ANGKATAN 1
KELOMPOK 1
PENYELENGGARA
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
C. Ruang Lingkup.....................................................................................................4
D. Kebijakan K3 .......................................................................................................7
A. Kesimpulan… .................................................................................................... 21
B. Saran… .............................................................................................................. 21
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan ramah lingkungan, sehingga
mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang pada akhirnya
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, penerapan K3 harus menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan usaha. Selain itu, penerapan K3 di tempat kerja
menjadi prioritas utama di pasar domestik dan internasional.
Penyelenggaraan K3 ini sangat perlu, mengingat resiko kecelakaan dapat terjadi kapan
dan dimana saja. Pemerintah sendiri telah mengatur penyelengaraan K3 ini dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1970, Undang-Undang No 23 Tahun 1992, dan Undang-Undang No 13
tahun 2003. Dikarenakan keterbatasan tenaga pengawas, pemerintah menggandeng Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (PJK3), dibantu oleh Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3) di tempat usahanya masing-masing agar pemenuhan dan
penerapan K3 dapat dilaksanakan sesuai regulasi.
3
B. Maksud dan Tujuan
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan rangkaian kegiatan pelatihan sertifikasi ahli
K3 secara umum.Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan, menambah pengetahuan dan pemahaman
para ahli K3 biasa terhadap peraturan K3 dimasa yang akan datang;
2. Memberikan hasil evaluasi dan rekomendasi mengenai penerapan K3 di lingkungan
kerja PT. Dapeng Indonesia;
3. Memberikan pengalaman bagi calon ahli K3 umum dalam mengidentifikasi bahaya
dan mematuhi peraturan yang berlaku.
C. Ruang Lingkup
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini meliputi praktik dalam melakukan identifikasi,
observasi dan analisa penerapan K3 sesuai regulasi di PT. Daiho Indonesisa, yang
mencakup:
D. Dasar Hukum
1. Undang – Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/Men/1987
Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli K3
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli K3
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 01/Men/2007
Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan K3.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.26/Men/2014
Tentang Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
4
Per.18/Men/XI/2008 Tentang Audit SMK3.
5
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
B. Kebijakan Mutu
Kepuasan Pelanggan
Komitmen terhadap keamanan, kualitas, Biaya, dan pengiriman
Penerapan sepenuhnya dalam management mutu dengan mempertimbangkan
masalah eksternal dan internal
6
Memnuhi kebutuhan dan persyaratan dari pihak yang berkepentingan
Mencapai sasaran dan target kualitas melalui 5S, Standarisasi dan QCC
Terus Unggul mencapai tujuan, dan memperbaiki management mutu.
C. Kebijakan K3
● Menggalakkan dan membina lingkungan kerja yang aman dan kondusif untuk seluruh
karyawan
● Melindungi seluruh karyawan dari bahaya penyakit, kecelakaan atau bahkan kematian
yang terjadi Ketika didalam Perusahaan ataupun dalam perjalanan menuju pekerjaan
● Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menydiakan kontrol dari kemungkinan bahaya
yang ada didalam pabrik unuk menghindari kecelakaan
● Berkalanjutan untuk meningkatkan kebijakan dan prosedur untuk mengembangkan
Kesehatan karyawan dan pelaksanaan sebaik-baiknya.
7
BAB III
TEMUAN DAN ANALISA
1 Safety induction kepada Perusahaan Perusahaan dapat UU No. 1 tahun 1970 tentang
pekerja, memberikan safety mempertahankan Keselamatan Kerja, Pasal 9 ayat:
mitra/subkontraktor , induction kepada & meningkatkan (1) Pengurus diwajibkan menunjukkan
pengunjung/tamu setiap Pekerja, saat lebih lanjut atas dan menjelaskan pada tiap tenaga
diterima bekerja apa yang telah kerja baru tentang :
sebagai karyawan, dilakukan. a. Kondisi-kondisi dan bahaya-
dan kepada mitra bahaya serta yang dapat timbul
dan tamu pada saat dalam tempat kerjanya;
akan berkunjung ke b. Semua pengamanan dan alat-
area kerja. alat perlindungan yang
Terkait dengan diharuskan dalam tempat
mitra atau tamu kerjanya;
menggunakan video c. Alat-alat perlindungan diri
sebagai informasi bagi tenaga kerja yang
safety induction. bersangkutan;
d. cara-cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan
pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat
memperkerjakan tenaga kerja
yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja
tersebut telah memahami syarat-
syarat tersebut di atas.
8
memasang rambu-rambu mengenai
kewajiban penggunaan APD di tempat
kerja
3 Alat Pelindung Diri/APD Perusahaan Perlu tersedianya UU No.1 Tahun 1970 tentang
menyediakan APD APD yang cukup Keselamatan Kerja Pasal 14:
bagi para tenaga apabila ada Pengurus diwajibkan:
kerja dan tamu yang kunjungan tamu c. Menyediakan secara cuma-cuma,
berkunjung ke area yang cukup semua alat perlindungan diri yang
pabrik banyak dan diwajibkan pada tenaga kerja yang
memberikan label berada di bawah pimpinannya dan
pada APD untuk menyediakan bagi setiap orang lain
tamu guna yang memasuki tempat kerja tersebut,
membedakan disertai dengan petunjuk-petunjuk
dengan tenaga yang diperlukan menurut petunjuk
kerja pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
4 Prosedur kerja (SOP), Perusahaan telah Instruksi (SOP) UU No.1 Tahun 1970 tentang
JSA memiliki prosedur di pasang ditiap Keselamatan Kerja Pasal 4 ayat (2):
kerja JSA dan unit kerja terkait. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-
HIRADC di tiap prinsip teknik ilmiah menjadi suatu
divisi dan dievaluasi kumpulan ketentuan yang disusun
setiap 1 kali secara teratur, jelas dan praktis yang
setahun. mencakup bidang konstruksi, bahan,
pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian dan pengesahan,
pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk teknis dan
aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri,
keselamatan tenaga kerja yang
melakukannya dan keselamatan umum
9
sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannnya
1 P2k3, PJK3 PT Daiho memiliki Setiap lokasi UU No.1 Tahun 1970 tentang
lebih dari 350 Tenaga operasi ada 1 Keselamatan Kerja Pasal 10 ayat (1):
Kerja, dan telah orang AK3U (1) Menteri Tenaga Kerja berwenang
memiliki struktur P2K3 membentuk Panitia Pembina
sesuai regulasi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna
memiliki ahli K3 memperkembangkan kerjasama, saling
Umum, dan perwakilan pengertian dan partisipasi efektif dari
dari masiang-masing peng-usaha atau pengurus dan tenaga
Divisi. kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
10
latihan tanggap Dalam draft ISO 45001 (2016),
darurat bersama, diungkapkan tentang hal berikut ini:
serta melibatkan 1. Organisasi atau industri harus
seluruh karyawan menetapkan, menerapkan, memelihara
secara berkala. dan secara berkelanjutan meningkatkan
mutu kinerja K3 termasuk proses yang
diperlukan dan interaksinya, sesuai
dengan persyaratan ISO 45001.
2. Tujuan dari ISO 45001 yaitu untuk
memberikan kerangka dalam mengelola
pencegahan kematian, cedera dan sakit
yang berhubungan dengan pekerjaan di
tempat kerja.
3. ISO 45001 memiliki elemen sebagai
berikut:
a) Konteks organisasi atau industri yang
meliputi memahami organisasi atau
industri dan konteksnya, memahami
kebutuhan dan harapan pekerja serta
pihak lain yang berkepentingan,
organisasi atau industri harus
menetapkan dan menentukan lingkup
SMK3.
b) Kepemimpinan, partisipasi pekerja
dan konsultasi yang meliputi
kepemimpinan dan komitmen kebijakan
K3, peran organisasi atau industri,
tanggung jawab, akuntabilitas dan
otoritas, partisipasi, konsultasi dan
representasi.
c) Perencanaan meliputi tindakan untuk
mengatasi risiko dan peluang K3; tujuan
perencanaan untuk mencapai K3.
d) Dukungan untuk mencapai ISO 45001
meliputi sumber daya yang diperlukan
untuk ISO 45001, kompetensi pekerja
dalam menjalankan kegiatannya dan
peduli ISO 45001, informasi, dan
komunikasi kegiatan penerapan ISO
45001, dokumentasi informasi kegiatan
ISO 45001.
3. Ahli K3 PT Daiho memiliki Ahli K3 lebih aktif Permenaker No. 2 Tahun 1992
beberapa orang Ahli K3 dalam berperan Tentang Tata Cara Petunjukan,
serta dalam Kewajiban, Dan Wewenang Ahli
menjalankan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja,
program K3 Pasal 2:
1) Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat
yang ditunjuk berwenang menunjuk
ahli keselamatan dan kesehatan kerja
pada tempat kerja dengan kriteria
tertentu dan pada perusahaan yang
11
memberikan jasa di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Kriteria tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah:
a. Suatu tempat kerja dimana pengurus
mempekerjakan tenaga kerja lebih
dari 100 orang.
b. Suatu tempat kerja dimana pengurus
mempekerjakan tenaga kerja kurang
dari 100 orang akan tetapi
menggunakan bahan, proses, alat dan
atau instalasi yang besar resiko
bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.
4. Pengesahan P2K3 Perusahaan memiliki Mempertahankan UU No.1 Tahun 1970 tentang
sarana dan prasarana dan meningkatkan Keselamatan Kerja Pasal 9 ayat (1):
terhadap tenaga kerja upaya yang telah (1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan
dalam melakukan dilakukan dan mendjelaskan pada tiap tenaga
pelatihan dan safety perusahaan. kerdja baru tentang :
induction. a. Kondisi-kondisi dan bahaja-bahaja
serta jang dapat timbul dalam tempat
kerdjanja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat
perlindungan jang diharuskan dalam
tempat kerdjanja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga
kerdja jang bersangkutan;
d. tjara-tjara dan sikap jang aman dalam
melaksanakan pekerdjaannja.
Permen No. 4 Tahun 1987 Pasal 4
poin 2:
(2) Untuk melaksanakan tugas tersebut
ayat (1), P2K3 mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan mengolah data
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di tempat kerja;
b. Membantu menunjukan dan
menjelaskan kepada setiap tenaga
kerja:
1) Berbagai faktor bahaya di tempat
kerja yang dapat menimbulkan
gangguan keselamatan dan
kesehatan kerja, termasuk bahaya
kebakaran dan peledakan serta
cara penanggulangannya.
2) Faktor yang dapat mempengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja;
3) Alat pelindung diri bagi tenaga
kerja yang bersangkutan;
4) Cara dan sikap yang benar dan
aman dalam melaksanakan
pekerjaannya;
12
5. Program Kerja Perusahaan memiliki Menambahkan Permen No. 04/MEN/1987 Panitia
program kerja terkait jenis program Pembina Keselamatan & kesehatan
Kesehatan / kegiatan Kesehatan lainnya Kerja Serta Tata Cara Penunjukan
Kesehatan yang sudah yang lebih Ahli Keselamatan Kerja Pasal 4
dilaksanakan. bevariatif. poin 2 huruf c dan d :
c. Membantu pengusaha atau pengurus
dalam:
1) Mengevaluasi cara kerja, proses
dan lingkungan kerja;
2) Menentukan tindakan koreksi
dengan alternatif terbaik;
3) Mengembangkan sistem
pengendalian bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja;
4) Mengevaluasi penyebab
timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja serta mengambil
langkah-langkah yang diperlukan;
5) Mengembangkan penyuluhan dan
penelitian di bidang keselamatan
kerja, hygiene perusahaan, kesehatan
kerja dan ergonomi;
6) Melaksanakan pemantauan
terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di
perusahaan;
7) Memeriksa kelengkapan peralatan
keselamatan kerja;
8) Mengembangkan pelayanan
kesehatan tenaga kerja;
9) Mengembangkan laboratorium
kesehatan dan keselamatan kerja,
melakukan pemeriksaan
laboratorium dan melaksanakan
interpretasi hasil pemeriksaan;
10) Menyelenggarakan administrasi
keselamatan kerja, higene
perusahaan dan kesehatan kerja.
d. Membantu pimpinan perusahaan
menyusun kebijaksanaan manajemen
dan pedoman kerja dalam rangka upaya
meningkatkan keselamatan kerja, higene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi
dan gizi tenaga kerja.
13
A3. Penerapan SMK3
No Foto/Temuan Analisa Saran Dasar hukum
1 Kebijakan dan PT Daiho telah Pimpinan dan PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
komitmen K3 melaksanakan Seluruh karyawan Sistem Manajemen Keselamatan dan
ketentuan terkait : wajib untuk Kesehatan Kerja Pasal 6 ayat (1)
1. Kebijakan K3 melaksakan SMK3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2. Komitmen K3 kebijakan dan 3 ayat (1) meliputi:
komitmen K3 yang a. penetapan kebijakan K3;
telah disahkan oleh b. perencanaan K3;
pimpinan c. pelaksanaan rencana K3;
perusahaan. d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
2 Audit SMK3 PT Daiho melakukan Berkomitmen PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Audit Internal ISO 2 melakukan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan
kali dalam setahun , Internal 2 Kali Kesehatan Kerja
eksternal 1 kali dalam dalam setahun, Pasal 14 ayat (2)
setahun, dan eksternal 1 kali Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
dilakukan audit oleh dalam setahun yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Customer. dilakukan oleh melalui pemeriksaan, pengujian,
lembaga sertifikasi pengukuran, dan audit internal SMK3
yang aktif dan dilakukan oleh sumber daya manusia yang
terdaftar di kompeten
Kemenakertrans, Pasal 16 ayat (1)
serta memenuhi Penilaian penerapan SMK3 dilakukan oleh
kebutuhan audit lembaga audit independen yang ditunjuk
yang dilakukan oleh oleh Menteri atas permohonan perusahaan.
Customer.
1.
Di salah satu Perlu ada UU No.1 Tahun 1970
Gudang, marka pembaharuan marka tentang Keselamatan Kerja
batas pejalan kaki agar bisa terlihat Pasal 14 point b :
dan kendaraan dengan jelas dan Memasang dalam tempat
sudah tidak lebih informatif kerja yang dipimpinnya,
terlihat jelas. Pada lagi. Dianjurkan semua gambar keselamatan
14
badan Forklift untuk kerja yang diwajibkan dan
tidak mencantumkan semua bahan pembinaan
mencantumpan SWL Forklif lainnya, pada tempat-tempat
SWL Forklift tersebut serta yang mudah dilihat dan
tersebut dan tidak memasang baricade terbaca menurut petunjuk
memasang selama proses pegawai pengawas atau ahli
baricade selama pengoperasian keselamatan kerja
proses Forklif.
pemindahan
barang.
15
Petugas operator Perlu adanya UU No.1 Tahun 1970
2 tidak memakai penegakan disiplin tentang Keselamatan Kerja
APD helmet bagi tenaga kerja Pasal 12 point (b):
yang tidak mentaati Dengan peraturan
peraturan K3 perundangan diatur
kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk:
b. Memakai alat-alat
perlindungan diri yang
Petugas tidak diwajibkan;
memakai APD
sarung tangan Permenaker
PER.08/MEN/VII/2010
Pasal 6 ayat (1)
Pekerja/buruh dan orang lain
yang memasuki tempat kerja
wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai
dengan potensi bahaya dan
risiko.
16
melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga mencapainihil
kecelakaan kerja pada jangka
waktu tertentu.
3. Penghargaan SMK3 adala
h tanda penghargaan sistem
manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang
diberikan pemerintah kepada
manajemen perusahaan
yangtelah berhasil dalam
melaksanakan sistem
keselamatan dan kesehatan
kerja yangterintegrasi
dengan sistem manajemen
perusahaan pada jangka
waktu tertentu.
4. Penghargaan pembina K3
adalah tanda penghargaan ke
selamatan dan kesehatankerj
a yang diberikan pemerintah
kepada Gubernur,
Bupati/Walikota yang
telah berhasil melaksanakan
program pembinaan K3
kepada perusahaan.
5. Penghargaan pemerduli K
3 adalah tanda penghargaan
keselamatan dan kesehatank
erja yang diberikan
pemerintah kepada tenaga
kerja yang telah mempunyai
prestasidalam bidang K3
yang dapat meningkatkan
penerapan K3 dan mampu
secarasignifikan dalam
mendorong pelaksanaan K3
sehingga perusahaan
yang bersangkutan mendapat
kan
penghargaan tingkat nasiona
l, dan atau seseorang
yangmempunyai kepedulian,
jasa dan prestasi yang dapat
menggerakkan
masyarakatuntuk
meningkatkan penerapan K3.
6. Kecelakaan nihil adalah s
uatu kondisi tidak terjadi kec
elakaan di tempat kerja yang
mengakibatkan pekerja
17
sementara tidak mampu
bekerja (STMB) selama 2 x
24 jamdan atau
menyebabkan terhentinya
proses dan atau rusaknya
peralatan tanpa
korban jiwa dimana kehilang
an waktu kerja tidak melebih
i shift berikutnya pada kurun
waktu tertentu dan jumlah
jam kerja orang tertentu.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di lingkungan PT. DAIHO
INDONESIA, melalui video dan website tentang K3 Secara Umum, Kelembagaan dan
Keahlian K3 dan Penerapan SMK3 dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perusahaan sudah memasang Rambu/Marka/Safety Sign sesuai area yang
terindentifikasi terdapat potensi bahaya, namun masih terdapat area yang
markanya sudah tidak terlihat jelas, dan masih ada beberapa tempat yang belum
dilengkapi oleh Rambu/Marka/Safety Sign.
2. Penggunaan APD di Lingkungan Kerja masih kurang konsisten, sebab masih ada
para pekerja yang belum mempedulikan penggunaan APD selama bekerja.
3. Kelembagaan dan Keahlian K3 secara struktur organisasi P2K3 dan tim tanggap
darurat sudah dibentuk dan sudah berjalan dengan baik, dengan dibuktikan
perusahaan mendapatkan pengesahan dari dinas ketenagakerjaan dan terdapat
struktur organisasi tersebut, dan perusahaan sudah melaksanakan beberapa
program K3.
B. Saran
19