Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. MITRA ADI JAYA


K3 Bidang Mekanik (Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat Angkat
dan Angkut), Uap dan Bejana Tekan

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 9

DISUSUN OLEH :

1. Aufa Rakha Azhar


2. Denny Iswanto
3. Dewa Ayu Putu Pavita P. A.
4. Muhammad Ridho
5. Eva Afriyanti

PENYELENGGARA
PT. CENTRA ARTHA PRIMA INDONESIA
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan hidayahnya sehingaa kita dapat melaksanakan praktik

kerja lapangan ahli K3 umum di PT Mitra Adi Jaya pada tanggal 25 Maret

2021 sebagai salah satu persyaratan penilaian kelulusan AK3 umum.

Laporan praktek kerja lapangan ini merupakan bentuk

aplikasi/penerapan dari pelatihan calon ahli AK3 umum yang dilaksanakan

oleh PT Centra Artha Prima. Laporan PKL ini berisi tentang pengawasan

norma kecelakaan dan kesehatan kerja Mekanik, Pesawat Uap dan

Bejana Tekan yang diterapkan pada perusahaan yang kami pelajari.

Akhirnya, tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak

yang telah membantu terciptanya laporan PKL ini, semoga dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Kami,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................

PENDAHULUAN........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................................

B. MAKSUD dan TUJUAN................................................................................

C. RUANG LINGKUP........................................................................................

D. DASAR HUKUM...........................................................................................

BAB II.........................................................................................................................

KONDISI PERUSAHAAN..........................................................................................

A. GAMBARAN UMUM TEMPAT KERJA........................................................

B. VISI & MISI PERUSAHAAN.........................................................................

C. KEBIJAKAN K3 PERUSAHAAN..................................................................

D. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN................................................

E. STRUKTUR ORGANISASI P2K3................................................................

F. ALUR PRODUKSI........................................................................................

G. TEMUAN.......................................................................................................

A. Hasil Pengamatan Temuan Positif...........................................................

A. Hasil Pengamatan Temuan Negatif.........................................................

BAB III ANALISA.......................................................................................................


A. Analisa Temuan Positif…......................................................................................
B. Analisa Temuan Negatif…....................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang tidak


terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
K3 tidak saja penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan
kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3 mempunyai
dampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu,
isu K3 pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan
oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem
pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai
kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja
dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.

Perlindungan atas keselamatan dan kesehatan merupakan hak


bagi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Dengan
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut diharapkan
akan lebih menjamin kondisi lingkungan kerja yang aman dan tenaga
kerja selalu dalam keadaan sehat, selamat dan sejahtera sehingga
pada akhirnya dapat mencapai suatu tingkat produktivitas kerja yang
tinggi. Untuk mencapai kondisi tersebut maka diperlukan kesehatan
kerja.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur dalam Pasal 3


ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, di
antaranya yaitu mencegah dan mengurangi kecelakaan, memberi
pertolongan pada kecelakaan, memberi alat-alat perlindungan diri
pada para pekerja, mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan,
menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Pada praktisnya dalam dunia kerja, semua orang yang didalamnya
memiliki resiko atau kecenderungan untuk mengalami kecelakaan
kerja, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tempat
kerja yang tidak layak, alat yang digunakan tidak layak, bahan – bahan
kimia berbahaya serta kemampuan pekerja yang kurang memenuhi
standar operasional prosedur (SOP). Selain itu dengan adanya
kecelakaan kerja juga akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Oleh
karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan
kerja harus dicegah atau dikurangi dampaknya. Penanganan masalah
keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan
secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara
parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam
perusahaan.

Keselamatan ini mencakup akan semua aspek, bisa melalui


manusia, metode, mesin (alat), atau lingkungan. Guna meningkatkan
keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan yang dapat timbul di
lingkungan kerja, maka manusia dibekali dengan pengetahuan tentang
perlengkapan dalam kegiatan kerjanya dengan melalui instruksi kerja
aman atau prosedur standar. Setelah dibuatkan instruksi kerja dan
standar operasi kerja, pekerja juga perlu diberikan pelatihan terhadap
aturan tersebut.

Dalam penerapannya, K3 memiliki beberapa standar sebagai


acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Kondisi kerja yang terstandar ini
diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja. Potensi bahaya tersebut termasuk dalam
unsafe action dan unsafe condition.

Selain itu proses industri berkaitan erat dengan K3 Mekanik serta


Pesawat Uap dan Bejana Tekan. Dimana perkembangan industri dan
peralatan mekanik yang semakin meningkat. Maka potensi-potensi
bahaya juga akan menjadi meningkat terutama didasarkan pada
kenyataan di lapangan bahwa banyak peralatan yang tidak layak
dioperasikan. Guna mencegah dan menanggulangi terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang disebabkan karena
penggunaan peralatan mekanik, maka diperlukan pengendalian,
pembinaan dan pengawasan K3.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-undang No.1 Tahun 1970


Tentang Keselamatan Kerja, pada umumnya kegiatan produksi
menggunakan peralatan mekanik. Disamping berkembangnya
peralatan mekanik di sektor industri ada juga perkembangan teknologi
yang lain, yaitu Pesawat Uap dan Bejana Tekan. Perkembangan
dalam dunia industri yang semakin meningkat menuntut pihak
perusahaan untuk dapat bersaing menghasilkan barang dan jasa
dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik dengan skala yang
besar. Oleh karena itu, hampir seluruh perusahaan menggunakan
pesawat uap dan bejana tekan untuk proses produksinya.

Pesawat Uap atau Ketel Uap adalah suatu pesawat yang dibuat
untuk mengubah air didalamnya, sebagian menjadi uap dengan jalan
pemanasan dengan menggunakan pembakaran dari bahan bakar.
Ketel uap dalam keadaan bekerja, adalah sebagai bejana yang
tertutup dan tidak terhubung dengan udara luar selama pemanasan,
maka air akan mendidih dan berubah menjadi uap panas dan
bertekanan, sehingga berpotensi terjadinya ledakan jika terjadi
kelebihan tekanan (Over Pressure).

Bejana tekan adalah suatu wadah untuk menampung energi baik


berupa cair atau gas yang bertekanan atau bejana tekan adalah selain
pesawat uap yang mempunyai tekanan melebihi tekanan udara luar
(atmosfer) dan mempunyai sumber bahaya.

Maka dari itu, kami ingin mengetahui potensi resiko bahaya yang
terdapat di PT. Mitra Adi Jaya (MAJ) dalam bidang kesehatan dan
kelembagaan beserta penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mana dalam laporan ini dibahas
mengenai K3 mekanik serta Pesawat Uap Bejana Tekan, yang
selanjutnya akan dilakukan proses analisa kesesuaian dan
ketidaksesuaian penerapan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan fakta yang ada di lapangan.

B. Maksud dan Tujuan


Tujuan dari praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut
1. Mengetahui K3 Bidang Mekanik (Pesawat Tenaga dan
Produksi, Pesawat Angkat dan Angkut), Uap dan Bejana Tekan
yang digunkan di PT. Mitra Adi Jaya (MAJ).
2. Mengidentifikasi temuan positif dan negatif sehubungan dengan
K3 Bidang Mekanik (Pesawat Tenaga dan Produksi, Pesawat
Angkat dan Angkut), Uap dan Bejana Tekan.
3. Mengidentifikasi kesesuaian atau ketidak sesuaian temuan
lapangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Sebagai salah satu syarat tugas yang harus dipenuhi sebagai
Calon Ahli K3 Umum.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari praktik lapangan ini adalah untuk mengetahui
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Mitra Adi Jaya (MAJ)
dan analisa kesesuaian dan ketidaksesuaian peraturan perundang-
undangan yang berlaku tentang K3 Mekanik (Pesawat Tenaga dan
Produksi, Pesawat Angkat dan Angkut), Uap dan Bejana Tekan
dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

D. Dasar Hukum
Dasar hukum tentang K3 Mekanik, Pesawat Uap, Operator
Pesawat Uap dan Bejana Tekanan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Peraturan Peerintah No. 17 Tahun 1948 tentang Pemeriksaan
Pesawat Uap
4. Permenaker No. PER. 01/MEN/1982 tentang bejana Tekan
5. Permenaker Per. 01/Men/1988 tentang Jumlah Operator Pesawat
Uap
6. Permenaker No. Per 37/Men/2016 tentang Bejana Tekan dan
Tangki Timbun
7. Permenaker No. Per 38/Men/2016 tentang Pesawat Tenaga dan
Produksi
8. Permenaker No. 08 Tahun 2020 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Pesawat Angkut
9. SKB Dirjen Hubla dan Dirjen Binawas No. PP.72/3/9-99 KEP.
507/BW/1999 tentang Pemeriksaan dan Pengujian terhadap
Pesawat Angkat dan Angkut, Pesawat Uap dan Bejana Tekan yang
berada di Kapal dan Pelabuhan.
10.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. Mitra Adi Jaya merupakan perusahaan yang berdiri pada tahun
2005 yang bergerak dibidang pengolahan hasil tembakau berupa sigaret
Kretek Tangan (SKT). Perusahaan ini beralamatkan di Jl. Raya Berbah
Kalitirto, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Perusahaan ini diresmikan oleh Gubernur DIY pada tanggal 9 Januari
2006. Luas area perusahaan ini adalah 9800M² dan termasuk industri
padat karya dengan proses produksi manual yang mempekerjakan 800
orang tenaga kerja yang terdiri dari 52 laki-laki dan 748 perempuan.
Adapaun visi dan misi dari PT. Mitra Adi Jaya adalah sebagai berikut:

1) Visi
Visi PT. Mitra Adi Jaya adalah “Menjadi Mitra Produksi Sigaret yang
mengutamakan keamanan, keselamatan, kualitas dan
produktifitas dalam menjamin kepuasan Mitra, Pemilikdan
Karyawan”.

2) Misi
Misi PT. Mitra Adi Jaya adalah “Meningkatkan taraf hidup
masyarakat pra sejahtera dan menciptakan lapangan kerja
untuk mengurangi pengangguran serta memacu kegiatan ekonomi
masyarakat sekitar”.

PT. Mitra Adi Jaya didalam proses produksinya menggunakan alat


forklift, compressor dan gerinda. Jumlah forklift yang digunakan sebanyak
1 buah dengan spesifikasi pabrik beban maksimal yang dapat diangkat
adalah sebesar 1,5 Ton, sedangkan pada pabrik ini digunakan untuk
pengangkutan sebesar 1,2-1,3 Ton perhari. Gerinda yang digunakan oleh
PT. Mitra Adi Jaya berjumlah 1buah dengan penggunaan yang sudah
sesuai dengan aturan yang berlaku. Compressor yang digunakan oleh PT.
Mitra Adi jaya berjumlah 1 buah dengan tekanan kerjanya 9 kg, uji
hydrotestnya 14,7 kg dan kapasitas 8,5 liter.

B. Temuan
1. Temuan Positif

Lokasi Temuan
No Temuan Foto Temuan

1 Adanya pengesahan izin Gudang bahan baku tembakau


pemakaian alat forklift
dan forklift dapat
digunakan
2 Sudah dilaksanakannya Gudang bahan baku tembakau
riksa uji berkala alat forklift
per 1 tahun

3 Adanya bukti Gudang bahan baku tembakau


pengecekan kondisi
forklift oleh operator
yang telah memiliki SIO
sebelum digunakan
4 Adanya alat pelindung Gudang bahan baku tembakau dan
dan perlengkapan garasi forklift
forklift

5 Adanya penandaan Gudang bahan baku tembakau


tombol penggerak dan
penghenti untuk mesin
forklift

6 Pemakaian alat tidak


melebihi dari spesifikasi
teknis beban maksimal
dari pabrik.
Spesifikasi beban
maksimal 1,5 ton
dan digunakan 1,3 ton

7 Forklift ditempatkan pada


area dan jalur khusus dan
telah ditandai dan diberi
rambu- rambu
8 Terdapat rambu
peringatan penggunaan
forklift

9 Adanya Standar Garasi forklift


Operasional untuk
penggunaan forklift

10 Tabung oxygen sudah Ruang Klinik Pabrik


dilakukan pengecekan
(checklist) dan ditempatkan
disamping tempat tidur

11 Operator forklift tersertifikasi Garasi forklift


2. Temuan Negatif

Lokasi Temuan
No Temuan Foto Temuan

1 Tidak adanya Ruang bengkel


sertifikasi
operator mesin
perkakas dan
produksi

2 Tidak adanya Garasi Forklift


pelat nama
yang memuat
data Pesawat
Tenaga dan
Produksi pada
compressor
3 Tidak adanya Sepanjang dari luar garasi
jalur khusus forklift hingga ruang
atau pembatas produksi
untuk forklift
yang berada di
antara
sepanjang jalan
lokasi parkir
hingga lokasi
produksi

14
Analisa
Dasar Hukum
No Temuan Foto Temuan temuan Saran/Rekomenda Bunyi Ayat
si
1 Pengesahan Izin pemakaian 1. Pemeriksaan  UU No 1 Tahun 1970 Pasal 4  Pasal 4 Ayat 2
izin pemakaian alat dan pengujian Ayat 2 “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-
alat forklift di memastikan Forlkif harus  Permenaker No. 38 Tahun prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
gudang bahan bahwa alat dilakukan 2016 Pasal 5 Ayat 4 kumpulan ketentuan yang disusun secara
baku tembakau yang secara berkala teratur, jelas dan praktis yang mencakup
dan forklift digunakan bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
dapat sudah melalui pembuatan, perlengkapan alat-alat
digunakan proses perlindungan, pengujian dan pengesahan,
pemeriksaan pengepakan atau pembungkusan,
dan dapat pemberian tanda-tanda pengenal atas
digunakan bahan, barang, produk teknis dan aparat
dengan aman produk guna menjamin keselamatan
barang barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan
keselamatan umum.”
 Pasal 5 Ayat 4
“Pemakaian atau pengoperasian Pesawat
tenaga dan Produksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan
pemeriksaan dan pengujian sebelum
digunakan serta dilakukan pemeliharaan
secara berkala.”
BAB III
ANALISIS

A. Analisa Temuan Positif


1. Pesawat Tenaga dan Produksi
2 Lembar riksa uji Ditemukannya 1. Pemeriksaan  UU No 1 Tahun 1970  Pasal 4 Ayat 2
berkala alat lembar dan pengujian Pasal 4 Ayat 2 “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-
forklift per 1 permeriksan harus  Permenaker No 38 Tahun prinsip teknis ilmiah menjadi suatu
tahun di gudang yang berisi dilakukan 2016 Pasal 133 kumpulan ketentuan yang disusun secara
bahan baku tanggal dan secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup
tembakau hasil berkala pada bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pemeriksaan forklift pembuatan, perlengkapan alat-alat
pegawai 2. Memperhatika perlindungan, pengujian dan pengesahan,
pengawas n Batasan pengepakan atau pembungkusan,
perihal forklift waktu yang pemberian tanda-tanda pengenal atas
baik untuk bahan, barang, produk teknis dan aparat
menentukan produk guna menjamin keselamatan
apakah forklift barang-barang itu sendiri, keselamatan
masih tenaga kerja yang melakukannya dan
berfungsi keselamatan umum.”
dengan  Pasal 133
baik/perlu “Pemeriksaan berkala sebagaimana
dilakukan uji dimaksud dalam Pasal 131 huruf b
dilakukan secara berkala paling lama 1
tahun sekali.”
3 Checklist bukti Adanya bukti 1. Pengenceka  Permenaker No.09 Tahun  Bab V Pasal 34 Bagian a
pengecekan pengecekan n secara 2010 Bab V Pasal 34 Bahwa kewajiban operator dan petugas
forklift kondisi forklift berkala perlu Bagian a adalah melakukan pengecekan terhadap
oleh operator ditingkatkan  Permenaker No 38 Tahun kondisi pesawat angkat-angkut, alat-alat
yang telah mengingat 2016 Pasal 5 Ayat 4 pengaman, dan alat perlengkapan lainnya
memiliki SIO pentingnya sebelum pengoperasian.
sebelum alat forklift  Pasal 5 Ayat 4
digunakan di yang “Pemakaian atau pengoperasian Pesawat
gudang bahan digunakan Tenaga dan Produksi sebagaimana
baku agar aman dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan
tembakau pemeriksaan dan pengujian sebelum
digunakan serta dilakukan pemeliharaan
secara berkala.”
4 Pelindung Adanya alat 1. UU No 1 Tahun  Pasal 4 Ayat 2
dan pelindung dan 1. 1970 Pasal 4 Ayat “Syarat-syarat tersebut memuat prinsip- prinsip teknis
perlengkapan perlengkapan Perlu 2 ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun
forklift forklift di ditambahkan alat  Permenaker No secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
gudang alat pelindung dan 38 Tahun 2016 konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
baku perlengkapan Pasal 8 Ayat 1 perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan
tembakau dan forklift menambah dan 2 pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,
garasi forklift keamanan untuk pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang,
operator forklift produk teknis dan aparat produk guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.”
 Pasal 8 Ayat 1 dan 2
1. Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi
Alat Pengaman.
2. Semua bagian yang bergerak dan berbahaya dari
Pesawat Tenaga dan
Produksi harus dilengkapi Alat Perlindungan.

5 Tombl Gudang bahan 1. Penandaan  Permenaker No Pasal 7


penggerak dan baku pada tombol 38 Tahun 2016 1.Pesawat Tenaga dan Produksi harus dilengkapi
penghenti di tembakau memastikan Pasal 7 dengan tombol penggerak dan penghenti.
mesin forklift operator 2.Penandaan tombol penggerak dan penhenti untuk
tidak mesin di Tempat Kerja harus seragam.
menekan
tombol yang
salah atau
tertukar
6 Kapasitas Pemakaian Penggunaan 2. Pastikan Permenaker Pasal 3 Ayat 2
pemakaian alat tidak alat tidak dilakukan No 05 Tahun Bahwa semua pesawat angkat angkut
forklift melebihi dari melebihi dari pengeceka 1985 Bab I tidak boleh dibebani melebihi beban
spesifikasi spesifikasi n secara Pasal 3 Ayat 2 maksimum yang diijinkan.
teknis beban teknis beban berkala
maksimal dari maksimal dan
pabrik. membuat pemakaian
Spesifikasi beban kerja tidak
beban maksimal alat menjadi melebihi
1,5 ton, dan ringan. kapasitas
digunakan 480 forklift
ton
7 Peringatan Forklift Penempatan 1. Lihat  UU No 1  Bab X Pasal 14 b
rambu/tanda ditempatkan forklift sesuai secara Tahun “Memasang dalam tempat kerja yang
forklift pada area dan area dan jalur berkala 1970 Bab dipimpinnya, semua gambar keselamatan
jalur khusus dan penggunaan apabila
X Pasal 14 kerjayang diwajibkan dan semua bahan
ada
telah ditandai yang telah rambu- b pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
dan diberi diberi tanda rambu  PerMen yang mudah dilihat dan terbaca menurut
rambu- rambu dan rambu- peringata No.05 Tahun petunjuk pegawai pengawas atau ahli
rambu dapat n yang 1985 Pasal keselamatan kerja.”
meminimalisasi telah 129  Pasal 129
kan terjadinya usang dan - Tanda pemberian dan alat
kecelakaan tulisan pengaman atau penghalang pada ril
tidak harus jelas.
terlihat
agara
- apabila alat angkut jalan ril
segera dijalankan pada waktu malam hari
diganti semua tanda pembari peringatan, alat
penghalang dan semboyan wesel dan
perlengkapan lainnya harus diberi
cahaya.
8 Rambu Terdapat rambu Rambu 1. Lihat Permenaker No Bab V Pasal 107
penggunaan peringatan peringatan secara 05 Tahun 1985 Bahwa Truck, Derek, Traktor, dan
forklift penggunaan penggunaan berkala Bab V Pasal sejenisnya harus dilengkapi dengan
forklift yang forklift apabila 107 rambu- rambu penerangan dan
ada
tertempel di memastikan peringatan yang efektif.
rambu-
dinding garasi bahwa forklift rambu
forklift dioperasionalka peringata
n sesuai dengan n yang
telah
usang dan
tulisan
tidak
terlihat
agara
segera
diganti
ketentuan
sehingga tidak
membahayaka
n pekerja dan
pihak lain yang
berada di
pabrik.
9 SOP Forklift Adanya Standar Standar 1. Lihat  UU No 1  Pasal 14 Ayat a
Operasional Operasional secara Tahun “Secara tertulis menempatkan dalam
untuk Prosedur berkala 1970 Bab tempat kerja yang dipimpinnya, semua
penggunaan penggunaan apabila ada
X Pasal 14 syarat keselamatan kerja yang
forklift rambu-
forklift rambu/SOP Ayat a diwajibkan, sehelai Undang-undang ini
menjadikan peringatan  PerMen dan semua peraturan pelaksanaannya
forklift yang telah No.05 Tahun yang berlaku bagi tempat kerja yang
dioperasikan usang dan 1985 Pasal bersangkutan, pada tempat-tempat yang
sesuai dengan tulisan tidak 105 mudah dilihat dan terbaca dan menurut
aturan dan terlihat petunjuk pegawai pengawas atau ahli
pihak-pihak agara keselamatan kerja.”
selain operator segera  Pasal 105
dapat diganti
2. Lakukan
Lantai kerja yang dilalui pesawat
mengetahui sosialisasi angkutan landasan harus:
dan membantu berkala a. Kontruksi cukup kuat dan rata
mengenai dengan memperhatikan kecepatan,
SOP jenis roda dan ban
yang digunakan;
b. Tidak mempunyai belokan dengan
sudut yang tajam, tanjakan yang terjal,
jalan yang
bebas dan pelataran yang rendah;
c. Mempunyai tanda-tanda pada
kedua sisi di
sepanjang jalan.
10 Tabung oxygen Tabung Digunakan 1. Lakukan Permenaker Pasal 4
di ruang klinik oxygen sesuai dengan pengencek No. Per. Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana
pabrik sudah aturan dan an secara 37/MEN/VII/2 Tekanan atau Tangki Timbun
dilakukan kebutuhan berkala 016 tentang K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
karena
pengecekan selain petugas bejana tekanan meliputi kegiatan perencanaan,
oksigen
(checklist) dapat dalam dan tangki pembuatan, pemasangan, pengisian,
dan mengetahui tabung timbun pasal pengangkutan, pemakaian,
ditempatkan dan masa 4,5 ayat pemeliharaan, perbaikan, modifikasi,
disamping menggunakan kadaluarsa 1, ayat 2. Psal penyimpanan, dan pemeriksaan serta
tempat tidur 3 tahun. 7 ayat 2 d, e, pengujian.
ayat 4. Pasal 9 Pasal 5 ayat 1
ayat 1,4,5, Bejana Tekanan sebagaimana
Pasal 10, pasal dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:
12 ayat 1 a. bejana penyimpanan gas, campuran
gas;
b. bejana penyimpanan bahan bakar
gas yang digunakan sebagai bahan
bakar untuk kendaraan;
c. bejana transport yang digunakan
untuk penyimpanan atau
pengangkutan;
d. bejana proses; dan
e. pesawat
pendingin. Pasal 5
ayat 2
Bejana Tekanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mempunyai tekanan lebih
dari
1 kg/cm2 (satu kilogram per sentimeter
persegi) dan volume lebih dari 2,25 (dua
koma dua puluh lima) liter.
Pasal 7 ayat 2 d
penomoran seri
pembuatan Pasal 7 ayat
2e
rencana jenis zat
pengisi. Pasal 7 ayat 4
Pemakaian Bejana Tekanan dan Tangki
Timbun sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan
pengujian sebelum
digunakan serta dilakukan
pemeliharaan secara berkala
Pasal 9 ayat 1
Setiap Bejana Tekanan diberikan tanda
pengenal meliputi:
a. nama pemilik;
b. nama dan nomor urut pabrik
pembuat;
c. nama gas atau bahan yang diisikan
beserta simbol kimia;
d. berat kosong tanpa keran dan tutup;
e. tekanan pengisian (Po) yang
diijinkan kg/cm2;
f. berat maksimum dari isinya untuk
bejana berisi gas yang dikempa
menjadi cair;
g. volume air untuk bejana berisi gas
yang dikempa;
h. nama bahan pengisi porous mass
khusus untuk bejana penyimpanan
gas yang berisi larutan asetilen; dan
i. bulan dan tahun pengujian
hidrostatik pertama dan berikutnya.
Pasal 9 ayat 4
Tanda pengenal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus jelas, mudah dilihat, dibaca, tidak
dapat dihapus, tidak mudah dilepas,
dan dicap pada bagian kepala yang
tebal dari pelat dinding Bejana
Tekanan.
Pasal 9 ayat 5
Dalam hal pengecapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak
dimungkinkan maka dapat dicantumkan
pada plat nama
tersendiri pada bagian Bejana Tekanan.
11 Operator forklift 1. Mengirim  Permenakertrans  Pasal 11:
tersertifikasi operator No. 9 Tahun
untuk
Pengoperasian pesawat angkat
2010 tentang
melakukan Operator dan dan angkut dapat dibantu olch
perpanjangan Petugas petugas pesawat angkat dan
/ sertifikasi Pesawat Angkat angkut yang mempunyai Lisensi
setelah 5 dan Angkut K3 dan buku kerja sesuai jenis
tahun pasal 11
dan kualifikasinya
 Permenakertrans
no. 9 Tahun  Pasal 23:
2010 tentang Lisensi K3 dan buku kerja
Operator dan berlaku untuk jangka waktu 5
Petugas (lima tahun), dan dapat
Pesawat Angkat
dan Angkut diperpanjang untuk jangka waktu
pasal 23 yang sama
Pasal 10
Pengurus dan/atau Pengusaha yang
mempunyai bejana penyimpanan gas
atau bejana transport harus mempunyai
daftar atau register yang memuat:
a. nomor seri pabrik pembuat;
b. riwayat nomor urut, nama pembuat,
nama penjual, dan nama pemilik
bejana penyimpanan gas;
c. nama gas yang diisikan;
d. volume air dalam liter; dan
e. tanggal, tekanan, dan hasil pengujian
hidrostatis.
pasal 12 ayat 1
Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas
campuran yang dipadatkan menjadi gas
cair yang tidak dilengkapi dengan alat
pengaman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4)
harus dilengkapi
dengan alat untuk menentukan berat gas
atau gas campuran
3.1 Analisa Temuan Negatif
Analisa
Foto Penilaian Dasar
No Temuan Temuan/ Rekomendasi / Bunyi Ayat
Temuan KM KP TR Resiko Hukum
Potensi Saran
Bahaya
1 Tidak adanya 6 3 18 Tinggi Pengoperasian Teknisi harus Permenak Pasal (1) operator mesin perkakas
sertifikasi alat bor memiliki er no. 38 dan produksi sebagaimana dimaksud
operator seharusnya sertifikasi tahun dalam pasal 11 huruf b meliputi
mesin mempunyai operator mesin 2016 pasal operator mesin- mesin asah, mesin
perkakas dan sertifikasi perkakas dan 116 ayat (1) poles dan pelican, mesin tuang dan
produksi di keahlian seperti produksi di dan (2). cetak, mesin tempa dan press, mesin
ruang bengkel diamanatkan bengkel sesuai pon, mesin pengahcur, mesin
undang-undang dengan penggiling, dan penumbuk, mesin bor,
sehingga teknisi peruntukkanny mesin frais, mesin bubut, mesin
/operator diakui a gunting atau plat, mesin rol, mesin
dan berkualifikasi potong dan belah kayu, mesin ayak,
dalam dan mesin pemisah, dan mesin
pengoperasian alat penyaring pasir, mesin pintal dan
tersebut dengan mesin tenun, mesin jahit, mesin
tidak adanya pengis, pengungkit, rapat tutup,
sertifikat keahlian pengampuh kaleng, penutup botol,
dalam mesin pak dan pembungkus, serta
pengoperasian alat mesin lain yang sejenis.
bengkel (alat bor ) Pasal (2) operator mesin perkakas dan
dan gerinda maka produksi sebagaimana dimaksud pada
sebnernya operator ayat 1 diklasifikasikan sebagai berikut,
tidak mempunyai (a) operator kelas 2b operator kelas 1
kewenangan dalam
pengoperasian
alat.
2 Tidak adanya Garasi 4 3 12 Sedang Tidak dapat Pemasanga Permenaker Setiap Bejana Tekanan
pelat nama Forklift mengetahui isi dari n pelat No 38 Tahun diberikan tanda
yang memuat bejana tekan nama pada 2016 Pasal 9 pengenal
data Pesawat tersebut, sehingga alat
Tenaga dan dapat terjadi compressor
Produksi pada kesalahan dalam
Compressor di pengisian ulang
garasi forklift
3 Tidak adanya Sepanjang 3 5 15 Sedang Tidak adanya jalur Pemberian PerMen No.05 Lantai kerja yang dilalui
jalur khusus dari luar khusus atau garis batas Tahun 1985 pesawat angkutan
atau pembatas garasi pembatas untuk yang terang pasal 105 landasan harus:
untuk forklift forklift forklift dapat dan mudah a. dikontruksi cukup
yang berada di hingga meningkatkan dilihat kuat dan rata dengan
antara ruang potensi kecelakaan khusus memperhatikan
sepanjang jalan produksi yakni karyawan untuk jalur kecepatan, jenis roda
lokasi parkir dapat tertabrak forklift dan ban
hingga lokasi forklift jika karyawan yang digunakan;
produksi berjalan di jalur yang b. tidak mempunyai
dilalui forklift tapi belokan dengan sudut
jalur khusus forklift yang tajam, tanjakan
itu tidak diberi yang terjal, jalan yang
pembatas. bebas dan pelataran
yang rendah
c. mempunyai tanda-
tanda pada kedua sisi di
sepanjang jalan.
4 Jalur forklift Di line 3 4 12 sedang Bisa menghambat Geser PerMen No.05 Lantai kerja yang dilalui
terhalang oleh forklift jalur forklift, bahkan material Tahun 1985 pesawat angkutan
material menuju bisa saja tertabrak dan pasal 105 landasan harus:
gudang oleh forklift karna usahakan d. dikontruksi cukup
jalurnya sempit agar streril kuat dan rata dengan
untuk di dahului jalur forklift memperhatikan
kecepatan, jenis roda
dan ban
yang digunakan;
e. tidak mempunyai
belokan dengan sudut
yang tajam, tanjakan
yang terjal, jalan yang
bebas dan pelataran
yang rendah
mempunyai tanda-tanda
pada kedua sisi di
sepanjang jalan.
Keterangan
KM = kemungkinan terjadinya risiko
KP = tingkat keparahan
TR= tingkat risko

Perhitungan menggunakan matrix risiko skala 1 s/d 5 untuk tingkat keemungkinan

1. Tidak mungkin terjadi


2. Kemungkinan kecil terjadi
3. Dapat terjadi
4. Pernah terjadi
5. Sering terjadi

Tingkat keparahan yang terjadi akibat insiden Matrik Resiko :


1. Luka ringan diobati sendiri
2. Perawatan medis
3. Kehilangan hari kerja
4. Luka parah
5. Fatality/cacat/kematian

Tingkat Resiko : Probability × Severity

Tingkat risiko:
Resiko diterima = 1-2
Resiko menengah = 3-6
Resiko substansial = 8-15
Resiko tinggi = 16-20
Resiko sangat tinggi = 25
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. PT. Mitra Adi Jaya sudah menerapkan sistem K3 didalam
perusahaannya
2. Implementasi K3 yang terdapat pada PT. Mitra Adi Jaya pada bidang
K3 Mekanik yang berdampak positif adalah:
a. adalah adanya pengesahan izin pemakaian alat forklift dan forklift
dapat digunakan,
b. sudah dilaksanakannya riksa uji berkala alat forklift per 1 tahun,
c. adanya bukti pengecekan kondisi forklift oleh operator yang telah
memiliki SIO sebelum digunakan,
d. adanya alat pelindung dan perlengkapan forklift,
e. adanya penandaan tombol penggerak dan penghenti untuk
mesin forklift,
f. pemakaian alat tidak melebihi dari spesifikasi teknis beban
maksimal dari pabrik.
g. Spesifikasi beban maksimal 1,5 ton dan digunakan 1,3 ton,
h. forklift ditempatkan pada area dan jalur khusus dan telah ditandai
dan diberi rambu-rambu,
i. terdapat rambu peringatan penggunaan forklift, adanya Standar
Operasional untuk penggunaan forklift,
j. tabung oxygen sudah dilakukan pengecekan (checklist) dan
ditempatkan disamping tempat tidur.
3. Pada PT. Mitra Adi Jaya terdapat temuan negatif, yaitu sebagai
berikut:
a. tidak memiliki check list inspeksi dan belum dilakukannya uji
riksa berkala pada alat compressor,
b. tidak ada pelindung mata pada mesin gerinda,
c. tidak adanya sertifikasi operator mesin perkakas dan produksi

b. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan untuk perbaikan penerapan K3
pada perusahaan PT. Mitra Adi Jaya dari penilaian resiko masuk dalam kategori
resiko sedang maka perlu tindakan perbaikan umum yang dapat dijadwalkan
untuk mematuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh perundang undangan
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dan pengujian Forlkif harus dilakukan secara berkala
2. Perlu emperhatikan Batasan waktu yang baik untuk menentukan
apakah forklift masih berfungsi dengan baik/perlu dilakukan uji
3. Perlu ditambahkan alat pelindung dan perlengkapan forklift menambah
keamanan untuk operator forklift
4. Penandaan pada tombol memastikan operator tidak menekan tombol
yang salah atau tertukar
5. Pastikan dilakukan pengecekan pemakaian tidak melebihi kapasitas
forklift
6. Lihat secara berkala apabila ada rambu-rambu peringatan yang telah
usang dan tulisan tidak terlihat agara segera diganti
7. Lihat secara berkala apabila ada rambu-rambu/SOP peringatan yang
telah usang dan tulisan tidak terlihat agara segera diganti dan Lakukan
sosialisasi berkala mengenai SOP
8. Lakukan pengencekan secara berkala karena oksigen dalam tabung
masa kadaluarsa 3 tahun.
9. Teknisi harus memiliki sertifikasi operator mesin perkakas dan produksi
di bengkel sesuai dengan peruntukkannya
10. Tidak dapat mengetahui isi dari bejana tekan tersebut, sehingga dapat
terjadi kesalahan dalam pengisian ulang
11. Tidak adanya jalur khusus atau pembatas untuk forklift dapat
meningkatkan potensi kecelakaan yakni karyawan dapat tertabrak
forklift jika karyawan berjalan di jalur yang dilalui forklift tapi jalur khusus
forklift itu tidak diberi pembatas.
12. Perlu ditambahkan masa waktu penggunaan forklift (Saran dari Teguh
Dwi Putra)
13. Penggunaan APD berupa sarung tangan di bidang produksi perlu
ditingkatkan (saran dari Sisca Amelya J. dan Mulidanto)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penilaian Resiko
PELUANG (kemungkinan atau peluang kejadan tersebut terjadi)/P
KATEGORI PENJELASAN NILAI
Sangat mungkin
Sangat mungkin atau hampr pasti akan terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 10 kali kesempatan) 10
terjadi/hampir pasti
Dapat terjadi atau suatu hal yang tidak mungkin untuk terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 100 kali kesempatan)
Mungkin terjadi 6

Tidak biasa namun Dapat merupakan kejadian yang tidak biasanya akan terjadi namun kemungkinannya tetap ada (peluang terjadinya 1 kali dalam
3
bisa terjadi 1000 kali kesempatan
Kecil Kemungkinan terjadinya kecil atau merupakan suatu kebetulan (peluang terjadinya 1 kali dalam 10.000 kali kesempatan
1
kemungkinannya
Sangat kecil Sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi / terjadi setelah bertahun-tahun terpapar (peluang terjadinya 1 kali dalam 100.000 kali
0.5
kemungkinannya kesempatan)
Secara praktek tidak mungkin terjadi / hampir tidak mungkin terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 1000.000 kali kesempatan)
Tidak mungkin terjadi 0.2

PEMAPARAN (frekuensi dan lamanya pemaparan bahaya tersebut)/E


KATEGORI PENJELASAN NILAI
Kontinyu sangat sering atau pekerjaan yang rutin dilakukan 10
Seringkali Terjadinya sekali sampai beberapa kali sehari 6
Kadang-kadang Sekali seminggu sampai beberapa kali sebulan 3
Tidak biasanya sekali dalam sebulan sampai sekali setahun 2
Jarang Sekali dalam beberapa tahun 1

26
A KIBAT ( keparahan dari hasil yang dikeluarkan oleh suatu kejadian seperti: cidera, sakit, dll)/C
KATEGORI PENJELASAN NILAI
Katastropi menimbulkan banyak korban jiwa 100
Bencana Menimbulkan beberapa korban jiwa 40
Sangat serius menimbulkan satu kematian 15
Serius menimbulkan cidera serius (menyebabkan cacat anggota tubuh) 7
Perawatan medis menimbulkan cidera yang memerlukan perawatan medis 3
Perawatan P3K Cidera yang bersifat minor atau hanya memerlukan pengobatan P3K 1

Penilaian Resiko
diatas 400 resiko sangat tinggi, lakukan penghentian kegiatan segera
200 - 400 resiko tinggi, perbaikan dengan segera (keterlibatan manajemen)
50 - 200 resiko substansial, perlu tindakan perbaikan
10-50 resiko sedang, perlu tindakan perbaikan umum namun dapat dijadwalkan
dibawah 10 resiko rendah

Note :Rumus Rating Resiko (RR) = Peluang (P) X Pemarapan (E) X Konsekuensi (C)
LAMPIRAN

Struktur Organisasi P2K3 PT Mitra Adi Jaya Ruang Garasi Forklift


Penanda Bahaya Forklift Kompresor

Ruang Forklift Penanda Bahaya Daerah Froklift


Metode 3R Harian Charger ACCU Forklift
Almari Alat Pelindung Diri Sertifikat Operator Pesawat

Bagian untuk Membersihkan Diri


Sertifikat Operator Pesawat Sertifikat Operator
Pesawat Angkat dan Angkut Angkat dan Angkut

Anda mungkin juga menyukai