KARANTINA KESEHATAN
“PENYAKIT KOLERA”
OLEH:
AKK A 020
KELOMPOK 2:
INDAH SRI PUTRI J1A120032
NURMIN J1A120055
NURUL APRILIANI RUSMULIA J1A120056
RAHMIN J1A120064
RANNY NUR ALDA J1A120065
WA ODE ERFIANINGSIH J1A120094
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 17
B. Saran.................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia.
Kesehatan memiliki peran penting dalam segala aktifitas kehidupan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kekuatan daya tahan tubuh
seseorang mempengaharui apakah seseorang tersebut dapat dikatakan
sehat atau tidak. Hal ini digunakan untuk mengatasi penyakit yang
sifatnya menular apabila seseorang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
kuat maka akan dengan mudah menyebar penularannya (Cipta, S. E.
2020).
Secara teori Epidemiologi merupakan sebagai studi tentang
epidemi. Dalam perkembangan epidemiologi juga mempelajari penyakit-
penyakit non infeksi sebagai contoh sebagai kasus wabah influenza yang
sifatnya tidak begitu menimbulkan infeksi, sehingga dewasa ini
epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang bagaimana suatu
penyebaran penyakit pada manusia akan sangat berpengaruh pada
lingkungan sekitar. Sejarah penyakit yang sifatnya menular di Hindia
terjadi pada Abad ke-20 dengan berbagai wabah yang pernah terjadi
seperti kolera, kusta, pes, dan influenza. Penyakit-penyakit tersebut
kemudian dengan cepat menyebar dan banyak menimbulkan korban jiwa
berjumlah 586.757 jiwa pada tahun 1916 (Cipta, S. E. 2020).
Di tahun 1820 juga pernah dunia di hebohkan oleh wabah Kolera,
yang biasa disebut dengan “muntaber” (muntah berak). Diperkirakan
wabah ini pertama muncul 1817 dari di Delta Sungai Gangga, India yang
dipicu oleh beras yang terkontaminasi Penyakit ini dengan cepat
menyebar ke sebagian besar wilayah India, Myanmar, dan Sri Lanka,
yang mengikuti rute perdagangan internasional yang ditetapkan oleh
bangsa Eropa. Wabah kolera ini juga menyebar ke Thailand hingga
Hindia Belanda (hingga menewaskan 100 ribu orang) dan negara dunia
di wilayah lainnya. Untuk kasus di Hindia Belanda, wabah kolera banyak
ditemukan ditemukan di wilayah Jawa Timur seperti halnya di Surabaya
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dari penyakit kolera?
2. Apa saja penyebab terjadinya penyakit kolera?
3. Bagaimana distribusi penyakit kolera?
4. Bagaimana cara penularan dari penyakit kolera?
5. Bagaimana gejala yang ditunjukan oleh penderita penyakit kolera?
6. Berapa lama masa inkubasi kolera?
7. Berapa lama masa penularan kolera?
8. Bagaimana tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera?
3
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui definisi dari penyakit kolera
2. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit kolera
3. Mengetahui distribusi penyakit kolera
4. Mengetahui cara penularan dari penyakit kolera
5. Mengetahui gejala yang ditunjukan oleh penderita penyakit kolera
6. Mengetahui lama masa inkubasi kolera
7. Mengetahui lama masa penularan kolera
8. Mengetahui tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera
9. Mengetahui cara pemberantasan penyakit kolera
10. Mengetahui cara pencegahan penyakit kolera
11. Mengetahui bentuk karantina dan isolasi dari penyakit kolera
12. Mengetahui infestigasi kontak dari penyakit kolera
13. Mengetahui imunisasi dari penyakit kolera
14. Mengetahui pengobatan spesifik dari penyakit kolera
15. Mengetahui penanggulangan wabah kolera
16. Mengetahui tindakan internasional dari penyakit kolera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
rekor terburuk jumlah korban kolera, dan pada tahun 1912 menjadi awal
dari sejarah evolusi kolera (Muslimah, 2019).
Peningkatan jumlah korban ini disebabkan masalah permukiman di
Surabaya dan berdampak pada kebiasaan hidup bersih yang kurang baik.
Ini akan diperkenalkan di bawah peraturan Gemmentee, atau akan
dikembangkan dalam skala besar untuk memperluas perencanaan kota
dan mempengaruhi populasi besar. Meningkatnya jumlah korban
mendapat perhatian media khusus. Diterbitkan pada tahun 1918, salah
satu media yang meliput wabah itu, yakni Bataviasch Neuwsblad meliput
Desa Kapasan di Surabaya. Satu orang meninggal dunia sedangkan
korban yang meninggal di desa terdampak pertama adalah seorang
wanita. Media itu juga melaporkan bahwa setidaknya ada 4 hingga 5
kasus kolera setiap hari (Muslimah, 2016).
Penyebaran penyakit kolera juga terjadi di wilayah Madura, namun
sebelumnya permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adalah
pengelolaan sampah yang tidak tepat dan tindakan masyarakat yang
membuang sampah di sembarang tempat. Sebelum wabah kolera di
Madura, masyarakat memiliki kebiasaan buruk yang berujung pada
permasalahan sampah, karena pada saat itu sampah belum menjadi
masalah, dan masyarakat pun memiliki persepsi bahwa sampah tidak
mempengaruhi kesehatan, permasalahan itu terjadi terutama di kawasan
pesisir barat Madura (Rijanta et al., 2020).
D. Cara Penularan
Cara penularan kolera bisa secara langsung melalui manusia ke
manusia, dapat pula melalui lalat, air, makanan dan minuman. Air dan
makanan yang terkontaminasi dan tidak higienis merupakan jalur
transmisi utama dari vibrio cholerae. Makanan yang terjangkit vibrio
cholerae melalui serangga, utamanya lalat. Penyakit kolera termasuk
dalam Water Borne Disease. Apabila kotoran yang mengandung bakteri
vibrio cholerae mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang
lain yang melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena
penyakit kolera itu juga. Misalnya, cuci tangan yang tidak bersih lalu
7
E. Gejala
Kolera pada dasarnya merupakan penyakit infeksi usus yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae, tubuh seseorang yang
terinfeksi bakteri V. Cholerae akan bereaksi dengan mengeluarkan
enterotoksin pada bagian saluran ususnya yang menyebabkan terjadinya
diare disertai muntah akut yang sangat hebat, akibatnya seseorang dapat
kehilangan banyak cairan pada tubuh. Sebagian besar infeksi yang
disebabkan oleh bakteri V. Cholerae tidak menimbulkan gejala dengan
masa inkubasi selama 1-5 hari, gejala yang khas dimulai dengan diare
encer dan berlimpah tanpa didahului rasa sakit perut, tinja yang berubah
seperti air cucian beras yang mengandung lendir, sel epitel usus dan
bakteri V.Cholerae kemudian disusul rasa mual dan muntah. Karena
muntah berak yang sangat sering, penderita akan banyak kehilangan
8
F. Masa Inkubasi
Proses transmisi penyakit kolera memiliki masa inkubasi yaitu
waktu yang diperlukan oleh bakteri untuk berlipatganda hingga dapat
menimbulkan gejala pada inangnya. Dimana 95% dari orang yang
terkontaminasi dengan bakteri Vibrio cholerae memiliki masa inkubasi
selama 4,4 hari serta 5% diantaranya dapat berlangsung selama 1,4 hari.
Kolera memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari dan setelah itu muncul gejala
diare akut dan dehidrasi berat. Jika tidak segera mendapat perawatan,
penderita kolera dapat meninggal dalam beberapa jam (Nuha, 2020).
K. Isolasi
Kolera adalah infeksi enterik akut yang disebabkan oleh menelan
bakteri Vibrio cholerae yang terdapat dalam air atau makanan yang
terkontaminasi. Hal ini terutama terkait dengan kurangnya akses ke air
minum yang aman dan sanitasi yang tidak memadai. Ini adalah penyakit
yang sangat ganas yang dapat menyebabkan diare cair akut yang parah
11
L. Karantina
Secara garis besar karantina adalah pergerakan/aktifitas seseorang
yang menderita penyakit menular, walaupun belum adanya suatu gejala
apapun, atau menyentuh alat angkut, yang diduga terkontaminasi oleh
barang ataupun orang yang terdampak penyakit menular, hal ini termasuk
ke mencegah penyebaran wabah penyakit (Salsabila,dkk, 2021).
Teknik karantina yang berlaku yang dikutip dari Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, yaitu (Salsabila,dkk, 2021):
12
disertai muntah yang akut dan hebat. Akibatnya, seseorang yang dalam
waktu beberapa hari akan mengeluarkan cairan tubuh dalam jumlah yang
banyak sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Kondisi ini merupakan
gejala awal penyakit diare akut yang dapat mengakibatkan kematian
apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Anak-anak lebih banyak
yang meninggal akibat penyakit ini, karena mereka lebih cepat
mengalami dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (Syafruddyn
Side, dkk, 2018).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit
kolera adalah dengan memberikan vaksinasi dan melakukan treatment
kepada penderita kolera. Vaksinasi dilakukan dengan memberikan
vaksin kolera, baik vaksin yang telah dimatikan maupun vaksin hidup
yang dilemahkan. Vaksin kolera-CSL (suspensi Vibrio Cholerae klasik
serotype O1 Inaba dan Ogawa) berasal dari bakteri yang telah dimatikan
dengan penambahan fenol 0,5% sebagai pengawet, bisa melindungi
selama beberapa bulan (3-6 bulan). Sedangkan vaksin hidup yang
dilemahkan bisa melindungi selama 3 tahun. Treatment terhadap
penderita kolera adalah pemberian cairan dan elektrolit secara dini yang
dapat menghindarkan terjadinya dehidrasi, bilamana diberikan setelah
terjadi dehidrasi maka upaya ini penting untuk memulihkan
keseimbangan cairan dan menghindarkan kematian (Syafruddyn Side,
dkk, 2018).
N. Pengobatan Spesifik
Penanganan utama untuk penderita kolera adalah dengan
mencegah dehidrasi. Dokter akan memberikan larutan oralit untuk
mengganti cairan dan ion mineral di dalam tubuh. Bila pasien terus
muntah sehingga tidak bisa minum, dokter akan menyarankan rawat inap
dan memberikan cairan infus (Deen, J., Mengel, M., & Clemens, J.2020).
Selain menjaga kadar cairan tubuh, dokter akan memberikan obat-
obat lain untuk mengatasi kolera, yaitu obat antibiotik Untuk mengurangi
jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan diare, dokter akan
memberikan antibiotik, seperti tetracycline, doxycycline, ciprofloxacin,
14
A. Kesimpulan
1. Definisi penyakit kolera kolera adalah penyakit diare yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan di seluruh
dunia.
2. Penyebab penyakit kolera penyakit kolera ini disebabkan oleh
bakteri Vibrio Cholerae yang hidup di alam bebas, seperti sungai,
sumur, atau danau.
3. Penyakit kolera ini dapat menyebar dengan cepat di tempat yang
tidak mempunyai penanganan pembuangan kotoran dan pengolahan
air minum yang memadai.
4. Apabila kotoran yang mengandung bakteri vibrio cholerae
mengkontaminasi air sungai dan sebagainya, maka orang lain yang
melakukan kontak dengan air tersebut beresiko terkena penyakit
kolera itu juga.
5. Gejala kolera pada dasarnya merupakan penyakit infeksi usus yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae, tubuh seseorang yang
terinfeksi bakteri V. Cholerae akan bereaksi dengan mengeluarkan
enterotoksin pada bagian saluran ususnya yang menyebabkan
terjadinya diare disertai muntah akut yang sangat hebat, akibatnya
seseorang dapat kehilangan banyak cairan pada tubuh.
6. Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh bakteri V. Cholerae
tidak menimbulkan gejala dengan masa inkubasi selama 1-5 hari,
gejala yang khas dimulai dengan diare encer dan berlimpah tanpa
didahului rasa sakit perut, tinja yang berubah seperti air cucian beras
yang mengandung lendir, sel epitel usus dan bakteri V.Cholerae
kemudian disusul rasa mual dan muntah.
7. Masa penularan penyakit kolera merupakan jenis penyakit menular
yang proses penularannya ditularkan oleh bakteri Vibrio cholerae.
8. Tingkat kerentana dan kekebalan penyakit kolera resistensi dan
kerentanan seseorang sangat bervariasi achlorhydria, lambung
17
18
20
21