Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN
KISTA OVARIUM PRE DAN POST LAPARATOMI
DI RUANG GALILEA II OBSGYN
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Agata Wilis Widya A (1904039)


Christin Novita Kupa (1904046)
Debora Novianti (1904048)
Demokrath Pulanggeni (1904051)
Emiliana Binarti (1904054)
Rahajeng Kartika (1904079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Ny.F dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium
Pre dan Post Laparotomi di Ruang Galilea II Obsgyn Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta telah diperiksa dan disetujui oleh Preceptor Klinik dan Preceptor
Akademik.

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Mengetahui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik 1 Preceptor Klinik 2

Oktalia Damar Ika Retnaningsih, Magdalena


Prasetyaningrum,S.Kep,Ns,MAN S.Kep., Ns Indartiningsih,
A.Md.Keb

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan pada Ny.F dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium Pre dan Post
Laparotomi di Ruang Galilea II Obsgyn Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan laporan ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. dr. Purwoadi Sujatno, Sp.PD, FINASIM, MPH. selaku direktur Rumah Sakit
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S. Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
4. Ibu Ika Retnaningsih, S. Kep., Ns., selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan serta saran dalam praktik klinik keperawatan.
5. Ibu Magdalena Indartiningsih, A.Md. Keb., selaku pembimbing klinik yang
telah memberikan bimbingan serta saran dalam praktik klinik keperawatan.
6. Oktalia Damar Prasetyaningrum, S.Kep,Ns,MAN., selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan
laporan lain.
7. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan

3
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana
mestinya. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Kelompok 1

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau
korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau
kronik. Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai
kedaruratan abdomen akut, seperti apendisitis, atau kehamilan ektopik.
Kista yang lebih besar dapat menyebabkan pembengkakan abdomen dan
penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh
cairan atau fisilogis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan
yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang
jinak. Perawatan pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat
kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intraabdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai
suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang ketat

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kista Ovarium?
2. Bagaimana penyebab dari Kista Ovarium?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari Kista Ovarium?
4. Bagaimana patofisiologis Kista Ovarium?

5
5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit Kista Ovarium?
6. Pencegahan yang bagaimana yang dapat dilakukan sebagai tindakan
preventif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kista Ovarium
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian pada pasien dengan Nonstemi
b. Diagnosis keperawatan pada pasien dengan Nonstemi
c. Implementasi keperawatan pada pasien dengan Nonstemi
d. Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Nonstemi

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan kasus ini, disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis
dan konsep keperawatan pada kasus Nonstemi
BAB III PENGELOLAAN KASUS
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi pada kasus Nonstemi
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi perbandingan teori dengan kasus yang dianalisis dan dibahas,
meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi.

6
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari asuhan keperatan
yang diberikan pada pasien dengan Kista Ovarium.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

I. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI KISTA OVARIUM
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini
bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung
menyerupai sebuah kapsul. (Andang, 2013) Kista ovarium biasanya
berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang berisi material cairan
atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang
terletak di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk
kapan saja. (Setyorini, 2014).

B. ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

1. Ge
net
ali
a

8
Eksterna
a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis
hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak,
terletak di atas simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan
ini tergantung dari suku  bangsa dan juga dari jenis
kelamin.pada wanita umumnya  batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan  kebawaah sampai
sekitar  anus dan paha.
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk
perineum. Labia mayora bagian luar tertutup rambut, yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia
mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora
pada wanita dewasa  panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1
– 1,5 cm. Pada anak-anak kedua labia mayora sangat
berdekatan.
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar
(labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari
suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna
kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara
bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina
bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah

9
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog
dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2
buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.

e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu
orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara
kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini
juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae
maupun bakteri-bakteri patogen.
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini
yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di
tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat
mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan
koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada
bagian posterior.
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan
muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga
kerja dari sphincter ani.
2. Genetalia Interna
a. Vagina

10
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang
bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya
sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
1) Forniks anterior      -Forniks dekstra
2) Forniks posterior     -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman
vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor
diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan
depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian
bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi
uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas
kedua pangkal tuba.

11
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-
3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada
wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar
uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
2) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan
luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan
tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot
rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah
arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat
terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin
berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim
yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis
servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat
persalinan.
3) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan
muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya,

12
dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh
perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat
konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi
desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi
(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan
bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus
dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-
otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum
Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya
menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri.
Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale
Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan
persalinan.
c. Tuba Falopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12
cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae

13
sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum
dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.
d. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan
kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi
adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum.
Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak
100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3
fungsi:
1) Memproduksi ovum
2) Memproduksi hormone estrogen
3) Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai
pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan
hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting
pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda
seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan
akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang
disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel
graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini
terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18

14
tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan
ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

15
C. PATOFISIOLOGI KISTA OVARIUM
Faktor internal (faktor genetik, wanita yang menderita kanker Faktor eksternal (diet tinggi leak merokok,
payudara,riwayat kanker kolon, gangguan hormonal) alkohol)

Sel telur gagal berovulasi Gangguan hormon

Menghasilkan hormon hiposia


abnoral

Penimbunan folikel

Pematangan gagal dan gagal melepaskan sel telur

Kista ovarium

Pre operasi Post operasi

Pembesaran ovarium Kurang informasi Luka operasi Sirkulas darah immobilisas

Imunitas
Menahan organ sekitar Kurang pengetahuan tubuh Peristaltik usus
Diskontinuitas
jaringan
Resiko infeksi Resti konstipasi
ansietas
Rasa sebah di perut
Tekanan syaraf Pembesaran
sel tumor diameter >10 cm Gangguan rasa
Mual muntah nyaman : nyeri

Gangguan rasa Menekan usus dan


nyaman : nyeri anus anoreksia
Perubahan nutrisi
Intake tidak kurang dari
16 kebutuhan
Resti konstipasi
adekuat tubuh
D. ETIOLOGI KISTA OVARIUM
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014).
Faktor penyebab terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran
yang berisi cairan karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari
asap pabrik dan pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh manusia, dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista,
Faktor makanan ; lemak berlebih atau lemak yang tidak sehat yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko tumbuhnya kista, dan faktor genetik
(Andang, 2013).
Menurut Prawiroharjo (2010) ada beberapa faktor pemicu yang dapat mungkin
terjadi, yaitu:
1. Faktor internal
a. Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut
gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
b. Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron
akan memicu terjadinya penyakit kista.
c. Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke
bagian alat reproduksi lainnya.
2. Faktor eksternal
a. Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila jarang
olahraga maka kadar lemak akan tersimpan didalam tubuh dan akan
menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat
terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.

17
b. Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak sehat
yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat dengan
merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan kesehatan tubuh
manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah tersumbat,
kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
c. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat
Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya
hidup yang tidak sehat pula, selain merokok dan konsumsi alkohol,
makanan yang tinggi serat dan lemak dapat menyebabkan penimbunan
zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia,
terhambatnya saluran pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel
darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat
berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-
lain.
d. Sosial Ekonomi Rendah
Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu terjadinya kista,
walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula terkena
penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya
dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak menjaga
pola hidup sehat.
e. Sering stress
Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress
manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti
merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.

E. MANIFESTASI KLINIS KISTA OVARIUM


Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau keluhan.
Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan mengganggu organ
tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran kemih, usus, saraf, atau
pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan
keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan,
kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat

18
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya tidak
menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah. Pasien
akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa penuh dan
sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KISTA OVARIUM


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain:
1. Laparaskopi
Menentukan asal dan sifat tumor, apakah tumor tersebut berasal dari ovarium
atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk jinak atau ganas.
2. Ultrasonografi (USG)
Menentukan letak, batas, dan permukaan tumor melalui abdomen atau vagina,
apakah tumor berasal dari ovarium, uterus, atau kandung kemih, dan apakah
tumor kistik atau solid.
3. Foto rontgen
Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada terdapat cairan yang
abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
4. Pemeriksaan darah
Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125 adalah suatu protein yang
konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor khususnya pada kanker ovarium.
Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel jinak sebagai respon terhadap keganasan.

G. PENATALAKSANAAN KISTA OVARIUM


1. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
2. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen
yang ketat(Nugroho, 2014).

19
H. PENCEGAHAN KISTA OVARIUM
Menurut Nugroho (2014), adapaun cara pencegahan penyakit kista yaitu:
1. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
2. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
3. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari infeksi
mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.
4. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol
pemicu stress dan dapat pula terjadi obesitas.
5. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena mampu
mencegah produksi sel telur.

20
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
B. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
D. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
E. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
a. Sklera                  : ikterik/tidak
b. Konjungtiva        : anemis/tidak
c. Mata                    : simetris/tidak
2. Abdomen

21
a. Nyeri tekan pada abdomen.
b. Teraba massa pada abdomen.

