Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Sejak 2500 tahun yang lalu pada zaman Hipokrates, varises sudah dikenal sebagai
penyakit kronis yang diakibatkan oleh posisi tegak manusia dan gaya gravitasi.
Istilah varises sendiri berasal dari kata latin yaitu Varicous yang berarti vena
melebar. Varises tidak hanya menimbulkan pelebaran vena melainkan juga
berliku-liku dan memanjang (Johnson, 2004).
Menurut Bradburry (1999) dalam Tisi (2010), setiap vena bias menjadi varises.
Kondisi ini disebabkan oleh karena kurang berfungsinya (Incompetent) katup
dalam pembuluh darah dan penurunan elastisitas dinding vena, yang
memungkinkan darah terdeoksigenasi harus dipompa kembali ke jantung,
kemudian mengalir ke belakang vena superfisialis, menyebabkan pembesaran
pembuluh darah. Hal ini sering terjadi pada persimpangan Saphenofemoral dan
Saphenopopliteal, dan pembuluh darah Perforantes yang menghubungkan system
vena dalam dan superfisial di tungkai.
Varises tungkai bawah adalah kelainan pembuluh darah yang merupakan salah
satu manifestasi kutaneus dan insufisiensi vena kronik pada ekstremitas bawah.
Penyakit ini sering dijumpai pada masyarakat, tetapi masih sangat sedikit
mendapat perhatian dan dianggap sebagai permasalahan estetika saja.
Angka kejadian varises di Indonesia saat ini belum dapat dipastikan, tetapi di
Amerika Serikat tahun 2008, tercatat angka kejadian varises sebanyak 3% pada
wanita dan 2% pada pria. Prevalensi varises pada populasi Barat diperkirakan
sekitar 25% sampai 30% pada wanita, dan 10% sampai 20% pada pria (Tisi,
2010).
Terdapat beberapa factor resiko terjadinya varises pada tungkai bawah yang saling
mempengaruhi, yaitu: adanya peningkatan tekanan vena profunda, inkompetensi
katup primer, inkompetensi katup sekunder dan kelemahan fascia. Sedangkan
factor predisposisinya adalah keturunan, usia, hormon, kelebihan berat badan dan
kondisi statis seperti berdiri atau duduk lama (Kristopher, 2010).
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
Dalam jurnal keperawatan yang dilakukan oleh Mishra dan Solanki (2015) di RS
Udaipur menyebutkan bahwa beberapa jenis pekerjaan memiliki resiko terjadi
varises diantaranya, guru, tenaga kesehatan (dokter, perawat, petugas farmasi),
pramugari, kasir, sales, sopir, dsb. Hal ini diakibatkan karena adanya kondisi
orthostatis, dimana postur tubuh pekerja berada dalam keadaan statis, baik berdiri
maupun duduk dalam waktu yang lama.
Perawat merupakan profesi yang mempunyai banyak resiko. Tetapi varises jarang
mendapat perhatian dikarenakan prosesnya berlangsung tahunan. Hal ini
berbanding terbalik dengan kejadian Low Back Pain, dimana penderita memiliki
pengalaman nyeri yang bersifat akut sampai dengan kronis, dan berimbas secara
langsung terhadap produktivitas kerja perawat.
Hal inilah yang patut menjadi perhatian kita bersama sebagai perawat untuk
menyadari betapa banyaknya resiko pekerjaan yang dijalani. Informasi yang
adekuat dan tindakan pencegahan merupakan hal yang perlu ditempuh untuk
mengurangi resiko tersebut.
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah kegiatan presentasi EBN mengenai resiko terjadinya varises kaki pada
perawat, diharapkan pengetahuan perawat mengenai varises kaki meningkat
dan mampu melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari factor resiko
pekerjaan.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan presentasi EBN mengenai resiko terjadinya varises kaki pada
perawat, diharapkan perawat di RS Premier Bintaro mampu untuk:
C. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Kematian dapat terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang bersumber dari
varises vena friabel, tapi kematian yang diakibat oleh varises vena paling dekat
dihubungkan dengan adanya troboemboli vena sekunder. Pasien dengan
varises vena mempunyai risiko tinggi mengalami thrombosis vena profunda
(Deep Vein Thrombosis atau DVT) karena menyebabkan gagguan aliran darah
menjadi aliran darah statis yang sering menyebabkan phlebitis superfisial
kemudian berlanjut menjadi perforasi pembuluh darah vena termasuk
pembluluh darah vena profunda. Pada penatalaksaan penderita dengan varises
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
Varises vena baru mungkin dapat muncul setelah adanya episode DVT yang
tidak diketahui yang menyebabkan kerusakan pada katup vena. Pada pasien
ini adanya faktor risiko yang mendasari untuk terjadinya tromboemboli dan
memiliki risiko tinggi untuk terjadi rekurensi.
Klasifikasi
2. Anatomi Fisiologi
Vena Safena Magna (VSM) berawal dari sisi medial kaki merupakan bagian
dari lengkung vena dan mendapat percabangan dari vena profunda pada kaki
yang kemudian berjalan keatas sepanjang sisi anterior malleolus medialis.
Dari pergelangan kaki, VSM berjalan pada sisi anteromedial betis sampai lutut
dan ke bagian paha dimana terletak lebih medial. Dari betis bagian atas sampai
pelipatan paha VSM ditutupi oleh sebuah fasia tipis dimana fasia ini berfungsi
untuk mencegah agar vena ini tidak berdilatasi secara berlebihan. Normalnya
VSM memiliki ukuran normal 3-4 mm pada pertengahan paha.
Sepanjang perjalanannya
sejumlah vena peforata
mungkin menghubungkan
antara VSM dengan sistem
vena profunda pada regio
femoral, tibia posterior,
gstrocnemius, dan vena
soleal. Antara pergelangan
kaki dan lutut terdapat
Cockett perforator, yang
merupakan kelompok vena
perforata yang menghubungkan sistem vena profunda dengan lengkung vena
posterior yang memberikan percabangan ke v. Safena Magna dari bawah
pergelangan kaku dan berakhir di VSM di bawah
Selain vena perforata pada beberapa vena superfisial juga memberikan cabang
ke VSM. Sedikit di bawah Safenofemoral Junction (SFJ), VSM menerima
percabangan dari cabang kutaneus lateral dan medial femoral, vena iliaka
sirkumfleksa eksterna, vena episgatrika superfisialis, dan vena pudenda
interna. Apabila vena-vena ini mengalami refluks akan bermanifestasi pada
paha bagian bawah dan bêtis bagian atas. Akhir dari perjalanan VSM berakhir
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
3. Etiologi
Setiap orang khususnya wanita rentan menderita varises vena, hal ini
dikarenakan pada wanita secara periodik terjadi distensi dinding dan katup
vena akibat pengaruh peningkatan hormon progrestron. Kehamilan
meningkatkan kerentangan menderita varises karena pengaruh faktor
hormonal dalam sirkulasi yang dihubungkan dengan kehamilan. Hormon ini
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
Umur merupakan faktor risiko independen dari varises. Umur tua terjadi atropi
pada lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan
otot polos meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan
kerentanan mengalami dilatasi.
Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi.
Obstruksi akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah
vena ke sirkulasi sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises
tidak dianjurkan untuk di ablasi.
b. Edema tumit dan rasa berat tungkai dapat pula terjadi, sering terjadi kram
di malam hari
e. Gejala subjektif biasanya lebih berat pada awal perjalanan penyakit, lebih
ringan pada pertengahan dan menjadi berat lagi seiring berjalannya
waktu.Gejala yang muncul umunya berupa kaki terasa berat, nyeri atau
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
kedengan sepanjang vena, gatal, rasa terbakar, keram pada malam hari,
edema, perubahan kulit dan kesemutan. Nyeri biasanya tidak terlalu berat
namun dirasakan terus-menerus dan memberat setelah berdiri terlalu lama.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu venografi dengan kontras, MRI, dan
USG color-flow dupleks. USG dupleks merupakan pemeriksaan imaging
standar yang digunakan untuk diagnosis sindrom insufisiensi vasirses dan
untuk perencanaan terapi serta pemetaan preoperasi. Color-flow USG (USG
tripleks) digunakan untuk mengetahui keadaan aliran darah dalam vena
menggunakan pewarnaan yang berbeda.
6. Penatalaksanaan
Kekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang
relatif mahal, kurangnya pendidikan pasien, dan kosmetik yang kurang
baik. Pada penelitian randomize controlled trial compression
menggunakan stoking (grade I dan II) dibandingkan dengan kontrol
penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluks VSM dan
mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak
ada perbedaan terhadap pembentukan varises vena.
2) Skleroterapi
Salah satu pilihan terapi varises vena yang minimal invasive adalah
dengan Endovenous Laser Therapy (EVLT). Keuntungan yang didapat
menggunakan pilihan terapi ini adalah dapat dilakukan pada pasien
poliklinis di bawah anestesi local. EVLT yang secara luas digunakan
menggunakan daya sebesar 10-14 watt. Prosedurnya EVLT
Studi Referensi Jurnal: Resiko Terjadinya Varises Kaki Pada Perawat
Presentasi Evidence Based Nursing (EBN)
Program Profesi Ners Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
STIKes Pertamedika Th. 2017
7. Komplikasi
5 sampai 7 % kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus, keadaan ini
sering bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. Inform konsen
mengenai komplikasi ini diperlukan sebelum dilakukan tindakan terapi.
NHSLA melaporkan komplikasi akibat cedera pada saraf pada 12 pasien
dengan drop foot setelah dilakukan ligasi safeno-popliteal. Komplikasi berupa
terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari.
Hematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi (sampai dengan 10 %),
dan terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari.
Thromboembolism berpotensi terjadi pada pembedahan varises vena, tetapi
belum ada bukti yang menujukkan risiko ini meningkat bila dilakukan
pembedahan. Sebagian besar ahli bedah vaskuler melakukan profilaksis agar
tidak terjadi komplikasi thomboemboli ini.
Daftar Pustaka
1. Chronic Venous Insufficiency (Internet).2012. Available from:
http://www.summitmedicalgroup.com/aha_venous_insufficiency
2. Mishra, N. Solanki, S. Mishra, S. (2015). Lower Limb Varicose Veins
Among Nurses: A Cross Sectional Study in Udaipur. IJCRR Section:
Healthcare Journal. Volume 7. December 2015
3. Prevalence and Risk Factors of Varicose Veins among Female
Hairdressers: A Cross Sectional Study in North-East Iran.
(Cited from Homepage: www.umsha.ac.ir/jrhs)
4. Compression Treatment at a Glance. Sigvaris Medical Stockings.
Product Information.
(Cited form Homepage: www.sigvaris.com)
5. Venosan Medical Stocking Homepage.
http://www.venosanusa.com/products.html