Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KARANTINA KESEHATAN
“PENYAKIT KOLERA”

OLEH:
AKK A 020
KELOMPOK 2:
INDAH SRI PUTRI J1A120032
NURMIN J1A120055
NURUL APRILIANI RUSMULIA J1A120056
RAHMIN J1A120064
RANNY NUR ALDA J1A120065
WA ODE ERFIANINGSIH J1A120094

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur penulis ucapkan atas kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Karantina Kesehatan”. Jenis tugas
yang diberikan adalah membuat laporan terkait tentang “Penyakit Kolera”.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan berbagai sumber yang telah kami
pakai sebagai data dan fakta pada laporan ini.
Semoga laporan ini dapat menjadikan kerangka pikir dalam
mengambil suatu keputusan pembelajaran, pemilah dalam pemecahan
masalah, dan bahkan sebagai bagian hidup yang integratif. Penulis menyadari
bahwa penulis adalah manusia yang memiliki keterbatasan berbagai hal. Oleh
karena itu tidak ada hal yang diselesaikan dengan sempurna.
Penulis telah melakukan semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki. Ada pepata yang mengatakan “Tiada gading yang tak
retak”. Oleh karena itu, kritik dan saran perbaikan sangat Penulis harapkan
sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki laporan penulis di masa
mendatang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kendari, 12 Maret 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

A. Definisi Penyakit Kolera ..................................................................... 4


B. Penyebab Penyakit Kolera .................................................................. 4
C. Distribusi Penyakit Kolera .................................................................. 5
D. Cara Penularan .................................................................................... 6
E. Gejala .................................................................................................. 7
F. Masa Inkubasi ..................................................................................... 8
G. Masa Penularan Penyakit Kolera ........................................................ 8
H. Tingkat Kerentana Dan Kekebalan Penyakit Kolera .......................... 9
I. Cara Pemberantasan Penyakit Kolera ................................................. 9
J. Pencegahan........................................................................................ 10
K. Isolasi ................................................................................................ 10
L. Karantina ........................................................................................... 11
M. Imunisasi........................................................................................ 12
N. Pengobatan Spesifik .......................................................................... 13
O. Penanggulangan Wabah Kolera ........................................................ 14
P. Tindakan Internasional Penanggulangan Penyakit Kolera ............... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................... 17

A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran.................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Kesehatan memiliki peran penting dalam segala aktifitas kehidupan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan daya tahan tubuh
seseorang mempengaharui apakah seseorang tersebut dapat dikatakan
sehat atau tidak. Hal ini digunakan untuk mengatasi penyakit yang
sifatnya menular apabila seseorang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
kuat maka akan dengan mudah menyebar penularannya (Cipta, S. E.
2020).
Secara teori Epidemiologi merupakan sebagai studi tentang
epidemi. Dalam perkembangan epidemiologi juga mempelajari penyakit-
penyakit non infeksi sebagai contoh sebagai kasus wabah influenza yang
sifatnya tidak begitu menimbulkan infeksi, sehingga dewasa ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang bagaimana suatu
penyebaran penyakit pada manusia akan sangat berpengaruh pada
lingkungan sekitar. Sejarah penyakit yang sifatnya menular di Hindia
terjadi pada Abad ke-20 dengan berbagai wabah yang pernah terjadi
seperti kolera, kusta, pes, dan influenza. Penyakit-penyakit tersebut
kemudian dengan cepat menyebar dan banyak menimbulkan korban jiwa
berjumlah 586.757 jiwa pada tahun 1916 (Cipta, S. E. 2020).
Di tahun 1820 juga pernah dunia di hebohkan oleh wabah Kolera,
yang biasa disebut dengan “muntaber” (muntah berak). Diperkirakan
wabah ini pertama muncul 1817 dari di Delta Sungai Gangga, India yang
dipicu oleh beras yang terkontaminasi Penyakit ini dengan cepat
menyebar ke sebagian besar wilayah India, Myanmar, dan Sri Lanka,
yang mengikuti rute perdagangan internasional yang ditetapkan oleh
bangsa Eropa. Wabah kolera ini juga menyebar ke Thailand hingga
Hindia Belanda (hingga menewaskan 100 ribu orang) dan negara dunia
di wilayah lainnya. Untuk kasus di Hindia Belanda, wabah kolera banyak
ditemukan ditemukan di wilayah Jawa Timur seperti halnya di Surabaya

1
2

dan Madura. Jawa Timur merupakan wilayah yang memiliki penderita


kolera terbanyak sepanjang tahun 1918-1923. Selain itu, wabah kolera
juga menyerang wilayah lainnya di Hindia Belanda (Pernantah, P., &
Fikri, A. 2021).
Penyakit infeksi usus ini disebut juga sebagai muntaber (muntah
dan berak) yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae yang menyebar
pada 1821. Saat itu sebanyak 778 orang meninggal akibat penyakit ini.
Kemudian, menjadi wabah kembali pada periode 1851-1853, 1860-an,
dan 1909-1913 (Absor, N. F., et al. 2022).
Pada dasarnya, penyakit ini selalu muncul setiap tahun ketika
musim kemarau yang disebabkan oleh pendangkalan air sungai, sehingga
masyarakat kesulitan mendapatkan air bersih dan menjaga kebersihan
diri. Ada beberapa faktor penyebab merebaknya wabah kolera saat itu,
yakni rendahnya tingkat kesejahteraan hidup yang berpengaruh terhadap
tingkat kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan,
teknologi dan pengetahuan medis yang belum berkembang, serta
kurangnya dana kesehatan yang dikeluarkan pemerintah saat itu. Faktor
kebersihan lingkungan menjadi faktor utamanya, karena saat itu terjadi
pertambahan penduduk yang pesat, sehingga berakibat pada kondisi
sanitasi yang buruk, salah satunya kebiasaan mandi, cuci pakaian, dan
buang air besar di sungai (Absor, N. F., et al. 2022).

