitas yang tersebut perlu dengan kualifikasi sesuai jenis
dimiliki operator. mengikuti dan kapasitas Pesawat Angkat
(Berdasarkan hasil serifikasi alat dan Pesawat Angkut
wawancara) angkat jenis
crane.

9 AC motor tidak 6 6 7 252 AC motor pada Permenaker No. 38 Tahun


diberi pengaman mesin Kesrik 2016 Pasal 8 b
pada bagian belt diberikan “Semua bagian yang bergerak
berisiko pengaman atau dan berbahaya dari pesawat
mencelakai pekerja penutup pada tenaga dan produksi harus
yang sedang bagian belt. dilengkapi alat pengaman”
melakukan sistem
AC motor (penggerak operasi.
mekanik) pada mesin kesrik
tidak diberi pengaman pada
bagian belt

PT. Narada Katiga Indonesia | 36


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
10 Mesin Shaving 10 10 7 700 Mesin diberi Permenaker No. 38 Tahun
tidak memiliki pagar pengaman 2016 Pasal 8 b
untuk “Semua bagian yang bergerak
pagar pengaman
melindungi dan berbahaya dari pesawat
berpotensi tangan tangan operator tenaga dan produksi harus
operator terjepit yang sedang dilengkapi alat pengaman”
bekerja.
akibat kulit yang
licin, sehingga
Mesin Shaving tidak dapat berpotensi
memiliki pagar pengaman
kecelakaan kerja
yang dapat
menimbulkan
cidera.

PT. Narada Katiga Indonesia | 37


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
11 Roda gigi (gear) 3 2 7 42 Pada roda gigi Permenaker No. 38 Tahun
tidak dilengkapi diberi penutup 2016 Pasal 10
agar pekerja “Roda gigi yang terbuka pada
dengan pengaman
terhindar dari pesawat atau mesin yang
yang memadai risiko terjepit. bergerak harus diberi alat
dapat berpotensi perlindungan”

terjepitnya tangan
operator pada saat
mengoperasikan
Roda gigi (gear) tidak
mesin.
dilengkapi dengan
pengaman yang memadai.

12 Rail crane 3 10 7 210 Perlu ada Permenaker No. 8 Tahun 2020


memiliki risiko penggantian rail pasal 5 ayat 1 C
ambruk apabila crane dengan “Perencanaan dan pembuatan
mengangkat beban material yang pesawat angkat dan pesawat
yang terlalu berat lebih tebal yang angkut meliputi perhitungan
(500 kg). Posisi mempunyai kekuatan konstruksi”
drum tidak pada kapasitas yang
semestinya, berada lebih besar.

PT. Narada Katiga Indonesia | 38


Proba Pema Konse
Peraturan Perundang-
bility/ paran/ kuensi Rating Saran /
No Lokasi dan Temuan Potensi Bahaya undangan
Pelua Pemaj /Akib Risiko Rekomendasi
(termasuk pasal dan ayat)
ng anan at
Rail pada crane (pesawat pada ketinggian
angkat) memiliki ukuran dan berisiko jatuh
kecil untuk sepanjang menimpa pekerja.
bentangan.

PT. Narada Katiga Indonesia | 39


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan mengenai
pengawasan norma K3 Mekanik, Pesawat Uap, Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun di PT Adi Satria Abadi, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap, Bejana
Tekanan dan Tangki Timbun
Berdasarkan pengamatan kami, PT. Adi Satria Abadi sudah menerapkan
beberapa instrumen keselamatan kerja (K3) pada pesawat uap, bejana tekan
dan tangki timbun. Namun demikian pada prosesnya, masih memiliki
beberapa kekurangan dalam penerapan K3 di lingkugan kerja. Mesin
produksi masih memiliki banyak resiko kecelakaan kerja yang belum
ditangani dan dapat merugikan proses produksi. Pada operasi mesin pesawat
uap, operator belum memiliki sertifikat penggunaan pesawat uap, hal ini
dapat berisiko terjadinya kecelakaan kerja akibat operator tidak memiliki
kemampuan yang sesuai dengan standar. Oleh karena itu, pihak perusahaan
harus segera melakukan perbaikan pada unit yang memiliki potensi bahaya
untuk efektifitas dan efisiensi pekerjaan serta melakukan sertifikasi pada
operator mesin. Perusahaan sudah menerapkan pemeriksaan berkala dan
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik
PT. Adi Satria Abadi memiliki banyak pesawat mekanik yang banyak terlibat
dalam proses produksi. Tentunya, penggunaan mesin tersebut sangat vital
dalam menunjang kelancaran bisnis perusahaan tersebut. Dalam hal ini, PT.
Adi Satria Abadi sudah menerapkan standar manajemen K3 dalam
lingkungan kerja secara baik dan benar. Namun demikian, dalam beberapa hal
perusahaan perlu ada peningkatan dalam penerapan K3. Operator utama pada
mesin forklift memiliki sertifikat penggunaan alat, namun pada operator
cadangan forklift. Operator kesrik, shaving, dan operator mesin crane tidak
memiliki sertifikat. Perlu adanya pembinaan sertifikasi bagi operator
sehingga memiliki kemampuan dalam

