Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERDARAHAN ANTEPARTUM

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

KELOMPOK 2 / 2B

Nama Kelompok :

1. Andini Fitria Dewi 0117037


2.Auda Nur Imania 0117040
3. Dwi Utami 0117042
4. Inayatul Karomah 0117047
5. Nabilatul Khasanah 0117055
6. Risma Zulfiani 0117061
7. Roni Hendrawan 0117062

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019

1|Page
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto,03 April 2019

Nama NIM Tanda Tangan Mahasiswa


Andini Fitria Dewi 0117037
Auda Nur Imania 0117040
Dwi Utami 0117042
Inayatul Karomah 0117047
Nabilatul Khasanah 0117055
Risma Zulfiani 0117061
Roni Hendrawan 0117062

2|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah dengan judul ”Perdarahan Antepartum”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan
dari Ibu Luthfiah Nur Aini, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku fasilitator dalam materi yang dibahas pada
makalah ini. Dan tidak lupa anggota kelompok yang ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan wawasan serta pengetahuan
pembaca.

Mojokerto, 03 April 2019

Penulis

3|Page
DAFTAR ISI

Cover ............................... 1
LEMBAR PERNYATAAN ............................... 2
KATA PENGANTAR ............................... 3
DAFTAR ISI ............................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................... 5
B. Rumusan Masalah ............................... 5
C. Tujuan ............................... 5
D. Manfaat ............................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ............................... 6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................... 20
BAB IV PENUTUPAN
A. Simpulan ............................... 30
B. Saran ............................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................... 31

4|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga
terjadilah suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum,
intrapartum maupun postpartum tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal
ini merupakan jembatan kematian bagi para ibu di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor yang terkadang tidak disadari oleh para ibu hamil maupun tenaga
kesehatan. Ketidaksigapan tenaga kesehatan di Indonesia inilah yang mengakibatkan
angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian ibu paling
banyak disebabkan oleh perdarahan obstetric diantaranya solusio plasenta 19%,
laserasi/rupture uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%,
plasenta akreta/inkreta/perkreta 6 %, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4%
(Chicakli, 1999). Perdarahan obstetric yang tidak dengan cepat ditangani dengan
transfuse darah atau cairan infus dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya
pencegahan dan mengatasi syok, seksio sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika
yang sesuai), prognosinya akan fatal bagi penderita.
Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada
plasenta previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan
postpartum akibat dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Dampak nyata bahwa
perdarahan serius dapat terjadi kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu
terjadinya perdarahan pada kehamilan digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas
perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian akibat perdarahan disebabkan oleh
beberapa kondisi ibuyang dapat memperparah perdarahan obstetris, selain itu faktor yang
terpenting penyebab perdarahan obstetris yaitu kurang memadainya fasilitas kesehatan
maupun pelayanankesehatan yan tidak sesuai dengan standar prosedur.
Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari
tempatdiatas serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat
mengkhawatirkan.Perdarahan dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang
melekat di dekat kanalis servikalis yang disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat

5|Page
berasal dari robeknya plasenta dari tempat implantasi sebelum waktunya yang disebut
solusio plasenta. Meskipun sangat jarang perdarahan juga dapat terjadi akibat insersi
velamentosa tali pusar disertai ruptur dan perdarahan dari pembuluh darah janin pada
saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.
Sumber perdarahan uterus yang berasal dari daerah di atas serviks tidak selalu
dapat teridentifikasi sejak dini. Pada keadaan ini perdarahan biasanya dimulai dengan
sedikit atau tanpa gejala kemudian berhenti. Perdarahan tersebut selalu disebabkan oleh
robekan marginal plasenta yang sedikit dan tidak meluas. Kehamilan dengan perdarahan
seperti ini tetap beresiko walaupun perdarahan segera berhenti dan kemungkinan plasenta
previa tampaknyatelah dapat disingkirkan dengan USG. Perdarahan dengan plasenta
previa biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga, stelah bayi lahir maupun setelah
plasenta lahir. Oleh sebab itu, hal ini perlu diantisipasi lebih awal sebelum perdarahan
menuju ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Antisipasi dalam peralatan
antenatal sangat memungkinkan karena umumnya keadaan dengan plasenta previa
munculnya perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang mulanya tidak
banyak tanda disertai dengan rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tentu tanpa
trauma. Perempuan hamil yang diidentifikasi mengalami plasenta previa harus segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan periksa dalam karena tindakan tersebut
dapat menyebabkan perdarahan semakin banyak.
B. Rumusan Masalah
 Bagaimana penjelasan mengenai perdarahan antepartum?
 Bagaimana penjelasan mengenai plasenta previa dan selusio plasenta?
 Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu dengan plasenta previa dan selusio
plasenta?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui penjelasan mengenai perdarahan antepartum.
 Untuk mengetahui penjelasan mengetahui plasenta previa dan selusio plasenta.
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu dengan plasenta previa dan
selusio plasenta.

6|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervagina semasa kehamilan di mana
umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
(Manuaba, 2010). Sedangkan menurut Winkjosastro (2007), perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervagina yang timbul pada masa kehamilan kedua kira-kira 3%
dari semua kehamilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perdarahan antepartum adalah
perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan.
B. Jenis – Jenis Perdarahan Antepartum
1. Plasenta Previa
a) Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang
letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal
ari-ari terletak dibagian atas Rahim(Winkjosastro, 2007).
b) Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau
ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta Previa Parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari3ari
berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta Letak Rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen
bawah Rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
(Wiknjosastro, 2005)
c) Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak
selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus

7|Page
uteri belum menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim
diperlukan perluasan plasenta untuk memberikan nutrisi pada janin (Manuaba,
2010).
Disamping itu masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di
ketahui atau masih belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor
dikemukakan sebagai etiologinya. Strasmann mengatakan bahwa faktor
terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan
atrofi dan peradangan, sedangkan Browne menekankan bahwa faktor
terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis. Berikut ini
ada beberapa faktor – faktor etiologinya :
1. Umur dan Paritas
a) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada
umur di bawah 25 tahun,
b) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah,
c) Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda
dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia
menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum
matang.
2. Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
5. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6. Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
d) Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan
terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak
kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk
dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan,

8|Page
segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai
membuka. Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim,
pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat
diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta
dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
e) Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun
kira-kira 16kali lebih sering dibandingkan dengan ibu yang kehamilan
pertamanya berumur kurang dari 25 tahun. Pada ibu yang sudah beberapa kali
hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35 tahun. Kira-kira 4 kali lebih
sering dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun. (Winkjosastro,
2003).
f) Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara
tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak
banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada
triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis.
Pada plasenta previa, darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang
terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang
terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung

9|Page
dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan
(Winkjosastro, 2005)
g) Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah
(Winkjosastro, 2005)
h) Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.
Sedangkan diagnosis bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-
ari lepas sebelum waktunya), persalinan prematur dan vasa previa
(Winkjosastro, 2005)
i) Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa
langkah pemeriksaan.
1) Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin.
2) Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan.
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta
atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi,
radioisotopi dan ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat
tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa
dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta melalui kanalis
servikalis (Winkjosastro, 2005)

10 | P a g e
j) Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong
ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak
janin seperti letak kepala yang mengapung, letak sungsang atau letak
melintang.
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya
karena adanya rangsangan koagulen darah pada leher rahim. Selain itu jika
banyak plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat
terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari dapat merangsang kontraksi (Mochtar,
2003)
k) Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi
tidak normal,
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat
menyebabkan terjadinya prolaps funikuli,
3) Sering dijumpai inersia primer, suatu kelainan his yang kekuatannya tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin
keluar. Insersia primer terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan
apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
4) Perdarahan (Mochtar, 2011)
l) Komplikasi Plasenta Previa
1) Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung),
2) Prolapse placenta,
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan,
4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan,
5) Perdarahan setelah kehamilan,
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak,
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
m) Prognosis Plasenta Previa

