Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stase Keperawatan Medikal Bedah merupakan salah satu stase yang
paling mendebarkan, disinilah kami para Mahasiswa Ners Angkatan X
berjuang dan berusaha untuk melaksanakan Praktek Klinik.Mulai dari Pra
Klinik bersama Koordinator Stase Keperawatan Medical Bedah Ns. Fadli
Syamsuddin M.Kep. Sp.Kep.MB melaksanakan coaching bersama mahasiswa
Ners X mulai dari persiapan Pengkajian Asuhan Keperawatan. Pelaksanaan
Terkait dilapangan (Klinik). Penentuan Klinik Stase KMB di RSUD yang ada
di Gorontalo. Yaitu RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dan RSUD
dr. M.M. Dunda Limboto. Dimana pelaksanaan Praktek Klinik Stase KMB
dilaksanakan Kurang lebih 8 minggu ( 2 Bulan) dimana ada beberapa ruangan
yang dilakukan Praktek/Shift Dinas Mulai dari Ruang Interna, Ruang G4
Tropik, Ruang HCU Neurologi & HCU Cardio, Ruang Perawatan Bedah,
Ruang Hemodialisa, dan ruang OK/IBS. Dan Alhamdulillah Mahasiswa Ners
X melaksanakan dengan baik selama praktek klinik tersebut dan berakhir
dengan Seminar Akhir Kasus KMB I yang dilaksanakan di RSUD Prof. dr. H.
Aloei Saboe Kota Gorontalo yang dihadiri oleh semua Preseptor Klinik dan
Preseptor Akademik.
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan. Smeltzer.S (2013).

1
Asuhan Keperawatan dengan diagnosa medis Anemia saya dapatkan di
ruangan Interna RSUD Prof Aloei Saboe dimana menjadi kasus kelolaan saya
pada pengkajian tersebut didapatkan keluhan klien berupa : klien masuk rumah
sakit pada tanggal 04 Januari 2019 pukul 15.20 dengan keluhan : klien
mengeluh BAB darah karena sebelumya klien memiliki riwayat sering
mengkonsumsi ibat anti nyeri. pada tanggal 06/01/2020 Dalam pengkajian
klien tersebut saya dapat menyimpulkan diagnosa keperawatan yang dapat saya
angkat yaitu : Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi HB,
Intoleran aktifitas b.d kelemahan.

Dalam pelaksanaan Implementasi dan evaluasi di ruangan Interna dan


dibantu oleh perawat pelaksana serta kolaborasi dengan tim medis lainnya
klien bisa atau dapat menerima tindakan apa yang diberikan dengan baik serta
klien melakukan pengobatan dan pemeriksaan dengan rutin.
1.2 Tujuan Stase Keperawatan Medikal Bedah
Setelah melakukan praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah I
mahasiswa dapat :
a. Melakukan Pre conference dan post conference
b. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Pernafasan
c. Melakukan asuhan keperawatan pada klien demgan gangguan system
Kardiovaskuler
d. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Neurologi
e. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Pencernaan
f. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Perkemihan
g. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Imun dan Hematologi
h. Melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Endokrin

2
Mampu memberikan asuhan kepetrawatan berbasis bukti
(Evidence based)
1.3 Manfaat
Dalam Praktik Profesi Keperawatan Medikal Bedah yang dilaksanakan oleh
Mahasiswa Profesi Ners Angkatan X dapat memberikan Asuhan keperawatan
pada klien dewasa dengan konteks keluarga yang mengalami masalah
pemenuhan kebutuhaan dasarnya akibat gangguan satu system (organ) ataupun
beberapa system (organ) tubuh yang terganggu, yang diharapkan bisa menjadi
acuan oleh tenaga kesehatan lainnya dan sebagai pedoman untuk Profesi Ners
selanjutnya khususnya Stase Keperawatan Medikal bedah dan juga sebagai
Referensi terbaru dalam Stase keperawatan Medikal Bedah. Dan hasil dari
laporan ini diharapkan dapat :
a. Digunakan sebagai bahan masukan atau pertimbangan dalam
memberikan asuhan keperawatan
b. Dapat memberikan pengembangan ilmu keperawatan dalam penerapan
peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pembelajaran khususnya
dalam ilmu keperaawatan medikal bedah untuk meningkatkan asuhan
keperawatan terkait dengan intervensi keperawatan berdasarkan Standar
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen.
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan.
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.

2. Klasifikasi
Berdasarkan gambaran morfologi, anemia diaklasifikasi dibagi menjadi
jenis anemia :
1) Anemia norsomotik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan
akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltrafi metastatik pada
sumsum tulang. Terjadinya penurunan jumlah eritrosit tidak disertai
dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (indeks eritrosit normal
pada anak: MCV 73-101 fl, MCH 23 – 31 pg, MCHC 26-35 %),
bentuk dan ukuran eritrosit

4
2) Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan
hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal.
(indeks eritrosit pada anam MCV > 73 fl, MCH = >31 pg, MCHC = >
35%). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati
dan myelodisplasia).
3) Anemia mikrositik hipokrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan
mengandung konsentrasi hemoglobin yang kuran dari normal. (Indeks
ritrosit : MCV <73 fl, MCH <23 pg, MCHC 26-35).

3. Etiologi
Defisiensi Besi Secara umum, ada tiga penyebab anemia defisiensi
zat besi, yaitu kehilangan darah secara kronis seperti pada penyakit ulkus
peptikum, hemorrhoid, infestasi parasit, dan proses keganasan; asupan zat
besi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat; dan peningkatan
kebutuhan fisiologis akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah
yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas,
masa kehamilan, dan menyusui. Pada pria dewasa, sebagian besar
kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit (atau
trauma), atau akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita,
terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang
keluar selama haid sangat banyak (banyak wanita yang tidak sadar kalau
darah haidnya terlalu banyak) akan terjadi anemia defisiensi besi.
Sepanjang usia reproduktif, wanita akan mengalami kehilangan darah
akibat peristiwa haid. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20-25
cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/bulan,
atau kira-kira sama dengan 0,4-0,5 mg sehari. Selain dari peristiwa haid,
kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit, seperti

5
cacing tambang (ankilostoma dan nekator), schistosoma, dan mungkin
pula Trichuris trichiura. Kasus-kasus tersebut lazim terjadi di negara
tropis (kebanyakan negara tropis terklasifikasi sebagai negara belum dan
sedang berkembang), lembab serta keadaan sanitasi yang buruk (Arisman,
2010). Hanya sekitar 25 persen wanita usia subur memenuhi kebutuhan
Fe sesuai Angka Kecukupan Gizi (25 mikrogram/hari). Secara rata-rata,
wanita mengonsumsi 6,5 mikrogram Fe perhari melalui diet makanan.
Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan
sumber Fe seperti daging sapi, ayam, ikan, telur dan lain-lain tetapi juga
dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disebabkan oleh
perubahan fisiologis tubuh seperti hamil dan menyusui sehingga
meningkatkan kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan
faktor diet yang mempercepat dan menghambat penyerapan Fe.
Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuhan Fe
akibat peningkatan volume darah (Fatmah, 2010). Kekurangan zat besi
terjadi dalam tiga tahap yaitu tahap pertama terjadi bila simpanan besi
berkurang yang terlihat pada penurunan feritin dalam plasma hingga
12ug/L. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan absorpsi besi yang
terlihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (Total Iron
Binding Capacity). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional
tubuh. Tahap kedua terlihat dengan habisnya simpanan besi, menurunnya
transferin hingga kurang dari 16% dan meningkatnya protoporfirin yaitu
bentuk pendahulu darah. Pada tahap ini nilai hemoglobin di dalam darah
masih berada pada 95% nilai normal. Hal ini dapat mengganggu
metabolisme energi, sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan
bekerja. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi besi, dimana kadar
hemoglobin total turun di bawah nilai normal (Almatsier, 2010). Latham
(1979) mengatakan bahwa ada 4 penyebab terjadinya anemia gizi besi
yaitu: Zat di tubuh kurang karena makanan yang dikomsumsi kurang
mengandung zat besi, atau adanya gangguan penyerapan sehingga
absorpsi zat besi rendah. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan

6
bahwa yang menjadi penyebab anemia gizi besi adalah karena tidak
cukupnya zat-zat terutama yang diserap dalam makanan sehari-hari guna
pembentukan sel darah merah, maka terjadi keseimbangan negatif antara
pemasukan dan pengeluaran besi dalam tubuh. Selain itu zat-zat penyerta
yang meningkatkan daya serap, seperti protein dan vitamin C juga tidak
cukup. Kebutuhan meningkat misalnya remaja yang sedang mengalami
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Anemia kekurangan zat
besi akan timbul bila kehilangan zat besi atau kebutuhan yang begitu
meningkat tidak diimbangi dengan konsumsi makanan yang cukup dan
penyerapan zat besi dari makanan yang maksimal. Dengan demikian zat
besi dari makanan tidak cukup untuk mempertahankan kadar Hb,
kehilangan zat besi oleh karena pendarahan atau sebab lain termasuk
investasi cacing tambang serta ketidakseimbangan antara kebutuhan
(untuk pertumbuhan, kehilangan darah, dan lain-lain), dan
ketidakcukupan suplai zat besi dari diet. Jumlah zat besi yang dibutuhkan
setiap hari untuk mempertahankan kadar haemoglobin, kadar simpanan
zat besi yang cukup dan untuk keperluan pertumbuhan yang normal.
Meskipun zat besi yang hilang setiap hari relatif kecil namun harus
digantikan. Jumlah yang hilang melalui urine, keringat, dan desquamasi
(hilang melalui permukaan kulit, rambut dan kuku) sangat bervariasi dari
0,2-0,5 mg/hari. Hilang melalui faeses sejumlah 0,7 mg/hari, sehingga
total kehilangan antara 0,9-1.2 mg/hari. Jumlah tersebut diatas adalah
kehilangan yang harus digantikan untuk seorang pria. Sedangkan untuk
seorang wanita harus menggantikan pula kehilangan karena menstruasi.
Jumlah kehilangan karena menstruasi sangat bervariasi di antara para
wanita tetapi cukup konsisten dari bulan ke bulan pada wanita yang sama
yaitu rata-rata kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mg/hari. Oleh karena itu
seorang wanita harus mengabsorpsi 1,4 sampai 2,2 mg/hari untuk
menggantikan kehilangan tersebut. Kebutuhan wanita hampir dua kali
lipat dari pada kebutuhan pria.

7
4. Manifestasi Klinis
1) Lemah, letih, lesu dan lelah
2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah
dan Hb, vasokontriksi
4) Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada)
5) Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6) Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7) Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare

5. Patofisiologi
Anemia Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (Feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada
tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya
kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
menjadi darah dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum.
Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar
Hb (Sari, 2004). Gejala anemia defisiensi besi dibagi menjadi dua, yaitu
tanda dan gejala anemia defisiensi besi tidak khas serta tanda dan gejala
anemia defisiensi besi yang khas. Tanda dan gejala anemia defisiensi besi
tidak khas hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu: cepat lelah
atau kelelahan, hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan
otot kurang sehingga metabolisme otot terganggu; nyeri kepala dan
pusing merupakan kompensasi dimana otak kekurangan oksigen, karena
daya angkut hemoglobin berkurang; kesulitan bernapas, terkadang sesak

8
napas merupakan gejala, dimana tubuh memerlukan lebih banyak lagi
oksigen dengan cara kompensasi pernapasan lebih dipercepat; palpitasi,
dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut
nadi; dan pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut
dan konjungtiva (Tarwoto, 2007). Gejala anemia zat besi biasanya tidak
khas dan sering tidak jelas, seperti pucat, mudah lelah, berdebar,
takikardia dan sesak nafas. Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan,
kuku dan konjungtiva palpebra. Hasil penelitian Zucker (1997) yang
dikutip Arisman (2010) menyatatakan bahwa kepucatan pada kuku dan
telapak tangan lebih sensitif dan spesifik jika dibandingkan dengan
konjungtiva palpebra untuk mendeteksi gejala anemia. Kekurangan besi
pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang
nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan
bekerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka.
Di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh juga menurun.

9
6. Pathway
Pendarahan saluran cerna defisiensi besi, vit B12, As,Folat overaktif RES
Uterus, hidung, luka depresi sumsm tulang eritropitin produksi SDM
abnormal

Produksi SDM menurun

Penurunan jumlah eritrosit

Penurunan kadar Hb efek Gl kompensasi jantung kompensasi paru

Pertahanan sekunder gangguan penyerapan peningkatan curah frekuensi napas


Tidak adekuat nutrisi & defisiensi jantung
Asam folat

Resiko infeksi Lidah meradang,diare takikardi, angina dispnea


Nafsu makan (nyeri dada) iskemia
Miokardium beban
Kerja jantung

Penurunan transport O2
Defisit Nutrisi
Perfusi perifer
tidak efektif
Tekanan darah menurun hipoksia

Nadi teraba lemah lemah lesu,mati rasa


Pola napas
tidak efektif
akral dingin
Intoleransi aktivitas

Resiko Syok

10
7. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pmeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia
dan bentuk morflogi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar
heboglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), asupan darah tepi
b. Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberkan
informasi mengenai keadaan system hematopoesis
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut
a) Anemia defisiensi besi: seum iron, TIBC, saturasi transferin
dan feritin serum
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritosit, vit B12.
c) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, ts coombs dan
elektrofiresis Hb.
d) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokia
2) Pemriksaan laoratorium nonhematologis : faal ginjal, faal
endokrin, asm urat, biakan kuman
3) Radiologi : torak, bone surve, USG atau linfangiografi
4) Pemeriksaan sitogenetik
5) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,
FISH =fluorescence in situ hybridization)
8. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1) gagal jantung,
2)  kejang.

11
3) Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4) Daya konsentrasi menurun
5) Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1) Anemia aplastik:
- Transplantasi sumsum tulang
- Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin
antitimosit(ATG)
2) Anemia pada penyakit ginjal
- Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan
asam folat
- Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak
memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan
penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang
dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4) Anemia pada defisiensi besi
- Dicari penyebab defisiensi besi
- Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus
dan fumarat ferosus.
5) Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12,
bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan
injeksi IM.

12
- Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia
pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
- Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien
dengan gangguan absorbsi.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Iyeret. al, 1996. dikutip dari Nur Sallam, 2001 ; 17).
Komponen tahap pengkajian menurut Allen (1998 ; 22) terdiri dari
pengumpulan data, validasi data dan identifikasi pola atau deviasi yang
dituangkan dalam analisa data.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi yang sistematik
tentang klien termasuk kekuatan dan kelemahan klien. Data
dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, masyarakat, grafik
dan rekam medik. Klien adalah sumber informasi primer atau sumber
data yang asli. Sumber data sekunder terdiri dari data yang sudah ada
atau dari orang lain selain klien (Allen, 1998 ; 22). Data yang
dikumpulkan pada pengkajian anak menurut B. A. Gitterman (dikutip
dari Merenstein, Kaplan, Rosenberg, 2001 ; 1-5) terdiri dari :
a. Sumber Riwayat dan Alasan Rujukan
Riwayat dan alasan konsultasi harus diperoleh dari orang tua
atau siapa saja yang bertanggungjawab dalam penanganan anak.
Informasi yang berharga dapat diperoleh dari anak.
Alasan konsultasi atau rujukan pada klien anemia yaitu sakit
kepala, sering pusing kepala, nyeri abdomen samar, mual atau
muntah, anoreksia dan adanya penurunan berat badan. (Marilynn E
. Doenges, 1999 ; 570).

13
b. Identifikasi Informasi atau Identifikasi klien
Nama, alamat, nomor telepon, jenis kelamin, tempat/tanggal
lahir, ras, agama dan kebangsaan, dirujuk oleh siapa, pekerjaan dan
nomor telepon kantor.
c. Keluhan Utama
Merupakan keterangan singkat mengalami keluhan dan lamanya
yang disampaikan oleh klien sendiri atau pengantarnya. Keluhan
utama pada klien anemia adalah sakit kepala, sering pusing, nyeri
abdomen samar, mual atau muntah dan tidak nafsu makan
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan dan dikembangkan
secara PQRST, yaitu : nyeri kepala, kualitas nyeri, daerahnya, skala
dan waktu timbulnya serta keluhan lain yang biasa menyertai
seperti kepala pusing, mual atau muntah, tidak nafsu makan.
e. Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan
peyakit saat ini.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga klien yang menderita penyakit yang sama
g. Pola Kebiasaan
a) Nutrisi : Meliputi porsi, jenis, frekuensi, nafsu makan, adanya
diet yang diberikan dan banyaknya minum
b) Eliminasi : Pada klien dengan anemia bisa terjadi diare atau
konstipasi
c) Istirahat dan tidur : Meliputi jam, gangguan mendengkur, tidak
dapat tenang
d) Aktivitas : Klien dengan anemia kemungkinan mengalami
kelemahan fisik, hal ini karena kurangnya intake makanan
e) Kebersihan diri : Pada klien anemia mengalami gangguan
karena adanya kelemahan
h. Pemeriksaan Fisik

14
Pemerikasaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien
untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik
pada klien anemia meliputi keadaan umum klien, kesadaran,
tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan umum meliputi
keadaan kulit, kepala, mata, telinga, kelenjar limpe, leher, dada
(paru-paru dan jantung). Keadaan abdomen, sirkulasi (CRT,
turgor, hidrasi), rektal, genetalia dan anggota gerak. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan klien terlihat lesu dan lemah, rambut
(kering, tipis,  mudah putus dan tumbuh uban), mata (konjungtiva
anemis, sklera ikterik), bibir pucat dan sianosis, teraba
pembesaran pada hepar dan lien, ekstremitas atas dan bawah
pucat dan sianosis.
i. Data Penunjang
Melalui pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin menurun
b) Trombositopenia (trombosit menurun)
c) Hematokrit menurun.
d) Leukosit menurun
2. Diagnosa Keperawatan
a) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin
d/d Pengisian kapiler >3detik
b) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient d/d berat
badan menurun minimal 10% dibawah rntang ideal
c) Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energi d/d penggunaan otot
bantu pernapasan
d) Resiko infeksi d/d penyakit kronis Resiko infeksi d/d penyakit
kronis
e) Intoleran aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah

15
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagosa Tujuan (SLKI) Intervnsi (SIKI)


Keperawatan (SDKI
)

1. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Transfusi Darah


efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan penurunan jam diharapkan perfusi 1. Identifikasi rencana transfuse
konsentrasi perifer meningkat dengan 2. Monitor tanda vital sebelum,selama dan
hemoglobin ditandai criteria hasil: setelah tansfusi (tekanan
dengan 1. Kekuatan nadi perifer darah,suhu,nadi,dan frekuensi nafas)
meningkat 3. Monitor tanda dan kelebian cairan (mis.
Gejala dan tanda
2. Penyembuhan luka Dispnea,takikardi,sianosis,tekanan
mayor
meningkat darah meningkat,sakt kepala,konvulsi)
Ds: - 3. Sensasi meningkat 4. Monitir rekasi teernsfusi
Do : 4. Warna kulit pucat Terapeutik
1. Pengisian kapiler menurun
1. Lakukan pegecekan ganda (double
>3detik 5. Edema perifer
check) pda label darah (golongan
2. Nadi perifer menurun
darah,rhesus,tanggal kedaluwarsa,nomor
menurun atau 6. Nyeri ektremitas
seri,jumlah,dan identitas pasien)
tidak teraba menurun
2. Pasang akses intravena,jika belum
3. Akral teraba 7. Parastesia menurun
terpasang
dingin 8. Kelemahan otot
3. Periksa kepatenan akses intavena,flebitis
4. Warna kulit pucat menurun
dan tanda infeksi local
5. Turgor kulit 9. Kram oto menurun
4. Berikan NACL 0,9 % 50-100 ml sebelum
menurun 10. Nekrosis menuru
transfuse dilakukan
Gejala dan tanda 11. Pengisian kapiler
5. Atur kecepatan aliran transfuse sesuai
minor membaik
produk darah 10-15 ml/kg BB dalam 2-4
12. Akral membaik
Data subjektif : jam
13. Turgor kulit membaik
6. Berikan transfusi dalam waktu maksimal
1. Parastesia 14. Tekanan darah sistolik
4 jam
2. Nyeri membaik
7. Hentikan transfusi jika terdapat reaksi
ekstremitas 15. Tekanan darah
transfusi
(klaudikasi diastolic membaik
8. Dokumentaikn tanggal,wktu,jumlah
intermiten) 16. Tekanan arteri rata-rata
drah,durasi dan respon transfusi
Data Objektif : membaik
Edukasi
1. Edema

16
2. Penyembuhan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur tansfusi
luka lambat 2. Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi
3. Indeks ankle- yang erlu dilaprkan (mis.
brachial <0,90 Gatal,pusing,sesak napas,dan/atau nyeri
4. Bruid femoralis dada)

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan jam diharapkan status 1. identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan nutrisi membaik dengan 2. identifikasi alergi dan intoleransi makanan
mengabsorbsi criteria hasil: 3. identifikasi makanan yang disukai
nutrient d/d 1. Porsi makan yang 4. idenifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan meningkat nutrient
Gejala dan tanda
2. Kekuatan otot 5. identifikasi perlunya penggunaan selang
mayor
mengunyak meningkat nasogastrik
Data subjektif : 3. Kekuatan otot menelan 6. monitor asupan makanan
menigkat 7. monitor berat badan
Data Objektif :
4. Serum albumin 8. monitor hasil pemeriksaan laboratorium
1. Berat bedan meningkat Terapeutik
menurun minimal 5. Verbalisasi keinginan
1. lakukan oral hygiene sebelum makan
10% dibawah untuk meningkatkan
2. asilitasi menentukan pedoman diet
rentang ideal nutrisi meningkat
3. sajikan makanan secara menarik dan suhu
Gejala dan tanda 6. Pengetahuan tentang
yang sesuai
minor pilihan makanan yang
4. berikan makanan tinggi serat untuk
sehat meningkat
Data Subjektif : mencegah konstipasi
7. Pengetahuan tentang
5. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
1. Cepat kenyang pilihan minuman yang
protein
setelah makan sehat meningkat
6. berikan suplemen makanan, jika perlu
2. Kram/nyeri 8. Pengetahuan tentang
7. hentikan pemberian makanan melalui
abdomen standar asupan nutrisi
selang nasogastrik jika asupan oral dapat
3. Nafsu makan yang tepat menigkat
ditoleransi
menurun 9. Penyiapan dan
Edukasi
Data Objektif: penyimpanan makanan
yang aman meningkat 1. anjurkan posisi duduk, jika mampu
1. Bising usus
10. Perasaan cepat 2. ajarkan diet yang di programkan
hiperaktif
kenyang menurun Kolaborasi
2. Otot pengunyah
lemah 11. Nyeri abdomen

17
3. Otot menelan menuru 1. kolaborasi pemberian medikasi sebelum
lemah 12. Rambut rontok makan (pereda nyeri,anntiemetik)
4. Membrane menurun 2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
mukosa pucat 13. Diare menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
5. Sariawan 14. Berat badan membaik nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
6. Serum albumin 15. IMT membaik
turun 16. Frekuensi makan
7. Rambut rontok membaik
berlebihan 17. Nafsu makan membaik
8. Diare 18. Bising usus membaik
19. Tebal lipat kulit trisep
membaik
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan penurunan jam diharapkan pola 1. monitor kecepatan aliran oksigen
energi d/d napas membaik dengan 2. monitor posii alat terapi oksigen
criteria hasil: 3. monitor aliran oksigen secara periodic dan
Gejala dan tanda
1. dispnea menurun pastikan fraksi yang diberikan cukup
mayor
2. penggunaan otot 4. monitor efektifitas terapi oksigen
data subjektif : bantu napas menurun (oksimetri, analisa gas darah), jika perlu
dispnea 3. pemanjangan fase 5. monitor kemampuan melepaskan oksigen
ekspirasi menurun saat makan
data objektif :
4. ortopnea menurun 6. monitor tanda-tanda hipoventilasi
1. penggunaaan otot 5. pemasangan pursed 7. monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
bantu pernapasan lip menurn dan atelektasis
2. fase ekspirasi 6. pernapasan cuping 8. monitor tingkat kecemasan akibat terapi
memanjang hidung menrun oksigen
3. pola napas 7. frekuensi napas 9. monitor integritas mukosa hidung akibat
abnormal membaik pemasangan oksigen
(takipnea, 8. kedalaman napas Terapeutik
bradipnea) membaik
1. bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
Gejala dan tanda 9. ekskursi dada
trakea, jika perlu
minor membaik
2. pertahankan kepatenan jalan napas
10. ventilasi semenit
Data subjektif : 3. siapkan dan atur peralatan pemberian
membaik
oertopnea oksigen
11. kapasitas vital
4. berikan oksigen tambahan, jika perlu
Data Objektif : membaik
5. tetap berikan oksigen saat pasien di