PT. Narada Katiga Indonesia | 40


mengoperasikan alat dan menghindari terjadinya risiko kecelakaan kerja. Alat
angkut sudah memiliki pelat nama sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada Undang-Undang.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapaun saran-saran yang dapat kami berikan
pada PT. Adi Satria Abadi adalah:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Mekanik
PT. Adi Satria Abadi sebaiknya harus mewajibkan atau memfasilitasi
operator cadangan forklift, operator pesawat uap dan operator mesin crane,
operator kesrik dan shaving untuk mengikuti sertifikasi agar memiliki SIO
dan pada alat-alat produksi yang belum memiliki pengaman untuk dapat
diberikan pengaman dan pelindung. Kedua hal tersebut dilakukan dengan
tujuan yaitu operator memiliki kapasitas dan kemampuan yang sesuai standar
dalam melakukan operasi mesin dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Pada alat-alat produksi diharapkan untuk segera diberi pengaman dan
pelindung pada bagian mesin yang bergerak. Perlu adanya penggantian rail
crane dengan material yang lebih tebal yang mempunyai kapasitas yang
memadai.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap, Bejana
Tekanan dan Tangki Timbun
Pada bidang ini juga diharapkan PT. Adi Satria Abadi dapat melakukan
perbaikan-perbaikan pada kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
seperti melakukan sertifikasi kepada operator dan segera melaksanakan
pemeriksaan dan pengujian berkala pada bejana tekanan dan tangki timbun.
Pada alat produksi diperi pengaman dan pelindung pada bagian cerobong
panas. Instalasi kabel diatur sedemikian rupa sehingga tidak dekat dengan
benda yang menghasilkan panas. Penggunaan dan penempatan drum solar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada alat-alat produksi diharapkan
untuk segera diberikan pelindung dan pengaman pada cerobong panas.

PT. Narada Katiga Indonesia | 41


DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang Uap Tahun 1930

Permenaker No. 02 Tahun 1982 Tentang Kualifikasi Juru Las di Tempat Kerja,

Permenaker No. 01 Tahun 1988 Tentang Kualifikasi dan Syarat-Syarat Operator Pesawat

Uap

Permenaker No. 37 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana

Tekanan dan Tangki Timbun

Permenaker No. 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat

Tenaga dan Produksi

Permenaker No. 08 Tahun 2020 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat

Angkat dan Pesawat Angkut

PT. Narada Katiga Indonesia | 42


LAMPIRAN A

PT. Narada Katiga Indonesia | 43


PT. Narada Katiga Indonesia | 44
LAMPIRAN B

Rating Risiko (RR) = Peluang (P) x Pemaparan (E) x


Konsekuensi (C)

PELUANG (kemungkinan atau peluang kejadian tersebut terjadi) / P


KATEGORI PENJELASAN NIL
AI
Sangat mungkin terjadi / Sangat mungkin atau hampir pasti akan terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 10 10
hampir pasti kali kesempatan
Mungkin terjadi Dapat terjadi atau suatu hal yang tidak mungkin untuk terjadi (peluang terjadinya 1 kali 6
dalam 100 kali kesempatan)
Tidak biasa namun bisa Dapat merupakan kejadian yang tidak biasanya akan terjadi namun kemungkinannya 3
terjadi tetap ada (peluang terjadinya 1 kali dalam 1000 kali kesempatan)
Kecil kemungkinannya Kemungkinan terjadinya kecil atau merupakan suatu kebetulan (peluang terjadinya 1 1
kali dalam 10.000 kali kesempatan)
Sangat kecil Sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi / terjadi setelah bertahun-tahun terpapar 0.5
kemungkinannya (peluang terjadinya 1 kali dalam 100.000 kali kesempatan)
Tidak mungkin terjadi Secara praktek tidak mungkin terjadi / hampir tidak muungkin terjadi (peluang 0.2
terjadinya 1 kali dalam 1.000.000 kali kesempatan)

PT. Narada Katiga Indonesia | 45


PEMAPARAN (frekwensi dan lamanya pemaparan bahaya tersebut) / E
KATEGORI PENJELASAN NIL
AI
Kontinyu Sangat sering atau pekerjaan yang rutin dilakukan 10
Seringkali Terjadinya sekali sampai beberapa kali sehari 6
Kadang-Kadang Sekali seminggu sampai beberapa kali sebulan 3
Tidak Biasanya Sekali dalam sebulan sampai sekali setahun 2
Jarang Sekali dalam beberapa tahun 1
Sangat Jarang Belum pernah terjadi pemaparan 0.5

AKIBAT (keparahan dari hasil yang yang dikeluarkan oleh suatu kejadian seperti: cidera, sakit, dll) / C

KATEGORI PENJELASAN NIL


AI
Katastropi Menimbulkan banyak korban jiwa 100
Bencana Menimbulkan beberapa korban jiwa 40
Sangat Serius Menimbulkan satu kematian 15
Serius Menimbulkan cidera serius (menyebabkan cacat anggota tubuh) 7
Perawatan Medis Menimbulkan cidera yang memerlukan perawatan medis 3
Perawatan P3K Cidera yang bersifat minor atau hanya memerlukan pengobatan P3K 1
Penilaian Resiko

PT. Narada Katiga Indonesia | 46


diatas 400 : Risiko sangat tinggi, lakukan penghentian kegiatan segera
200 – 400 : Risiko tinggi, perbaikan dengan segera (keterlibatan managemen)
50 – 200 : Risiko substansial, perlu tindakan perbaikan
10 – 50 : Risiko sedang, perlu tindakan perbaikan namun dapat dijadwalkan
dibawah 10 : Risiko rendah

PT. Narada Katiga Indonesia | 47


NOTULEN

Pertanyaan dari Tim


1. Rail Crane fungsinya untuk apa dan drum kuning didekat rail crane diisi apa?
(Malik)
2. Pada unit produksi banyak menggunakan drum yang terbuat dari kayu, apakah ada
syarat khusus? Apakah bisa digantikan dengan bahan stainless steel? (Adit)
3. Mengapa pada mesin Shaving tidak menggunakan pagar pembatas tangan?
(Selvy)
4. Apakah perusahaan memiliki tangki timbun kapasitas besar untuk bahan bakar?
Mengapa tangki timbun diletakkan di tempat tinggi dan bagaimana cara
pengisiannya? (Rafiqah)
5. Pada mesin uap/boiler, berapa kapasitas hot water boilernya? (Riah)
6. Apakah setiap mesin produksi dilakukan pemeriksaan rutin setiap hari sebelum
digunakan? (Adit)
7. Apakah perusahaan melakukan pemeriksaan berkala dan pengujian berkala pada
setiap mesin operasi? (Adit)
8. Apakah dilakukan pemeriksaan khusus untuk mesin yang sudah tua? (Selvy)
9. Apakah ada mesin yang menghasilkan suara bising? Berapakah Nilai Ambang
Batasnya? (Rafiqah)
10. Apakah setiap operator pesawat uap, crane dan forklift sudah memiliki sertifikat?
(Riah)
11. Apakah setiap mesin memiliki pelat nama yang berisikan merk, kapasitas dan lain-
lain? (Adit)

Jawaban dari Perwakilan PT. Adi Satria Abadi


1. Rail crane berisi cairan yang dibutuhkan dalam proses produksi yang akan

dituangkan ke dalam drum produksi melalui motor penggerak.


2. Drum dibuat sendiri oleh kru perusahaan dengan standar yang sudah ditetapkan ,
dan bahan tidak harus menggunakan stainless steel
3. Karena pekerjaan shaving membutuhkan ketelitian memasukan bahan sehingga
tidak diberi pembatas pelindung. Namun operator yang mengoperasikannya belum
memiliki SIO dan hanya belajar otodidak, hal tersebut akan membahayakan operator
apabila terjadi kelalaian
4. Perusahaan memiliki 2 tanki solar dengan kapasitas 5000 liter/ tangki yang diisi
2500 liter/tangki. Tangki diletakkan diatas kerangka dan diruangan terbuka,
PT. Narada Katiga Indonesia | 48
Tangkinya sudah ditutup sehingga tidak terkena sinar matahari. Pengisiannya secara
manual dari mobil distribusi
5. Mesin uap/ boiler kapasitas hot water 1500liter, untuk pengoperasian butuh sertifikat
dr kemnaker, dari pabrik belum menyediakan
6. Sebelum digunakan akan dilakukan pemeriksaan setiap hari sesuai dengan SOP
yang ada
7. dilakukan pemeriksaan dan pengujian berkala tetapi waktunya tidak tentu (tidak
terjadwal)
8. Pemeriksaan khusus dilakukan hanya sewaktu-waktu apabila ada spare part yang
sudah aus
9. Mesin yg menghasilkan suara bising, salah satunya genset, dengan nilai kebisingan
>80dB, untuk lokasi di setter, stacking dan genset yang bising disediakan APD dari
pihak perusahaan
10. Forklift cuma 1 orang yang memiliki sertifikat. Untuk pengoperasian genset dll
diajarin secara otodidak dari pihak perusahaan
11. Semua mesin memiliki plat nama

PT. Narada Katiga Indonesia | 49

Anda mungkin juga menyukai