11 | P a g e
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif,
maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu
mencapai 8-10% dari seluruh kasus terjadinya plasenta previa dan kematian
janin 50-80% dari seluruh kasus terjadinya plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian
dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi
0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma
karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25% terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan
(Mochtar, 2003).
n) Penanganan Plasenta Previa
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu
harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan
itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup. Ada
2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi Ekspektatif atau Sikap Menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan
tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita.
Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan
belum matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu
cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah ra+at inap,
tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan
ultrasonografi untuk memastikantempat menempelnya plasenta, usia
kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat –
obatan MgSO4 4gr IV, Nifedipin 3x20 mg/hari, Betamethason 24 mg IV
dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di
sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas.

12 | P a g e
Sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010)
2) Terapi Aktif atau Tindaka Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif
dan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang
kematangan janin. Berikut adalah bentuk-bentuk penanganan terapi aktif:
a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu
dan anak atauuntuk mengurangi angka kesakitan dan kematian.
b) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan
untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
c) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai
fasilitas yang cukup.
d) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang
paling banyak dilakukan (Manuaba, 2010).
2. Solusio Plasenta
a) Pengertian
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat
perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan (Saifuddin,
2006).
b) Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta:
1. Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat perletakannya.
2. Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.
3. Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.
c) Etiologi
Penyebab Solusio Plasenta adalah:
1. Trauma langsung pada ibu hamil

13 | P a g e
a) Trauma jatuh tertelungkup
b) Tendangan anak yang sedang digendong
c) Atau trauma langsung lainnya
2. Trauma kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan
kebidanan yang dilakukan :
a) Setelah memecahkan air ketuban
b) Persalinan anak kedua hamil kembar
3. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor
predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua,
b) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia,
c) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia,
d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi,
e) Kekurangan asam folik. (Manuaba, 2010)
d) Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara rahim dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru
diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan
pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna
kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih
berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma
retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh
plasenta terlepas dari dinding rahim.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari
vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau
mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot rahim.

14 | P a g e
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin
tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu
sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan
nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat pula
terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).
e) Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan (Winkjosastro,
2005).
f) Tanda dan Gejala
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang
jelas, perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat
perasaan sakit yang tiba-tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin
awalnya kuat kemudian lambat dan akhirnya berhenti. Fundus uteri naik,
rahim teraba tegang.
g) Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari
jalan lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-
bekuan darah.
h) Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan
perdarahan disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai
terhentinya gerakan janin didalam rahim.
i) Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta,
pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan
dalam sertaditunjang dengan pemeriksaan ultrasonogravi.

15 | P a g e
j) Komplikasi
1) Komplikasi Langsung
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
2) Komplikasi Tidak Langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang
menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-
kerusakan organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).
k) Prognosis
1) Terhadap Ibu
Kematian ibu tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah
kasus solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan sebelum dan
sesudah persalinan, toksemia gravidarum, kerusakan organ terutama
nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
2) Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah
kasus solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari
pelepasan plasenta, bila yang terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka
kemungkinan kematian anak 100% selain itu juga tergantung pada
prematuritas dan tindakan persalinan.
3) Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta
yang lebih hebat dengan persalinan prematur (Mochtar, 2011).
l) Penanganan
1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian
persalinan berlangsung spontan. Sambil menunggu berhentinya
perdarahan kita berikan suntikan morfinsubkutan, stimulasi kardiotonika
seperti coramine, cardiBol dan pentaBol serta transfusi darah.
2) Terapi Aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar
anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti. Pertolongan persalinan

16 | P a g e
diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat bersalin secara
normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan
pembukaan belum lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal tidak
dapat dilaksanakan dengan segera, persiapan untuk seksio sesarea,
hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi rahim dan observasi
ketat kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervagina dilakukan apabila:janin hidup, gawat janin,
pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul, janin telah
meninggal dan pembukaan >2 cm (Saifuddin, 2006).

