KEPERAWATAN MATERNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS DENGAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Disusun oleh :
1. Novia Puspa Andini (202007004)
2. Melinda Agustina (2020070026)
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah memberi rahmad dan
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir Patologis
Dengan Berat Badan Lahir Rendah” dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Maternitas II . Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai target. Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah kami dapat memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi < 37 minggu (Marmi
dan Rahardjo, 2014) Menurut adat Jawa bayi premature disebabkan karena ibu melanggar
pantangan-pantangan makanan yang dilarang oleh orang tuanya. Seperti ibu hamil dilarang
makan jantung pisang atau ontong. Ibu hamil dalam adat Jawa dilarang mengkonsumsi
jantung pisang atau ontong karena dikhawatirkan janinnya akan menyusut ukurannya seiring
bejalannya waktu sama seperti jantung pisang atau ontong. Serta adanya pantangan mandi
pada larut malam. Ibu hamil dalam masyarakat Jawa juga pantang untuk mandi pada larut
malam. Mereka umumnya harus sudah mandi pada sore hari. Meski secara medis tidak ada
hubungannya sama sekali, hal ini di percaya untuk mencegah janin yang ada dalam
rendah berkontribusi 80% dari kematian neonatus lebih besar dari bayi dengan berat normal.
Di Asia Tenggara pada tahun 2015-2016 tertinggi di Philipina 20%, menyusul kemudian
Myanmar 15% dan Laos 14%, sedangakan yang terendah di Singapura 8%, menyusul
kemudian Thailand dan Vietnam sebesar 9% sedangkan Indonesia kejadian bayi berat lahir
rendah yaitu 7,5% (Anonim, 2016). Di Indonesia, angaka kejadian Bayi BBLR pada tahun
2015 yaitu 14% atau 710.000 dari 5 juta bayi lahir pertahun. Sedangakan menurut survei
demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2016 terdapat 7,5% atau 355.000 bayi lahir dengan
BBLR.(Depkes, 2016).
1
Usia kehamilan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi lahir dengan berat bayi lahir
rendah, wanita dengan persalinan preterm umur kehamilan 34-36 minggu memiliki resiko
bayi BBLR namun dengan persalinan cukup bulan juga memiliki resiko bayi BBLR
(Leanardo, 2015). Penyebab terjadinya BBLR secara umum yaitu bersifat multifaktorial,
penyebab ini terbanyak terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur, semakin muda usia
kehamilan maka semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang terjadi. Ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu faktor genetik atau
kromosom yang di tandai dengan infeksi ,bahan toksik, radiasi, isufidiensi/disfungsi plasenta
serta faktor nutrisi, dan faktor lainnya seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat saat
hamil, plasenta previa, kehamilan ganda dan obat-obatan. Tanda-tanda yang ditemukan
sebelum bayi lahir pada anemnesa sering di jumpai adanya riwayat abotrus partus prematurus
dan lahir mati serta pergerakan janin pertama lebih lambat walupun kehamilannya sudah
agak lanjut lalu adanya pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dan
pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Gejala klinis
setelah bayi lahir adalah bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin kemudian bayi
prematur yang lahir sebelum kematian 37 minggu dan bayi prematur (Nuratif, 2015).
Berdasarkan hal tersebut maka peran perawat sangat penting dalam aspek promotif,
2
BAB II
KONSEP DASAR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR jugaterdapatpada
rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir
BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi
terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR di bedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR
karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 mingggu) atau BBLR karena intrauterin
retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat bayi kurang untuk usianya (Dep Kes
RI, 2010)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016)
1.2 Klasifikasi
Bayi yang termasuk pada bayi BBLR dapat dibagi menjadi berikut ini:
1. Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NBK SMK) yaitu bayi yang lahir
2. Neonates kurang bulan kecil masa kehamilan (NKB KMK) yaitu bayi yang lahir
premature dengan berat badan lahir kurang dari normal menurut usia kehamilan.
3. Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK) yaitu bayi yang lahir
dengan usia hamil cukup bulan dan berat badan kurang dari normal. (Dewi,2010)
3
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan bayi
BBLR, yaitu:
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir 1.500-2.500
gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.500 gram
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
<1.000 gram
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa disebut neonatus
2) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di karenakan mengalami
3) Menurut Renfield dalam Maryunani (2013) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama dimana
bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam proporsi yang
4
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang
sebenarnya.
b) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub akut
gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.
