Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


RESIKO TERJADINYA VARISES KAKI PADA PERAWAT

Disusun Oleh:

Irene Lilis Muliawati (21217041)


Purwanti Rahayu (21217051)
Nidaul Khasanah (21217047)
Puput Nurulita (21217050)
Gita Hapsari (21217040)

Pembimbing : DIANA RHISMAWATI, S.Kep, Ns,

Program Profesi Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Pertamedika
Jakarta Selatan
Th. 2017
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

A. Latar Belakang

Sejak 2500 tahun yang lalu pada zaman Hipokrates, varises sudah dikenal sebagai
penyakit kronis yang diakibatkan oleh posisi tegak manusia dan gaya gravitasi.
Istilah varises sendiri berasal dari kata latin yaitu Varicous yang berarti vena
melebar. Varises tidak hanya menimbulkan pelebaran vena melainkan juga
berliku-liku dan memanjang (Johnson, 2004).

Menurut Bradburry (1999) dalam Tisi (2010), setiap vena bias menjadi varises.
Kondisi ini disebabkan oleh karena kurang berfungsinya (Incompetent) katup
dalam pembuluh darah dan penurunan elastisitas dinding vena, yang
memungkinkan darah terdeoksigenasi harus dipompa kembali ke jantung,
kemudian mengalir ke belakang vena superfisialis, menyebabkan pembesaran
pembuluh darah. Hal ini sering terjadi pada persimpangan Saphenofemoral dan
Saphenopopliteal, dan pembuluh darah Perforantes yang menghubungkan system
vena dalam dan superfisial di tungkai.

Varises tungkai bawah adalah kelainan pembuluh darah yang merupakan salah
satu manifestasi kutaneus dan insufisiensi vena kronik pada ekstremitas bawah.
Penyakit ini sering dijumpai pada masyarakat, tetapi masih sangat sedikit
mendapat perhatian dan dianggap sebagai permasalahan estetika saja.

Angka kejadian varises di Indonesia saat ini belum dapat dipastikan, tetapi di
Amerika Serikat tahun 2008, tercatat angka kejadian varises sebanyak 3% pada
wanita dan 2% pada pria. Prevalensi varises pada populasi Barat diperkirakan
sekitar 25% sampai 30% pada wanita, dan 10% sampai 20% pada pria (Tisi,
2010).

Terdapat beberapa factor resiko terjadinya varises pada tungkai bawah yang saling
mempengaruhi, yaitu: adanya peningkatan tekanan vena profunda, inkompetensi
katup primer, inkompetensi katup sekunder dan kelemahan fascia. Sedangkan
factor predisposisinya adalah keturunan, usia, hormon, kelebihan berat badan dan
kondisi statis seperti berdiri atau duduk lama (Kristopher, 2010).
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

Dalam jurnal keperawatan yang dilakukan oleh Mishra dan Solanki (2015) di RS
Udaipur menyebutkan bahwa beberapa jenis pekerjaan memiliki resiko terjadi
varises diantaranya, guru, tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas farmasi),
pramugari, kasir, sales, sopir, dsb. Hal ini diakibatkan karena adanya kondisi
orthostatis, dimana postur tubuh pekerja berada dalam keadaan statis, baik berdiri
maupun duduk dalam waktu yang lama.

Di RS Premier Bintaro sendiri, data didapatkan dari registrasi poli Vascular


Center sejak pertengahan tahun 2015 sampai awal 2017 tercatat kurang lebih 15
orang perawat berobat di Poli tersebut karena keluhan varises. Adapun rentang
usia perawat tersebut berada dalam kisaran 27 sampai dengan 48 tahun dan
berjenis kelamin wanita. Dari 15 orang perawat tersebut, sebanyak 27% (4 orang)
belum menikah dan 73% (11 orang) sudah menikah dan mengalami multiparitas.

Perawat merupakan profesi yang mempunyai banyak resiko. Tetapi varises jarang
mendapat perhatian dikarenakan prosesnya berlangsung tahunan. Hal ini
berbanding terbalik dengan kejadian Low Back Pain, dimana penderita memiliki
pengalaman nyeri yang bersifat akut sampai dengan kronis, dan berimbas secara
langsung terhadap produktivitas kerja perawat.

Banyak orang belum menyadari pentingnya melakukan screening varises, karena


pada fase awal (C0 dan C1), kondisi ini tidak memiliki gejala yang mengganggu.
Varises baru akan mengganggu ketika sampai pada fase C2, dimana kaki mulai
bengkak dan terdapat varises yang menonjol serta tortouse.

Hal inilah yang patut menjadi perhatian kita bersama sebagai perawat untuk
menyadari betapa banyaknya resiko pekerjaan yang dijalani. Informasi yang
adekuat dan tindakan pencegahan merupakan hal yang perlu ditempuh untuk
mengurangi resiko tersebut.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah kegiatan presentasi EBN mengenai resiko terjadinya varises kaki pada
perawat, diharapkan pengetahuan perawat mengenai varises kaki meningkat
dan mampu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari factor resiko
pekerjaan.

2. Tujuan Khusus

Setelah kegiatan presentasi EBN mengenai resiko terjadinya varises kaki pada
perawat, diharapkan perawat di RS Premier Bintaro mampu untuk:

a. Memahami anatomi, fisiologis dan konsep patologis pelebaran vena atau


Varises

b. Memahami penyebab terjadinya Varises

c. Memahami tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari


resiko varises menjadi actual
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

C. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Varises adalah vena normal yang mengalami dilatasi akibat pengaruh


peningkatanan tekanan vena. Varises ini merupakan suatu manifestasi dari
sindrom insufiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah dalam vena
mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik menuju tungkai yang
kemudian mengalami kongesti.

Bentuk ringan dari insufisiensi vena hanya menunjukkan keluhan berupa


perasaan yang tidak nyaman, menggangu atau penampilan secara kosmetik
tidak enak, namun pada penyakit vena berat dapat menyebabkan respon
sistemuk berat yang dapat menyebabkan kehilangan tungkai atau berakibat
kematian.

Keadaan insufisiensi vena kronis akhirnya akan menyebabkan terjadinya


perubahan kronis kulit dan jaringan lunak yang dimulai dengan bengkak
ringan. Perjalanan sindrom ini akhirnya akan menghasilkan perubahan warna
kulit, dermatitis stasis, selulitis kronis atau rekuren, infark kulit, ulkus, dan
degenerasi ganas. Komplikasi berat yang dapat muncul sebagai akibat dati
insufisiensi vena dapat berupa ulkus pada tungkai yang kronis dan sulit
menyembuh, phlebitis berulang, dan perdarahan yang berasal varises, dan hal
ini dapat diatasi dengan penanganan dan koreksi pada insufisiensi vena itu
sendiri.

Kematian dapat terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang bersumber dari
varises vena friabel, tapi kematian yang diakibat oleh varises vena paling dekat
dihubungkan dengan adanya troboemboli vena sekunder. Pasien dengan
varises vena mempunyai risiko tinggi mengalami thrombosis vena profunda
(Deep Vein Thrombosis atau DVT) karena menyebabkan gagguan aliran darah
menjadi aliran darah statis yang sering menyebabkan phlebitis superfisial
kemudian berlanjut menjadi perforasi pembuluh darah vena termasuk
pembluluh darah vena profunda. Pada penatalaksaan penderita dengan varises
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

vena perlu diperhatikan kemungkinan adanya DVT karena adanya


tromboemboli yang tidak diketahui dan tidak diterapi akan meningkatkan
terjadinya mortalitas sekitar 30-60%.

Varises vena baru mungkin dapat muncul setelah adanya episode DVT yang
tidak diketahui yang menyebabkan kerusakan pada katup vena. Pada pasien
ini adanya faktor risiko yang mendasari untuk terjadinya tromboemboli dan
memiliki risiko tinggi untuk terjadi rekurensi.

Klasifikasi

Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):

a. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial


ekstremitas bawah

b. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda


dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp
edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

2. Anatomi Fisiologi

Vena Safena Magna (VSM) berawal dari sisi medial kaki merupakan bagian
dari lengkung vena dan mendapat percabangan dari vena profunda pada kaki
yang kemudian berjalan keatas sepanjang sisi anterior malleolus medialis.
Dari pergelangan kaki, VSM berjalan pada sisi anteromedial betis sampai lutut
dan ke bagian paha dimana terletak lebih medial. Dari betis bagian atas sampai
pelipatan paha VSM ditutupi oleh sebuah fasia tipis dimana fasia ini berfungsi
untuk mencegah agar vena ini tidak berdilatasi secara berlebihan. Normalnya
VSM memiliki ukuran normal 3-4 mm pada pertengahan paha.

Sepanjang perjalanannya
sejumlah vena peforata
mungkin menghubungkan
antara VSM dengan sistem
vena profunda pada regio
femoral, tibia posterior,
gstrocnemius, dan vena
soleal. Antara pergelangan
kaki dan lutut terdapat
Cockett perforator, yang
merupakan kelompok vena
perforata yang menghubungkan sistem vena profunda dengan lengkung vena
posterior yang memberikan percabangan ke v. Safena Magna dari bawah
pergelangan kaku dan berakhir di VSM di bawah

Selain vena perforata pada beberapa vena superfisial juga memberikan cabang
ke VSM. Sedikit di bawah Safenofemoral Junction (SFJ), VSM menerima
percabangan dari cabang kutaneus lateral dan medial femoral, vena iliaka
sirkumfleksa eksterna, vena episgatrika superfisialis, dan vena pudenda
interna. Apabila vena-vena ini mengalami refluks akan bermanifestasi pada
paha bagian bawah dan bêtis bagian atas. Akhir dari perjalanan VSM berakhir
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

di vena femoralis bercabangan ini disebut dengan Safenofemoral junction.


pada pertemuan antara vena safena magna dengan vena femoralis terdapat
katup terakhir dari VSM.

3. Etiologi

Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstriksi yaitu


faktorlingkungan bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit
vena. Penyebab terbanyak dari varises vena adalah oleh karena peningkatan
tekanan vena superfisialis, namun pada beberapa penderita pembentukan
varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah terjadi kelenahan pada
dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan tekanan
vena. Pada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan
tangan.

Herediter merupakan faktor penting yang mendasari terjadinya kegagalan


katup primer, namun faktor genetik spesifik yang bertanggung jawab terhadap
terjadi varises masih belum diketahui. Pada penderita yang memiliki riwayat
refluks pada safenofemoral junction (tempat dimana v. Safena Magna
bergabung dengan v. femoralis kommunis) akan memiliki risiko dua kali lipat.

Keadaan tertentu seperti berdiri terlalu lama akan memicu terjadinya


peningkatan tekanan hidrostatik dalam vena hal ini akan menyebakan distensi
vena kronis dan inkopetensi katup vena sekunder dalam sistem vena
superfisialis. Jika katup penghubung vena dalam dengan vena superfisialis di
bagian proksimal menjadi inkompeten, maka akan terjadi perpindahan
tekanan tinggi dalam vena dalam ke sistem vena superfisialis dan kondisi ini
secara progresif menjadi ireeversibel dalam waktu singkat.

Setiap orang khususnya wanita rentan menderita varises vena, hal ini
dikarenakan pada wanita secara periodik terjadi distensi dinding dan katup
vena akibat pengaruh peningkatan hormon progrestron. Kehamilan
meningkatkan kerentangan menderita varises karena pengaruh faktor
hormonal dalam sirkulasi yang dihubungkan dengan kehamilan. Hormon ini
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

akan meningkatkan kemampuan distensi dinding vena dan melunakkan daun


katup vena. pada saat bersamaan, vena harus mengakomodasikan peningkatan
volume darah sirkulasi. Pada akhir kehamilan terjadi penekanan vena cava
inferior akibat dari uterus yang membesar. Penekanan pada v. cava inferior
selanjutnya akan menyebabkan hipertensi vena dan distensi vena tungkai
sekunder. Berdasarkan mekanisme tersebut varises vena pada kehamilan
mungkin akan menghilang setelah proses kelahiran. Pengobatan pada varises
yang sudah ada sebelum kehamilan akan menekan pembentukan varises pada
vena yang lain selama kehamilan.

Umur merupakan faktor risiko independen dari varises. Umur tua terjadi atropi
pada lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan
otot polos meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan
kerentanan mengalami dilatasi.

Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi.
Obstruksi akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah
vena ke sirkulasi sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises
tidak dianjurkan untuk di ablasi.

4. Tanda dan Gejala

a. Tegang, kram otot, sampai kelelahan otot tungkai bawah

b. Edema tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram
di malam hari

c. Terjadi peningkatan kepekaan terhadap cedera dan infeksi

d. Apabila terjadi obstruksi vena dalam pada varises, pasien akan


menunjukkan tanda dan gejala insufisiensi vena kronis; edema, nyeri,
pigmentasi, dan ulserasi

e. Gejala subjektif biasanya lebih berat pada awal perjalanan penyakit, lebih
ringan pada pertengahan dan menjadi berat lagi seiring berjalannya
waktu.Gejala yang muncul umunya berupa kaki terasa berat, nyeri atau
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

kedengan sepanjang vena, gatal, rasa terbakar, keram pada malam hari,
edema, perubahan kulit dan kesemutan. Nyeri biasanya tidak terlalu berat
namun dirasakan terus-menerus dan memberat setelah berdiri terlalu lama.

f. Nyeri yang disebabkan oleh insufisiensi vena membaik bila beraktifitas


seperti berjalan atau dengan mengangkat tungkai, sebaliknya nyeri pada
insufisiensi arteri akan bertambah berat bila berjalan dan tungkai diangkat

5. Pemeriksaan Diagnostik

Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan


memetakan seluruh area yang mengalami obstruksi dan refluks dalam system
vena superficial dan system vena profunda.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu venografi dengan kontras, MRI, dan
USG color-flow dupleks. USG dupleks merupakan pemeriksaan imaging
standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom insufisiensi vasirses dan
untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-flow USG (USG
tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam vena
menggunakan pewarnaan yang berbeda.

Pemeriksaan yang paling sensitive dan spesifik yaitu menggunakan Magnetic


Resonance Venography (MRV) digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada
sistem vena profunda dan vena superficial pada tungkai bawah dan pelvis.
MRV juga dapat mengetahui adanya kelainan nonvaskuler yang menyebabkan
nyeri dan edema pada tungkai. Venografi dengan kontras merupakan teknik
pemeriksaan invasif. Saat ini venografi sudah mulai ditinggalkan dan
digantikan dengan pemeriksaan USG dupleks sebagai pemeriksaan rutin
penyakit vena. Sekitar 15 % pasien yang dilakukan pemeriksaan venografi
ditemukan adanya DVT dan pembentukan trombosis baru setelah pemberian
kontras.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

6. Penatalaksanaan

a. Terapi Non Operatif

1) Kaus Kaki Kompresi (Stocking)

Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan


hemodinamik pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema.
Kaus kaki dengan tekanan 20-30 mmHg (grade II) memberikan hasil
yang maksimal.

Pada penelitian (Sigvaris institute, 1995) didapatkan sekitar 37-47 %


pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama 1 tahun setelah
menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki.

Kekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang
relatif mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang
baik. Pada penelitian randomize controlled trial compression
menggunakan stoking (grade I dan II) dibandingkan dengan kontrol
penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VSM dan
mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak
ada perbedaan terhadap pembentukan varises vena.

2) Skleroterapi

Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan ke


dalam pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi
endotel yang diikuti dengan pembentukan jaringan fibrotik.

Sklerotan yang digunakan saat yaitu ferric chloride, salin hipertonik,


polidocanol, iodine gliserin, dan sodium tetradecyl sulphate, namun
untuk terapi varises vena safena paling umum digunakan saat ini
adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua bahan ini
dipilih karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan
warna kulit (penumpukan hemosiderin) yang rendah, dan jarang
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

menimbulkan kerusakan jaringan apabila terjadi ekstravasasi ke


jaringan.

Sklerotan dibagi berdasarkan jenis substansinya yaitu yang berbentuk


foam dan benbentuk liquid. Pada sklerotan jenis foam memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis liquid yaitu dosis
yang lebih sedikit, lebih efektif dan menimbulkan komplikasi yang
lebih rendah.

b. Terapi Minimal Invasif

1) Radiofrekuensi ablasi (RF)

Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter


radiofrekuensi yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan
dinding pembuluh darah dan jaringan sekitar pembuluh darah.
Pemanasan ini menyebakan denaturasi protein, kontraksi kolagen dan
penutupan vena. Kateter dimasukkan sampai ujung aktif kateter berada
sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
USG. Ujung kateter menempel pada endotel vena, kemusian energy
radiofrekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk memanaskan
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya.

Jumlah energy yang diberikan dimonitor melalui sensor termal yang


diletakkan di dalam pembuluh darah. Sensor ini berfungsi mengatur
suhu yang sesui agar ablasi endotel terjadi.

2) Endovenous Laser Therapy (EVLT)

Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah
dengan Endovenous Laser Therapy (EVLT). Keuntungan yang didapat
menggunakan pilihan terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien
poliklinis di bawah anestesi local. EVLT yang secara luas digunakan
menggunakan daya sebesar 10-14 watt. Prosedurnya EVLT
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

menggunakan fibre laser yang dimasukkan ke distal VSM sampai SFJ


dibawah control USG.

7. Komplikasi
5 sampai 7 % kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus, keadaan ini
sering bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. Inform konsen
mengenai komplikasi ini diperlukan sebelum dilakukan tindakan terapi.
NHSLA melaporkan komplikasi akibat cedera pada saraf pada 12 pasien
dengan drop foot setelah dilakukan ligasi safeno-popliteal. Komplikasi berupa
terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari.

Hematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi (sampai dengan 10 %),
dan terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari.
Thromboembolism berpotensi terjadi pada pembedahan varises vena, tetapi
belum ada bukti yang menujukkan risiko ini meningkat bila dilakukan
pembedahan. Sebagian besar ahli bedah vaskuler melakukan profilaksis agar
tidak terjadi komplikasi thomboemboli ini.

D. Analisis Jurnal Keperawatan

Kriteria Justifikasi & Critical Thinking

Problem Varises kaki, merupakan suatu kondisi dimana terjadi


dilatasi atau pelebaran pembuluh darah vena akibat
pengaruh peningkatanan tekanan.

Varises ini merupakan suatu manifestasi dari sindrom


insufiensi vena dimana pada sindrom ini aliran darah
dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau
aliran balik menuju tungkai yang kemudian mengalami
kongesti atau bendungan.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

Dalam jurnal keperawatan yang dilakukan oleh Mishra


dan Solanki (2015) di RS Udaipur menyebutkan bahwa
beberapa jenis pekerjaan memiliki resiko terjadi varises
diantaranya, guru, tenaga kesehatan (dokter, perawat,
petugas farmasi), pramugari, kasir, sales, sopir, dsb.

Hal ini diakibatkan karena adanya kondisi orthostatis,


dimana postur tubuh perawat berada dalam keadaan
statis, baik berdiri maupun duduk dalam waktu yang
lama.

Intervention Metode penelitian yang digunakan oleh Mishra dan


Solanki (2015) menggunakan pendekatan studi cross-
sectional pada 364 perawat yang bekerja di RS Udaipur,
Rajasthan. Pemeriksaan fisik dan diagnostic dilakukan
kepada perawat untuk mengidentifikasi adanya varises
tungkai bawah serta mengidentifikasi factor yang
berhubungan dengan prevalensi kejadian Varises pada
perawat seperti: Lama kerja, lama jam kerja, kondisi
orthostasis saat berada di samping pasien, usia dan
riwayat varises dalam keluarga.

Comparison Penelitian lain dilakukan di Iran oleh Ebrahimi,


Amanpour dan Haghighi (2015). Berbeda dari
penelitian di Udaipur, Rajashtan yang menggunakan
perawat sebagai responden, Penelitian di Iran utara ini
menggunakan profesi Penata Rambut (Hair-dresser)
sebagai subjek penelitian sebanyak 197 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara factor resiko pekerjaan dengan angka kejadian
varises tungkai bawah.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

Outcome Hasil penelitian menunjukkan:

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mishra dan


Solanki (2015) di Udaipur, Rajashtan pada responden
perawat disimpulkan bahwa riwayat varises dalam
keluarga, lama waktu bekerja, lama jam kerja dan Posisi
berdiri (stasis) yang terlalu lama di samping pasien
merupakan factor resiko utama yang menyebabkan
berkembangnya varises tungkai bawah pada perawat,
terutama pada perawat dengan rentang usia 51-66
tahun. Adapun factor resiko yang diteliti memiliki p
value < 0.005 atau dengan kata lain hasil penelitian ini
tersebut signifikan.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh


Ebrahimi, Amanpour dan Haghighi (2015) di Iran utara
pada responden dari profesi sebagai penata rambut,
disimpulkan bahwa angka kejadian varises tungkai kiri
pada profesi ini berada pada prevalensi yang tinggi
yaitu sebesar 47%, dimana hal ini dihubungkan dengan
factor bertambahnya usia pekerja, riwayat varises
dalam keluarga, riwayat hipertensi dan posisi kerja
berdiri lama. Semua factor tersebut memiliki keeratan
hubungan untuk meningkatkan prosentase prevalensi
dilihat dari hasil OR Tabel dan nilai harapan yang
didapatkan sebesar 95%.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017

Daftar Pustaka
1. Chronic Venous Insufficiency (Internet).2012. Available from:
http://www.summitmedicalgroup.com/aha_venous_insufficiency
2. Mishra, N. Solanki, S. Mishra, S. (2015). Lower Limb Varicose Veins
Among Nurses: A Cross Sectional Study in Udaipur. IJCRR Section:
Healthcare Journal. Volume 7. December 2015
3. Prevalence and Risk Factors of Varicose Veins among Female
Hairdressers: A Cross Sectional Study in North-East Iran.
(Cited from Homepage: www.umsha.ac.ir/jrhs)
4. Compression Treatment at a Glance. Sigvaris Medical Stockings.
Product Information.
(Cited form Homepage: www.sigvaris.com)
5. Venosan Medical Stocking Homepage.
http://www.venosanusa.com/products.html

Anda mungkin juga menyukai