Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


PT. MANDIRI JOGJA INTERNASIONAL

Bidang Kelembagaan K3 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (SMK3)

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN 57
2022

Disusun Kelompok 4:
1. Afanin Syafa Buana
2. Al Azhari
3. Hidayat Kelilauw
4. Nanda Dian Magfirah
5. Tegar Putra

PT. NARADA KATIGA INDONESIA


Yogyakarta, 04 November 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah azza wa jalla berkat kuasa dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan laporan PKL ini yang berjudul Laporan
Kelompok Praktik Kerja Lapangan PT. Mandiri Jogja Internasional Bidang
Kelembagaan dan Keahlian K3 dan SMK3. Laporan PKL ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat dalam pelaksanaan Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli
K3 Umum Online Tahun 2022.
Tidak lupa kami bersyukur kepada Allah azza wa jalla akan kehadiran pihak-
pihak yang telah terlibat dan membantu dalam proses penulisan laporan PKL ini. Ucapan
terimakasih kami ucapkan kepada:

1. Seluruh staff PT. Mandiri Jogja Internasional, yang telah memberikan izin untuk
melakukan PKL dan memberikan informasi yang dibutuhkan.
2. Seluruh staff PT. Narada Katiga Indonesia sebagai PJK3 pelatihan Calon Ahli
K3 Umum, yang telah memberikan bimbingan selama kegiatan PKL serta
penyusunan laporan.
3. Seluruh pemateri dan Disnaker Daerah Istimewa Yogyakarta yang senantiasa
memberikan ilmu, membimbing, dan meluangkan waktu saat pelatihan
4. Seluruh peserta pelatihan Ahli K3 Umum Online Angkatan 57, yang telah
memberikan dukungan dan belajar bersama selama pelatihan berlangsung

Kami menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari kata sempurna yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran membangun sebagai masukkan dalam laporan PKL ini agar kedepannya lebih baik
lagi.

Yogyakarta, 04 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...............................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup......................................................................................................2
1.4 Dasar Hukum.........................................................................................................2
1.4.1 Dasar Hukum Kelembagaan dan Keahlian K3..........................................2
1.4.2 Dasar Hukum SMK3..................................................................................3

BAB II KONDISI PERUSAHAAN....................................................................................4


2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja...........................................................................4
2.2 Potensi Bahaya di Tempat Kerja...........................................................................6
2.3 Faktor Bahaya........................................................................................................6
2.4 Temuan Hasil Observasi........................................................................................6
2.4.1 Temuan Positif......................................................................................6
2.4.2 Temuan Negatif.....................................................................................6

BAB III ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH.....................................................8


3.1 Temuan Positif Kelembagaan & Keahlian K3 dan SMK3 di PT. Mandiri Jogja
Internasional..........................................................................................................8
3.2 Temuan Negatif Kelembagaan & Keahlian K3 dan SMK3 di PT. Mandiri Jogja
Internasional........................................................................................................13

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................18
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telah menjadi isu penting, tidak hanya
dalam skala nasional tetapi juga dalam skala internasional. Menurut Undang – Undang
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai upaya
untuk menjamin kesempurnaan baik jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya
serta suatu ilmu pengetahuan dalam usaha mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Sebagaimana kita ketahui kecelakaan kerja, sakit dan bahkan meninggal
akibat kerja memerlukan biaya disampig kerugian kerusakan peralatan juga kehilangan
produktifitas dalam lingkungan pekerjaan. Oleh sebab itu setiap perusahaan diwajibkan
untuk menerapkan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tidak hanyak
dimiliki oleh perusahaan dibidang minyak dan gas, pertambangan dan manufaktur, tetapi
sudah merambah kesemua jenis perusahaan.
Menyadari pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja, maka
perlindungan ini bertujuan agar tenaga kerja, orang lain ditempat kerja dan sumber
produksinya dalam keadaan sehat, selamat, aman dan sejahtera. Serta pada akhirnya
tercapainya suatu produktivitas yang tinggi dengan tetap mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja. Kegagalan pada aktifitas pekerjaan atau saat terjadinya kecelakaan kerja
seberapapun kecilnya akan mengakibatkan efek kerugian. Oleh karena itu setiap
perusahaan umumnya memiliki organisasi dengan tugas khusus yang menangani masalah
keselamatan dan kesehatan kerja. Organisasi tersebut memiliki peran dalam menyusun
program ataupun prosedur, melakukan pencatatan serta mengawasi dan membuat laporan
kegiatan pekerjaan dilapangan.
Upaya penegakkan keselamatan dan kesehatan kerja dapat kita lihat dari setiap
perusahaan yang memfokuskan pada manajemen kualitas, manajemen lingkungan serta
pemeriksaan aspek Kesalamatan dan Kesehatan Kerja mengenai kelembagaan dan
keahlian K3 serta dalam penerapan SMK3 dalam area kerja. Sistem manajemen K3 di
tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya produktifitas yang tinggi, aman
dan efisien