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dari penyakit kolera?
2. Apa saja penyebab terjadinya penyakit kolera?
3. Bagaimana distribusi penyakit kolera?
4. Bagaimana cara penularan dari penyakit kolera?
5. Bagaimana gejala yang ditunjukan oleh penderita penyakit kolera?
6. Berapa lama masa inkubasi kolera?
7. Berapa lama masa penularan kolera?
8. Bagaimana tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera?
3

9. Bagaimana cara pemberantasan penyakit kolera?


10. Bagaimana cara pencegahan penyakit kolera?
11. Bagaimana bentuk karantina dan isolasi dari penyakit kolera?
12. Bagaimana infestigasi kontak dari penyakit kolera?
13. Bagaimana imunisasi dari penyakit kolera?
14. Bagaimana pengobatan spesifik dari penyakit kolera?
15. Bagaimana penanggulangan wabah kolera?
16. Bagaimana tindakan internasional dari penyakit kolera?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi dari penyakit kolera
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit kolera
3. Mengetahui distribusi penyakit kolera
4. Mengetahui cara penularan dari penyakit kolera
5. Mengetahui gejala yang ditunjukan oleh penderita penyakit kolera
6. Mengetahui lama masa inkubasi kolera
7. Mengetahui lama masa penularan kolera
8. Mengetahui tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera
9. Mengetahui cara pemberantasan penyakit kolera
10. Mengetahui cara pencegahan penyakit kolera
11. Mengetahui bentuk karantina dan isolasi dari penyakit kolera
12. Mengetahui infestigasi kontak dari penyakit kolera
13. Mengetahui imunisasi dari penyakit kolera
14. Mengetahui pengobatan spesifik dari penyakit kolera
15. Mengetahui penanggulangan wabah kolera
16. Mengetahui tindakan internasional dari penyakit kolera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Kolera


Kolera adalah penyakit diare yang menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan di seluruh dunia. Penyakit tersebut merupakan
penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae
(Zaimah Panjaitan, 2022).
Kolera merupakan penyakit saluran pencernaan yang sifatnya
menular. Penyakit kolera ini disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae.
Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum
yang telah terkontaminasi karena sanitasi yang tidak memenuhi standar.
Selain melalui air minum yang terkontaminasi, bakteri Vibrio Cholerae
masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang tidak
dimasak dengan benar. Vibrio Cholerae termasuk bakteri gram negative
yang berbentuk batang bengkok seperti koma dengan ukuran panjang 2-
4mm. Secara alamiah, Vibrio cholerae hanya pathogen terhadap
manusia. Kolera merupakan penyakit golongan gastroenteritis10 dimana
terjadi diare berat dengan komposisi air pada tinja yang banyak. Kolera
menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya
yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi (Setyowati, 2018).

B. Penyebab Penyakit Kolera


Penyakit kolera ini disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae yang
hidup di alam bebas, seperti sungai, sumur, atau danau. Sumber utama
penyebaran bakteri kolera adalah air atau makanan yang terkontaminasi
bakteri Vibrio cholerae (Setyowati, 2018).
Bakteri kolera dalam makanan tidak semerta-merta dapat
menginfeksi manusia. Dibutuhkan bakteri dalam jumlah banyak untuk
membuat seseorang terkena penyakit kolera. Di mana 1 dari 10 orang
yang terinfeksi bakteri kolera akan mengalami gejala pencernaan dalam
hitungan jam hingga 5 hari setelah infeksi. Saat bakteri kolera berhasil
masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi, bakteri akan berkembang biak
di dalam usus kecil. Di mana, perkembang biakan ini dapat mengganggu

4
5

penyerapan air dan mineral dalam sistem pencernaan. Akibatnya,


penderita akan mengalami diare cair yang cukup parah sehingga sering
kali mengalami dehidrasi (Zaimah Panjaitan, 2022).
Penyakit kolera termasuk dalam Water Borne Disease. Apabila
kotoran yang mengandung bakteri vibrio cholerae mengkontaminasi air
sungai dan sebagainya, maka orang lain yang melakukan kontak dengan
air tersebut beresiko terkena penyakit kolera itu juga. Misalnya, cuci
tangan yang tidak bersih lalu makan, mencuci sayuran atau makanan
dengan air yang mengandung bakteri kolera, makan ikan yang hidup di
air terkontaminasi bakteri kolera, bahkan air tersebut dijadikan air minum
oleh orang-orang yang bermukim disekitarnya. Dalam situasi yang
menjadi wabah, biasanya tinja orang yang telah terinfeksi menjadi
sumber kontaminasi. Penyakit kolera ini dapat menyebar dengan cepat di
tempat yang tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran dan
pengolahan air minum yang memadai (Setyowati, 2018).

