Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)

DI PT. SS UTAMA
BIDANG K3 MEKANIK PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT, PESAWAT
TENAGA DAN PRODUKSI, PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 88

KELOMPOK 1

AHMAD IQBAL ZAJULI

PENYELENGGARA
PT. JALAYA SURYA MEGATAMA
Tanggal 07 – 21 Februari 2024
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 2
B. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 3
C. Ruang Lingkup............................................................................... 4
D. Dasar Hukum ................................................................................. 4

BAB II KONDISI PERUSAHAAN


A. Gambaran Umum Tempat Kerja ..................................................... 6
B. Temuan .......................................................................................... 6
1. Temuan Positif ......................................................................... 6
2. Temuan Negatif ....................................................................... 9

BAB III ANALISA


A. Analisa Temuan Positif .................................................................. 10
B. Analisa Temuan Negatif ................................................................. 12

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14

REFERENSI

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Era Industrialisasi ini Proses Produksi dalam perusahaan menggunakan
teknologi modern, sehingga membutuhkan tenaga kerja Ahli dan terampil,
Namun tidak selamanya penerapan teknologi modern (tinggi) yang beraneka
ragam bisa menjamin keberlangsungan proses produksi perusahaan sesuai yang
diinginkan oleh perusahaan.
Di dalam sebuah Perusahaan, tenaga kerja merupakan salah satu aset yang
sangat penting, Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat, dengan begitu tenaga kerja merupakan
penggerak utama dalam kelangsungan bisnis perusahaan dan ekonomi bangsa.
Tenaga Kerja merupakan satu-satunya aset yang tidak dapat digandakan,
oleh karena itu tenaga kerja harus dijaga keselamatannya, kesehatannya,
dibimbing dan dikembangkan potensi mengenai kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja dan kesehatan kerja, sehingga memberikan output yang
optimal bagi perusahaan.
Kemungkinan bahaya Besar mengintai setiap tenaga kerja baik itu
Kecelakaan ringan, Kecelakaan besar, Kebakaran, Ledakan, Pencemaran
Lingkungan, dan penyakit akibat kerja yang mengakibatkan tenaga kerja
mengalami kecacatan dan bahkan potensi meninggal dunia. Potensi bahaya besar
itu diakibatkan karena ke tidak mampuan, ke tidak cakapan, kurangnya
kompetensi dan kurangnya pemahaman terhadap alat-alat produksi.
Posisi Pemerintah disini melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker)
mempunyai kewajiban untuk memberikan pengawasan, pembinaan dan
memberikan bimbingan terhadap penerapan K3 di dunia Kerja melalui tenaga
pengawas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dikarenakan keterbatasan tenaga pengawas, Pemerintah menggandeng
Pembina Jasa Keselamatan dan Kesehatan kerja (PJK3) , dibantu oleh Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di tempatnya usahanya

2
masing-masing agar pemenuhan dan pelayanan K3 dapat dilaksanakan dengan
baik.
Guna menguatkan peran dunia usaha dalam pelaksanaan K3, pemerintah
menerapkan standar keselamatan kerja yang disebut Sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Pembentukan SMK3 di perusahaan diatur kriteria-
kriteria yang K3 yang wajib dipenuhi oleh perusahaan dan dilakukan audit
setidaknya sekali dalam 3 tahun oleh auditor yang ditunjuk oleh Kementerian
Tenaga Kerja.
Tujuan dari PKL (Praktek kerja Lapangan) adalah mendapatkan
pengetahuan terkait dunia kerja khususnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
dan untuk menjadikan prasyarat bagi para calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Umum. Kegiatan Training ini dilaksanakan selama 12 hari,
termasuk didalamnya Observasi ke Lapangan (PT. SS UTAMA), dalam Hal ini
Kelompok I akan melihat penerapan sarana K3 mekanik (Pesawat Angkat dan
Angkut, Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat Uap dan Bejana Tekan).
Kesehatan Kerja Merupakan suatu hal yang telah diwajibkan dan
dibebankan kepada Perusahaan agar Kesehatan Kerja Tenaga Kerja terjamin.
Potensi Kesehatan Kerja yang terjamin akan meningkatkan produktivitas kerja
dan kesejahteraan pekerja baik di masa kerja maupun sesudah tidak bekerja di
perusahaan. Penerapan Kesehatan Kerja dapat mencegah dan mengurangi
penyakit akibat Kerja.

B. Maksud dan Tujuan


Praktik Kerja Lapangan (PKL) sebagai suatu rangkaian kegiatan dalam
pelatihan Ahli K3 Umum, dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan peserta pelatihan dalam konteks yang lebih praktikal sehingga
peserta memiliki semua pengetahuan teoritis dan juga pengetahuan lapangan
serta implementasi teori tersebut secara langsung. Selain itu, PKL ini juga
dimaksudkan untuk membekali pengetahuan bagi para calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) mengenai K3, dengan praktik nyata dalam
penerapan persyaratan dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yang meliputi: sarana penangulangan kebakaran, listrik dan
kontruksi bangunan.

3
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bagian
dari kegiatan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum
(AK3U) dalam mengidentifikasi bahaya dan risiko di tempat kerja. Melalui
PKL, calon Ahli K3 Umum dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya
sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam surat keputusan penunjukannya
(SKP), seperti yang dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per-02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 9 dan pasal 10.
Tujuan dari calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U)
ini mengikuti PKL di PT. SS Utama adalah, supaya wawasan yang diperoleh
selama PKL dapat menambah khasanah keilmuan terkait penerapan peraturan
dan norma K3 di tempat kerja nantinya. Serta melakukan pengawasan serta
perbaikan yang berkesinambungan, dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan
kerja di perusahaan yang disebabkan oleh faktor kelalaian manusia maupun
kegagalan fungsi mesin.
Adapun tujuan penulisan laporan PKL ini, adalah untuk mengetahui
penerapan peraturan dan normal K3 di perusahaan yang dikunjungi. Dan laporan
ini juga bisa digunakan untuk sebagai masukan bagi pihak perusahaan untuk
menghindari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

C. Ruang Lingkup
Kegiatan praktik kerja lapangan ini berorientasi sesuai dengan ruang
lingkup tugas dan fungsi dari ahli K3 Umum pengawasan peraturan perundangan
K3 bidang mekanik, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Pesawat Tenaga dan
produksi, Pesawat Uap dan Bejana Tekan di PT. SS Utama.

D. Dasar Hukum
Beberapa landasan hukum yang dipakai untuk penerapan K3 bidang
mekanik, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Pesawat Tenaga dan Produksi,
Pesawat Uap dan Bejana Tekan di lingkungan kerja PT. SS Utama adalah
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri

4
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekan dan Tangki Timbun
6. Undang-Undang Uap Tahun 1930

5
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. SS Utama didirikan pada tahun 1978 sebagai produsen alas kaki yang
dimulai sebagai pabrik sandal. Seiring berkembangnya perusahaan dalam
beberapa tahun terakhir, perusahaan mengembangkan persediaannya sendiri
(sandal, outsole dan lain-lain). PT. SS Utama adalah bagian dari PT. Wang Ta
Group yang merupakan salah satu rantai pabrik alas kaki terkemuka di Jawa
Timur, Surabaya, Indonesia.
Pada tahun 2011 PT. SS Utama mendirikan divisi sepatu, yang keduanya
memproduksi merek local asli perusahaan (Ardiles) dan menyediakan layanan
OEM (Original Equipment Manufacturing) untuk merek internasional lokal dan
asli di seluruh Dunia. Perusahaan berkomitmen untuk menjaga kualitas tinggi
produk dan kepuasan pelanggan dalam layanan perusahaan.
Perusahaan memiliki luas area 24000 meter persegi yang beralamat di Jalan
Tanjungsari No. 5A Surabaya, Jawa TImur, Indonesia, dengan jumlah karyawan
total 757, produk yang dihasilkan berupa vulcanized rubber shoes dengan
kapasitas produksi mencapai 7000 pasang sepatu per hari, untuk waktu tunggu
produksi sendiri sekitar 3 bulan. Jumlah mesin pemotong yang dimiliki pabrik
adalah 20 mesin, jumlah penjahit adalah 40 orang, jumlah perakit adalah 100
orang dan pabrik memiliki mesin lain berupa 8 oven vulcanized dan 20 press
outsole.
B. Temuan
1. Temuan Positif
Peraturan
No. Foto/Info Temuan/Resiko Saran/Rekomendasi
Perundangan
Memberikan
Undang-Undang
Terdapat SOP keterangan yang
Nomor 1 Tahun 1970
pada setiap mesin lebih jelas
1. pasal 4, Permenaker
jahit di area (diperbesar) agar
Nomor 38 Tahun 2016
produksi dapat dibaca dengan
Tentang K3 PTP Pasal
jelas oleh tenaga

6
kerja maupun 5 ayat (1) huruf a yang
pengawas kerja menyatakan bahwa :
Syarat-syarat K3
perencanaan dan
pembuatan PTP
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1)
meliputi pembuatan
gambar
konstruksi/instalasi dan
cara kerjanya.
Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970
pasal 3, Permenaker
Nomor 8 Tahun 2020
Memberikan Tentang K3 PAA Pasal
keterangan pada 16 yang menyatakan
Lift barang
setiap tombol agar bahwa :
2. memiliki tombol
lebih mudah Perlengkapan Pesawat
emergency stop
dimengerti oleh Angkat dan Pesawat
setiap tenaga kerja Angkut paling sedikit
terdiri atas a, b, c (alat
atau tombol penghenti
darurat/emergency
stop) dan seterusnya…
Terdapat SOP Memberikan Undang-Undang
pada setiap mesin keterangan yang Nomor 1 Tahun 1970
oven di area jelas pada setiap pasal 4, Permenaker
3. oven, serta sudah tombol yang ada Nomor 38 Tahun 2016
dilengkapi pada mesin oven Tentang K3 PTP Pasal
dengan tanda agar mempermudah 5 ayat (1) huruf a, yang
bahaya pada tenaga kerja dalam menyatakan bahwa :

7
setiap mesin oven mengoperasikan Syarat-syarat K3
dan emergency mesin tersebut. perencanaan dan
stop pembuatan PTP
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (1)
meliputi pembuatan
gambar konstruksi /
instalasi dan cara
kerjanya.
Dalam pasal 7 ayat (1)
juga dijelaskan bahwa :
Pesawat Tenaga dan
Produksi harus
dilengkapi dengan
tombol penggerak dan
penghenti.
Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970
pasal 4, Permenaker
Nomor 37 Tentang K3
Keterangan pada Bejana Tekan dan
Bejana Tekan nameplate sudah Tangki Timbun Pasal 9
memiliki cukup pudar, bisa ayat (1) yang
nameplate berupa lebih diperjelas agar menyatakan bahwa :
4.
nomor seri, setiap tenaga kerja Setiap bejana tekan
kapasitas, ukuran mengetahui diberikan tanda
dan lain-lain. nameplate dari pengenal meliputi : a.
bejana tekan. nama pemilik, b. nama
dan nomor urut pabrik
pembuat, c. nama gas
atau bahan yang
diisikan beserta simbol

8
kimia, d. berat kosong
tanpa keran dan tutup,
dan seterusnya…

2. Temuan Negatif
Peraturan
No. Foto/Info Temuan/Resiko Saran/Rekomendasi
Perundangan
Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970
Segera
pasal 13,
memerintahkan
Permenakertrans No.
pekerja untuk
Per.08/MEN/2010
menggunakan APD
Operator boiler Tentang APD Pasal 4
yang disesuaikan
bekerja tanpa ayat (1) huruf c yang
dengan kebutuhan
1. menggunakan menyatakan bahwa :
dan tetap mematuhi
APD (Baju safety APD wajib digunakan
ketentuan
dan sepatu safety) di tempat kerja dimana
Permenakertrans No.
dikerjakan
Per.08/MEN/2010
pembangunan,
Pasal 4 ayat (1) huruf
perbaikan, perawatan,
c.
pembersihan dan
seterusnya…

9
BAB III
ANALISA

A. Analisa Temuan Positif


1. Pada area produksi terdapat beberapa mesin jahit yang semuanya sudah
terpasang SOP dan cara kerja dari mesin jahit tersebut, hanya saja keterangan
yang di pasang terlalu kecil sehingga cukup sulit untuk dibaca. Karena mesin
jahit merupakan alat produksi sehingga termasuk ke dalam Pesawat Tenaga
dan Produksi, sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38
Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan
Produksi pasal 5 ayat (1) huruf c, yang menyatakan bahwa syarat-syarat K3
perencanaan dan pembuatan pesawat tenaga dan produksi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) meliputi : a. Pembuatan gambar
konstruksi/instalasi dan cara kerjanya.
Mesin jahit termasuk ke dalam Pesawat Tenaga dan Produksi (mesin perkakas
dan produksi), untuk pengoperasian Pesawat Tenaga dan Produksi mengacu
pada Permenaker Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi pasal 110 ayat (2) dimana
pengoperasian pesawat tenaga dan produksi dilakukan oleh operator K3
bidang Pesawat Tenaga dan Produksi.
Untuk pemeriksaan dan pengujian PTP mengacu pada Permenaker Nomor 38
Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan
Produksi pasal 129 ayat (1) dan pasal 133 ayat (1) dan (2), pasal 129 ayat (1)
menyatakan bahwa setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan
atau perakitan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau
modifikasi Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan pemeriksaan
dan/atau pengujian. Pasal 133 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa (1)
Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 huruf b
dilakukan secara berkala paling lama 1 tahun sekali, ayat (2) Pengujian
berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 huruf b dilakukan secara
berkala paling lama 5 tahun sekali.
2. Perusahaan memiliki lift barang yang digunakan untuk mengirim barang dari
tempat packing ke tempat barang jadi, lift barang memiliki emergency stop

10
yang digunakan untuk menghentikan lift pada saat terjadi gangguan operasi.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020
tentang keselamatan dan kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat angkut
pasal 16 yang menyatakan bahwa perlengkapan pesawat angkat dan pesawat
angkut paling sedikit terdiri atas : c. Alat atau tombol penghenti darurat
(emergency stop).
Lift barang memerlukan operator sesuai dengan Permenaker Nomor 6 Tahun
2017 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator Pasal
54 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal pemeliharaan dan pengoperasian
elevator dan eskalator sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dapat dilakukan
operator K3 elevator dan eskalator.
Untuk pemeriksaan/pengujian lift barang dilakukan paling sedikit 1 tahun
sekali, sesuai dengan Permenaker Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator pasal 73 ayat (1) yang
menyatakan bahwa pemeriksaan dan/atau pengujian berkala sebagaimana
dimaksud dalam pasal 70 huruf b dilakukan paling sedikit satu tahun sekali.
3. Pada area oven sudah terdapat SOP pada setiap mesin oven ,serta sudah
dilengkapi dengan tanda bahaya dan juga emergency stop. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pesawat tenaga dan produksi pasal 5 ayat
(1) huruf a yang menyatakan bahwa syarat-syarat K3 perencanaan dan
pembuatan pesawat tenaga dan produksi sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 ayat (1) meliputi pembuatan gambar konstruksi/instalasi dan cara kerjanya.
Serta pasal 7 ayat (1) yang menyatakan bahwa pesawat tenaga dan produksi
harus dilengkapi dengan tombol penggerak dan penghenti.
Operator Tanur (Furnace) memerlukan operator sesuai dengan Permenaker
Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat
Tenaga dan Produksi pasal 126 ayat (3) yang menyatakan bahwa Operator
tanur (furnace) jenis kiln dan oven sebagaimana dimaksud pasal 118 ayat (3)
berwenang mengoperasikan kiln dan oven).
Untuk pemeriksaan dan pengujian PTP mengacu pada Permenaker Nomor 38
Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan
Produksi pasal 129 ayat (1) dan pasal 133 ayat (1) dan (2), pasal 129 ayat (1)

11
menyatakan bahwa setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan
atau perakitan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, perubahan atau
modifikasi Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilakukan pemeriksaan
dan/atau pengujian. Pasal 133 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa (1)
Pemeriksaan berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 huruf b
dilakukan secara berkala paling lama 1 tahun sekali, ayat (2) Pengujian
berkala sebagaimana dimaksud dalam pasal 131 huruf b dilakukan secara
berkala paling lama 5 tahun sekali.
4. Perusahaan memiliki beberapa bejana tekan dengan nameplate yang sudah
tertera berupa nomor seri, kapasitas, ukuran dan lain-lain. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tahun 2016 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekan dan tangki timbun pasal 9 ayat
(1) yang manyatakan bahwa setiap bejana tekan diberikan tanda pengenal
meliputi : nama pemilik, nama dan nomor urut pabrik pembuat, nama gas atau
bahan yang diisikan beserta simbol kimia, berat kosong tanpa keran dan tutup,
tekanan pengisian (Po) yang diijinkan kg/cm2 dan lain-lain.
Bejana tekan memerlukan operator, sesuai dengan Permenaker nomor 37
tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekanan dan
tangki timbun pasal 59 ayat (1) dan (2) yang menyatakan (1) Pengangkutan
bejana tekan dan tangki timbun dilakukan oleh operator K3, (2) Pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan, modifikasi dan pengisian bejana tekan dan tangki
timbun dilakukan oleh teknisi K3 bidang bejana tekan dan tangki timbun.
Pemeriksaan dan pengujian bejana tekan mengacu pada Permenaker nomor
37 tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekanan dan
tangki timbun pasal 68 ayat (1) yang menyatakan setiap kegiatan
perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian, pengangkutan, pemakaian,
pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, dan penyimpanan bejana tekan dan
tangki timbun harus dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian. Pasal 70
menyatakan bahwa pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 68 meliputi : pertama, berkala, khusus dan ulang.
B. Analisa Temuan Negatif
Operator boiler bekerja tanpa menggunakan APD (baju safety dan sepatu safety,
hal ini sudah melanggar Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

12
Nomor Per.08/MEN/2020 Tentang Alat Pelindung Diri pasal 4 ayat (1) yang
menyatakan bahwa APD wajib digunakan ditempatkerja dimana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di
mana dilakukan pekerjaan persiapan;
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi maupun
di dasar perairan;
Dan lain-lain. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terpeleset, tangan tergores
dan sebagainya yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Diperlukan operator untuk mengoperasikan boiler sesuai dengan Permenaker
No. Per.01/MEN/1988 Tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap Pasal 8 Ayat (1) dan (2). Ayat (1) Operator kelas I berwenang melayani, a.
Sebuah ketel uap dengan kapasitas lebih besar dari 10 ton/jam, b. Pesawat uap
selain uap untuk semua ukuran, c. Mengawasi kegiatan operator kelas II bila
menurut ketentuan pada peraturan ini perlu didampingi operator kelas II. Ayat
(2) Operator kelas II berwenang melayani, a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas
paling tinggi 10 ton/jam, b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
Pemeriksaan dan uji pesawat uap dilakukan sesuai Peraturan Uap Tahun 1930
Pasal 40 ayat (1) yang menaytakan bahwa pemeriksaan dalam dari ketel-ketel
uap kapal, diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 tahun dan ketel kuap
darat sekurang-kurangnya sekali dalam 2 tahun.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan mengenai
pengawasan norma K3 mekanik, Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut, Pesawat
Tenaga dan Produksi, Pesawat Uap dan Bejana Tekan di PT. SS Utama, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan pengawasan K3 bidang mekanik sudah berjalan dengan baik,
karena beberapa peralatan yang ada di perusahaan sudah memiliki keterangan
dan juga di uji secara berkala.
2. Masih ada beberapa operator yang tidak menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja di lingkungan perusahaan, seperti tidak menggunakan
APD pada saat melakukan pekerjaan.
B. Saran
1. Semua karyawan diberi sosialisasi K3 terhadap pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran.
2. Perusahaan sebaiknya menyediakan APD yang memadai dan sesuai dengan
potensi bahaya untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran
3. Pemeriksaan dan uji riksa harus dilakukan secara berkala
4. Memberikan alat pelindung pada mesin-mesin yang berpotensi berbahaya
seperti mesin yang mempunyai bagian yang bergerak, menghasilkan panas,
bagian yang menahan beban.

14
REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.
08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 38 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2020 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 37 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bejana Tekan dan Tangki Timbun
6. Undang-Undang Uap Tahun 1930

15

Anda mungkin juga menyukai