Anda di halaman 1dari 29

DOSEN : Ns. SRI WAHYUNI, S.Kep.,M.

Kes

GAGAL GINJAL AKUT ( GGA)

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. DEFIS RONAL HULKIAWAR


2. DORCI KORA
3. WALDETRUDIS IA
4. FAJAR SITA
5. PIPIT CHIKITA URATH
6. WELMI LAMERA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022 /2023


KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFENISI

Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF) merupakan


suatu syndrome klinis yang ditandai dengan fungsi ginjal yang
menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari) yang
menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi
glomerulus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar
kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar
nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari.

B. ETIOLOGI
a. Etiologi Gagal Ginjal Akut
1. Fase Prarenal (Penurunan Perfusi Ginjal) :
a. Deplesi Volume Cairan Ekstrasel (ECF)
 Perdarahan : Operasi besar ; Trauma pasca partus
 Diuresis berlebihan
 Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat ;
muntah diare
 Kehilangan cairan dari ruang ketiga : luka bakar;
peritonitis,
 Pankreatitis
b. Penurunan Volume Sirkulasi Arteri Yang Efektif
 Penurunan curah jantung : infark miokardium;
disritmia, gagal jantung kongestif dan emboli paru.
 Vasodilatasi perifer anafilaksis : sepsis; obat anestesi,
antihipertensi
 Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati
(sirosis)
c. Perubahan Hemodinamik Ginjal Primer
 Penghambat sintesis prostaglandin : aspirin dan obat
NSAID lain
 Vasodilatasi arteriol efferent : penghambat enzim
angiontensin misalnya kaptopril
 Obat vasokontriktor, misal : obat alfa adrenergic
(misal norepinefrin)
 Sindrom hepatorenal
d. Obtruksi Vaskuler Ginjal Bilateral
 Stenosis arteri ginjal, emboli.
 Trombosis vena renalis bilateral
1. fase Pascarenal (Obstruksi Saluran Kemih)
a. Obstruksi Uretra : katup uretra
b. Obstruksi Aliran Keluar Kandung Kemih : Hipertrofi
Prostat, karsinoma.
2. Fase Intrarenal
a. Nekrosis tubular akut
 Pasca iskemik. Syok, bedah jantung terbuka, bedah
aorta
 Nefrotoksin eksogen misalnya antibiotik :
aminoglikosida, amfoterisin
 Nefrotoksin endogen : pigmen intratubular :
hemoglobin; mioglobin
b. Penyakit vaskular atau glomerulus ginjal primer
 Glomerulonefritis progresif cepat atau
pascastreptococcus akut
 Hipertensi maligna
 Serangan akut pada gagal kronis yang terkait-
pembatasan gaam atau air
c. Nefritis tubulo intertisial akut
 Alergi : beta-laktam (penisilin, sefalosporin),
sulfonamit
 Infeksi (misalnya pielonefritis akut)

C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi gagal ginjal akut yaitu :
 Perubahan haluaran urine
 Peningkatan BUN dan kadar keratinin
 Hiperkalemia
 Asidosis Metabolik
 Abnormalitas Ca++ dan PO4-
 Anemia
 Oliguria
D. PATOFISIOLOGI
a. Patofisiologi Akut
Nekrosis tubular akut (ATN) biasanya digunakan baik untuk
cedera ginjal iskemik maupun nefrotoksik, sekalipun tidak
mencerminkan sifat serta keparahan perubahan yang terjadi di
tubulus. Dua jenis lesi tubulus yang sering ditemukan pada ATN
adalah : nekrosis epitel tubulus yang meninggalkan membran
basalis utuh, biasanya akibat menelan bahan kimia nefrotoksik, dan
nekrosis epitel tubulus dan membrane basalis yang sering disertai
dengan iskemia ginjal.

Gagal ginjal akut nefrotoksik melalui penyuntikan merkuri


klorid, uranil nitrat, atau komat, sedangkan kerusakan iskemik
ditimbulkan dengan menyuntikan gliserol atau menjepit arteri
renalis. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan
penurunan aliran darah ginjal dan GFR baik pada percobaan
dengan manusia maupun hewan yaitu : (1) obstruksi tubulus; (2)
kebocoran cairan tubulus; (3) penurunan permeabilitas glomerulus;
(4) disfungsi vasomotor; (5)umpan balik tubuloglomerulus.

ATN mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nekrotik dan


bahan protein lainnya, yang kemudian membentuk silinder-silinder
dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan selular akibat
iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan
memperberat iskemia. Tekanan intra tubulus meningkat, sehingga
tekanan filtrasi glomerulus menurun. Obstruksi tubulus dapat
merupakan faktor penting pada ARF yang disebabkan oleh logam
berat, etilen glikol, atau iskemia yang berkepanjangan.

Meskipun sindrom ATN menyatakan adanya abnormalitas


tubulus-tubulus ginjal, bukti-bukti terakhir menyatakan bahwa dalam
keadaan-keadaan tertentu sel-sel endotel kapiler glomerulus
dan/atau sel-sel membrane basalis mengalami perubahan yang
mengakibatkan menurunnya permeabilitas luas permukaan filtrasi.
Hal ini mengakibatkan penurunan ultrafiltrasi glomerulus.

Aliran darah ginjal total (RBF) dapat berkurang sampai 30%


dari normal pada ARF oliguria. Meskipun demikian terdapat
perubahan yang bermakna pada distribusi aliran darah intrarenal
dari korteks ke medulla selama hipotensi akut dan memanjang.
Pada ARF, perbandingan antara distribusi korteks dan medulla
ginjal menjadi terbalik sehingga terjadi iskemia relatif pada korteks
ginjal. Kontriksi arterial afferent merupakan dasar vaskular dari
penurunan nyata GFR. Iskemia ginjal akan mngaktivasi system
rennin-angiotensin dan memperberat iskemia korteks setelah
hilangnya rangsangan awal.
E. PENATALAKSANAAN
Pada GGA terdapat 2 masalah yang sering di dapatkan yang
mengancam jiwa yaitu edema paru dan hiperkalemia.

Edema paru

Keadaan ini terjadi akibat ginjal tak dapat mensekresi urin,


garam dalam jumlah yang cukup. Posisi pasien setengah duduk
agar cairan dalam paru dapat didistribusi ke vaskular sistemik, di
pasang oksigen, dan diberikan diuretik kuat (furosemid inj.)

Hiperkalemia

Mula-mula di berikan kalsium intravena (Ca glukonat) 10%


sebanyak 10 ml yang dapat di ulangi sampai terjadi perubahan
gelombang T. Belum jelas cara kerjanya, kadar kalium tak berubah,
kerja obat ini pada jatung berfungsi untuk menstabilkan membran.
Pengaruh obat ini hanya sekitar 20-60 menit. Pemberian infus
glukosa dan insulin (50 ml glukosa 50% dengan 10 U insulin kerja
cepat) selama 15 menit dapat menurunkan kalium 1-2mEq/L dalam
waktu 30-60 menit. Insulin bekerja dengan menstimulasi pompa N-
K-ATPase pada otot skelet dan jantung, hati dan lemak,
memasukkan kalium kedalam sel. Glukosa di tambahkan guna
mencegah hipoglikemia. Obat golongan agonis beta seperti
salbutamol intravena (0,5mg dalam 15 menit) atau inhalasi
nebuliser (10 atau 20mg) dapat menurunkan 1mEq/L. Obat ini
bekerja dengan mengaktivasi pompa Na-K-ATPase. Pemberian
sodium bikarbonat walaupun dapat menurukan kalium tidak begitu
di anjurkan oleh karena menambah jumlah natrium, dapat
menimbulkan iritasi, menurunkan kadar kalsium sehingga dapat
memicu kejang. Tetapi bermanfaatapbila ada asidosis atau
hipotensi.

Pemberian diuretik

Pada GGA sering di berikan diuretik golongan loop yang


sering bermanfaat pada keadaan tertentu. Pemberian diuretik
furosemid mencegah reabsorpsi Na sehingga mengurangi
metabolisme sel tubulus, selain itu juga di harapkan aliran urin
dapat membersihkan endapan, silinder sehingga menghasilkan
obstruksi, selain itu furosemid dapat mengurangi masa oliguri.
Dosis yang di berikan amat bervariasi di mulai dengan dosis
konvensional 40 mg intravena, kemudian apabila tidak ada respons
kenaikan bertahap dengan dosis tinggi 200 mg setiap jam,
selanjutnya infus 10-40 mg/jam. Pada tahap lebih lanjut apabila
belum ada respons dapat di berikan furosemid dalam albumin yang
di berikan secara intravena selama 30 menit dengan dosis yang
sama atau bersama dengan HCT.

Nutrisi
Pada GGA kebutuhan nutrisi di sesuaikan dengan keadaan proses
kataboliknya. GGA menyebabkan abnormalitas metabolisme yag
amat kompleks, tidak hanya mengatur air, asam-basa, elektrolit,
tetapi juga asam amino/protein, karbohidrat, dan lemak.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test diagnostik :

1. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein


2. Darah :
 Bun / kreatinin
 Hitung darah lengkap
 Sel darah merah
 Natrium serum
 Kalium
 Magnesium fosfat
 Protein
 Osmolaritas serum
1. Pielografi intravena
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

 Pielografi retrograde dilakukan bila dicurigai ada obstruksi


yang reversible.
 Arteriogram ginjal mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskular, massa.
1. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter,
retensi.

2. Ultrasono ginjal
Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

3. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis

4. Endoskopi ginjal nefroskopi


Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal ; keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif

5. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda tanda
perikarditis.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data Umum

 Identitas Klien
Nama : Nn. Y

Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 10 Juni 1986

Umur : 23 tahun

Jenis Kelamin : Wanita

Status Perkawinan : Kawin

Suku : Jawa

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jalan Bunga Kana, No. 130,


Kemaraya
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Akut

Tanggal masuk RS : 30 MEI 2009

Ruangan : Rafflesia

 Penanggung Jawab
Nama : Tn. F

Umur : 53 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Mertua

Alamat : Jalan Bunga Tanjung, No. 40,


Kemaraya

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluhan Utama : Klien datang ke rumah sakit bersama anaknya
dengan keluhan perubahan

haluaran urin, lemah, anemia, mual, dan muntah.

Alasan masuk RS : Karena pasien mengalami perubahan volume


urine dari biasanya,

Penurunan berat badan karena penurunan nafsu


makan akibat mual,

muntah, dan kelemahan saat beraktivitas

Riwayat penyakit :
 Provocative : Klien jarang buang air kecil, penurunan nafsu makan
saat makan serta
mudah lelah saat beraktivitas.

 Quality : Intermitten (mual muntah)


 Region : Kuadran 4 & 6 (regio lumbalis kanan dan kiri)
 Saferity : Sedang
 Timing : tidak menentu

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami : Anemia, diare, Influenza.
 Riwayat Alergi :-
 Riwayat Imunisasi : Polio, BCG, Campak, TT

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

53 ?
x ?

30 2 2 18

3
Keterangan :

: Laki-laki : Klien ? : umur


tidak

diket
ahui

: Perempuan X : Meninggal :
Tinggal serumah

Klien berusia 23 tahun tinggal bersama suami dan anaknya. Mertua


klien (ibu dari suaminya) telah meninggal tanpa sebab yang diketahui.
Kedua orang tua klien masih hidup namun tidak diketahui berapa usianya.

5. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual
a. Psikososial
1. Pola koping
Klien dapat menerima penyakit yang dialamiya.

2. Harapan klien tentang penyakitnya


Klien berharap penyakitnya cepat sembuh sehingga dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari.

3. Faktor Stressor
Klien merasa tidak nyaman karena jarang buang air kecil.

4. Konsep Diri
Klien merasa rendah diri karena tidak mampu untuk
melakukan peran dalam keluarga.
5. Pengetahuan Klien Tentang Penyakitnya
Klien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya.

b. Sosial
1. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan dengann anggota keluarga sangat baik, terlihat
dari keakraban sewaktu klien dirawat dirumah sakit.

2. Hubungan dengan masyarakat


Hubungan klen dengan masyarakat cukup baik terlihat dari
adanya watga

masyarakat yang dating menjenguknya,

3. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara


Klien cukup terbuka dan komunikatif ketika berkomunikasi

4. Aktivitas sosial
Klien aktif mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi
kemasyarakatan diantaranya PKK, dan arisan

5. Bahasa yang sering digunakan


Sehari-hari klien menggunakan bahasa Indonesia

c. Spiritual
1. Kegiatan keagamaan/ pola ibadah
Klien selalu melaksanakan sholat 5 waktu walaupun dalam
keadaan sakit

2. Keyakinan akan kesehatan


Klien merasa yakin bahwa penyakitnya akan sembuh

6. Kebutuhan Dasar/ Pola kebiasaan sehari-sehari

Makan
Sebelum MRS :

Makan : 3 X sehari Nasi, ikan goreng, sayur 1 piring/makan,

kesulitan : tidak ada.

Setelah MRS

Makan : Frekuensi makan menurun menjadi 3X 250 cc akibat


penurunan nafsu makan karena mual muntah.

Kesulitan : ada

Minum
Sebelum MRS

Minum :2000-2500 cc/hari, jenis air putih dan teh

Setelah MRS

Minum : 1500 cc/ hari air putih

Tidur
Sebelum MRS

Sering tidur siang ( 1 jam) dan tidur malam (8 jam), kesulitan tidak
ada

Setelah MRS

Gelisah dan susah tidur nyenyak

Eliminasi BAB/fekal
Sebelum MRS

Frekuensi 1-2 kali/hari.Warna kuning,konsistensi lunak,kesulitan


tidak ada.
Setelah MRS

BAB 1 kali/hari,warna kuning,konsistensi lunak.

Eliminasi Urin/BAK
Sebelum MRS

Volume tidak terindentifikasi,warna kuning jernih 6-7/hari serta tidak


mengalami kesulitan.

Setelah MRS

Terpasang dohler kateter,jumlah urine sedikit.

Aktivitas dan latihan


Sebelum MRS

Sebagai PNS dengan kegiatan sehari-hari di kantor.

Setelah MRS

Klien tidak dapat melakukan aktivitasnya akibat klien harus tetap


berada di tempat tidur.Namun harus di mobilisasi secara teratur.

Ketergantungan
Sebelum MRS

Kebiasaan minum teh dan berolahraga.

Setelah MRS
Klien isalnya saatharus dibantu saat akan melakukan
aktivitas.Misalnya saat ke kamar mandi untuk BAB/BAK.

7. Pemeriksaan Fisik

Hari/Tanggal : 30 Mei 2009 jam 10 WITA

1. Keadan Umum
Kehilangan BB : Pada saat masuk ke RS BB klien 58 kg.Namun
setelah di rawat BB menjadI 57 kg.

Kelemahan : Klien nampak lemah dan dilarang beraktivitas


sebelum keadaannya kem bali baik

Vital Sign : TD : 90/ 70 mmHg.

Nadi : 60 x/ menit

Suhu Badan : 36,2 C

Napas : 24 X/Menit

Ciri – ciri Tubuh :Turgor kulit jelek,sclera mata pucat,tubuh


tampak lemah,letih.

Tingkat Kesadaran : Gelisah(Delirium)

2. Pengkajian Persistem
 Sistem Kardiovaskuler : penurunan curah jantung
 Sistem Respiratori : nafas kurang normal
 Sistem Gastointerstinal :penurunan motilitas usus,mual-muntah
 Sistem Urinarius : Oliguria,retensi urine
 Sistem Integumen : Turgor kulkit jelek,warna kulit pucat kulit,
tekstur kulit kasar.
 Sistem Neurologis : Kelemahan,keletihan
 Sistem Muskuloskeletal : Tonus otot menurun,foot drop

3. Klasifikasi Data
Data Subjektif :

 Klien mengatakan tidak nafsu makan


 Klien mengatakan sering mual – muntah dan tiadak nafsu
makan
 Klien mengatakan lemah saat melakukan aktivitas
 Klien mengatakan merasa pusing
 Klien merasa berat badannya meningkat
Data Obyektif :

 Klien nampak malas makan dan muntah


 Terjadi penurunanan tonus otot
 Tampak adanya edema
 Vital Sign : TD : 90/ 70 mmHg.
Nadi : 60 x/ menit

Suhu Badan : 36,2 C

Napas : 24 X/Menit

2 Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan
natrium
2. Nutrisi Inadekuat berhubungan dengan intake nutrisi tidak
memenuhi kebutuhan akibat anoreksia dan mual muntah
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan curah jantung
3 .Rencana Tindakan Keperawatan

Inisial klien : Nn. Y Ruangan


: Rafflesia

No. RM : 230219 Tgl MRS : 30


Mei 2009

Diagno Rencana Tindakan Keperawatan


N sa
o. Kepera Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
watan hasil

1. Kelebih  Pasie 1. Kaji status Pengkajian


an n cairan : merupakan
volume akan a. Timbang dasar dan
cairan menu berat data dasar
berhubu njukk badan berkelanjuta
ngan an harian n untuk
dengan berat b. Keseimban memantau
retensi tubuh gan perubahan
air dan ideal masukkan dan
natrium tanpa dan mengevalua
adany haluaran si inervensi
a c. Turgor kulit
kelebi dan
han adanya
cairan edema
 Pasie d. Distensi
n Vena leher
akan e. Tekanan
Pembatasa
menu darah,
n cairan
njukk denyut dan akan
an irama nadi menentuka
halua 2.Batasi n berat
n masukkan tubuh ideal,
tepat haluaran
Cairan
dan urin dan
labora respon
torium terhadap
mend terapi
ekati
norm
al Kenyamana
n pasien
meningkatk
3. Bantu
an
pasien
kepatuhan
Dalam terhadap
pembatasa
Menghadapi
n diet

ketidaknyama
nan akibat Hygiene
pembatasan oral
cairan mengurangi
kekeringan
4.Tingkat dan
membran
dorong mukosa
hygiene mulut

oral dan
sering
Kolaborasi Menurunka
n
5.Berikan obat
hiperkalemi
sesuai
a, dan
dengan
meningkatk
indikasi :
an volume
a.Diuretik urin
(Furosemid, adekuat
manitol)
Mengatasi
hipertensi
dengan
efek
berbalikan
dari
b.Antihipertens
penurunan
i (klonidin)
aliran darah
ginjal dan
kelebihan
volume
sirkulasi

2. Nutrisi  Mempertahankan 1. Kaji Membantu


Inadeku masukan nutrisi pemasukkan dan
at adekuat diet mengidentifi
berhubu  Pasien kasi
ngan menunjukkan defisiensi
dengan peningkatan berat dan
intake badan dan bebas kebutuhan
nutrisi edema diet
tidak
2. Berikan Meminimalk
memen
makan an
uhi
sedikit dan anoreksia
kebutuh
sering dan mual
an
3. Berikan
akibat Protein
permen
anoreksi lengkap
karet untuk
a dan diberikan
menyegarka
mual untuk
n mulut
muntah mencapai
keseimbang
an nitrogen
yang
diperlukan
untuk
pertumbuha
n dan
penyembuh
an

Faktor yang
4. Tingkatkan
tidak
asupan
menyenang
protein yang
kan yang
mengandung
berperan
nilai biologis
dalam
tinggi : telur,
menimbulka
produk susu,
n anoreksia
dan daging
dihilangkan
5.
lingkungan
yang
menyenangk Defisiensi
an selama besi dapat
waktu makan terjadi bila
protein
dibatasi

Memperbai
ki kadar
normal
serum
Kolaborasi
untuk
6. Berikan obat memperbai
sesuai ki fungsi
indikasi : jantung dan
 Sediaan neuromusk
besi ular

Perlu untuk
memudahk
an absorbsi
 Kalsium
kalsium

Vital
sebagai
koenzim
pada
pertumbuha
n sel dan
kerjanya

 Vitamin D

 Vitamin B
Kompleks

3. Intolera  Melaporkan 1. Kaji faktor Menyediaka


nsi perbaikan rasa yang n informasi
aktivitas berenergi menimbulka tentang
berhubu  Berpartisipasi pada n keletihan : indikasi
ngan aktivitas yang a.Anemia tingkat
dengan diinginkan b.Ketidaksei keletihan
kelemah mbangan
an cairan dan
akibat elektrolit
penurun c. Retensi
an produk
curah sampah
jantung d.Depresi
2. Tingkatkan
kemandirian Meningkatk
dalam an aktivitas
aktivitas ringan dan
perawatan memperbai
diri yang ki harga diri
ditoleransi :
Bantu jika
keletihan
terjadi
3. Anjurkan Mendorong
aktivitas latihan dan
alternativ aktivitas
sambil dalam
istirahat batas-batas
yang dapat
ditoleransi
dan istirahat
yang
adekuat

4. Awasi kadar
elektrolit Ketidakseim
termasuk bangan
kalsium, dapat
magnesium, menggangg
dan kalium u fungsi
neuromusc
ular yang
memerluka
n
peningkatan
penggunaa
n energi
untuk
menyelesai
kan tugas
dan
potensial
rasa lelah

4.Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan

Inisial klien : Nn. Y Ruangan


: Rafflesia

No. RM : 230219 Tgl MRS : 30


Mei

2009

No Tanggal dan Diagnosa Implementasi Evaluasi


. jam

1. Kelebihan 2. Mengkaji status cairan : Jam 09.25


volume cairan a. Menimbang berat
S : Klien merasa
berhubungan badan harian
berat badannya
dengan b. Menyeimbangkan
meningkat
retensi air dan masukkan dan
natrium haluaran O : Tampak
c. Turgor kulit dan adanya edema

adanya edema A:Tujuan tidak


d. Distensi Vena leher tercapai
e. Tekanan darah,
P:Pertahankan
denyut dan irama nadi
intervensi
2.Membatasi masukkan

Cairan
3. Membantu pasien

dalam

menghadapi

ketidaknyamanan
akibat pembatasan
cairan

4.Meningkatkan dan

dorong hygiene

oral dan sering

Kolaborasi

5.Memberikan obat sesuai


dengan indikasi :

a.Diuretik (Furosemid,
manitol)

b.Antihipertensi (klonidin)

2. Nutrisi 1. Mengkaji pemasukkan S:Klien


Inadekuat diet mengatakan
berhubungan 2. Memberikan makan nafsu
dengan intake sedikit dan sering bertambah
nutrisi tidak 3. Memberikan permen
O:Terjadi
memenuhi karet untuk
peningkatan
kebutuhan menyegarkan mulut
akibat 4. meningkatkan asupan
anoreksia dan protein yang berat badan
mual muntah mengandung nilai
A:Tujuan
biologis tinggi : telur,
tercapai
produk susu, dan daging
5. Menciptakan lingkungan P:Pertahankan
yang menyenangkan
Intervensi
selama waktu makan
Kolaborasi

6. Memberikan obat sesuai


indikasi :
 Sediaan besi
 Kalsium
 Vitamin D
 Vitamin B Kompleks

3. Intoleransi 1.Mengkaji faktor yang S:Klien


aktivitas menimbulkan keletihan :
Mengatakan
berhubungan
a. Anemia
dengan lemah saat
b. Ketidakseimbangan
kelemahan
cairan dan elektrolit melakukan
akibat
c. Retensi produk
penurunan aktivitas
sampah
curah jantung
d. Depresi O:Terjadi
2.Meningkatkan penurunanan
kemandirian dalam tonus otot
aktivitas perawatan diri
A:Tujuan tidak
yang ditoleransi : Bantu
tercapai
jika keletihan terjadi
P:Pertahankan
3.Menganjurkan aktivitas
Intervensi
alternatif sambil istirahat

4.Mengawasi kadar
elektrolit termasuk
kalsium, magnesium,
dan kalium

A. Kesimpulan
Adapun dari pemaparan materi makalah ini kami dapat
menyimpulkan bahwa Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure, ARF)
merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai dengan fungsi
ginjal yang menurun secara cepat (biasanya dalam beberapa hari)
yang menyebabkan azotemia yang berkembang cepat. Laju filtrasi
glomerulus yang menurun dengan cepat menyebabkan kadar
kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/dl/hari dan kadar
nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/dl/hari dalam beberapa hari.

Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang


disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001) Gagal
ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia.

Adapun gejala yang biasa muncul pada penderita GGA


diantaranya : Perubahan haluaran urine, Peningkatan BUN dan
kadar keratinin, Hiperkalemia, Asidosis Metabolik, anemia dan
oliguria. Sedangkan gejala yang biasa muncul pada penderita GGK
diantaranya : Gangguan pernafasan,Udema, Hipertensi, Anoreksia,
nausea, vomitus, Ulserasi lambung

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan melalui makalah ini yaitu
hendaknya kita sebagai calon tenaga kesehatan mampu memahami
tentang gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis sehingga kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
mencegah sedini mungkin terjadinya gagal ginjal baik akut maupun
kronis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi


8.EGC:Jakarta

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson.2005.Konsep KlinisProses-Proses


Penyakit.EGC:Jakarta

Marilynn E. Doenges,Mary Frances Moorhouse,Alice C. Geissler.1999.


Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:jakarta

Anda mungkin juga menyukai