C. Distribusi Penyakit Kolera


Secara alamiah, Vibrio cholerae atau kolera hanya patogen
terhadap manusia. Kolera merupakan penyakit golongan gastroenteritis
(infeksi pada usus atau perut yang disebabkan oleh beberapa jenis virus
dan bakteri) dimana terjadi diare berat dengan komposisi air pada tinja
yang banyak. Penyakit kolera dapat menyebar melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh orang yang terinfeksi Penularannya
bisa secara langsung melalui manusia ke manusia, ataupun memalui
makanan yang dihinggapi oleh binatang seperti lalat (Arya Wardhana,
2019)
Kolera menjadi salah satu penyakit yang menyebar di wilayah
pulau Jawa bagian timur. Sejak awal abad ke-20, kota Surabaya menjadi
kota dengan tiga wabah besar: kolera, cacar, dan demam berdarah
(DBD). Kolera Surabaya pertama kali terjadi di daerah kumuh di
sepanjang bantaran sungai seperti kalimas, kaligenten, kranbangan dan
Kayun. Pada tahun 1912, jumlah korban adalah 9.380, dengan jumlah
sembuh sebesar 5.150 pasien, tetapi 4.230 lainnya tewas. Ini merupakan
6

rekor terburuk jumlah korban kolera, dan pada tahun 1912 menjadi awal
dari sejarah evolusi kolera (Muslimah, 2019).
Peningkatan jumlah korban ini disebabkan masalah permukiman di
Surabaya dan berdampak pada kebiasaan hidup bersih yang kurang baik.
Ini akan diperkenalkan di bawah peraturan Gemmentee, atau akan
dikembangkan dalam skala besar untuk memperluas perencanaan kota
dan mempengaruhi populasi besar. Meningkatnya jumlah korban
mendapat perhatian media khusus. Diterbitkan pada tahun 1918, salah
satu media yang meliput wabah itu, yakni Bataviasch Neuwsblad meliput
Desa Kapasan di Surabaya. Satu orang meninggal dunia sedangkan
korban yang meninggal di desa terdampak pertama adalah seorang
wanita. Media itu juga melaporkan bahwa setidaknya ada 4 hingga 5
kasus kolera setiap hari (Muslimah, 2016).
Penyebaran penyakit kolera juga terjadi di wilayah Madura, namun
sebelumnya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adalah
pengelolaan sampah yang tidak tepat dan tindakan masyarakat yang
membuang sampah di sembarang tempat. Sebelum wabah kolera di
Madura, masyarakat memiliki kebiasaan buruk yang berujung pada
permasalahan sampah, karena pada saat itu sampah belum menjadi
masalah, dan masyarakat pun memiliki persepsi bahwa sampah tidak
mempengaruhi kesehatan, permasalahan itu terjadi terutama di kawasan
pesisir barat Madura (Rijanta et al., 2020).

D. Cara Penularan
Cara penularan kolera bisa secara langsung melalui manusia ke
manusia, dapat pula melalui lalat, air, makanan dan minuman. Air dan
makanan yang terkontaminasi dan tidak higienis merupakan jalur
transmisi utama dari vibrio cholerae. Makanan yang terjangkit vibrio
cholerae melalui serangga, utamanya lalat. Penyakit kolera termasuk
dalam Water Borne Disease. Apabila kotoran yang mengandung bakteri
vibrio cholerae mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang
lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena
penyakit kolera itu juga. Misalnya, cuci tangan yang tidak bersih lalu
7

makan, mencuci sayuran atau makanan dengan air yang mengandung


bakteri kolera, makan ikan yang hidup di air terkontaminasi bakteri
kolera, bahkan air tersebut dijadikan air minum oleh orang-orang yang
bermukim disekitarnya. Dalam situasi yang menjadi wabah, biasanya
tinja orang yang telah terinfeksi menjadi sumber kontaminasi. Penyakit
kolera ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang tidak mempunyai
penanganan pembuangan kotoran dan pengolahan air minum yang
memadai. Bagi penderita kolera, kehilangan cairan tubuh secara cepat
dapat mengakibatkan dehidrasi dan syok atau reaksi fisiologik hebat
terhadap trauma tubuh. Tanda-tanda dehidrasi tampak jelas, yaitu: berupa
perubahan suara yang menjadi serak, kelopak mata cekung, mulut
menyeringai karena bibir yang kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
berkurang, jari-jari tangan dan kaki tampak kurus dengan lipatanlipatan
kulit terutama ujung jari yang keriput, diuresis berangsur-angsur kurang,
berakhir dengan anuria. Penyakit kolera sendiri dikategorikan sebagai
penyakit epidemi akut yang tergolong penyakit karantina. Untuk
memberantas penyakit kolera dan meminimalisir penyebaranya, seorang
ahli yaitu Agostino Bassi menyarankan adanya isolasi ketat pada pasien
penderita penyakit kolera (Ramdhaniah,dkk, 2021).

E. Gejala
Kolera pada dasarnya merupakan penyakit infeksi usus yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae, tubuh seseorang yang
terinfeksi bakteri V. Cholerae akan bereaksi dengan mengeluarkan
enterotoksin pada bagian saluran ususnya yang menyebabkan terjadinya
diare disertai muntah akut yang sangat hebat, akibatnya seseorang dapat
kehilangan banyak cairan pada tubuh. Sebagian besar infeksi yang
disebabkan oleh bakteri V. Cholerae tidak menimbulkan gejala dengan
masa inkubasi selama 1-5 hari, gejala yang khas dimulai dengan diare
encer dan berlimpah tanpa didahului rasa sakit perut, tinja yang berubah
seperti air cucian beras yang mengandung lendir, sel epitel usus dan
bakteri V.Cholerae kemudian disusul rasa mual dan muntah. Karena
muntah berak yang sangat sering, penderita akan banyak kehilangan
8

cairan dan elektrolit (dehidrasi) sehingga menyebabkan kematian dalam


waktu 12 jam dari permulaan penyakitnya jika tidak ditangani dengan
benar (Ramdhaniah,dkk, 2021).

