Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS DENGAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Disusun oleh :
1. Novia Puspa Andini (202007004)
2. Melinda Agustina (2020070026)

PROGRAM STUDI PROGRAM B SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah memberi rahmad dan

karunia-Nya sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Patologis

Dengan Berat Badan Lahir Rendah” dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi

tugas mata kuliah Maternitas II . Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai target. Makalah ini

masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada

pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah kami dapat memberikan informasi

bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Mojokerto. 24 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II KONSEP DASAR .............................................................................. 3

2.1 Pengertian Bayi BBLR .............................................................................. 3

2.2 Klasifikasi .................................................................................................. 3

2.3 Etiologi ...................................................................................................... 5

2.4 Tanda dan Gejala Bayi BBLR.................................................................... 7

2.5 Patofisiologi ............................................................................................... 8

2.6 Masalah Pada Bayi BBLR.......................................................................... 10

2.7 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 12

2.8 Penatalaksanaan Bayi BBLR...................................................................... 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 14


3.1 Pengkajian ................................................................................................. 14
3.2 Diagnosa ................................................................................................... 16
3.3 Intervensi .................................................................................................. 17
3.4 Implementasi .............................................................................................. 19
3.5 Evaluasi ...................................................................................................... 19
3.6 ASKEP Kasus ............................................................................................ 20
BAB Daftar Pustaka ........................................................................................ 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram

dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi < 37 minggu (Marmi

dan Rahardjo, 2014) Menurut adat Jawa bayi premature disebabkan karena ibu melanggar

pantangan-pantangan makanan yang dilarang oleh orang tuanya. Seperti ibu hamil dilarang

makan jantung pisang atau ontong. Ibu hamil dalam adat Jawa dilarang mengkonsumsi

jantung pisang atau ontong karena dikhawatirkan janinnya akan menyusut ukurannya seiring

bejalannya waktu sama seperti jantung pisang atau ontong. Serta adanya pantangan mandi

pada larut malam. Ibu hamil dalam masyarakat Jawa juga pantang untuk mandi pada larut

malam. Mereka umumnya harus sudah mandi pada sore hari. Meski secara medis tidak ada

hubungannya sama sekali, hal ini di percaya untuk mencegah janin yang ada dalam

kandungannya menyusut dan lahir premature (Retno, 2016).

Menurut World Health Organization(WHO 2018) melaporkan,bayi dengan berat lahir

rendah berkontribusi 80% dari kematian neonatus lebih besar dari bayi dengan berat normal.

Di Asia Tenggara pada tahun 2015-2016 tertinggi di Philipina 20%, menyusul kemudian

Myanmar 15% dan Laos 14%, sedangakan yang terendah di Singapura 8%, menyusul

kemudian Thailand dan Vietnam sebesar 9% sedangkan Indonesia kejadian bayi berat lahir

rendah yaitu 7,5% (Anonim, 2016). Di Indonesia, angaka kejadian Bayi BBLR pada tahun

2015 yaitu 14% atau 710.000 dari 5 juta bayi lahir pertahun. Sedangakan menurut survei

demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2016 terdapat 7,5% atau 355.000 bayi lahir dengan

BBLR.(Depkes, 2016).

1
Usia kehamilan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir

rendah, wanita dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu memiliki resiko

bayi BBLR namun dengan persalinan cukup bulan juga memiliki resiko bayi BBLR

(Leanardo, 2015). Penyebab terjadinya BBLR secara umum yaitu bersifat multifaktorial,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan namun

penyebab ini terbanyak terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur, semakin muda usia

kehamilan maka semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi. Ada

beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor genetik atau

kromosom yang di tandai dengan infeksi ,bahan toksik, radiasi, isufidiensi/disfungsi plasenta

serta faktor nutrisi, dan faktor lainnya seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat saat

hamil, plasenta previa, kehamilan ganda dan obat-obatan. Tanda-tanda yang ditemukan

sebelum bayi lahir pada anemnesa sering di jumpai adanya riwayat abotrus partus prematurus

dan lahir mati serta pergerakan janin pertama lebih lambat walupun kehamilannya sudah

agak lanjut lalu adanya pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dan

pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Gejala klinis

setelah bayi lahir adalah bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin kemudian bayi

prematur yang lahir sebelum kematian 37 minggu dan bayi prematur (Nuratif, 2015).

Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat sangat penting dalam aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2
BAB II
KONSEP DASAR

1.1 Pengertian Bayi BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR jugaterdapatpada

PedomanPemantauan Wilayah Setempat (PWS)gizi.Dalam pedomantersebut bayi berat lahir

rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir

atau sampai hari ke tujuh setelah lahir. (Putra, R, 2012)

BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi

terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR di bedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR

karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 mingggu) atau BBLR karena intrauterin

retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat bayi kurang untuk usianya (Dep Kes

RI, 2010)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari

2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir

dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016)

1.2 Klasifikasi

Bayi yang termasuk pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi berikut ini:

1. Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NBK SMK) yaitu bayi yang lahir

premature dengan berat lahir sesuai usia kehamilan.

2. Neonates kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB KMK) yaitu bayi yang lahir

premature dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia kehamilan.

3. Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK) yaitu bayi yang lahir

dengan usia hamil cukup bulan dan berat badan kurang dari normal. (Dewi,2010)
3
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan bayi

BBLR, yaitu:

a. Menurut harapan hidupnya:

1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500

gram

2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir

<1.500 gram

3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir

<1.000 gram

b. Menurut masa gestasinya:

1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa disebut neonatus

kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.

2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan

kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

3) Menurut Renfield dalam Maryunani (2013) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama dimana

gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum

bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang

4
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang

sebenarnya.

b) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub akut

gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.

(Proverawati, 2012)

1.3 Etiologi

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berikut ini faktor-faktor yang berhubungan

dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Ibu

1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat, pendarahan ante partum,

hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung

kemih dan ginjal) dan menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS, TORCH

2) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih

dari 35 tahun

3) Kehamilan ganda (multi gravida)

4) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek

5) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

b. Keadaan Sosial Ekonomi

1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah

2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat

3) Keadaan gizi yang kurang baik

4) Pengawasan antenatal yang kurang

5
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang

ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

c. Sebab Lain

1) Ibu perokok

2) Ibu peminum alkohol

3) Ibu pecandu obat narkotik

4) Penggunaan obat antimetabolik

d. Faktor Janin

1) Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)

2) Infeksi janin kronik

3) Disautonomia familial

4) Radiasi

5) Kehamilan ganda/kembar (Gameli)

6) Aplasia pancreas

e. Faktor Plasenta

1) Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya

2) Luas permukaan berkurang

3) Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)

4) Infark

5) Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)

6) Plasenta yang lepas

7) Sindrom plasenta yang lepas

6
f. Faktor Lingkungan

1) Bertempat tinggal di daratan tinggi

2) Terkena radiasi

3) Terpapar zat beracun (Proverawati, 2012)

1.4 Tanda dan Gejala Bayi BBLR

Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan rendah

mempunyai ciri-ciri:

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram

c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan atau

kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

d. Rambut lanugo masih banyak

e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus

h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris

menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan

rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)

i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah

k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak

masih kurang

l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati, 2012)

7
1.5 Patofisiologi

Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor

janin, faktor plasenta dan faktor lingkungan (Maternity, Anjani, & Evrianasari, 2016) di

mana faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir kurang dari 2500 gram (Atikah,

2010).

Pada BBLR mudah sekali kehilangan panas karena ketidakmampuan dalam

mempertahankan panas dan produksi panas terbatas yang disebabkan pertumbuhan otot yang

masih dalam perkembangan (Sukarni & Sudarti, 2014). Jaringan lemak subkutan yang

kurang dan belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh serta luasnya permukaan

tubuh lebih luas dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas dan mudah

terjadi kerusakan integritas kulit (Pantiawati, 2010)

Pada BBLR dapat terjadi kesulitan bernafas karena sistem pernafasan yang belum

sempurna. Kurangnya surfaktan zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru

(Hevrialni, 2012). Selain itu pada BBLR umumnya saluran pencernaan belum berfungsi

dengan sempurna. Hal ini diakibatkan dengan tidak adanya reflek menghisap dan menelan

sehingga mengakibatkan cadangan nutrisi yang kurang dan tidak efektifnya pemberian ASI

maka akan terjadi pengosongan lambung yang menyebabkan distensi abdomen. Sehingga

bayi tersebut muntah dan terjadi hipovolemia (Tando, 2016).

Pada BBLR sangat mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,

kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryunani

8
& Sari, 2013) dan belum matangnya fungsi hati yang berkurangnya enzim glukorinil

sehingga konjugasi bilirubin tidak sempurna dan dapat mengakibatkan ikterus neonatus

(Pantiawati, 2010)

9
(Atikah, 2010)

1.6 Masalah Pada Bayi BBLR

Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah

(BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi

tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,

susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.

a. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah

lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan

(zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli,

sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Sistem pernafasan yang kecil,

kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah

atau tidak adanya gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal – hal

inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat

nafas (distress pernafasan).

b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf

pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah

yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.

Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada

sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan

kekurangan perfusi.

10
c. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu

paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra

uterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.

d. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang

cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap

dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi

seperti, kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.

e. Sistem Termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak stabil, yang

disebabkan antara lain :

1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan

lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas).

2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat ).

3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.

4) tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

f. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila

dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:

1) Usia sel darah merahnya lebih pendek

2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang

11
sering.

g. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali

memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.

h. Sistem Perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana

ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,

elektrolit asam-basa tidak mampu mengeluarkan hasil metabolism dan obat-obatan

dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urine.

i. Sistem Integument

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan

sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

j. Sistem Pengelihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang

disebabkan karena ketidakmatangan retina. (Maryunani, 2009)

1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari

pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

2. Hematokrit (Ht): 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,

penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).

3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau

hemolysis berlebihan).

12
4. bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada

hari ke 3-5 hari.

5. Destrisix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiaran rata-rata 40-

50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada awalnya.

7. Pemeriksaan analisa gas darah (Amin Huda Nurarif, 2015)

1.8 Penatalaksanaan Bayi BBLR

1. Mempertahankan suhu tubuh ketat, BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu

suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.

2. Pengawasan nutrisi (ASI). Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh sesbab itu

pemberian nutrisi dilakukan dengan cepat.

3. Pencegahan infeksi dengan ketat, BBLR sangat rentan dengan infeksi, Mempertahankan

prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

4. Penimbangan berat badan. Perubagan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan

erat kaitannya degan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan

ketat.

5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan

suhu tubuh tetap hangat

6. Kepala bayi dipakaikan topi, beri oksigen bila perlu.

7. Tali pusat dalam keadaan bersih.

8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian asi. (Amin Huda Nurarif, 2015)

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia 35 tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu

pendek (kurang dari 1 tahun) juga mempengaruhi terjadinya BBLR (Depkes RI,

2010).

3.1.2 Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

Keluhan utama didapatkan setelah bayi lahir dengan berat badan sama dengan

atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Apa yang dirasakan klien sampai di rawat di RS.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi

belakang kaki atau sungsang.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, nayi terlihat

kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 gram, dan tangisan

masih lemah

14
2. Sirkulasi

Nadi apical cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).

Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus

paten (Ida, 2010).

3. Makanan/cairan

Berat badan kurang 2500 gram

4. Neuroensori

Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar

dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel

mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata

mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia

gestasi, rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks

untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi

minggu ke 32, komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari

ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28,

komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak

pada gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi

antara minggu 24 dan 37

5. Pernafasan

Skor APGARrendah. Pernafasan dangkal, tidak teratur; pernafasan

diafragmatik intermiten atau periodic(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan

cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat

sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan

15
adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

6. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis lemah. Wajah memar, ada kaput

suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna merah.

muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara

luas diseluruh tubuh. Ekstremitas tampak edema. Garis telapak kaki tidak ada

pada semua atau sebagian telapak. Kuku pendek.

7. Seksualitas

Genetalia: Labia minora wanita lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris

menonjol; testis pria tidak turun, rugae banyak atau tidak ada pada skrotum

(IDAI, 2010).

3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan pada BBLR menurut buku SDKI (2017)meliputi:

a. Hipotermia b.d berat badan ekstriem

b. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi

c. Risiko Infeksi b.d Malnutrisi

16
3.3 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Tujuan Tindakan

1 Hipotermia b.d berat badan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :

ekstriem keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab hipotermia

hipotermi tubuh stabil, dengan 2. Monitor suhu tubuh

kriteria hasil: 3. Monitor komplokasi akibat hipotermia

1. Suhu tubuh normal 36oC-37,5°C 4. Teraupetik,Atur suhu inkubator sesuai

2. Akral hangat indikasi

3. Bayi tidak menggigil 5. Hindarkan bayi kontak langsung dengan

4. Tidak ada perubahan warna sumber dingin/panas

6. Ganti popok bila basah

2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :

ketidakmampuan mengabsorsi keperawatan selama 3x24 kebutuhan 1. Identifikasi penyebab hipotermia

nutrisi nutrisi terpenuhi, dengan kriteria 2. Monitor suhu tubuh

hasil: 3. Monitor komplokasi akibat hipotermia

4. Teraupetik,Atur suhu inkubator sesuai

17
1. BB seimbang 2500-3500 gram indikasi

2. Reflek hisap kuat 5. Hindarkan bayi kontak langsung dengan

3. Intake nutrisi adekuat sumber dingin/panas

6. Ganti popok bila basah

3 Risiko Infeksi b.d Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi D.0142:

keperawatan selama 3x24 jam tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi : suhu, lekosit

terjadi infeksi, dengan kriteria hasil: 2. Penurunan BB

1. Bayi baru lahir 3. Batasi jumlah pengunjung

2. Tidak ada tanda tanda infeksi 4. Gunakan teknik aseptik selama berinteraksi

3. Tidak ada hipotermia dengan klien

4. Jumlah lekosit dalam batas normal 5. Bersihkan inkubator secara berkala

5. Suhu stabil 6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan klien

7. Kolaborasi pemberian imunisasi bila perlu

18
3.3 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dan masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan klien yang

lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005)

3.4 Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan untuk tujuan

yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005)

19
3.4 ASKEP Kasus

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Juni 2021 jam 09:00 WIB

1. Identitas klien

Nama inisial klien : Bayi Ny. E

Umur : 10 hari

Alamat : Tanjung Raja

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan :-

2. Identitas penanggungjawab

Nama : Ny.E

Umur : 30 tahun

Agama : Islam

Alamat : Tanjung Raja

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

3. Riwayat kesehatan sekarang

Bayi dirawat di inkubator, tangisan bayi lemah, gerakan lemah, refleks mengisap

belum ada, berat badan 1800 gram, suhu 35oC, panjamg badan 43cm, lingkar kepala

30cm, lingkar dada 28cm

20
4. Keluhan utama saat pengkajian

Bayi berat lahir rendah {BBLR}, berat badan 1800 gram

B. Pengkajian Keperawatan

1. Penampilan umum

Bayi menanggis, Akral teraba dingin

Riwayat penyakit : tidak memiliki riwayat penyakit

Riwayat pembedahan : tidak memiliki riwayat pembedahan

Tanda vital : Nadi :125x/menit Pernafasan :48x/menit

Suhu tubuh :35oC Berat badan :1800 gr

2. Pengkajian respirasi

Tidak ada sputum berlebih, tidak ada suara nafas tambahan – wheezing, - ronchi, tidak

terdapat penggunaan ototbantu pernafasan, tidak terdapat masalah pada pengkajian

respirasi.

3. Pengkajian sirkulasi

Tidak ada pendarahan, tidak terdapat masalah pada pengkajian sirkulasi.

4. Pengkajian nutrisi dan cairan

Bayi mengalami penurunan BB kurang lebih 10% BB normal, Bayi tidak menyusu ASI

(air susu ibu), bayi sering menangis, waktu menyusui lama, bayi tidak menolak jika

diberi susu, bayi tidak memiliki pola menyusui yang teratur, reflek menghisap bayi

lemah, bayi diet susu S26/ 3jam, melalui dot terkadang pemberian melalui selang OGT

5. Pengkajian eliminasi

Bayi BAK dan BAB di popoknya, bayi menangis jika popoknya basah, bayi BAB dengan

fases berwarna kuning tidak keras dan tidak cair namun lembek, berbau khas

21
6. Pengkajian aktivitas dan istirahat

Bayi tidur tidak menentu dan bangun tidak menentu, bayi belum bergerak aktif

7. Pengkajian Keamanan

Saat pengkajian keamanan tidak ditemukannya cedera serius pada tubuh bayi,terdapat luka

pada punggung tangan bayi akibat tusukan infus, pada saat pemeriksaan fisik tidak

ditemukan cedera lain.

8. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan

BB bayi lahir 2200, BB saat pengkajian 1800 usia bayi 19 hari, panjang badan 43cm,

lingkar kepala 30cm, lingkar dada 28cm,Bayi menangis, bayi menggerakkan

tanggannya meskipun tidak sering, bayi menangis ketika lapar dan popoknya basah,

reflek menghisap lemah.

9. Pengkajian bayi

a. Riwayat kehamilan dan persalinan

Umur kehamilan 35minggu, jenis persalinan spontan, nilai APGAR6, BB saat

lahir2200gram, usia ibu saat kehamilan 30 tahun, kehamilan direncanakan, ibu

tidak mengalami infeksi saat kehamilan.

b. Pengkajian penyakit

Diagnosa medis: Berat bayi lahir rendah (BBLR)

c. Pengkajian prosedur

Prosedur perawatan / medis yang dilakukan terhadap klienterpasang infus, pemberian

susu BBLR melalui selang OGT yang terpasang, perawatan inkubator.

22
10. Pengobatan

Aminopilin oral 2x5mg/12jam, Omeprazol oral 1x1mg/24jam, Chloramphenicol tetes

mata dan telinga (antibiotic) 2tetes ods/8jam,obat mata Cendo LFX 1tetes/3jam, cairan

infus d5, diit susu S26/60cc/kgBB/hari.

11. Data Fokus

Data Subyektif Data Obyektif


Bayi Menangis Suhu tubuh 35oC
BB lahir 2200 gram
BB sekarang 1800gram
Panjang badan 43 cm
Lingkar kepala 30 cm
Lingkar dada 28 cm
Warna tubuh kekuningan
Reflek hisap lemah
Akral teraba dingin
Terpasang infus d5
Perawatan dalam incubator
Aminopilin oral 2x5mg/12jam
Omeprazol oral 1x1mg/24jam
Chloramphenicol tetes mata dan telinga
(antibiotic) 2tetes ods/8jam
Obat mata Cendo LFX 1tetes/3jam
Cairan infus d5
Diit susu S26/60cc/kgBB/hari

23
12. Analisa Data

No Data Problem Etiologi


1 DS : - Hipotermi Berat Badan Ekstrim
DO :
a. Akral dingin
b. Suhu tubuh 35°C
c. Pernafasan 48x/menit
d. Nadi 125 x / menit
e. Perawatan dalam incubator
2 DS : Bayi menangis Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
DO : mengabsobsi nutrisi
a. Terpasang selang OGT
b. Reflek hisap lemah
c. BB saat pengkajian 1800
gram
d. PB 43cm
e. LK 30cm
f. LD 28cm
g. Membaran mukosa pucat
h. Terpasang infus D5%
3 DS : Resiko Infeksi Malnutrisi
DO :
suhu : 35 C
BB 1800 gram
Terpasang peralatan invasif :
- Infus
- OGT

24
C. Diagnosa Keperawatan

1. Hipotermia berhubungan dengan berat badan ekstriemditandai dengansuhu 35oC, kulit

teraba dingin

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsikan nutrisi ditandai

denganberat badan menurun, membran mukosa pucat, reflek hisap lemah

3. Risiko Infeksi berhubungan dengan Malnutrisi

25
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

Tujuan (PPNI, 2019) Tindakan (PPNI & DPP, 2018)

1 Hipotermia b.d berat badan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :

ekstriem keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab hipotermia

hipotermi tubuh stabil, dengan 2. Monitor suhu tubuh

kriteria hasil: 3. Monitor komplokasi akibat hipotermia

1. Suhu tubuh normal 36oC-37,5°C 4. Teraupetik,Atur suhu inkubator sesuai

2. Akral hangat indikasi

3. Bayi tidak menggigil 5. Hindarkan bayi kontak langsung dengan

4. Tidak ada perubahan warna sumber dingin/panas

6. Ganti popok bila basah

2 Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :

ketidakmampuan mengabsorsi keperawatan selama 3x24 kebutuhan 1. Identifikasi penyebab hipotermia

nutrisi nutrisi terpenuhi, dengan kriteria 2. Monitor suhu tubuh

hasil: 3. Monitor komplokasi akibat hipotermia

4. Teraupetik,Atur suhu inkubator sesuai

26
1. BB seimbang 2500-3500 gram indikasi

2. Reflek hisap kuat 5. Hindarkan bayi kontak langsung dengan

3. Intake nutrisi adekuat sumber dingin/panas

6. Ganti popok bila basah

3 Risiko Infeksi b.d Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi D.0142:

keperawatan selama 3x24 jam tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi : suhu, lekosit

terjadi infeksi, dengan kriteria hasil: 2. Penurunan BB

1. Bayi baru lahir 3. Batasi jumlah pengunjung

2. Tidak ada tanda tanda infeksi 4. Gunakan teknik aseptik selama berinteraksi

3. Tidak ada hipotermia dengan klien

4. Jumlah lekosit dalam batas normal 5. Bersihkan inkubator secara berkala

5. Suhu stabil 6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan klien

7. Kolaborasi pemberian imunisasi bila perlu

D. Implementasi dan Evaluasi

27
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 23 juni 2021 Hipotermia b.d Jam:09:00 WIB Jam : 11:30 WIB
berat badan a. Mencari penyebab hipotermia
ekstriem (seperti: faktor lingkungan, faktor S: bayi menangis
penyakit)
b. Memonitor tanda dan gejala O:

hipotermia ( akral teraba dingin, a. suhu:35oC

sianosis, suhu dibawah 36 C) b. akral teraba dingin


c. bayi dalam inkubator dengan suhu
Jam: 09:30 WIB 37oC
a. Menyediakan lingkungan yang d. Bayi menggigil
hangatdengan suhu ruangan diatas e. BB:1800 gram RR: 56x/menit N:
30C 135 x/menit
b. Mengatur suhu inkubator sesuai
indikasi A: Hipotermi belum teratasi

Jam : 10 : 30 WIB P: Lanjutkan intervensi


a. monitor suhu tubuh
a. Menghindari bayi kontak langsung b. sediakan lingkungan yang hangat
dengan sumber dingin/panas c. ganti popok bila basah
(mengganti popok bila basah)
b. Lakukan penghangatan aktif
eksternal(perawatan metode

28
kangguru) dilakukan pada hari
pertama oleh ayahnya diruang
neonatus selama 30menit
Defisit Nutrisi b.d Jam : 10: 00 Jam : 10:15 WIB
ketidakmampuan
mengabsorsi nutrisi a. Mencatat status nutrisi S:Klien menangis
b. Memantau BB klien
c. Memberikan makanan/susu O: Terpasang selang OGT
melalui oral (OGT untuk a. reflek hisap dan menelan lemah
mengeluarkan gas atau cairan dalam b. BB: 1800 gram
lambung) c. PB 43cm
d. Memantau reflek hisap d. LK 30 cm
e. LD 28 cm

A: defisit nutrisi belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
a. Monitor BB klien
b. Memantau reflek hisap Kolaborasi
dalam pemberian terapi
Risiko Infeksi b.d Jam : 11:00 WIB Jam: 12:00 WIB
Malnutrisi

29
a. Memantau kelainan warna kulit S: Klien menangis
b. Memonitor hasil laboraatorium
c. Dokumentasikan hasil pemantauan O: BB: 1800 gram S: 35oC
d. Mengatur suhu a. terpasang selang OGT
lingkungan(inkubator) b. telah mendapat imunisasi hepatitis B
e. Menyediakan tempat tidur dan dan polio
lingkungan yang nyaman f. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak A: Risiko infeksi belum teratasi

dengan klien
P: lanjutkan intervensi
a. kaji adanya tanda-tanda infeksi
b. cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien
c. monitor tanda vital
d. Bersikan inkubator

30
Daftar Pustaka

Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN

DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC (O. Yudha, Budi (ed.); Edisi Revi). Mediaction

Jogja.

Arief dan Weni. (2016). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Nuha Offset.

Atikah, P. dan I. C. (2010). BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika.

Maryunani, A. dan N. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Trans

Info Media.

Pantiawati. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat badan Lahir Rendah). Nuha Medika.

PPNI, & DPP, T. Po. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi1.

PPNI, T. P. S. D. (2019). STANDART LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA DEFINIS DAN

KRITERIA HASIL KEPERAWATAN (Cetakan II). DPP PPNI.

Proverawati, A. & S. (2012). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi dengan ASUHAN

PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Nuha Medika.

Putra, R, S. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan. D-

Medika.

31

Anda mungkin juga menyukai