KELOMPOK II
1. ARIFULLAH AHMAR
2. KEVIN KARAENG DATU
3. MINCE ANGRENY SIMA
4. MUHAMMAD ERIC CAHYADI
5. MOHAMMAD FIKRI LASAWEDI
6. ARFAN DEVICHAN
7. AKMAL
8. YANRI MARIANTO RENTA
PENYELENGGARA
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah- Nya
kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada waktunya. Laporan PKL ini
disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dari pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (AK3) Umum yang diadakan oleh PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.
Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan lapangan
(PKL) secara online di PT. PLN PERSERO UPDK TELLO MAKASSAR. Bidang yang kami
teliti adalah bidang K3 mekanik, (PAA ,PTP) & K3 pesawat uap & bejana tekan. Kami
mengucapkan terimakasih banyak kepada para instruktur Ahli K3 Umum dan rekan-rekan
Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan dan dorongannya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan PKL ini sesuai waktu yang ditentukan. Kemudian kepada rekan-rekan calon AK3 Umum
atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulisan dari laporan ini.
Tim Penyusun
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.2 SARAN........................................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri dan penggunaan peralatan mekanik yang semakin meningkat dari
sisi jenis dan jumlahnya diiringi juga dengan semakin meningkatnya potensi bahaya dari
penggunaan peralatan tersebut. Selain itu,semakin ditemukan penggunaan peralatan tersebut
dengan kondisi yang semakintua dan tidak layak dioperasikan lagi. Disamping itu pengusaha,
pengurus dan atau tenaga kerja/operator belum mengenal dan memahami ketentuan peraturan
perundang-undangan dan syarat-syarat keselamatan kerja peralatan mekanik.
Jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan yang ada pada saat ini dirasa masih kurang
memadai, serta minimnya pegawai pengawas spesialis mekanik yang tersebar diseluruh
Indonesia yang berakibat pada belum optimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
pengawasan terhadap peralatan mekanik yang digunakan di perusahaan/tempat kerja. Guna
mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang disebabkan
penggunaan peralatan mekanik maka diperlukan pengendalian, pembinaan dan pengawasan K3.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, pada umumnya kegiatan produksi menggunakan peralatan mekanik. Peralatan tersebut
merupakan sumber bahaya bila dioperasikan oleh operator. Oleh karena itu, perlu ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1
Tahun 1970, dan sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 sebagai
peraturan pelaksanaannya yang mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi serta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
diharapakan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja serta produktivitas pekerja meningkat.
1
Sedangkan semenjak ditemukannya sebuah mesin uap oleh James Watt pada tahun 1760,
maka penggunaan sebuah pesawat uap termasuk bejana tekan semakin meningkat dalam industri
maupun manufaktur yang meningkatkan tingkat produksi industri. Namun seiring dengan adanya
peralatan atau sistem yang baru, kemudian menimbulkan potensi bahaya yang baru juga akibat
dari penggunaan pesawat uap dan bejana tekan yang tidak terkendali. Pesawat uap dan bejana
tekan merupakan sumber bahaya termasuk operator pesawat uap yang mana potensi bahaya
ditimbulkan akibat penggunaan atau pengoperasian pesawat uap dan bejana tekan meliputi
semburan api, air panas, gas, fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi, bahaya kejut listrik, dan
peningkatan tekanan atau peledakan. Agar kecelakaan tidak timbul dalam kerja yang
menggunakan pesawat uap maupun bejana tekan, maka pemahaman tentang pesawat uap dan
bejana tekan serta syarat-syarat K3 adalah sangat penting supaya dapat melakukan pengawasan
K3 pada pesawat uap dan bejana tekan. Hal ini juga ditetapkandalam UU No.1 Tahun 1970 pasal
3. Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan merupakan serangkaian kegiatan pengawasan
dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3 pesawat uap dan
bejana tekan ditempat kerja atau perusahaan. Pengawasan tidak hanya pada produk namun diawali
dari proses produksi atau pembuatan dari sebuah alat mekanik, pesawat uap dan bejana tekan
serta alat angkut yang banyak dilakukan proses pengelasan, pengujiaan produk hingga penerbitan
ijin pemakaian dari alat tersebut.
1. Sebagai bahan seminar dan salah satu syarat menyelesaikan pelatihan calon Ahli K3
Umum sehingga bisa mengaplikasikan teori dan praktik dilapangan.
2. Mengetahui tugas dan wewenang dari seorang tenaga Ahli K3 Umum diperusahaan
tempatnya bekeraja, sehingga dapat memastikan semuanya
2
berjalan secara professional dalam hal pengambilan keputusan yang tepat sehingga bisa
meningkatkan produktivitas dan memberi kontribusi yang positif bagi perusahaan.
3. Tinjauan penerapan pelaksanaan K3 PT. Perusahaan Listrik Negara yang diharapkan
dapat memberikan masukan dan saran kepada pihak perusahaan yang dapat digunakan
sebagai upaya perbaikan.
3
1.4.2 Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap Dan Bejana Tekan
Dasar hukum pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan menurut peraturan adalahsebagai
berikut :
4
BAB II
GAMBARAN UMUM
Sektor Pembangkitan Tello, terletak di Jalan Urip Sumoharjo Nomor 7 Makassar menjadi
salah satu sektor vital penyediaan energi listrik di Sulawesi Selatan dan sekitarnya di bawah
naungan PLN Wilayah Sulselrabar. Menyediakan total 324,85 MW daya listrik yang dapat
dibangkitkan dari empat pusat listrik dibawah naungan Sektor Pembangkitan Tello, yaitu:
1. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tello
2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG/U) Tello
3. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Selayar
4. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru
Dengan mesin-mesin pembangkit yang dikelolanya, maka PLN Sektor Pembangkitan
Tello sanggup memasok Energi Listrik baik sebagai pemikul beban dasar maupun beban puncak
pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, bahkan telah dikembangkan sistem
5
interkoneksi dengan Sulawesi Tengah.
PLTU Tello mulai beroperasi dan diresmikan oleh Bapak Presiden RI, Soeharto pada
tahun 1973, dipasang 2 buah mesin diesel dengan daya terpasang masing-masing sebesar 2,84
MW yang berlokasi di dekat PLTU Tello. Pada tahun 1976, tepatnya bulan Juni dibentuk unit-unit
Sektor Tello. Dengan nama PLN Wilayah VIII dengan unit asuhan PLTD Bontoala dan Gardu
Induk Transmisi.
Pada tahun yang sama PT. PLN Wilayah VIII Sektor Tello mendapat tambahan 1 unit
PLTG dengan daya terpasang 14,66 MW. Dengan berkembangnya pembangunan di Kota
Makassar, serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, PLN mendapat tambahan
beberapa pembangkit yaitu:
1. Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alston dengan daya terpasang 21,35 MW.
2. Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi dengan daya terpasang 2 x 12,6 MW.
3. Tahun 1989 dibagun 2 unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW.
4. Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE dengan daya 2 x 33,4 MW.
6
1. Visi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :
a. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait, berorientasi kepada
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
h. Kecelakaan nihil.
7
2.1.2 Struktur Organisasi PT. PLN UPDK Tello Makassar
Alat Mekanik
10
2.3. Pesawat Angkat Angkut
Peralatan angkat adalah alat yang dikontruksikan atau dibuat khusus untukmengangkat naik dan
menurun muatan. Pesawat angkat dan angkut adalah alat yangdigunakan untuk mengankat atau
memindahkan sebuah benda dengan jarak, besardan berat tertentu yang sulit untuk dilakukan
ataupun tidak mungkin dilakukandengan tenaga manusia.
Pesawat angkat angkut dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan caramekanisme
angkutnya, seperti:
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat angkat angkut jika akan dipakaidi areaproduksi
meliputi :
a. Konstruksi harus kuat.
b. Layak dioperasikan.
c. Safety devices terpasang dan berfungsi dengan baik disertai contoh gambar.
d. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
11
e. Dilakukan perawatan dengan baik
f. Dioperasikan sesuai dengan SOP dan oleh operator yang memiliki sertifikat.
g. Operatornya harus dilengkapi dengan alat pelindung diri.
12
2.4.1 Syarat- Syarat K3 Pengawasan Pesawat Uap dan Bejana Tekan
Pemeriksaaan dan pengujian dilakukan mulai tahap fabrikasi (pembuatan),pada tahap
perakitan atau pemasangan, tahap pemakaian, tahap reparasi ataumodifikasi serta pemasangan
kembali karena pemindahan pesawat uap. Penerbitanijin pesawat uap dikeluarkan untuk
pemakaian baru dan saat mutasi ijin pemakaiankarena penjualan atau pemindahan pesawat uap
jenis berpindah. Pemeriksaan danpengujian dilakukan oleh pegawai pengawas atau ahli K3
pesawat uap dan bejanatekan.Seperti halnya pada pesawat uap, pedoman ini diperuntukan untuk
bejana tekandan harus diketahui oleh semua pihak terkait terutama pemerintah daerah
kabupatendan kota yang menangani langsung pelaksanaan pengawasan keselamatan
dankesehatan kerja di lapangan menurut UU No.22 tahun 1999. Pemeriksaan ataupengujian
dilakukan oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.Sedangkan pengesahan
pemakaian baru harus ditangani oleh kepala dinas setelah di paraf oleh pegawai pengawas dan
atasan langsung pegawai pengawas. Dalampelaksanaan pemeriksan dan pengujian pada pesawat
uap dan bejana tekandigunakan.
13
- Pembuatan data
14
2.5. Temuan Lapangan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
Sebagai penunjang kegiatan prakterk kerja lapangan ini, adapun temuan baik positif maupun
negatif, berdasarkan hasil analisis kami melalui video yang telah di berikan di PT Perusahaan
Listrik Negara berikut temuan yang kami dapatkan.
f. Jarak antara operator dan beban yang diangkat sudah cukup aman
b. Penempatan bejana tekan tidak sesuai tidak rapi dan tidak ditempatkan ditempatyang
aman
c. Bejana tekan tidak memenuhi standar SOP pada peletakan tabung setelahdigunakan
d. Tidak menggunakan sabuk pengaman
15
BAB III
ANALISA
16
3 PT. PLN Penggunaan Terdapat pelindung atau Permenaker No. 4
Sudah baik dan
PESERO pesawat tenaga penutup mesin gerak tahun 1985. Pasal
tetap di pertahan
UTBK TELLO produksi yang dari pesawat tenaga 35 dan pasal 36
kan.
MAKASSAR aman dan produksi menjadikan
terencana. alat atau mesin kerja
yang aman saat
beroperasi.
4 PT. PLN Tenaga kerja Dengan terelesasinya Sudah baik dan tetap UU no.1 tahun
PERSERO sudah APD maka bisa di pertahan kan. 1970 tentang
UPDK memakai APD mencegah terjadinya keselamatan kerja
TELLO sesuai SOP. kecelakaan kerja. Permenaker No. 08
MAKASSAR tahun 2010 pasal 6
poin 1 dan 2
tentang alat
pelindung diri
(APD)
5 PT. PLN Adanya bejana Dengan adanya Bejana Sudah baik dan tetap Permenakertrans no
PERSERO tekan di Tekan bisa menampung di pertahankan 37 tahun 2016
UPDK PT.PLN gas atau campuran udara karena pasal 16 ayat
TELLO Persero Tello baik terkempa menjadi pemeriksaannya 1 1,2,3,4,5,6,7.
MAKASSAR Makassar. cair atau dalam keadaan tahun sekali.
17
larut atau beku
18
3.2 Analisa Negatif PT.PLN PERSERO UTBK TELLO MAKASSAR
20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Segera dilakukan perbaikan pada beberapa temuan seperti kebersihan dan
kerapian serta perlu penambahan rambu peringatan keselamatan agar para karyawan bisa
lebih mengingat dan memperhatikan kembali penggunaan APD danselalu mengutamakan
keselamatan.
REFERENSI
23
Profil Perusahan
Dokumentasi
23