3. Panggul
a. Nyeri panggul saat beraktivitas.
b. Tidak ada kelemahan.
4. Eliminasi
Adanya konstipasi, susah BAK
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko imunitas
3. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
H. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Lakukan 1. Untuk
b/d agen asuhan keperawatan pengkajian nyeri menentukan
cidera fisik selama ...x24 jam secara intervensi
diharapkan nyeri komprehensif selanjutnya
pasien berkurang: 2. Ajarkan tentang 2. Napas dalam
 Mampu mengontrol teknik non dapat
nyeri farmakologi merilekskan
 Melaporkan bahwa tubuh sehingga
nyeri berkurang nyeri dapat
dengan berkurang
menggunakan 3. Edukasi keluarga 3. Lingkungan
manajemen nyeri untuk tetap dapat
 Mampu mengenali menjaga mempengaruhi
nyeri lingkungan tetap tingkat nyeri
 Menyatakan rasa tenang
nyaman setelah
nyeri berkurang 4. Kolaborasikan 4. Analgetik dapat
 Tanda vital dalam dengan dokter memblok
rentang normal pemberian reseptor nyeri
analgetik

Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1.Untuk


infeksi asuhan keperawatan dan gejala menentukan
dengan selama ...x 24 jam infeksi sistemik intervensi
faktor resiko diharapakan infeksi dan lokal selanjutnya
prosedur terkontrol 2.Meminimalkan
invasif  Klien bebas dari 2. Cuci tangan timbulnya
tanda dan gejala sebelum dan infeksi pada

22
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Interensi Rasional
infeksi sesudah pasien
 Menunjukkan melakukan
kemampuan untuk perawatan pada
mencegah timbulnya pasien
infeksi 3.Meningkatkan
 Jumlah leukosit 3. Ajarkan cara pengetahuan
dalam batas normal mencuci tangan keluarga tentang
 Menunjukkan yang baik dan mencuci tangan
perilaku hidup sehat benar
4.Antibiotik dapat
4. Kolaborasikan mengurangi
pemerian adanya infeksi
antibiotic

Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1.Mengkaji


perawatan asuhan keperawatan pasien untuk kemampuan
diri b.d selama ...x24 jam melakukan klien untuk
imobilitas diharapakan pasien perawatan diri melakukan
menunjukkan perawatan diri,
kebersihan diri untuk
 Pasien bebas dari menentukan
bau 2. Berikan pujian intervensi
 Pasien tampak pada pasien selanjutnya.
menunjukkan tentang 2.Memberikan
kebersihan kebersihannya pujian membuat
 Pasien nyaman pasien lebih
kooperatif dalam
3. Ajarkan keluarga kebersihan
untuk ikut serta 3.Meningkatkan
saat hubungan antara
memandikan keluarga dan
pasien.
4. Kolaborasikan 4.Meningkatkan
dengan hubungan antar
pramurukti rekan kerja.
untuk
menyiapkan air
panas

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tgl Pengkajian: 9 Maret 2020 Pukul :10.00 WIB Oleh: Kelompok 1

1. IDENTITAS
a. PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 44 Thn
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Katholik
Pekerjaan : IRT
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jakarta Selatan
No. RM : 01129xxx
Tgl. Masuk RS : 8 Maret 2020
Diagnosis Medis : Kista Ovarium pre dan post Laparatomi

b. Penanggungjawab
Nama : Bp. H
Umur : Tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Katholik
Pekerjaan :
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Jakarta Selatan

24
2. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI:
Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bagian bawah
O: nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
P: nyeri berkurang saat pasien tiduran dan memberat saat pasien melakukan aktivitas
berat dan BAK yang keluar terakhir
Q: nyeri terasa seperti ditusuk benda tajam
R: nyeri dirasakan diperut kanan bagian bawah
S: skala nyeri 3
T: klien mencoba mengurangi rasa nyeri dengan beristirahat
U: klien baru pertama merasakan nyeri pada perut kanan bagian bawah saat BAK terasa
sakit
V: klien ingin cepat sembuh
3. ALASAN UTAMA DATANG KERUMAH SAKIT:
Pasien nyeri pada perut kanan bagian bawah selama 1 bulan yang lalu saat BAK dan
beraktivitas berat dan BAK anyang-anyangan
4. RIWAYAT PERNIKAHAN
Menikah 1 kali, lama pernikahan dengan suami sekarang 14 tahun, menikah pertama
kali usia 29 tahun.
5. RIWAYAT HAID
Menarche umur 12 tahun, cyclus teratur, lamanya 3-7 hari, banyaknya darah sedang,
sifat darah encer,tidak bau.
6. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN (G:III, P:I, AB:I, AH:I)

No.O LAHIR UMUR PERSALINAN ANAK NIFAS KET


TAHUN KEHAMIL JENIS OLEH BBL L/P H/M
AN
2007 40 minggu dokter 5.5 kg baik
2011 39 minggu dokter 3.9 kg Baik
2014 37 minggu dokter 3.7 kg baik

7. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


NO ALAT/CARA PASANG/MULAI LEPAS/STOP KET
TGL/BLN/THNOLEH DI TGL/BLN/THNOLEH DI
1. Sterilisasi 2014 dokter RS lupa - -
2. IUD 2018 dokter RS 2019 dokter RS

25
8. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU
a. Pasien mengatakan pernah mengalami hipertensi sejak tahun 2018
b. Pengangkatan rahim tahun 2018 di RS Jakarta
c. Tumor mamae sinistra tahun 2017 dan sudah operasi di RS Bethesda
d. Alergi : pasien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat maupun makanan
apapun.

9. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan keluarga mempunyai riwayat penyakit turunan
Ibu nya mengidap hipertensi dan DM
Ayahnya mengidap hipertensi
Keluarga suami tidak ada penyakit keturunan

10. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG


Pasien tidak hamil

11. PENGKAJIAN BIOLOGIS


a. Pola nutrisi-Metabolik
1) Sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan frekuensi makan dalam sehari 3 kali, jenis makanan nasi,
lauk dan sayur. Porsi yang diihabiskan 1 porsi piring makan, makanan yang
disukai adalah sayuran dan buah, makanan yang tidak disukai tidak ada,
makanan yang dipantang tidak ada, makanan tambahan dan vitamin tambahan
adalah sangobion. Kebiasaan makan dirumah, nafsu makan baik. Banyaknya
minum sehari 2000cc dengan jenis minuman air putih, minuman yang disukai
tidak ada. Minuman yang disukai dan pantang tidak ada.

2) Selama dirumah sakit


Pasien mengatakan makan hanya makanan dari RS dan jam 12 siang mulai
puasa.

26
b. Pola eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) BAB
BAB satu kali, waktu pagi hari, konsistensi lembek, tidak menggunakan
penghantar BAB, tidak memakai obat pencahar. Keluhan pasien merasakan
nyeri di perut jika BAB.
b) BAK
Frekuensi 7 kali, jumlah 1500 cc, warna kuning, bau khas ammonia, keluhan
pasien sakit dan anyang-anyangan saat BAK sejak 1 bulan yang lalu, tidak
ada diberikan pengobatan
2) Selama dirimah sakit
a) BAB
Pasien mengatakan belum BAB
b) BAK
Pasien BAK sudah 3x sudah tidak sakit dan tidak anyang anyangan
c. Pola aktivitas istirahat tidur
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) Aktivitas sehari-hari
Pasien jarang berolahraga, kemampuan aktivitas sehari-hari semua dilakukan
sendiri, tidak menggunakan alat bantu.
b) Istirahat
Pasien istirahat jika mempunyai waktu luang untuk tidur, lamanya 1-2 jam,
tidak ada keluhan.
c) Kebutuhan tidur
Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 4-5 jam, tidak ada kesulitan dalam tidur.

27
2) Sesudah dirumah sakit
a) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4 Kererangan:
Perawatan Diri
0: mandiri
Makan/minum √
Mandi √ 1: dibantu sebagian
Toileting √ 2: perlu bantuan orang lain
Berpakaian √
Mobilitas di TT √ 3: perlu bantuan orang lain dan alat
Berpindah √ 4: tergantung total
Ambulasi/ROM √

b) Istirahat dan tidur


Pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi.

d. Pola kebersihan diri


1) Sebelum masuk rumah sakit
a) Kebersihan kulit
Pasien mandi dua kali sehari dan menggunakan sabun atau krem
b) Kebersihan rambut
Pasien mencuci rambut pada saat mandi dan menggunakan shampo
c) Kebersihan telinga
Pasien membersihkan telinga 1 minggu sekali, pasien tidak menggunakan alat
bantu dengar
d) Kebersihan mata
Pasien membersihkan mata pada saat selesai mandi menggunakan tisu diusap
ke mata.
e) Kebersihan mulut
Pasien menggosok gigi pada pagi dan malam hari dan selalu menggunakan
pasta gigi.
f) Kebersihan kuku
Pasien selalu memotong kuku jika kuku panjang, tidak ada gangguan pada
kuku.

28
2) Selama dirumah sakit
a) Kebersihan kulit
Pasien mandi kali sehari dan menggunakan sabun.
b) Kebersihan rambut
Pasien tidak mencuci rambut selama sakit
c) Kebersihan telinga kebersihan
Pasien selama sakit belum membersihkan telinga
d) Kebersihan mata
Pasien membersihkan mata dengan menggunakan tissue basa
e) Kebersihan mulut
Pasien menggosok gigi hari dan selalu menggunakan pasta gigi.
f) Kebersihan kuku
Kuku pasien terlihat pendek dan bersih
e. Pola reproduksi-seksualitas
Pasien mengatakan dulu pernah mengidap tumor mamae sebelah kanan dan sudah di
operasi di RS Bethesda pada tahun 2017, dan tidak ada gangguan hubungan seksual
selama hamil.
f. Pola kognitif persepsi sensori
Keadaan mental sadar, berbicara relevan, bahasa yang dikuasai bahasa Indonesia,
kemampuan membaca dan berkomunikasi memadai, keterampilan berinteraksi
mamadai, tingkat ansietas ringan, tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak
menggunakan kacamata, pasien tidak vertigo, pasien merasa nyeri di perut upaya
untuk mengatasinya dengan cara menarik napas dalam, pasien memahami tentang
melahirkan.
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri: pasien mengatakan bersyukur menjadi seorang wanita yang bisa
melahirkan seorang anak.
2) Gambaran diri: pasien mengatakan tidak apa-apa di operasi karena untuk
kesembuhan

29
3) Ideal diri: pasien mengatakan berharap menjadi ibu yang terbaik untuk anak dan
cucunya
4) Harga diri: pasien mengatakan senang ditunggu oleh keluarga.
5) Peran diri: pasien mengatakan akan berperan sebagai ibu yang memiliki 2 anak.

h. Pola koping
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan klien seringkali membicarakannya
terlebih dahulu dengan keluarga. Jika ada masalah hal yang biasa dilakukan mencari
pertolongan keluarga dan berdoa.
i. Pola peran-hubungan
Klien mengatakan ia adalah seorang ibu status pekerjaan yaitu jadi ibu rumah tangga.
Sistem pendukung klien yaitu suami dan anak-anak. Klien memiliki hubungan yang
baik antar anggota keluarga, klien selalu terbuka dan setiap masalah pasti ada
solusinya.
j. Pola pemeliharaan kesehatan
Pasien tidak menggunakan tembakau, alkohol, tidak menggunakan obat-obatan jenis
NAPZA, pasien mengerti dengan kondisi yang sekarang dialaminya.
k. Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selalu beribadah ke gereja setiap hari minggu.
2) Selama sakit
Klien mengatakan selama di rumah sakit hanya berdoa diatas tempat tidur

12. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS


1) Perasaan ibu dalam menghadapi keadaan saat ini: tenang
2) Perasaan suami dalam menghadapi keadaan ibu saat ini: suami merasa tenang
3) Siapa yang sangat bermakna dalam kehidupan ini: Tuhan
4) Siapa orang yang diharapkan menemani saat seperti ini: keluarga

13. PENGKAJIAN SOSIAL


Pasien mengatakan keluarga selalu mendampingi dan menerima keadaan saat ini

30
14. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Hubungan yang paling bermakna adalah dengan Tuhan, makna kelahiran bagi ibu yaitu
bagian kehidupan dan berkat dari Tuhan.

15. PENGKAJIAN FISIK


a. Keadaan umum pasien: sedang, pasien meringis menahan nyeri saat perut kanan
bawah ditekan, terpasangan infus di tangan kanan
b. Tingkat kesadaran
a. Kualitatif: compos Mentis
b. Kuantitatif: E:4, V:5, M:6
c. Antropometri
TB : 160 cm
BB : 75 kg
d. TTV
TD: 130/80 mmHg lengan kanan, posisi klien baring ukuran manset dewasa.
Nadi: 82 x/menit, reguler, diukur di arteri radialis dextra
Suhu: 36,6oC, diukur di dahi menggunakan thermometer
Respirasi: 19x/menit, reguler, tipe pernapasan dada

e. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
a) Bentuk kepala
kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak teraba adanya massa, distribusi
rambut lebat, rambut tidak rontok, warna rambut warna hitam sebagian
beruban.
b) Muka
Kesan wajah simetris, tidak ada odema

31
c) Mata
sklera putih, konjungtiva anemis. Reflek cahaya +/+.
d) Telinga
Bentuk telinga simetris, telinga bersih, tidak ada nyeri tekan tulang mastoid,
pendengaran telinga kanan dan kiri seimbang, tidak menggunakan alat bantu
dengar.

e) Hidung
Kondisi hidung bersih, posisi septum terletak di tengah, fungsi pembauan (+),
tidak ada secret, tdak nyeri sinus, tidak ada aksesoris hidung.

f) Mulut dan gigi


Kebersihan mulut bersih, berbicara baik, keadaan bibir tidak sumbing, warna
lidah merah mudah, tidak ada aksesoris lidah, posisi palatum di tengah,
kondisi gigi bersih, tidak menggunakan gigi palsu. Tonsil: T1.
b. Leher
tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan tidak ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tiroid, reflek
menelan (+).
c. Dada
a) Inspeksi: dada simetris, payudara sebelah kiri terdapat bekas insisi, tidak
ditemukan retraksi dada, jenis pernapasan dada, ictus cordis terlihat.
b) Palpasi: simetris saat bernapas, tidak ditemukan nyeri tekan, tidak ditemukan
masa, pernapasan abdominal, vocal fremitus terdengar di seluruh lapang paru.
RR:19x/menit
c) Perkusi: suara paru sonor, suara jantung pekak, batas atas jantung di ICS 2,
batas bawah jantung ICS 4. Batas kanan jantung clavicular dextra, batas kiri
jantung linea mid clavicular sinistra. Batas paru atas di ICS 2, batas paru
bawah di ICS 7.
d) Auskultasi

32
Tidak ditemukan suara napas tambahan, bunyi jantung lub-dub, BJ I tunggal
BJ II tunggal, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan, irama jantung teratur.
d. Payudara
a) Inspeksi
Bentuk payudara kiri terdapat bekas luka insisi, payudara bersih, aeorola
lebar dan berwarna coklat, kanan dan kiri simetris
b) Palpasi
Payudara besar, tidak ada massa atau tumor, tidak ada keluhan payudara
selama sakit atau hamil
e. Axilla
Tidak ada tumor dan tidak ada keluhan nyeri
f. Punggung
Tidak ditemukan kelainan bentuk punggung, tidak ada nyeri tekan, tidak
ditemukan adanya luka pada punggung.

g. Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit coklat., terdapat bekas luka melintang (luka sc)
b) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan bawah dan teraba keras
c) Auskultasi
bising usus 25x/menit.
d) Perkusi
suara abdomen timpani, perkusi ginjal: tidak ada nyeri ketuk
h. Genetalia dan anus
Inspeksi
a) Vulva vagina perenium
Tampak bersih, tidak ada varices, perineum utuh, tidak ada penyakit kelainan,
tidak ada keluhan
b) Anus
Tidak ada pembesaran vena/hemaroid, tidak ada tumor atau massa

33
i. Ekstremitas
a) Atas
anggota gerak atas lengkap, kekuatan otot 5, simetri, tidak ditemukan edema,
CRT < 2 detik, tidak ditemukan clubbing finger, tidak ditemukan kelainan jari
tangan, terpasang infus di tangan kanan pasien.
b) Bawah
anggota gerak bawah lengkap, kekuatan otot 5, simetris, tidak ditemukan
kelainan bentuk kaki, tidak ada edema.
j. Reflek
a) Refleks biologis: Biseps (+), Triseps (+)
b) Reflek patologis:Kaku kuduk (-), laseque (-), kernig (-), babinski (-)

34
16. DIAGNOSTIK TEST
Tanggal : 8 maret 2020
NO. JENIS HASIL NILAI NORMAL
Darah Lengkap
1. Eosinofil H 4.1% 2-4%
2. Monosit H 8.3% 2-8%

Tanggal : 9 Maret 2020


USG Abdomen
1. Sonoanatomis : tanda massa kistik di posterolateral dextra VU dengan batas
tegas dengan uk lk 8.5x6 4 cm DD Kista ovarium

17. PROGRAM PENGOBATAN (Post Laparatomi)


a. Parenteral
1) Katese 3x1 (iv) jam 8, 16, 24
2) Omeprazole 1x1 (iv) jam 20
3) Kalnex 3x1 (iv) jam 8, 16, 24
4) Cernevit 1x1 (iv) jam 12
5) Ty202 3x1 (iv) jam 8, 16, 24
6) Metrofuzin 3x1 (iv) jam 8, 16, 24
7) Kabiven 1x1 (iv) jam 21
8) RL 500 ml (20tpm)
9) Nacl 250 ml (20tpm)
b. Non parenteral
Amlodiphine 1x1 (peoral)

35
ANALISA OBAT (post operasi)
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
Katese Nyeri akut, Pasien yang Diare, Nyeri
sedang, hingga alergi obat ini, dyspepsia, nyeri berkurang
berat setelah penderita ulkus gastrointestinal, atau hilang
prosedur bedah peptikkum aktif, nausea, sakit
penyakit kepala, pusing ,
serebrovaskular, mengantuk
hipovolemia.

Omeprazole menurunkan Hipersensitif Demam Gejala Tidak mual


produksi asam terhadap flu, seperti muntah.
berlebih pada antibiotic hidung
lambung. Obat tersumbat,
ini sering bersin-bersin,
digunakan untuk sakit
mengatasi tukak tenggorokan,
pada lambung Sakit perut,
dan usus, serta buang
reflux esofagitis anginMual,
muntah, diare
ringan; atau,
Sakit kepala

Kalnex mengentikan atau Hipersensitifitas Pusing dan sakit Tidak terjadi


mengurangi kepala, hipotensi perdarahan
pendarahan yang atau tekanan
disebabkan oleh darah rendah,
berbagai kondisi gangguan sistem
pencernaan,
mual, muntah
gangguan nafsu
makan dan
anoreksia, sakit
kepala dan
pusing
Cernevit Digunakan Hipersensitivitas Kulit ruam, Klien merasa
sebagai eritema bugar
multivitamin (inflamasi akut
yang terjadi pada
kulit), gatal,
gangguan Sistem
saraf pusat: sakit
kepala, pusing,
kekakuan otot,
cemas, diplopia
(gangguan

36
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
penglihatan),
urtikaria
(kelainan kulit
akibat alergi),
edema
periorbital
(pembengkakan
sekitar mata)
Kobiven Kabiven Hipersensitivitas Gangguan Kebutuhan
merupakan obat ini dan sistem nutrisi klien
cairan infus yang protein telur atau pencernaan terpenuhi
mengandung kedelai (Diare, mual,
gula, asam amino muntah, dan
dan sembelit), timbul
elektrolit. Kabive jerawat, sakit
n berfungsi untuk kepala, depresi
perawatan kehilangan
kanker, gula selera makan,
darah rendah, perubahan
dehidrasi suasana hati
(Kekurangan
cairan dalam
tubuh),
skizofrenia
(penyakit mental
yang
menyebabkan
penderitanya
mengalami
halusinasi,
delusi, dan
perubahan
perilaku),
depresi,
kelelahan,
intoleransi
terhadap sukrosa
dan kondisi
lainnya
Amlodipin menurunkan hipersensitivitas Sakit Kanan darah
tekanan darah kepala/pusing, turun.
tinggi mengantuk.
perasaan lelah,
sakit perut atau
flushing (rasa
hangat,
kemerahan di
kulit, atau
sensasi

37
Implikasi
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Keperawatan
kesemutan)

18. PROGRAM TINDAKAN


a. Operasi laparatomi
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Vulva hygiene
d. Perawatan luka

19. RENCANA PULANG


a. Bantuan yang diperlukan saat pulang: perawatan luka
b. Antisipasi masalah keperawatan di rumah: menghindari terkena air untuk
mencegah terjadinya resiko infeksi
c. Cara merawat kebersihan area kewanitaan
d. Ditempat tinggal pasien tinggal bersama suami dan 3 orang anak
e. Keinginan tinggal setelah pulang yaitu di rumah pribadu
f. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya yaitu puskesmas
g. Kendaraan yang digunakan setelah pulang yaitu mobil

38
Pre
Analisa Data
Data (S-S) Problem Etiologi
DS: Pasien mengatakan nyeri di perut kanan Nyeri akut Agen cedera biologis
bagian bawah
O : nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu
P : nyeri berkurang saat pasien tiduran
dan memberat saat pasien
melakukan aktivitas berat dan BAK
yang keluar terakhir
Q : nyeri terasa seperti ditusuk benda
tajam
R : nyeri dirasakan diperut kanan bagian
bawah
S : skala nyeri 3
T : klien mencoba mengurangi rasa nyeri
dengan beristirahat
U: klien baru pertama merasakan nyeri
pada perut kanan bagian bawah saat
BAK terasa sakit
V : klien ingin cepat sembuh
DO : pasien tampak menahan sakit saat
ditekan area kuadran III
Sonoanatomis : tanda massa kistik di
posterolateral dextra VU dengan batas
tegas dengan uk lk 8.5x6 4 cm DD Kista
ovarium
DS : klien mengatakan punya riwayat Risiko risiko perubahan afterload
Hipertensi sejak tahun 2018 penurunan curah
DO : TD : 130/80 mmHg jantung

Daftar Diagnosis Keperawatan


No. Daftar Diagnosis (sesuai prioritas)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan nyeri di perut kanan bagian bawah
O : nyeri dirasakan sejak 1 bulan yang lalu
P : nyeri berkurang saat pasien tiduran dan memberat saat pasien melakukan aktivitas
berat dan BAK yang keluar terakhir
Q : nyeri terasa seperti ditusuk benda tajam
R : nyeri dirasakan diperut kanan bagian bawah
S : skala nyeri 3
T : klien mencoba mengurangi rasa nyeri dengan beristirahat
U: klien baru pertama merasakan nyeri pada perut kanan bagian bawah saat BAK
terasa sakit
V : klien ingin cepat sembuh
DO : pasien tampak menahan sakit saat ditekan area kuadran III

39
No. Daftar Diagnosis (sesuai prioritas)
Sonoanatomis : tanda massa kistik di posterolateral dextra VU dengan batas tegas
dengan uk lk 8.5x6 4 cm DD Kista ovarium

2. Risiko penurunan curah jantung dengan faktor risiko perubahan afterload

40
Tindakan keperawatan
Diagnosis
Rasional
keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Tgl: 9/3/20 Tgl: 9/3/20 Jam Tgl: 9/3/20 Jam 11.05 Tgl: 9/3/20 Jam 11.10
11.02
Jam 11.00
Nyeri akut NIC: Pain 1. Karakteristik nyeri
berhubungan Setelah dilakukan management berguna untuk
dengan agen tindakan keperawatan menentukan tindakan
1. Kaji karakteristik
cedera fisik selama 2x24 jam selanjutnya yang
nyeri pasien
(luka post op), diharapkan masalah diperlukan
yang ditandai keperawatan teratasi 2. Berikan posisi
2. Tidur telentang
dengan: dengan kriteria hasil: yang nyaman
mengurangi ketegangan
untuk pasien
NOC: Pain Control pada perut pasien
seperti tidur
a. Pasien terlantang 3. Napas dalam membuat
melaporkan nyeri oksigen tercukupi dan
3. Anjurkan
berkurang menjadi meredakan nyeri
melakukan teknik
skala 1-2 non farmakologi 4. Agen farmakologi
b. Tidak ada tanda napas penurun nyeri
verbal akan nyeri
4. Kolaborasi
seperti
pemberian obat
mengernyitkan
sesuai indikasi
dahi atau wajah
dokter
meringis
Tgl: 9/3/20 Tgl: 9/3/20 Jam Tgl: 9/3/20 Jam 11.25 Tgl: 9/3/20 Jam 11.30
Jam 11.15 11.20
1. Pantau TTV : Nadi, 1. Indikator terjadinya
Risiko Setelah dilakukan TD, irama nadi penurunan curah jantung
penurunan tindakan keperawatan
2. Anjurkan klien 2. Memberikan klien waktu
curah jantung selama 1X24 jam
untuk mengurangi istirahat selama di RS
dengan faktor masalah dapat teratasi
aktivitas selama di
risiko dengan kriteria hasil: 3. Bekerja dengan cara
RS
perubahan menurunkan tekanan darah.
a. TD : rentang
afterload 3. Berikan obat
normal
amlodiphine
b. Nadi : 60-
100x/menit
c. Irama reguler

41
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. F


Ruang : G. II OBSGYN
Diagnosa Medis : Kista ovarium pre dan post laparatomi
Pagi
NO. NOMOR Tanggal/Jam Catatan perkembangan Tanda
DK/MK tangan
1 Senin, 9 I : Ajeng,
Maret 2020 1. Kaji karakteristik nyeri pasien Debora,
12.00 S : Klien mengatakan nyeri saat ditekan Demokrat
skala 3, h
O : nyeri tekan perut kanan bawah kuadran
III
2. Berikan posisi yang nyaman untuk pasien
seperti tidur terlantang
12.20 S : Klien mengatakan lebih suka tiduran
O: Memberikan,
3. Anjurkan melakukan teknik non
farmakologi napas dalam
S : klien mengatakan akan mencoba
O :menganjurkan tehnik relaksasi napas
12.30 dalam
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
dokter
S: belum mendapatkan obat
O:belum diresepkan dokter
E:
S : Klien mengatakan masih sakit saat ditekan
O : nyeri tekan kuadran 3 tidak menjalar, skala 3
A : masalah belum teratasi
14.00 P : lanjutkan intervensi 1,2, 3, 4

2 Senin, 9 I : Ajeng,
Maret 2020 1. Pantau TTV : Nadi, TD, irama nadi Debora,
12.25 Demokrat
S : tidak ada keluhan, dulu punya riwayat h
hipertensi

O : nadi : 80x/menit, irama reguler,


tekanan darah : 130/70 mmHg.

2. Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas


13.00

42
selama di RS

S : klien mengatakan tidak ada kegiatan


berat di RS

O : klien tiduran di tempat tidur


08.00 3. Berikan obat amlodiphine
S : Klien mengatakan biasa rutin minum
tiap pagi
O : Memberikan Amlodipine 1 tablet
peroral
E : S : klien mengatakan tensi sering naik turun
O : TD : 125/80 mmHg, nadi : 88x/menit
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

Siang

NO. NOMOR Tanggal/Jam Catatan perkembangan Tanda


DK/MK tangan
1 Senin, 9 S : Klien mengatakan masih sakit jika ditekan Agata dan
Maret 2020 O : nyeri tekan kuadran (3) kanan bawah, nyeri Kupa
14. 30 skala 3
A : masalah belum teratasi
15.00 P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
I:
15.30 1. Kaji karakteristik nyeri pasien
S : Nyeri seperti ditusuk
O : teraba keras di kuadran 3
16.00 2. Menyiapkan pasien pra operasi
S : klien mengatakan sudah puasa sejak jam
12 siang
O : mengantar pasien ke ruang operasi
17.00 E:S:-
O : Klien belum selesai operasi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

21.00

2 Senin, 9 S : Klien mengatakan belum ada keluhan Agata dan


Maret 2020 Kupa
14.20 O : klien tiduran

14.40

43
A : masalah belum teratasi
15.00
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3

I:
15.30 1. Pantau TTV : Nadi, TD, irama nadi

S : belum ada keluhan

O : TD : 125/70 mmhg, nadi reguler 99x/menit

17.00 E : S : klien mengatakan mau operasi jadi gugup

O : klien gelisah

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2, 3

Malam

NO. NOMOR Tanggal/Jam Catatan perkembangan Tanda


DK/MK tangan
1 Senin, 9 S : Klien mengatakan sudah tidak sakit saat ditekan Emil
Maret 2020 O : terdapat perban luka post laparatomi
21.20 A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
22.00 I:
1. Kaji karakteristik nyeri pasien
S : nyeri di bekas operasi
O : pasien post laparatomi, klien meringis
23.00 E : S : masih terasa nyeri
O : Klien belum selesai operasi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
06.00

2 Senin, 9 S : klien mengatakan merasa lemas Emil


Maret 2020
00.00 O : klien tiduran

00.10 A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
01.00
I:

06.30 1. Pantau TTV : Nadi, TD, irama nadi

S : merasa lemas

44
O : klien pucat, TD : 130/80 mmhg, nadi :
105x/menit irama cepat reguler

E : S : klien mengatakan merasa lemas


07.00
O : TD : 140/85mmhg, nadi : 103x/menit,
reguler

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

45
ASUHAN KEPERAWATAN POST LAPAROTOMI EXPLORASI ADHESIOLISI +
RESEKSI + APPENDEKTOMY

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny F
Usia : 45 tahun
2. DATA FOKUS
Data subyektif :
a. Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi
O = Nyeri setelah operasi pada tanggal 9 maret 2020 pukul 21.00
P = Nyeri karena ada luka bekas operasi dan bertambah jika bergerak
Q = Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R = Nyeri pada perut bawah
S = Skala nyeri 5
T = Tindakan yang dilakukan istirahat dan mengikuti pengobatan di RS
U = Klien tau nyeri karena ada bekas luka operasi
V = Klien ingin cepat sembuh
b. Klien mengatakan pusing
c. Klien mngatakan semua aktifitas dibantu oranglain
d. klien menatakan ada selang yang dialirkan dari perut
Data obyektif :
a. TTV :
1) TD 140/80 mmHg di lengan sinistra posisi supinasi
2) HR 89 x/mnt di nadi radialis sinistra
3) RR 19 x/mnt regular
4) S 36,7oC di ukur d aksila dextr a
b. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : terdapat luka ± 10 cm pada abdomen bawah, luka tertutup kasa
post op H0, terpasang drainase pada abdomen, darah keluar 50 cc
Auskultasi : bising usus 8 x/mnt, gurgles

46
Palpasi : tidak terkaji pasien post op pada daerah abdomen
Perkusi : tympani
c. Terpasang NGT dialirkan, cairan 300 cc berwarna coklat kehitaman
d. Terpasang kateter ukuran 16, cairan pengunci 15 cc
e. Klien menyeringai
f. Klien memegangi area abdomen
g. Klien puasa 6 jam dan bed rest

B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Ds : Nyeri akut Agen cedera fisik


(prosedur
Klien mengatakan nyeri pada daerah pembedahan)
bekas operasi

O = Nyeri setelah operasi pada


tanggal 9 maret 2020 pukul 21.00
P = Nyeri karena ada luka bekas
operasi dan bertambah jika bergerak
Q = Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R = Nyeri pada perut bawah
S = Skala nyeri 5
T = Tindakan yang dilakukan
istirahat dan mengikuti pengobatan
di RS
U = Klien tau nyeri karena ada
bekas luka operasi
V = Klien ingin cepat sembuh

Do :

a. Klien menyeringai
b. Klien memegangi area
abdomen

2. Ds : Gangguan integritas Prosedur invasif


Do : kulit
terdapat luka ± 10 cm pada abdomen
bawah, luka tertutup kasa post op H0

3. Ds : Hambatan mobilitas Kelemahan


a. Klien mengatakan pusing fisik
b. Klien mngatakan semua aktifitas
dibantu oranglain

47
NO DATA MASALAH ETIOLOGI

Do :

a. Klien bed rest


b. Terpasang NGT, kateter, dan
drainase

4. Ds = - Resiko infeksi Gangguan integritas


Do = kulit
terdapat luka ± 10 cm pada abdomen
bawah, luka tertutup kasa post op H0

5. Ds = Resiko perdarahan Efek samping


pembedahan
klien menatakan ada selang yang
dialirkan dari perut

Do =

Terpasang drainase pada abdomen,


darah keluar 50 cc

C. DIAGNOSA
NO DIAGNOSIS

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur pembedahan) ditandai dengan :
Ds :

Klien mengatakan nyeri pada daerah bekas operasi

O = Nyeri setelah operasi pada tanggal 9 maret 2020 pukul 21.00


P = Nyeri karena ada luka bekas operasi dan bertambah jika bergerak
Q = Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R = Nyeri pada perut bawah
S = Skala nyeri 5
T = Tindakan yang dilakukan istirahat dan mengikuti pengobatan di RS
U = Klien tau nyeri karena ada bekas luka operasi
V = Klien ingin cepat sembuh

Do :

a. Klien menyeringai
b. Klien memegangi area abdomen
2. Gangguan integritas kulit b.d prosedur invasive ditandai dengan :
Ds : -
Do :

48
NO DIAGNOSIS

terdapat luka ± 10 cm pada abdomen bawah, luka tertutup kasa post op H0

3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan ditandai dengan :


Ds :
c. Klien mengatakan pusing
d. Klien mngatakan semua aktifitas dibantu oranglain
Do :

c. Klien bed rest


d. Terpasang NGT, kateter, dan drainase
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko gangguan integritas kulit

5. Resiko perdarahan dengan faktor resiko efek samping pembedahan

49
D. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional

1 Dx 1 Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri 1. Mengetahui


tindakan keperawatan secara kondisi klien
selama 3 x 24 jam komprehensif untuk
2. Berikan menentukan
diharapkan masalah
posisi intervensi
teratasi dengan kriteria supinasi berikutnya
hasil : 3. Ajarkan 2. Posisi supinasi
1. Nyeri berkurang teknik nafas mengurangi
dari 5 menjadi 3 dalam tekanan pada
2. Klien mampu 4. Kolaborasi bagian yang
mengontrol nyeri dengan luka sehingga
3. Klien rileks dokter menurunkan
pemberian ketegangan otot
kettese 25 mg 3. Teknik nafas
dalam dan
teratur
membuat tubuh
rileks sehingga
nyeri dapat
berkurang
4. Kettese
menghambat
pengeluaran
reseptor nyeri
2. Dx 2 Setelah dilakukan 1. Kaji kondisi 1. Mengetahui
tindakan keperawatan luka kondisi luka
selama 3 x 24 jam 2. Lakukan untuk
perawatan menentukan
diharapkan masalah
luka intervensi
teratasi dengan kriteria 3. Edukasi klien berikutnya
hasil : menjaga 2. Perawatan luka
1. Kondisi luka kering kebersihan membersihkan
2. Turgor kulit baik daerah luka daerah luka
4. Kolaborasi operasi
dengan ahli sehingga
gizi meminimalkan
pemberian adanya
diit TKTP kontaminasi
yang dapat
mempengaruhi
proses
penyembuhan
luka
3. Peningkatakn
pengetahuan
klien sehingga
klien dapat
menerapkan

50
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional

personal
hygene yang
tepat sehingga
meminimalisir
pertumbuhan
mikroorganism
e yang dapat
menghambat
penyembuhan
luka
4. Diet TKTP
membantu
pembentukan
jaringan kulit
dan
mempercepat
proses
penyembuhan
luka insisi
3. Dx 3 Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui
tindakan keperawatan kemampuan kemampuan
selama 3 x 24 jam klien dalam klien dalam
mobilisasi mobilisasi
diharapkan masalah
2. Bantu klien untuk
teratasi dengan kriteria dalam menentukan
hasil : mobilisasi intervensi
1. Klien mampu 3. Edukasi klien berikutnya
melakukan mobilisasi untuk 2. membantu
secara mandiri atau mobilisasi mobilisasi
dengan bantuan secara dapat
minimal bertahap menghindari
2. Klien mampu 4. Kolaborasi terjadinya KTD
mempertahankan dengan tim 3. klien mampu
fleksibelitas sendi kesehatan mobilisasi
lain dalam sesuai
membantu kemampuan
klien dari bantuan
mobilisasi total, bantuan
sebagian,
bantuan
minimal hingga
nantinya klien
mampu
melakukan
mobilisasi
secara mandiri
4. meningkatkan
kemampuan
mobilisasi klien

51
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional

4. Dx 4 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Mengetahui


tindakan keperawatan tanda infeksi kondisi klien
selama 3 x 24 jam 2. Menerapkan untuk menentukan
pripsip steril intervensi
diharapkan masalah
saat tindakan berikutnya
teratasi dengan kriteria 3. Edukasi klien 2. Menghindari
hasil : menjaga terjadinya infeksi
1. S 36,5 – 37,5 kebersihan nosocomial
2. Tidak ada cairan daerah luka 3. Kebersihan daerah
pus yang keluar 4. Kolaborasi luka menghindari
dari luka dengan pertumbuhan
3. Tidak ada dokter mikroorganisme
kemerahan pemberian yang dapat
tysos menyebabkan
infeksi
4. Tysos membunuh
bakteri yang dapat
menyebabkan
infeksi
5. Dx 5 Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Mengetahui
tindakan keperawatan tanda vital kondisi klien
selama 3 x 24 jam 2. Hitung cairan untuk
yang keluar menentukan
diharapkan masalah
dari drainase intervensi
teratasi dengan kriteria 3. Edukasi klien berikutnya
hasil : untuk 2. Mengetahui
1. Tidak terjadi melaporkan volume
perdarahan > 100 bila terjadi perdarahan
cc pusing, lemas 3. Pusing dan
2. Tidak ada tanda- 4. Kolaborasi lemas dapat
tanda syok dengan terjadi ketika
hipovolemik dokter klien banyak
(penurunan pemberian mengeluarkan
kesadaran, darah kalnex 100 darah yang
keluar > 500cc, mg/ml dapat
hipotensi) menyebabkan
syok
hipovolemik
4. Kalnex
membantu
proses
pembekuan
darah sehigga
dapat
menghambat
perdarahan

52
E. CATATAN PERKEMBANGAN
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

1 Dx 1 PAGI I: Demo &


Selasa Debo
10/03/20 1. mengkaji nyeri secara
komprehensif
07.10
Ds : klien mengatakan nyeri
skala 5 pada perut bekas operasi
Do : klien menyeringai
07.20
2. memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
nyaman tidur terlentang lurus
Do : klien lebih rileks
08.00 3. mengajarkan teknik nafas dalam
Ds : klien mengatakan nyeri
berkurang dari 5 menjadi 4
08.05 Do : klien melakukan nafas
dalam 5x
14.00 4. memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV

E : S : klien mengatakan nyeri skala 4

O : klien memegangi area abdomen

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

2 Dx 2 PAGI I: Debo &


Selasa Demo
10/03/20 1. Mengkaji kondisi luka
Do : luka post op H1 perban
07.15
belum boleh dibuka, area sekitar
perban tidak ada kemerahan dan
rembesan cairan
2. mengedukasi klien menjaga
12.40
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
13.00 diberikan
3. memberikan minuman manis
Do : H1 post op klien mendapat
14.00 program minum manis 2 gelas
dalam 24 jam dank lien sudah

53
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

minum ½ gelas
E:
S : klien mengatakan luka belum
pernah dibuka dari setelah operasi
O : tidak ada rembesan cairan pada
perban dan tidak ada kemerahan
pada sekitar perban
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

3 Dx 3 PAGI I: Debo &


Selasa Demo
10/03/20 1. mengkaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
07.20
Ds : klien mengatakan untuk
miring kanan kiri masih dibantu
oranglain
07.25
2. membantu klien dalam
mobilisasi
Do : H1 post op klien mobilisasi
12.30 miring kanan kiri
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap
Ds : klien mengatakan akan
14.00 mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan orang lain

O : mobilisasi miring kanan kiri di


bantu sebagian

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

4. Dx 4 PAGI I: Debo &


.00 Selasa Demo
10/03/20 1. mengkaji tanda-tanda infeksi
Do : tidak ada rembesan pus
07.15
pada perban dan kemerahan
pada sekitar perban
2. Menerapkan pripsip steril saat

54
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

08.05 tindakan
Do : cuci tangan sebelum dan
08.07 sesudah tindakan
3. memberian tysos
08.50 Do : dosis 1 gr secara IV
4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
14.00
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : klien mengatakan lemas

O : tidak ada tanda tanda infeksi :


tidak ada rembesan pus pada perban
dan kemerahan pada kulit sekitar
perban

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

5. Dx 5 PAGI I: Debo &


Selasa Demo
10/03/20 1. mengkaji tanda-tanda vital
Do : TD 130/90 mmHg HR 97
06.50
x/mnt RR 20 x/mnt S 37,1oC
2. menghitung cairan yang keluar
07.00
dari drainase
Do : tidak keluar darah
3. memberikan kalnex
08.10 Do : Dosis 100 mg/ml secara IV
4. mengedukasi klien untuk
09.00 melaporkan bila terjadi pusing,
lemas
Ds : klien mengatakan akan
14.00 mengikuti edukasi yang
diberikan
E:
S : klien mengatakan pusing dan lemas
O : volume darah yang keluar tidak ada
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

55
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

1 Dx 1 Selasa S : klien mengatakan nyeri skala 4 Kupa &


10/03/20 agata
14.00 O : klien memegangi area abdomen

A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji nyeri secara komprehensif


2. Berikan posisi supinasi
3. Ajarkan teknik nafas dalam
14.05 4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kettese 25 mg
I:

1. Mengkaji nyeri secara


komprehensif
Ds : klien mengatakan nyeri
14.10
masih terasa, skala 5 pada perut
bekas operasi
Do : klien meringis pada saat
berubah posisi
14.15
2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
nyaman tidur terlentang lurus
Do : klien lebih rileks
16.05
3. mengajarkan teknik nafas dalam
Ds : klien mengatakan nyeri
21.00 berkurang dari 5 menjadi 4
Do : klien melakukan nafas
dalam 3 x
5. memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV

E: S : klien mengatakan nyeri skala 4

O : klien meringis pada saat berubah


posisi

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

2 dx.2 Selasa S : klien mengatakan luka belum pernah Kupa &


10/03/20 dibuka dari setelah operasi agata

56
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

14.00 O : tidak ada rembesan cairan pada


perban dan tidak ada kemerahan
pada sekitar perban

A : masalah integritas belum teratasi

P : lanjutkan intervensi:

1. Kaji kondisi luka


2. Lakukan perawatan luka
3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
14.15 I:

1. Mengkaji kondisi luka


Do : luka post op H1 perban
belum boleh dibuka, area sekitar
15.50 perban tidak ada kemerahan dan
rembesan cairan
2. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
21.00
mengikuti edukasi yang
diberikan

E: S : klien mengatakan luka belum


pernah dibuka dari setelah
operasi

O : tidak ada rembesan cairan pada


perban dan tidak ada kemerahan
pada sekitar perban
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

3 Dx 3 Selasa S : klien mengatakan semua aktivitas Kupa &


10/03/20 masih butuh bantuan orang lain agata
14.00
O : mobilisasi miring kanan kiri di bantu
sebagian

A : masalah hambatan mobilitasfisik

57
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam


mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
14.05 3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
15.00 I:

1. mengkaji kemampuan klien


15.05 dalam mobilisasi
Ds : klien mengatakan untuk
miring kanan kiri masih dibantu
perawat
2. membantu klien dalam
21.00 mobilisasi
Do : H-1 post op klien
mobilisasi miring kanan kiri
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E: S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan orang lain

O : mobilisasi miring kanan kiri di


bantu sebagian

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

4 Dx. 4 Siang S : klien mengatakan lemas Kupa &


Selasa agata
10/03/20 O : tidak ada tanda tanda infeksi : tidak
14.0 ada rembesan pus pada perban dan
kemerahan pada kulit sekitar perban

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

58
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

14.20 P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
15.55 3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian tysos
16.00 I:

1. mengkaji tanda-tanda infeksi


17.00 Do : tidak ada rembesan pus
pada perban dan kemerahan
pada sekitar perban
18.00 2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
Do : cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
21.00 3. memberian tysos
Do : dosis 1 gr secara IV
4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : klien mengatakan masih lemas


dari tadi pagi

O : tidak ada tanda tanda infeksi :


tidak ada rembesan pus pada
perban dan kemerahan pada kulit
sekitar perban

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

5 Dx 3 Selasa S : klien mengatakan pusing dan lemas Kupa &


10/03/20 O : volume darah yang keluar tidak ada agata
14.00 A : masalah perdarahan belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

59
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

1. Kaji tanda-tanda vital


2. Hitung cairan yang keluar dari
drainase
3. Edukasi klien untuk melaporkan
bila terjadi pusing, lemas
4. Kolaborasi dengan dokter
14.00 pemberian kalnex 100 mg/ml
I:

14.05 1. mengkaji tanda-tanda vital


Do : TD 140/90 mmHg HR 97
x/mnt RR 22 x/mnt S 37,7oC
16.00 5. menghitung cairan yang keluar
dari drainase
Do : tidak keluar darah
16.10
6. memberikan kalnex
Do : Dosis 100 mg/ml secara IV
7. mengedukasi klien untuk
melaporkan bila terjadi pusing,
lemas
21.00 Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : klien mengatakan pusing berkurang


tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar tidak ada
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

1 Dx 1 Selasa S : klien mengatakan nyeri skala 4 Ajeng


10/03/20
O : klien memegangi area abdomen
21.00
A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji nyeri secara komprehensif


2. Berikan posisi supinasi
3. Ajarkan teknik nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kettese 25 mg

60
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

I:

1. Mengkaji nyeri secara


komprehensif
21.10 Ds : klien mengatakan nyeri
masih terasa, skala 5 pada perut
bekas operasi
Do : klien meringis pada saat
berubah posisi
2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
nyaman tidur terlentang lurus
Do : klien lebih rileks
3. mengajarkan teknik nafas dalam
22.00 Ds : klien mengatakan nyeri
berkurang dari 5 menjadi 4
Do : klien melakukan nafas
dalam 3 x
4. memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV
22.40
E: S : klien mengatakan nyeri skala 4

O : klien meringis pada saat berubah


posisi

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

07.00

2 Dx 2 Selasa S : klien mengatakan luka belum pernah Ajeng


10/03/20 dibuka dari setelah operasi

21.00 O : tidak ada rembesan cairan pada


perban dan tidak ada kemerahan pada
sekitar perban

A : masalah integritas belum teratasi

P : lanjutkan intervensi:

1. Kaji kondisi luka

61
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

2. Lakukan perawatan luka


3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
I:
21.10
1. Mengkaji kondisi luka
Do : luka post op H1 perban
belum boleh dibuka, area sekitar
perban tidak ada kemerahan dan
22.00 rembesan cairan
2. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E: S: pasien mengatakan luka operasi


22.40
belum pernah dibersihkan

O : luka masih terbalut kassa

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervenci 1,2,3,4

07.00

3 Dx: 3 Selasa S : klien mengatakan semua aktivitas Ajeng


10/03/20 masih butuh bantuan orang lain

21.00 O : mobilisasi miring kanan kiri di bantu


sebagian

A : masalah hambatan mobilitasfisik

62
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam


mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan tim
21.10 kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
I:

1. mengkaji kemampuan klien


dalam mobilisasi
Ds : klien mengatakan untuk
miring kanan kiri masih dibantu
perawat
2. membantu klien dalam
mobilisasi
22.00 Do : H-2 post op klien
mobilisasi miring kanan kiri,
posisi setengah duduk
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
22.40 diberikan

E: S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan orang lain
karna masih nyeri

O : mobilisasi miring kanan kiri dan


posisi setengah duduk di bantu
sebagian oleh perawat

A : masalah belum teratasi


07.00
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

4 Selasa Dx:4 S : klien mengatakan lemas Ajeng


10/03/20
Malam O : tidak ada tanda tanda infeksi : tidak
ada rembesan pus pada perban dan
21.00

63
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

kemerahan pada kulit sekitar perban

A : masalah resiko infeksi belum teratasi

05.25 P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan dokter
05.30 pemberian tysos
I:

1. mengkaji tanda-tanda infeksi


Do : tidak ada rembesan pus
pada perban dan kemerahan
pada sekitar perban
2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
Do : cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
05.55 3. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : klien mengatakan lemas berkurang

O : tidak ada tanda tanda infeksi :


tidak ada rembesan pus pada
perban dan kemerahan pada kulit
07.00 sekitar perban

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

5 Selasa Dx: 5 S : klien mengatakan pusing dan lemas Ajeng


10/03/20 O : volume darah yang keluar tidak ada
Malam A : masalah perdarahan belum teratasi
21.00 P : lanjutkan intervensi

64
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

1. Kaji tanda-tanda vital


2. Hitung cairan yang keluar dari
drainase
3. Edukasi klien untuk melaporkan
bila terjadi pusing, lemas
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kalnex 100 mg/ml
I:

1. mengkaji tanda-tanda vital


Do : TD 140/90 mmHg HR 97
x/mnt RR 22 x/mnt S 37,7oC
2. mengkaji tanda-tanda vital
21.10 Do : TD 140/90 mmHg HR 97
x/mnt RR 22 x/mnt S 37,7oC
3. menghitung cairan yang keluar
dari drainase
Do : tidak keluar darah

06.30 E:

S : klien mengatakan pusing dan lemas


berkurang
O : volume darah yang keluar tidak ada
A : masalah belum teratasi

06.55 P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

07.00

1 Rabu Dx:1 S: klien mengatakan nyeri skala 4 Kupa &


11/03/20 debo
Pagi O: klien memegangi area abdomen

07.10 A: masalah nyeri akut belum teratasi

07.20 P:

1. Kaji nyeri secara komprehensif


2. Berikan posisi supinasi
3. Ajarkan teknik nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter

65
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

pemberian kettese 25 mg
07.40 I:

1. Mengkaji nyeri secara


komprehensif
Ds : klien mengatakan nyeri
masih terasa, skala 4 pada perut
07.55 bekas operasi
Do : klien meringis sambil
memegang perut pada saat
berubah posisi
08.00 2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
nyaman tidur terlentang lurus
Do : klien lebih rileks
08.15 3. mengajarkan teknik nafas dalam
Ds : klien mengatakan nyeri
14.00 berkurang dari 4 menjadi 3
Do : klien melakukan nafas
dalam 3 x
4. memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV

E:

S : klien mengatakan nyeri skala 4

O : klien meringis pada saat berubah


posisi

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

2 Rabu Dx:2 S : klien mengatakan luka belum pernah Kupa &


11/03/20 dibuka dari setelah operasi debo
Pagi
O : tidak ada rembesan cairan pada
07.05 perban dan tidak ada kemerahan pada
sekitar perban
07.15
A : masalah integritas belum teratasi

P : lanjutkan intervensi:

1. Kaji kondisi luka

66
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

07.20 2. Lakukan perawatan luka


3. Edukasi klien menjaga
07.30 kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
I:
07.50
1. Mengkaji kondisi luka
Do : luka post op H2 perban
belum boleh dibuka, area sekitar
perban tidak ada kemerahan dan
rembesan cairan
2. Mengedukasi klien menjaga
08.00 kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:
08.15
S : pasien mengatakan luka operasi
belum pernah dibersihkan

O : luka masih terbalut kassa

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervenci 1,2,3,4


13.30

3 Dx : 3 S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan keluarga dan
pagi perawat
07.15 O : mobilisasi miring kanan kiri di bantu
sebagian oleh keluarga
07.25
A : masalah hambatan mobilitasfisik
belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
07.35
1. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap

67
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

07.55 4. Kolaborasi dengan tim


kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
I:

1. mengkaji kemampuan klien


08.20 dalam mobilisasi
Ds : klien mengatakan untuk
miring kanan kiri sudah lebih
lancar dari kemarin tapi masih
dibantu perawat
2. membantu klien dalam
mobilisasi
Do : H-2 post op klien
mobilisasi miring kanan kiri
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap
Ds : klien mengatakan akan
09.10 mengikuti saran yang diberikan

E: S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan keluarga dan
perawat

10.05 O : mobilisasi miring kanan kiri di


bantu sebagian

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

13.35

4 Dx: 4 S : klien mengatakan badan masih terasa


lemas
pagi
O : tidak ada tanda tanda infeksi : tidak
07.05 ada rembesan pus pada perban, tidak
ada bau pada daerah luka dan
07.20
kemerahan pada kulit sekitar perban

A : masalah resiko infeksi belum teratasi


07.40
P : lanjutkan intervensi
08.00
1. Kaji tanda-tanda infeksi

68
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

2. Menerapkan pripsip steril saat


tindakan
3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian tysos
I:

08.10 1. mengkaji tanda-tanda infeksi


Do : tidak ada rembesan pus
pada perban, tidak berbau dan
kemerahan pada sekitar perban
2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
Do : cuci tangan yang baik dan
benar sebelum dan sesudah
tindakan, penggunaan sarung
08.25 tangan steril
3. memberian tysos
Do : dosis 1 gr secara IV
09.00 4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan
10.10 E:

S : klien mengatakan masih terasa


lemas dari tadi pagi

O : tidak ada tanda tanda infeksi :


tidak ada rembesan pus pada
perban dan kemerahan pada kulit
sekitar perban

A : masalah belum teratasi


13.10
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

5 Dx : 5 pagi S : klien mengatakan pusing dan lemas

69
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

07.10 O : volume darah yang keluar tidak ada


A : masalah perdarahan belum teratasi
07.20
P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tanda-tanda vital


2. Hitung cairan yang keluar dari
drainase
07.50 3. Edukasi klien untuk melaporkan
bila terjadi pusing, lemas
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kalnex 100 mg/ml
I:

1. mengkaji tanda-tanda vital


Do : TD 130/90 mmHg HR 94
08.15
x/mnt RR 24 x/mnt S 36,8oC
2. menghitung cairan yang keluar
dari drainase
Do : volume darah 50cc
3. memberikan kalnex
Do : Dosis 100 mg/ml secara IV
4. mengedukasi klien untuk
09.15 melaporkan bila terjadi pusing,
lemas
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan
09.30
E:

S : klien mengatakan pusing berkurang


10.00 tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar 50cc
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

13.00

70
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

1 Dx: 1 Rabu S : klien mengatakan nyeri skala 4 Emil &


Agata
Siang O : klien meringis pada saat berubah
11/03/20 posisi

A : masalah belum teratasi

14.05 P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

14.10

14.25 I:

1. Mengkaji nyeri secara


komprehensif
15.00 Ds : klien mengatakan nyeri
masih terasa, skala 3 pada perut
bekas operasi
Do : klien meringis pada saat
berubah posisi
2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih
16.10 nyaman tidur terlentang lurus
Do : klien lebih rileks
3. Mengajarkan teknik nafas dalam
Ds : klien mengatakan nyeri
berkurang dari 3 menjadi 2
Do : klien melakukan nafas
dalam 3 x
16.30 4. Memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV
18.00 E

S : klien mengatakan nyeri skala 3

O : klien rileks

A : masalah teratasi sebagian

71
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

21.00 P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

2 Dx:2 Rabu S : klien mengatakan luka belum pernah Agata &


11/03/20 dibuka dari setelah operasi Emil

Siang O : tidak ada rembesan cairan pada


perban dan tidak ada kemerahan pada
14.10 sekitar perban
14.15 A : masalah integritas belum teratasi

P : lanjutkan intervensi:
14.30 1. Kaji kondisi luka
2. Lakukan perawatan luka
14.45 3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian diit TKTP
I:

1. Mengkaji kondisi luka


Do : luka post op H2 perban
belum boleh dibuka, area sekitar
perban tidak ada kemerahan dan
rembesan cairan
15.10 2. Mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:

S : pasien mengatakan luka operasi


16.20 belum pernah dibersihkan

O : luka masih terbalut kassa

A: masalah belum teratasi

19.30 P: Lanjutkan intervenci 1,2,3,4

72
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

3 Dx:3 Rabu S : klien mengatakan semua aktivitas Agata &


11/03/20 masih butuh bantuan keluarga dan Emil
perawat
siang
O : mobilisasi miring kanan kiri di bantu
14.05 sebagian oleh keluarga
14.10 A : masalah hambatan mobilitasfisik
belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam


14.20
mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan tim
14.30 kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
I:

1. mengkaji kemampuan klien


dalam mobilisasi
16.00 Ds : klien mengatakan untuk
miring kanan kiri sudah lebih
lancar dari kemarin tapi masih
dibantu perawat
2. membantu klien dalam
mobilisasi
Do : H-2 post op klien
mobilisasi miring kanan kiri
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap

73
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

16.35 Ds : klien mengatakan akan


mengikuti saran yang diberikan

E: S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan keluarga dan
perawat
17.00
O : mobilisasi miring kanan kiri di
bantu sebagian

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

20.30

4 Dx:4 S : klien mengatakan badan masih terasa Agata &


lemas Emil
siang
O : tidak ada tanda tanda infeksi : tidak
14.10 ada rembesan pus pada perban, tidak
ada bau pada daerah luka dan
kemerahan pada kulit sekitar perban
14.20
A : masalah resiko infeksi belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
14.35 4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian tysos
15.05 I:

1. mengkaji tanda-tanda infeksi


Do : tidak ada rembesan pus
pada perban, tidak berbau dan
kemerahan pada sekitar perban
16.00
2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
Do : cuci tangan yang baik dan
benar sebelum dan sesudah
tindakan, penggunaan sarung

74
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

tangan steril
3. memberian tysos
Do : dosis 1 gr secara IV
4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
16.30
mengikuti edukasi yang
diberikan

17.30 E:

S : klien mengatakan masih terasa


lemas dari tadi pagi
18.05
O : tidak ada tanda tanda infeksi :
tidak ada rembesan pus pada
perban dan kemerahan pada kulit
sekitar perban

A : masalah belum teratasi


20.00
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

5 Dx : 5 S : klien mengatakan pusing dan lemas Agata &


O : volume darah yang keluar tidak ada Emil
siang A : masalah perdarahan belum teratasi
14.05 P : lanjutkan intervensi
14.30 1. Kaji tanda-tanda vital
2. Hitung cairan yang keluar dari
14.55 drainase
3. Edukasi klien untuk melaporkan
bila terjadi pusing, lemas
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian kalnex 100 mg/ml
I:

15.05 1. mengkaji tanda-tanda vital


Do : TD 140/90 mmHg HR 103
x/mnt RR 24 x/mnt S 36,8oC
2. menghitung cairan yang keluar
dari drainase
Do : volume darah 50cc
3. memberikan kalnex

75
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

Do : Dosis 100 mg/ml secara IV


4. mengedukasi klien untuk
16.00 melaporkan bila terjadi pusing,
lemas
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
16.20
diberikan

E:
17.00
S : klien mengatakan pusing berkurang
tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar 50cc
17.30 A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

20.30

1 Rabu Dx:2 S : klien mengatakan nyeri skala 3 Demo


11/03/20
Malam O : klien rileks

21.10 A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

21.12

21.15 I:
1. Mengkaji nyeri secara
21.17 komprehensif
Ds : klien mengatakan nyeri
masih terasa, skala 4 pada perut
bekas operasi
Do : klien meringis pada saat
22.00 berubah posisi
2. Memberikan posisi supinasi
Ds : klien mengatakan lebih

76
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

06.00 nyaman tidur terlentang lurus


Do : klien lebih rileks
3. Mengajarkan teknik nafas dalam
Ds : klien mengatakan nyeri
berkurang dari 4 menjadi 3
Do : klien melakukan nafas
dalam 3 x
06.03 4. Memberikan kettese
Do : dosis 25 mg diberikan
secara IV
E:

S : klien mengatakan nyeri skala 5

O : klien meringis menahan nyeri


06.04
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.05

2 Rabu Dx : 3 S : pasien mengatakan luka operasi Demo


belum pernah dibersihkan
11/03/20 malam
20 O : luka masih terbalut kassa
21.00
A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervenci 1,2,3,4

21.07
I:

1. Mengkaji kondisi luka


Do : luka post op H1 perban
belum boleh dibuka, area sekitar
perban tidak ada kemerahan dan
rembesan cairan
2. Mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan
22.00
E:

S : pasien mengatakan luka operasi

77
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

22.30 belum pernah dibersihkan

O : luka masih terbalut kassa

A: masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervenci 1,2,3,4

04.30

06.00

07.00

3 Rabu Dx : 3 S : klien mengatakan badannya masih Demo


lemas
11/03/20 malam
20 O : mobilisasi miring kanan kiri di bantu
21.00 sebagian oleh keluarga

A : masalah hambatan mobilitasfisik


belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
21.07
1. Kaji kemampuan klien dalam
mobilisasi
2. Bantu klien dalam mobilisasi
3. Edukasi klien untuk mobilisasi
secara bertahap
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam membantu
klien mobilisasi
I:

1. mengkaji kemampuan klien


dalam mobilisasi

78
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

22.00 Ds : klien mengatakan untuk


miring kanan kiri sudah lebih
lancar dari kemarin tapi masih
dibantu perawat
22.30
2. membantu klien dalam
mobilisasi
Do : H-2 post op klien
mobilisasi miring kanan kiri
3. mengedukasi klien untuk
mobilisasi secara bertahap
Ds : klien mengatakan akan
04.30 mengikuti saran yang diberikan

E: S : klien mengatakan semua aktivitas


masih butuh bantuan keluarga dan
perawat
06.00
O : mobilisasi miring kanan kiri di
bantu sebagian

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

07.00

4 Dx : 4 S : klien mengatakan badan masih terasa Demo


lemas
malam
O : tidak ada tanda tanda infeksi : tidak
21.10 ada rembesan pus pada perban, tidak
ada bau pada daerah luka dan
kemerahan pada kulit sekitar perban
21.20
A : masalah resiko infeksi belum teratasi
21.50
P : lanjutkan intervensi

1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
3. Edukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
4. Kolaborasi dengan dokter
pemberian tysos

79
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

I:

1. mengkaji tanda-tanda infeksi


Do : tidak ada rembesan pus
22.30 pada perban, tidak berbau dan
kemerahan pada sekitar perban
2. Menerapkan pripsip steril saat
tindakan
Do : cuci tangan yang baik dan
benar sebelum dan sesudah
tindakan, penggunaan sarung
tangan steril
3. memberian tysos
Do : dosis 1 gr secara IV
23.10 4. mengedukasi klien menjaga
kebersihan daerah luka
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

23.20 E:

S : klien mengatakan masih terasa


lemas dari tadi pagi

O : tidak ada tanda tanda infeksi :


06.45 tidak ada rembesan pus pada
perban dan kemerahan pada kulit
sekitar perban

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
07.00

5 Dx : 5 S : klien mengatakan pusing dan lemas Demo


O : volume darah yang keluar tidak ada
malam A : masalah perdarahan belum teratasi
21.20 P : lanjutkan intervensi
21.30 1. Kaji tanda-tanda vital
2. Hitung cairan yang keluar dari
drainase
3. Edukasi klien untuk melaporkan
bila terjadi pusing, lemas
4. Kolaborasi dengan dokter

80
NO NO DX HARI/TGL SOAPIE TTD

21.45 pemberian kalnex 100 mg/ml


I:

1. mengkaji tanda-tanda vital


Do : TD 140/90 mmHg HR 110
x/mnt RR 24 x/mnt S 37,2oC
2. menghitung cairan yang keluar
dari drainase
22.05
Do : volume darah tidak ada
3. memberikan kalnex
Do : Dosis 100 mg/ml secara IV
4. mengedukasi klien untuk
melaporkan bila terjadi pusing,
22.10 lemas
Ds : klien mengatakan akan
mengikuti edukasi yang
diberikan

E:
23.05
S : klien mengatakan pusing berkurang
tetapi masih lemas
O : volume darah yang keluar 50cc
A : masalah belum teratasi
05.00 P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

06.45

81
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. F dengan
Diagnosa Kista Ovarium, maka dalam bab ini penulis akan membahas
kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan
studi kasus. Dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan
keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
dengan uraian sebagai berikut:
A. Pengkajian
Pada saat pengkajian, perawat menemukan nyeri pada bekas operasi, pasien
mengatakan merasakan nyeri mulai dirasakan pada bagian perut bawah sebelah
kiri, dan tidak adanya darah yang merembes pada luka operasi. Tanda tersebut
sesuai dengan teori pasien dengan kondisi post operasi.
B. Diagnosa
Menurut teori, diagnose yang muncul adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post op).
2. Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan pembedahan (luka post op).
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan Agen Cidera Fisik
(luka post OP)

82
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. F dengan kista ovarium
di Ruang G2 Obsgyn RS Bethesda, kami mendapatkan pengalaman yang
nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
operasi, yang dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan pendokumentasian keperawatan. Pengkajian pada Ny. F
difokuskan pada pemeriksaan abdomen yaitu pemeriksaan fisik pada bekas
sayatan post operasi laparotomy. Tahap penegakan diagnosa keperawatan
dapat penulis simpulkan bahwa diagnosa keperawatan yang ada dalam
teori tidak semuanya muncul didalam kasus Ny. F hal ini sangat
tergantung pada kondisi pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta
komplikasi yang terjadi pada pasien.

B. SARAN
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah
diberikan dengan efektif dan efisien untuk melakukan asuhan
keperawatan. Mahasiswa juga diharapkan secara aktif untuk membaca
dan meningkatkan keterampilan serta menguasai kasus yang diambil
untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Untuk Perawat
Peran perawat dalam pemberian edukasi sangat diperlukan untuk
memberikan penjelasan mengenai perjalanan penyakit, bahaya
penyakit, komplikasi, dan tindakan pengobatan yang tepat sejak
pasien dinyatakan sakit kista ovarium.

83
DAFTAR PUSTAKA

Andang, T. (2013). 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Yogyakarta: Rapha


Publishing.
Nugroho, T., & dkk. (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Prawiroharjo, S. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Setyorini , A. (2014). Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.
Bogor: IN MEDIKA.

84

Anda mungkin juga menyukai