Anda di halaman 1dari 13

PATHWAYS

VIRUS OBAT – TOKSIK

Radang hati

Fungsi hati terganggu

Gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolisme gangguan metabolisme
Bilirubin karbohidrat lemak protein vit & mineral empedu

Bilirubin tidak glukosa asam trigliserid asam amimo absorbsi vit B 12 lemak tidak dapat
Terkonjugasi relatif relatif relatif asam folat menurun diemulsi dan tidak dapat
diserap usus

feses ikterik urin kompensasi tubuh penurunan produksi peningkatan


pucat gelap menggunakan asam lemak sel darah merah peristaltik

penumpukan metabolisme anaerob anemia diare


garam empedu dibawah
kulit
asam laktat meningkat kekurangan volume
cairan dan elektrolit

pruritius fatique

resti kerusakan intoleransi aktivitas


integritas kulit
LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS

A. Pengertian
Hepatitis virus merupakan infeksi virus sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan
perubahan klinis, biokimia serta selular yang khas. Sampai saat ini sudah
diidentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti yaitu hepatitis A,B,C,D,E.
Hepatitis A akut merupakan infeksi sistemik oleh virus pada hati. Salah
satu penyebabnya adalah virus hepatitis A. sinonim hepatitis A adalah hepatitis
infeksiosa, hepatitis dengan inkubasi singkat, hepatitis MS 1.
( Soeparman 1987 ).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis B merupakan infeksi oleh virus hepatitis B tidak saja
menimbulkan hepatitis akut tetapi dapat juga menimbulkan penyakit hati
kronik misalnya hepatitis kronik, sirosis hepatis dan hepatoma, disamping
menimbulkan keadaan pengidap tanpa gejala.
Hepatitis C disebut sebagai hepatitis non-A,non-B atau hepatitis NANB,
agen lain yang berhubungan dengan virus hepatitis C, diperkirakan sebagai
penyebab kasus hepatitis non-A, non-B yang berkaitan dengan tranfusi darah.
Hepatitis D ( agen atau virus delta ) terdapat pada beberapa kasus hepatitis
B karena virus ini memerlukan antigen permukaan hepatitia B untuk
replikasinya maka hanya hepatitis B yang beresiko terkena hepatitis D.
Hepatitis E merupakan jenis virus hepatitis baru yang teridentifikasi,
dianggap ditularkan melalui fekal-oral. Masa inkubasi hepatitis E bervariasi
dan diperkirakan berkisar dari 15 hingga 65 hari. Awitan dan gejalanya serupa
dengan yang terdapat pada tipe hepatitis virus yang lain.

B. Etiologi
Hepatitis A penyebabnya virus hepatitis A ( HAV ) ditularkan melalui jalur
fekal oral; sanitasi yang jelek kontak antar manusia. Dibawa oleh air dan
makanan. Hepatitis B penyebabnya virus hepatitis B, cara penularannya
melalui parenteral; atau lewat kontak kontak dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan oral-oral. Penularan perinatal dari ibu ke
bayinya. Ancaman kesehatan kerja yang penting bagi petugas kesehatan.
Hepatitis C penyebabnya virus hepatitis C ( HCV ). Cara penularannya
melalui tranfusi darah dari produk darah; terkena darah yang terkontaminasi
lewat peralatan atau parafenalia obat. Hepatitis D disebabkan oleh virus
hepatitis D ( HDV ) cara penularan sama seperti HBV, antigen permukaan
HBV diperlukan untuk replikasi; pola penularan serupa dengan pola penularan
hepatitis B. Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV), cara
penularannya melalui jalur fekal-oral; kontak antar manusia dimungkinkan
resikonya rendah.

C. Patofisiologi
Masa inkubasi hepatitis A berkisar dari 1 sampai 7 minggu dengan rata-
rata 30 hari. Perjalanan penyakt dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8
minggu. Umumnya untuk hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat
pada penderita yang berusia di atas 40 tahun. Virus hepatitis A hanya terdapat
dalam waktu singkat di dalam serum; pada saat timbul ikterus kemungkinan
pasien tidak infeksius lagi.
Perjalanan penyakit dan faktor resiko. Berbeda dengan hepatitis A yang
terutama ditularkan lewat jalur fekal-oral, hepatitis B terutama ditularkan
melalui darah ( jalur perkutan dan permukosa ). Virus tersebut pernah
ditemukan pada darah, saliva, semen serta sekret vagina dan dapat ditularkan
melalui membran mukosa serta luka pada kulit.
Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang rata-rata 70-80 hari.
Virus hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap pada serum
selama periode yang relatif lama sehingga memungkinan penularan virus
tersebut. Dengan demikian, individu yang beresiko untuk terkena hepatitis B
adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium klinik, dokter gigi, perawat,
dan terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta
onkologi dan laki-laki biseksual dan homoseksual yang aktif dalam hubungan
seksual dan para pemakai obat-obat IV juga beresiko tinggi.
Skrining HbsAg pada donor darah sangat menurunkan insidens hepatitis B
pasca transfusi.
Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dan dapat berkisar dari 15 hingga
160 hari. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B;
gejala hepatitis C biasanya ringan. Meskipun demikian, status karier yang
kronis sering terjadi dan terdapat peningkatan resiko untuk menderita penyakit
hati yang kronis sesudah hepatitis C, termasuk sirosis dan kanker hati. Terapi
interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang lama terbukti efektif dalam
sejumlah uji cobaa pendahuluan pada beberapa penderita hepatitis C.
walaupun begitu, respon tersebut hanya bersifat sementara. Kombinasi
preparat interferon dengan rabavirin suatu analaog nukelosida, kini telah diuji
untuk menentukan apakah ada manfaat yang lebih lama ( Fried & Hoofnagle,
1995). Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang akan digunakan
untuk transfusi telah mengurangi jumlah kasus hepatitis yang berkaitan
dengan transfusi. Masa inkubasi hepatitis D rata-rata 35 hari dan masa
inkubasi hepatitis E rata-rata 42 hari.
D. Manifestasi klinis
Dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit kepala, malaise, fatique,
anoreksia, febris, urin berwarna gelap, gejala ikterus pada sklera dan kulit,
nyeri tekan pada hati, dapat timbul antralgia, ruam.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen

 urobilirubin direk
 bilirubun serum total
 bilirubin urine
 urobilinogen urine
 urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

 protein totel serum


 albumin serum
 globulin serum
 HbsAG

c. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

 AST atau SGOT


 ALT atau SGPT
 LDH
 Amonia serum

2. Waktu protombin
 respon waktu protombin terhadap vitamin K

3. Radiologi

 foto rontgen abdomen


 pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal
yang berlabel radioaktif
 kolestogram dan kalangiogram
 arteriografi pembuluh darah seliaka

4. Pemeriksaan tambahan

 Laparoskopi
 biopsi hati
F. Penatalaksanaan Medis

1. Pencegahan

1. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya


tidak menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan
produk darah.
2. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB,
intramuskular.

2. Obat-obatan terpilih.

a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada


reaksi imun yang berlebihan.

Contoh :

 Hidrocotison 100 mg intravena tiap 6 jam


 Interveron, hanya diberi pada kasus –kasus agak berat.
 Starting dosis 40 mg / hr dan dikurangi secara bertahap sampai berhenti
sesudah 6 minggu.

b. Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.

c. Lactose 3 x (30-50) ml peroral.

d. Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.

e. Roboransia.

f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)

g. Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.

h. Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.

4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan
yang cukup

5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan
yang mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi
dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan
bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.

G. Pengkajian Keperawatan
PENGKAJIAN
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

Aktivitas

 Kelemahan
 Kelelahan
 Malaise

Sirkulasi

 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )


 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

Eliminasi

 Urine gelap
 Diare feses warna tanah liat

Makanan dan Cairan

 Anoreksia
 Berat badan menurun
 Mual dan muntah
 Peningkatan oedema
 Asites/Acites

Neurosensori

 Peka terhadap rangsang


 Cenderung tidur
 Letargi
 Asteriksis
Nyeri / Kenyamanan

 Kram abdomen
 Nyeri tekan pada kuadran kanan
 Mialgia
 Atralgia
 Sakit kepala
 Gatal ( pruritus )

Keamanan

 Demam
 Urtikaria
 Lesi makulopopuler
 Eritema
 Splenomegali
 Pembesaran nodus servikal posterior

Seksualitas

 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

H. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum ( fatique )
2. kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebih :
diare.
3. Resiko kerusakan integritas kulit b.d penumpukan
garam empedu dalam kulit.
I. Intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Intoleransi aktivitas Setelah diakuakan tindakan  Tingkatkan tirah  Menyediaka
b.d kelemahan umum keperawatan selama 3 X 24 jam baring. n energi yang
( fatique ). diharapkan peningkatan toleransi  Tingkatkan aktivitas digunakan untuk
aktivitas dengan KH: sesuai toleransi, bantu latihan penyembuhan.
Pasien dapat melakukan gerak sendi pasif/ aktif.  Untuk
aktivitasnya kembali.  Evaluasi membantu
peningkatan toleransi aktivitas. memulihkan
kekuatan.
 Untuk
mengetahui tingkat
kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan toleransi aktifitas.
cairan b.d kehilangan keperawatan diharapkan dapat  Awasi masukan dan
berlebih : diare. mempertahankan hidrasi adekuat haluaran.  Untuk
dengan kriteria hasil:  Kaji TTV, nadi, mengetahui
TTV stabil turgor kulit dan mukosa. kebutuhan
Turgor kulit baik.  Kolaborasi penggantian.
pemberian cairan IV.  Sebagai
indikasi volume
sirkulasi.
Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan  Memberika
integritas kulit b.d keperawatan selama 3 X 24 jam n cairan dan
penumpukan garam diharapkan integritas kulit dapat  Gunakan air mandi pengganti elektrolit.
empedu dalam kulit. terjaga dengan kriteria hasil: dingin, minyak kalamin.
Tidak terjadi lecet.  Berikan masase  Mencegah
waktu tidur. kulit kering
 Peratahankan kuku- berlebihan dan
kuku pasien terpotong pendek. mencegah gatal.
 Meningkatk
an tidur dengan
mengurangi iritasi.
 Menurunka
n potensial cidera
kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses


keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan


Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,
Jakarta

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam
RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,


By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,


Philadelphia, USA

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2.
Jakarta: EGC.

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome


Classifications, Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai