Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH K3

K3 DALAM DUNIA PENERBANGAN

Disusun oleh:

Muhammad Rifqy Faisal 2016250030

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DARMA PERSADA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

1.1 Pengertian K3................................................................................................... 1


1.2 Fungsi K3......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan K3......................................................................................................... 2
1.4 Aspek dalam Pelaksanaan K3.......................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 4

2.1 Definisi K3 Penerbangan.................................................................................. 4


2.2 Pembagian Golongan Karyawan dalam Penerbangan...................................... 4-5
2.3 Masalah Utama Pada K3 Penerbangan................................................................. 5
2.4 UU Terkait K3 Penerbangan............................................................................. 6
2.5 Prosedur K3 dalam Penerbangan....................................................................... 7-8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian K3

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada
dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sanksi,
dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan
perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik
keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri,
ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.

1.2 Fungsi K3

Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan bermanfaat, baik
bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah beberapa fungsi K3 secara
umum:

a) Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan adanya


risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
b) Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir, desain
tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.
c) Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para pekerja di
lingkungan kerja.
d) Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja.
e) Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya, metode,
prosedur dan program.
f) Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya dan
program pengendalian bahaya

1.3 Tujuan K3
1
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tercermin dalam
Tujuan Penerapan SMK3 dalam Pasal 2:

a) Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang


terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
b) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
serta
c) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas

Selain menurut PP 50 tahun 2012, tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja juga dibahas
oleh Djamaluddin Ramlan tahun 2006 dalam bukunya “Dasar-dasar kesehatan kerja”.
Ramlan (2006) membahas tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan membaginya
dalam 3 bagian.

Tujuan kesehatan kerja menurut Ramlan (2006) adalah :

a) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua


lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial.
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya seperti kecelakaan akibat kerja.
c) Memberi perlindungan bagi pekerja saat melaksanakan pekerjaannya dan
kemungkinan terjadinya bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan di tempat kerja.
d) Menempatkan pekerja disuatu lingkungan pekerjaan berdasarkan keterampilan,
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :

a) Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan


hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
b) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c) Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

2
1.4 Aspek dalam Pelaksanaan K3

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam pelaksanaan K3, yaitu:

1. Lingkungan Kerja

Ini adalah lokasi dimana para pekerja melakukan aktifitas bekerja. Kondisi lingkungan kerja
harus memadai (suhu, ventilasi, penerangan, situasi) untuk meminimalisir potensi terjadinya
kecelakaan atau penyakit.

2. Alat Kerja dan Bahan

Ini adalah semua alat kerja dan bahan yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk memproduksi
barang/ jasa. Alat-alat kerja dan bahan merupakan penentu dalam proses produksi, tentunya
kelengkapan dan kondisi alat kerja dan bahan harus diperhatikan.

3. Metode Kerja

Ini merupakan standar cara kerja yang harus dilakukan oleh pekerja agar tujuan pekerjaan
tersebut tercapai secara efektif dan efisien, serta keselamatan dan kesehatan kerja terjaga
dengan baik. Misalnya, pengetahuan tentang cara mengoperasikan mesin dan juga alat
pelindung diri yang sesuai standar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definis K3 Penerbangan

Berdasarkan UU No. 1 tentang Penerbangan Tahun 2009, penerbangan adalah satu


kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan 10 keamanan, lingkungan hidup,
serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. Keselamatan diartikan kepada hal-hal
yang mencakup keselamatan penerbangan yang selalu berhubungan dengan aspek keamanan
penerbangan (UU Penerbangan, 2009).

Keselamatan dan kesehatan kerja pada penerbangan merupakan upaya strategis dalam
mengoperasikan pesawat agar tetap dalam keadaan selamat mulai dari persiapan take off
sampai tiba pada bandara tujuan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Penerbangan
memberi andil dalam kenyamanan terbang dan peningkatan mutu penerbangan secara global.
Upaya meningkatkan kualitas dunia penerbangan harus mencakup aspek kesehatan dan
keselamatan kerja dalam setiap aspek perencanaannya.

2.2 Pembagian Gologan Karyawan dalam Penerbangan

Dalam hubungannya dengan pesawat tersebut karyawan dibagi dalam golongan,


yaitu :
1.Golongan I : Mereka yang bekerja dekat sekali dengan pesawat (kurang dari 8
meter) selama runs up.
2.Golongan II : Mereka yang relatif dekat (8 – 50 m) pesawat, misalnya maintenance
personnel, starting crew, dan trouble line personnel.
3.Golongan lII : Mereka yang kadang-kadang harus bekerja tidak jauh dari pesawat
(50 – 120 m), misalnya pramugari darat, personel kargo, dsb.

Menurut tingkatan bising (noise level) daerah sekitar pesawat dibagi menjadi 4 zone
yaitu :
1.Zone A : Daerah dengan tingkatan bising antara 150 dB. Zone ini jangan dimasuki
sama sekali.
2.Zone B : Daerah dengan tingkatan bising antara 135 – 150 dB. Di daerah ini orang
harus berusaha sesingkat mungkin dan harus memakai ear muff.
3.Zone C : Daerah dengan tingkatan bising antara 115 – 135 dB. Semua orang yang
bekerja di sini harus memakai ear muff. Bila hanya sebentar boleh memakai ear plug.
4.Zone D : Daerah dengan tingkatan bising antara 100 – 115 dB. Mereka yang bekerja
di sini harus mekakai ear plug terus menerus.

Untuk mencegah/mengurangi akibat gangguan bising perlu dilakukan Hearing


Conservation Program, dengan cara :
1. Pemeriksaan audiometris secara berkala pada karyawan tersebut di atas.
2. Dilakukan usaha-usaha pencegahannya, di antaranya ialah memakai :

4
a. Helmet : Dipakai bila bekerja dekat sekali dengan pesawat yang run-up.
Diperkirakan sebagian bising diserap oleh tulang-tulang kepala, jadi perlu helmet.
b. Ear muff : Dibuat dari plastik atau karet dengan ukuran small, medium dan
large.
c. Golongan I memakai helmet dan ear plug.
d. Golongan II memakai ear muff.
e. Golongan III cukup memakai ear plug.

2.3 Masalah Utama Pada K3 Penerbangan

Biro Statistik Buruh Amerika Serikat menyebutkan bahwa penerbangan, perikanan,


industri kayu, pertambangan, pengerjaan logam dan transportasi adalah sektor industri yang
paling berbahaya (Bureu of Labor Statistics, 2010). Penerbangan merupakan salah satu sektor
industri spesifik yang berbahaya karena menyangkut nyawa penumpang dan awak pesawat.

Masalah utama dari penerbangan sipil pada dekade terakhir adalah masalah keamanan,
dipicu dengan terjadinya peristiwa serangan 11 September 2001 dan beberapa peristiwa
lainnya yang menjadikan faktor keamanan menjadi sangat penting. Masalah lainnya adalah
banyaknya pesawat yang mengalami kecelakaan, dan yang terbaru adalah hilangnya pesawat
MH 370 milik maskapai Malaysia Airlines yang sampai sekarang menjadi misteri. Selain itu,
faktor teknis kelaikan pesawat udara, faktor keamanan kargo dan pos yang pada umumnya
juga diangkut oleh pesawat sipil ternyata juga memiliki pengaruh besar terhadap keamanan
pesawat udara.

Begitu pula hal-hal yang berkenaan dengan barang-barang berbahaya yang


terkandung di dalam kargo dan pos juga dapat menyebabkan kecelakaan fatal apabila tidak
ditangani dan dikemas sesuai dengan aturan "Dangerous Goods Regulation" yang
dikeluarkan oleh ICAO, Annex 18 mengenai "The Safe Transport of Dangerous Goods by
Air" dengan rincian ICAO dokumen 9284-AN/905 mengenai "Technical Instruction for The
Safe Transport of Dangerous Goods by Air" dan Asosiasi Transportasi Udara Internasional
(IATA) mengenai Peraturan Penanganan Pengangkutan Barang-Barang Berbahaya Melalui
Pesawat Udara.

Masalah keselamatan kerja di bandara adalah menyangkut masalah tenaga kerja dan
orang lain yang berada di tempat kerja. Adapun potensi bahaya yang menyangkut tenaga
kerja dan orang lain di bandara, gawat darurat yang melibatkan pesawat dan gawat darurat
yang tidak melibatkan pesawat.

Gawat darurat yang melibatkan pesawat adalah sebagai berikut: kecelakaan pesawat
udara di bandar udara, kecelakaan pesawat udara di sekitar bandar udara, insiden pesawat
udara dalam penerbangan, insiden pesawat udara di darat, sabotase termasuk ancaman bom,
dan pembajakan. Gawat darurat yang tidak melibatkan pesawat dapat terjadi di area bandara,
seperti berikut ini: kebakaran bangunan, sabotase dan ancaman bom, bencana alam, bahaya
petir, bahaya listrik.

5
2.4 UU Terkait K3 Penerbangan

Penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang membutuhkan perhatian


serius. Perhatian yang diperlukan adalah perlunya aturan main dan pengelolaan penerbangan
yang selamat dan bermutu. Penerbangan harus memiliki peraturan yang diatur oleh negara
berdasarkan standar internasional. Peraturan yang sudah ada di antaranya adalah sebagai
berikut:

1) Undang-Undang Penerbangan UU No. 1/2009.


2) Peraturan Menteri No. 31 Tahun 2013 tentang Program Keamanan Penerbangan
Nasional.
3) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP. 152 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Kargo dan Pos yang Diangkut dengan Pesawat Udara.
4) Annex 17 dari Organisasi Penerbangan Sipil (ICAO) mengenai Security,
Safeguarding International Civil Aviation Against Acts of Unlawful Interference, di
mana diatur ketentuan-ketentuan tentang kewajiban pengamanan kargo dan pos
sebelum diangkut oleh pesawat udara sipil.

6
2.5 Prosedur K3 dalam Penerbangan

Para tenaga kerja atau karyawan di darat juga dihadapkan pada bahan kimia,
seperti bahan bakar (bensin, bensol, avtur) minyak hidrolik, larutan desinfektans,
insektisida dsb. Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan dermatitis kontak, dan bila
tertelan atau terhirup dapat terjadi intoksikasi yang membahayakan. Oleh karena itu
perlu dicegah dengan cara :
1. Memakai sarung tangan dan pakaian kerja, bila perlu masker.
2. Disediakan tempat cuci tangan, kamar mandi dan kamar ganti pakaian.
3. Ventilasi kerja harus baik.
4. Penyuluhan tentang kesehatan kerja.
5. Pemeriksaan kesehatan berkala (1 – 2 tahun sekali).
6.
Selain itu perlu juga diketahui nilai ambang batas bahan kimia yang
diperbolehkan sebagai upaya pengendalian. Peraturan yang mengatur tentang bahan
kimia adalah SE Menaker No. SE 01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia di udara
lingkungan kerja dan juga Kepmenaker No. KEP 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kima berbahaya di tempat kerja. Di dalamnya diatur tentang Nilai
Ambang Batas bahan kimia dan juga mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka perlu diatur
pengendaliannya.

Dalam pengoperasian radar digunakan gelombang mikro dan sinar X. Gangguan


yang ditimbulkan gelombang ini akan dirasakan terutama oleh teknisi radar, jarang
pada operator radar. Gelombang mikro dapat merusak lensa mata dan terjadilah
katarak, atau dapat juga merusak kelenjar testis, akibatnya adalah kemandulan. Oleh
karena hal-hal tersebut perlu dilakukan usaha pencegahannya. Dalam Kepmenaker No.
Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja
menyatakan bahwa NAB untuk gelombang mikro .

Sinar X juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yaitu dapat menyebabkan


mutasi gen, munculnya kanker dan lain sebagainya. Dalam penanganannya, ada
beberapa cara yaitu :
1. Mengatur waktu pemajanan dengan memberikan jam istirahat.
2. Isolasi sumber sinar X.
3. Bekerja dengan menggunakan remote control.
4. Tenaga kerja harus menggunakan APD.

Petugas ground handling kadang-kadang harus menangani muatan yang berisi


bahan radioaktif. Bila terjadi kebocoran dalam pengepakan dapat membahayakan
sekitarnya. Dan pesawat udara secara berkala diperiksa untuk mengetahui keretakan
pada bagian-bagiannya. Kedua radiasi ini dapat membahayakan kesehatan dan perlu
dilakukan usaha pencegahannya. Polusi udara terjadi karena asap yang keluar dari
mesin pesawat, kendaraan ground handling, dan mobil yang lalu lalang. Juga
7
hembusan yang kuat (jet blast) yang keluar dari exhaust pesawat menyebabkan debu
beterbangan; ini akan menambah tingkat polusi yang sudah ada. Untuk itu perlu usaha
pencegahan yaitu :
1. Pemakaian masker.
2. Sarung tangan.
3. Baju pelindung.
4. Penyuluhan kesehatan bagi tenaga kerja.
5.
Masalah hygiene dan sanitasi di bandara juga perlu di perhatikan sesuai dengan
Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemeliharaan dan peningkatan hygiene dan sanitasi
di bandar udara akan menyangkut empat masalah,yaitu :
1. Penyediaan air (water supply).
2. Kebersihan makanan (food hygiene).
3. Pembuangan sampah dan kotoran (waste disposal).
4. Pemberantasan serangga/binatang yang dapat menularkan penyakit (vector
control).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek yang bertujuan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.

3.2 Saran
Dalam pelaksanaan K3 Penerbangan, dalam pelaksanaannya haruslah diawasi atau di
dampingi oleh senior/pengawas dari K3 agar pelaksanaan K3 dapat berjalan dengan benar di
dalam kawasan/perusahaan penerbangan tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja

https://katigaku.top/2017/12/29/tujuan-tujuan-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3/

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html

repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/24090/K3%20Penerbangan_v.2.2_B5-
2.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai