Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PERDARAHAN ANTEPARTUM

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS 2

yang diampu oleh dosen Ns Nunung Nurhayati, S.Kep.,M.Kep

disusun oleh :

Yustika Ramadhan 217092

PROGRAM STUDI SI - 3B KEPERAWATAN

STIKep PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji serta syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang ini dengan sebaik mungkin.

Selain itu, penyusun berterima kasih kepada Ibu Ns Nunung Nurhayati, S.Kep.,M.Kep
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas 2 yang telah memberikan tugas ini kepada
penyusun. Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan, dikarenakan kemampuan dan pengalaman penyusun yang
terbatas. Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan bagi siapa saja
yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 25 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian ..................................................................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Mempertahankan dan Meningkatkan Harga Diri ......................................................................3
3.2 Aspek – aspek Self Esteem .........................................................................................................3
3.3 Tingkat dan Karakteristik Self Esteem .......................................................................................5

3.4 Hubungan Self Esteem dengan Service Excellent ......................................................................6

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................7


4.2 Kritik dan Saran .........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsepsi merupakan suatu proses bertemunya ovum dengan sperma sehingga terjadilah
suatu proses kehamilan, persalinan dan nifas. Suatu proses antepartum, intrapartum maupun
postpartum tidak selamanya berjalan secara normal. Kadangkala hal ini merupakan jembatan
kematian bagi para ibu di Indonesia. Ketidaksigapan tenaga kesehatan di indonesia inilah yang
mengakibatkan angka kematian maternal di Indonesia masih cukup tinggi. Penyebab kematian
ibu paling banyak disebabkan oleh perdarahan obstetris diantaranya solusio plasenta 19%,
laserasi/ruptur uteri 16%, atonia uteri 15%, koagulopati 14%, plasenta previa 7%, plasenta
akreta/inkreta/perkreta 6%, perdarahan uteri 6%, retensio plasenta 4% (Chicakli, 1999).
Perdarahan obsteri yang tidak dengan cepat ditangani dengan transfusi darah atau cairan infus
dan fasilitas penanggulangan lainnya (misalnya upaya pencegahan atau mengatasi syok, seksio
sesaria, atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai), prognosisnya akan fatal bagi
penderita.

Perdarahan di sini dapat bersifat antepartum atau selama kehamilan seperti pada plasenta
previa dan solusio plasenta atau yang lebih sering lagi terjadi yaitu perdarahan postpartum akibat
dari atonia uteri atau laserasi jalan lahir. Tampak nyata bahwa perdarahan serius dapat terjadi
kapan saja selama kehamilan dan masa nifas. Waktu terjadinya perdarahan pada kehamilan
digunakan untuk mengklasifikasikan secara luas perdarahan obstetris. Sebagian besar kematian
akibat perdarahan disebabkan oleh beberapa kondisi ibu yang dapat memperparah perdarahan
obstetris, selain itu faktor yang terpenting penyebab perdarahan obstetris yaitu kurang
memadainya fasilitas kesehatan maupun pelayanan kesehatan yan tidak sesuai dengan standar
prosedur.

Secara khusus perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat diatas
serviks sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan. Perdarahan
dapat disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis servikalis yang
disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta dari tempat
implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta. Meskipun sangat jarang perdarahan
juga dapat terjadi akibat insersi velamentosa tali pusar disertai ruptur dan perdarahan dari
pembuluh darah janin pada saaat pecahnya selaput ketuban yang disebut vasa previa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan perdarahan antepartum?
2. Apa saja jenis – jenis dari perdarahan antepartum?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dari perdarahan antepartum?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan perdarahan antepartum.
2. Menjelaskan jenis – jenis dari perdarahan antepartum.
3. Menjelaskan asuhan keperawatan dari perdarahan antepartum,
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur


kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir usia kehamilan.

2.2 Jenis – Jenis Perdarahan Antepartum


1. Plasenta Previa
Merupakan insersi plasenta ( total atau parsial ) terletak pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Jenis – jenis plasenta previa adalah:
a. Plasenta previa totalis yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
b. Plasenta previa parsialis yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
c. Plasenta previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan plasenta.
d. Plasenta letak rendah yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah rahim
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
Gejala plasenta previa adalah:
1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang-ulang sebelum partus.
3. Perdarahan keluar banyak.
4. Darah berwarna merah segar.
5. Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan placenta.
6. Robekan selaput marginal.

Komplikasi plasenta previa adalah:


1. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung).
2. Prolaps plasenta.
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan
kerokan.
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5. Perdarahan setelah kehamilan.
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011)
Penanganan plasenta previa adalah:

1. Aktif bila:
a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati.
Bentuk penanganan terapi aktif adalah:
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak
atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk dapat
melakukan pertolongan lebih lanjut.
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan (Manuaba, 2010).
2. Konservatif bila:
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).
2. Solusio Plasenta

