Anda di halaman 1dari 16

1

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Kelompok 1

PENGAWASAN K3 KELEMBAGAAN DAN KEAHLIAN, MEKANIK,


KETEL UAP, DAN BEJANA PADA PERUSAHAAN ASTRA
OTOPARTS ADIWIRA PLASTIK

Ditulis oleh :

1. Imam Askolani
2. Mohammad Shofwan
3. Rahmat
4. Tubagus Tio Kyato
5. Yudha Dili S

Calon Ahli K3 Umum

Balai K3, 11-25 APRIL 2017


2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup ............................................................................................................................... 4
1.4 Dasar Hukum ................................................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
ANALISA DATA DAN REKOMENDASI ....................................................................................................... 6
2.1 Kelembagaan K3 dan Keahlian ...................................................................................................... 6
2.2 Bejana Tekan ................................................................................................................................. 7
2.3 Pesawat Ketel Uap ........................................................................................................................ 8
2.4 Tangki Timbun ............................................................................................................................. 10
2.5 Pesawat Alat dan Angkut ............................................................................................................ 12
2.6 Pesawat Tenaga dan Produksi .................................................................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi bahaya yang berasal dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
kesehatan kerja terdiri atas lima faktor yaitu fisik, kimia, biologi, ergonomic, dan psikologi.
Kelima factor tersebut mempunyai tingkat risiko yang berbeda-beda, tergantung tingkat
keparahan dan frekuensi yang bias ditimbulkan. Risiko ataupun potensi bahaya perlu dikurangi
dari lingkungan kerja dengan adanya pengendalian lingkungan kerja yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Upaya perlindungan dan penjaminan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan
upaya untuk mencapai suatu tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga setiap sumber dan
proses produksi tersebut dapat digunakan secara aman dan efisien. Aspek keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diperhatikan adalah faktor kesehatan dan faktor lingkungan kerja.
Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa setiap tenaga kerja merupakan aset penting dari
perusahaan yang harus diberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan dalam menunjang
pekerjaannya selama berada di tempat kerja. Selanjutnya perusahaan dapat menjamin
perlindungan bagi tenaga kerja apabila menjalankan program-program yang berhubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang tentunya sesuai dengan norma dan
perundangan.
Masih banyak perusahaan yang belum memahami sumber-sumber bahaya di tempat kerja
yang berkaitan dengan peraturan perundangan bidang pengawasan kerja sehingga masih
banyak pelanggaran pelaksanaan dan karenanya diperlukan pembinaan lebih intensif agar
terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal-hal yang disebutkan di atas
menjadi latar belakang dalam melakukan peninjauan dari lingkungan kerja di PT. Astra Otoparts
Tbk - Adiwira Plastik, untuk mengetahui bagaimana kondisi pengendalian K3 yang sudah
berlangsung dalam perusahaan tersebut, khususnya dalam pengawasan kelembagaan dan
keahlian K3, mekanik, ketel uap dan bejana.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk memeberikan gambaran langsung
kepada peserta pelatihan Calon Ahli K3 Umum. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk
melakukan peninjauan dan pengamatan langsung mengenai penerapan pengendalian aspek K3
di PT. Astra Otoparts Tbk - Adiwira Plastik khususnya dalam pengawasan kelembagaan dan
keahlian K3, mekanik, ketel uap dan bejana bertekanan. Hasil dari pengamatan langsung di
lapangan akan dijadikan data untuk dilakukan komparasi dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku di tempat kerja.
Hasil akhir dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah berupa laporan yang berisi penjabaran data
yang diperoleh lalu dikomparasi dengan peraturan dan perundangan yang berlaku sehingga
lahir beberapa arahan dan rekomendasi positif bagi PT. Astra Otoparts Tbk - Adiwira Plastik
4

dalam meningkatan perlindungan dan penjaminan keselamatan dan kesehatan bagi para
pekerja.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam pembahasan Praktik Kerja Lapangan ini yaitu kita batasi hanya pada :

1.3.1 Pengawasan K3 Kelembagaan


Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 10 ayat 1, bahwa Menteri Tenaga Kerja
mempunyai kewenangan untuk membentuk Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka
memperlancar usaha produksi. Pengamatan yang dilakukan adalah apakah perusahaan
sudah menerapkan peraturan tersebut dengan membentuk P2K3 beserta persyaratan
terkait yang harus dipenuhi.

1.3.2 Pengawasan K3 Mekanik


Pengawasan K3 Mekanik adalah serangkaian kegiatan pengawasan dan semua tindakan
yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan terhadap obyek pengawasan K3 Mekanik yang meliputi;
a) Pesawat Tenaga Produksi
b) Pesawat Angkat Angkut
c) Operator Mekanik

Adapun tujuan pembinaan dan pengawasan K3 Mekanik ada tiga hal yaitu;

d) Menjamin keselamatan kerja operator dan orang lain


e) Menjamin penggunaan peralatan mekanik aman dioperasikan
f) Menjamin proses produksi berjalan dengan aman dan lanca

1.3.3 Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Bertekanan


Kegiatan pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan atas pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan terhadap
objek pengawasan K3 pesawat uap dan bejana tekan di tempat kerja meliputi;
a) Bejana bertekanan
b) Tangki Timbun
c) Pesawat uap

1.4 Dasar Hukum


1.4.1 Dasar Hukum Kelembagaan K3
a) Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
b) Undang-undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan
c) Permenaker No. 04/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
5

1.4.2 Dasar Hukum Pengawasan K3 Mekanik


a) Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
b) Permenaker No. 04/1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
c) Permenaker No. 05/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
d) Permenaker No. 09/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
e) Permenaker No 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di
Tempat Kerja

1.4.3 Dasar Hukum Pengawasan K3 Pesawat Uap dan Bejana Bertekanan


a) Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
b) Undang-Undang Uap tahun 1930
c) Peraturan Uap tahun 1930
d) Permenaker No. 01/1982 tentang Bejana Tekanan
e) Permenaker No. 02/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las
6

BAB II

ANALISA DATA DAN REKOMENDASI

2.1 Kelembagaan K3 dan Keahlian


Kelembagaan K3 di PT. Astra Otoparts Tbk - Adiwira Plastik sudah memiliki struktur P2K3.
Struktur P2K3 yang dimiliki oleh perusahaan ini dipimpin oleh Direktur tertinggi dari perusahaan,
dan setiap departemennya terdapat perwakilan sebagai anggota P2K3. Sehingga diharapkan
penerapan K3 dapat menggapai segala departemen produksi maupun non produksi. Pada
perusahaan ini memiliki 3 personal Ahli K3 Umum yang sudah tersertifikasi sesuai dengan
Permenaker No. 02/Men/1992 dan menjadi sekretaris dalam P2K3 PT. Astra Otoparts Tbk -
Adiwira Plastik. Adapun struktur organisasi P2K3 PT. Astra Otoparts Tbk. Divisi Adiwira Plastik
adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Struktur Organisasi P2K3L PT Astra Otoparts Tbk – Adiwira Plastik

Kelembagaan K3 di PT. Astra Otoparts Tbk - Adiwira Plastik sudah sesuai dengan aturan
Permenakertrans No. 04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
serta di perusahaan ini memiliki standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja internal dari Astra
yaitu Astra Green Company. Kelembagaan K3 di perusaahaan ini sudah cukup baik dan perlu
dipertahankan untuk kemajuan operasional bisnisnya.
7

Gambar 2 Karyawan Sedang Melakukan Proses Pengecatan

2.2 Bejana Tekan


2.2.1 Water Tank Receiver
Sistem penanggulangan kebakaran di PT Adiwira Plastik salah satunya menggunakan
Installasi hydrant dilengkapi dengan pompa dan water tank receiver untuk memberikan
dorongan air dari tangki penyimpanan ke titik penyemprotan. Berikut spesifikasinya;
a) Kapasitas tangki 500 liter
b) Tekanan kerja 10 atm
c) Tekanan uji 15 atm

Berdasarkan Permenaker No 1 Tahun 1982 pasal 1, Water Tank Receiver ini masuk
dalam kategori bejana tekanan kategori bejana penyimpanan gas atau campuran yang
dikempa. PT Adiwira Plastik sudah mematuhi peraturan yang tertulis di Permenaker No 1
Tahun 1982 mengenai penggunaan Bejana Tekan, hal ini terbukti dengan;
a) Ada tanda-tanda pengenal (name plate)

Gambar 3 Name Plate Wate Receiver Tank


8

b) Sensor Tekanan dan Pedoman Tekanan

Gambar 4 Water Pressure Tank yang Dilengkapi oleh Sensor Tekanan dan Pedoman
Tekanan

2.3 Pesawat Ketel Uap


Pesawat uap di pabrik ini digunakan untuk melakukan pembersihan bahan menggunakan
metode steam. Terdapat 2 pesawat uap dengan spesifikasi tipikal. Berdasarkan name plate yang
ada di lapangan, didapatkan data spesifikasi;
a) Kapasitas uap 750 kg/jam
b) Tekanan kerja 10 kg/cm2
c) Tes hidrostatik 16 kg/cm2

Gambar 5 Area Pesawat Uap Diberikan Pagar Pembatas

Berdasarkan Permenaker No 1 Tahun 1988 dan spesifikasi di atas maka alat ini termasuk
dalam pesawat ketel uap, untuk itu harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, salah satunya adalah Peraturan Uap Tahun 1930, pada pasal 12 tiap ketel uap harus
diberi perlengkapan sebagai berikut;
a) Tingkap Pengaman

Gambar 6 Tingkap Pengaman Pesawat Uap


9

b) Pedoman Tekanan

Gambar 7 Pedoman Tekanan Pesawat Uap


c) 2 Keran Coba
d) 2 Alat Pengisi
e) 1 Alarm
f) Plat Nama

Gambar 8 Name Plate Pesawat Uap (Taiwan)


g) Lubang Lalu Orang
h) 1 Keran Cabang Tiga
i) 1 Tanda Batas Air

Gambar 9 Tanda Batas Air


j) 1 Keran Pembuang Air

Secara garis besar PT Astra Otoparts – Adiwira Plastik sudah menjalankan peraturan
mengenai pesawat uap dengan baik. Beberapa perangkat pengendalian bahaya sudah terpasang
dengan benar. Adanya lembaran berupa jadwal perawatan yang dilaksanakan oleh operator
membuktikan bahwa perusahaan sangat fokus dalam menjamin tenaga kerja terhindar dari
bahaya-bahaya yang ada di pesawat uap

Pada saat survey dilakukan, tidak ada operator standby di lokasi kerja,pemandu mengatakan
bahwa akan tidak efisien bila orang dipekerjakan hanya untuk menjaga mesin uap, karena mesin
10

uap model saat ini tidak seperti jaman dulu yang harus ada operator untuk penambahan bahan
bakar dan pekerjaan-pekerjaan lain. Rekomendasi dari kami akan lebih baik apabila ada
notifikasi peringatan apabila terjadi kondisi-kondisi yang di luar kewajaran kerja pesawat uap,
dan notifikasi ini langsung dikirimkan ke operator yang sedang di dalam jam kerjanya.

2.4 Tangki Timbun


2.4.1 Water Tank
Tangki timbun air yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu yang di atas tanah dan
di bawah tanah. Dari pengamatan di lapangan, berdasarkan kapasitas penyimpanan
didapatkan data;
a) 1 ground tank 144,000 liter
b) 2 output tank 10,000 liter
c) 2 output tank 3,000 liter
d) 1 ouput tank 5,000 liter

Gambar 10 Tangki TImbun Air

Berdasarkan Permenaker No 37 Tahun 2016 Pasal 6, yang dimaksud tangki timbun


adalah tangki yang menyimpan bahan mudah terbakar atau berbahaya dengan kapasitas
minimal 200 liter, atau bahan tidak mudah terbakar dan berbahaya namun di atas kapasitas
450 liter atau suhu di atas 99 derajat Celcius. Adapun komponen yang harus dilengkapi oleh
tangki timbun yang tidak mudah terbakar dan bukan bahan berbahaya adalah;

a) Plat Nama
b) Pipa pengaman
c) Indicator volume
d) Pengukur temperature
e) Katup pengisian dan pengeluaran
f) Lubang lalu orang atau pemeriksaan
g) Alat penyalur petir atau pembumian
h) Perlengkapan pemeriksaan dan pemeliharaan

2.4.2 Fuel Tank (Solar)


Dalam menjaga kehandalan supplai listrik di pabrik, PT Astra Otoparts Tbk – Adiwira
Plastik menyediakan beberapa pembangkit listrik tenaga diesel. Pembangkit tersebut
menggunakan bahan bakar berupa solar yang ditampung dalam sebuah bejana timbun
khusus. Adapun daya tamping masing-masing tangki yang ada adalah;
11

a) 2 buah tangki 1,000 liter


b) 1 buah tangki 10,000 liter

Gambar 11 Tangki Timbun Solar

Dalam penerapan peraturan perundangan, beberapa komponen tangki timbun


bahan mudah terbakar yang harus dilengkapi adalah;

a) Plat Nama
Sudah diaplikasikan pada tangki, terdapat tulisan dan tanda pengenal yang jelas
mengenai isi dari tangki tersebut dan juga kuantitasnya.
b) Pipa pengaman
c) Indicator volume

Gambar 12 Indikator Level

d) Pengukur temperatur
e) Katup pengisian dan pengeluaran
f) Lubang lalu orang atau pemeriksaan
g) Alat penyalur petir atau pembumian

Gambar 13 Pembumian Tangki Solar

Tim kami merekomendasikan untuk melakukan pergantian kabel pembumian di


tangki solar, karena tidak sesuai dengan standard minimal PUIL 2000 yaitu 16 mm2.
12

h) Sarana pemadam kebakaran

Gambar 14 APAR Jenis CO2

Sudah ditempatkan APAR di sekitar tangki timbun solar untuk generator diesel.
APAR yang digunakan adalah tipe CO2, karena substansi yang menyebabkan kebakaran
adalah cairan. Dapat terlihat pada Gambar 14 bahwa APAR yang digunakan selalu
dilakukan perawatan berkala dan terjadwal.
i) Perlengkapan pemeriksaan dan pemeliharaan

2.5 Pesawat Alat dan Angkut


Saat tim kami melakukan peninjauan lapangan, alat angkut yang terlihat hanyalah fork lift. Fork
lif ini dioperasikan di dalam gudang, dan ada juga yang berlalu lalang di jalan kendaraan.
Berdasarkan pengamatan tersebut, ada beberapa informasi dan rekomendasi yang kami
sampaikan.
2.4.3 Forklift

Gambar 15 Fork Lift Sedang Dioperasikan

Mengacu kepada Permenaker No 5 Tahun 1985 Tentang Pesawat Alat dan Angkut,
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi;

a) Pasal 105, lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus
dikonstruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis roda
dan ban yang digunakan
13

b) Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal, jalan
yang bebas dan peralatan yang rendah
c) Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi di sepanjang jalan
d) Pasal 107, harus dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan dan peringatan
yang efektif
e) Pasal 112, fork lift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian
yang bergerak atau berputar diberi tutup pengaman
f) Pasal 113, dalam keadaan berjalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm
dari permukaan jalan

Dapat dilihat pada Gambar 15, saat fork lift dioperasikan oleh operator, ada hal-hal
yang menjadi rekomendasi kami terkait pengendalian bahayanya, yaitu;

a) Operator tidak menggunakan safety belt, tidak ada proteksi yang cukup apabila
alat menabrak atau tertabrak. Hal ini merupakan suatu kondisi atau tindakan
yang berbahaya. Kemungkinan operator lupa atau menganggap memasang
safety belt adalah urusan sederhana. Untuk itu diperlukan upaya yang lebih baik
yaitu dengan engineering control. Kami menyarankan agar safety belt dilengkapi
dengan alarm yang selalu berbunyi jika fork lift beroperasi dengan kondisi
operator tidak memakai safety belt. Pengawasan terhadap operator juga perlu
ditingkatkan agar tidak ada yang melanggar aturan.
b) Penutup rantai yang bergerak untuk mengantisipasi bahaya terjepit dari sisi
operator.

2.6 Pesawat Tenaga dan Produksi


Dalam hal ini kami mengamati penggunaan mesin penggerak mula berupa generator listrik
berbahan bakar diesel. Adapun jumlah total kapasitas yang tersedia adalah 2,4 MVA dengan
penjabaran sebagai berikut;
a) 1 buah generator kapasitas 850 kVA
b) 2 buah generator kapasitas 650 kVA
c) 1 buah generator kapasitas 250 kVA

Berdasarkan Permenaker No 04 Tahun 1985 ada beberapa data yang kami dapatkan tentang
kondisi di lapangan beserta rekomendasi yang diperlukan, yaitu;

a) Sudah ada SOP yang jelas dalam pengoperasian dan perawatan generator, hal ini dibuktikan
dengan adanya panduan yang terpampang di atas maupun samping alat.
14

b) Name Plate mengenai informasi alat masih bagus dan terpasang dengan baik.

Gambar 16 Name Plate Generator 850 kVA


c) Rambu bahaya dan APD yang wajib digunakan terpampang cukup jelas dan mudah dilihat.

Gambar 17 Rambu APD di Pintu Ruang Generator


d) Ceklis harian operator berjalan dengan baik.

Gambar 18 Ceklis Jadwal Perawatan


15

e) Tim tuan rumah menerangkan bahwa mereka belum memiliki ahli K3 Listrik, hal ini
merekomendasikan mereka agar segera memiliki orang yang bersertifikasi Ahli K3 Listrik
karena merupakan kewajiban, sesuai peraturan yang tertuang dalam Permen No 12 Tahun
2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di Tempat Kerja.
16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara garis besar PT Astra Otoparts – Adiwira Plastik sudah menjalankan system pengawasan
K3 yang baik. Terbukti dengan adanya SOP di setiap lokasi kerja, rambu-rambu bahaya dan APD
serta komponen pencegahan kecelakaan kerja pasif yang tersebar di semua area. Perusahaan
memilki 3 orang Ahli K3 umum mengindikasikan bahwa terdapat banyak orang yang mempunyai
perhatian lebih masalah K3. Kami sangat terkesan dengan manajemen K3 yang sudah diterapkan
oleh perusahaan ini.

3.2 Saran
Sekalipun sudah dijabarkan di Bab 2 mengenai rekomendasi-rekomendasi positif dari kami,
beberapa hal ingin kami tegaskan ulang yaitu;
1) Perusahaan sebaiknya mempunyai pekerja yang mempunyai sertifikat Ahli K3 Listrik,
karena mempunyai pembangkit sendiri yang kapasitasnya di atas 200 kVA.
2) Perusahaan mengajukan untuk audit SMK3 agar meningkatkan taraf kualitas
manajemen K3

Anda mungkin juga menyukai