F. Masa Inkubasi
Proses transmisi penyakit kolera memiliki masa inkubasi yaitu
waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk berlipatganda hingga dapat
menimbulkan gejala pada inangnya. Dimana 95% dari orang yang
terkontaminasi dengan bakteri Vibrio cholerae memiliki masa inkubasi
selama 4,4 hari serta 5% diantaranya dapat berlangsung selama 1,4 hari.
Kolera memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari dan setelah itu muncul gejala
diare akut dan dehidrasi berat. Jika tidak segera mendapat perawatan,
penderita kolera dapat meninggal dalam beberapa jam (Nuha, 2020).

G. Masa Penularan Penyakit Kolera


Gejala penyakit Kolera muncul 8-72 jam setelah penderita terpapar
sumber penularan. Periode ini disebut masa inkubasi. Penderita kolera
harus segera berobat untuk diberi cairan, karena bila tidak segera berobat
dan diberi cairan, dapat meninggal karena kekurangan cairan (dehidrasi).
Kolera merupakan jenis penyakit menular yang proses penularannya
ditularkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Seseorang yang rentan dapat
tertular penyakit kolera jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang
sudah terkontaminasi dengan bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini
dikategorikan sebagai diare akut dikarenakan terjadinya infeksi usus
pada penderita akibat racun yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut.
Seseorang yang sudah terinfeksi penyakit kolera akan mengalami diare
dan diikuti muntah secara terus-menerus. Hal tersebut mengakibatkan
penderita akan banyak kehilangan cairan tubuh hingga masuk pada
kondisi dehidrasi (Nuha &Resmawan, 2020).
Penularan penyakit tersebut disebabkan oleh adanya kontak antara
manusia dengan bakteri Vibrio cholerae. Individu terpapar akan
memasuki masa inkubasi. Jika masa inkubasi telah berakhir maka
individu terpapar akan masuk kedalam kelas individu terinfeksi (Nuha
&Resmawan, 2020).
9

H. Tingkat Kerentanan Dan Kekebalan Penyakit Kolera


Resistensi dan kerentanan seseorang sangat bervariasi
achlorhydria, lambung mening-katkan risiko terkena penyakit,
sedangkan bayi yang di susui terlindungi dari infeksi. Kolera gravis
biotipe El Tor dan vibrio cholerae O139 secara bermakna lebih sering
menimpa orang-orang dengan golongan darah O. Infeksi oleh vibrio
cholerae O1 atau O139 meningkatkan titer antibodi penggumpalan
maupun antibodi terhadap toksin dan meningkatkan daya tahan terhadap
infeksi. Serum antibodi terhadap vibrio cholerae bisa di deteksi sesudah
terjadi infeksi oleh O1 (namun uji spesifik, sensitif dan prosedur
pemeriksaan yang dapat dipercaya seperti untuk O1 saat ini tidak ada
untuk infeksi O139) (Lestari, 2019).
Adanya serum antibodi terhadap vibrio cholerae ini sebagai bukti
adanya perlindungan terhadap kolera O1. Studi lapangan menunjukkan
bahwa infeksi klinis awal oleh vibrio cholerae O1 dari biotipe klasik
memberikan perlindungan terhadap infeksi biotipe klasik maupun El Tor;
sebaliknya infeksi klinis awal oleh biotipe El Tor memberikan
perlindungan jangka panjang namun sangat rendah dan terbatas terhadap
infeksi El Tor saja. Di daerah endemis, kebanyakan orang memperoleh
antibodi pada awal masa beranjak dewasa. Infeksi oleh strain O1 tidak
memberi perlindungan terhadap infeksi O139 dan sebaliknya. Studi
eksperimental yang di lakukan pada sukarelawan, menunjukkan bahwa
infeksi klinis awal oleh vibrio cholerae O139 memberikan proteksi yang
cukup bermakna terhadap diare karena infeksi vibrio cholerae O139
(Lestari, 2019).

I. Cara Pemberantasan Penyakit Kolera


Penanganan penyakit kolera yang pertama adalah memberikan
larutan cairan kepada penderita kolera. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya dehidrasi akibat diare terus menerus dan disertai
muntah-muntah. Tindakan lain yang dilakukan pemerintah dalam upaya
pemberantasan penyakit salah satunya dengan propaganda kesehatan,
10

termasuk didalamnya pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara


langsung (Intan Setyowati, 2018).
Selain pengobatan melalui pemberian cairan larutan pada pasien
penderita kolera dan propaganda kesehatan, pemerintah juga melakukan
pemberantasan penyakit dengan penataan saluran drainase (Intan
Setyowati, 2018).
J. Pencegahan
Risiko terjangkit kolera dapat diminimalkan dengan menjaga
kebersihan diri, misalnya dengan rajin mencuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun, terutama sebelum makan dan setelah dari toilet.
Selain kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman yang
dikonsumsi juga perlu diperhatikan. Caranya adalah dengan (Pittara,
2022):
1. Tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya
2. Tidak mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang
3. Hanya menggunakan air untuk memasak yang sudah terjamin
kualitasnya
4. Tidak mengonsumsi susu segar yang belum diolah
5. Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga
mendidih
6. Mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan
Agar lebih terlindungi dari kolera, Anda bisa menjalani vaksinasi
kolera, terutama apabila Anda tinggal di daerah yang banyak kasus
kolera. Vaksin kolera diminum 2 kali dengan jarak waktu 7 hari sampai
6 minggu, untuk memberikan perlindungan selama 2 tahun (Pittara,
2022).

K. Isolasi
Kolera adalah infeksi enterik akut yang disebabkan oleh menelan
bakteri Vibrio cholerae yang terdapat dalam air atau makanan yang
terkontaminasi. Hal ini terutama terkait dengan kurangnya akses ke air
minum yang aman dan sanitasi yang tidak memadai. Ini adalah penyakit
yang sangat ganas yang dapat menyebabkan diare cair akut yang parah
11

yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dan dapat


menyebar dengan cepat, tergantung pada frekuensi paparan, populasi
yang terpapar, dan tempat. Kolera mempengaruhi anak-anak dan orang
dewasa dan bisa berakibat fatal jika tidak diobati (D’Mello-Guyett
dkk,2020).
Isolasi dilakukan sesuai masa inkubasi yaitu antara 12 jam dan
lima hari setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Kebanyakan orang yang terinfeksi V. kolera tidak mengalami gejala apa
pun, meskipun bakteri tersebut ada di kotorannya selama 1-10 hari
setelah infeksi dan dilepaskan kembali ke lingkungan, berpotensi
menulari orang lain. Sebagian besar orang yang mengalami gejala
memiliki gejala ringan atau sedang, sementara sebagian kecil mengalami
diare akut dan muntah disertai dehidrasi berat. Kolera adalah penyakit
yang mudah diobati. Kebanyakan orang dapat diobati dengan sukses
melalui pemberian larutan rehidrasi oral (ORS) yang cepat (Murray
Leisure KA. Geib S,2019).
Konsekuensi dari krisis kemanusiaan seperti terganggunya sistem
air dan sanitasi, atau pemindahan penduduk ke kampung yang tidak
memadai dan penuh sesak dapat meningkatkan risiko penularan kolera,
jika bakteri tersebut ada atau masuk (Jochimsen EM,2019).
Pendekatan multisektoral termasuk kombinasi pengawasan, air,
sanitasi dan kebersihan (WASH), mobilisasi sosial, pengobatan, dan
vaksin kolera oral sangat penting untuk mengendalikan wabah kolera dan
untuk mengurangi kematian (Barie PS,2019).

L. Karantina
Secara garis besar karantina adalah pergerakan/aktifitas seseorang
yang menderita penyakit menular, walaupun belum adanya suatu gejala
apapun, atau menyentuh alat angkut, yang diduga terkontaminasi oleh
barang ataupun orang yang terdampak penyakit menular, hal ini termasuk
ke mencegah penyebaran wabah penyakit (Salsabila,dkk, 2021).
Teknik karantina yang berlaku yang dikutip dari Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, yaitu (Salsabila,dkk, 2021):
12

1. Isolasi Mandiri dapat dilakukan dengan cara mengasingkan diri dan


barang-barang dari lingkungan masyarakat, mengasingkan ruangan
dengan orang lain, menjaga jarak, melakukan observasi gejala.
2. Karantina Rumah dilakukan setelah adanya epidemiologi yang
diterapkan dalam pemerintahan daerah.
3. Karantina Wilayah dapat dilakukan setelah adanya keputusan
melalui Menteri Kesehatan berupa pernyataan telah terjadinya
pandemi di wilayah tersebut dan mutase. Isolasi Mandiri dapat
dilakukan dengan cara mengasingkan diri dan barang-barang dari
lingkungan masyarakat, mengasingkan ruangan dengan orang lain,
menjaga jarak, melakukan observasi gejala.
4. Karantina Rumah dilakukan setelah adanya epidemiologi yang
diterapkan dalam pemerintahan daerah.
5. Karantina Wilayah dapat dilakukan setelah adanya keputusan
melalui Menteri Kesehatan berupa pernyataan telah terjadinya
pandemi di wilayah tersebut dan mutasi genetik pada penyakit
menular tertentu dan dapat menyebar luas antar manusia secara cepat
dan juga mematikan.
6. Karantina Rumah Sakit dilakukan setelah adanya perintah Menteri
Kesehatan mengenai Karantina Rumah Sakit dan setelah
mendapatkan laporan dari Direktur Rumah Sakit mengenai Pandemi
di Rumah Sakit yang dapat meningkatkan kedaruratan kesehatan
masyarakat di Rumah Sakit tersebut.
Menurut UU Republik Indonesia No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina
Udara, Masa tunas penyakit karantina kolera adalah 5 hari (Salsabila,dkk,
2021).
M. Imunisasi
Kolera merupakan penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri ini masuk ke dalam
tubuh seseorang melalui meminum air atau memakan makanan yang
terkontaminasi bakteri Vibrio Cholerae. Bakteri ini memproduksi
Choleratoxin pada saluran usus sehingga menimbulkan penyakit diare
13

disertai muntah yang akut dan hebat. Akibatnya, seseorang yang dalam
waktu beberapa hari akan mengeluarkan cairan tubuh dalam jumlah yang
banyak sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini merupakan
gejala awal penyakit diare akut yang dapat mengakibatkan kematian
apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Anak-anak lebih banyak
yang meninggal akibat penyakit ini, karena mereka lebih cepat
mengalami dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (Syafruddyn
Side, dkk, 2018).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit
kolera adalah dengan memberikan vaksinasi dan melakukan treatment
kepada penderita kolera. Vaksinasi dilakukan dengan memberikan
vaksin kolera, baik vaksin yang telah dimatikan maupun vaksin hidup
yang dilemahkan. Vaksin kolera-CSL (suspensi Vibrio Cholerae klasik
serotype O1 Inaba dan Ogawa) berasal dari bakteri yang telah dimatikan
dengan penambahan fenol 0,5% sebagai pengawet, bisa melindungi
selama beberapa bulan (3-6 bulan). Sedangkan vaksin hidup yang
dilemahkan bisa melindungi selama 3 tahun. Treatment terhadap
penderita kolera adalah pemberian cairan dan elektrolit secara dini yang
dapat menghindarkan terjadinya dehidrasi, bilamana diberikan setelah
terjadi dehidrasi maka upaya ini penting untuk memulihkan
keseimbangan cairan dan menghindarkan kematian (Syafruddyn Side,
dkk, 2018).

N. Pengobatan Spesifik
Penanganan utama untuk penderita kolera adalah dengan
mencegah dehidrasi. Dokter akan memberikan larutan oralit untuk
mengganti cairan dan ion mineral di dalam tubuh. Bila pasien terus
muntah sehingga tidak bisa minum, dokter akan menyarankan rawat inap
dan memberikan cairan infus (Deen, J., Mengel, M., & Clemens, J.2020).
Selain menjaga kadar cairan tubuh, dokter akan memberikan obat-
obat lain untuk mengatasi kolera, yaitu obat antibiotik Untuk mengurangi
jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan diare, dokter akan
memberikan antibiotik, seperti tetracycline, doxycycline, ciprofloxacin,
14

erythromycin, atau a Suplemen zinc. Zinc (seng) juga sering diberikan


untuk mempercepat penyembuhan diare pada anak-anak (Deen, J.,
Mengel, M., & Clemens, J.2020).
Pada dehidrasi ringan dan sedang dapat diberikan rehidrasi melalui
oral (oralit). Untuk penderita dengan dehidrasi berat, cairan diberikan
dengan intravena (infus). Di daerah wabah, cairan diberikan melalui
selang yang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Bila
dehidrasi sudah diatasi, tujuan pengobatan berikutnya adalah
menggantikan jumlah cairan yang hilang karena diare dan muntah
(Medkes, 2019).
Pengobatan antibiotika merupakan upaya penting di samping terapi
cairan. Pemberian antibiotik dapat mengurangi waktu ekskresi
bakteri Vibrio cholerae, memperpendek lama diare, dan mengurangi
jumlah cairan intravena maupun oral dalam rehidrasi penderita. Jenis
antibiotik yang efektif untuk kolera adalah tetrasiklin, dosisiklin,
norfloksasin atau antibiotik lainnya dapat membunuh bakteri dan
biasanya akan menghentikan diare dalam 48 jam (Lesmana, 2019).
Lebih dari 50% penderita kolera berat yang tidak diobati akan
meninggal dunia. Kurang dari 1% penderita yang mendapat penggantian
cairan yang adekuat, meninggal dunia (Lesmana, 2019).

O. Penanggulangan Wabah Kolera


upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi atau menekan
penyebaran penyakit kolera ini ialah dengan diberikannya vaksin dan
perawatan kepada pasien kolera. Perawatan dari penyakit kolera ini ialah
pemberian cairan elektrolit yang dilakukan secara dini untuk
menghindari terjadinya dehidrasi, upaya pemulihan keseimbangan
cairan, pemberian antibiotik, dan konsumsi sumplemen zinc yang dapat
mempercepat penyembuhan diare pada anak-anak.Selain itu, untuk
pemberian vaksin terdapat 2 jenis vaksin, yakni vaksin yang telah
dimatikan atau vaksin hidup yang dilemahkan, dimana vaksin yang telah
dimatikan melindungi selama 3-6 bulan, sementara vaksin yang
dilemahkan melindungi selama 3 tahun. (Renny 2019).
15

Selaim itu, untuk menekan penyebaran penyakit menular kolera


terdapat upaya-upaya yang diformulasikan dalam bentuk parameter-
parameter pada model penyebaran penyakit kolera. Kemudian dari
parameter-parameter tersebut, setiap parameternya akan diuji terhadap
(Bilangan Reproduksi Dasar) sehingga dapat terlihat parameter apa saja
yang berkontribusi dalam menyebarkan dan parameter apa saja yang
berkontribusi dalam menekan penyakit menular kolera (Depkes RI,
2019).

P. Tindakan Internasional Penanggulangan Penyakit Kolera


Kolera adalah penyakit yang sering melanda Zimbabwe, dan
menurut WHO wabah penyakit ini terjadi sejak tahun 1998. Namun
wabah kali ini adalah yang menelan paling banyak korban jiwa sejak 15
tahun lalu, kata para pejabat kesehatan. Sejak wabah terjadi, angka
kematian akibat kolera naik menjadi 4%, kata WHO, namun di beberapa
daerah mencapai 50% pada tahap-tahap awal penyebaran penyakit.
Menteri Kesehatan David Parirenyatwa mengatakan warga harus
berhenti bersalaman untuk mencegah penyebaran kolera.Kolera
sebenarnya mudah diobati namun rumah sakit di Zimbabwe tidak
memiliki obat dan staf yang cukup. WHO mengatakan kasus kolera
dilaporkan terjadi di daerah-daerah perbatasan Zimbabwe dengan Afrika
Selatan, Botswana dan Mozambik. Pada tahun 2008 Wabah tersebut
kembali menyerang Zimbabwe dengan jumlah korban yang semakin
meningkat. Wabah yang disebarkan melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi bakteri ini menyebar begitu cepat. Sehingga dalam
beberapa bulan saja, kolera menjadi epidemi yang menewaskan hampir
3.500 warga. Bahkan World Health Organization (WHO) mencatat
wabah kolera di negeri yang dipimpin diktator Robert Mugabe ini, telah
menginfeksi 67.945 orang. WHO menggambarkan situasi epidemi kolera
di Zimbabwe sebagai "tidak terkontrol." Keadaan yang dialami
Zimbabwe tersebut semakin buruk mengingat kondisi negara mereka pun
sedang mengalami krisis politik yang cukup menghambat penanganan
permasalahan kesehatan ini (Verdinan, 2014).
16

Berbagai institusi internasional khususnya WHO turut mengambil


bagian dalam. menangani masalah kesehatan yang menimpa negara ini,
berbagai upaya dan masukan telah dilakukan WHO guna mengurangi
penyebaran Virus Kolera yang cukup mematikan ini. Antara lain
(Verdinan, 2014):
1. WHO telah mengirimkan pasokan medis untuk mengobati 50.000
orang untuk kondisi umum
2. WHO juga telah mengirimkan ahli epidemiologi, ahli air dan sanitasi
dan logistician ke Harare untuk memperkuat upaya tanggap di
lapangan.
3. WHO menganjurkan penggunaan oralit untuk mengobati dehidrasi
menengah, yang merupakan gejala kolera. Hal ini dapat membantu
dengan cepat dalam mengurangi penyakit dan kematian.
4. WHO mencari dukungan donor sebesar US $ 6 juta.
5. WHO bekerjasama dengan Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan dan Anak (MOHCW) dan mitra kesehatan lainnya,
untuk merespon tantangan kesehatan Zimbabwe.
Disebutkan Marie Okabe, juru bicara PBB: Untuk menghadapi
kecenderungan ini, WHO mendirikan sebuah pusat penanggulangan dan
pengendalian kolera. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan
upaya pemantauan dan penanganan. Termasuk meningkatkan akses
pelayanan kesehatan, memastikan safe aloocation dan mengendalikan
penularan. WHO juga telah mengirimkan tambahan ahli kesehatan
umum, sanitasi, dan pakar berbagai bidang lain. Selain itu, Badan PBB
lain, yakni Lembaga Pangan Dunia WFP menggelar apa yang disebut
Jaringan Pengamanan, atau "Safety Net,". Program ini akan melibatkan
setengah juta rakyat Zimbabwe, khususnya anak sekolah, warga
terinfeksi HIV/AIDS, penduduk berpindah, serta kawasan yang
terinfeksi kolera (Verdinan, 2014).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Definisi penyakit kolera kolera adalah penyakit diare yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan di seluruh
dunia.
2. Penyebab penyakit kolera penyakit kolera ini disebabkan oleh
bakteri Vibrio Cholerae yang hidup di alam bebas, seperti sungai,
sumur, atau danau.
3. Penyakit kolera ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang
tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran dan pengolahan
air minum yang memadai.
4. Apabila kotoran yang mengandung bakteri vibrio cholerae
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang
melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.
5. Gejala kolera pada dasarnya merupakan penyakit infeksi usus yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae, tubuh seseorang yang
terinfeksi bakteri V. Cholerae akan bereaksi dengan mengeluarkan
enterotoksin pada bagian saluran ususnya yang menyebabkan
terjadinya diare disertai muntah akut yang sangat hebat, akibatnya
seseorang dapat kehilangan banyak cairan pada tubuh.
6. Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh bakteri V. Cholerae
tidak menimbulkan gejala dengan masa inkubasi selama 1-5 hari,
gejala yang khas dimulai dengan diare encer dan berlimpah tanpa
didahului rasa sakit perut, tinja yang berubah seperti air cucian beras
yang mengandung lendir, sel epitel usus dan bakteri V.Cholerae
kemudian disusul rasa mual dan muntah.
7. Masa penularan penyakit kolera merupakan jenis penyakit menular
yang proses penularannya ditularkan oleh bakteri Vibrio cholerae.
8. Tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera resistensi dan
kerentanan seseorang sangat bervariasi achlorhydria, lambung

17
18

mening-katkan risiko terkena penyakit, sedangkan bayi yang di susui


terlindungi dari infeksi.
9. Cara pemberantasan penyakit kolera penanganan penyakit kolera
yang pertama adalah memberikan larutan cairan kepada penderita
kolera.
10. Isolasi kolera adalah infeksi enterik akut yang disebabkan oleh
menelan bakteri Vibrio cholerae yang terdapat dalam air atau
makanan yang terkontaminasi.
11. Isolasi dilakukan sesuai masa inkubasi yaitu antara 12 jam dan lima
hari setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Kebanyakan orang yang terinfeksi Vibrio cholerae.
12. Karantina secara garis besar karantina adalah pergerakan/aktifitas
seseorang yang menderita penyakit menular, walaupun belum
adanya suatu gejala apapun, atau menyentuh alat angkut, yang
diduga terkontaminasi oleh barang ataupun orang yang terdampak
penyakit menular, hal ini termasuk ke mencegah penyebaran wabah
penyakit.
13. Vaksinasi dilakukan dengan memberikan vaksin kolera, baik vaksin
yang telah dimatikan maupun vaksin hidup yang dilemahkan.
Vaksin kolera-CSL (suspensi Vibrio Cholerae klasik serotype O1
Inaba dan Ogawa) berasal dari bakteri yang telah dimatikan dengan
penambahan fenol 0,5% sebagai pengawet, bisa melindungi selama
beberapa bulan (3-6 bulan).
14. Penanganan utama untuk penderita kolera adalah dengan mencegah
dehidrasi. Dokter akan memberikan larutan oralit untuk mengganti
cairan dan ion mineral di dalam tubuh. Bila pasien terus muntah
sehingga tidak bisa minum, dokter akan menyarankan rawat inap dan
memberikan cairan infus.
15. Penanggulangan wabah kolera upaya yang dapat dilakukan dalam
mengurangi atau menekan penyebaran penyakit kolera ini ialah
dengan diberikannya vaksin dan perawatan kepada pasien kolera.
19

16. Tindakan internasional penanggulangan penyakit kolera kolera


adalah penyakit yang sering melanda Zimbabwe, dan menurut WHO
wabah penyakit ini terjadi sejak tahun 1998.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Absor, N. F., Wibowo, D. S., & Rosyid, N. U. (2022). Penanganan Wabah Di


Batavia Sebagai Suplemen Materi Pembelajaran Sejarah. WIKSA:
Prosiding Pendidikan Sejarah UNINDRA, 1(1).
Cipta, S. E. (2020). Upaya Penanganan Pemerintah Hindia Belanda Dalam
Menghadapi Berbagai Wabah Penyakit Di Jawa 1911-1943.
Equilibrium: Jurnal Pendidikan, 8(2), 162-169.
Depkes RI. (2019) Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
Deen, J., Mengel, M., & Clemens, J. (2020). Epidemiology of Cholera.
Vaccine, 38(1), pp. A31–40. Connor, B., et al. (2019). Cholera in
Travellers: A Systematic Review. Journal of Travel Medicine, 26(8), pp.
1–8.
Https://D1wqtxts1xzle7.Cloudfront.Net/56326376/BAB_I_ColeraLibre.Pdf
?1523835187=&ResponseContentDisposition=Inline%3B+Filename
%3dvibrio_Cholerae.Pdf&Expires=1678507498&Signature=Cu3kej2
ydzhit4bdk1gkjay5igawftv86sgknef8onwnmdhskphbzepvr2unphiecplt
fftht8k68rvnkrszutpx0bimsayjpiy4x9gf3ffdq6ibicedhhrahrqpeqxgmo3
yym8twrhllal0lqj92zmbhgjcazdfmwr2d0ae6vjw7sfjmqiciofdnpbwbws
4rrwqmgl5pobnlbkkqvfuf3hhjs7t1mbcrAicfjwmgtnrpvpayj9bjd1gwcv
sudzin2hrf1i2610jy5bmaod45fyggdqwucscvkdcgamtsf7yzjtfmuichf60
qdsuybc456jvr9yjaqkescwg~4emq__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA.Stm, Diakses Pada Tanggal 11
Maret 2023
Https://Www.Academia.Edu/12007496/Upaya_WHO_Dalam_Membasmi_
Kolera_Di_Zimbabwe.Com, Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2023
Intan Setyowati, Yuniati. (2018). "PENYAKIT KOLERA DAN
PEMBERANTASANNYA DI SURABAYA TAHUN 1918-1942".
Jurnal Prodi Ilmu Sejarah, 3(5): 572-584.
Koes Irianto. (2020) Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular
Panduan Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung.

20
21

Lesmana, M, (2019). Perkembangan Mutakhir Infeksi Kolera,


Jurnalkedokteran Trisakti.
Medkes (2019) Gejala, Penyebab , Dan Pengobatan Kolera
Nuha, A. R. (2020). Analisis Model Matematika Penyebaran Penyakit Kolera
Dengan Mempertimbangkan Masa Inkubasi. Jurnal Ilmiah Matematika
Dan Terapan, 17(2), 212-229.
Nuha,A. R Dan Resmawan.(2020). "ANALISIS MODEL MATEMATIKA
PENYEBARAN PENYAKIT KOLERA DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN MASA INKUBASI". Jurnal Ilmiah
Matematika Dan Terapan, 17(2): 212-229.
Organisasi Kesehatan Dunia (16 Desember 2022). Berita Wabah Penyakit;
Kolera Situasi Global. Tersedia Di:
Https://Www.Who.Int/Emergencies/Disease-Outbreak-
News/Item/2022-DON426
Panjaitan, Zaimah, Et Al. "APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK
MENDIAGNOSA LEBIH DINI PENYAKIT KOLERA PADA ANAK
MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (KNN)."
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH 5.2 (2022):
220-229.
Pernantah, P. S., & Fikri, A. (2021). Wawasan Sejarah Pandemi Untuk
Penguatan Karakter Mahasiswa Di Era Covid-19. Sejarah Dan Budaya:
Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya, 15(1), 154-163.
Pittara. 2022. Kolera. Https://Www.Alodokter.Com/Kolera (Diakses Tanggal
09 Maret 2023)
Ramdhaniah, E. N., Sundari, P. I., & Sari, A. W. (2021). Dampak Penanganan
Epidemi Kolera Terhadap Kondisi Sosial Budaya Penduduk Batavia
Tahun 1900-1920. Historiography: Journal Of Indonesian History And
Education, 1(3), 284-301.
Salsabila Awaluddin, Raisa Zuhra Dan MZ, Ahmad Murtaza.(2021).
"HUBUNGAN KARANTINA KESEHATAN DENGAN WABAH
PENYAKIT MENURUT PENAFSIRAN ULAMA DALAM Q.S. 2:
243". Basha’ir: Jurnal Studi Alquran Dan Tafsir, 1(2): 75-87.
22

Setyowati, Yuanita Intan. "Penyakit Kolera Dan Pemberantasannya Di


Surabaya Tahun 1918-1942." Ilmu Sejarah-S1 3.5 (2018).
Syafruddin Side, Dkk. (2018). "Analisis Kestabilan Penyebaran Penyakit
Kolera Menggunakan Model SEIRS Dengan Vaksinasi Dan Faktor
Treatment". Journal Of Mathematics, Computations, And Statistics,
1(2): 155-168.

Anda mungkin juga menyukai