17 | P a g e
C. Pathway
1. Plasenta Previa

Plasenta tumbuh robekan sinus


pembukaan pada segmen marginalis dari
serviks yang bawah uterus plasenta
tidak sempurna

klasifikasi :
1. Plasenta Previa Parsialis
PLASENTA
PREVIA 2.Plasenta Previa Totalis
3. Plasenta previa
marginalis
4. Plasenta previa letak
rendah

jumlah perdarahan
kedua lebih banyak Perdarahan tanpa
nyeri
darah merah
segar
Ibu
prolapse
plasenta Janin
Ansietas
kadar
letak progesteron
sungsang/melintang premature menurun
kelainan His
prolapse tali
pusat BBLR
Hipovolemik
Partum
Distress Janin
Robekan
Gg.Perfusi jalan lahir
jaringan janin
Asfiksia perdarahan
berat pasca partum
Resiko
Infeksi

18 | P a g e
2. Selusio Plasenta

preeklamp hamil
tali pusat sia/eklams tua/post
pendek trauma
psia mature

perdarahan dari
pembuluh darah
plasenta atau
uterus

hematoma
retroplasenta
pada desidua
Plasenta
terdesak
Klasifikasi :
SELUSIO 1. Selusio Plasenta Parsialis
PLASENTA 2. Selusio Plasenta Totalis
3. Prolapsus plasenta
cekungan pada
permukaan Janin Ibu
maternal
tergantung luasnya
toksemia gangguan
darah berwarna permukaan selusio
gravidarum pembekuan
merah plasenta
darah
kehitaman
Selusio perdarahan
Selusio plasenta pasca
dibawah pusing
Plasenta parsialis partum
selaput
ketuban Totalis Risiko Infeksi
menembus Penurunan
selaput keluar Kematian gerak janin nekrosis
ketuban Syok
melalui Janin koeteks
vagina DJJ Obstretik
renalis
masuk ke biasanya
kantong tidak ada
Berduka Penurunan Nyeri Akut
ketuban produksi urine
gawat
janin
persalina
n normal Gangguan
dalam 3 eliminasi
jam
sectio
caesaria

19 | P a g e
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan Placenta Previa
1. Pengkajian
a. Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan identitas suami.
b. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan lebih dari 28
minggu.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat uterus seperti
seksio sesaria kuret yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi, diabetes melitus,
hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan.
- Perdarahan tanpa rasa nyeri.
- Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 28
minggu.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
- Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus,
hemofilia dan penyakit menular lainnya.
4. Riwayat Obstetrik
- Menarche : 12 th
- Siklus : 28 hari
- Lamanya : ± 7 hari

20 | P a g e
- Baunya : amis
- Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- Multigravida
- Kemungkinan Abortus
- Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat Nifas
- Lochea Rubra
- Bagaimana baunya : amis/tidak
- Jumlah darah nifas yang keluar
- Tentang laktasi ada/tidak colostrum
d. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital
1) Suhu tubuh : suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
2) Tekanan darah : akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
3) Pernapasan : nafas normal jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
4) Nadi : nadi melemah jika ditemui tanda-tanda syok
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan.
2) Wajah, biasanya terdapat cloasmagravidarum, wajah kelihatan pucat.
3) Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal.
4) Abdomen
 Inspeksi : terdapat strie gravidarum
 Palpasi :
1. Leopold I : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah.
2. Leopold II : Sering dijumpai kesalahan letak.
3. Leopold III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak
diatas pintu atas panggul.
4. Leopold IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
 Perkusi : Reflek patela baik/tidak

21 | P a g e
 Auskultasi : Bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-
160x/menit
5) Genetalia, biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
6) Ekstremitas, Kemungkinan edema atau varies, kemungkinan akral dingin.
f. Pemeriksaan Penunjang
Data laboraturium:
- Memungkinkan Hb rendah, HB yang normal (12 - 14 gr%)
- Leokosit meningkat, normal (6000 - 1000 mm3)
- Trombosit menurun, normal (250 ribu – 500 ribu)
g. Data Sosial Ekonomi
Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada
umumnyaterjadi pada golongan menengah keba+ah , hal ini juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikanyang dimilikinya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim (Susan Martin Tucker, dkk 1988:523)
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak
mampuan merawat diri dan keharusan bedrest (Lynda Jual Carpenito, Edisi : 326)
c. Resiko rawat janin: fetal distress berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta, post seksio (Lynda Jual Carpenito, 2000: 1127)
d. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
otot perut (Susan Martin Tucker, dkk 1988: 624)
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I :
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim
- Kriteria Hasil : Klien tidak mengalami perdarahan berulang
- Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan.
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan
plasenta sehinggadapat terjadi perdarahan.

22 | P a g e
2. Kontrol tanda-tanda vital (Nadi, Pernafasan, suhu).
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara
dini kemunduran atau kemajuan keadaan klien.
3. Kontrol perdarahan pervagina.
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan
perfusi jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan
segera.
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda
perdarahan lebih banyak.
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu
dalam melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
5. Monitor bunyi jantung janin.
Rasional : Denyut jantung >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat
janin kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta.
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan
secara dini.
b. Diagnosa II:
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat diri serta keharusan bedrest.
- Kriteria Hasil : Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi.
- Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan
menggunakan komunikasi therapeutik.
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan
klien kooperatif dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Rasional : Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,
BAK, sehingga kebutuhan klien terpenuhi.
3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan.

23 | P a g e
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena
dilakukan oleh keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.
4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan
bantuan.
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien
dapat terpenuhi.
c. Diagnosa III :
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
plasenta.
- Kriteria Hasil : Gawat janin tidak terjadi.
- Intervensi :
1. Istirahatkan klien.
Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan
plasenta dapat dicegah.
2. Anjurkan klien agar miring kekiri.
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh
uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam.
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2
pada ibu sehingga O2 janin terpenuhi.
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2
sehingga konsumsi pada janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit.
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama
organ-organ vital pada janin.
d. Diagnosa IV:

24 | P a g e
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
otot perut.
- Kriteria Hasil : Rasa nyaman terpenuhi
- Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh
klien . Dapat disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam
merencanakan tindakan keperawatan selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien
dapat beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan
klien.
3. Atur posisi nyaman menurut klien dan tidak menimbulkan peregangan
luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien
berbicara.
Rasional : Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak
terpusatkan pada rasa nyeri.
5. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen
ke jaringan lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.
Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat
berkurang.
4. Implementasi
Sesuai dengan masalah dan kebutuhan ibu maka dilakukan implementasi dari
rencana tindakan yang telah disusun, implementasi selalu diupayakan dalam waktu
singkat, efektif, hemat dan berkualitas (Dep Kes, 1995 : 11).

25 | P a g e
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengkajian ulang
rencana keperawatan, sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan. menilai efektifitas rencana
keperawatan atau asuhan keperawatan.
Jadi secara rinci catatan perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP
(Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning) dari catatan perkembangan dapat
mengetahui beberapa hal antara lain apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya
perubahan modifikasi dalam perencanaan dan tindakan. (DepKes RI, 1995 : 27-28)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Selusio Plasenta

1. Pengkajian
a. Identitas klien secara lengkap
b. Keluhan utama : Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri, rahim keras
seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang
berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang. Dan perdarahan yang berulang-
ulang.
c. Riwayat penyakit sekarang : Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk
gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan
pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi
esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
d. Riwayat penyakit masa lalu : Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus .
e. Riwayat psikologis : Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri,
serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
f. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Kesadaran composmetis s/d apatis, biasanya gemuk, dan raut
wajah biasanya pucat
 Tanda-tanda vital : TD normal sampai turun (syok), Nadi normal sampai meningkat
(> 90x/menit), Suhu normal / meningkat (> 37oC), dan RR normal / meningkat (>
24x/menit)
 Pemeriksaan cepalo caudal
o Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut
biasanya rontok / tidak rontok.
o Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
o Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
o Mata : conjunctiva anemis
o Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal
o Abdomen

26 | P a g e
 Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea
alba dan ligra
 Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
 Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
o Genetalia : Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
o Ekstimitas : Akral dingin, tonus otot menurun.
 Pemeriksaan Penunjang
o Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
o USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.
o Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

II. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral
dingin , Hb turun , muka pucat, dan lemas .

2. Risiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang .

3. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan
uterus

4. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya .

5. Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan

III. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional


Keperawatan
1. Gangguan Setelah diberikan askep, 1. Monitor tanda tanda TD, frekuensi nadi yang
perfusi jaringan diharapkan perfusi jaringan vital rendah, frekuensi RR dan
b.d. perdarahan pasien adekuat, dengan suhu tubuh yang tinggi
ditandai dengan kriteria hasil :- menunjukkan gangguan
conjungtiva Conjunctiva tidak sirkulasi darah
anemis , akral anemis 2. Observasi tingkat Mengantisipasi terjadinya
dingin , Hb turun pendarahan setiap 15-20 shock
, muka pucat, dan – Akral hangat menit
lemas . 3. Catat intake dan Produksi urin yang kurang
– Hb normal output dari 30 ml/jam
menunjukkan penurunan
– Muka tidak pucat, fungsi ginjal
dan pasien tidak lemas. 4. Kolaborasi dalam Cairan infus isotonic
pemberian terapi infuse dapat mengganti volume
isotonik darah yang hilang akibat

27 | P a g e
pendarahan
5. Kolaborasi dalam Tranfusi darah dapat
pemberian tranfusi darah menggan volume darah
apabila Hb rendah yang hilang akibat
pendarahan
2. Risiko tinggi Setelah diberikan askep, 1. Jelaskan risiko Memberikan penjelasan
terjadinya letal diharapkan tidak terjadi terjadinya distress mengenai risiko
distress fetal distress, dengan janin/kematian janin pada terjadinya distress janin
berhubungan kriteria hasil:- DJJ ibu pada klien membuat klien
dengan perfusi normal/terdengar kooperatif pada setiap
darah ke plasenta tindakan yang akan
berkurang . – Adanya pergerakan diberikan
bayi 2. Observasi perubahan Penurunan frekuensi
frekuensi dan pola DJ janin plasenta mengurangi
– Bayi lahir selamat kadar oksigen janin
sehingga menyebabkan
perubahan frekuensi
jantung janin
3. Berikan O2 10-12 Meningkatkan supali
liter dengan masker jika oksigen janin
terjadi tanda-tanda fetal
distress
3. Nyeri akut Setelah diberikan askep, 1. Jelaskan penyebab Memberikan informasi
b.d. kontraksi diharapkan klien dapat nyeri pada klien mengani penyabab nyeri
uterus ditandai beradaptasi dengan nyeri yang dideritanya akan
terjadi distress / yang dideritanya, dengan membuat klien kooperatif
pengerasan kriteria hasil :- Klien dengantindakan yang akan
uterus , nyeri dapat melakukan tindakan diberikan
tekan uterus untuk mengurangi nyeri. 2. Ajarkan teknik Teknik relaksasi distraksi
relaksasi distraksi pernapasan dapat
– Klien kooperatif pernapasan mendorong klien relaks
dengan tindakan yang dan memberikan klien
diberikan cara mengatasi dan
mengontrol tingkat nyeri
3. Berikan posisi yang Posisi miring mencegah
nyaman (miring ke kiri / penekanan pada vena cava
kanan)
4. Berikan teknik Meningkatkan relaksasi
relaksasi massage pada dan meningkatkan
perut dan punggung kooping dan kontrol klien
terhadap nyeri
5. Libatkan suami dan Melibatkan suami dan
keluarga dalam tindakan keluarga dapat
pengontrolan nyeri memberikan dukungan
mental kepada klien
6. Kolaborasi dalam Obat analgetik dapat

28 | P a g e
pemberian obat analgetik mengurangi nyeri yang
dirasakan klien dengan
memblok impuls nyeri
4. Cemas b.d. Setelah diberikan askep, 1. Anjurkan klilen untuk Mengungkapkan perasaan
kurang terpapar diharapkan klien tidak mengemukakan hal-hal tentang hal-hal yang
informasi klien cemas dan dapat mengerti yang dicemaskan dicemaskan dapat
mengenai tentang keadaannya, dengan mengurangi beban pikiran
keadaan patologi kriteria hasil :- Klien klien
yang dialaminya melaporkan cemas 2. Beri penjelasan Mengurangi kecemasan
berkurang tentang kondisi janin klien mengenai kondisi
janinnya
– Klien tampak tenang 3. Beri penjelasan Mengurangi kecemasan
dan tidak gelisah tentang kondisi klien klien mengenai
kondisinya
4. Anjurkan keluarga Dukungan keluarga dapat
untuk mendampingi dan memberikan rasa aman
memberi dukungan kepada kepada klien dan
klien mengurangi kecemasan
klien
5. Anjurkan Memberikan perasaan
penggunaan/kontinuitas rileks sehingga dapat
teknik pernapasan dan menurunkan kecemasan
latihan relaksasi. klien
5. Risiko terjadinya Setelah diberikan askep, 1. Kaji pendarahan Mengetahui adanya gejala
shock hemoragik diharapkan shock setiap 15-30 menit syok sedini mungkin.
b.d. perdarahan hipovolemik tidak terjadi, 2. Oservasi TTV setiap Mengetahui kondisi klien
dengan kriteria hasil :- 15 menit dan apabila TTV dan untuk mengetahui
Perdarahan berkurang normal, observasi TTV adanya gejala syok sedini
dilakukan setiap 30 menit mungkin
– TTV normal 3. Awasi adanya tanda- Mendeteksi adanya gejala
tanda syok, pucat, keringat syok sedini mungkin
– Kesadaran dingin, dan kepala pusing.
komposmentis 4. Kolaborasi dalam Mempertahankan volume
pemberian terapi cairan cairan sehingga sirkulasi
bisa adekuat

IV. Evaluasi

No. Dx Evaluasi
1 Perfusi jaringan pasien adekuat
2 Fetal distress tidak terjadi
3 Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya
4 Cemas klien berkurang atau hilang
5 Shock hipovolemik tidak terjadi

29 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya tidak normal,
yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas Rahim

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat perlekatannya yang normal
pada rahim sebelum janin dilahirkan

B. SARAN

Sebagai seorang calon perawat kita harus memahami setiap gejala-gejala yang ditimbulkan dari
ke abnormalan yang terjadi agar mampu membantu merawat pasien pada masa anterpartum,
intrapartum, maupun postpartum.

30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Hellen,Luz. 1986. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstretic. Jakarta : EGC.


Rukiyah, Ai Teteh&Lia Tulisno. 2010. Asuhan Kebidanan (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM.
Unknown. 2015.Askep Perdarahan Anterpartum(Keperawatan Maternitas). Diakses 24 Februari
2019. 17.37. Website : https://ilmukeperawatananes.blogsppot.com/2015/03/askep-perdarahan-
anterpartum.html?m=1
Unknown. 2015. Asuhan Keperawatan Solusio Plasenta. Diakses 25 Februari 2019 21.44.
Website : https://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-solusio-plasenta.html
Unknown. 2016. Pathway Placenta Previa. Diakses 5 April 2019 16.50. Website :
http://dokumen.tips/documents/pathway-placenta-previa.html
Varney, Helen, Jan M Kriebs,&Ai Carolyn L Gregor. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.
Jakarta :EGC

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai