Dengan Diagnosa
OLEH :
Kelompok 1
Nama Anggota :
1. VIQIH QURNAINI
2. RETNO SURYANINGSIH
3. ANGGER KARNAFALIA
4. RACHMA JUWITA
RUANG NEONATOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segenap
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dan tidak lupa pula shalawat beriring
salam kita panjatkan keharibaan nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, semoga makalah ini
dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepntingan pada
umumnya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………......Hal.4
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………………………Hal. 6
BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………………………Hal.60
BAB IV ANALISIS JURNAL PENDUKUNG………………………………………………….Hal.84
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………Hal.90
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dari persalinan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu (Manuaba, 2013). Bayi prematur salah satu penyebab angka
kematian bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Kejadian bayi prematur masih merupakan persoalan yang harus diperhatikan secara
bersama, bayi prematur berisiko tinggi mengalami mortalitas dan morbiditas pada masa
pertumbuhannya (Nurlaila, et al., 2015). Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 15
juta bayi prematur lahir setiap tahun. Kelahiran prematur berkisar di antara 5-18% dari
keseluruhan angka kelahiran bayi. Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan
Asia Selatan. Di negara berpenghasilan rendah, rata-rata 12% bayi lahir premature
dibandingkan dengan 9% di negara berpenghasilan tinggi. Negara dengan jumlah kelahiran
prematur terbesar yaitu India (3,5 juta), China (1,2 juta), Nigeria (773.600), dan Pakistan
(748.100) dan Indonesia sebanyak (675 ribu) kelahiran (WHO, 2018).
sempurna, sehingga penyesuaian fungsi organ terhadap perubahan kondisi dari intrauterin
ke ekstrauterin sangat sulit bagi bayi. Perubahan kondisi ekstrauterin dapat menimbulkan
stres pada bayi prematur. Respon stres yang dialami pada bayi dapat melalui perubahan
fisiologis seperti frekuensi napas, nadi, perubahan suhu dan respon perilaku bayi. Selain itu,
respon stres akan berdampak terhadap metabolisme sehingga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Wong, et al., 2009). Perawatan bayi prematur pada masa-masa
awal kelahirannya sangat penting karena bayi masih dalam proses beradaptasi dengan
lingkungan.Bayi prematur yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, lebih mudah
mengalami infeksi (Saifuddin, 2012).
4
B. Tujuan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, dkk, 2003). Prematur juga sering
sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai
neonatus imatur. Secara historis, bayi dengan berat badan lahir 2500 gram
atau kurang disebut bayi prematur (Behrman, dkk, 2000). Umumnya kehamilan
disebut cukup bulan bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari
pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari. Sedangkan persalinan yang
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau
Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Sejak tahun 1961 WHO telah
mengganti istilah prematur dengan bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini dilakukan
karena tidak semua bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
6
adalah bayi prematur (Rukiyah & Yulianti, 2012).
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir dengan
masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan usia
3) Borderline premature : 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan matur.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami
bayi prematur misalnya gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia dan daya isap yang
lemah.
Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi tersebut. Banyak
menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam
dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for
gestational age (SGA). Setiap bayi baru lahir (prematur, matur dan post matur)
mungkin saja mempunyai berat yang tidak sesuai dengan masa gestasinya. Gambaran
7
yaitu sebagai berikut:
1) Proportinate IUGR : janin menderita distres yang lama, gangguan pertumbuhan terjadi
panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
2) Disproportinate IUGR : terjadi akibat distres sub akut. Gangguan terjadi beberapa
minggu atau beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan
lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Tanda-
tandanya adalah sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering, keriput dan
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), bayi dengan kelahiran prematur dapat
1. Faktor ibu
5) Ibu yang menderita penyakit seperti penyakit akut dengan gejala panas tinggi (misal:
thypus abdominalis, dan malaria) dan penyakit kronis (misal: TBC, penyakit jantung,
8) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
8
9) Bekerja yang terlalu berat.
2. Faktor Janin
kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom,
3. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin ada faktor lain yaitu faktor plasenta, seperti plasenta
previa dan solusio plasenta, faktor lingkungan, radiasi atau zat-zat beracun, keadaan
sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan, pekerjaan yang melelahkan dan merokok.
1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar.
3) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat
3) Kehamilan kembar.
9
2.1.3 Tanda dan Gejala Bayi Prematur
Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
10. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora dan klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi
11. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
12. Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang.
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah, yaitu sebagai berikut:
2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna.
3) Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada daerah
10
punggung.
6) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan dan testis kadang belum turun.
7) Garis telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.
8)
1) Umur bayi bisa cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi beratnya kurang dari 2500 gram.
11
2.1.4 Pathway Bayi Prematur
Factor ibu:
System System
System Termoregulasi
pencernaan integumen
pernafasan
yang imatur belum sempurna
Kulit lebih
Terjadi
tipis dari bayi
adaptasi suhu
Infeksi , intestinal yang lahir
dari intra uteri
ischemia, immature aterm
Paru terisi ke ekstra
Surfaktan ↓ immune respon
cairan uteri
Per-meabilitas
↑
Paru diisi Dilatasi ireguler Bayi ↑ panas
Ekspansi
oleh O2 dan pada usus(edema tubuh
paru tidak
mendesak mukosa) Penguap-
maksimal
cairan an↑
Pembakaran
keluar paru-
lemak coklat
paru Trauma mucosa
MK: Pola
usus
Nafas tidak
System
efektif Resiko
Kegagalan Infeksi tak termoregulasi
hipotermi
pengeluaran terkontrol mencapai batas
cairan maksimal
itu disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang, sehingga
bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stres dingin atau
metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang
terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen
yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat
berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat
sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih
banyak sehingga bayi dapat bertahan lama pada kondisi tekanan oksigen yang
kurang.
Stres dingin akan direspon oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
13
Kondisi ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
Bayi prematur umunya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup karena
struktur anatomi dan fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti
bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap kesanggupan bayi
untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi
berisiko tinggi lain juga mengalami kesulitan yang sama karena hambatan atau
gangguan pada fungsi anatomi, fisiologi, dan biokimia berhubungan dengan adanya
kelainan atau penyakit yang diderita. Bayi prematur atau imatur tidak dapat
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada
otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai
sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang
relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.
Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan
panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol reflek kapiler kulit juga masih kurang
dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
1) Hipotermia
Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan pengaturan suhu
2) Hipoglikemia
pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL. Gula darah berfungsi sebagai makanan otak
14
dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa kurang, maka dapat
menyebabkan sel-sel saraf di otak mati dan dapat mempengaruhi kecerdasan bayi
kelak. Oleh karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah
3) Hiperglikemia
Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena mendapat cairan
Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, dan
keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta lambungnya yang kecil dan tidak dapat
mengisap.
1) Gangguan imonologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar Ig G maupun gamma
globulin yang rendah. Bayi prematur belum sanggup membentuk antibodi dan daya
Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi cukup bulan pada
umumnya.
imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-
paru.
15
2) Asfiksia
waktu lahir sehingga mengalami asfiksia waktu lahir dan membutuhan resusitasi.
Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum sempurna menyebabkan
5) Retrolental fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan
oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi pada bayi prematur dengan berat
badan kurang dari 2000 gram dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi
1) Masalah perdarahan
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan karena kekurangan
faktor pembekuan darah atau karena faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal
atau menurun.
2) Anemia
Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena disebabkan oleh
supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi janin yang sedikit, serta
bertambah besarnya volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang lebih cepat.
3) Gangguan jantung
Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur adalah patent ductus
ateriosus (PDA) yang menetap sampai bayi berumur 3 hari, terutama pada bayi
dengan penyakit membran hialin. Gangguan jantung lain yang sering terjadi pada bayi
16
prematur adalah
defek septum ventrikel yang sering dialami oleh bayi prematur dengan berat badan
kurang dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu.
Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah
perkembangan, dan kejang. Selain itu, bayi juga dapat mengalami periventricular
leukomalacia (PVL) yaitu kerusakan dan pelunakan materi putih (bagian dalam otak
yang mentransmisikan informasi antara sel-sel saraf dan sumsum tulang belakang,
juga dari satu bagian otak ke bagian otak yang lain) yang biasanya terjadi pada bayi
kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan organ lain pada bayi.
6) Kejang
Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai dengan adanya
tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada
mulut, mata, dan anggota gerak lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa
adanya rangsangan.
7) Hipoglikemia
Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan di bawah normal,
yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah dan tremor, apatis, kejang, lemah,
1) Gangguan eliminasi
Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis metabolik karena ginjal
17
yang imatur baik secara anatomis maupun fisiologis, kerja ginjal yang masih belum
matang, kemampuan membuang sisa metabolisme dan air yang belum sempurna,
2) Distensi abdomen
Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas usus yang
bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang
larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter
3) Gangguan pencernaan
sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih lemah dan kurang baik. Aktifitas otot
kembung karena stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis meconium, dan mega
colon.
4) Gangguan elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan, dan
penyakit bayi. Kebutuhan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensibel, cairan
yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan yang disebabkan oleh keadaan lain.
Pada bayi prematur gangguan elektrolit dipengaruhi oleh kulit bayi yang tipis,
Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur menurut
18
Pada bayi prematur pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lebih lambat
kecepatan berbicara antara bayi prematur dan BBLR dengan bayi cukup bulan dan
berat lahir normal (BLN). Pada bayi prematur dan BBLR kemampuan bicaranya akan
terlambat dibandingkan bayi cukup bulan dengan berat lahir normal sampai usia 6,5
tahun.
Gangguan neurologis yang sering dialami adalah cerebral palsy. Makin kecil usia
kehamilan bayi, maka semakin tinggi resikonya. Gangguan neurologi lain adalah
retardasi mental, MMR (motor mental retardasi) dan kelainan EEG (dengan atau
tanpa epilepsi).
bahwa lebih banyak anak dengan riwayat kelahiran prematur dan BBLR dimasukkan di
sekolah khusus. Namun di negara berkembang sulit untuk menilainya karena faktor
Gangguan ini sekarang dikenal dengan ADD dan ADHD yang termasuk dalam
gangguan neurologi. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan ini lebih banyak terjadi
pada bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari 2041 gram.
Penyakit paru kronis pada bayi prematur dapat disebabkan oleh infeksi,
kebiasaan ibu yang merokok selama kehamilan dan radiasi udara lingkungan.
19
Gangguan penglihatan sering dikeluhkan meskipun telah diberikan terapi
biasanya terjadi pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram dan masa gestasi
struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh bayi saat dilahirkan. Kelainan kongenital
lebih sering ditemukan pada bayi prematur baik SMK maupun KMK, tapi paling tinggi
pada bayi dengan pertumbuhan intrauterin yang terlambat. Kelainan yang sering
ditemukan adalah kelainan celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing), defek tabung
fenilketonuria, sindroma X yang rapuh, distrofi otot, anemia sel sabit, penyakit tay-
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada sepsis.
prenatal/perinatal.
4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2 hari, dan
20
5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal kehidupan.
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna, oleh sebab itu
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
penatalaksanaan umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur dan berat badan
21
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya juga masih rendah, dan permukaan badan yang relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya
dapat sama atau mendekati dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator, bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan
pilihan susu, cara pemberian, dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan
bayi.
3. Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat mudah terserang infeksi, terutama disebabkan oleh infeksi
bayi prematur masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil dan efek sitotoksik limfosit
juga masih rendah serta fungsi imun yang belum berpengalaman. Oleh karena itu bayi
prematur tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
5. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur dan
BBLR akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30%-35% dengan menggunakan head box, karena konsentrasi O2 yang tinggi dalam
waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
22
6. Pengawasan jalan nafas
Terhambatnya jalan nafas dapat mengakibatkan asfiksia dan hipoksia yang akan
berakhir dengan kematian. Bayi prematur dapat berisiko mengalami serangan apneu
dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang
sebelumnya diperoleh dari plasenta. Oleh karena itu, perlu pembersihan jalan nafas
Kebutuhan bayi untuk pertumbuhan yang cepat dan pemeliharaan harian harus
dan menelan sepenuhnya belum baik pada usia kehamilan 36 atau 37 minggu. Reflek
muntah sampai usia kehamilan 36 minggu belum berkembang sehingga mudah terjadi
aspirasi. Reflek mengisap dan menelan pada bayi sudah berkembang tapi masih
lambat dan tidak efektif. Kapasitas lambung sangat terbatas dan mudah mengalami
pengosongan lambung bayi lebih lambat, pengosongan akan lebih cepat pada hari
ketiga dan seterusnya. Sistem enzim pencernaan bayi pada masa kehamilan 28
minggu sudah cukup matur untuk mencerna dan mengabsorbsi protein dan
Pada masa neonatus, nutrisi bayi prematur dan BBLR merupakan kebutuhan
paling besar dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pertumbuhan bayi prematur dan BBLR yang
direfleksikan per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga
23
Pada umumnya bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram, memerlukan
nutrisi parenteral segera sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrisi yang
disusun secara tepat untuk bayi prematur dan berat badan lahir rendah yang
sebanding dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang mendekati kecepatan tumbuh dan komposisi tubuh
janin normal sesuai masa gestasi serta mempertahankan kadar normal nutrisi dalam
Bayi prematur dan BBLR membutuhkan nutrisi yang mengandung beberapa zat
perhitungan yang berbeda dengan bayi cukup bulan pada umumnya. Menurut
1. Energi
Kebutuhan nutrisi pada neonatus diketahui bervariasi menurut berat lahir dan
usia kehamilan. Bayi prematur hanya mempunyai sedikit cadangan energi karena
kurangnya cadangan glikogen di bawah kulit. Kebutuhan energi bayi prematur dibagi
menjadi dua komponen penting yaitu kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh dan
kebutuhan untuk tumbuh. Kebutuhan untuk pemeliharaan fungsi tubuh antara lain
meliputi metabolisme basal, aktivitas otot regular suhu tubuh (spesific dynamic action)
dan ekskresi. Kebutuhan energi untuk tumbuh berhubungan dengan kandungan energi
dari jaringan dan tergantung pada komposisi jaringan baru yang disintesa. Pemberian
20-30 kkal/kgbb/hari.
2. Protein
diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Jumlah kebutuhan protein dihitung
24
berdasarkan estimasi kebutuhan nitrogen pada kehidupan fetus intrauterin. Fetus
fetus matur membutuhkan 150 mg/kgbb/hari. Gambaran ini sama dengan asupan
protein 2,2 gr/kgbb/hari pada neonatus prematur. Pertumbuhan yang meningkat sesuai
mg/kgbb/hari. Pertumbuhan dan retensi nitrogen lebih baik pada pemberian asupan
protein 2,5 gr/kgbb/hari pada bayi prematur. Pemberian yang berlebihan akan
menyebabkan hiperamonemia.
3. Lemak
gram trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yang mengandung 20 gram trigliserida dan
lemak dimulai setelah pemberian dekstrosa dan asam amino dapat ditoleransi dengan
jam setelah pemberian dekstrosa dan asam amino. Untuk perkembangan otak
diperlukan asam lemak rantai panjang seperti asam linoleat dan asam arakhidonat.
Pada bayi prematur dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) sering terjadi
defisiensi asam lemak. Manifestasi klinis defisiensi asam lemak antara lain dermatitis,
pertumbuhan rambut yang buruk, trombositopenia, gagal tumbuh dan mudah terjadi
infeksi. Pemberian infus lemak harus dihentikan jika terjadi sepsis, trombositopenia
4. Karbohidrat
25
mg/kgbb/menit. Ada yang harus diperhatikan dalam pemberian glukosa yang
5. Vitamin
Kebutuhan vitamin dan mineral pada bayi prematur dapat diberikan multivitamin
intravena yaitu MVI-Pediatrics (Armour) yang merupakan gabungan vitamin yang larut
dalam lemak dan air. Sediaan yang hanya larut dalam air yaitu Soluvito-N dapat
dan yang larut dalam lemak yaitu Vitilipid-N dapat ditambahkan pada larutan lemak.
Pemberian vitamin A dapat diberikan sejak awal, karena vitamin A penting untuk
pertumbuhan jaringan, sintesa protein dan kerusakan epitel. Walaupun unsur mineral
Menurut Hidayat (2009), selain beberapa zat di atas bayi juga memerlukan
asam dan basa, dan keseimbangan cairan. Kekurangan natrium dapat menyebabkan
2. Kalium: berfungsi dalam kontraksi otot, hantaran impuls saraf, keseimbangan cairan,
4. Kalsium: berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, serta
menyerap kalsium dari ibu dalam jumlah yang besar. Namun, bayi prematur tidak
melalui tahapan ini sehingga memerlukan tambahan. Kadar kalsium dalam tubuh bayi
26
harus tersedia dengan cukup karena akan mempengaruhi pertumbuhan dan
5. Fosfor: berfungsi sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi.
terjadinya hipokalsemia.
7. Besi: berfungsi dalam pembentukan hemoglobin dalam sel darah merah untuk
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Zat ini juga berperan dalam proses
metabolisme lainnya, seperti perkembangan otak. Akibat masa kehamilan yang lebih
singkat, bayi prematur pun mengalami kekurangan asupan zat besi. Untuk itu, penting
untuk memberikan suplemen harian pada bayi, baik dalam bentuk tetes ataupun susu
8. Seng: seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang
9. Tembaga: berfungsi dalam kesehatan tulang serta perkembangan otak, darah, kulit,
dan rambut. Bayi yang lahir cukup bulan telah mendapat asupan yang cukup selama
trimester ketiga, sehingga penting untuk bayi prematur untuk mendapatkannya melalui
Ada beberapa macam jenis nutrisi yang dapat diberikan pada pada bayi
1. Nutrisi Enteral
Minuman atau makanan terbaik yang diberikan pada bayi adalah ASI. Bila tidak
ada ASI karena ibu sakit, meninggal atau produksi ASI tidak ada, maka diberikan susu
formula khusus bayi prematur atau sesuai anjuran dokter. Minuman pertama yang
dianjurkan untuk diberikan adalah larutan glukosa 5%. Pemberian makanan secara
27
dini yaitu dua jam pertama setelah kelahiran yang berupa glukosa, air susu ibu (ASI)
atau pendamping air susu ibu (PASI) yang dapat mengurangi risiko hipoglikemia,
dehidrasi dan hiperbilirubinemia. Bayi dengan upaya pengisapan yang cukup baik
dapat diberikan nutrisi melalui botol atau menyusu langsung melalui payudara ibu
Minum melalui mulut harus dihentikan pada bayi dengan kegawatan pernapasan,
depresi sistem saraf pusat, imaturitas atau tanda-tanda penyakit serius. Bayi-bayi ini
memerlukan pemberian nutrisi secara parenteral atau melalui sonde untuk memasok
kalori cairan dan elektrolit. Bayi yang mekanisme menelan dan mengisapnya masih
belum cukup baik harus diberikan makanan melalui sonde. Sonde yang biasa
digunakan adalah pipa plastik eksterna yang lunak (French No. 5) yang berdiameter
0,05 cm dengan ujung atraumatis yang bulat. Pipa dimasukkan melalui hidung sampai
ujung bagian
bawahnya berada di dalam lambung. Pipa harus diganti setelah 3-7 hari. Kadang-
kadang bayi mengalami iritasi lokal akibat pemasangan pipa sehingga dapat
menyebabkan sesak atau sekresi di sekitar pipa dalam nasofaring (Behrman, dkk,
2000).
2. Nutrisi Parenteral
Bila pemberian makanan secara enteral untuk masa waktu yang lama tidak
memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup, kalori,
asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada bayi
prematur. Teknik ini telah berhasil menyelamatkan jiwa bayi dengan diare
berkepanjangan. Infus dapat diberikan melalui kateter tetap vena sentral atau melalui
vena perifer (Behrman, dkk, 2000). Pada bayi prematur dengan berat lahir sangat
makanan secara enteral dapat diberikan dengan baik. Pemberian nutrisi parenteral
28
total (NPT) atau nutrisi parenteral parsial (NPP), merupakan sarana penunjang utama
dalam perawatan, dimana 80% unit perawatan intensif memberikan NPT pada minggu
cukup sehingga memungkinkan bayi untuk tumbuh secara optimal. Infus harus
mengandung asam amino sintetik 2,5-3 gr/dL dan glukosa hipertonik 10% sebanyak
10-25 gr/dL sebagai tambahan nutrisi selain elektrolit, mineral renik dan vitamin yang
cukup. Komplikasi yang dapat terjadi dari pemberian nutrisi parenteral atau
intravena adalah sepsis dan komplikasi metabolik meliputi hiperglikemia yang berasal
dari kadar glukosa infus yang tinggi, hipoglikemia akibat penghentian infus yang
karena kadar asam amino tertentu yang tinggi (Behrman, dkk, 2000).
Pemberian nutrisi parenteral total (NPT) dilakukan apabila saluran cerna tidak
nektrotikan, distress pernafasan atau keadaan dimana saluran cerna tidak mampu
melakukan fungsi digestif dan absorbsi. Sebagian besar bayi prematur dilahirkan
dengan usia kehamilan <32 minggu, mereka mempunyai kebutuhan gizi yang khusus
karena cepatnya laju pertumbuhan dan fungsinya yang belum matang. Proses
pemberian nutrisi melalui oral memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama antara
menelan dan penutupan epiglotis serta uvula dari laring maupun saluran hidung, juga
gerak esophagus yang normal. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 29-30
minggu akan mulai mengisap beberapa hari setelah lahir. Koordinasi yang baik antara
mengisap dan menelan biasanya tidak tampak sampai usia kehamilan 33-34 minggu.
Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi prematur sangat penting dan menentukan
keberhasilan tumbuh kembang bayi selanjutnya. Bayi yang mendapat nutrisi yang tidak
adekuat akan mengalami gangguan pertumbuhan otak dan berisiko untuk kerusakan
29
2.2.4 Jumlah Pemberian Nutrisi pada Bayi Prematur
30
Tabel 2.2 Anjuran Masukan Nutrisi Bayi BBLR dan Prematur yang Mendapat Susu
Formula
Nutrisi Kebutuhan (Jumlah/kg BB/Hari)
Natrium 1,3-3,0 mmol
Kalium 2,0-5,0 mmol
Klorida 1,4-3,2 mmol
Kalsium 1,9-5,8 mmol
Fosfor 1,8-4,8 mmol
Magnesium 0,3-0,8 mmol
Besi 30-45 mmol
Seng 9-28 mmol
Tembaga 1,6-3,1 mmol
Mangan 0,04-0,24 mmol
Yodium 0,09-0,58 mmol
Retinol 100-250 mg
Vitamin D 5 mg
Vitamin E > 660 mg
Tiamin 22-413 mg
Riboflavin 66-990 mg
Niacin 0,9-8,3 mg
Vitami B6 39-413 mg
Vitamin B12 > 66 mg
Asam Folat > 66 mg
Asam Pantotan > 330 mg
Vitamin C 8-66 mg
Sumber: Surasmi, dkk (2003).
Prinsip utama pemberian nutrisi pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit,
secara perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan ini berupa glukosa, ASI, atau PASI
31
yang daya isapnya kuat dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut atau
menyusu langsung pada ibu, sedangkan bayi prematur yang belum mampu mengisap
dengan baik, maka pemberian ASI diberikan melalui pipa lambung. Apabila ASI belum
keluar dapat diganti dengan larutan glukosa atau susu formula khusus untuk bayi
prematur sebagai makanan pertamanya dan diberikan secara bertahap sampai jumlah
Pada umumnya bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram pemberian
gerakan mengisap dan menelan. Bila ASI belum keluar, maka nutrisi pertama yang
dianjurkan adalah 1 ml larutan glukosa 5% yang steril untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat badan 1000-1500 gram, dan 5-
10 ml untuk bayi dengan berat badan lebih dari 1500 gram. Bila pemberian pertama
dimulai dengan 1 ml, maka pemberian berikutnya adalah 1 ml setiap jam terutama
dalam 8 jam pertama. Jika selama 8 jam pertama tidak ada masalah, maka pemberian
dilakukan setiap 2 jam dengan kenaikan jumlah sebanyak 2 cc setiap 2 kali pemberian
kesulitan maka pemberian ASI dapat dilanjutkan atau PASI bila ASI belum keluar
1. Menyusu Langsung
Bayi yang reflek mengisap dan menelannya tampak aktif dengan baik dapat
minum dengan cara langsung menyusu pada ibunya. Apabila ASI belum ada atau tidak
ada, bayi sebaiknya tidak menyusu pada ibu karena bayi akan frustasi dan menolak
untuk menyusu. Bayi dapat dicoba menyusu pada ibunya jika berat badan bayi minimal
2000 gram, suhu tubuh bayi dapat stabil jika di luar inkubator, reflek mengisap dan
32
menelan baik, tidak sianosis, tidak menunjukkan adanya gangguan pernapasan
Bayi yang belum atau tidak dapat menyusu pada ibu dapat diberi minum melalui
botol. Dot yang digunakan sebaiknya relatif kuat dan stabil. Lubang dot harus memberi
tetesan atau aliran susu yang lancar tetapi tidak deras. Saat pemberian minum kepala
bayi 30° lebih tinggi dari pada badannya. Bayi prematur dan BBLR minum lebih lambat
dan membutuhkan istirahat yang sering. Jika bayi membutuhkan waktu lebih dari 20
menit untuk menghabiskan jatah satu kali minum, maka pemberian minumnya
diperlukan pertimbangan karena bayi belum cukup kuat untuk minum melalui botol
Bayi dengan masa gestasi 32 minggu atau kurang atau bayi yang berat
badannya kurang dari 1500 gram terlalu lemah untuk mengisap dan
menelan secara efektif. Dalam kondisi tersebut pemberian nutrisi diberikan melalui
pipa atau sonde lambung yang dipasang melalui hidung atau mulut. Pipa lambung
yang dimasukkan melalui hidung lebih mudah untuk difiksasi dari pada melalui mulut.
Ketika memasukkan nutrisi melalui pipa lambung, aliran susu harus mengikuti gaya
gravitasi. Aliran yang terlalu cepat atau disemprotkan akan membuat perut bayi
menjadi buncit, terjadi regurgitasi, aspirasi, dan muntah. Setiap akan memberikan
nutrisi atau susu, cairan lambung harus diaspirasi terlebih dahulu. Apabila yang keluar
melebihi 10% dari jumlah nutrisi yang dimasukkan sebelumnya, maka jumlah nutrisi
yang akan dimasukkan dikurangi sesuai dengan julah cairan aspirat. Contohnya jika
30 cc dan cairan aspiratnya 5 cc, maka cairan aspirat dimasukkan kembali dan
dkk, 2003).
33
4. Cara Pemberian Secara Parenteral
Terdapat dua macam teknik pemberian nutrisi parenteral total (NPT) yang sudah
dikenal luas, yaitu rute perifer dan rute sentral, namun pada bayi ada satu rute lagi
yang bisa diberikan yaitu rute arteri umbilikalis. Pada pemberian melalui rute perifer,
bisa digunakan vena di tungkai atau di kepala. Jalur ini dipilih bila pemberian dalam
waktu singkat atau kurang dari 2 minggu. Osmolalitas cairan yang diberikan tidak tinggi
dan tidak ada pembatasan pemberian cairan. Pada bayi dengan pemberian nutrisi
melalui rute perifer sulit untuk memenuhi kebutuhan kalori karena cairan dibatasi tidak
konsentrasi dekstrosa kurang atau sama dengan 12,5%, sehingga kalori yang dapat
harus digunakan cairan infus dengan konsentrasi yang tinggi dengan risiko osmolalitas
yang tinggi atau lebih dari 1000 mmol osmol/l. Langkah tersebut dapat dilakukan
dengan jalur vena sentral. Untuk mencapai vena sentral dapat dengan cara perkutan
atau dengan cara pemotongan vena. Vena jugularis dan vena subclavia adalah yang
paling sering digunakan. Cara jalur vena melalui vena subclavia tidak dianjurkan pada
bayi karena sering terjadi komplikasi. Perawatan yang teratur dan hati-hati sangat
penting pada pemakaian keteter vena sentral agar terhindar dari komplikasi dan dapat
digunakan dalam jangka panjang. Tidak dibolehkan memberikan selain cairan nutrisi
melalui keteter ini seperti memberikan darah atau mengambil sampel darah (Retayasa,
2007).
Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut hingga ujung kaki,
meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti (Proverawati & Sulistorini, 2010).
34
1. Pengkajian umum pada bayi
mellitus, status sosial ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran
alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar
kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
saat kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada,
besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1
sampai 5.
4. Kardiovaskular
Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-160/menit pada bagian apikal
dengan ritme yang teratur, pada saat kelahiran kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri
35
karena hipertensi atau atelektasis paru. Pengkajian sistem kardiovaskuler dapat
3) Menentukan letak jantung tempat denyut dapat didengarkan, dengan palpasi akan
4) Mendiskripsikan warna kulit bayi, apakah sianosis, pucat pletora, atau ikterus.
6) Mengukur tekanan darah dan mendiskripsikan masa pengisian kapiler perifer (2-3
5. Gastrointestinal
biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek menelan dan mengisap yang lemah, tidak
ada anus dan ketidaknormalan kongenital lain. Pengkajian sistem gastrointestinal pada
mengkilap, eritema pada dinding abdomen, terlihat gerakan peristaltik dan kondisi
umbilikus.
3) Jika bayi menggunakan selang nasogastrik diskripsikan tipe selang pengisap dan
6) Mendiskripsikan warna dan kepekatan feses, dan periksa adanya darah sesuai
7) Mendiskripsikan suara peristaltik usus pada bayi yang sudah mendapatkan makanan.
36
6. Integumen
Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-kuningan,
sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernix caseosa dengan rambut
lanugo di sekujur tubuh, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap, edema yang
menyeluruh atau pada bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek
belum melewati ujung jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali, terdapat
petekie atau ekimosis. Pengkajian sistem integumen pada bayi dapat dilakukan
2) Menentukan tekstur dan turgor kulit apakah kering, halus, atau bernoda.
3) Mendiskripsikan setiap kelainan bawaan pada kulit, seperti tanda lahir, ruam, dan lain-
lain.
7. Muskuloskeletal
Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna
yang masih lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah
dan tidak aktif atau letargik. Pengkajian muskuloskeletal pada bayi dapat dilakukan
8. Neurologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak resisten dan
gerak reflek hanya berkembang sebagian. Reflek menelan, mengisap dan batuk masih
lemah atau tidak efektif, tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata biasanya
37
tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25-26 minggu, suhu
tubuh tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputar- putar
neurologis. Pengkajian neurologis pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mengamati atau memeriksa reflek moro, mengisap, rooting, babinski, plantar, dan
refleks lainnya.
9. Pernapasan
Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 kali/menit dan
diselingi dengan periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal melebar (nasal
terdengar suara gemerisik saat bernapas. Pengkajian sistem pernapasan pada bayi
1) Mendiskripsikan bentuk dada simetris atau tidak, adanya luka dan penyimpangan yang
lain.
2) Mendiskripsikan apakah pada saat bayi bernapas menggunakan otot- otot bantu
subklavikular.
4) Auskultasi suara napas, perhatikan adanya stridor, crackels, mengi, ronki basah,
6) Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi dosis, metode, tipe ventilator, dan ukuran
sebagian tekanan oksigen dan karbondioksida melalui oksigen transkutan (tcPO2) dan
38
10. Perkemihan
Pengkajian sistem pekemihan pada bayi dapat dilakukan dengan cara mengkaji
jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil laboratorium yang ditemukan. Pada bayi
prematur, bayi berkemih 8 jam setelah kelahirandan belum mampu untuk melarutkan
11. Reproduksi
Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia mayora yang belum
berkembang atau belum menutupi labia minora. Pada bayi laki- laki skrotum belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil dan testis belum turun ke dalam
skrotum.
Tangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif dan terdapat tremor.
dapat ditetapkan untuk semua bayi, tetapi diagnosis tertentu ditetapkan sesuai dengan
hasil pengkajian yang ditemukan (bervariasi sesuai kondisi bayi). Masalah yang lazim
muncul atau diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bayi prematur
Perencanaan keperawatan untuk bayi prematur dan bayi berisiko tinggi lainnya
bergantung pada diagnosis masalah kesehatan yang menempatkan bayi pada kondisi
risiko tinggi. Rencana atau intervensi keperawatan pada bayi prematur berdasarkan
39
N SDKI SLKI SIKI
o
a. Observasi
Definisi :
Tujuan : Setelah dilakukan Monitor frekuensi,irama,kedalaman
Kelebihan atau kekurangan tindakan keperawatan 3x24 dan upaya napas
oksigenasi dan atau jam diharapkan pertukaran
Monitor pola napas (mis.
eliminasi karbondioksida gas membaik dengan
bradypnea,takipnea,hiperventilasi,ku
pada membrane alveolus kriteria hasil :
ssmaul,Cheyne-stokes,biot,ataksik)
kapiler
Tingkat kesadaran
Monitor kemampuan batuk efektif
meningkat
Monitor adanya produksi sputum
Penyebab : Dispnea menurun
Monitor adanya sumbatan jalan
1. Ketidakseimbangan Bunyi nafas tambahan
napas
ventilasi-perfusi menurun
40
perlu
2. Diaforesis respiratorik)
7. Asfiksis b. Teraupetik
41
8. Persistent pulmonary Atur posisi kepala 45-60° untuk
hypertension of newborn mencegah aspirasi
(PPHN)
Reposisi pasien setiap 2 jam, jika
9. Prematuritas perlu
c. Kolaborasi
2 Bersihan Jalan Napas Tidak Luaran Utama : 1. Manajemen Jalan Napas (I.01011)
42
Efektif (D.0001) Bersihan Jalan Napas Tindakan
(L.01001)
a. Observasi
9. Respon alergi
43
10. Efek agen c. Edukasi
farmakologis
Anjurkan asupan cairan 2000
(mis.
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
anastesi)
Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
Situasional
Kolaborasi pemberian
1. Merok
bronkodilator, ekkspektoran,
ok
mukolitik, jika perlu
aktif
2. Manajemen Jalan Napas Buatan
2. Merok
(I.01012)
ok
pasif Tindakan
3. Terpaj a. Observasi
an
Monitor posisi selang
poluta
endotrakeal (ETT),
n
terutama setelah mengubah
posisi
44
Gejala dan Tanda Minor ventilasi) sebelum dan setelah
penghisapan
Subjektif :
Berikan volume pre-oksigenasi
1. Dispnea
(bagging atau ventilasi
2. Sulit bicara mekanik) 1,5 kali volume tidal
6. Cedera kepala
7. Stroke
45
8. Kuadriplegia
9. Sisdrom aspirasi
mekonium
Definisi : a. Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan
Inspirasi dan/atau ekspirasi tindakan keperawatan 3x24 Monitor pola napas
yang tidak memberikan jam diharapkan pola napas (frekuensi, kedalaman,
ventilasi adekuat kembali efektif dengan usaha napas)
kriteria hasil :
Monitor bunyi napas
Ventilasi semenit tambahan (mis. gurgling,
Penyebab :
meningkat mengi, wheezing, ronkhi
1. Depresi pusat kering)
Kapasitas vital
pernapasan
meningkat Monitor sputum (jumlah,
2. Hambatan upaya warna,aroma)
Diameter thoraks
napas (mis. nyeri
anterior-posterior b. Teraupetik
saat bernapas,
kelemahan otot Tekanan ekspirasi Pertahankan kepatenan jalan
pernapasan) meningkat napas dengan head-tilt dan
46
cederakepala, ekspirasi menurun Lakukan penghisapan lendir
gangguan kejang) kurang dar 15 detik
Ortopnea
6. Imaturitas neurologi Lakukan hiperoksigenasi
Pernapasan pursed-
sebelum penghisapan
7. Penurunan energi lip menurun
endotrakeal
8. Obesitas Pemapasan cuping
Keluarkan sumbatan benda
9. Posisis tubuh yang hidung menurun
padat dengan forsep McGill
menghambat Frekuensi napas
ekspansi paru Berikan oksigen, jika perlu
membaik
Objektif : Indentifikasi
kemungkinan alergi,
1. Penggunaan otot
interaksi, dan
bantu
kontraindikasi obat
pernapasan
Verifikasi order obat
2. Fase ekspirasi
sesuai dengan indikasi
memanjang
Periksa tanggal
3. Pola napas
kadaluwarsa obat
abnormal (mis.
takipnea, Monitor tanda vital dan
bradipnea, nilai laboratorium
47
hiperventilasi, sebelum pemberian
kussmaul, obat, jika perlu
cheyne-stokes)
Monitor efek teraupetik
obat
at sesuai kebutuhan
48
2. Cedera kepala efektifitas obat
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre
syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia
gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi
alkohol
Definisi : a. Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan
Penurunan sirkulasi darah tindakan keperawatan 3x24 Periksa sirkulasi perifer
pada level kapiler yang jam diharapkan perfusi (mis. nadi perifer, edema,
dapat mengganggu perifer kembali efektif pengisian kapiler, warna,
metabolisme tubuh dengan kriteria hasil : suhu, ankle-brachial
index)
Denyut nadi perifer
meningkat Identifikasi faktor risiko
Penyebab :
gangguan sirkulasi (mis.
Penyembuhan luka
1. Hiperglikemia diabetes, perokok, orang
meningkat
2. Penurunan tua, hipertensi dan kadar
Sensasi meningkat kolesterol tinggi)
konsentrasi
hemoglobin Warna kulit pucat Monitor panas,
3. Peningkatan tekanan menurun kemerahan, nyeri, atau
darah bengkak pada ekstremitas
Edeme perifer
4. Kekurangan volume
49
cairan menurun b. Teraupetik
50
Subjektif : tekanan darah secara teratur
Ambil sampel
51
darah/sputum/pus/jaringan
atau lainnya sesuai protokol
Interprestasikan hasil
pemeriksaan laboratorium
c. Kolaborasi
Definisi : a. Observasi
52
c. Perubahan busuk menurun kondidi luka atau luka operasi
sekresi Ph
Sputum berwarna Anjurkan meningkatkan
d. Penurunan kerja hijau menurun asupan nutrisi
siliaris
Drainase purulen Anjurkan meningkatkan
e. Ketuban pecah menurun asupan cairan
lama
Piuria menurun d. Kolaborasi
f. Ketuban pecah
Periode malaise Kolaborasi pemberian
sebelum
menurun imunisasi, jika perlu
waktunya
Periode menggigil
g. Merokok
menurun
h. Statis cairan
Letargi menurun
tubuh
Kultur feses
Kondisi Klinis Terkait
membaik
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru
obstruktif kronis
53
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi
penggunaan
terapi steroid
7. Penyalahgunaan
obat
8. Ketuban Pecah
Sebelum
Waktunya
(KPSW)
9. Kanker
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
54
kembali klien, memodifikasi rencana asuhan dan menuliskan kembali
rahim. Bayi berisiko tinggi mengalami gangguan pada salah satu atau
atau berat badan lahir rendah sistem organnya belum matur sehingga
karena itu, bayi risiko tinggi seperti bayi prematur sangat membutuhkan
1. Bantuan penapasan.
3. Pencegahan infeksi.
5. Penghematan energi.
6. Perawatan kulit.
7. Pemberian obat.
55
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
2004). Menurut Nursalam (2008), pada tahap evaluasi ini terdiri dari
hasil).
keperawatan diimplementasikan
56
kepada klien dan keluarga.
BAB III
STUDI KASUS
A PENGKAJIAN
57
1. Nama By.Ny. sri Wahyuni
Identitas Tanggal lahir/Usia 10-06-2022
Pasien Jenis Kelamin Perempuan
Nama Ayah / Ibu Tn.Wahyudi/Ny.Sri Wahyuni
Usia Ayah / Ibu 43 tahun/ 37 tahun
Pendidikan Ayah / Ibu SLTA/SLTP
Alamat Kalipare
No MR 11544124
Tanggal MRS 16-07-2022
Tanggal Pengkajian 02-08-2022
Dx Medis 1. Prematur/BBLASR
2. NEC gr II
3. Late onset sepsis
4. Neonatal Pneumonia
5. Gagal nafas
6. Defisiensi Vitamin D
2. Saat MRS Perut membesar
Keluhan
Utama
Saat Pengkajian Bayi Sesak , perut membesar, RR: 96x/menit , Retraksi
dada(+)
3. Riwayat Kesehatan Bayi rujukan dari RS Wava Husada dengan keluhan
Riwayat sekarang perut membesar selama 1 minggu SMRS, 3 hari SMRS
bayi bisa BAB. Perut membesar setiap diberi minum,
bayi sempat di beri sufor BBLR karena ASI ibu belum
keluar.
Saat di RS Wava Husada sempat dipasang CPAP ± 2
minggu, waktu dirujuk tidak sesak.
Tgl.16-07-2022 bayi masuk diruang Perina
keadaan umum lemah, tidak sesak,perut membesar,HR:
136x/menit RR:46x/menit Suhu:36,6⁰C SpO2:96%
Hb: 10,6 g/dl
Tx:
1. IVFD D10% + NaCl 3% 2cc + KCl 7,4% 1cc +
ca.Gluconas 10% 1cc + MgSO4 0,5cc + Fosfat
0,5cc + Aminosteril 10% 25cc 144cc/24jam =
58
6cc/jam
2. IV. Ampicillin Sulbactam 3 x 60mg
IV. gentamicin 1 x 4mg
IV. metronidazole 3 x 7mg
3. P.O. eritromicin 3x2,5mg
P.O. Liprolac 1x3tts
P.O. nistatin 3x1cc
P.O. Prove D3 1x3tts
4. Tranfusi PRC 1x20cc
5. Diit ASI 6x2cc ASI tidak tersedia bay puasa
Tgl.19-07-2022
Keadaan umum lemah. Sesak (+) RR:62x/menit, pasang
o2 Nasal Kanul,perut membesar (+)
Tgl.20-07-2022
Keadaan umum lemah. Kesadaran menurun. Sesak (+).
Desaturasi (+) RR:66x/menit SpO2:46% pasang O2
CPAP PEEP 7cmH2O FiO2 30%, perut membesar (+)
Tgl.21-07-2022
Keadaan umum lemah. Sesak (+). Retraksi dada(+).
RR: 65x/menit SpO2:99%. O2 CPAP(+)
Tgl. 27-07-2022
Keadaan umum lemah. Sesak(+). Retraksi dada(+).
Distended abdomen(+),O2 CPAP PEEP 8cmH2O FiO2
40% pasien dipindah ke NICU
Saat di
k/u bayi sangat lemah. Sesak(+). Retraks dada(+). Perut
distended(+). Terpasang O2 ETT+ ventilator mode CMV
PEEP 7cmH2O FiO2 50%
Saat Pengkajian
keadaan umum bayi lemah. Sesak(+). Retraksi dada (+).
Distended abdomen berkurang
memakai O2 ETT+ventilator mode PSIMV PEEP
7cmH2O Pins 17CmH2O FiO2 50% RR 40X/M Ti 0.45 s
RR pasien 56x/m
Riwayat Kesehatan Pasien lahir secara Spontan di Rs Wava Husada. Usia
yang lalu Kehamilan 27 minggu oleh karena PPI. A-S :1-3-5.
Ketuban: ?
BBL:810gr
59
Riwayat memakai CPAP selama 2 minggu
Riwayat perut membesar selama 1 minggu. Perut
membesar dan muntah setiap diberi minum. Bayi diberi
mnum asi 6x5cc.
Riwayat Kehamilan a. Perawatan Antenatal (ANC) :
√ Teratur (tiap bulan) □ Tidak teratur
b. Tempat Pemeriksaan (ANC) : Bidan
c. Komplikasi kehamilan :
□ Diabetes □ Eklamsi □ Jantung □
Hipertensi
□ Lainnya, sebutkan:
60
□ Menjauh □ Tumpang Tindih
d. Gambaran wajah : √ Simetris □ Asimetris
e. Caput succeddeneum : tidak ada
f. Cephal hematoma : tidak ada
g. Telinga : □Normal √Abnormal ,sebutkan :
Tulang rawan belum terbentuk, pinna masih lengket
h. Hidung : √Simetris □ Asimetris □ Keluaran
√Nafas cuping hidung
□ Lainnya, sebukan ..........................
i. Mata : √Bersih □ Keluaran □ Ikterik
□ Perdarahan
□ Jarak interkantus : 1,2 cm
j. Mulut : □ Bibir sumbing □ Sumbing langit-
langit/palatum √Normal
k. Mukosa Mulut : √ Lembab, terdapat sputum
berlebih □ Kering
Nilai 0 1 2
Frekuensi √ ≤60x/mnt □60-80x/mnt ≥ 80x/mnt
Nafas
(udara
masuk)
Jumlah skor 4
61
Skor 3-6 : Gawat nafas
Skor > 6 : Ancaman gawat nafas
c. Terdapat suara paru ronchi, terdapat sputum
berlebih
Jantung a. Bunyi jantung : √S1 tunggal √S2 normal □
Murmur □ Lain-lain, sebutkan :.........................
b. CRT : >2 dtk
c. Denyut nadi : Frekuensi : 161 x/menit
√Kuat □Lemah
□ Teratur □ Tidak teratur
62
Reflek Moro : positif
Menggenggam : □ Kuat √
Lemah
Menghisap : □ Kuat √Lemah
Rooting : negatif
Babinski : positif
Tonus / Akivitas a. Aktivitas : Aktif √Tenang √Letargi □
Kejang
b. Menangis : □ Keras √Lemah □
Melengking □ Sulit menangis
Pemeriksaan Penunjang
Tgl 26-07-2022 Foto BOF 2 posisi AP/LL
Tampak terpasang OGT dengan ujung distal
setinggi T9
Ke peritoneal fat line : belum tervisualisasi
Kontur hepar/lien : normal
Kontur ren D/S : tertutup udara usus
Psoas line : tertutup udara usus
Distribusi udara usus meningkat: meningkat
disertai dengan dilatasi intestine, penebalan
dinding intestine dan pneumatosis intestinalis
Skeleton : normal, tidak tampak
lesi osteolitik/osteoblasti/garis fraktur
Soft tissue : normal
Kesimpulan :
Suspek NEC grade II dilatasi usus
bertambah
Tgl.27-07-2022 Foto Thoracoabdominal
Cor : ukuran bentuk dan posisi
normal
63
Aorta : tidak tampak elongasi,
dilatasi, kalsifikasi Trachea :
ditengah
Pulmo : corakan vascular normal ,
hillus D/S normal. Tampak infltrat pada
paracardia kanan, parahiler kanan kiri
Sudut costophrenicus D/S: lancip
Hemidiaphragma D/S : Dome shaped
Pre peritoneal fat line : belum
tervisualisasi
Kontur hepar/lien : normal
Kontur ren D/S : tertutup udara
usus
Psoas line : tertutup udara
usus
Dstribusi udara usus : menngkat disertai
dilatasi intestine, penebalan dinding ntestine
dan pneumatosis intestinalis
Skeleton : normal, tidak
tampak osteolitik/osteoblastik/garis fraktur
Soft tissue : normal
Tampak terpasang ETT dengan ujung distal
setinggi T4(±1cm diatas carina)
Tampak terpasang umblical catheter dengan
ujung distal mengarah ke cranial setinggi V.T9
Kesimpulan :
- Pneumonia infliltrat relatif tetap
- Suspek NEC grade II dilatasi usus
berkurang
64
- Saturasi O2 : 86,0 %
- Hb : 10,1 g/dl
- Suhu : 37,0 ⁰C
Tgl.30-07-2022 Hasil pemeriksaan Darah Lengkap
- Hb : 12,2
- Leukosit : 5.050
- Trombosit : 200.000
- Procalcitonin : 0,31
Terapi Medis
Tgl.02-08-2022 - O2 NIV mode SIMV PEEP 7cmH2O
FiO2 50% PIP 17cmH2O RR
50x/menit Ti 0,45 s
- IVFD D20% + NaCl 3% 2cc + KCl
7,4% 1cc + Ca Gluconas 10% 1cc +
MgSO4 0,5cc + Fosfat 0,5cc +
Aminosteril 10% 35cc 4.7cc/jam
- Lipid 20% 15cc/hr
- IV. Amikasin 1x15mg
- IV. Metronidazole 3x7mg
- IV. Fluconazole 1x6mg
- IV. Aminophilin 2x2,5mg
- IV. Paracetamol 4x10mg
- IV. Fentanyl 1mcg/kg.BB/jam
fentanyl 1:1000 (1x0,8x60):1000 =
0,048cc/jam
- PO.Prolac 1x3tts
- PO. Nystatin 3x0,5cc
- PO. Eritromisin 3x2,5mg
- PO. Prove D3 1x3tts
- PO. Feris drop 1x0,2cc
- Tranfusi PRC 10cc (2x) selang 24jam
B ANALISA DATA
65
1 DS:- pCO2 meningkat Gangguan
DO: ↓ pertukaran gas
Bayi sesak dan retraksi dada Hiperventilasi
RR : 96x/menit ↓
SpO2 : 91%
Down score : 4
Foto Thoracoabdominal :
Pneumonia
Hasil laborat analisa gas darah
- pCO2 54,3 mmHg
(meningkat )
- pO2 55,7 mmHg
(menurun)
HR :161 x/menit ↓
HR :161 x/menit ↓
RR : 96x/menit sesak
Tax : 36.7 c
66
SpO2 : 91%
4 DS:- Penurunan konsentrasi Perfusi perifer tidak
DO: hemoglobin efektif
Bayi lemah ↓
Warna kulit pucat Kemampuan mengikat
HR :161 x/menit ↓
67
RR : 96x/menit ventilator
HR :161 x/menit ↓
SpO2 : 91% ↓
Gangguan penyapihan
Down skor : 4
ventilator
Produksi sputum berlebih
Terdapat suara paru ronchi
Foto Thoracoabdominal :
Pneumonia
C DIAGNOSA KEPERAWATAN
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya jalan nafas buatan d.d
• Bayi sesak dan retraksi dada
• RR : 96x/menit
• HR :161 x/menit
• Tax : 36.7 c
• SpO2 : 91%
• Down skor : 4
• Produksi sputum berlebih
• Terdapat suara paru ronchi
• Foto Thoracoabdominal : Pneumonia
3 Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru d.d
68
• Bayi sesak dan retraksi dada
• RR : 96x/menit
• HR :161 x/menit
• Tax : 36.7 c
• SpO2 :91%
• Down skor : 4
• Foto Thoracoabdominal : Pneumonia
4 Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi HB d.d
• Bayi lemah
• Warna kulit pucat
• Konjungtiva anemis
• Hb: 10,1 g/dl
• Turgor kult >2detik
• HR :161 x/menit
• RR : 96x/menit
• Tax : 36.7 c
• SpO2 : 91%
5 Risiko infeksi b.d prematuritas d.d
• Bayi premature dan BBLASR
• BB:850gr
• HR :161 x/menit
• RR : 96x/menit
• Tax : 36.7 c
• SpO2 : 91%
6 Gangguan ventilasi spontan b.d kelemahan otot pernapasan d.d
• Bayi sesak dan retraksi dada
• RR : 96x/menit
• HR :161 x/menit
• Tax : 36.7
• SpO2 : 91%
• Down skor : 4
• Produksi sputum berlebih
• Terdapat suara paru ronchi
• Foto Thoracoabdominal : Pneumonia
69
7 Ganggguan penyapihan ventilator b.d hipersekresi d.d
• Bayi sesak dan retraksi dada
• RR : 96x/menit
• HR :161 x/menit
• Tax : 36.7
• SpO2 : 91%
• Down skor : 4
• Produksi sputum berlebih
• Terdapat suara paru ronchi
• Foto Thoracoabdominal : Pneumonia
C INTERVENSI KEPERAWATAN
70
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
nafas tidak efektif
tindakan keperawatan Observasi
b/d adanya jalan
nafas buatan d.d selama 3x24jam - Monitor pola napas (frekuensi,
• Bayi sesak dan
diharapkan : kedalaman, usaha napas)
retraksi dada
• RR : 96x/menit Produksi - Monitor bunyi napas tambahan
• HR :161 x/menit
sputum - Monitor sputum (warna dan jumlah)
• Tax : 36.7 c
• SpO2 : 91% menurun Teraupetik
• Down skor : 4
• Produksi sputum Dipsnea - Pertahankan kepatenan jalan napas
berlebih menurun - Lakukan penghisapan lender
• Terdapat suara
paru ronchi Pola nafas Kolaborasi
• Foto membaik - Pemberian oksigen
Thoracoabdominal
: Pneumonia - Terapi intravena
71
• Down skor : 4 - Ventilasi - Pertahankan kepatenan jalan nafas
• Foto
semenit - Lakukan penghisapan lendir
Thoracoabdominal
: Pneumonia meningkat Kolaborasi
- Tekanan - Pemberian oksigen
ekspirasi - Terapi intravena
menngkat Manajemen jalan nafas buatan
- Tekanan Observasi
insprasi - Monitor selang endotrakeal (ETT)
menngkat Terapeutik
- Dipsnea - Lakukan perawatan mulut(oral
menurun hygiene)
- Frekuensi Pemberian obat intravena
nafas membaik Observasi
- Kedalaman - Verifikasi order obat sesuai indkasi
nafas - Periksa kadaluarsa obat
membaik(5) - Monitor tanda vital , efek samping obat
Terapeutik
- Lakukan prinsip enam
benar(pasien,obat,dosis,waktu,rute,do
kumentasi)
- Pastikan ketepatan dan kepatenan
kateter intravena.
4 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Pemantauan hasil laborat
efektif b/d
tindakan keperawatan Observasi
penurunan
konsentrasi HB d.d selama 3x24jam - Identifikasi pemeriksaan laboratorium
• Bayi lemah
terjadi peningkatan yang diperlukan
• Warna kulit pucat
• Konjungtiva keadekuatan aliran - Monitor hasil laboratorium yang
anemis
darah distal untuk diperlukan
• Hb: 10,1 g/dl
• Turgor kult >2detik menunjang fungsi - Periksa ksesuaian hasil lab dengan
• HR :161 x/menit
jaringan penampilan klnis pasien
• RR : 96x/menit
• Tax : 36.7 c Dengan kriteria hasi : Terapeutik
• SpO2 : 91%
- Denyut nadi - Interpretasikan hasil pemeriksaan
perifer laboratorium
meningkat Kolaborasi
- Warna kulit - Kolaborasi dengan dokter jika hasil
pucat menurun laboratorium memerlukan intervensi
72
- Akral cukup medis.
membaik
- Turgor kulit
membaik
Malang, Agustus 2022
Ttd Perawat
Kelompok 1
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
73
IV.Aminophilin 2,5mg
IV.Paracetamol 10mg
PO.Liprolac 3gh
PO.Nystatin 0,5cc
PO.Erytromicin 2,5mg
PO.Prove D3 3gtt
PO.Feris drop 0,2cc
12.00 1. Menyeka bayi
2. Melakukan perawatan mulut (oral hygiene)
3. Menjaga kehangatan bayi
4. Menghisap lendir
5. Memberi minum ASIP 5cc per OGT
6. Melakukan positioning
74
CATATAN PERKEMBANGAN
75
O:
- Keadaan umum lemah
- Sesak (+)
- Sianosis (-)
- Kejang (-)
- Demam (-)
- Gerak dan tangis lemah
- Warna kulit pucat
- Produksi sputum (+)
- Tanda-tanda vital:
HR: 160x/menit
RR: 97x/menit via O2 ETT +
ventilator mode PSIMV PEEP
7cmH2O Psuport 12cmH2O FiO2
50%
Suhu : 37⁰C
SpO2: 91%
- Advis dokter :
1. O2 NIV mode PSIMV PEEP 7cmH2O
Psuport 12cmH2O FiO2 50%
2. Ivfd D15% + NaCl 3% 2cc + KCl 7,4%
2cc + Ca.Gluconas 10% 1cc + MgSO4
0,5cc + Fosfat 0,5cc + aminosteril 10%
18cc 4cc/jam
3. IV. Lipid 20% 5cc
4. IV. Fentanyl 1mcg/kg.BB/jam
5. Diit ASI 8x5cc
A : Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Kolaborasi terapi intravena
- Lakukan penghisapan lendir
76
- Lakukan perawatan mulut
I :
Jam.09.00
- Memberi minum ASIP 5cc per OGT
- Memasukkan obat
IV.Amikasin 15mg
IV.Fluconazole 6mg
IV.Aminophilin 2,5mg
IV.Paracetamol 10mg
PO.Liprolac 3gtt
PO.Nystatin 0,5cc
PO.Erytromicin 2,5mg
PO.Prove D3 3gtt
PO.Feris drop 0,2cc
- Mengobservasi tanda-tanda
vital
Jam 10.00
- Melakukan nebul dngan epineprin 1
ampul
Jam.12.00
- Menyeka bayi
- Melakukan oral hygiene
- Menimbang pampers ±34gr
- Melakukan positioning
- Memberi minum ASIP 5cc per OGT
- Terapi baru O2 NIV ganti O2 nasal
canul 2lpm
- Mengobservasi tanda-tanda vital
HR:126x/menit RR:56x/menit
SpO2:96% suhu: 36,5⁰C
03-08-2022 14.00 1,2,3 S:-
O:
- Keadaan umum lemah
- Sesak (+)
- Sianosis (-)
- Kejang (-)
77
- Demam (-)
- Gerak dan tangis lemah
- Warna kulit pucat
- Produksi sputum (+)
- Tanda-tanda vital:
HR: 160x/menit
RR: 97x/menit via O2 ETT +
ventilator mode PSIMV PEEP
7cmH2O Psuport 12cmH2O FiO2
50%
Suhu : 37⁰C
SpO2: 91%
- Advis dokter :
1. O2 NIV mode PSIMV PEEP 7cmH2O
Psuport 12cmH2O FiO2 50%
2. Ivfd D15% + NaCl 3% 2cc + KCl 7,4%
2cc + Ca.Gluconas 10% 1cc + MgSO4
0,5cc + Fosfat 0,5cc + aminosteril 10%
18cc 4cc/jam
3. IV. Lipid 20% 5cc
4. IV. Fentanyl 1mcg/kg.BB/jam
5. Diit ASI 8x5cc
A : Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pemberian oksigen
- Terapi intravena
- Lakukan penghisapan lendir
- Lakukan perawatan mulut
I :
Jam.09.00
- Memberi minum ASIP 5cc per OGT
78
- Memasukkan obat
IV.Paracetamol 10mg
- Mengobservasi tanda-tanda vital
Jam.17.00
- Melakukan nebul dengan epineprin
1ampul
Jam.18.00
- Menyeka bayi
- Melakukan oral hygiene
- Menimbang pampers ±28gr
- Melakukan positioning
- Memberi minum ASIP 5cc per OGT
- Mengobservasi tanda-tanda vital
HR:133x/menit RR:48x/menit
SpO2:93% suhu: 36,7⁰C
Jam.20.00
- Mempertahankan kepatenan jalan
nafas dengan memberikan O2
nasal canul 2lpm sesuai advis
DPJP
79
4-08-2022 08.00 1,2,3 S: -
O:
- k/u lemah
- sesak (-)
- HR : 130x/m
- RR: 48x/menit
- Tax : 36.6⁰C
- SPO2 : 92%,
- Terpasang O2 nasal canul 1lpm
A : Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Pemberian oksigen
- Terapi intravena
- Lakukan penghisapan lendir
- Lakukan perawatan mulut
- Kolaborasi dengan DPJP dalam
pemberian terapi:
I:
- Memonitor pola napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
- Memonitor bunyi napas tambahan
- Mempertahankan kepatenan jalan
napas
- Memberian oksigen O2 NC 1lpm
- Melakukan penghisapan lendir
- Melakukan perawatan mulut
- Melakukan kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian terapi :
Dr.IKA :
1. IFVD D15%+ NaCl 3% 2CC+ KCl
7,4% 1CC + Ca.Gluconas 10%
80
1CC + MgSO4 0.5CC+Fosfor
0.5CC (87cc/hari→ 4cc/jam) GIR :
11
2. IV. Aminosteril 10CC (2gr/kg.BB/hr)
3. IV. Lipid 20% 5cc (1gr/kg.BB/hr)
4. IV. Amikasin 1X15mg
5. IV. Fluconazole 1X6mg
6. IV. Aminophilin 2x2,5mg
7. IV. Paracetamol 4x10mg
8. IV. Fentanyl 1mcg/kg.BB/jam
Dokter bedah anak advis:
- Pertahankan OGT
- Observasi tanda akut abdomen pro
usul pindah perina
- Terapi lain sesuai TS IKA
81
BAB IV
82
bulan
Tempat Penelitian :
Departemen Ilmu Kesehatan Anak,RS Dr Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Isi Jurnal (Abstract) Infeksi jamur sistemik merupakan salah satu penyebab
utama sepsis dan kematian pada neonatus. Neonatus
kurang bulan memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi
jamur sistemik dibandingkan dengan neonatus cukup bulan.
Terdapat beberapa faktor risiko terjadi infeksi jamur sistemik
pada neonatus diantaranya adalah kolonisasi jamur.
Tindakan pencegahan terhadap infeksi jamur pada
neonatus pada prinsipnya sama dengan tindakan
pencegahan infeksi lainnya. Penting dilakukan tindakan
untuk memodifikasi faktor risiko dalam hal ini. Pencegahan
khusus dapat dilakukan dengan memberikan antijamur
seperti nistatin untuk mencegah kolonisasi. Pemberian
terapi profilaksis antijamur terbukti menurunkan angka
kejadian infeksi jamur sistemik. Efek samping, toksisitas,
biaya, dan kemungkinan terbentuknya galur (strain) yang
resisten menjadi hal utama yang harus dipertimbangkan
dalam pemberian terapi profilaksis. Disajikan beberapa
penelitian mengenai pemakaian nistatin sebagai terapi
profilaksis yang telah dilakukan di berbagai negara untuk
menilai efektifitas nistatin oral sebagai terapi profilaksis
infeksi jamur sistemik pada neonatus kurang bulan disertai
contoh kasus. (Sari Pediatri 2010;11(6):420-27). Kata kunci:
nistatin, profilaksis, infeksi jamur sistemik, neonatus
Hasil Jurnal Nistatin oral menjadi pilihan alternatif utama sebagai
profilaksis infeksi jamur sistemik karena sifat yang dimiliki
yaitu bereaksi lokal dan tidak diabsorpsi (sistemik), murah,
mudah diberikan, dan aman, meskipun pemakaiannya
sebagai prosedur rutin masih memerlukan uji klinis lebih
lanjut. Pada contoh kasus pemberian profilaksis nistatin
tidak berhasil karena beberapa kemungkinan seperti
keterlambatan pemberian terapi profilaksis, dosis yang
diberikan relatif rendah dan kondisi pasien dengan banyak
83
faktor risiko untuk terjadinya infeksi jamur sistemik.
Pemakaian flukonazol sebagai profilaksis infeksi jamur
sistemik pada neonatus harus dibatasi pada kelompok risiko
tinggi dengan insidens infeksi jamur sistemik yang tinggi
untuk mencegah terbentuknya galur jamur yang resisten
terhadap flukonazol. Di Indonesia, dengan adanya
keterbatasan jenis antijamur yang tersedia, penggunaan
flukonazol sebagai profilaksis harus dipertimbangkan
dengan lebih hatihati mengingat kemungkinan timbulnya
galur jamur yang resisten dengan flukonazol.
Analisis Berdasarkan Kasus Pemberian Profilaksis jamur berupa Nistatin per oral terbukti
dapat mencegah terjadinya jamur pada By.Ny.Sri Wahyuni
2 Identitas Jurnal Judul Jurnal :
Pemberian Posisi (Positioning) dan Nesting pada
Bayi Prematur: Evaluasi Implementasi Perawatan di
Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Penulis :
Defi Efendi, Dian Sari, Yanti Riyantini, Novardian
Novardian, Dian Anggur, Pipit Lestari
Penerbit :
JKI
Tahun Terbit :
November,2019
Topik :
Positioning pada Neonatus di ruang NICU
Tempat Penelitian :
Faculty of Nursing Universitas Indonesia, Depok
16424, Indonesia 2. Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) Universitas Indonesia Hospital, Depok
16424, Indonesia 3. Prima Nusantara Bukittinggi
Institute of Health Sciences, West Sumatera 26111,
Indonesia 4. Harapan Kita Mother and Child
Hospital, Jakarta 11420, Indonesia 5. Dr. Cipto
Mangunkusumo Hospital, Jakarta 10430, Indonesia
6. Wocare Indonesia, Bogor, West Java 16166,
84
Indonesia
Isi Jurnal (Abstract) Pemberian posisi yang salah dapat meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas. Artikel ini bertujuan untuk
menggali pemberian posisi (positioning) dan nesting pada
bayi prematur di NICU. Penelitian ini berupa studi literatur
tahun 2007-2017, serta pengalaman penulis dalam aplikasi
pemberian posisi dan nest di dua rumah sakit rujukan
nasional dalam lima tahun terakhir. Hasil studi ini
menunjukkan beberapa posisi yang dapat diberikan pada
bayi prematur di antaranya adalah posisi supinasi, lateral
kiri, lateral kanan, pronasi, dan quarter/semi pronasi. Posisi
pronasi dan kuarter/semi pronasi direkomendasikan untuk
bayi prematur dengan Respiratory Distress
Syndrome (RDS). Posisi lateral kanan direkomendasikan
untuk bayi prematur dengan Gastroesofageal reflux (GER).
Posisi supinasi merupakan alternatif terakhir pemberian
posisi pada bayi prematur dengan kontraindikasi posisi
pronasi, kuarter/semi pronasi, dan lateral.
Pembuatan nest dapat dimodifikasi dari potongan beberapa
kain yang digulung. Perawat hendaknya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar mampu memberikan
variasi posisi sesuai kondisi dan indikasi bayi yang dirawat
di NICU.
Hasil Jurnal Posisi pronasi dan quarter/semi-pronasi merupakan posisi
yang direkomendasikan untuk bayi prematur dengan RDS.
Posisi lateral kanan direkomendasikan untuk bayi prematur
dengan GER. Posisi supinasi merupakan alternatif terakhir
pemberian posisi pada bayi prematur dengan kontraindikasi
posisi pronasi, quarter/ semi-pronasi, dan lateral. Perawat
hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
agar mampu memberikan variasi posisi sesuai kondisi dan
indikasi bayi yang di rawat di unit khusus maupun intensif
(HPR, YR, INR)
85
Analisis Berdasarkan Kasus Posisi prone dapat meningkatkan fungsi paru,
meningkatkan fungsi tidur tenang, dan tidur aktif pada bayi
baru lahir. Posisi semi/quarter-prone dapat membantu
stabilisasi frekuensi napas pada bayi prematur yang
menggunakan Ventilasi mekanik. Posisi lateral kiri dapat
digunakan sebagai alternatif perbaikan fungsi paru pada
bayi prematur. Posisi lateral kanan merupakan posisi
alternatif dari posisi pronasi yang terbukti dapat mengurangi
residu lambung. Namun, terdapat terdapat risiko penurunan
cerebral flow pada bayi amat sangat prematur dengan
posisi pronasi.
3 Identitas Jurnal Judul Jurnal :
Anemia, Transfusi Sel Darah Merah, dan
Enterokolitis Nekrotikans
Penulis :
3Akhil Maheshwari MD, 4Ravi M. Patel MD MSc,
dan 5,6Robert D. Christensen MD
Penerbit :
Elsevier.
Tahun Terbit :
2017
Topik :
NEC, anemia, transfusi, sel darah merah, cedera
usus
Tempat Penelitian :
Departemen 1Pediatrics dan 2Molecular Medicine,
Morsani College of Medicine, University of South
Florida, Tampa, FL 33606;
3Departemen Kesehatan Masyarakat dan Keluarga,
Sekolah Tinggi Kesehatan Masyarakat, Universitas
Florida Selatan, Tampa, FL 33606;
4Departemen Pediatri, Fakultas Kedokteran
Universitas Emory, Atlanta, GA 30322; 5Department
of Pediatrics, University of Utah, Salt Lake City, UT
84132 6Intermountain Healthcare Neonatology
Research Program, Intermountain Healthcare, Salt
86
Lake City, UT 84143
Isi Jurnal(abstract) Dalam 15 tahun terakhir, beberapa studi klinis telah
mengidentifikasi hubungan temporal antara transfusi sel
darah merah (RBC) dan necrotizing enterocolitis (NEC).
Dengan beberapa variabilitas, sebagian besar studi ini
menunjukkan bahwa hingga sepertiga dari semua kasus
NEC yang melibatkan bayi berat lahir sangat rendah dapat
terjadi dalam 24-48 jam setelah menerima transfusi sel
darah merah. Ada juga bukti bahwa risiko NEC terkait
transfusi tersebut mungkin lebih tinggi pada bayi yang
ditransfusikan dengan tingkat anemia paling parah. Dalam
artikel ini, kami merangkum bukti klinis yang berkaitan
dengan masalah ini; khususnya, kontribusi transfusi sel
darah merah, dan kontribusi keparahan anemia yang
mendasarinya, terhadap patogenesis jenis NEC yang
berpotensi disebut, "Transfusi/Anemia terkait NEC".
Hasil Jurnal Berdasarkan bukti klinis saat ini, "Transfusi/Anemia terkait
NEC" tampaknya menjadi entitas klinis yang masuk akal.
Namun, ada kebutuhan untuk interpretasi data yang hati-
hati karena penelitian yang melaporkan hubungan ini rentan
terhadap bias dan pengaruh variabel pengganggu atau
penyebab terbalik.64 Ada kebutuhan kritis untuk model
hewan yang relevan dengan perkembangan untuk
menentukan apakah anemia berat atau transfusi sel darah
merah dapat menyebabkan cedera inflamasi pada usus
prematur, atau jika cedera disebabkan oleh interaksi antara
faktor-faktor risiko ini. Kami juga membutuhkan percobaan
besar, prospektif, multi-pusat untuk mengevaluasi efek
transfusi sel darah merah dan anemia pada NEC dan hasil
lainnya, serta manfaat ilmiah dari intervensi seperti
menahan makan sebelum, selama, dan/atau setelah
transfusi sel darah merah. Selain itu, studi klinis dan pra-
klinis untuk memahami interaksi potensial antara anemia
dan transfusi sel darah merah pada hasil NEC diperlukan
untuk memberikan dasar biologis untuk asosiasi
epidemiologi yang dilaporkan. Strategi untuk mengurangi
transfusi sel darah merah, seperti penggunaan eritropoietin
87
rekombinan atau homolog sintetiknya yang bekerja lebih
lama seperti darbepoietin mungkin juga relevan dengan
masalah ini. Pendekatan lain yang berpotensi relevan yang
memerlukan studi tambahan termasuk pengisian oksida
nitrat (NO) dalam sel darah merah yang disimpan sebelum
transfusi atau pemberian NO inhalasi untuk neonatus
berisiko selama transfusi.
Analisis Berdasarkan Kasus Pada bayi premature selama mendapatkan tranfusi PRC
dipuasakan terbukti dapat mencegah tingkat keparahan
NEC(Necrotizing Enterocolistis)
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hsil studi kasus dan analisis jurnal pendukung , maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada bayi premature yang menggunakan ventilasi mekanik positioning(semi/quarter
prone) membantu stabilisasi nafas.
2. Pada bayi premature pemberian profilaksis jamur dapat mencegah terjadinya jamur
sistemik
3. Pada bayi premature yang mendapat tranfusi darah PRC, menghentikan
minum/asupan oral 4jam sebelum tranfusi selama tranfusi dan 4jam setelah tranfusi
terbukti dapat mencegah tingkat keparahan terjadinya NEC(Necrotizing Enterocolitis)
88