(Proverawati, 2012)
1.3 Etiologi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berikut ini faktor-faktor yang berhubungan
a. Faktor Ibu
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat, pendarahan ante partum,
kemih dan ginjal) dan menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, TORCH
2) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
5
5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
c. Sebab Lain
1) Ibu perokok
d. Faktor Janin
3) Disautonomia familial
4) Radiasi
6) Aplasia pancreas
e. Faktor Plasenta
4) Infark
6
f. Faktor Lingkungan
2) Terkena radiasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan rendah
mempunyai ciri-ciri:
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris
menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati, 2012)
7
1.5 Patofisiologi
Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta dan faktor lingkungan (Maternity, Anjani, & Evrianasari, 2016) di
mana faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir kurang dari 2500 gram (Atikah,
2010).
mempertahankan panas dan produksi panas terbatas yang disebabkan pertumbuhan otot yang
masih dalam perkembangan (Sukarni & Sudarti, 2014). Jaringan lemak subkutan yang
kurang dan belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh serta luasnya permukaan
tubuh lebih luas dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas dan mudah
Pada BBLR dapat terjadi kesulitan bernafas karena sistem pernafasan yang belum
sempurna. Kurangnya surfaktan zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru
(Hevrialni, 2012). Selain itu pada BBLR umumnya saluran pencernaan belum berfungsi
dengan sempurna. Hal ini diakibatkan dengan tidak adanya reflek menghisap dan menelan
sehingga mengakibatkan cadangan nutrisi yang kurang dan tidak efektifnya pemberian ASI
maka akan terjadi pengosongan lambung yang menyebabkan distensi abdomen. Sehingga
Pada BBLR sangat mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryunani
8
& Sari, 2013) dan belum matangnya fungsi hati yang berkurangnya enzim glukorinil
sehingga konjugasi bilirubin tidak sempurna dan dapat mengakibatkan ikterus neonatus
(Pantiawati, 2010)
9
(Atikah, 2010)
Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah
lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan
(zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli,
sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Sistem pernafasan yang kecil,
kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah
atau tidak adanya gangguan refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal – hal
inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf
pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah
yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.
10
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu
paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstra
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang
cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap
dan menelan sampai usia gestasi 33–34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperature yang tidak stabil, yang
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan
f. Sistem Hematologi
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
11
sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali
h. Sistem Perkemihan
ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
j. Sistem Pengelihatan
1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari
2. Hematokrit (Ht): 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolysis berlebihan).
12
4. bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada
5. Destrisix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiaran rata-rata 40-
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada awalnya.
1. Mempertahankan suhu tubuh ketat, BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu
2. Pengawasan nutrisi (ASI). Reflek menelan BBLR belum sempurna, oleh sesbab itu
3. Pencegahan infeksi dengan ketat, BBLR sangat rentan dengan infeksi, Mempertahankan
4. Penimbangan berat badan. Perubagan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan
erat kaitannya degan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan
ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian asi. (Amin Huda Nurarif, 2015)
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia 35 tahun, selain itu jarak kehamilan yang terlalu
pendek (kurang dari 1 tahun) juga mempengaruhi terjadinya BBLR (Depkes RI,
2010).
1. Keluhan Utama
Keluhan utama didapatkan setelah bayi lahir dengan berat badan sama dengan
atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
1. Keadaan Umum
Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, nayi terlihat
kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 gram, dan tangisan
masih lemah
14
2. Sirkulasi
Nadi apical cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-160 dpm).
3. Makanan/cairan
4. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
gestasi, rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32, koordinasi refleks
5. Pernafasan
15
adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
6. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis lemah. Wajah memar, ada kaput
luas diseluruh tubuh. Ekstremitas tampak edema. Garis telapak kaki tidak ada
7. Seksualitas
Genetalia: Labia minora wanita lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol; testis pria tidak turun, rugae banyak atau tidak ada pada skrotum
(IDAI, 2010).
3.2 Diagnosa
16
3.3 Intervensi
Tujuan Tindakan
1 Hipotermia b.d berat badan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :
17
1. BB seimbang 2500-3500 gram indikasi
3 Risiko Infeksi b.d Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi D.0142:
keperawatan selama 3x24 jam tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi : suhu, lekosit
2. Tidak ada tanda tanda infeksi 4. Gunakan teknik aseptik selama berinteraksi
18
3.3 Implementasi
untuk membantu klien dan masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan klien yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005)
3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap sejumlah informasi yang diberikan untuk tujuan
19
3.4 ASKEP Kasus
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Umur : 10 hari
Agama : Islam
Pendidikan :-
2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny.E
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Bayi dirawat di inkubator, tangisan bayi lemah, gerakan lemah, refleks mengisap
belum ada, berat badan 1800 gram, suhu 35oC, panjamg badan 43cm, lingkar kepala
20
4. Keluhan utama saat pengkajian
B. Pengkajian Keperawatan
1. Penampilan umum
2. Pengkajian respirasi
Tidak ada sputum berlebih, tidak ada suara nafas tambahan – wheezing, - ronchi, tidak
respirasi.
3. Pengkajian sirkulasi
Bayi mengalami penurunan BB kurang lebih 10% BB normal, Bayi tidak menyusu ASI
(air susu ibu), bayi sering menangis, waktu menyusui lama, bayi tidak menolak jika
diberi susu, bayi tidak memiliki pola menyusui yang teratur, reflek menghisap bayi
lemah, bayi diet susu S26/ 3jam, melalui dot terkadang pemberian melalui selang OGT
5. Pengkajian eliminasi
Bayi BAK dan BAB di popoknya, bayi menangis jika popoknya basah, bayi BAB dengan
fases berwarna kuning tidak keras dan tidak cair namun lembek, berbau khas
21
6. Pengkajian aktivitas dan istirahat
Bayi tidur tidak menentu dan bangun tidak menentu, bayi belum bergerak aktif
7. Pengkajian Keamanan
Saat pengkajian keamanan tidak ditemukannya cedera serius pada tubuh bayi,terdapat luka
pada punggung tangan bayi akibat tusukan infus, pada saat pemeriksaan fisik tidak
BB bayi lahir 2200, BB saat pengkajian 1800 usia bayi 19 hari, panjang badan 43cm,
tanggannya meskipun tidak sering, bayi menangis ketika lapar dan popoknya basah,
9. Pengkajian bayi
b. Pengkajian penyakit
c. Pengkajian prosedur
22
10. Pengobatan
mata dan telinga (antibiotic) 2tetes ods/8jam,obat mata Cendo LFX 1tetes/3jam, cairan
23
12. Analisa Data
24
C. Diagnosa Keperawatan
teraba dingin
25
C. Intervensi
1 Hipotermia b.d berat badan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipotermi I.14507 :
26
1. BB seimbang 2500-3500 gram indikasi
3 Risiko Infeksi b.d Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi D.0142:
keperawatan selama 3x24 jam tidak 1. Monitor tanda gejala infeksi : suhu, lekosit
2. Tidak ada tanda tanda infeksi 4. Gunakan teknik aseptik selama berinteraksi
27
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 23 juni 2021 Hipotermia b.d Jam:09:00 WIB Jam : 11:30 WIB
berat badan a. Mencari penyebab hipotermia
ekstriem (seperti: faktor lingkungan, faktor S: bayi menangis
penyakit)
b. Memonitor tanda dan gejala O:
28
kangguru) dilakukan pada hari
pertama oleh ayahnya diruang
neonatus selama 30menit
Defisit Nutrisi b.d Jam : 10: 00 Jam : 10:15 WIB
ketidakmampuan
mengabsorsi nutrisi a. Mencatat status nutrisi S:Klien menangis
b. Memantau BB klien
c. Memberikan makanan/susu O: Terpasang selang OGT
melalui oral (OGT untuk a. reflek hisap dan menelan lemah
mengeluarkan gas atau cairan dalam b. BB: 1800 gram
lambung) c. PB 43cm
d. Memantau reflek hisap d. LK 30 cm
e. LD 28 cm
P: lanjutkan intervensi
a. Monitor BB klien
b. Memantau reflek hisap Kolaborasi
dalam pemberian terapi
Risiko Infeksi b.d Jam : 11:00 WIB Jam: 12:00 WIB
Malnutrisi
29
a. Memantau kelainan warna kulit S: Klien menangis
b. Memonitor hasil laboraatorium
c. Dokumentasikan hasil pemantauan O: BB: 1800 gram S: 35oC
d. Mengatur suhu a. terpasang selang OGT
lingkungan(inkubator) b. telah mendapat imunisasi hepatitis B
e. Menyediakan tempat tidur dan dan polio
lingkungan yang nyaman f. Mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak A: Risiko infeksi belum teratasi
dengan klien
P: lanjutkan intervensi
a. kaji adanya tanda-tanda infeksi
b. cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan klien
c. monitor tanda vital
d. Bersikan inkubator
30
Daftar Pustaka
DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC (O. Yudha, Budi (ed.); Edisi Revi). Mediaction
Jogja.
Arief dan Weni. (2016). Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Nuha Offset.
Atikah, P. dan I. C. (2010). BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Nuha Medika.
Maryunani, A. dan N. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus. Trans
Info Media.
Pantiawati. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat badan Lahir Rendah). Nuha Medika.
PPNI, & DPP, T. Po. S. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Proverawati, A. & S. (2012). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi dengan ASUHAN
Putra, R, S. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan. D-
Medika.
31