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakannya PKL ini adalah untuk :
1. Tujuan Umum
Mempraktekkan teori (mata ajaran) yang telah diterima selama kegiatan pelatihan.
2. Tujuan Khusus: Salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi peserta pelatihan
Calon Ahli K3, agar peserta mampu untuk
a. Melakukan Identifikasi, analisa dan membuat rekomendasi pelaksanaan K3
secara umum,
b. Melakukan identifikasi, analisa dan membuat rekomendasi pelaksanaan
penerapan SMK3,
c. Melakukan identifikasi, analisa dan membuat rekomendasi pelaksanaan
kelembagaan dan keahlian K3.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup Kerja Praktek Lapangan ini adalah :
1. Kelembagaan dan Keahlian K3 :
a. P2K3 dan PJK3
b. Ahli K3 Umum
2. Penerapan SMK3 :
a. Kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3, Pemantauan dan
Evaluasi Kinerja K3 dan Peninjauan dan Peningkatkan Kinerja SMK3
b. Audit eksternal dan internal SMK3
c. Penghargaan K3 (zero accident award, sertifikat SMK3)

1.4 Dasar Hukum


Dalam pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di Indonesia dengan dasar hukum
sebagai berikut :
14.1 Dasar Hukum Kelembagaan K3
1. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/Men/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehataan Kerja
2
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

14.2 Dasar Hukum Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3)
1. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/2007 Tentang
Pedoman Pemberian Penghargaan K3
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.26/Men/2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

3
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. Mandiri Jogja Internasional atau yang biasa disebut MJOINT didirikan pada
tanggal 1 Juni 1997 oleh Rico Yudi Asmoro. Pada awalnya, perusahaan ini mulai
memproduksi produk kerajinan kulit di sebuah garasi rumah di desa Rejowinangun,
Kotagede, Yogyakarta dan mengawali langkah bisnis dengan mengekspor produk ke
beberapa negara seperti Amerika, Jepang, Belanda, dan Australia. Namun, seiring
berjalannya waktu dan semakin besarnya perusahaan maka mulai muncul permintaan
untuk pasar lokal sehingga produk kulit perusahaan mulai dijual di Indonesia pada tahun
2008 dengan merek dagang BUCINI. Sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar
lokal, maka dibangunlah showroom yang lebih besar di desa Klodangan, Berbah, Sleman
pada tahun 2010 dengan kapasitas produksi mencapai 3500 tas per bulan. Hal ini
menjadikan MJOINT sebagai leader di industri kerajinan kulit di Yogyakarta.
BUCINI memproduksi berbagai macam produk fashion berbahan dasar kulit
berkualitas tinggi yang diambil langsung dari Magetan, Jawa Timur. Semua produk yang
dihasilkan BUCINI menggunakan kulit jenis Pull-up, di mana jenis kulit ini memiliki
ketahanan yang baik. Perusahaan yang telah berdiri selama kurang lebih 21 tahun ini
tidak hanya memproduksi tas sebagai produk unggulan saja, melainkan juga alas kaki,
dompet, dan aksesoris lainnya
Dalam upaya produksi, perusahaan menggandeng warga daerah sekitar showroom
untuk merakit produk. Hal ini dilakukan karena MJOINT berupaya untuk
memberdayakan potensi lokal, termasuk sumber daya manusia untuk dapat berpartisipasi
sehingga dapat membangun ekonomi kreatif yang sesuai dengan misi yang diangkat oleh
perusahaan. Adapun Visi dan Misi perusahaan, sebagai berikut:
Visi:
1. Menjadi produsen produk kulit yang berkualitas internasional
2. Menjadi brand produk kulit terbaik di Indonesia dan diakui dunia
Misi:
Mengembangkan ekonomi kreatif dengan seni dan potensi lokal untuk menghasilnya
produk kulit terbaik serta turut serta dalam memajukan perekonomian masyarakat

4
PT. Mandiri Jogja Internasional memiliki struktur organisasi yang terperinci, berikut ada
susunan organisasi:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi di PT. Mandiri Jogja Internasional

PT. Mandiri Jogja Internasional memiliki luas bangunan 3000m2 yang terdiri dari
dua bangunan yaitu showroom dan gedung produksi. PT. Mandiri Jogja Internasional
memiliki 180 karyawan dengan perbandingan 70% karyawan perempuan dan 30%
karyawan laki-laki. Selain itu, PT. Mandiri Jogja Internasional memiliki kapasitas
produksi hingga 45.000 tas per tahun dan 6000 pasang sepatu per tahun.
Proses produksi PT. Mandiri Jogja Internasional dimulai dengan mendesain
produk oleh bagian Departemen Penelitian dan Pengembangan, kemudian memilah kulit
yang akan dibuat menjadi produk, membuat pola, pemotongan kulit, kain, dan bahan non-
kulit sesuai dengan pola yang sudah dibuat. Selanjutnya masuk ke Departemen Produksi
dimana langkah pertama adalah emboss logo, kemudian pemasangan aksesoris dimana
ada aksesoris bahan metal dan juga kulit. Selanjutnya pemasangan interior pada produk,
pemasangan kain pada bahan baku kulit, lalu masuk ke proses penjahitan dimana ada
yang menggunakan mesindan manual. Pada Departemen QC dilakukan pengecekan
benang, lem, warna, dan kebersihan. Terakhir pada Departemen Make Up, produk yang
sudah jadi akan dibersihkan, lalu produk diberikan sentuhan akhir dengan menambah
semir halus, selanjutnya produk akan masuk ke pengepakan yang sebagian akan
ditampilkan di showroom dan dikirim ke luar negeri.

2.2 Potensi Bahaya di Tempat Kerja


Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja. Potensi bahaya di tempat kerja PT. Mandiri
Jogja Internasional yaitu
1. Terjepit

5
2. Tergores/ terpotong
3. Terjatuh
4. Tertimpa barang
5. Terpeleset
6. Tersengat aliran listrik
7. Terpapar bahan kimia
8. Kebakaran

2.3 Faktor Bahaya


Karyawan akan menghadapi ancaman bahaya yang mengganggu kesehatan di
tempat kerja PT. Mandiri Jogja Internasional, identifikasi bahaya yang dilakukan
diseluruh area PT. Mandiri Jogja Internasional :
1. Faktor Fisika
2. Faktor Kimia
3. Faktor Biologi
4. Faktor Ergonomi
5. Faktor Psikologi

2.4 Temuan Hasil Observasi


Berdasarkan hasil observasi video dan informasi, diperoleh temuan sebagai
berikut :
2.4.1 Temuan Positif
1. Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Ada ahli K3
b. Ada sertifikat pengesahan P2K3
c. Pengurus menjalankan kwajiban untuk menyediakan APD
d. Unit penanggulangan kebakaran sudah pernah mengikuti pelatihan

2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. Ada formulir identifikasi risiko
b. Ada SOP kerja
c. Ada pengendalian risiko (penyalur petir dan APAR)

2.4.2 Temuan Negatif


6
1. Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Belum pernah diadakan simulasi penanggulangan kebakaran kepada seluruh
pekerja
b. Pengurus tidak melakukan penekanan mengenai kewajiban penggunaan APD
pada pekerja
c. Pengurus membiarkan posisi yang tidak ergonomis pada pekerja

2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. Belum pernah dilakukan audit internal dan eksternal SMK3
b. Penerapan SMK3 belum berjalan secara menyeluruh
c. Belum ada kebijakan K3
d. Personil dan fasilitas penanggulangan darurat belum memadai

7
BAB III
ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Berikut ini temuan positif dan negatif di PT. Mandiri Jogja Internasional
3.1 Temuan Positif Kelembagaan & Keahlian K3 dan SMK3 di PT. Mandiri Jogja Internasional
No Foto Temuan Analisa Dasar Hukum
Manfaat (termasuk pasal dan ayat)

Saran/
Rekomendasi

Kelembagaan dan Keahlian K3


Narasumber:
1 Pak PT. Mandiri Ada ahli K3 Mengontrol pekerja Ahli K3 konsistenPeraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1992
Dwi Suhardono Jogja dalam melaksanakan mengawasi tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang
(Manger HSE) Internasi pekerjaan dengan pelaksanaan Ahli Keselamatan dan Kesehataan Kerja
onal aman tanpa K3 di Pasal 2 ayat 1 dan 2
menimbulkan risiko, perusahaan
mengurangi sesuai (1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang ditunjuk
kecelakaan kerja, dan peraturan yang berwenang menunjuk ahli
mengawasi UU K3 berlaku dan keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kerja dengan
mengembangk kriteria tertentu dan pada
an program K3 perusahaan yang memberikan jasa dibidang keselamatan
di perusahaan dan kesehatan kerja.
(2) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan
tenaga kerja lebih dari 100
orang;
8
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus mempekerjakan
tenaga kerja kurang dari 100
orang akan tetapi menggunakan bahan, proses, alat dan
atau instalasi yang besar
risiko bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
Narasumber:
2 Pak PT. MandiriSudah ada P2K3Memiliki susunan Secara berkala Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Dwi Suhardono Jogja yang organisasi yang membuat 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
(Manger HSE) Internasi disahkan berfokus dan pelaporan K3 Kesehatan Kerja dan Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
onal bertanggung jawab kepada Pasal 2
dalam penerapan K3 Disnaker
di perusahaan setempat dan (1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha
bekerja sama atau pengurus wajib
untuk membentuk P2K3.
mengembangk (2) Tempat kerja dimaksud ayat (1) ialah:
an program K3 a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
di perusahaan mempekerjakan 100 orang atau
lebih;
b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus
mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan
instalasi yang mempunyai
risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan
penyinaran radioaktif.

Pasal 3 ayat 3
P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya
atau usul dari pengusaha atau pengurus yang bersangkutan.

9
3 Ruang Pengurus APD berfungsi untuk APD diperiksa danUndang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
produksi menjalankan melindungi tubuh didata secara Kerja
kewajiban pekerja kemungkinan berkala agar Pasal 14 poin c
untuk adanya potensi APD tetap
menyediakan bahaya atau terawat dalam Pengurus diwajibkan :
APD kecelakaan kerja kondisi baik c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

4 PT. MandiriUnit Memberikan Unit UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Jogja penagulanga pengetahuan dan penanggulangaPasal 9 ayat 3
Internasi n kebakaran keahlian tentang n kebakaran
onal sudah pernah teknik-teknik diharapkan Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
ikut pencegahan dan dapat tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam
pelatihan penanggulangan memberikan pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
kebakaran di tempat pengetahuan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
atau di lingkungan kebakaran pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja kepada para
pekerja dan
merekomendas
ikan simulasi
kebakaran
kepada
perusahaan

10
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
1 PT. MandiriSudah ada Mengidentifikasi hal-hal, Melanjutkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Jogja formulir kejadian-kejadian atau identifikasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Internasi identifikasi situasi yang mungkin risiko ke Kesehatan Kerja
onal resiko terjadi yang dapat perencanaan Pasal 9 ayat 3 :
mempengaruhi dan
pencapaian tujuan Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud
pelaksanaan
organisasi termasuk pengendalian pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
penyebab dan sumber risiko a. hasil penelaahan awal;
risiko b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki.
2 Halaman Terdapat Pelaksanaan pengendalianMelakukan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
belakang penanggulan risiko tersebut dapat perawatan dan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
dan gan potensi meminimalisir setiap pemeriksaan Kesehatan Kerja
ruang bahaya, kerugian yang mungkin secara berkala Pasal 9 ayat 3 :
produksi yaitu dialami bagi pada penyalur
penyalur perusahaan maupun petir dan Dalam menyusun rencana K3 sebagaimana dimaksud
petir dan pekerja APAR pada ayat (2) pengusaha harus mempertimbangkan:
APAR a. hasil penelaahan awal;
b. identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko;
c. peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lainnya; dan
d. sumber daya yang dimiliki.

3Narasumber: Pak Dwi


PT. MandiriAda SOP kerjaMenjamin setiap unit kerjaPengurus Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Suhardono Jogja menjalankan aktivitas melakukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
(Manger HSE) Internasi dengan tepat, cepat, pengawasan Pasal 10 ayat 4 :
onal efektif, efisien, dan dan inspeksi
terhindar dari SOP terhadap (4) Prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada
kesalahan para pekerja ayat (2) paling sedikit terdiri dari:
11
a. organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang
K3;
b. anggaran yang memadai;
c. prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan
serta pendokumentasian; dan
d. instruksi kerja.

12
3.2 Temuan Negatif Kelembagaan K3 dan SMK3 di PT. Mandiri Jogja Internasional
No Foto Tempat Temuan Analisa Saran/ Dasar Hukum
temuan Dampak Rekomendasi (termasuk pasal dan ayat)

Kelembagaan K3
1Narasumber: Pak Dwi PT. Mandiri Jogja
Belum pernah di Pekerja tidak Unit UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Suhardono (Manger Internasional adakan simulasi memiliki penanggulangaPasal 9 ayat 3
HSE) kebakaran pengetahuan n kebakaran
kepada seluruh mengenai membuat Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi
pekerja pencegahan dan rekomendasi semua tenaga kerja yang berada di bawah
penanggulangan kegiatan pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
kebakaran simulasi kepada pemberantasan kebakaran serta peningkatan
secara teknis di beberapa atau keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
tempat atau seluruh pekerja. pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan
lingkungan Jika belum bisa
kerja dilakukan, unit
penanggulanga
n kebakaran
memberikan
edukasi terkait
penanggulanga
n kebakaran di
tempat kerja
kepada para
pekerja

13
2 Ruang produksi Pengurus tidak Peluang angka Pengurus lebih Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
melakukan kecelakaan kerja tegas untuk 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
penekanan meningkat menerapkan dan Kesehatan Kerja dan Penunjukan Ahli
mengenai peraturan agar Keselamatan Kerja
kewajiban pekerja mau Pasal 4 ayat 2 poit B
penggunaan mengunakan
APD pada APD sesui b. Membantu menunjukan dan menjelaskan kepada
pekerja dengan setiap tenaga kerja:
kebutuhan. 1) Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang
Melakukan dapat menimbulkan gangguan
inspeksi APD keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya
pada pekerja kebakaran dan peledakan
dan pemberian serta cara penanggulangannya.
sanksi 2) Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan aman dalam
melaksanakan pekerjaannya;

14
3 Ruang produksi Pengurus Duduk dengan Penerapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
membiarkan postur yang ergonomi kerja Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan,
posisi yg tidak tidak ergonomis mampu Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan
ergonomis pada dapat menekan risiko Kesehataan Kerja
pekerja menyebabkan cedera serta Pasal 10:
masalah seperti meningkatkan
pegal dan nyeri produktivitas Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
pada bagian c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa,
leher, bahu, mengevaluasi dan memberikan
lengan, persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
punggung, kesehatan kerja yang meliputi:
pinggang, otot 1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
tulang dan jari- 2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja,
jari instalasi serta peralatan
lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
N
1 arasumber: Pak Dwi PT. Mandiri Jogja
Belum pernah Kredibilitas dan Pengurus mulai Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Suhardono (Manger Internasional dilakukan audit kinerja melakukan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
HSE) internal dan perusahaan yang langkah SMK3 Kesehatan Kerja
eksternal SMK3 sudah berjalan dan setelah itu Pasal 14 ayat 2
selama ini terkait
mengadakan audit
dengan internal, (2) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana
kebijakan K3 kemudian audit dimaksud pada ayat (1) melalui pemeriksaan,
dinilai tidak baik eksternal pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
atau masih
meragukan Permenaker no 26 th 2014 pasal 3 ayat 1
(1) Perusahaan yang telah melaksanakan penerapan
SMK3 sebagaimana
15
dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan penilaian
penerapan SMK3 melalui
Audit Eksternal SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3
yang ditunjuk oleh
Menteri.
N
2 arasumber: Pak Dwi PT. Mandiri Jogja
Penerapan SMK3 Perusahaan tidak Pengurus mulai Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Suhardono (Manger Internasional belum berjalan memiliki melakukan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
HSE) secara penerapan K3 langkah Kesehatan Kerja
menyeluruh yang terencana, pelaksanaan Pasal 5 ayat 1
terukur, SMK3 yaitu:
terstruktur, dana. penetapan Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di
terintegrasi, kebijakan K3; perusahaannya.
sehingga dapat b. perencanaan
menyebakan K3;
potensi c. pelaksanaan
kecelakaan kerja rencana K3; Pasal 6 ayat 1
yang lebih besar d. pemantauan
dan evaluasi SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
kinerja K3; dan meliputi:
e. peninjauan a. penetapan kebijakan K3;
dan peningkatan b. perencanaan K3;
kinerja SMK3 c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

N
3 arasumber: Pak Dwi PT. Mandiri Jogja
Belum ada Dibuat kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Pemimpin, pengurus,
Suhardono (Manger Internasional kebijakan k3 dan pekerja tidak K3 yang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
HSE) memiliki sudut ditandatangani Kesehatan Kerja
pandang dan oleh pimpinan pasal 6 ayat 1
tujuan yang dan diketahui
sama mengenai oleh seluruh SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
ketetapan K3
pekerja meliputi:
yang ingin a. penetapan kebijakan K3;
dicapai di b. perencanaan K3;
perusahaan c. pelaksanaan rencana K3;
16
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

Pasal 7 ayat 1
Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
pengusaha.
4 Ruang produksi Personil dan fasilitas
Saat terjadi keadaanMelakukan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
dan klinik penanggulangan darurat, pemeriksaan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
darurat belum penanggulangan berkala Kesehatan Kerja
memadai (kotak menjadi mengenai Pasal 11 ayat 2
P3K yang terhambat kelengkapan
kosong dan tidak dikarenakan kotak P3K di Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
ada dokter jaga personil dan seluruh area, sedikit meliputi:
yang datang fasilitas yang dan a. tindakan pengendalian;
secara rutin) tidak memadai menyediakan b. perancangan (design) dan rekayasa;
personil c. prosedur dan instruksi kerja;
kesehatan/ d. penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan;
dokter jaga yang e. pembelian/pengadaan barang dan jasa;
datang secara f. produk akhir;
rutin g. upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan
dan bencana industri; dan
h. rencana dan pemulihan keadaan darurat.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
PT Mandiri Jogja Internasional (MJOINT) adalah perusahaan yang
bergerak di bidang industri kerajinan kulit yang berlokasi di Jogja. Perusahaan
ini sudah mulai menaati ketentuan terkait dengan K3 yang diatur dalam
berbagai resulasi peraturan perundang-undangan. Setelah dilakukan studi
pustaka tentang peraturan perundang undangan serta berbagai regulasi terkait
dengan kelembagaan & keahlian K3 serta SMK3 terhadap hasil observasi yang
dilakukan di PT. Mandiri Jogja Internasional, terdapat beberapa persyaratan
yang diatur di undang-undang dan regulasi lainnya terkait dengan kelembagaan
& keahlian K3 serta SMK3 sudah dijalankan dengan baik di perusahaan selama
kegiatan produksi berlangsung. Akan tetapi masih ada beberapa hal yang belum
diterapkan dan atau kurang sesuai dengan peraturan yang ada. Temuan terkait
dengan hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kelembagaan dan Keahlian K3
Temuan Positif
a. Perusahaan memiliki ahli K3 dan sudah mengikuti pelatihan dibuktikan
dengan adanya sertifikat sehingga memenuhi ketentuan yang diatur dalam
permenaker No. 2 tahun 1992 pasal 2 ayat 1 dan 2
b. Perusahaan memiliki P2K3 yang sudah disahkan sehingga memenuhi
ketentuan yang diatur dalam Permenaker No. 4 tahun 1987 pasal 2 ayat 1 dan
2 serta pasal 3 ayat 3
c. Pengurus telah menyediakan APD secara cuma cuma untuk para pekerja
sehingga memenuhi ketentuan yang diatur dalam UU No.1 tahun 1970 pasal
14
d. Unit penanggulangan kebakaran sudah pernah mengikuti pelatihan dan
dibuktikan dengan sertifikat sehingga memenuhi ketentuan yang diatur dalam
UU No.1 tahun 1970 pasal 3

Temuan Negatif
a. Belum melakukan simulasi kebakaran kepada seluruh pekerja sehingga
melanggar UU No.1 tahun 1970 pasal 3
18
b. Pengurus tidak melakukan penekanan mengenai kewajiban penggunaan APD
pada pekerja sehingga melanggar Permenaker No 4 tahun 1987 pasal 4 ayat 2
point B
c. Pengurus membuarkan posisi yang tidak ergonomis pada pekerja sehingga
melanggar Permenaker No. 2 tahun 1992 pasal 10

2. Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Temuan Positif
a. Perusahaan sudah memiliki form identifikasi resiko sehingga memenuhi
persyaratan pada PP No.5 tahun 2012 pasal 9 ayat 3
b. Perusahaan telah memiliki SOP di tempat kerja sehingga memenuhi PP No. 5
tahun 2012 pasal 10 ayat 4
c. Perusahaan memiliki pengendalian resiko seperti terdapat penyalur petir, dan
apar sehingga memenuhi PP No. 5 tahun 2012 padal 9 ayat 3

Temuan Negatif
a. Belum pernah dilakukan audit internal maupun eksternal sehingga melanggar
PP No. 5 tahun 2012 pasal 14 ayat 2 dan Permenaker No. 26 Tahun 2014
pasal 3 ayat 1
b. Penerapan SMK3 belum berjalan secara menyeluruh sehingga melanggar PP
No. 50 tahun 2012 Pasal 5 dan Pasal 6 ayat 1
c. Belum ada kebijakan terkait dengan K3 sehingga melanggar PP No.50 tahun
2012 pasal 7 ayat 1
d. Personil dan fasilitas penanggulangan darurat belum memadai sehingga
melanggar PP No.5 tahun 2012 padal 11 ayat 2

4.2 Saran
1. Perusahaan sebaiknya menerapkan kebijakan SMK3 secara menyeluruh diluai
dari proses penetapan kebijakan K3, melakukan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi serta melakukan peninjauan dan tingkatan kinerja
SMK3
2. Perusahaan sebaiknya menerapkan kebijakan terkait dengan K3 secara lebih
tegas kepada karyawan sehingga fungsi dan tujuan dari K3 dapat tercapai dengan

19
lebih maksimal dan produktivitas karyawan akan meningkat dengan lebih baik
3. Aturan dan kebijakan yang telah diterapkan sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam perundang-undangan tetap dijalankan dan ditingkatkan
4. Perlu dilakukan sosialisasi dan simulasi kepada karyawan terkait dengan
kebijakan K3 dan penanggulangan keadaan darurat sehingga kesadaran
karwayan terkait dengan K3 akan meningkat dan mereka dapat berperan aktif
dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit dan keselamatan kerja.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehataan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/Men/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/Men/2007 Tentang
Pedoman Pemberian Penghargaan K3
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.26/Men/2014 tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai