Anda di halaman 1dari 25

L APOR AN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI PT. PLN PERSERO UPDK TELLO MAKASSAR


BIDANG K3 MEKANIK, (PESAWAT ANGKAT ANGKUT, PESAWAT TENAGA
PRODUKSI), K3 PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN

PELATIHAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE - 63

KELOMPOK II

1. ARIFULLAH AHMAR
2. KEVIN KARAENG DATU
3. MINCE ANGRENY SIMA
4. MUHAMMAD ERIC CAHYADI
5. MOHAMMAD FIKRI LASAWEDI
6. ARFAN DEVICHAN
7. AKMAL
8. YANRI MARIANTO RENTA

PENYELENGGARA

PT. INDOTAMA JASA SERTIFIKASI

Makassar, 25 Juni 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah- Nya
kami berhasil menyelesaikan penulisan laporan PKL ini tepat pada waktunya. Laporan PKL ini
disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dari pelatihan Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (AK3) Umum yang diadakan oleh PJK3 PT. Indotama Jasa Sertifikasi.

Dalam penyusunan laporan PKL ini kami melakukan praktek kunjungan lapangan
(PKL) secara online di PT. PLN PERSERO UPDK TELLO MAKASSAR. Bidang yang kami
teliti adalah bidang K3 mekanik, (PAA ,PTP) & K3 pesawat uap & bejana tekan. Kami
mengucapkan terimakasih banyak kepada para instruktur Ahli K3 Umum dan rekan-rekan
Indotama Jasa Sertifikasi atas bimbingan dan dorongannya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan PKL ini sesuai waktu yang ditentukan. Kemudian kepada rekan-rekan calon AK3 Umum
atas kebersamaan dan dukungannya selama ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan saran yang bersifat
membangun sehingga tercapainya kesempurnaan isi maupun penulisan dari laporan ini.

Tim Penyusun

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN .............................................................................................. 2

1.3. RUANG LINGKUP ........................................................................................................ 3

1.4. DASAR HUKUM ........................................................................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 SEJARAH PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) .............................. 5

2.2 ALAT MEKANIK ........................................................................................................... 7

2.3 PESAWAT ANGKAT ANGKUT ................................................................................... 10

2.4 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN ................................................................... 11

2.5 TEMUAN LAPANGAN PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ...... 14

BAB III ANALISA (DIBANDINGKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN)

3.1 ANALISA POSITIF PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ............. 15

3.2 ANALISA NEGATIF PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) ........... 18

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 20

4.2 SARAN........................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri dan penggunaan peralatan mekanik yang semakin meningkat dari
sisi jenis dan jumlahnya diiringi juga dengan semakin meningkatnya potensi bahaya dari
penggunaan peralatan tersebut. Selain itu,semakin ditemukan penggunaan peralatan tersebut
dengan kondisi yang semakintua dan tidak layak dioperasikan lagi. Disamping itu pengusaha,
pengurus dan atau tenaga kerja/operator belum mengenal dan memahami ketentuan peraturan
perundang-undangan dan syarat-syarat keselamatan kerja peralatan mekanik.

Jumlah pegawai pengawas ketenagakerjaan yang ada pada saat ini dirasa masih kurang
memadai, serta minimnya pegawai pengawas spesialis mekanik yang tersebar diseluruh
Indonesia yang berakibat pada belum optimalnya sosialisasi peraturan perundang-undangan dan
pengawasan terhadap peralatan mekanik yang digunakan di perusahaan/tempat kerja. Guna
mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang disebabkan
penggunaan peralatan mekanik maka diperlukan pengendalian, pembinaan dan pengawasan K3.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2), Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, pada umumnya kegiatan produksi menggunakan peralatan mekanik. Peralatan tersebut
merupakan sumber bahaya bila dioperasikan oleh operator. Oleh karena itu, perlu ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 1
Tahun 1970, dan sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 sebagai
peraturan pelaksanaannya yang mengatur secara teknis ilmiah dan administratif ditentukan dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan. Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi serta
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
diharapakan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja serta produktivitas pekerja meningkat.

1
Sedangkan semenjak ditemukannya sebuah mesin uap oleh James Watt pada tahun 1760,
maka penggunaan sebuah pesawat uap termasuk bejana tekan semakin meningkat dalam industri
maupun manufaktur yang meningkatkan tingkat produksi industri. Namun seiring dengan adanya
peralatan atau sistem yang baru, kemudian menimbulkan potensi bahaya yang baru juga akibat
dari penggunaan pesawat uap dan bejana tekan yang tidak terkendali. Pesawat uap dan bejana
tekan merupakan sumber bahaya termasuk operator pesawat uap yang mana potensi bahaya
ditimbulkan akibat penggunaan atau pengoperasian pesawat uap dan bejana tekan meliputi
semburan api, air panas, gas, fluida, uap panas, debu, panas/suhu tinggi, bahaya kejut listrik, dan
peningkatan tekanan atau peledakan. Agar kecelakaan tidak timbul dalam kerja yang
menggunakan pesawat uap maupun bejana tekan, maka pemahaman tentang pesawat uap dan
bejana tekan serta syarat-syarat K3 adalah sangat penting supaya dapat melakukan pengawasan
K3 pada pesawat uap dan bejana tekan. Hal ini juga ditetapkandalam UU No.1 Tahun 1970 pasal
3. Pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan merupakan serangkaian kegiatan pengawasan
dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3 pesawat uap dan
bejana tekan ditempat kerja atau perusahaan. Pengawasan tidak hanya pada produk namun diawali
dari proses produksi atau pembuatan dari sebuah alat mekanik, pesawat uap dan bejana tekan
serta alat angkut yang banyak dilakukan proses pengelasan, pengujiaan produk hingga penerbitan
ijin pemakaian dari alat tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Praktek Kerja Lapangan bagi calon Ahli K3 Umum sangat dibutuhkan, mengingataplikasi
K3 ini adalah kebutuhan wajib bagi setiap perusahaan. Untuk itu Ahli K3 Umum harus lebih
menguasai teori dan praktek penerapan SMK3 pada setiap perusahaan. Tujuan dari penulisan
laporan ini adalah :

1. Sebagai bahan seminar dan salah satu syarat menyelesaikan pelatihan calon Ahli K3
Umum sehingga bisa mengaplikasikan teori dan praktik dilapangan.
2. Mengetahui tugas dan wewenang dari seorang tenaga Ahli K3 Umum diperusahaan
tempatnya bekeraja, sehingga dapat memastikan semuanya

2
berjalan secara professional dalam hal pengambilan keputusan yang tepat sehingga bisa
meningkatkan produktivitas dan memberi kontribusi yang positif bagi perusahaan.
3. Tinjauan penerapan pelaksanaan K3 PT. Perusahaan Listrik Negara yang diharapkan
dapat memberikan masukan dan saran kepada pihak perusahaan yang dapat digunakan
sebagai upaya perbaikan.

1.3 Ruang Lingkup


Kegiatan praktik kunjungan lapangan ini berorientasi sesuai dengan ruang lingkup tugas
dan fungsi dari ahli K3 Umum pengawasan peraturan perundangan K3 bidang Mekanik, Alat
angkat angkut serta Pesawat uap dan Bejana Tekan di PT. PLN (PERSERO) TELLO.

1.4 Dasar Hukum


Beberapa landasan hukum yang dipakai untuk penerapan K3 bidang mekanik, pesawat
uap dan bejana tekan serta alat angkat angkut di lingkungan kerja PT Perusahaan Listrik Negara
adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Sedangkan apabila peraturan perundangan tadi kami kelompokan menurut beberapa


bidang yang kami ambil dilaporan praktek kerja lapangan ini, maka sebagai berikut :

1.4.1 Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik


Dasar hukum pengawasan K3 mekanik menurut peraturan adalah sebagai berikut :
1. Permenaker No. 38 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat
Tenaga dan Produksi
2. Permenaker No.8 Tahun 2020, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat
Angkat dan Pesawat Angkut

3
1.4.2 Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap Dan Bejana Tekan
Dasar hukum pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan menurut peraturan adalahsebagai
berikut :

1. Undang-undang Uap 1930

2. Pesawat Uap Tahun 1930

3. Permenakertrans No.02/Men/1982 Tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja

4. Undang-undang no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

5. Permenaker No.01/Men/1988 Tentang Kulasifikasi Syarat-syarat Operator


Pesawat Uap.
6. Permenakertrans No.37 Tahun 2016, Tentang Keselamatan Dan Kesehatan KerjaBejana
Tekan Dan Tangki Timbun

4
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Sejarah PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)


PT. PLN (Persero) adalah badan usaha milik negara yang bertugas menangani semua
aspek ketenagalistrikan di Indonesia. Berdiri pertama kali pada 27 Oktober 1945, PT. PLN
(Persero) berkembang dengan pesat, menyesuaikan dengan bertambahnya konsumsi listrik di
indonesia. Unit PT. PLN (Persero) dibagi dalam beberapa wilayah untuk mengurusi,
pembangkitan, penyaluran (transmisi), pengaturan beban, dan distribusi kepada pelanggan.
PLN Wilayah Sulselrabat (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat)
memiliki Unit Induk, dan beberapa Unit Pelaksanaan dan Sub Unit Pelaksana yang berdiri dari :
1. Area dan Rayon
2. Sektor dan Pusat Listrik
3. UPT (Unit Palayanan Transmisi) dan TRAGI (Transmisi dan Gardu Induk)
4. UPB (Unit Pengaturan Beban)
5. APD (Area Penturan Distribusi)
Sektor pembangkitan PLN Wilayah Sulselrabar terdiri dari 4 Sektor, yakni Sektor
Pembangkitan Tello, Sektor Pembangkitan Bakarru dan Sektor Pembangkitan Kendari dan
Punagaya.

2.1.1 Profil PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tello

Sektor Pembangkitan Tello, terletak di Jalan Urip Sumoharjo Nomor 7 Makassar menjadi
salah satu sektor vital penyediaan energi listrik di Sulawesi Selatan dan sekitarnya di bawah
naungan PLN Wilayah Sulselrabar. Menyediakan total 324,85 MW daya listrik yang dapat
dibangkitkan dari empat pusat listrik dibawah naungan Sektor Pembangkitan Tello, yaitu:
1. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tello
2. Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG/U) Tello
3. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Selayar
4. Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Barru
Dengan mesin-mesin pembangkit yang dikelolanya, maka PLN Sektor Pembangkitan
Tello sanggup memasok Energi Listrik baik sebagai pemikul beban dasar maupun beban puncak
pada sistem kelistrikan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, bahkan telah dikembangkan sistem
5
interkoneksi dengan Sulawesi Tengah.
PLTU Tello mulai beroperasi dan diresmikan oleh Bapak Presiden RI, Soeharto pada
tahun 1973, dipasang 2 buah mesin diesel dengan daya terpasang masing-masing sebesar 2,84
MW yang berlokasi di dekat PLTU Tello. Pada tahun 1976, tepatnya bulan Juni dibentuk unit-unit
Sektor Tello. Dengan nama PLN Wilayah VIII dengan unit asuhan PLTD Bontoala dan Gardu
Induk Transmisi.
Pada tahun yang sama PT. PLN Wilayah VIII Sektor Tello mendapat tambahan 1 unit
PLTG dengan daya terpasang 14,66 MW. Dengan berkembangnya pembangunan di Kota
Makassar, serta sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, PLN mendapat tambahan
beberapa pembangkit yaitu:

1. Tahun 1982 dibangun 2 unit PLTG Alston dengan daya terpasang 21,35 MW.
2. Tahun 1984 dibangun 2 unit PLTD Mitsubishi dengan daya terpasang 2 x 12,6 MW.
3. Tahun 1989 dibagun 2 unit PLTD SWD dengan daya terpasang 2 x 12,4 MW.
4. Tahun 1997 dibangun 2 unit PLTG GE dengan daya 2 x 33,4 MW.

Untuk menyalurkan saluran energi dan pembangkit-pembangkit yang berasa di lingkungan


kerja PT. PLN Makassar kepada Pelanggan, serta untuk menunjang dan mengantisipasi
peningkatan beban pada daerah-daerah baru, maka tahap pertama sejak tahun 1969 dibangun
saluran transmisi sistem tegangan 30 KV dan Gardu Induk (Tello, Bontoala, Kalukuang,
Sungguminasa, Parangloe, Mandai, dan Tonasa I). Selanjutnya di bangun saluran transmisi sistem
tegangan 70 KV dan sistem tegangan 150 KV dan Gardu Induk (Pangkep, Tonasa II, Daya, Tello,
dan Tello Lama) serta perluasan Gardu Induk Existing.

6
1. Visi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :

a. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembuh kembang, unggul dan
terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

b. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efesien dan berwawasan lingkungan.

2. Misi PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Tello Makassar :

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait, berorientasi kepada
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan


masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

e. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.

f. Melaksanakan pemeliharan yang berorientasi kepada “On Condition Base Maintenance”


serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku petunjuk pabrik dan pengalaman
operasi.

g. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi pembangkitan


terhadap mutu.

h. Kecelakaan nihil.

7
2.1.2 Struktur Organisasi PT. PLN UPDK Tello Makassar

Alat Mekanik

3. Syarat – Syarat K3 Pengawasan Mekanik


 Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pengaman mesin yang akanharus dianalisa sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam model Codeof Safety Regulations for Industrial
Establishment. Dalam regulasi 82dari model kode ini dijelaskan sebagai berikut;
 Pengaman-pengaman harus direncanakan, dibuat dan dipakaisehingga memenuhi
kebutuhan perlindungan yang positif.
 Tidak menggangu keamanan dan ketenangan bagi operator.
 Mencegah pendekatan terhadap semua wilayah berbahaya.
 Tidak mengganggu jalannya produksi.
 Dapat dipergunakan secara otomatis atau dengan sedikit usaha.
 Sesuai untuk pekerjaan dan mesin.
 Lebih disenangi dalam bentuk sudah terpasang (built in).
8
 Tidak mengganggu kebutuhan merawat.
 Tahan terhadap pemakaian jangka Panjang
 Tahan terhadap pemakaian secara normal dan dalam keadaan
 shock.
 Tahan lama, tahan api dan tahan korosi.
 Tidak menimbulkan bahaya.
 Melindungi kecerobohan pemakaian yang tidak terduga.
 Pengaman dan biaya produksi.
 Pengaman mesin yang langsung terpasang.
 Perlengkapan Keselamatan Kerja Keran Angkat; dynamometer dan
 Load indicator.

2.2.2. Pemeriksaan dan Pengujian Mekanik

1. Beberapa persyaratan pemeriksaan dan pengujian pesawat tenaga danproduksi,antara lain


:

a. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan, pengujiandan penerbitan


pengesahan pemakaian pesawat;

- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pembuatan (fabrikasi).

- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan dan ataupemasangan.

- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pemakaian (berkala ataukhusus)

- Pemeriksaan dan pengujian berkaitan dengan reparasi ataumodifikasi.

- Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan penerbitanpengesahan pemakaian,termasuk


pemakaian baru

b. Prosedur pemeriksaan dan pengujian


- Prosedur kegiatan pemeriksaan dan pengujian pada tahappembuatan.
- Prosedur pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan ataupemasangan.
- Prosedur pemeriksaan berkala atau khusus pada tahapanpemakaian.
9
- Ketentuan khusus pada pemeriksaan dan pengujian.
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian serta PenerbitanPengesahanPemakaian
Pesawat Angkat dan Angkut, adalah;
a. Pokok-pokok kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan danpengujian;
- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pembuatan dan pengujian
- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan dan ataupemasangan.
- Pemeriksaan dan pengujian pada tahap pemakaian (berkala ataukhusus).
- Pemeriksaan dan pengujian berkaitan dengan reparasi ataumodifikasi.

b. Prosedur pemeriksaan dan pengujianProsedur kegiatan pemeriksaan dan pengujianpada


tahap pembuatan.
- Prosedur pemeriksaan dan pengujian pada tahap perakitan ataupemasangan.
- Prosedur pemeriksaan berkala atau khusus pada tahapanpemakaian. Ketentuan
khusus pada pemeriksaan dan pengujian.

c. Prosedur penerbitan pengesahan pemakaian pesawat tenaga danproduksi,


pengesahan pemakaian baru

10
2.3. Pesawat Angkat Angkut

Peralatan angkat adalah alat yang dikontruksikan atau dibuat khusus untukmengangkat naik dan
menurun muatan. Pesawat angkat dan angkut adalah alat yangdigunakan untuk mengankat atau
memindahkan sebuah benda dengan jarak, besardan berat tertentu yang sulit untuk dilakukan
ataupun tidak mungkin dilakukandengan tenaga manusia.

Pesawat angkat angkut dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan caramekanisme
angkutnya, seperti:

a. Hydraulic handling device


Hydraulic handling device
merupakan pesawat angkut dengan carapengangkutan dengan menggunakan mediaberupa
cairan atau liquidsebagai media pengangkutan.

b. Pneumatic handling system

Pneumatic handling system merupakan pesawat angkut dengan carapengangkutan dengan


menggunakan media berupa udara, gas sebagaisarana pengangkutannya.

c. Mechanical Cara pengangkutan dengan menggunakan tenaga dari mesin sebagai


saranapengangkutannya, contoh conveyor belt menggunakan tenaga mesin sebagai
pengangkutanya.

2.3.1 Syarat-syarat K3 Pesawat Angkat Angkut

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh alat angkat angkut jika akan dipakaidi areaproduksi
meliputi :
a. Konstruksi harus kuat.
b. Layak dioperasikan.
c. Safety devices terpasang dan berfungsi dengan baik disertai contoh gambar.
d. Dilakukan pemeriksaan dan pengujian.

11
e. Dilakukan perawatan dengan baik
f. Dioperasikan sesuai dengan SOP dan oleh operator yang memiliki sertifikat.
g. Operatornya harus dilengkapi dengan alat pelindung diri.

2.3.2 Pemeriksaan K3 Pesawat Angkat Angkut

a. Jenis pemeriksaan dan pengujian berdasarkan peraturan perundang-undangan yangdi


dalamnya membahas tentang :

- Pemeriksaan dan pengujian dalam pembuatan.


- Pemeriksaan dan pengujian pertama.
- Pemeriksaan dan pengujian berkala.

b. Tahapan pemeriksaan dan pengujian pesawat tenaga produksi :


- Pemeriksaan data.
- Pemeriksaan visual dengan menggunakan checklist terhadapseluruh komponen dan
pengecekan dimensi.
- Pemeriksaan Non Destructive Testing (NDT) terhadap seluruhkomponen yangmenerima
beban dan atau komponen yangdiragukan kekuatannya.
-Pengujian pada kondisi dinamis dan lingkungan kerja
- Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dengan menggunakanformulir.

2.4 Pesawat Uap dan Bejana Tekan


Pesawat uap adalah ketel uap dan peralatan lainnya baik tersambung langsungmaupun tidak
langsung, berhubung dengan suatu ketel uap dan diperuntukkanbekerja dengan tekanan yang
lebih besar dari tekanan udara.

12
2.4.1 Syarat- Syarat K3 Pengawasan Pesawat Uap dan Bejana Tekan
Pemeriksaaan dan pengujian dilakukan mulai tahap fabrikasi (pembuatan),pada tahap
perakitan atau pemasangan, tahap pemakaian, tahap reparasi ataumodifikasi serta pemasangan
kembali karena pemindahan pesawat uap. Penerbitanijin pesawat uap dikeluarkan untuk
pemakaian baru dan saat mutasi ijin pemakaiankarena penjualan atau pemindahan pesawat uap
jenis berpindah. Pemeriksaan danpengujian dilakukan oleh pegawai pengawas atau ahli K3
pesawat uap dan bejanatekan.Seperti halnya pada pesawat uap, pedoman ini diperuntukan untuk
bejana tekandan harus diketahui oleh semua pihak terkait terutama pemerintah daerah
kabupatendan kota yang menangani langsung pelaksanaan pengawasan keselamatan
dankesehatan kerja di lapangan menurut UU No.22 tahun 1999. Pemeriksaan ataupengujian
dilakukan oleh Ahli K3 Spesialis Pesawat Uap dan Bejana Tekan.Sedangkan pengesahan
pemakaian baru harus ditangani oleh kepala dinas setelah di paraf oleh pegawai pengawas dan
atasan langsung pegawai pengawas. Dalampelaksanaan pemeriksan dan pengujian pada pesawat
uap dan bejana tekandigunakan.

2.4.2. Pemeriksaan dan Pengujian Pesawat Uap dan Bejana Tekan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemeriksaan danpengujiandari
pesawat uap dan bejana tekan, adalah :

1. Jenis pemeriksaan dan pengujian berdasarkan peraturan perundang-undangan.


2. Pemeriksaan dan penguian dalam proses pembuatan.
- Pemeriksaan dokumen teknik yang disyaratkan untuk pembuatan
- Pemeriksaan bahan baku material yang akan digunakan untuk pembuatan unit atau
komponen pemeriksaan awal.
- Pemeriksaan pada saat dan atau pada akhir pekerjaan pembuatan unit ataukomponen.
- Pengujian.

13
- Pembuatan data

- teknik pembuatan dan laporan pengawasan

- pembuatan unit atau komponen.

3. Pemeriksaan dan pengujian pertama


- Pemeriksaan dokumen teknik yang disyaratkan untuk pemasangan dan atau
pemeriksaan.
- Pemeriksaan unit atau komponen.
- Pemeriksaan teknis menyeluruh saat perakitan dan akhir perakitan.
- Pengujian-pengujian.
- Pencatatan pada buku akte izin Pemakaian.

4. Pemeriksaan dan pengujian berkala.


- Pengecekan dokumen teknik terkait syarat pemakaian.
- Pemeriksaan kondisi fisik serta perlengkapannya.
- Pembuatan laporan pemeriksaan dan atau pengujian berkala atau pemeriksaan khusus.
- Pencacatan pada buku akte izin Pemakaian.

5. Pemeriksaan khusus modifkasi reparasi


- Pemeriksaan kondisi fsik pesawat uap yang akan dilakukan reparasi modifkasi.
- Pemeriksaan dokumen teknik terkait dengan syarat pekerjaan.
- Pemeriksaan pada saat dan akhir pekerjaan.
- Pengujian seperlunya.

14
2.5. Temuan Lapangan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Sebagai penunjang kegiatan prakterk kerja lapangan ini, adapun temuan baik positif maupun
negatif, berdasarkan hasil analisis kami melalui video yang telah di berikan di PT Perusahaan
Listrik Negara berikut temuan yang kami dapatkan.

2.2.1 Temuan Positif PT PLN PERSERO UPDK TELLO MAKASSAR


a. Operator di PT PLN semuanya telah memiliki SIO

b. Operator sudah menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

c. Pesawat Angkat (Forklift) telah melakukan Uji Berkala

d. Posisi Crane sesuai dengan SOP

e. Genset ditempatkan di ruangan terpisah

f. Jarak antara operator dan beban yang diangkat sudah cukup aman

2.2.2 Temuan Negatif PT PLN PERSERO UPDK TELLO MAKASSAR


a. Parkir t sesuai dengan SOP

b. Penempatan bejana tekan tidak sesuai tidak rapi dan tidak ditempatkan ditempatyang
aman
c. Bejana tekan tidak memenuhi standar SOP pada peletakan tabung setelahdigunakan
d. Tidak menggunakan sabuk pengaman

e. Tidak adanya batas/palang serta rambu di sekitar mesin prosuksi

f. Alat perkakas (kunci-kunci) diletakan tidak sesuai tempatnya

g. Kurangnya perhatian terhadap peralatan (maintenance)

15
BAB III
ANALISA

3.1 Analisa Positif PT. PLN PERSERO UTBK TELLO MAKASSAR

NO FOTO LOKASI TEMUAN ANALISIS SARAN / DASAR HUKUM


REKOMENDASI
1 PT. PLN Overhead crane Dengan tercantumnya Sudah baik dan  Permenaker No
PERSERO sudah memiliki kapasitas maksimum tetap 09 Tahun 2010
UTBK kapasitas sehinggah dipertahankan Bab V pasal 34
TELLO masing-masing mempermudah bagian a
MAKASSAR 5-20 ton. mengontrolnya  Permenaker 08
Tahun 2020
pasal 5 poin 4
PT. PLN PT.PLN Dengan adanya forklift  Permenaker No.
Sudah baik dan
2 PESERO (persero) telah dapat mempermudah 08 Tahun 2020
tetap di pertahan
UTBK TELLO memiliki mengangkut barang. pasal 1 poin 3 dan
kan.
MAKASSAR forklift. poin 11.

16
3 PT. PLN Penggunaan Terdapat pelindung atau  Permenaker No. 4
Sudah baik dan
PESERO pesawat tenaga penutup mesin gerak tahun 1985. Pasal
tetap di pertahan
UTBK TELLO produksi yang dari pesawat tenaga 35 dan pasal 36
kan.
MAKASSAR aman dan produksi menjadikan
terencana. alat atau mesin kerja
yang aman saat
beroperasi.
4 PT. PLN Tenaga kerja Dengan terelesasinya Sudah baik dan tetap  UU no.1 tahun
PERSERO sudah APD maka bisa di pertahan kan. 1970 tentang
UPDK memakai APD mencegah terjadinya keselamatan kerja
TELLO sesuai SOP. kecelakaan kerja.  Permenaker No. 08
MAKASSAR tahun 2010 pasal 6
poin 1 dan 2
tentang alat
pelindung diri
(APD)

5 PT. PLN Adanya bejana Dengan adanya Bejana Sudah baik dan tetap Permenakertrans no
PERSERO tekan di Tekan bisa menampung di pertahankan 37 tahun 2016
UPDK PT.PLN gas atau campuran udara karena pasal 16 ayat
TELLO Persero Tello baik terkempa menjadi pemeriksaannya 1 1,2,3,4,5,6,7.
MAKASSAR Makassar. cair atau dalam keadaan tahun sekali.

17
larut atau beku

18
3.2 Analisa Negatif PT.PLN PERSERO UTBK TELLO MAKASSAR

No FOTO LOKASI TEMUAN ANALISIS SARAN/REKOMENDASI DASAR HUKUM

1. PT. PLN Plafon Lebih Sebaiknya dilakukan cek  Permenaker


PERSERO ruangan meningkatkan up setiap 6 bulan atau 1 no. 1 tahun
UPDK produksi cek up tahun sekali. 1970 tentang
TELLO rusak. perawatan keselamatan
MAKASSAR ruangan. dan
Kesehatan
pada kontruksi
bangunan.

2. PT. PLN Tempat Memarkirkan Diberikan  Peraturan


PERSERO forklift tidak forklift ruangan/penyimpanan menteri
UTBK sesuai. sembarangan khusus. ketenagakerj
TELLO bisa aan RI no.
MAKASSAR membahayakan 08 tahun
area sekitar. 2020 tentang
keselamatan
kerja dan
pesawat
angkat dan
angkut pasal
19
89 ayat 2

3. PT. PLN Tidak Tidak adanya Merekomendasikan agar  UU no. 38

PERSERO memiliki papan nama adanya pemasangan Tahun 2016

UTBK pelat papan bisa dapat pemberitahuan pelat tentang

TELLO nama. mengakibatkan papan nama agar dapat Kesehatan

MAKASSAR terjadinya mencegah terjadinya keselamatan

kecelakaan kecelakaan kerja. kerja pesawat

kerja. produksi pada


pasal 15.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

berdasarkan hasil pengamatan kami mengenai K3 mekanik, PesawatAngkat


Angkut, K3 Pesawat Uap dan Bejana Tekan di PT Perusahaan Listrik Negara :
1. Penerapan pengawasan K3 di bidang pesawat mekanik, pesawat angat danangkut,
K3 Pesawat uap dan bejana tekan sudah berjalan dengan baik. Hanya saja
kurangnya peringatan rambu K3 di tempat kerja.
2. Kebersihan dan kerapian di PT. PLN pun perlu di tingkatkan lagi.
3. Mengevaluasi kondisi pesawat tenaga produksi dalam hal pemasangan alat pelindung
dan alat pengaman untuk menjamin keamanan tenaga kerja dari potensi bahaya di
sekitar pesawat.
4. Melaksanakan pemeliharaan rutin baik untuk alat, mesin produksi serta konstruksi
bangunan.

4.2. Saran
Segera dilakukan perbaikan pada beberapa temuan seperti kebersihan dan
kerapian serta perlu penambahan rambu peringatan keselamatan agar para karyawan bisa
lebih mengingat dan memperhatikan kembali penggunaan APD danselalu mengutamakan
keselamatan.

REFERENSI
23
Profil Perusahan
Dokumentasi

23

Anda mungkin juga menyukai