18
1. pernapasan 12. tekanan ekspirasi transportasi
pursed-lip membaik 6. gunakan perangkat oksigen yang sesuai
2. pernapasan 13. tekanan inspirasi dengan tingkat mobilitas pasien
cuping hidung membaik Edukasi
3. diametes thoraks
1. ajarkan pasien dan keluarga cara
anterior-posterior
menggunakan oksigen di rumah
meningkat
Kolaborasi
4. ventilasi semenit
menurun 1. kolaborasi penentuan dosis oksigen
5. kapasitas vital 2. kolaborasi penggunaan oksigen saat
menurun aktivitas dan/atau tidur
6. tekanan ekspirasi
menurun
7. tekanan inspirasi
menurun
8. ekskursi dada
berubah
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
ditandai dengan keperawatan selama 3x24 Observasi
Faktor Risiko : jam diharapkan tingkat 1. monitor tanda dan gejala infeksi lokasi
1. penyakit kronis infeksi menurun dengan dan sistemik
(diabetes melitus) criteria hasil: Terapeutik
2. efek prosedur 1. kebersihan tangan
1. batasi jumlah pengunjung
invasive meningkat
2. berikan perawatan kulit pada area edema
3. malnutrisi 2. kebersihan badan
3. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. peningkatan meningkat
dengan pasien dan lingkungan pasien
paparan 3. demam menurun
4. pertahankan teknik aseptic pada pasien
organisme 4. kemerahan menurun
beresiko tinggi
pathogen 5. nyeri menurun
Edukasi
lingkungan bengkak menurun
5. ketidakadekuatan 6. vesikel menurun 1. jelaskan tanda dan gejala infeksi
pertahanan tubuh 7. cairan berbau busuk 2. ajarkan cara mencuci tangan dengan
primer: menurun benar
1) gangguan 8. sputum berwarna 3. ajarkan etika batuk
peristaltic hijau menurun 4. ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
2) kerusakan 9. drainase purulen luka operasi
integritas menurun 5. anjurkan meningkatkan asupan cairan

19
kulit 10. piuria menurun Kolaborasi
3) perubahan 11. periode malaise
1. kolaborasi pemberian imunisas, jika perlu
sekresi pH menurun
4) penurunan 12. periode menggigil
kerja siliaris menurun
5) ketuban 13. letargi menurun
pecah lama 14. gangguan kognitif
6) ketuban menurun
pecah 15. kadar sel darah putih
sebelum membaik
waktunya 16. kultur darah
7) merokok membaik
8) status cairan 17. kultur urin membaik
tubuh 18. kultur sputum
6. ketidakadekuatan membaik
pertahanan tubuh 19. kultur area luka
sekunder: membaik
1) penurunan 20. kultur feses membaik
hemoglobin 21. nafsu makan
2) imununosup membaik
resi
3) leucopenia
4) supresi
respon
inflamasi
5) vaksinasi
tidak
adekuat
5 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energy
berhubungan keperawatan selama 3x24 Observasi
dengan kelemahan jam diharapkan toleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
ditandai dengan aktifitas meingkat dengan mengakibatkan kelelahan
criteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Gejala dan tanda
1. kemudahan 3. Monitor pola dan jam tidur
mayor
melakukan aktifitas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Data subjektif : sehari-hari selama melakukan aktivitas
mengeluh lelah meningkat Terapeutik

20
Data Objektif : 2. kecepatan berjalan 1. Sediakan lingkungan yang nyaman
Frekuensi jantung meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
meningkat >20% dari 3. jarak berjalan aktif
kondisi istrahat meningkat 3. Berikan aktivitas distraksi yang
4. kekuatan tubuh menenangkan
Gejala dan tanda
bagian atas 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
minor
meningkat tidak dapat berpindah atau berjalan
data subjektif :
5. kekuatan tubuh Edukasi
1. dispnea
bagian bawah
saat/setelah 1. Anjurkan tirah baring
meningkat
aktivitas 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
6. tolransi menaiki
2. merasa tidak bertahap
tangga meningkat
nyaman setelah 3. Anjurkan menghubungi perawat jika
7. keluhan lelah
beraktivitas tanda dan gejala kelelahan tidak brkuran
menurun
3. merasa lemah 4. Ajarkan strategi koping untuk
8. dispnea saat
data objektif : mengurangi kelelahan
beraktivitas menurun
Kolaborasi
1. tekanan darah 9. dispnea saat
berubah >20% beraktivitas menurun 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
dari kondisi 10. aritmia saat meningkatkan asupan makanan
istrahat beraktivitas menurun
2. gambara EKG 11. sianosis menurun
menunjukan 12. perasaan lemah
aritmia menurun
saat/setelah 13. frekuensi nadi
aktivitas membaik
3. gambaran EKG 14. warna kulit membaik
menunjukan 15. tekanan darah
iskemia membaik
4. sianosis 16. saturasi oksigen
membaik
17. frekuensi napas
membaik
18. EKG iskemia
membaik
6. Resiko Syok Setelah dilakukan asuhan ManajemenSyok
ditandai dengan keperawatan selama 3x24
Faktor resiko : jam diharapkan tingkat

21
1. Hipoksemia syok menurun dengan Observasi
2. Hipoksia
criteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
3. Hipotensi
4. Kekurangan 1. Kekuatan nadi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
folume cairan meningkat MAP)
5. Sepsis 2. Output urin meningkat 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
6. Sindrom respon 3. Tingkat kesadaran AGD)
sinflamasi meningkat 3. Monitor status cairan (masukan dan
sistemik ( 4. Saturasi oksigen haluaran, turgor kulit, CRT)
Systemic meningkat 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
Inflammatory 5. Akral dingin menurun pupil
Response 6. Pucat menurun 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
Syndrome(SIRS) 7. Rasa haus menurun terhadapadanya DOTS
8. Konfusi menurun (deformity/deformitas, open wound/luka
9. Letargi menurun terbuka, nyeri tekan, bengkak)
10. Asidosis metabolic
menurun
Terapeutik
11. Tekanan arteri rata-
rata membaik 1. Pertahankan jalan napas paten
12. Tekanan darah sistolik 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan
membaik saturasi oksigen >94%
13. Tekanan darah 3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,
diastolic membaik jika perlu
14. Tekanan nadi 4. Berikan posisi syok
membaik (ModifietTrendelenberg)
15. Pengisian kapile 5. Pasang jalur IV
rmembaik 6. Pasang keteter urine untuk menilai
16. Frekuensi nadi produksi urine
membaik 7. Pasang selang nasogastric untuk
17. Frekuensi napas dekompresi lambung
membaik

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian infuse cairan


kristaloid 1-2 L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infuse cairan
kristalod 20 ml/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah,
jika perlu

22
BAB III
ANALISA KASUS
Nama Mahasiswa : Putra Wahyu Pratama Husain, S.Kep Tanggal : 06 januari 2020
Ruangan : Interna Stase : KMB I
Informasi Umum
Nama : Tn. KY, Umur : 81 Tahun, Agama : Islam, Pendidikan : SMP, Alamat : Desa pentadio barat, Keluhan
Utama : BAB darah, Riwayat Keluhan Utama : Klien masuk pada tanggal 04 januari 2020 dilakukan pengkajian
tanggal 06 januari 2020 klien mengeluh BAB darah karena sebelumya klien memiliki riwayat sering
mengkonsumsi ibat anti nyeri.
Diagnosa Medis : melena, anemia, dyspepsia.
Pengkajian
1. Oksigenasi (Sirkulasi dan Pernafasan)
Frekuensi pernafasan 20 X/menit, Tekanan darah : 90/70 mmHg, Frekuensi nadi : 80 X/menit, Suhu
tubuh : 36 oC, CRT < 2 detik, Pemeriksaan Laboratorrium tanggal 04/01/2020 : Hematologi
(Hemolobin : 6,4 g%, Leukosit : 12.100/µl, Trombosit : 236.000 juta/µl, Hematokrit : 21,7%).
2. Nutrisi Cairan dan Elektrolit
Makan 3 X/hari (bubur, lauk pauk, sayur, dan buah), tidak mual muntah, tidak memiliki riwayat alergi
pada makanan, klien minum air putih 6-7 gelas/hari (200cc/gelas).
3. Eliminasi
BAK : (Klien tidak terpasang kateter, frekuensi : 5-6/hari, warna : kuning, bau : khas, tidak ada
keluhan BAK), BAB : (BAB 1 X/hari, konsistensi : cair bercampur darah), bising usus : 15X/menit,
terdengar bunyi timpani, abdomen tidak membuncit dan tidak ada nyeri tekan.
4. Aktivitas dan Latihan
pergerakan tubuh : bebas, klien beraktivitas dibantu oleh keluarga.
5. Neurosensori dan Kognitif
Adanya nyeri hanya pada luka pada samping alis mata kiri karena terjatuh di kamar mandi, ada rasa
pusing, tidak ada kejang.
6. Keamanan/Proteksi
Klien tidak memiliki alergi obat-obatan dan makanan, tidak memiliki riwayat penyakit hubungan
seksual, memiliki riwayat transfusi darah, ada riwayat cidera, tidak ada riwayat kejang.
7. Neurologis
GCS = 15 (E:4, M:6,V:5), reflek babinski: klien memberikan respon fleksi jari-jari dan penarikan
tungkai.
8. Endokrin
Pemeriksaan Laboratorrium tanggal 04/01/2020 : Kimia Klinik (Ureum : 51 mg/dl, kreatinin : 1.8
mg/dl, Glukosa Sewaktu : 101 mg/dl)
9. Pola Nilai Kepercayaan & Spiritual
Sumber kekuatan klien : istri dan keluarga, tidak ada perasaan menyalahkan, klien belum
menjalankan kegiatan keagamaan saat sakit.
10. Interaksi Sosial
Orang terdekat yang lebih berpengaruh yaitu istri klien, tidak ada kesulitan dalam berhubungan
dengan keluarga.
Diagnosa Keperawatan :
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. intoleran aktivitas b.d kelemahan
Rencana Keperawatan 2. Manajemen energy
1. Transfusi darah - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
- Identifikasi rencana transfuse mengakibatkan kelelahan
- Monitor tanda vital sebelum,selama dan setelah - Monitor kelelahan fisik dan emosional
tansfusi (tekanan darah,suhu,nadi,dan frekuensi
- Monitor pola dan jam tidur
nafas)

- Monitor tanda dan kelebian cairan


- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
(mis.Dispnea,takikardi,sianosis,tekanan darah - Anjurkan tirah baring

23
meningkat,sakt kepala,konvulsi) - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Monitir rekasi teernsfusi
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
- Lakukan pegecekan ganda (double check) pda label gejala kelelahan tidak brkuran
darah (golongan darah,rhesus,tanggal - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
kedaluwarsa,nomor seri,jumlah,dan identitas meningkatkan asupan makanan
pasien)

- Periksa kepatenan akses intavena,flebitis dan tanda


infeksi local

- Berikan NACL 0,9 % 50-100 ml sebelum transfuse


dilakukan

- Hentikan transfusi jika terdapat reaksi transfusi

- Jelaskan tujuan dan prosedur tansfusi

- Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang


Perlu dilaprkan (mis. Gatal,pusing,sesak
napas,dan/atau nyeri dada)
Medical Manajemen
1. IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit
2. Omeprazole 2 X 40mg / IV 8. Transfusi darah 4 kantong, 2 kantong pertama saat di ugd
3. Asam traneksamat 3 x 500mg / IV 1 kantong berikut tanggal 06/01/2020, 1 kantong terakhir
4. Ceftriaxone 2 X 1 gr/IV diberikan tanggal 07/01/2020.
5. Sucralfat 3x2 sendok teh / PO
6. Flunarizine 2x1 tab 10 mg / PO
7. Aluperinol 1x1 tab 100 mg / PO

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

24
BAB IV

RINGKASAN KASUS
Daftar target capaian
Asuhan keperawatan & resume keperawatan
Stase keperawatan medikal bedah I

No. Kasus No.RM Dx. Medis Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Obat-obatan Ruangan /
Kelolaan/Resume RSUD
1 PENGKAJIAN 212877 Diabetes - Ketidakstabilan - Ketidakstab - Manajeme - IVFD RL + Farbion Ruangan
Nn. N melitus, tb kadar glukosa ilan kadar n 20 tetes/menit Interna
paru darah glukosa hiperglike - Omeprazole 1 X 40mg RSUD Prof.
- Resiko defisit darah mia / IV Dr. H. Aloei
nutrisi meningkat - Manajeme - Novorapid 3 x 12 Saboe
- Nafsu n nutrisi unit/sc
makan - Levemir 1 x 16 unit/sc
membaik - Teramisin 3 x 1 /po
2 PENGKAJIAN 076292 Angina - Nyeri Akut - Tigkat nyeri - Perawatan Aspilet 1x50 mg, Ruangan
Tn. R.T pectoris, menurun jantung brilinta 2x90 mg, ISDN Interna
hipertensi akut 3x5 mg, bisoprol 1x2,5 RSUD Prof.
G II mg, candalestan 1x80 Dr. H. Aloei
mg, amlodipin 1x5 mg, Saboe
atorvastatin 1x20 mg,
heparin 5 tpm, KSR
tablet 2x1,
spironolactone 1x25 mg.
3 PENGKAJIAN 212870 Anemia, - Intoleransi - Toleransi - Manajeme - IVFD NaCL 0,9% 20 Ruangan

25
tetes
Hipokalemi aktivitas aktivitas n energi /menit Interna
Ny. R.G a - Resiko defisit meningkat - Manajeme - Prenemia 2 x 1/ po RSUD Prof.
nutrisi - Status n nutrisi - Curcuma 3 x 1/po Dr. H. Aloei
nutrisi - Ceftriaxone 2 x 1 / IV Saboe
membaik
4 PENGKAJIAN 155870 Asma - Bersihan jalan - Jalan nafas - Manajeme Ranitidine 2x1 Ruangan
Ny. N.N bronchial, nafas tidak membaik n jalan ampul/IV, ondansentron Interna
Dyspepsia efektif - Pola nafas nafas 3x1 ampul/IV, ambroxol RSUD Prof.
sindrom - Pola nafas tidak membaik - Terapi 3x1 tablet/PO, Dr. H. Aloei
efektif oksigen salbutamol 3x1 mg/PO, Saboe
paracetamol 3x1
tablet/PO, combiven 1
ampul/8 jam
5 ASKEP 213219 Anemia, - Perfusi perifer - Perfusi - Transfusi - IVFD NaCl 0,9% 20 Ruangan
tetes
Tn. K.Y Melena, tidak efektif perifer darah /menit Interna
Dyspepsia - Intoleransi meningkat - Manajeme - Omeprazole 2 X 40mg RSUD Prof.
aktivitas - Toleransi n energi / IV Dr. H. Aloei
aktivitas - Asam traneksamat 3 x Saboe
meningkat 500mg / IV
- Ceftriaxone 2 X 1
gr/IV
- Sucralfat 3x2 sendok
teh / PO
- Flunarizine 2x1 tab 10
mg / PO
- Aluperinol 1x1 tab
100 mg / PO
- Transfusi darah 4
kantong, 2 kantong
pertama saat di ugd1

26
kantong berikut
tanggal 06/01/2020, 1
kantong terakhir
diberikan tanggal
07/01/2020.
6 RESUME 212971 Gastritis, - Nyeri akut - Tingkat - Manajeme Omeprazole 1x 40 mg : Ruangan
Tn. S.A Kolistiasis - Resiko defisit nyeri n nyeri IV/20 jam, sukralfat Interna
nutrisi menurun - Manajeme syr : PO 3x 1, RSUD Prof.
- Status n nutrisi ceftriaxone 2 x 1 gr/IV, Dr. H. Aloei
nutrisi paracetamol tab 3 x 500 Saboe
membaik mg/PO, harnal D 1 x 0,2
mg /OP, metronidazole
3x250 / PO
7 ASKEP 213090 Tb Paru, - Pola nafas - pola nafas -Terapi oksigen -IVFD Rl 20 tetes/menit + Ruangan
Ny. I.K Atelektasis tidak efektif membaik -Manajemen ketorolac 3% tropik RSUD
- intoleran - toleransi energy -Solvinex 3 x 1 4mg/ IV Prof. Dr. H.
aktivitas aktivitas -Manajemen -Furosemid 1 x 1 20mg / Aloei Saboe
- resiko infeksi meningkat medikasi IV
- tingkat -Amlodipine 1 x 1
infeksi 10mg / PO
menurun -Dexametasone 3 x 1 /
IV
-Levofloxacine 1 x 750
mg/ IV
-Ranitidine 2 x 1 150mg/
IV
-Sucralfat 3 x 2 Sendok
teh
8 RESUME 148758 PPOK,TB - bersihan jalan - bersihan - manajemen -IVFD Rl 16 tetes/menit Ruangan
Tn. Y.M paru napas tidak jalan napas jalan napas -Combivent 3x1 tropik RSUD
efektif meningkat - Manajeme nebulizer Prof. Dr. H.

27
- intoleran - toleransi n energy -Ceftriaxone 1gr / 12 Aloei Saboe
aktivitas aktivitas jam/ IV
meningkat -Solvinex 3 x 1 4mg/ IV
-Omeprazole 1x1 / IV
-Dexametasone 3x1 /IV
-Salbutamol 3x2 mg/ PO
-Alpnazolam 0,5 mg 0,0-
0,5 PO
10 ASKEP 082646 Anemia - Bersihan Jalan - Jalan nafas - Fisioterapi Omepreazole 40 mg 2x1 Ruangan HCU
Ny. A.S Grafis, Hpt Napas Tidak membaik dada / IV, Furosamide 20mg RSUD Prof.
+ Ves, Efektif - Toleransi - Manajeme 2x2/IV, Ceftriaxone 1gr Dr. H. Aloei
CKD On - Intoleran aktivitas n Energi 2x1/IV, micardis Saboe
HD, Susp. Aktivitas meningkat - Manajeme 1x8/PO, Amlodipin
Broncopne - Resiko Defisit - Status nutrisi n Nutrisi 1x10/PO, ISDN 3x5/PO,
umonia, Nutrisi membaik Solvinex 2x1 ampl/IV,
CHF ec Levoflaxacim drips
overload N
Ckd
11 RESUME OSCE 152000 Akut - Gangguan Pola - Pola tidur - Dukungan IVFD RL 20 tpm, Ruangan HCU
Tn. Y.A Nstemi, Tidur membaik Tidur Aspilet PO 1x80 mg, RSUD Prof.
Hipertensi, - Intoleran - toleransi - Manajeme Brilinta PO 2x90 mg, Dr. H. Aloei
Adhf Aktivitas aktivitas n Energi Candarsetan po, Saboe
meningkat Furosamide IV 2x1
amp, Spironolactone
1x25 mg, Bisoprol PO
1x5 mg, Atorvastatin
PO 1x80 mg.
12 RESUME 148743 Stroke - Gangguan - Moilitas - Dukungam -IFVD Nacl 0,9% 20 Ruangan HCU
Ny. R.A Hemoragik mobilitas fisik fisik ambulasi TPM RSUD Prof.
- Resiko perfusi meningkat - Pemantaua -Ceftriaxone 1gr/12 Dr. H. Aloei

28
jaringan - Perfusi n jam/Iv Saboe
serebral tidak jaringan neurologis -Novarapid 3x12 unit
efektif serebral -Levemin 1x16 unit
membaik -Piracetam 2x3 gr/Iv
-Citicholine 2x25 mg/Iv
-Ondansentron 3x1
amp/Iv
-Omeprazole 2x1 caps
-Asam solat 1x1
-Flunazim 2x10 mg
-Candesartan 2x16 mg
-Amlodipin 1x10 mg
-HCT 1x50 mg
-Catopril 2x50 mg
13 RESUME 212904 Stroke Non - Penurunan - Kapasitas - Manajeme -IV line RL + drips Ruangan HCU
Nn. K.M Hemoragik kapasitas adaptif n Farbion 1 Ampul 20 RSUD Prof.
adaptif intrakarnial peningkata tetes/menit Dr. H. Aloei
intrakranial meningkat Saboe
n tekanan -Piracetam 2x3 gram
- Risiko perfusi - Perfusi
jaringan serebral intrakranial Intravena
serebral tidak meningkat - Pemantaua -Citicolin 2x500 mg
efektif - Status nutrisi n Intravena
- Risiko defisit membaik neurologis -Ranitidine 150 mg 2x1
nutrisi - Manajeme Intravena
n gangguan -Mecobalamin 2x500 mg
makan per oral

14 RESUME 213454 Ileus - Nyeri Akut - Tingkat - Manajeme - IV line Nacl 0,9 % Ruangan HCU
Ny. W.T Obstruksi - Hypovolemia nyeri n nyeri 20 gtt RSUD Prof.
Post menurun - Manajeme - Aminofluid 500 cc Dr. H. Aloei

29
Operasi - Status cairan n 20 gtt Saboe
Laparatom membaik hypovolem - Omeprazole 2x1 40
y (Hari 2) + ia mg Intravena
DM Tipe II - Furamin 3x1 10 mg
Intravena
- Metoclopramide 10
mg 3x1 Intravena
- Metronidazole 500
mg 3x1 Intravena
- Novorapid 3x8 unit
Subcutan
- Levemir 1x10 unit
Subcutan

30
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penyusun melakukan pengkajian, penentuan diagnose
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan
Keperawatan dengan diagnosa medis Anemia diruangan Interna RSUD Prof.
Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo, maka dapat disimpulkan :
1. Hasil pengkajian pada Tn. K.Y saya dapatkan di Ruangan Tropik
RSUD Prof Aloei Saboe dimana menjadi kasus kelolaan saya pada
pengkajian tersebut didapatkan keluhan klien berupa : klien masuk
rumah sakit pada tanggal 04 Januari 2019 pukul 15.20 dengan
keluhan : klien mengeluh BAB darah karena sebelumya klien memiliki
riwayat sering mengkonsumsi ibat anti nyeri. pada tanggal 06/01/2020
Dalam pengkajian klien tersebut saya dapat menyimpulkan diagnosa
keperawatan yang dapat saya angkat yaitu : Perfusi perifer tidak efektif
b.d penurunan konsentrasi HB, Intoleran aktifitas b.d kelemahan.
2. Perencanaan Asuhan Keperawatan pada Tn. K.Y meliputi : Observasi,
Tindakan, Mandiri, Edukasi, dan Kolaborasi
3. Hasil implementasi Keperawatan yang dilakukan Tn. K.Y adalah
sesuai dengan perencanaan, tindakan keperawatan, tindakan
keperawatan sesuai kondisi tampa meninggalkan prinsip dan konsep
keperawatan.

31
5.2 Saran
1. Bagi pelayanan Kesehatan :
Hal ini diharapkan pada tenaga perawat dapat memberikan informasi
dan edukasi kepada keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan
system yang terganggu
2. Bagi mahasiswa Profesi Ners :
Hal ini diharapkan dapat aktif meningkatkan asuhan keperawatan
untuk merencanakan intervensi dalam bentuk melakukan analisa kasus.

32
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer.S (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC

Nurarif. Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Media dan Nanda Nic-Noc

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikasi


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :DPPP PPNI

PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Kperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

33

Anda mungkin juga menyukai