Merupakan terlepasnya plasenta dari tempat perlekatannya yang normal pada rahim
sebelum janin dilahirkan (Saifuddin, 2006).
Klasifikasi solusio plasenta adalah:
a. Solutio placenta dengan perdarahan keluar.
b. Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi (haematoma retroplacenta).
c. Solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi dan keluar.
Gejala solusio plasenta adalah:
a. Perdarahan disertai nyeri.
b. Perdarahan hanya keluar sedikit
c. Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan adanya nyeri tekan.
d. Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
e. Rahim keras seperti papan.
f. Anemia dan syok, beratnya anemia dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya
darah yang keluar.
g. Darah berwarna merah tua / kehitaman.
Perdarahan yang terjadi :
a. Eksternal revealed bleeding : darah keluar melalui kanalis servikalis.
b. Concealed hemorrhage : darah tertahan diantara plasenta dan uterus.
Komplikasi solusio plasenta adalah:
a. Komplikasi langsung.
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
b. Komplikasi tidak langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang
menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan organ
seperti hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).
Penanganan solusio plasenta adalah:
a. Pemberian transfusi darah
b. Pemecahan ketuban (amniotomi).
c. Pemberian infus oksitosin.
d. Jika perlu dilakukan seksio sesar.
2.3 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas Umum
Identitas ibu hamil dan suaminya.
2. Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat seksio sasaria curettage
yang berulang-ulang.
2. Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
3. Kemungkinan pernah mengalami abortus.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan.
2. Perdarahan tanpa rasa nyeri.
3. Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
c. Riwakat Kesehatan Keluarga
1. Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
2. Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini.
3. Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
4. Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
d. Riwayat Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
1. Minarche : 12 th
2. Siklus : 28 hari
3. Lamanya : ± 7 hari
4. Baunya : amis
5. Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Multigravida.
2. Kemungkinan abortus.
3. Kemungkinan pernah melakukan curettage.
f. Riwayat Nipas
4. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu tubuh : Suhu akan meningkat jika terjadi infeksi.
b. Tekanan darah : Akan menurun jika ditemui adanya tanda syok.
c. Pernapasan : Nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi.
d. Nadi : Nadi melemah jika ditemui tanda-tanda syok.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala seperti keadaan kepala dan kebersihan.
b. Muka biasanya terdapat cloasma gravidarum, muka kelihatan pucat.
c. Mata biasanya konjugtiva anemis.
d. Thorak biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal.
e. Abdomen
1. Inspeksi : terdapat strie gravidarum.
2. Palpasi :
a. Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih
rendah.
b. Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak.
c. Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas
pintu atas panggul.
d. Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
3. Perkusi : Reflek lutut +/+.
4. Auskultasi : Bunyi jantung janin bisa cepat lambat.
f. Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda.
g. Ekstremitas kemungkinan edema atau varies, kemungkinan akral dingin.
6. Pemeriksaan Penunjang

Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)


leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).

7. Data Sosial Ekonomi

Plasenta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perdarahan berulang b.d efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim.
2. Resiko gawat janin b.d tidak ada kuatnya perfusi darah ke plasenta post seksio.
3. Nyeri b.d trauma jaringan dan spasme otot perut.
Perencanaan

1. Resiko perdarahan berulang b.d efek penanaman plasenta pada segmen bawah rahim.
Tujuan : Klien tidak mengalami perdarahan berulang.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk membatasi pergerakan.

Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga


dapat terjadi perdarahan.

b. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu).

Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini


kemunduran atau kemajuan keadaan klien.

c. Kontrol perdarahan pervaginam.

Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan


pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
d. Anjurkan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak.

Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam


melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.

e. Monitor bunyi jantung janin.

Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta.

f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan.

Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.

2. Resiko gawat janin b.d tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta.


Tujuan : Gawat janin tidak terjadi.
Intervensi :
a. Istirahatkan klien.

Rasional : Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah.

b. Anjurkan klien agar miring ke kiri.

Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung.

c. Anjurkan klien untuk nafas dalam.

Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga
O2 janin terpenuhi.

d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen.

Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga


konsumsi pada janin meningkat.

e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroid.


Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ
vital pada janin.

3. Nyeri b.d trauma jaringan dan spasme otot perut.


Tujuan : Nyeri berkurang dan menghilang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien.

Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.

b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.

Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat


beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.

c. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.

Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan


pada rasa nyeri.

d. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam).

Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan


lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.

e. Kontrol vital sign klien.

Rasional : Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran


atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik.

Rasional :Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeri dapat berkurang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan antepartum merupakan suatu perdarahan uterus dari tempat diatas serviks
sebelum melahirkan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan. Perdarahan dapat
disebabkan oleh robeknya sebagian plasenta yang melekat di dekat kanalis servikalis yang
disebut plasenta previa. Perdarahan juga dapat berasal dari robeknya plasenta dari tempat
implantasi sebelum waktunya yang disebut solusio plasenta.
3.2 Saran

Secara khusus, seperti pembahasan dalam makalah ini yaitu tentang perdarahan
antepartum. Sebagai seorang bidan harus memahami apa saja perdarahan antepartum yang
bisa terjadi, gejala yang ditimbulkan, dan mampu memberikan asuhan yang tepat serta
mampu melakukan rujukan secara cepat apabila terjadi suatu kegawatan obstetris. Sebagai
seoang perawat juga harus memahami apa saja perdarahan antepartum, gejala yang
ditimbulkan dan memberikan asuhan yang tepat sesuai profesi masing – masig.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai