Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

S
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT B.D AGEN
PENCEDERA FISIOLOGIS (INFARKSI) PADA PASIEN STEMI DI RUANG
ALAMANDA RSMS MARGONO GERIATRI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Prodi Profesi Ners
Stase KMB

Disusun oleh:
TINA AFRIYANTI
(202303097)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2024
Lembar Pengesahan
Telah Melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Masalah Keperawatan
Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis (Infarksi) Pada Pasien STEMI Di Ruang
Alamanda RSMS Margono Geriatri

Disusun Oleh:
Tina Afriyanti
(202303097)

Pembimbing,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Fajar Agung Nugroho, MNS) (Wawan Setiawan S.Kep., Ns)


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Nyeri akut ialah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintegrasi
ringgan hingga berat yang berlangsung kurang lebih 3 bulan (PPNI, 2017).
STEMI (ST-elevation myocardial infarction) adalah jenis serangan jantung yang terjadi saat
pembuluh darah arteri tersumbat secara keseluruhan. Kondisi inni membuatt otot jantung
rusak karena tidak mendapatkan suplai darah. Ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai
darah, risiko komplikasi tentu akan semakin besar.
B. Etiologi
Menurut PPNI (2016), penyebab nyeri akut yaitu:
a. Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi ( mis. Terbakar, bahan kimia, iritan)

c. Agen pencedera fisik ( mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat


berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berat)

C. Batasan Karakteristik
Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2017), batasan karakteristik nyeri akut
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif :
- Tampak meringis

- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)

- Gelisah

- Frekuensi nadi meningkat

- Sulit tidur

a. Gejalan dan Tanda Minor

a) Subjektif:-

b) Objektif

1. Tekanan darah meningkat

2. Pola nafas berubah


3. Nafsu makan berubah

4. Proses berfikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

D. Kondisi Klinis Terkait


Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2017) kondisi klinis terkait Penurunan Curah Jantung
sebagai berikut:
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. glaukoma
E. Fokus Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas klien yang terdiri dari nama, umur, suku/bangsa, status perkawinan,
agama, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal datang ke rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari
a) Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan pasien berobat.
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit bernapas dan pingsan.
b) Riwayat kesehatan sekarang merupakan faktor yang mempengaruhi atau
yang melatarbelakangi keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala
(mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan, hilang
dan timbul atau berhubungan dengan waktu), lokalisasi gejalanya dimana
dan sifatnya bagaimana (menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau
menetap). Bagaimana berat ringannya keluhan berkurang, lamanya
keluhan berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan
apa saja.
c) Riwayat kesehatan masa lalu dapat ditanyakan seperti riwayat pemakaian
jenis obat, jumlah dosis dan pemakaiannya, riwayat kesehatan atau
penyakit yang pernah dialami (klien pernah menderita nyeri dada,
hipertensi, DM, maupun yang lainnya).
d) Riwayat kesehatan keluarga, tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada
usia muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya.
e) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan: situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan dalam pola hidup, misalnya merokok, minum
alkohol atau obat tertentu.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi
pasien, kesadaran (GCS / Gaslow Coma Scale), yang dapat meliputi penilaian secara
kualitas seperti composmentis, apatis, somnolen, sofor, koma, delirium, dan status gizinya
a. B1 (Breathing): terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan keluhan
nafas seperti tercekik, biasanya terdapat dispnea kardia yang dapat timbul
pada waktu beristirahat bila keadaannya masih parah.
b. B2 (Bleeding): pemeriksaan dilakukan melalui teknik inspeksi: adanya parut,
palpasi: denyut nadi perifer melemah, perkus: tidak ada pergeseran batas
jantung, auskultasi: tekanan darah biasanya menurun. Bunyi jantung
tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak didapatkan pada AMI tanpa
komplikasi
c. B3 (Brain): kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosis perifer.
d. B4 (Bladder): perlu dipantau adanya oliguri pada klien AMI atau STEMI
karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik dengan pengukuran
volume keluaran urin yang berhubungan dengan asupan cairan.
e. B5 (Bowel): kaji pola makan sebelumnya adanya peningkatan konsumsi
garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respon mual dan muntah.
f. B6 (Bone): aktivitas, gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak
statis dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda: takikardi, dispnea pada saat
istirahat atau aktivitas dan kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
3. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a. Elektrocardiografi (EKG): Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu:
Lead II, III, aVF: infark inferior, Lead V1-V3: infark anteroseptal, Lead V2-
V4: infark anterior, Lead I, aVL, V5-V6: infark anterolateral, Lead I, aVL:
infark high lateral, Lead II, III, aVF, V5-V6: infark inferolateral luas, Lead I,
aVL, V1-V6: infark inferolateral, Adanya Q valve patologis pada sadapan
tertentu.
b. Serum Kardiac Marker: Beberapa protein tertentu yang disebut biomaker
kardiak yaitu, cTnT, cTnI, dan CKMB yang dilepas dari otot jantung yang
mengalami nekrosis setelah STEMI.
c. Cardiac Imaging
a) Echocardiography: Pada pasien STEMI hampir selalu ditemukan kelainan
pergerakan dinding pada dua dimensi echocardiografi.
b) High Resolution MRI: Dapat mendeteksi infark miokard secara akurat.
c. Angiografi: Tes diagnostik invasif dengan memasukkan kateterisasi jantung
yang memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan
pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
F. Patofisiologi dan Pathway
Faktor usia, genetik, diet, merokok, diabetes melitus type II, hipertensi dan inflamasi
menyebabkan disfungsi dan aktivasi endotheliat. Disfungsi yang terjadi pada endotel
mengakibatkan sel-sel tidak dapat lagi memproduksi molekul-molekul vasoaktif seperti
nitric oxide, yang bekerja sebagai anti-poliferasi, anti trombotik dan vasodilator. Sementara
itu, disfungsi endotel justru dapat meningkatkan produksi, endotelin-1, angiostensin-II dan
vasokontrisiktor yang berperan dalam perpindahan dan pertumbuhan sel. Faktor
pertumbuhan dan trombosit menyebabkan migrasi otot polos dari tunika media kedalam
tunika intima dan proliferasi matriks. Proses ini mengubah bercak lemak menjadi atheroma
matur.
STEMI disebabkan oleh adanya aterosklerotik pada arteri korener yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Proses
aterosklerotik terjadi akibat adanya cedera pada sel endotel yang bersentuhan langsung
dengan zat-zat dalam darah. Permukaan sel menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah
menempel masuk kelapisan dinding arteri. Kemudian, terjadi fisura, rupture atau ulserasi
pada penumpukan plak aterosklerosis dan kondisi lokal atau sistemik dapat memicu
tromogenesis sehingga mengakibatkan sumbatan total pada arteri koroner.
Infark miokard yang disebabkan thrombus arteri koroner dapat mengenai endocardium
sampai epikardium, disebut infark transmural. Tetapi bisa juga terjadi infark
subendokardial, yaitu infak yang terjadi hanya mengenai darah subendokardial. Setelah 20
menit terjadinya sumbatan, infark sudah terbentuk pada subendokardial, dan bila berlanjut
tanpa segera ada penanganan maka rata-rata dalam 4 jam dapat terjadi infark transmural.
Kerusakan terjadi secara menyeluruh dari endocardium sampai epikardium, proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berjalan hingga beberapa minggu atau
bulan karena darah infark yang meluas dan daerah non infark mengalami pelebaran.
Otot yang mengalami infark akan mengalami beberapa perubahan selama berlangsungnya
proses pemulihan, pertama-tama otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik
akibat terputusnya aliran daerah regional kemudian dalam jangka waktu 24 jam akan timbul
edema pada sel-sel dan muncul respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim jantung
akan terlepas dari sel, mulai hari kedua atau ketiga terjadi proses degredasi ringan dan
pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relative tipis, kira-
kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung
fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progesif. Pada
minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
Setelah terjadi infark miokard, akibatnya antaralain: peningkatan akhir diastolik ventrikel
kiri, peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel, menurunnya daya
kontraksi, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel,
penurunan curah sekuncup, dan penurunan fraksi ejeksi.
G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (infarksi)

b. intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c. defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis keperawatan 3x24 jam diharapkan
(infarksi) masalah keperawatan nyeri akut b.d Observasi
agen pencedera fisiologis (infarksi) - Identifikasi lokasi, karakteristik,
dapat teratasi dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri 1 (meningkat) nyeri
menjadi 4 (cukup menurun) - Identifikasi skala nyeri
2. Meringis 1 (meningkat) - Identifikasi respon nyeri non verbal
menjadi 4 (cukup menurun)
- Identifikasi faktor yang
3. Kesulitan tidur 1 (meningkat) memperberat dan memperingan
menjadi 4 (cukup menurun) nyeri

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu
2 intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
b.d keperawatan 3x24 jam diharapkan
ketidakseimbangan masalah keperawatan intoleransi Observasi
antara suplai dan aktifitas b.d ketidakseimbangan antara - Monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen suplai dan kebutuhan oksigen dapat emosional
teratasi dengan kriteria hasil:
- Monitor pola dan jam tidur
1. Kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari 1 (menurun) - Monitor lokasi dan ketidaknyamana
menjadi 4 (cukup meningkat) selama melakukan aktivitas

2. Keluhan lelah 1 (meningkat) Terapeutik


menjadi 4 (cukup menurun)
- Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Perasaan lemah 1 (meningkat) rendah stimulus
menjadi 4 (cukup menurun)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif

- Berikan aktivitas distraksi yang


menenangkan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap

- Anjurkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan
3 defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
b.d kurang terpapar keperawatan 1x24 jam diharapkan
informasi masalah keperawatan defisit Observasi
pengetahuan b.d kurang terpapar - Identifikasi kesiapan dan
informasi dapat teratasi dengan kriteria kemampuan menerima informasi
hasil:
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai anjuran 1 meningkatkan dan menurunkan
(menurun) menjadi 4 (cukup motivasi perilaku hidup bersih dan
meningkat) sehat
2. Kemampuan menggambarkan Terapeutik
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik 1 (menurun) - Sediakan materi dan media
menjadi 4 (cukup meningkat) pendidikan kesehatan

3. Pertanyaan tentang masalah yang - Jadwalkan pendidikan kesehatan


dihadapi 1 (meningkat) menjadi 4 sesuai kesepakatan
(cukup menurun)
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
FORMAT ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)
PROFESI NERS 2022/2023

Tgl/Jam pengkajian : 02/04/2024

Tgl/Jam MRS : 02/04/2022

Ruangan : ALAMANDA

Diagnosa medis : STEMI ANTERIOR

A. Pengkajian Data Subjektif

1. Identitas Pasien dan Penanggungjawab Pasien

Nomor RM :022xxxxx

Nama/Inisial :Ny. S

Jenis Kelamin : P/L

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Alamat : Kaligondang

Status Perkawinan: Menikah

Penanggungjawab : Sdr. A

Hubungan : Anak

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Kaligondang
2. Keluahan Utama
Klien mengatakan nyeri bagian dada menjalar hingga ke punggung
3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan nyeri pada bagian dada menjalar hingga punggung, keringat
dingin, mual, muntah, pusing dan leher sakit dirasakan sudah 1 minggu yang
lalu. P: nyeri muncul saat beraktifitas, Q: nyeri terasa teremas-remas, R: nyeri
dada kiri menjalar hingga ke punggung, S: skala nyeri 5, T: nyeri muncul
mendadak dan hilang timbul. Sebelumnya pasien mengatakan sudah berobat di
RS banyumas tetapi karena nyeri masih dirasakan sehingga dirujuk ke RS
Margono.

b. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan memiliki penyakit DM kurang lebih 5 tahunn yang lalu


c. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan kurang mengerti apakah orang tuanya memiliki penyakit
yang menurun atau tidak, tetapi pasien mengatakan jika kakaknya juga
memiliki penyakit DM

Genogram : Tidak Terkaji


4. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Virginia Handerson)

a. Pola oksigen

Sebelum dikaji : menggunakan selang oksigen 3 lpm

Saat dikaji : tidak terdapat selang bantu pernapasan


b. Pola kebutuhan nutrisi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan tidak ada permasalahan untuk makan dan
minum
Saat dikaji : pasien mengatakan makan seperti biasanya hanya saja untuk
minum pasien mengatakan jarang minum air putih
c. Pola eliminasi
Sebelum dikaji : pasien menggunakan DC agar kebutuhan eliminasinya tidak
perlu ke lamar mandi
Saat dikaji : pasien menggunakan DC agar kebutuhan eliminasinya tidak
perlu ke lamar mandi
d. Istirahat dan tidur
Sebelum dikaji : pasien mengatakan terkadang sering bangun karena nyeri
yang dirasakan
Saat dikaji : pasien mengatakan terkadang sering bangun karena nyeri
yang dirasakan tetapi nyerinya sudah mulai berkurang

e. Pola aktivitas

Sebelum dikaji : pasien mengatakan biasanya sering duduk karena


pekerjaannya membatik

Saat dikaji : pasien mengatakan disuruh untuk mengurangi aktivitasnya


dan lebih banyak untuk beristirahat karena pada saat beraktivitas merasakan
lelah
f. Mempertahankan suhu
Sebelum dikaji : pasien mengatakan jika merasakan dingin akan memakai
selimut, saat merasakan panas menggunakan kaos atau pakaian yang lebih tipis
Saat dikaji : pasien mengatakan jika merasakan dingin akan memakai
selimut, saat merasakan panas menggunakan kaos atau pakaian yang lebih tipis
g. Berpakaian
Sebelum dikaji : pasien menggunakan pakaian yang dimilikya
Saat dikaji : pasien menggunakan pakaian dari rumah sakit dan dibantu
oleh keluarga
h. Personal hygiene
Sebelum dikaji : pasien mengatakan terkadang hanya dilap oleh keluarganya
Saat dikaji : pasien mengatakan terkadang hanya dilap oleh keluarganya
i. Rasa aman dan nyaman
Sebelum dikaji : pasien nyaman berada dirumah karena dpat berkumpul
dengan keluarga
Saat dikaji : pasien mengatakan ingin cepat sembuh sehingga bisa
berkumpul kembali dengan keluarga karena pada saat ini terkadang merasakan
nyeri dada yang terkadang timbul

j. Berkomunikasi

Sebelum dikaji : pasien dapat berkomunikasi baik dan jelas

Saat dikaji : pasien dapat berkomunikasi baik dan jelas


k. Kebutuhan spiritual
Sebelum dikaji : pasien mengatakan selama dirawat tidak beribadah hanya
berdoa agar cepat sembuh
Saat dikaji : pasien mengatakan selama dirawat tidak beribadah hanya
berdoa agar cepat sembuh
l. Pola bekerja
Sebelum dikaji : pasien mengatakan saat ini tidak bekerja
Saat dikaji : pasien mengatakan saat ini tidak bekerja
m. Pola berekreasi
Sebelum dikaji : pasien mengatakan jarang untuk berekreasi
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak berekreasi
n. Pola belajar
Sebelum dikaji : pasien mengatakan jika membutuhkan informasi atau
memiliki pertanyaan akan bertanya pada perawat atau dokter
Saat dikaji : pasien mengatakan jika membutuhkan informasi atau
memiliki pertanyaan akan bertanya pada perawat atau dokter
5. Pemeriksaan Fisik
GCS : E4M6V5 Suhu : 36.5 C
KU : Baik RR : 20 x/mnt
TD : 105/66 mmHg TB :-
Nadi : 80 x/mnt BB :-
Kepala : mesochepal
Rambut : beruban
Mata : penglihatan baik, konjungtiva an anemis, sklera an ikterik
Telinga : pendengaran baik, tidak ada pendarahan
Mulut : bibir sedikit kering, tidak ada stomatitis
Leher : tidk ada luka, tidak ada pengembangan tiroid
Dada
I : dada simetris, tidak ada retraksi dinnding dada
P : gerak simetris
P : tidak ada nyeri tekan
A : vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
Respirasi
Alat bantu nafas tidak , sebutkan nama alatnya –
Jantung
I : tidak tampak pembesaran ictus cordis
P : tidak ada krepitasi, denyut jantung teraba
P : pekak
A : SI >S2 reguler (Lup Dup)
Abdomen :
I : tidak ada luka
A : bising usus 15x/mnt
P : tidak ada nyeri tekan
P : Timpani
Punggung : tidak ada luka, tidak ada benjolan, klien mengatakan nyeri dari dada
hingga ke punggung
Ektremitas :
Atas : tangan lengkap, tidak ada edema terpasang infus sebelah tangan kiri
Bawah : kaki lengkap, tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot :
Genetalia : terpasang DC
Integumen : kulit sedikit kering
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
Hari/tgl : 31/03/2024
No. Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13.5 10.9-14.9
Leukosit 13410 5070-11100
Hematokrit 40.6 34-45
Eritrosit 4.69 4.11-5.55
Trombosit 380000 216000-451000
SGOT 234 < 31
Troponin 1 1.29 <0.04

b. EKG : TERLAMPIR

c. Rongent thoraks (30/03/2024)

Hasil :

- Aortosklerosis dengan besar cor normal (inspirasi kurang & posisi supine)

- Corakan bronchovaskuler dalam batas normal (inspirasi kurang & posisi supine)

- Tak tampak efusi pleura massif

- Tak tampak pneumothorax

- Diafragma tak mendatar


7. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Rute
1 Miniaspi 1x80 mg PO
2 Klopidogrel 1x75 mg PO
3 Atorvastatin 1x40 mg PO
4 Bisoprolol 1x2,5 mg PO
5 Captopril 3x6.25 mg PO
6 NaCl 0.9 % 1000 cc/24 jam IV
7 Fondaparinux 2.5 mg/ 24 jam SC
(10.00)
B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

Hari/tgl Data Fokus Pathway Etiologi Problem


Selasa DS: pasien mengatakan Aterosklerosis Agen pencedera Nyeri
02/04/2024 nyeri di dada sebelah fisiologis (infarksi) akut
kiri dan menjalar hingga Penurunan aliran darah ke jantung
ke punggung, terasa
seperti diremas-remas Kekurangan oksigen dan nutrisi
sudah mulai berkurang,
terasa nyeri saat
beraktivitas dan mulai Iskemik pada jaringan miokard
berkurang saat istirahat
dengan skala 5 Nekrosi
DO:
- Pasien Suplai oksigen ke miokard
tampak menurun
memegang Timbunan asam laktat meningkat
dada sebelah
kiri Nyeri akut
- Pasien
tampak
meringis
Selasa DS: pasien mengatakan Aterosklerosis ketidakseimbangan Intolerans
02/04/2024 sering merasa lelah nisal antara suplai dan i aktifitas
jika melakukan aktifitas Penurunan aliran darah ke jantung kebutuhan oksigen
seperti ke kamar mandi
DO : Kekurangan oksigen dan nutrisi
- Kegiatan ADL
dibantu keluarga
seperti menyeka, Iskemik pada jaringan miokard
menggunakan baju
dan makan Nekrosi

Suplai oksigen ke miokard


menurun
Timbunan asam laktat meningkat

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Selasa DS: Aterosklerosis Kurang terpapar Defisit


02/04/2024 - pasien mengatakan Penurunan aliran darah ke jantung informasi pengetah
hanya mengetahui Kekurangan oksigen dan nutrisi uan
bahwa dirinya
terkena penyakit Iskemik pada jaringan miokard
DM dan kontrol Nekrosi
secara rutin Suplai oksigen ke miokard
- Pasien menurun
mengatakan Timbunan asam laktat meningkat
dirawat dirumah Nyeri dada
sakit untuk
beristirahat Tidak tahu kondisi, pengobatan
DO: dan pencegahan (klien dan
Pasien tampak kurang keluarga bertanya)
paham dengan
keadaannya dirawat Defisit pengetahuan
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan

a. nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (infarksi)

b. intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

c. defisit pengetahuan b.d kurng terpapar informasi

C. Intervensi Keperawatan
Hari/tgl SLKI SIKI Paraf
Selasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
02/04/2024 keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah - Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan nyeri akut b.d durasi, frekuensi, kualitas,
agen pencedera fisiologis intensitas nyeri
(infarksi) dapat teratasi dengan - Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: - Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri 1 (meningkat) verbal
menjadi 4 (cukup menurun) - Identifikasi faktor yang
2. Meringis 1 (meningkat) memperberat dan memperingan
menjadi 4 (cukup menurun) nyeri
3. Kesulitan tidur 1 Terapeutik
(meningkat) menjadi 4 (cukup - Berikan teknik nonfarmakologis
menurun) untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Selasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
02/04/2024 keperawatan 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah intoleransi
- Monitor kelelahan fisik dan
aktifitas b.d ketidakseimbangan emosional
antara suplai dan kebutuhan
- Monitor pola dan jam tidur
oksigen dapat teratasi dengan
kriteria hasil: - Monitor lokasi dan
ketidaknyamana selama
1. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas
melakukan aktivitas
sehari-hari 1 (menurun) Terapeutik
menjadi 4 (cukup
meningkat) - Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
2. Keluhan lelah 1
(meningkat) menjadi 4 - Lakukan latihan rentang gerak
(cukup menurun) pasif dan/atau aktif

3. Perasaan lemah 1 - Berikan aktivitas distraksi yang


(meningkat) menjadi 4 menenangkan
(cukup menurun) Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan aktivitas


secara bertahap

- Anjurkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

Selasa Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan


02/04/2024 keperawatan 1x24 jam Observasi
diharapkan masalah - Identifikasi kesiapan dan
keperawatan defisit kemampuan menerima informasi
pengetahuan b.d kurang - Identifikasi faktor-faktor yang
terpapar informasi dapat dapat meningkatkan dan
teratasi dengan kriteria hasil: menurunkan motivasi perilaku
1. Perilaku sesuai anjuran 1 hidup bersih dan sehat
(menurun) menjadi 4 (cukup Terapeutik
meningkat) - Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2. Kemampuan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
menggambarkan
sesuai kesepakatan
pengalaman - Ajarkan perilaku hidup bersih
sebelumnya yang sesuai dan sehat
dengan topik 1
(menurun) menjadi 4
(cukup meningkat)

3. Pertanyaan tentang masalah


yang dihadapi 1 (meningkat)
menjadi 4 (cukup menurun)
D. Implementasi

Hari/ Dx
Implementasi Respon Paraf
Tgl Kep
Selasa 1 DS : pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
Mengidentifikasi lokasi,
02/04/ P: nyeri muncul saat beraktifitas
karakteristik, durasi, frekuensi,
2024 Q: nyeri terasa tteremas-remas
kualitas, intensitas nyeri, skala
R: nyeri dada kiri menjalar hingga ke punggung
nyeri dan mengidentifikasi
S: skala nyeri 5
respon nyeri non verbal
T: nyeri muncul mendadak dan hilang timbul
DO:

Pasien tampak memegangi dada dan memejamkan


matanya saat nyeri timbul
DS: pasien mengatakan nyeri datang saat
Mengidentifikasi faktor yang
beraktifitas dan akan sedikit berkurang saat
memperberat dan memperingan
beristirahat
nyeri
DO:

Memberikan teknik DS: pasien mengatakan bersedia untuk diberikan


nonfarmakologis untuk teknnik nonfarmakologis
mengurangi rasa nyeri DO:
- Memberikan terapi teknik napas dalam dan
benson

Memfasilitasi istirahat dan tidur DS: pasien mengatakan ingin istirahat


DO:
- Menciptakan suhu ruang yang nyaman
- Penerangan yang nyaman untuk istirahat
Selasa 2 Memonitor kelelahan fisik dan DS : pasien mengatakan untuk saat ini sering
02/04/ emosional merasa lelah walapun hanya berjalan jarak dekat
2024 DO:
- Untuk kegiatan ADL dibantu oleh keluarga

Memonitor lokasi dan DS: pasien mengatakan merasakan


ketidaknyamana selama ketidaknyamanan karena nyeri yang dialami
melakukan aktivitas
DO :
- Paasien tampak meringis saat beraktifitas
seperti dari posisi tidur ke posisi duduk

Menganjurkan tirah baring DS: pasien mengatakan lelah untuk beraktifitas


yang lama
DO:
Menganjurkan pasien untuk melakukan tirah
baring jika merasakan lelah dengan posisi yang
nyaman
02/04/ 3 Mengidentifikasi kesiapan dan DS: pasien mengatakan bersedia untuk diberikan
2024 kemampuan menerima informasi terkait penyakit yang dialaminya
informasi DO:
- Pasien tampak antusias

Menjadwalkan pendidikan DS: pasien mengatakan bebas untuk waktunya


kesehatan sesuai kesepakatan kapan
DO: waktu yang disepakati tanggal 04/04/2024
jam 09.00 WIB
Hari/Tgl Dx Kep
Implementasi Respon Paraf
Kamis 1 Mengidentifikasi DS : pasien mengatakan nyeri dada
04/04/2024 lokasi, karakteristik, sebelah kiri
durasi, frekuensi, P: nyeri muncul saat beraktifitas
kualitas, intensitas Q: nyeri terasa tteremas-remas
nyeri, skala nyeri R: nyeri dada kiri menjalar hingga ke
dan punggung
mengidentifikasi S: skala nyeri 3
respon nyeri non T: nyeri muncul mendadak dan hilang
verbal timbul
DO:
- Pasien tampak memegangi dada
dan memejamkan matanya saat
nyeri timbul

Mengajarkan DS: pasien mengatakan bersedia untuk


teknik diberikan teknnik nonfarmakologis
nonfarmakologis DO: pasien tampak menggunakan teknik
relaksasi napas dalam
Kamis 2 Menyediakan DS : pasien mengatakan terbiasa tidur
04/04/2024 lingkungan nyaman dengan lampu yang redup
dan rendah stimulus
DO: mematikan lampu agar ruangan
lebih redup

Memberikan DS: pasien mengatakan bersedia untuk


aktivitas distraksi diajarkan deep breathing
yang menenangkan
DO: pasien tampak memperhatikan
dengan
mengajarkan deep penjelasan yang diberikan
breathing

Menganjurkan tirah DS: pasien mengatakan lelah untuk


baring beraktifitas yang lama
DO:
Menganjurkan pasien untuk melakukan
tirah baring jika merasakan lelah dengan
posisi yang nyaman
04/04/2024 3 Mengidentifikasi DS: pasien mengatakan bersedia untuk
kesiapan dan diberikan informasi terkait penyakit yang
kemampuan dialaminya
menerima informasi DO:
- Pasien tampak antusias
Menyediakan DS: pasien siap untuk diberikan edukasi
materi dan media DO:
pendidikan
kesehatan
E. Evaluasi

Dx
Hari/Tgl Evaluasi Paraf
Kep
Kamis 1 S: pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, saat
04/04/2024 bergerak juga sudah berkurang nyerinya dapat tidur
dengan nyenyak
O:
- Meringis berkurang
- Dapat berjalan ke kamar mandi
A: Masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
Persiapan pulang
- Jika nyeri timbul kembali dapat melakukan tarik
napas dalam dg posisi duduk/setengah duduk

Kamis 2 S: pasien mengatakan rasa lelah saat beraktifitas


04/04/2024 berkurang
O:
- Pasien tampak melakukan aktifitas dengan
bantuan keluarga
- TD : 100/68 mmHg
- N : 81 x/mnt
- R : 21 x/mnt
- Spo2 : 98 %
A: masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
- Istirahat yang cukup
- Melakukan deep breathing
Kamis 3 S: pasien mengatakan sudah mulai memahami sakit yang
04/04/2024 dideritanya dan cara pencegahannya dirumah
O:
- Perilaku sesuai anjuran cukup meningkat
- Kemampuan menggambarkan pengalaman cukup
meningkat
- Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi cukup
menurun
A: masalah keperawatan teratasi
P: hentikan intervensi
- Menganjurkan makan-makanan yang sehat dan
menghindari makannan yang berlemak
- Istirahat yang cukup
- Melakukan olahraga ringan
BAB III
PEMBAHASAN
Stemi merupakan kejadian oklusi total pada pembuluh darah arteri koroner yang
dapat menyebabkan infark luas pada miokardium dan ditandai dengan gejala nyeri dada
akut, disertai peningkatan segmen ST yang persisten pada hasil dua sadapan EKG yang
bersebelahan atau dapat dikatakan bahwa stemi merupakan sumbatan total pada arteri
koroner. Kondisi ini dapat membuat otot jantung rusak karena tidak mendapat suplai darah.
(Nency dkk, 2023). STEMI sendiri dapat disebabkan oleh faktor-faktor resiko antara lain
merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, hiperglikemia dan juga pola
perilaku. Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan kasus kegawatan dari Penyakit
Jantung Koroner (PJK) yang terjadi karena proses penyempitan pembuluh darah sehingga
aliran darah koroner berkurang secara mendadak (Nency, dkk. 2023). STEMI (ST Elevasi
Miokard Infark) merupakan indikator terjadinya sumbatan total pembuluh darah arteri
koroner.
Menurut (Widaryati dkk, 2023) manifestasi klinis yang biasanya timbul pada pasien
dengan STEMI yaitu Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus dan akan
memberat sampai tidak tertahankan, terletak dibagain bawah sternum dan perut atas serta
tak jarang akan menyebar ke bahu dan lengan, bianyanya lengan kiri, nyeri ini muncul
secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama
bebarapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun
nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher, nyeri sering
disertai dengan napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, dan mual
serta muntah sehingga diagnose keperawatan yang dapat muncul yaitu nyeri akut.
Intoleransi aktivitas adalah suatu diagnose keperawatan yang mengidentifikasi
bahwa tubuh memiliki ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Pembentukan energi dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses
tertentu. Dalam membentuk energi tubuh diperlukan nutrisi dan CO2. Pada kondisi tertentu,
mengakibatkan suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, dan akhirnya tubuh tidak mampu
memproduksi energi yang banyak. Sehingga, penyakit apapun yang menyebabkan
terhambatnya/ terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat mengakibatkan respon tubuh
berupa intoleransi aktifitas (Fatimah, 2018). Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang
berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan, yang
menyebabkan pembuangan sisa hasil katabolisme terhambat. Hal ini juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernapasan dan batuk
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu dengan tidak menunjukkan respons, perubahan, atau pola
disfungsi manusia, tetapi lebih sebagai suatu etiologi atau faktor penunjang yang dapat
menambah suatu variasi respons (PPNI, 2016). Dalam pengkajian yang dilakukan panya Ny.
S dan keluarga mengatakan masih kurang paham terkait dengan penyakit yang diderita
pasien dan bagaimana cara untuk pencegahan dan perawatan setelah di rumah.

Intervensi yang dilakukan pada dx keperawatan nyeri akut yaitu teknik relaksasi
nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Intervensi untuk intoleransi aktivitass yaitu manajemen energi Dimana dengan


mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.

Defisit pengetahuan merupakan ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik deficit pengetahuan adalah
ketidakakuratan melakukan tes, ketidakakuratan mengikuti perintah dan kurang
pengetahuan. Implementasi yang dilakukan pada Ny. S terkait dengan deficit pengetahuan
yaitu edukasi kesehatan. Edukasi kesehatan merupakan proses pembelajaran yang bertujuan
untuk memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan dan bagaimana menjaganya
dengan baik dapat berupa informasi tentang diit dan nutrisi, Latihan fisik, pengendalian
stress dan lain sebagainya.

Pemberian relaksasi slow deep breathing membuat tubuh menjadi relaks, sehingga
seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang dan
membuat pasien nyaman sehingga gejala nyeri berkurang (Ekowati,2023). hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan (Wahiddiyah dkk, 2021) yang menunjukan hasil sebelum
dilakukan slow deep breathing dengan skala nyeri sedang dan setelah dilakukan nyeri
berkurang dengan skala nyeri ringan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
(Hajati,2023) menunjukan bahwa pada karakter nyeri dada, kelompok studi menunjukan
peningkatan yang signifikan setelah penerapan teknik napas dalam pada 2 hari selama 15
menit dengan hasil menegaskan bahwa slow deep breathing berpengaruh pada penurunan
nyeri
DAFTAR PUSTAKA

EKOWATI, S. (2023). PENGARUH KOMBINASI TEKHNIK SLOW DEEP BREATHING


DAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
DI INSTALASI GAWAT DARURAT (Doctoral dissertation, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang).

Fatimah, S., & Lubis, V. H. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Aktivitas Fisik,
Aktivitas Kognitif Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia Mandiri Di Panti Wherda Bina
Bhakti Tangerang Selatan Tahun 2018. Jurnal Kesehatan STIKES IMC Bintaro, 2(2), 174-
174.

KK, I. F. J., & Hajati, S. P. (2023). Pengaruh Terapi Benson Terhadap Pasien AMI (Acute
Mycardial Infark) di Ruang Rawat Inap. Lentera Perawat, 4(1), 47-52.

Nency, C., Surya, M. K., & Kurnia, A. (2023). Gagal Jantung Akut sebagai Komplikasi
Sindrom Koroner Akut. Cermin Dunia Kedokteran, 50(1), 30-35.

SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).

SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Wahiddiyah, S., & Rizal, A. A. F. (2019). Analisa Praktik Klinik KeperawatanpadaPasien
Acute Coronary Syndrome (ACS) dengan Intervensi Inovasi Relaksasi Menggunakan
Teknik Relaksasi Bensonkombinasi Hand Foot Massase terhadap Penurunan Skala Nyeri
Dada di Ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Widaryati, W., Pratama, R. A., & Enaryaka, E. (2023). The Difference of Chest Pain in
Adult and Elderly Patients with Acute Myocardial Infarction. Dunia keperawatan: Jurnal
Keperawatan dan Kesehatan, 11(1), 48-54.

Anda mungkin juga menyukai