S DENGAN
KISTA OVARIUM PRE DAN POST LAPARATOMI
DI RUANG GALILEA II OBSGYN
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Laporan Asuhan Keperawatan pada Ny.F dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium
Pre dan Post Laparotomi di Ruang Galilea II Obsgyn Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta telah diperiksa dan disetujui oleh Preceptor Klinik dan Preceptor
Akademik.
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan pada Ny.F dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium Pre dan Post
Laparotomi di Ruang Galilea II Obsgyn Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. dr. Purwoadi Sujatno, Sp.PD, FINASIM, MPH. selaku direktur Rumah Sakit
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
4. Ibu Ika Retnaningsih, S. Kep., Ns., selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan serta saran dalam praktik klinik keperawatan.
5. Ibu Magdalena Indartiningsih, A.Md. Keb., selaku pembimbing klinik yang
telah memberikan bimbingan serta saran dalam praktik klinik keperawatan.
6. Oktalia Damar Prasetyaningrum, S.Kep,Ns,MAN., selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan
laporan lain.
7. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
3
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana
mestinya. Tuhan memberkati.
Kelompok 1
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau
korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai
kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik.
Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan
penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh
cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan
yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang
jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat
kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai
suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kista Ovarium?
2. Bagaimana penyebab dari Kista Ovarium?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari Kista Ovarium?
4. Bagaimana patofisiologis Kista Ovarium?
5
5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit Kista Ovarium?
6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan
preventif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian pada pasien dengan Nonstemi
b. Diagnosis keperawatan pada pasien dengan Nonstemi
c. Implementasi keperawatan pada pasien dengan Nonstemi
d. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Nonstemi
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan kasus ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis
dan konsep keperawatan pada kasus Nonstemi
BAB III PENGELOLAAN KASUS
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi pada kasus Nonstemi
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi perbandingan teori dengan kasus yang dianalisis dan dibahas,
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi.
6
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari asuhan keperatan
yang diberikan pada pasien dengan Kista Ovarium.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI KISTA OVARIUM
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini
bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung
menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista ovarium biasanya
berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan
atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang
terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja. (Setyorini, 2014).
1. Ge
net
ali
a
8
Eksterna
a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis
hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak,
terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan
ini tergantung dari suku bangsa dan juga dari jenis
kelamin.pada wanita umumnya batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan kebawaah sampai
sekitar anus dan paha.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk
perineum. Labia mayora bagian luar tertutup rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia
mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora
pada wanita dewasa panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1
– 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar
(labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari
suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara
bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina
bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah
9
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog
dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2
buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu
orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara
kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini
juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae
maupun bakteri-bakteri patogen.
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini
yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di
tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan
koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada
bagian posterior.
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan
muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga
kerja dari sphincter ani.
2. Genetalia Interna
a. Vagina
10
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya
sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
1) Forniks anterior -Forniks dekstra
2) Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan
depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian
bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi
uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas
kedua pangkal tuba.
11
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-
3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada
wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan
tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot
rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat
terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin
berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan
muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya,
12
dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat
konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi
desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan
bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus
dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-
otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri.
Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan.
c. Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12
cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae
13
sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum
dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan
kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi
adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum.
Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3
fungsi:
1) Memproduksi ovum
2) Memproduksi hormone estrogen
3) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan
hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting
pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda
seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan
akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang
disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel
graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini
terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18
14
tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan
ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
15
C. PATOFISIOLOGI KISTA OVARIUM
Faktor internal (faktor genetik, wanita yang menderita kanker Faktor eksternal (diet tinggi leak merokok,
payudara,riwayat kanker kolon, gangguan hormonal) alkohol)
Penimbunan folikel
Kista ovarium
Imunitas
Menahan organ sekitar Kurang pengetahuan tubuh Peristaltik usus
Diskontinuitas
jaringan
Resiko infeksi Resti konstipasi
ansietas
Rasa sebah di perut
Tekanan syaraf Pembesaran
sel tumor diameter >10 cm Gangguan rasa
Mual muntah nyaman : nyeri
17
b. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat
yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan
merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh
manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat,
kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
c. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya
hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol,
makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan
zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel
darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat
berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-
lain.
d. Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena
penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya
dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga
pola hidup sehat.
e. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress
manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti
merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
18
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak
menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah. Pasien
akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan
sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista.
19
H. PENCEGAHAN KISTA OVARIUM
Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:
1. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
2. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
3. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.
4. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol
pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.
5. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.
20
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
B. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
D. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
E. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
a. Sklera : ikterik/tidak
b. Konjungtiva : anemis/tidak
c. Mata : simetris/tidak
2. Abdomen
21
a. Nyeri tekan pada abdomen.
b. Teraba massa pada abdomen.
3. Panggul
a. Nyeri panggul saat beraktivitas.
b. Tidak ada kelemahan.
4. Eliminasi
Adanya konstipasi, susah BAK
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko imunitas
3. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
H. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Lakukan 1. Untuk
b/d agen asuhan keperawatan pengkajian nyeri menentukan
cidera fisik selama ...x24 jam secara intervensi
diharapkan nyeri komprehensif selanjutnya
pasien berkurang: 2. Ajarkan tentang 2. Napas dalam
Mampu mengontrol teknik non dapat
nyeri farmakologi merilekskan
Melaporkan bahwa tubuh sehingga
nyeri berkurang nyeri dapat
dengan berkurang
menggunakan 3. Edukasi keluarga 3. Lingkungan
manajemen nyeri untuk tetap dapat
Mampu mengenali menjaga mempengaruhi
nyeri lingkungan tetap tingkat nyeri
Menyatakan rasa tenang
nyaman setelah
nyeri berkurang 4. Kolaborasikan 4. Analgetik dapat
Tanda vital dalam dengan dokter memblok
rentang normal pemberian reseptor nyeri
analgetik
22
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interensi Rasional
infeksi sesudah pasien
Menunjukkan melakukan
kemampuan untuk perawatan pada
mencegah timbulnya pasien
infeksi 3.Meningkatkan
Jumlah leukosit 3. Ajarkan cara pengetahuan
dalam batas normal mencuci tangan keluarga tentang
Menunjukkan yang baik dan mencuci tangan
perilaku hidup sehat benar
4.Antibiotik dapat
4. Kolaborasikan mengurangi
pemerian adanya infeksi
antibiotic
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. IDENTITAS
a. PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 44 Thn
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Katholik
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jakarta Selatan
No. RM : 01129xxx
Tgl. Masuk RS : 8 Maret 2020
Diagnosis Medis : Kista Ovarium pre dan post Laparatomi
b. Penanggungjawab
Nama : Bp. H
Umur : Tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pekerjaan :
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jakarta Selatan
24
2. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI:
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bagian bawah
O: nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
P: nyeri berkurang saat pasien tiduran dan memberat saat pasien melakukan aktivitas
berat dan BAK yang keluar terakhir
Q: nyeri terasa seperti ditusuk benda tajam
R: nyeri dirasakan diperut kanan bagian bawah
S: skala nyeri 3
T: klien mencoba mengurangi rasa nyeri dengan beristirahat
U: klien baru pertama merasakan nyeri pada perut kanan bagian bawah saat BAK terasa
sakit
V: klien ingin cepat sembuh
3. ALASAN UTAMA DATANG KERUMAH SAKIT:
Pasien nyeri pada perut kanan bagian bawah selama 1 bulan yang lalu saat BAK dan
beraktivitas berat dan BAK anyang-anyangan
4. RIWAYAT PERNIKAHAN
Menikah 1 kali, lama pernikahan dengan suami sekarang 14 tahun, menikah pertama
kali usia 29 tahun.
5. RIWAYAT HAID
Menarche umur 12 tahun, cyclus teratur, lamanya 3-7 hari, banyaknya darah sedang,
sifat darah encer,tidak bau.
6. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (G:III, P:I, AB:I, AH:I)
25
8. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU
a. Pasien mengatakan pernah mengalami hipertensi sejak tahun 2018
b. Pengangkatan rahim tahun 2018 di RS Jakarta
c. Tumor mamae sinistra tahun 2017 dan sudah operasi di RS Bethesda
d. Alergi : pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat maupun makanan
apapun.
26
b. Pola eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) BAB
BAB satu kali, waktu pagi hari, konsistensi lembek, tidak menggunakan
penghantar BAB, tidak memakai obat pencahar. Keluhan pasien merasakan
nyeri di perut jika BAB.
b) BAK
Frekuensi 7 kali, jumlah 1500 cc, warna kuning, bau khas ammonia, keluhan
pasien sakit dan anyang-anyangan saat BAK sejak 1 bulan yang lalu, tidak
ada diberikan pengobatan
2) Selama dirimah sakit
a) BAB
Pasien mengatakan belum BAB
b) BAK
Pasien BAK sudah 3x sudah tidak sakit dan tidak anyang anyangan
c. Pola aktivitas istirahat tidur
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) Aktivitas sehari-hari
Pasien jarang berolahraga, kemampuan aktivitas sehari-hari semua dilakukan
sendiri, tidak menggunakan alat bantu.
b) Istirahat
Pasien istirahat jika mempunyai waktu luang untuk tidur, lamanya 1-2 jam,
tidak ada keluhan.
c) Kebutuhan tidur
Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 4-5 jam, tidak ada kesulitan dalam tidur.
27
2) Sesudah dirumah sakit
a) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4 Kererangan:
Perawatan Diri
0: mandiri
Makan/minum √
Mandi √ 1: dibantu sebagian
Toileting √ 2: perlu bantuan orang lain
Berpakaian √
Mobilitas di TT √ 3: perlu bantuan orang lain dan alat
Berpindah √ 4: tergantung total
Ambulasi/ROM √
28
2) Selama dirumah sakit
a) Kebersihan kulit
Pasien mandi kali sehari dan menggunakan sabun.
b) Kebersihan rambut
Pasien tidak mencuci rambut selama sakit
c) Kebersihan telinga kebersihan
Pasien selama sakit belum membersihkan telinga
d) Kebersihan mata
Pasien membersihkan mata dengan menggunakan tissue basa
e) Kebersihan mulut
Pasien menggosok gigi hari dan selalu menggunakan pasta gigi.
f) Kebersihan kuku
Kuku pasien terlihat pendek dan bersih
e. Pola reproduksi-seksualitas
Pasien mengatakan dulu pernah mengidap tumor mamae sebelah kanan dan sudah di
operasi di RS Bethesda pada tahun 2017, dan tidak ada gangguan hubungan seksual
selama hamil.
f. Pola kognitif persepsi sensori
Keadaan mental sadar, berbicara relevan, bahasa yang dikuasai bahasa Indonesia,
kemampuan membaca dan berkomunikasi memadai, keterampilan berinteraksi
mamadai, tingkat ansietas ringan, tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak
menggunakan kacamata, pasien tidak vertigo, pasien merasa nyeri di perut upaya
untuk mengatasinya dengan cara menarik napas dalam, pasien memahami tentang
melahirkan.
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri: pasien mengatakan bersyukur menjadi seorang wanita yang bisa
melahirkan seorang anak.
2) Gambaran diri: pasien mengatakan tidak apa-apa di operasi karena untuk
kesembuhan
29
3) Ideal diri: pasien mengatakan berharap menjadi ibu yang terbaik untuk anak dan
cucunya
4) Harga diri: pasien mengatakan senang ditunggu oleh keluarga.
5) Peran diri: pasien mengatakan akan berperan sebagai ibu yang memiliki 2 anak.
h. Pola koping
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan klien seringkali membicarakannya
terlebih dahulu dengan keluarga. Jika ada masalah hal yang biasa dilakukan mencari
pertolongan keluarga dan berdoa.
i. Pola peran-hubungan
Klien mengatakan ia adalah seorang ibu status pekerjaan yaitu jadi ibu rumah tangga.
Sistem pendukung klien yaitu suami dan anak-anak. Klien memiliki hubungan yang
baik antar anggota keluarga, klien selalu terbuka dan setiap masalah pasti ada
solusinya.
j. Pola pemeliharaan kesehatan
Pasien tidak menggunakan tembakau, alkohol, tidak menggunakan obat-obatan jenis
NAPZA, pasien mengerti dengan kondisi yang sekarang dialaminya.
k. Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selalu beribadah ke gereja setiap hari minggu.
2) Selama sakit
Klien mengatakan selama di rumah sakit hanya berdoa diatas tempat tidur
30
14. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Hubungan yang paling bermakna adalah dengan Tuhan, makna kelahiran bagi ibu yaitu
bagian kehidupan dan berkat dari Tuhan.
e. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
a) Bentuk kepala
kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak teraba adanya massa, distribusi
rambut lebat, rambut tidak rontok, warna rambut warna hitam sebagian
beruban.
b) Muka
Kesan wajah simetris, tidak ada odema
31
c) Mata
sklera putih, konjungtiva anemis. Reflek cahaya +/+.
d) Telinga
Bentuk telinga simetris, telinga bersih, tidak ada nyeri tekan tulang mastoid,
pendengaran telinga kanan dan kiri seimbang, tidak menggunakan alat bantu
dengar.
e) Hidung
Kondisi hidung bersih, posisi septum terletak di tengah, fungsi pembauan (+),
tidak ada secret, tdak nyeri sinus, tidak ada aksesoris hidung.
32
Tidak ditemukan suara napas tambahan, bunyi jantung lub-dub, BJ I tunggal
BJ II tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, irama jantung teratur.
d. Payudara
a) Inspeksi
Bentuk payudara kiri terdapat bekas luka insisi, payudara bersih, aeorola
lebar dan berwarna coklat, kanan dan kiri simetris
b) Palpasi
Payudara besar, tidak ada massa atau tumor, tidak ada keluhan payudara
selama sakit atau hamil
e. Axilla
Tidak ada tumor dan tidak ada keluhan nyeri
f. Punggung
Tidak ditemukan kelainan bentuk punggung, tidak ada nyeri tekan, tidak
ditemukan adanya luka pada punggung.
g. Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit coklat., terdapat bekas luka melintang (luka sc)
b) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan bawah dan teraba keras
c) Auskultasi
bising usus 25x/menit.
d) Perkusi
suara abdomen timpani, perkusi ginjal: tidak ada nyeri ketuk
h. Genetalia dan anus
Inspeksi
a) Vulva vagina perenium
Tampak bersih, tidak ada varices, perineum utuh, tidak ada penyakit kelainan,
tidak ada keluhan
b) Anus
Tidak ada pembesaran vena/hemaroid, tidak ada tumor atau massa
33
i. Ekstremitas
a) Atas
anggota gerak atas lengkap, kekuatan otot 5, simetri, tidak ditemukan edema,
CRT < 2 detik, tidak ditemukan clubbing finger, tidak ditemukan kelainan jari
tangan, terpasang infus di tangan kanan pasien.
b) Bawah
anggota gerak bawah lengkap, kekuatan otot 5, simetris, tidak ditemukan
kelainan bentuk kaki, tidak ada edema.
j. Reflek
a) Refleks biologis: Biseps (+), Triseps (+)
b) Reflek patologis:Kaku kuduk (-), laseque (-), kernig (-), babinski (-)
34
16. DIAGNOSTIK TEST
Tanggal : 8 maret 2020
NO. JENIS HASIL NILAI NORMAL
Darah Lengkap
1. Eosinofil H 4.1% 2-4%
2. Monosit H 8.3% 2-8%
35
ANALISA OBAT (post operasi)
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
Katese Nyeri akut, Pasien yang Diare, Nyeri
sedang, hingga alergi obat ini, dyspepsia, nyeri berkurang
berat setelah penderita ulkus gastrointestinal, atau hilang
prosedur bedah peptikkum aktif, nausea, sakit
penyakit kepala, pusing ,
serebrovaskular, mengantuk
hipovolemia.
36
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
penglihatan),
urtikaria
(kelainan kulit
akibat alergi),
edema
periorbital
(pembengkakan
sekitar mata)
Kobiven Kabiven Hipersensitivitas Gangguan Kebutuhan
merupakan obat ini dan sistem nutrisi klien
cairan infus yang protein telur atau pencernaan terpenuhi
mengandung kedelai (Diare, mual,
gula, asam amino muntah, dan
dan sembelit), timbul
elektrolit. Kabive jerawat, sakit
n berfungsi untuk kepala, depresi
perawatan kehilangan
kanker, gula selera makan,
darah rendah, perubahan
dehidrasi suasana hati
(Kekurangan
cairan dalam
tubuh),
skizofrenia
(penyakit mental
yang
menyebabkan
penderitanya
mengalami
halusinasi,
delusi, dan
perubahan
perilaku),
depresi,
kelelahan,
intoleransi
terhadap sukrosa
dan kondisi
lainnya
Amlodipin menurunkan hipersensitivitas Sakit Kanan darah
tekanan darah kepala/pusing, turun.
tinggi mengantuk.
perasaan lelah,
sakit perut atau
flushing (rasa
hangat,
kemerahan di
kulit, atau
sensasi
37
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
kesemutan)
38
Pre
Analisa Data
Data (S-S) Problem Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri di perut kanan Nyeri akut Agen cedera biologis
bagian bawah
O : nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu
P : nyeri berkurang saat pasien tiduran
dan memberat saat pasien
melakukan aktivitas berat dan BAK
yang keluar terakhir
Q : nyeri terasa seperti ditusuk benda
tajam
R : nyeri dirasakan diperut kanan bagian
bawah
S : skala nyeri 3
T : klien mencoba mengurangi rasa nyeri
dengan beristirahat
U: klien baru pertama merasakan nyeri
pada perut kanan bagian bawah saat
BAK terasa sakit
V : klien ingin cepat sembuh
DO : pasien tampak menahan sakit saat
ditekan area kuadran III
Sonoanatomis : tanda massa kistik di
posterolateral dextra VU dengan batas
tegas dengan uk lk 8.5x6 4 cm DD Kista
ovarium
DS : klien mengatakan punya riwayat Risiko risiko perubahan afterload
Hipertensi sejak tahun 2018 penurunan curah
DO : TD : 130/80 mmHg jantung
39
No. Daftar Diagnosis (sesuai prioritas)
Sonoanatomis : tanda massa kistik di posterolateral dextra VU dengan batas tegas
dengan uk lk 8.5x6 4 cm DD Kista ovarium
40
Tindakan keperawatan
Diagnosis
Rasional
keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Tgl: 9/3/20 Tgl: 9/3/20 Jam Tgl: 9/3/20 Jam 11.05 Tgl: 9/3/20 Jam 11.10
11.02
Jam 11.00
Nyeri akut NIC: Pain 1. Karakteristik nyeri
berhubungan Setelah dilakukan management berguna untuk
dengan agen tindakan keperawatan menentukan tindakan
1. Kaji karakteristik
cedera fisik selama 2x24 jam selanjutnya yang
nyeri pasien
(luka post op), diharapkan masalah diperlukan
yang ditandai keperawatan teratasi 2. Berikan posisi
2. Tidur telentang
dengan: dengan kriteria hasil: yang nyaman
mengurangi ketegangan
untuk pasien
NOC: Pain Control pada perut pasien
seperti tidur
a. Pasien terlantang 3. Napas dalam membuat
melaporkan nyeri oksigen tercukupi dan
3. Anjurkan
berkurang menjadi meredakan nyeri
melakukan teknik
skala 1-2 non farmakologi 4. Agen farmakologi
b. Tidak ada tanda napas penurun nyeri
verbal akan nyeri
4. Kolaborasi
seperti
pemberian obat
mengernyitkan
sesuai indikasi
dahi atau wajah
dokter
meringis
Tgl: 9/3/20 Tgl: 9/3/20 Jam Tgl: 9/3/20 Jam 11.25 Tgl: 9/3/20 Jam 11.30
Jam 11.15 11.20
1. Pantau TTV : Nadi, 1. Indikator terjadinya
Risiko Setelah dilakukan TD, irama nadi penurunan curah jantung
penurunan tindakan keperawatan
2. Anjurkan klien 2. Memberikan klien waktu
curah jantung selama 1X24 jam
untuk mengurangi istirahat selama di RS
dengan faktor masalah dapat teratasi
aktivitas selama di
risiko dengan kriteria hasil: 3. Bekerja dengan cara
RS
perubahan menurunkan tekanan darah.
a. TD : rentang
afterload 3. Berikan obat
normal
amlodiphine
b. Nadi : 60-
100x/menit
c. Irama reguler
41
CATATAN PERKEMBANGAN
2 Senin, 9 I : Ajeng,
Maret 2020 1. Pantau TTV : Nadi, TD, irama nadi Debora,
12.25 Demokrat
S : tidak ada keluhan, dulu punya riwayat h
hipertensi
42
selama di RS
Siang
21.00
14.40
43
A : masalah belum teratasi
15.00
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
I:
15.30 1. Pantau TTV : Nadi, TD, irama nadi
O : klien gelisah
Malam
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
01.00
I:
S : merasa lemas
44
O : klien pucat, TD : 130/80 mmhg, nadi :
105x/menit irama cepat reguler
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3
45
ASUHAN KEPERAWATAN POST LAPAROTOMI EXPLORASI ADHESIOLISI +
RESEKSI + APPENDEKTOMY
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny F
Usia : 45 tahun
2. DATA FOKUS
Data subyektif :
a. Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
O = Nyeri setelah operasi pada tanggal 9 maret 2020 pukul 21.00
P = Nyeri karena ada luka bekas operasi dan bertambah jika bergerak
Q = Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R = Nyeri pada perut bawah
S = Skala nyeri 5
T = Tindakan yang dilakukan istirahat dan mengikuti pengobatan di RS
U = Klien tau nyeri karena ada bekas luka operasi
V = Klien ingin cepat sembuh
b. Klien mengatakan pusing
c. Klien mngatakan semua aktifitas dibantu oranglain
d. klien menatakan ada selang yang dialirkan dari perut
Data obyektif :
a. TTV :
1) TD 140/80 mmHg di lengan sinistra posisi supinasi
2) HR 89 x/mnt di nadi radialis sinistra
3) RR 19 x/mnt regular
4) S 36,7oC di ukur d aksila dextr a
b. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : terdapat luka ± 10 cm pada abdomen bawah, luka tertutup kasa
post op H0, terpasang drainase pada abdomen, darah keluar 50 cc
Auskultasi : bising usus 8 x/mnt, gurgles
46
Palpasi : tidak terkaji pasien post op pada daerah abdomen
Perkusi : tympani
c. Terpasang NGT dialirkan, cairan 300 cc berwarna coklat kehitaman
d. Terpasang kateter ukuran 16, cairan pengunci 15 cc
e. Klien menyeringai
f. Klien memegangi area abdomen
g. Klien puasa 6 jam dan bed rest
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
Do :
a. Klien menyeringai
b. Klien memegangi area
abdomen
47
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
Do :
Do =
C. DIAGNOSA
NO DIAGNOSIS
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur pembedahan) ditandai dengan :
Ds :
Do :
a. Klien menyeringai
b. Klien memegangi area abdomen
2. Gangguan integritas kulit b.d prosedur invasive ditandai dengan :
Ds : -
Do :
48
NO DIAGNOSIS
49
D. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
50
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
personal
hygene yang
tepat sehingga
meminimalisir
pertumbuhan
mikroorganism
e yang dapat
menghambat
penyembuhan
luka
4. Diet TKTP
membantu
pembentukan
jaringan kulit
dan
mempercepat
proses
penyembuhan
luka insisi
3. Dx 3 Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui
tindakan keperawatan kemampuan kemampuan
selama 3 x 24 jam klien dalam klien dalam
mobilisasi mobilisasi
diharapkan masalah
2. Bantu klien untuk
teratasi dengan kriteria dalam menentukan
hasil : mobilisasi intervensi
1. Klien mampu 3. Edukasi klien berikutnya
melakukan mobilisasi untuk 2. membantu
secara mandiri atau mobilisasi mobilisasi
dengan bantuan secara dapat
minimal bertahap menghindari
2. Klien mampu 4. Kolaborasi terjadinya KTD
mempertahankan dengan tim 3. klien mampu
fleksibelitas sendi kesehatan mobilisasi
lain dalam sesuai
membantu kemampuan
klien dari bantuan
mobilisasi total, bantuan
sebagian,
bantuan
minimal hingga
nantinya klien
mampu
melakukan
mobilisasi
secara mandiri
4. meningkatkan
kemampuan
mobilisasi klien
51
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
52
E. CATATAN PERKEMBANGAN
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
53
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
minum ½ gelas
E:
S : klien mengatakan luka belum
pernah dibuka dari setelah operasi
O : tidak ada rembesan cairan pada
perban dan tidak ada kemerahan
pada sekitar perban
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
54
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
08.05 tindakan
Do : cuci tangan sebelum dan
08.07 sesudah tindakan
3. memberian tysos
08.50 Do : dosis 1 gr secara IV
4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
14.00
mengikuti edukasi yang
diberikan
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
55
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
56
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi:
57
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
58
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
P : lanjutkan intervensi
59
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
P : lanjutkan intervensi
60
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
I:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.00
P : lanjutkan intervensi:
61
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
07.00
62
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
63
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
64
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
06.30 E:
07.00
07.20 P:
65
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
pemberian kettese 25 mg
07.40 I:
E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
P : lanjutkan intervensi:
66
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
08.15
S : pasien mengatakan luka operasi
belum pernah dibersihkan
P : lanjutkan intervensi
07.35
1. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
67
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
13.35
68
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
69
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
13.00
70
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
14.10
14.25 I:
O : klien rileks
71
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi:
14.30 1. Kaji kondisi luka
2. Lakukan perawatan luka
14.45 3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
I:
E:
72
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi
73
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
20.30
P : lanjutkan intervensi
74
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
tangan steril
3. memberian tysos
Do : dosis 1 gr secara IV
4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
16.30
mengikuti edukasi yang
diberikan
17.30 E:
75
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
17.00
S : klien mengatakan pusing berkurang
tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar 50cc
17.30 A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
20.30
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
21.12
21.15 I:
1. Mengkaji nyeri secara
21.17 komprehensif
Ds : klien mengatakan nyeri
masih terasa, skala 4 pada perut
bekas operasi
Do : klien meringis pada saat
22.00 berubah posisi
2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
76
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.05
21.07
I:
77
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
04.30
06.00
07.00
P : lanjutkan intervensi
21.07
1. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
I:
78
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.00
79
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
I:
23.20 E:
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.00
80
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD
E:
23.05
S : klien mengatakan pusing berkurang
tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar 50cc
A : masalah belum teratasi
05.00 P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
06.45
81
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. F dengan
Diagnosa Kista Ovarium, maka dalam bab ini penulis akan membahas
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan
studi kasus. Dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan
keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
dengan uraian sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pada saat pengkajian, perawat menemukan nyeri pada bekas operasi, pasien
mengatakan merasakan nyeri mulai dirasakan pada bagian perut bawah sebelah
kiri, dan tidak adanya darah yang merembes pada luka operasi. Tanda tersebut
sesuai dengan teori pasien dengan kondisi post operasi.
B. Diagnosa
Menurut teori, diagnose yang muncul adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post op).
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan pembedahan (luka post op).
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
(luka post OP)
82
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan kista ovarium
di Ruang G2 Obsgyn RS Bethesda, kami mendapatkan pengalaman yang
nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
operasi, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian keperawatan. Pengkajian pada Ny. F
difokuskan pada pemeriksaan abdomen yaitu pemeriksaan fisik pada bekas
sayatan post operasi laparotomy. Tahap penegakan diagnosa keperawatan
dapat penulis simpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang ada dalam
teori tidak semuanya muncul didalam kasus Ny. F hal ini sangat
tergantung pada kondisi pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta
komplikasi yang terjadi pada pasien.
B. SARAN
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah
diberikan dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan
keperawatan. Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca
dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil
untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Untuk Perawat
Peran perawat dalam pemberian edukasi sangat diperlukan untuk
memberikan penjelasan mengenai perjalanan penyakit, bahaya
penyakit, komplikasi, dan tindakan pengobatan yang tepat sejak
pasien dinyatakan sakit kista ovarium.
83
DAFTAR PUSTAKA
84