Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESEHATAN NEONATAL BAYI DAN BALITA

Dosen pengampu : Sri Astuti Siregar, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Puti Zunina ( G1D122042)
2. Intan Azluni (G1D122053)
3. Anggita Basauli (G1D122055)
4. Wiwin Astry Pasaribu (G1D122059)
5. Hasya Fariha (G1D122081)
6. Sonia Dwi Syahrani (G1D122034)
7. Shirin Ebadi Rinaldi (G1D1221350)
8. Rts. Nurul Hafizhoh (G1D122211)
9. Fahrul Rusdianto (G1D122222)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Karena rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kesehatan reproduksi yang ditugaskan oleh Ibu Sri Astuti Siregar,
S.ST., M.Kes yang merupakan dosen mata kuliah Kesehatan Reproduksi.

Makalah ini kami susun dalam berbagai rintangan waktu baik yang datang dari kami
maupun yang datang dari luar. Terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu yang
senantiasa membimbing kami di dalam kelas dan penyusunan makalah ini. Tanpa adanya
bimbingan beliau, kami kiranya tidak akan mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
”Kesehatan Neonatal Bayi dan Balita” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Reproduksi.

Jika ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, kami meminta
permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki banyak kelemahan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Adapun, kami juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, 03 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Neonatal, Bayi dan Anak Balita


B. Determinan Kematian Neoanatal, Bayi dan Anak
C. Prinsip dan Strategi Penurunan Kematian Neonatal, Bayi dan Anak Balita
D. Konsep Asi Ekslusif dan Masalah Menyusui Pada Ibu dan Bayi
E. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak
F. Stimulasi Tumbuh Kembang Pada Anak

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR REFERENSI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana mengklasifikasikan neonatal, bayi dan anak balita
2. Bagaimana determinan kematian neonatal, bayi dan anak
3. Bagaimana prinsip dan strategi penurunan kematian neonatal, bayi dan anak balita
4. Bagaimana konsep asi ekslklusif dan masalah menyusui pada ibu dan bayi
5. Bagaimana konsep tumbuh kembang anak
6. Bagaimana stimulasi tumbuh kembang pada anak

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
1. Menjelaskan klasifikasi neonatal, bayi dan anak balita
2. Menjelaskan determinan kematian neonatal, bayi dan anak
3. Menjelaskan prinsip dan strategi penurunan kematian neonatal, bayi dan anak balita
4. Menjelaskan konsep asi eksklusif dan masalah menyusui pada ibu dan bayi
5. Menjelaskan konsep tumbuh kembang anak
6. Menjelaskan stimulasi tumbuh kebang anak

D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan pada makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui klasifikasi neonatal, bayi dan anak balita
2. Dapat mengetahui determinan kematian neonatal, bayi dan anak
3. Dapat mengetahui prinsip dan strategi penurunan kematian neonatal, bayi dan anak
balita
4. Dapat mengetahui konsep asi eksklusif dan masalah menyusui pada ibu dan bayi
5. Dapat mengetahui konsep tumbuh kembang anak
6. Dapat mengetahui stimulasi tumbuh kembang anak

BAB II
PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI NEONATAL, BAYI DAN ANAK BALITA


1) Klasifikasi Neonatal
Bayi baru lahir (Neonatus/neonatal) merupakan bayi yang baru lahir
sampai usia 28 hari (0-28 hari). Periode neonatus yang berlangsung sejak bayi
baru lahir sampai usia 28 hari merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik
yang dramatis pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir (Neonatus) merupakan suatu
keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu, lahir
secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, bernafas secara spontan dan
teratur berat badan antara 2500-4000 gram.

Bayi baru lahir (neonatus/neonatal) dibagi dalam bebrapa klasifikasi


menurut Marmi (2015) yaitu :
1. Neonatal menurut masa gestasinya ;
a. Kurang bulan (infant preterm) : <259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : >294 hari (42 minggu atau lebih)
2. Neonatal menurut berat badan lahir :
a. Berat lahir rendah : <2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram c. Berat lahir lebih : >4000 gram
3. Neonatal menurut berat lahir terhadap masa gestasi (massa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
a) Neonatal cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

2) Klasifikasi bayi
Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan
seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap
lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat
singkat dan tidak dapat diulang kembali (Departemen Kesehatan, 2009).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan,
bersifat kontinyu dan pertumbuhan merupakan bagian dari proses perkembangan
(Wong, 2009). Bayi adalah individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi.
Bayi harus dapat melakukan 4 penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu
penyesuaian perubahan suhu, menghisap dan menelan, bernafas danpembuangan
kotoran. Kesulitan penyesuaian atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami
penurunan berat badan, keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai
meniggal dunia. Usia 3–12 bulan. Ukuran bayi sering ditunjukkan dengan rentang
usia dalam bulan (3–12). Dibawah 1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun
balita masih sangat bergantung pada orang tuanya (Sutomo, 2010).

3) Klasifikasi anak balita


Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan disertai
dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak
dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok yang rawan
gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang
dibutuhkan. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia
lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak
usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah
(Proverawati & Wati, 2010). balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun
(batita) dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Ukuran balita sering ditunjukkan
dengan rentang usia dalam bulan (12–24) atau tahun (1–5).

B. DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL, BAYI DAN ANAK

1) Determinan kematian neonatal


Periode Neonatal merupakan periode bulan pertama kelahiran anak yang
berisiko menghadapi kematian atau periode paling rentan dalam keberlangsungan
hidup setiap anak . Angka kematian neonatal juga dapat mewakili pertumbuhan
penduduk dan kesehatan masyarakat. Berikut faktor determinasi neonatal :
a. Jarak kelahiran
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan Rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan
risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena
alasan plasenta previa, anemia, dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah.

b. Kualitas antenatal care


Masih cukup tinggi ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan sesuai
dengan nasehat tenaga kesehatan sehingga ibu hamil kurang mendapatkan
informasi penting terkait kehamilannya dan lebih parah lagi jika ada
komplikasi kehamilan yang semestinya terdiagnosa lebih awal pada masa
prenatal tetapi karena pengaruh frekuensi kunjungan yang kurang selama
hamil menyebabkan ibu tidak mendapatkan informasi maupun pemeriksaan
kehamilannya.

c. Penolong persalinan

Faktor lain dimana masyarakat lebih memilih dukun karena lebih bisa
memberikan pelayanan menyeluruh seperti memijat bayi, dan perawatan bayi
sampai dengan pelaksanaan upacara adat seperti mencukur rambut dan juga
dukun tidak pernah menetapkan tarif persalinan sehingga bagi masyarakat
ekonomi rendah lebih memilih dukun dibanding tenaga kesehatan, meskipun
secara teori dikatakan bahwa banyak efek negatifnya.

d. Sepsis neonatorum/infeksi pasca lahir

Pada sepsis neonatorum terjadi infeksi secara vertikal dari penyakit ibu
atau infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Infeksi pada
awal minggu pertama kehidupan berhubungan dengan mikro-organisme yang
ditularkan dari ibu kepada janin dan memiliki epidemiologi yang berbeda
dengan infeksi yang didapat setelah periode neonatal. Pada beberapa
kasus dilaporkan terjadinya inflamasi membran janin, tali pusat, dan plasenta.

e. Aksesibilitas

Gambaran sarana prasarana memerlukan cukup lama waktu untuk bisa


mencapai Puskesmas dari rumah warga. Ditambah lagi faktor kelangkaan
kendaraan yang hanya mengandalkan ambulance dari Puskesmas
sehinggakoordinasi masyarakat dengan pihak Puskesmas untuk bisa
mengevakuasi penderita memerlukan waktu yang cukup lama, begitu pula
sarana jalan yang rusak parah menambah rendahnya aksesibilitas masyarakat
dalam memanfaatkan Puskesmas.

f. Keterlambatan memutuskan mencari pertolongan.

Tanda dan gejala masalah kesehatan pada neonates sering kali tidak
kelihatan sehingga anggota keluarga tidak mengetahui bahwa bayinya sedang
dalam keadaan bahaya. keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari
pengobatan bahkan setelah tanda dan gejala diketahui, keluarga tidak segera
mencari pengobatan dengan berbagai alasan Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keterlambatan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan salah satunya adalah kurang pahamnya keluarga tentang
kegawatan kondisi ibu hamil maupun bayi ketika muncul gejala sehingga
keluarga tetap menganggap ini sebagai masalah yang biasa meskipun ternyata
masalah ini mengancam jiwa bayi.

2) Determinan kematian bayi


Kematian bayi adalah bayi yang mati dan mati dini <28 hari kelahiran.
Kematian bayi dibagi menjadi 2, yaitu kematian bayi dini yang terjadi selama
minggu pertama kehidupan (0-6 hari) dan kematian bayi lambat yang terjadi 7-28
hari kehidupan. Faktor yang mempengaruhi kematian bayi digolongkan menjadi
dua yaitu factor ibu dan Faktor bayi :

a. Faktor ibu
- umur ibu
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berumur <20 tahun lebih dapat terjadi
kelahiran premature, berat badan lahir rendah, disstres janin, cacan bawaan
sehingga menyebabkan kematian neonatal (Manuaba, 2010).
Bayi yang dilahirkan pada umur ibu lebih dari 35 tahun dapat mengalami
kematian karena adaptasi fisiologis ibu terhadap perubahan pada kehamilan
menjadi lebih berat, fisik dan alat reproduksi sudah mengalami kemunduran
meskipun mental dan sosial ekonomi lebih mantap. Usia kehamilan diatas 35
tahun meningkatkan risiko kejadian placenta previa karena pertumbuhan
endometrium kurang subur sehingga menyebabkan komplikasi pada janin dan
menyebabkan kematian neonatal (Manuaba,2010).

- Pendidikan ibu
Ibu yang memiliki pendidikan formal atau informal rendah dapat
mengalami kesulitan dalam menerima informasi kesehatan dan memilih
fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat untuk memeriksakan kehamilan dan
persalinan

- Pekerjaan
Status pekerjaan suami dan istri juga mempengaruhi kondisi kehamilan
dan bisa menyebabkan kematian ibu atau bayi karena berkaitan dengan faktor
sosial ekonomi keluarga. Faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap akses
seorang perempuan dalam mendapatkan pendidikan, gizi yang baik, dan
pelayanan kesehatan yang baik pula. Apabila ketiga akses tersebut tidak dapat
terpenuhi maka meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dan bayi.

- Kunjungan ANC
Pemeriksaan antenatal care (ANC) dilakukan untuk mengetahui keadaan
ibu ataupun janin yang dikandungnya, sehingga dapat melakukan deteksi dini
apabila terjadi komplikasi ataupun masalah pada masa kehamilan, persalinan
ataupun masa nifas (Oktarina, 2017).

- Jarak Kehamilan
Anak yang lahir dengan jarak kelahiran dekat akan menderita kekerdilan
atau kekurangan berat badan, bahkan berdampak pada kematian pada bayi baru
lahir.

b. Faktor bayi

- Jenis kelamin
Bayi laki-laki cenderung lebih rentan terhadap penyakit dibandingkan
dengan bayi perempuan. bayi laki-laki lebih rentan terhadap kejadian lahir
mati atau kematian neonatal (Ima Azizah dan Oktiaworo, 2017).

-Kelainan kongenital
Kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelainan yang terlihat
pada saat lahir bukan akibat proses persalinan. Beberapa kelainan kongenital
dapat menyebabkan kematian langsung pada bayi seperti anensefali dan atresia
ani. Sedangkan kelainan kongenital yang tidak langsung menyebabkan
kematian tetapi dapat menyebabkan kecacatan yaitu bibir sumbing,
hidrosefalus, meningoensefalokel, kaki pengkor, fokomelia, dan lain-lain (Ima
Azizah dan Oktiaworo, 2017).

- Sepsis
Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi bila bakteri masuk ke tubuh bayi dari
ibu selama masa kehamilan dan persalinan. Beberapa komplikasi selama
kehamilan yang meningkatkan risiko sepsis pada bayi baru lahir, antara lain:
a) Demam pada ibu selama persalinan.
b) Infeksi pada uterus atau placenta.
c) Ketuban pecah dini

-BBLR
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir /kurang dari 2500
gram. Kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan sangat erat hubunganya
dengan berat badan lahir, hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan
pematangan (maturasi) organ dan alat-alat tubuh belum sempurna, akibatnya
bayi dengan berat badan lahir rendah sering mengalami komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian (Ima Azizah dan Oktiaworo, 2017).

- Asfiksia
Asfiksia merupakan kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur setelah saat lahir, hal tersebut dikarenakan adanya
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, pada
masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

3) Determinan kematian anak balita


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah penduduk yang meninggal
sebelum usia 5 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak
balita. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian balita adalah :

-Jenis

Kelamin kematian bayi berjenis kelamin lakilaki mempunyai


kecenderungan lebih tinggidibandingkan dengan bayi jenis
kelaminperempuan, hal ini karena faktor genetik dan biologis lak-i-laki
cenderung lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini.Ruggieri juga
menyatakan bahwa jeniskelamin mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap respon imun, terdapat perbedaan dalam pathogenesis penyakit
infeksi pada laki-laki dan perempuan.Perempuan mempunyai imunitas yang
lebih tinggi terhadap infeksi virus daripada laki-laki.

-Tipe kelahiran
Variabel tipe kelahiran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kematian balita, kelahiran anak kembar mempunyai kecenderungan 4,598 kali
lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan tipe kelahiran tunggal.

-Tempat tinggal
Pengaruh yang nyata terhadapKematian bayi antara daerah pedesaan dan
perkotaan. Daerah pedesaan mempunyaikecenderungan lebih tinggi untuk
mengalami kematian balita dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini
bisa ditelaah lebih jauh tentang ketersediaan fasilitas kesehatan, berapa
banyak pelayanan kesehatan yang ada di daerah tersebut serta jarak atau
jangkauan dari tempat tinggal apakah mudah atau susah dijangkau.

-Usia
Persalinan pertama variabel usia persalinan pertama ibu berpengaruh
secara nyata terhadap statuskematian balita, ibu dengan usia >35 tahunsaat
persalinan pertamanya mempunyaikecenderungan kematian balita 2,411 kali
lebih besar dibandingkan dengan kelompokibu dengan usia 20 – 35 tahun.
Liu et al,2011 menyatakan bahwa semain tua usia perempuan semakin turun
tingkatkesuburannya, dan melahirkan di atas 35tahun meningkatka resiko
terjadinyakomplikasi kehamilan.

- Pendidikan ibu

Hasil penelitian sama seperti yang dilaporkan oleh Unicef yang


menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang pendidikannya kurang
umumnya memiliki angka kematianyang lebih tinggi dibandingkan mereka
yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan

C. PRINSIP DAN STRATEGI PENURUNAN KEMATIAN NEONATAL, BAYI


DAN ANAK BALITA
1) Keadaan kesehatan bayi dan balita di Indonesia
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan
peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan
Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan
peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu
masa dalam kandungan, bayi dan balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri
dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu
tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di bawah lima tahun.

Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan berkewajiban untuk ikut
serta dalam upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas
hidup anak Indonesia. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus di kuasai
seorang bidan berkaitan dengan kesehatan bayi dan balita, terutama berkenaan
dengan bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai usia 1
bulan dan kompetensi ke 7 yaitu : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi
dan komprehensif pada bayi dan balita sehat usia 1 bulan sampai 5 tahun.

Kelangsungan hidup anak ditunjukkan dengan angka kematian bayi


(AKB) dan angka kematian balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan
balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN lainnya hal ini perlu dipahami
dan ditindak lanjuti oleh bidan dan petugas kesehatan lainnya, mengingat
Indonesia memiliki beban yang berat karena wilayah sangat luas serta jumlah
penduduk yang banyak dan sangat heterogen. Sebagai anggota organisasi profesi
di bidang kesehatan, bidan harus berperan aktif dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi dan balita.

2) Angka kematian dan kesakitan bayi


a) Angka kematian bayi (AKB)
Angka kematian (mortalitas) digunakan untuk menggambarkan
pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari mengetahui
angka kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai
ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan
keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya pengobatan yang dilakukan.

Sementara itu yang dimaksud dengan kematian bayi adalah


kematian yang terjadi antara disaat bayi lahir sampai bayi belum tepat
berusia 1 tahun. Jadi, Angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya
kematian bayi berusia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada 1 tahun
tertentu .secara garis besar, ada pula yang membagi kematian bayi menjadi
2 berdasarkan penyebab yaitu:
 Neonatal atau disebut juga kematian bayi endogen adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan. Kematian
bayi neonatal atau bayi baru lahir ini disebabkan oleh faktor-faktor
anak sejak lahir, yang diperoleh orang tuanya disaat konsepsi atau
didapat selama kehamilan.
 Kematian pos natal atau disebut dengan kematian bayi endogen
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai
menjelang usia 1 tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
bertalian dengan pengaruh lingkungan.

b) Angka Kesakitan Bayi


Angka kesakitan (morbiditas) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk karena penyakit tertentu dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun, dan dinyatakan dalam per 100 penduduk kegunaan dari
mengetahui angka kesakitan ini adalah sebagai indikator yang digunakan
untuk menggambarkan pola penyakit tertentu .angka kesakitan bayi adalah
perbandingan antara jumlah penyakit bayi tertentu yang ditemukan di
wilayah tertentu pada kurun waktu 1 tahun dengan jumlah kasus penyakit
bayi tertentu yang ditemukan di suatu wilayah pada kurun waktu yang
sama dikalikan seratus persen.
3) Usaha atau strategi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian neonatal,
bayi dan anak balita:
A. Indikator MDGs ke Empat : Menurunkan Kematian Anak
Dalam MGDs yang telah disepakati para pimpinan dunia, ada 8 tujuan
(GOALs) yang ingin dicapai diantara tahun 1999-2015. Untuk mencapai 8
tujuan MDGs ini harus jelas definisi dan konsep indikator yang akan
digunakan, pada postingan sebelumnya penulis telah memaparkan
pencapaian MDGs untuk penurunan kematian anak di Polewali Mandar.
Namun bagaimana penggunaan indiktornya (terutama definisi dan
konsepnya) belum dijelaskan pada postingan tersebut, berikut penulis
memposting indikator pencapaian MDGs untuk menurunkan angka
kematian anak. Targetnya selama tahun 1990 – 2105 setidaknya dapat
menjadi pedoman untuk daerah lain dalam menurunkan angka kematian
balita sebesar dua per tiganya. Untuk mencapai target ini ada dua indikator
dibuat yaitu:
 Indikator global atau nasional untuk memonitoring pencapaian
Target ke empat yaitu angka kematian balita, angka kematian bayi
dan proporsi campak pada bayi yang telah mencapai usia 1 tahun.
 Indikator lokal untuk memonitoring pencapaian target keempat
yaitu pemantauan terhadap pencapaian target MDGs untuk tingkat
lokal kabupaten/kota dan kecamatan yang dapat dilakukan dengan
indikator proksi tertentu.

Berikut penjelasan kedua (Indikator global dan lokal) indikator


tersebut:

INDIKATOR GLOBAL ATAU NASIONAL UNTUK


MEMONITORING PENURUNAN ANGKA KEMAATIAN ANAK

1) Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan
sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba >
140 sangat tinggi, antara 71 – 140 sedang dan <20 rendah.
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan
hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. AKABA kerap dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk. Mengingat kegiatan registrasi
penduduk di Indonesia belum sempurna sumber data ini belum
dapat dipakai untuk menghitung AKABA. Sebagai gantinya
AKABA dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari
berbagai survei.

2) Angka Kematian Bayi (AKB)


AKB adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Nilai normatif AKB kurang dari 40 sangat sulit
diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong
sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70
tergolong mudah untuk diturunkan. Indikator ini terkait langsung
dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi
sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal
termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih
menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba. Meskipun
target program terkait khusus dengan kematian balita, AKB
relevan dipakai untuk memonitor pencapaian target program
karena mewakili komponen penting pada kematian balita.
Definisi operasional dari angka kematian bayi terdahulu
harus diketahui yaitu pengertian dari “Lahir Mati” yaitu Kelahiran
seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28
minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian
Kematian Bayi yaitu Kematian yang terjadi pada bayi sebelum
mencapai usia satu tahun.

B. Promosi kesehatan dalam Menurunkan Angka Kematian Balita


Masalah kematian balita dengan penyebab tidak langsung faktor
lingkungan dapat dilakukan melalui pengerahan sumber daya yang ada di
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama misalnya puskesmas
melalui peningkatan manajemen kesehatan. Manajemen pelayanan
kesehatan masyarakat adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.
Mengerahkan sumber daya yang ada di tingkat puskesmas untuk terjun di
masyarakat melakukan promosi kesehatan dan memberdayakan komunitas
yang ada di wilayah untuk aktif menjaga lingkungan sekitar. Sejatinya
fokus kesehatan masyarakat adalah komunitas atau masyarakat. Upaya
yang dilakukan oleh puskesmas lebih banyak berorientasi kepada
masyarakat. Dengan demikian program-program promosi kesehatan
kepada masyarakat mestinya banyak dilakukan. Seperti promosi ke
sekolah- sekolah untuk tidak BABS dan cuci tangan memakai sabun.
Promosi juga dilakukan di tingkat komunitas seperti pengajian dengan
materi bahaya BABS, pengelolaan air minum rumah tangga,
pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah
tangga. Upaya tersebut mendukung program STBM. Promosi juga
dilakukan kepada tingkatan keluarga. Keluarga membutuhkan informasi
kesehatan untuk membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan anak.
Dan tidak jarang juga digunakan untuk memutuskan kebiasaan yang sudah
turun menurun yang merugikan kesehatan bayi. Upaya promosi kesehatan
yang dilakukan baik di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, fasilitas
pendidikan seperti sekolah serta langsung ke keluarga dan masyarakat
membuat materi yang disampaikan dapat langsung dimengerti dan
dipahami untuk selanjutnya diimplementasikan oleh masyarakat. Sehingga
dapat terwujud perubahan perilaku di masyarakat yang mendukung hidup
bersih dan sehat. Dengan demikian upaya preventif dan promotif terkait
faktor lingkungan dapat dilakukan melalui pendekatan promosi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai