Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA SINKOP


SISWA PMR DI SMA NEGERI 1 TELAGA BIRU

BIDANG KEGIATAN :
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN (PKM-P)

DI SUSUN OLEH :

LUTVIANA AGUSTINA ABDULLAH, S.Kep


RIVABZRI POTALE, S.Kep
LIPANTRI MOBIHU, S.Kep
RUSTAM DAHIBA, S.Kep
YUDI RUNTUNUWU, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2022
ABSTRAK

Lutviana Agustina Abdullah, S.Kep, Rivabzri Potale, S.Kep, Lipantri Mobihu,


S.Kep, Rustam Dahiba, S.Kep, Yudi Runtunuwu, S.Kep. Pelatihan Pertolongan
Pertama Pada Sinkop Siswa PMR di SMA Negeri 1 Telaga Biru, di bimbing oleh
Ns. Haslinda Damansyah, M.Kep.

Syncope merupakan suatu keadaan hilangnya kesadaran dan kekuatan tubuh


seorang individu yang terjadi secara mendadak, serta disertai dengan pemulihan
kondisi individu tersebut. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan
keterampilan siswa PMR dalam memberikan pertolongan pertama pada sinkop.
Pelatihan ini dilakukan dengan metode pre-test dan post-test untuk mengukur
kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Jumlah sample
dalam pelatihan ini adalah 20 orang. Analisis hasil menggunakan uji paired t-test,
pada penilaian pre-test di dapatkan nilai mean 1,05 dengan standar deviasi
0,224, pada penilaian post-test didapatkan nilai mean 1,80 dengan standar
deviasi 0,410 sehingga didapatkan nilai P-Value 0,000 dengan ɑ < 0,05. Ini
berarti sebelum diberikan pelatihan pertolongan pertama pada sinkop, nilai yang
didapatkan siswa masih di bawah. Setelah diberikan pelatihan terdapat
peningkatan nilai. Ini menunjukkan bahwa terdapat signifikan perubahan dan
peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

Kata Kunci : Sinkop, Pelatihan Sinkop

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
DAFTAR DIAGRAM …………………………………………………………….iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG …………………………………………………. 2
1.2. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………. 2
1.3. TUJUAN KHUSUS ……………………………………………………. 2
1.4. MANFAAT PENELITIAN …………………………………………….. 2
1.5. KEUTAMAAN PENELITIAN …………………………………………. 2
1.6. TEMUAN PENELITIAN ………………………………………………. 2
1.7. LUARAN PENELITIAN ……………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KAJIAN TEORI ILMIAH ………………………………………………. 3
2.2. ALUR PIKIR (STATE OF THE ART) ………………………………… 8
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1. ALAT DAN BAHAN ……………………………………………………. 9
3.2. PROSEDUR PENGABDIAN …………………………………………. 9
3.3. INDIKATOR CAPAIAN SETIAP TAHAPAN ………………………… 9
3.4. PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA …………………………… 10
3.5. CARA PENAFSIRAN DAN PENYIMPULAN HASIL PENGABDIAN 10
BAB IV PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
4.1. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN …………………………………. 11
4.2. PEMBAHASAN ……………………..………………………………….. 11
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 GAMBARAN LOKASI PENGABDIAN …………………………..…… 13
5.2 PENGUJIAN PERSYARATAN/ANALISIS ……………………………. 14
5.3 PEMBAHASAN ………………………………………………………….. 16
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN …………………………………………………………… 20
6.2 SARAN …………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

iii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa PMR di


SMA Negeri 1 Telaga Biru
Diagram 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa PMR di
SMA Negeri 1 Telaga Biru
Diagram 5.3 Distribusi Responden Sebelum di Berikan Intervensi Pelatihan
Pertolongan Pertama pada Sinkop
Diagram 5.4 Distribusi Responden Sesudah di Berikan Intervensi Pelatihan
Pertolongan Pertama pada Sinkop

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Hasil Uji Paired T-Test Sebelum dan Sesudah di Berikan Pelatihan
Pertolongan Pertama pada Sinkop

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pingsan atau sinkop yaitu keadaan tidak sadar pada seseorang.
Kehilangan kesadaran total, dimana kedua pendengaran, penglihatan,
perasaan dan bau berhenti sepenuhnya. Pingsan atau sinkop disebabkan
oleh kurangnya aliran darah ke otak, kekurangan oksigen, keracunan,
syok, lapar, haus dan kondisi fisik lemah lainnya atau gejala penyakit kronis
lainnya (Tobing, 2020).
Pingsan biasanya sering terjadi pada siswa SD, SMP, dan SMA yang
sedang melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau pada saat
siswa berolah raga. Menurut Shim et al (2014) dalam Derma Y,W, dkk
(2019), seseorang dapat mengalami pingsan akibat dari lingkungan yang
panas atau pun terpapar panasnya sinar matahari langsung yang
mengakibatkan kelelahan.
Kejadian sinkop pada siswa disekolah bisa terjadi sewaktu-waktu, oleh
karena itu siswa sekolah khususnya anggota PMR sebaiknya mampu
menguasai penatalaksanaan melalui pertolongan pertama.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Telaga Biru di
dapatkan informasi bahwa terdapat 3-4 orang siswa yang mengalami
syncope pada saat upacara rutin hari senin. Penyebab syncope
dikarenakan tidak sarapan saat akan upacara dan terlalu lama berdiri di
bawah terik sinar matahari.
Dari hasil wawancara dengan pengurus Palang Merah Remaja (PMR)
SMA Negeri 1 Telaga Biru didapatkan jika ada siswa yang mengalami
sinkop pada saat upacara, langsung dilakukan evakuasi oleh teman-teman
yang berada disampingnya dan mengantarnya ke UKS. Selanjutnya siswa
yang mengalami syncope akan ditangani oleh guru yang berjaga di UKS.
Saat berada di UKS, siswa yang mengalami syncope akan ditangani
dengan cara melepas sabuk, membaringkan di tempat tidur, melonggarkan
pakaian dan memberikan wewangian seperti minyak kayu putih. Setelah
itu, bila siswa yang mengalami syncope sudah sadar akan diberikan minum
air putih.

1
Penanganan yang dilakukan pada siswa yang mengalami sinkop ini
belum sesuai prosedur atau belum sesuai dengan penanganan menurut
teori dan hanya sekedarnya karena siswa PMR yang ada di SMA Negeri 1
Telaga Biru belum mengikuti pelatihan untuk penanganan korban sinkop
(pingsan).
Dari masalah yang di dapatkan, diharapkan siswa PMR (Palang Merah
Remaja) yang ada di SMA Negeri 1 Telaga Biru dapat memberikan
penanganan pada siswa yang mengalami sinkop atau pingsan sesuai
prosedur atau sesuai dengan penanganan menurut teori.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka didapatkan rumusan masalah yaitu
apakah siswa PMR dapat melakukan penanganan atau pertolongan
pertama pada siswa yang mengalami sinkop?
1.3. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apakah siswa PMR dapat melakukan penanganan atau
pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan untuk menambah
wawasan, informasi dan pengetahuan tentang penanganan pada siswa
yang mengalami sinkop.
1.5. Keutamaan Penelitian
Dari penelitian ini yang diutamakan adalah pengetahuan dari siswa PMR
tentang penanganan pada siswa yang mengalami sinkop.
1.6. Temuan Penelitian
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan bahwa masih ada siswa PMR
yang belum mengetahui penanganan pada siswa yang mengalami sinkop.
1.7. Luaran Penelitian
Timbulnya motivasi dari siswa PMR untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang penanganan pada siswa yang mengalami sinkop.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Ilmiah


2.1.1. Definisi Sinkop
Syncope merupakan suatu keadaan hilangnya kesadaran dan kekuatan
tubuh seorang individu yang terjadi secara mendadak, serta disertai dengan
pemulihan kondisi individu tersebut (Febrina V, dkk, 2017).
Sinkop berasal dari kata Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein, yang
artinya memutuskan. Oleh sebab itu, definisi dari sinkop adalah kehilangan
kesadaran dan kekuatan postural tubuh yang tiba-tiba dan bersifat sementara,
dengan konsekuensi terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut
terjadi akibat penurunan aliran darah ke sistem aktivitas retikuler yang berlokasi
di batang otak dan akan membaik tanpa membutuhkan terapi kimiawi maupun
elektrik (dr. Hardisman, 2014 dalam Novia Saragih, 2020).
Sinkop adalah kehilangan kesadaran sesaat karena perfusi yang tidak
adekuat ke otak (Churchhouse, Ormerod, 2017).
2.1.2. Penyebab Sinkop
Pemicu umum untuk sinkop dalam beberapa posisi penurunan frekuensi
berdiri adalah rasa sakit (12,77%), bau (10,64),ketakutan, (8,51%), dan melihat
darah (4,26%). Sementara terlentang dan posisi duduk, bau (50% dan 18,75%),
masing-masing adalah pemicu umum. Sinkop situasional terlihat pada berdiri
(17,12%) dan posisi duduk (4,5%) (Khaldikar, 2013 dalam Rina K & Mulyadi,
2018).
2.1.3. Jenis-Jenis Sinkop dan Perawatannya
Menurut Iskandar (2011) dalam Nur Aulia R (2018), jenis-jenis sinkop
adalah sebagai berikut :
1. Sinkop biasa
Sinkop jenis ini biasanya terjadi pada mereka yang berdiri lama di bawah
terik matahari, kekurangan asupan makanan, tidak sarapan oagi terlebih
dahulu, atau pada orang-orang tua yang berdiri sesudah berbaring lama di
tempat tidur. Pingsan ini juga dapat terjadi karena penyakit anemia (kurang
darah), kelelahan, tekanan darah rendah (hipotensi), ketakutan terhadap
sesuatu, atau tidak tahan melihat darah

3
Perawatan pada sinkop biasa adalah sebagai berikut:
a. Buka jalan napas, periksa pernapasan, dan berikan perawatan yang
sesuai
b. Naikkan tungkai korban 15-30 cm
c. Longgarkan pakaian yang ketat
d. Jika korban terjatuh, periksa adakah cedera
Cari pertolongan medis jika korban:
a. Mengalami episode pingsan berulang
b. Tidak secara cepat menjadi responsive
c. Menjadi tidak berrespon saat duduk atau berbaring
d. Pingsan tanpa alasan
2. Sinkop karena panas (Heat Exhaustion)
Sinkop jenis ini terjadi pada mereka yang sehat, namun karena bekerja atau
berkegiatan di tempat yang sangat panas sehingga pingsan. Biasanya
korban mula-mula merasakan jantung yang berdebar-debar, mual, muntah,
sakit kepala, kemudian pingsan. Keringat yang bercucuran pada orang
pingsan diudara yang sangat panas merupakan petunjuk yang akurat
Tindakan perawatannya adalah :
Bawa dan baringkan penderita di tempat yang teduh atau sejuk, lalu
lakukan pertolongan pada seperti pada pertolonga pingsan biasa. Beri
korban minum air garam dalam keadaan dingin Tindakan ini dilakukan saat
korban telah sadar kembali
3. Sinkop karena sengatan terik matahari (Heat Stroke)
Sinkop karena sengatan terik matahari merupakan keadaan yang lebih berat
dari pingsan karena heat exhaustion. Sengatan terik matahari terjadi karena
kontak langsung dengan matahari dalam jangka waktu yang lama, tubuh
bereaksi dengan mengeluarkan keringat banyak dalam waktu yang cukup
lama sehingga menyebabkan kelenjar keringat kelelahan dan tidak mampu
mengeluarkan keringat lagi. Hal ini berdampak panas yang mengenai tubuh
tidak dihambat oleh pengeluaran keringat yang telah berkurang sehingga
terjadi sinkop.
Gejala sengatan panas matahari biasanya didahului oleh keringat yang
mendadak menghilang. Lalu korban merasakan udara disekitarnya seolah-

4
olah menajdi sangat panas. Lama – kelamaan timbul rasa lemah, sakit
kepala, tidak dapat berjalan tegak, mengigau dan pingsan. Suhu badan
menjadi meningkat bisa mencapai 410C, muka korban dan pernapasannya
cepat.
Tindakan perawatannya adalah:
a. Tubuh korban harus segera didinginkan dengan membawanya ke
tempat yang teduh, banyak angin (kalau perlu pakai kipas angin atau di
ruangan ber-AC). Kompres kepalanya dengan air dingin atau es dalam
kantong
b. Jika memungkinkan, selubungi korban dengan sprei basah dan sesekali
menyiramkan air dingin sampai kulit kembali berwarna normal
c. Gosok atau pijatlah anggota badan kea rah jantung untuk memperlancar
peredaran darah
d. Usahakan agar korban tidak menggigil dengan jalan memijit-mijit kaki
dan tangannya
e. Setelah uhu badannya turun 380C, hentikan pengompresan dan bawa
korban ke rumah sakit
f. Korban memerlukan perawatan di rumah sakit karena penanganannya
membutuhkan waktu lebih dari satu hari
4. Sinkop karena kencing manis (Diabetes Mellitus)
Penderita penyakit kencing manis dapat mengalami sinkop karena dosis
insulin yang diberikan berlebihan sehingga glukosa sangat rendah. Dengan
demikian pasokan glukosa ke otak rendah atau karena zat keton dalam
darah sangat tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya para penderita kencing
manis selalu memberikan keterangan bahwa dirinya menderita diabetes.
Jika ia mendapat suntikan insulin, perlu juga disebutkan dosis dan jenis
insulin yang diberikan 26 sehingga apabila pingsan di jalan para penolong
dapat segera mengetahui penyebabnya.
Gejala kelebihan zat keton: akan terlihat kondisi penderita sangat sakit, kulit
kering, dan kemerahan. Penderita haus, tidak merasa lapar, napas bau
aseton, serta napasnya dalam dan cepat. Gejala kelebihan insulin: penderita
terlihat lemah dan pucat. Tidak haus namun merasa sangat lapar. Biasanya
napas tidak bau aseton dan napasnya normal/tidak cepat.

5
Tindakan perawatan untuk korban sinkop karena kelebihan zat insulin
adalah:
Korban ditolong seperti pada sinkop biasa. Ditambah beri asupan gula lewat
dubur. Jika sudah sadar berikan minuman yang mengandung banyak gula
sampai kondisinya pulih
Tindakan perawatan untuk korban sinkop karena kelebihan zat keton adalah:
a. Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit sambil bandanya
diselimuti
b. Jika penolong ragu apakah karena kelebihan insulin atau zat keton,
maka berikan saja pertolongan dengan pemberina minum air gula
secukupnya
c. Dengan pemberian gula akan menolong penderita karena jika bukan
karena kelebihan insulin tidak merugikan, tetapi jika karena insulin
penderita akan segera pulih. Namun setelah itu, korban segera dibawa
ke rumah sakit
5. Sinkop karena keracunan
Tindakan perawatannya adalah:
Bersihkan saluran pernapasan korban dari lender, kotoran atau muntahan.
Dalam kasus keracunan, penolong jangan memberikan napas buatan
dengan cara mulut ke mulut karena bahay kontaminasi dari korban ke
penolong. Tetapi gunakan tindakan pertolongan pernapasan dengan cara
lain. Apabila racun tidak dapat dikenali, maka sementara berikan larutan
norit (larutan arang batok kelapa di dalam air), putih telur, susu, dan air
sebanyak- banyaknya untuk mengencerkan racun yang masuk dalam tubuh.
6. Sinkop karena minuman keras
Minuman keras misalnya yang beralkohol tinggi dapat membuat seseorang
jadi mabuk. Bahkan, jika mabuk berat dapat menyebabkan pingsan.
Tindakan perawatannya adalah: suruh korban tidur sampai pengaruh
alkoholnya hilang. Lamanya tidur dipengaruhi seberapa banyak minum
alcohol. Biasanya memerlukan 1-2 hari untuk tidur.
7. Sinkop karena perdarahan otak
Pingsan jenis ini biasanya karena tekanan darah mendadak tinggi dan
menyebabkan pembuluh darah otak pecah yang disebut stroke perdarahan.
Gejalanya adalah sakit kepala, mual, muntah, dan pingsan/koma. Setelah

6
sadar dapat mengalami gangguan pada beberapa bagian tubuhnya,
diantaranya sulit berbicara, kelumpuhan separuh badan, dan bisa timbul
kejang. Tindakan perawatannya adalah:
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit. Apabila masih sadar, dapat
diberi paracetamol atau sejenisnya sebagai pereda nyeri kepala.
8. Sinkop karena kesedihan
Kesedihan yang amat sangat dapat mengakibatkan seseorang menjadi labil
emosinya dan dapat memicu terjadinya pingsan.
Tindakan perawatannya adalah:
Lakukan seperti pada sinkop biasa. Kalau perlu berikan obat penenang
9. Sinkop karena cedera kepala
Korban dikatakan cedera atau gegar otak apabila muncul gejala mual,
muntah, dan penurunan kesadaran sampai koma setelah kepalanya
terbentur.
Tindakan perawatannya adalah:
a. Bersihkan mulut dan saluran pernapasan korban dari kotoran, lender,
ataupun muntahan
b. Lalu baringkan korban dengan kepala miring ke samping untuk
memudahkan muntahan keluar
c. Korban jangan sering diangkat atau dipindahkan
d. Bila ada perdarahb segera hentikan
e. Saat mengusung korban, perlakukan seperti penderita mengalami patah
tulang leher
f. Penderita yang sudah sadar, harus tetap berbaring dan dicegah agar
tidak gelisah
g. Setelah pertolongan dilakukan, segera bawa ke rumah sakit
10. Sinkop karena nyeri
Tindakan perawatannya adalah:
Jika tidak terjadi tanda-tanda shock, korban ditolong seperti pada
pertolongan sinkop biasa. Untuk menguranyi nyeri dapat diberikan obat
pereda nyeri.

7
2.2 Alur Pikir (State Of The Art)
Berdasarkan temuan yang ada dilapangan penanganan pada siswa yang
mengalami sinkop belum sesuai prosedur. Masalah di atas terjadi karena
siswa PMR yang ada di SMA Negeri 1 Telaga Biru belum mengikuti
pelatihan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.

8
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah SOP tentang pertolongan
pertama pada sinkop yang diberikan saat pre test dan post test.

3.2 Prosedur Pelaksanaan


1. Wawancara dan Observasi
Wawancara dan observasi dilakukan guna untuk menemukan data awal
dalam menentukan hipotesis pada penelitian serta sebagai gambaran
apa yang perlu dipersiapkan dalam penelitian
2. Penilaian Keterampilan Siswa
Penilaian keterampilan siswa dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat
sebelum diberikan pelatihan dan sesudah diberikan pelatihan.
3. Pelatihan pertolongan pertama
Pemberian pelatihan pertolongan pertama menggunakan SOP
perawatan korban sinkop, siswa PMR diberikan pelatihan 1 x 45 menit
dengan cara memberikan materi dan simulasi.

3.3 Indikator Capaian Setiap Tahapan


Indikator dalam setiap tahapan sebagai berikut :
1. Wawancara dan Observasi
Untuk menemukan apakah ada kejadian sinkop dan untuk mengetahui
pengetahuan dan keterampilan siswa PMR dalam pertolongan pertama
pada sinkop.
2. Penilaian Keterampilan Siswa
Untuk menilai keterampilan siswa sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan
3. Pelatihan Pertolongan pertama
Untuk meningkatkan keterampilan siswa PMR dalam memberikan
pertolongan pertama pada sinkop.

9
3.4 Pengumpulan dan Analisa Data
Data dikumpulkan menggunakan SOP, kemudian data dari hasil SOP
tersebut dianalisis menggunakan metode pre-test dan post-test. Setelah
dianalisis akan di dapatkan bagaimana keterampilan siswa PMR dalam
pertolongan pertama pada sinkop sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan.

3.5 Cara Penafsiran Dan Penyimpulan Hasil Penelitian


Hasil dari analisis SOP, apabila siswa mendapatkan nilai lebih dari 30
maka keterampilan siswa dalam memberikan pertolongan pertama pada
sinkop tersebut baik. Tapi jika siswa mendapat nilai 30 ke bawah, maka
keterampilan siswa dalam memberikan pertolongan pertama pada sinkop
masih kurang.

10
BAB IV
PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan di mulai dari pengambilan data awal di sekolah SMA Negeri 1
Telaga Biru, berdasarkan hasil observasi kami yakni dalam penanganan sinkop
yang berada di sekolah tersebut belum begitu di pahami oleh siswa yang
termasuk di anggota PMR sehingga kami tertarik untuk melakukan pelatihan
terhadap pertolongan pertama sinkop pada siswa SMA Negeri 1 Telaga Biru agar
kiranya siswa PMR bisa mengetahui bagaimana cara penangan sinkop
Kesukesan pelaksanaan program Pengabdian Masyarakat yakni pelatihan
penanganan sinkop dilihat dari dua tolak ukur sebagai berikut :
1. Kehadiran Siswa PMR Sebagai Peserta
Pelaksanaan program pengabdian masyarakat dilaksanakan pada hari
Selasa 22 Februari 2022 Di lakukan dengan pemberian pelatihan
pertolongan pertama pada sinkop. Pelaksanaan pelatihan di hadiri 100%
yang telah di tentukan oleh oleh kepala sekolah dan Pembina PMR yaitu
terdiri dari 20 siswa anggota PMR.
2. Penyuluhan ini dilakukan dengan memberikan materi melalui media power
point dan leaflet disertai dengan gambar yang dapat menunjang
kemampuan peserta agar dapat memahami dengan mudah terkait materi
yang diberikan, sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa SMA Negeri 1 Telaga Biru mengenai pertolongan
pertama pada sinkop.

4.2 Pembahasan
Program pelatihan ini diberikan berupa pemberian materi dan diskusi
tentang pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop pasca
mengikuti upacara yang di lakukan di sekolah , kegiatan ini telah diselenggarkan
dengan lancar. Kegiatan pelatihan ini mendapat sambutan yang sangat baik.
Selama pelaksanaan program pelatihan ini mulai tahap persiapan sampai
pelaksanaannya, dapat kami sampaikan temuan-temuan yang diperoleh
dilapangan yakni sebagai berikut:

11
1. Kehadiran masyarakat/siswa SMA Negeri 1 Telaga Biru dan mahasiswa
profesi ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.Selain itu, terdapat pula partisipasi dari ketua Pembina osis dan
ketua Pembina PMR yang berharap program pelatihan ini bisa bermanfaat
untuk siswa anggota PMR tersebut
2. Kegiatan pelatihan sinkop oleh siswa dinilai sangat bermanfaat karena
membahas mengenai Dampak Masalah sikop paska mengikuti upacara.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami dapatkan bahwa kegiatan pelatihan
ini berjalan dengan lancar dan antusias peserta menyimak dengan baik
pada saat diskusi dan simulasi penanganan sinkop. Setelah sesi diskusi
selesai dilanjutkan dengan simulasi penanganan sinkop dimana para
peserta, memprakterkan bagaimana cara penanganan sinkop. Sehingga
kedepannya diharapkan siswa mampu menanganinya sendiri terutama
siswa yang termasuk di anggota PMR.

12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 GAMBARAN LOKASI PENGABDIAN


SMA Negeri 1 Telaga Biru berdiri pada tanggal 28 April 2007.
Peletakan batu pertama di lakukan oleh Bupati Kabupaten Gorontalo David
Bobihu Akib. Sekolah ini berdiri di tanah seluas 7200m2. Pada saat itu
terdapat 1 ruang guru dan 3 ruang kelas belajar. Jumlah peserta didik pada
pendaftaran pertama sebanyak 170 orang dan aktif dalam mengikuti
pembelajarana sebanyak 140 siswa. Jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sebanyak 8 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah, 3 orang
guru Pegawai Negeri Sipil, 2 guru abdi dan 4 pegawai tata usaha non PNS.
Kurikulum yang dilaksanakan disekolah adalah KTSP 2006. Pada akhir 2007
sampai awal tahun 2008 seiring berjalannnya waktu, jumlah guru dan siswa
di SMA Negeri 1 Telaga Biru bertambah terus.
Saat ini jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 1
Telaga Biru sebanyak 40 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah, 31 orang
guru mata pelajaran, 1 orang guru bimbingan konseling, 6 orang tenaga
administrasi sekolah, 2 orang petugas keamanan. Jumlah siswa sebanyak
526 orang yang terdiri dari 245 orang siswa laki-laki dan 281 orang siswa
perempuan. Di sekolah ini sudah banyak fasilitas-fasilitas yang menunjang
kegiatan belajar mengajar seperti ruang kelas yang terdiri 18 ruang kelas, 3
laboratorium computer, 1 laboratoriun biologi, 1 laboratorium kimia, 1
laboratorium fisika, 1 ruang perpustakaan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

13
5.2 PENGUJIAN PERSYARATAN/ANALISIS
1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 5.1. Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Siswa PMR di SMA Negeri 1 Telaga Biru

Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan

15

Total 20 Orang

Sumber : Data Primer,2022


Berdasarkan diagram 5.1. karakterisrik responden berdasarkan jenis
kelamin yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 15 orang.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Diagram 5.2. Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Siswa PMR di SMA Negeri 1 Telaga Biru

UMUR
12-16 Tahun 17-25 Tahun
18

Total 20 Orang

Sumber : Data Primer,2022


Berdasarkan diagram 5.2 karakteristik responden berdasarkan umur
yang terbanyak adalah yang terbanyak pada umur 12-16 tahun yaitu
sebanyak 18 orang.

14
2. ANALISIS UNIVARIAT
a. Distribusi Responden Sebelum di Berikan Intervensi Pelatihan
Pertolongan Pertama pada Sinkop
Diagram 5.3. Diagram Distribusi Responden Sebelum di Berikan Intervensi
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Sinkop

PRE TEST
BAIK KURANG
19

Total 20 Orang

Sumber : Data Primer,2022


Berdasarkan diagram 5.3 jumlah responden didapatkan lebih banyak
siswa yang kurang dalam pelaksanaan pertolongan pertama pada sinkop
yaitu sebanyak 19 orang.
b. Distribusi Responden Berdasarkan Pelatihan Pertolongan Pertama
pada Sinkop Setelah di Berikan Intervensi
Diagram 5.4. Diagram Distribusi Responden Setelah di Berikan Intervensi
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Sinkop

POST TEST
BAIK KURANG

16

Total 20 Orang

Sumber : Data Primer,2022

15
Berdasarkan diagram 5.4 jumlah responden didapatkan lebih banyak
siswa yang baik dalam pelaksanaan pertolongan pertama pada sinkop yaitu
sebanyak 16 orang.

3. ANALISIS BIVARIAT
Tabel 5.1. Hasil Uji Paired T-Test Sebelum dan Sesudah di Berikan
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Sinkop

Tingkat
N Mean Standar Deviasi Sig.(-2tailed)
Keterampilan

Pre-test 20 1,05 0,224


0,000
Post-test 20 1,80 0,410
Sumber : Data Primer,2022
Berdasarkan hasil uji paired t-test, nilai mean pre-test 1,05 dengan
standar deviasi 0,224, pada penilaian post-test didapati nilai mean 1,80
dengan standar deviasi 0,410 sehingga didapatkan nilai P-Value 0,000
dengan ɑ < 0,05.

5.3 PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
a. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Sinkop Sebelum Diberikan
Intervensi
Dari hasil analisis di dapatkan responden yang kurang dalam
pelaksanaan pertolongan pertama pada sinkop sebanyak 19 siswa dan
responden yang baik dalam pelaksanaan pertolongan pertama pada sinkop
sebanyak 1 siswa.
Dari hasil observasi, didapatkan sebagian besar siswa PMR tidak
melakukan tindakan atau melakukan sebagian pada tindakan menekan dahi
korban, angkat sudut rahang bawah, periksa napas, lihat pergerakan dada,
raba nadi pada leher, menaikkan tungkai 15-30 cm. Ini terjadi karena siswa
PMR belum mengikuti pelatihan pertolongan pertama pada sinkop (sinkop).
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Nur Aulia Rizki
(2018), dimana pada keterampilan untuk perawatan untuk sinkop kurang,
dilihat dari keterampilan pada point 3,4,5,6,7,8,9 dan 10 pada SOP

16
perawatan sinkop. Data yang didapat dari di MI Plus Bunga Bangsa
menunjukkan bahwa kemampuan dalam tindakan keperawatan
memindahkan korban ke tempat yang aman, teduh, dan tidak berada dalam
keramaian, menekan dahi korban, mengangkat sudut rahang bawah korban,
memeriksan napas melalui hidung, melihat pergerakan dada, meraba nadi
yang ada pada leher, menaikkan tungkai korban 15-30 cm, melonggarkan
pakaian yang ketat dan memperhatikan cedera pada korban masih belum
sempurna. .
Menurut Wiranda M, dkk (2020) pengetahuan yang baik sangat
berpengaruh terhadap penanganan pertama yang tepat dan cepat. Siswa
yang berpengetahuan kurang dikarenakan siswa kurang paham tentang
sinkop, bagaimana resiko-resiko yang nanti akan terjadi apabila korban
sinkop tidak segera mendapat penanganan yang cepat dan tepat. Karena
kebanyakan orang menganggap bahwa sinkop itu hanya kejadian yang
biasa dan umum dialami setiap orang karena kelelahan dan telat makan,
padahal bisa saja sinkop itu adalah tanda-tanda dari sebuah penyakit
tertentu yang mungkin harus segera di tangani.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang masih kurang
dalam pertolongan pertama pada sinkop lebih banyak dari pada responden
yang baik dalam melakukan pertolongan pertama pada sinkop.
b. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Sinkop Sesudah Diberikan
Intervensi
Dari hasil analisis didapatkan responden yang baik dalam
pelaksanaan pertolongan pertama pada sinkop sebanyak 16 siswa dan
responden yang kurang dalam pelaksanaan pertolongan pertama pada
sinkop sebanyak 4 siswa.
Dari hasil observasi, setelah siswa PMR menerima pelatihan
pertolongan pertama pada sinkop (pingsan) mengalami peningkatan
tindakan ini adalah menekan dahi korban, angkat sudut rahang bawah,
periksa napas, lihat pergerakan dada, raba nadi pada leher, menaikkan
tungkai 15-30 cm. Siswa yang sebelumnya mendapatkan skor 1, setelah
mendapatkan pelatihan skornya meningkat 3 atau 4 dalam lembar observasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhanti (2017)
bahwa keterampilan melakukan pertolongan pertama korban pingsan

17
sebelum diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok audiovisual
sebagian besar responden berketerampilan kurang sebanyak 14 siswa dan
keterampilan cukup sebanyak 1 siswa. Setelah diberikan pendidikan
kesehatan pada kelompok audiovisual keterampilan baik meningkat menjadi
3 siswa dan keterampilan cukup menjadi 12 siswa. dapat diketahui bahwa
keterampilan melakukan pertolongan pertama korban pingsan sebelum
diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok simulasi sebagian besar
responden memiliki keterampilan kurang sebanyak 13 siswa dan
keterampilan cukup sebanyak 2 siswa. Keterampilan responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi untuk hasil penelitian (100%)
berada pada kategori baik.
Menurut Febrina dkk (2017) seseorang yang memiliki pengetahuan
mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam pemberian pertolongan
pertama dibandingkan dengan seseorang yang memberikan pertolongan
pertama tanpa adanya pengetahuan, dan jika pengetahuan ditambah
dengan latihan melalui praktek di lapangan maka nantinya tindakan
pertolongan pertama yang diberikan akan lebih baik lagi jika dibandingkan
seseorang yang hanya memiliki pengetahuan saja tanpa diiringi dengan
latihan melalui praktek di lapangan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa setelah mendapatkan pelatihan,
responden yang baik dalam pertolongan pertama pada sinkop lebih banyak
dari pada responden yang kurang dalam melak, .ukan pertolongan pertama
pada sinkop.
2. Analisis Bivariat
Pelatihan Pertolongan Pertama pada Sinkop Sebelum dan Sesudah di
Berikan Intervensi
Berdasarkan hasil uji paired t-test, pada penilaian pre-test di dapatkan
nilai mean 1,05 dengan standar deviasi 0,224, pada penilaian post-test
didapati nilai mean 1,80 dengan standar deviasi 0,410 sehingga didapatkan
nilai P-Value 0,000 dengan ɑ < 0,05.
Berdasarkan hasil di atas, sebelum diberikan pelatihan pertolongan
pertama pada sinkop, nilai yang di dapatkan masih di bawah. Setelah
diberikan pelatihan terdapat peningkatan nilai. Ini menunjukkan bahwa

18
terdapat signifikan perubahan dan peningkatan kemampuan siswa sebelum
dan sesudah diberikan pelatihan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kundre R & Mulyadi
(2018), dimana hasil menunjukkan tingkat pengetahuan dan keterampilan
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada siswa kelas X
SMA Negeri 7 Manado menggunakan uji bertanda Wilcoxon (Signed Rank
Test) di dapatkan hasil dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yang
menunjukkan hasil P-value 0,464 pada pengetahuan, p-value 0,001 pada
keterampilan. Dapat juga dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara nilai rata-rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan nilai rata-
rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan dimana nilai rata-rata sesudah
diberikan pendidikan kesehatan (10,87) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-
rata sebelum diberikan pendidikan kesehatan(9,67) nilai rata-rata
keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan simulasi yaitu
(17,95) dan nilai rata-rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan
simulasi yaitu (28,13).
Menurut Nirmalasari & Winarti (2020), adanya pelatihan pada
peningkatan keterampilan sangat berpengaruh, dimana pelatihan merupakan
proses pendidikan jangka pendek yang menyatukan pembelajaran secara
teori dan praktek, sehingga pelatihan merupakan faktor yang dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang. Pelaksanaan keterampilan
seseorang harus mempunyai dasar yang telah didapat baik berupa informasi
ataupun berupa pelatihan. Pengembangan keterampilan harus dimulai dari
apa yang dikuasai seseorang, keterampilan yang belum dikuasainya. Hal ini
menyatakan bahwa pelatihan menjadi lebih efektif untuk meningkatkan
keterampilan yang sesungguhnya, hal ini tidak lepas dari pemberian
pelatihan.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat signifikan perubahan
sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Hal ini dapat diketahui dari hasil
analisis, dimana nilai sebelum diberikan pelatihan tergolong masih rendah
dan masih banyak yang belum mampu melakukan tindakan dengan baik dan
benar. Berbeda dengan setelah diberikan pelatihan, terdapat peningkatan
pada nilai dan kemampuan siswa.

19
BAB VI
PENUTUP

6.1. KESIMPULAN
1. Pelatihan pertolongan pertama pada sinkop siswa PMR di SMA Negeri 1
Telaga Biru sebelum di berikan intervensi di dapatkan 19 responden yang
kurang dalam melakukan pertolongan pertama pada sinkop dan 1
responden baik dalam melakukan pertolongan pertama pada sinkop.
2. Pelatihan pertolongan pertama pada sinkop siswa PMR di SMA Negeri 1
Telaga Biru setelah diberikan intervensi di dapatkan 16 responden baik
dalam melakukan pertolongan perrtama pada sinkop dan 4 responden
yang masih kurang dalam melakukan pertolongan pertama pada sinkop.
3. Hasil uji paired t-test, pada penilaian pre-test di dapatkan nilai mean 1,05
dengan standar deviasi 0,224, pada penilaian post-test didapatkan nilai
mean 1,80 dengan standar deviasi 0,410 sehingga didapatkan nilai P-
Value 0,000 dengan ɑ < 0,05. Ini berarti sebelum diberikan pelatihan
pertolongan pertama pada sinkop, nilai yang di dapatkan siswa masih di
bawah. Setelah diberikan pelatihan terdapat peningkatan nilai. Ini
menunjukkan bahwa terdapat signifikan perubahan dan peningkatan
kemampuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan.

6.2 SARAN
1. Bagi Sekolah
Kepada pihak sekolah di harapkan dapat memfasilitasi siswanya terutama
siswa PMR untuk mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah wawasan
dan pengetahuan dari siswa-siswa tersebut.
2. Bagi Guru PMR
Kepada guru PMR di harapkan dapat membimbing siswa-siswa PMR untuk
memberikan pertolongan pertama secara tepat dan cepat sesuai dengan
standar operasional prosedur.
3. Bagi Siswa
Kepada siswa-siswa terutama siswa PMR dapat meningkatkan
keterampilannya dalam melakukan pertolongan dengan mengikuti
pelatihan-pelatihan yang ada.

20
DAFTAR PUSTAKA

Febrina, V., Semiarty, R., & Abdiana, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Siswa
Palang Merah Remaja Dengan Tindakan Pertolongan Pertama Penderita
Sinkop Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Bukittinggi. Jurnal Kesehatan
Andalas, 6(2), 435-439.
Kundre, R., & Mulyadi, N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Simulasi
Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Pertolongan Pertama Pada
Siswa Yang Mengalami Sinkop Di Sma 7 Manado. Jurnal Keperawatan,
6(2).
Mokoagow, W., Watung, G. I., & Sibua, S. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Siswa Dengan Penanganan Pertama Pada Siswa Sinkop Di Kelas Ix
Man 1 Kotamobagu. Graha Medika Nursing Journal, 3(1), 10-17.
Nirmalasari, V., & Winarti, W. (2020). Pengaruh Pelatihan (Bhd) Terhadap
Pengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2), 115.
Nur, A. R. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Keterampilan
Perawatan Sinkop Dan Epistaksis Pada Siswa Di Mi Plus Bunga Bangsa
Dolopo Kabupaten Madiun (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti Husada
Mulia).
Ramadhanti putri (2017). Perbandingan pendidikan kesehatan metode
audiovisual dan simulasi terhadap keterampilan siswa melakukan
pertolongan pertama pada korban pingsan.
Tobing, Y. A. L. (2020). Gambaran Pengetahuan Siswatentang Penanganan
Pertolongan Pertama Pada Siswa/I Yang Mengalami Pingsan/Sinkop Di
Smp Negeri 1 Tanjung Morawa Tahun 2019.
Yahya Wiharyo, D. E. R. M. A. (2019). Pengaruh Pelatihan Manajemen Sinkop
Terhadap Penanganan Sinkop Pada Tim Pmr Di Sman 5 Jember (Doctoral
Dissertation, Universitas Muhammadiyah Jember).

21
DOKUMENTASI

Pertemuan dengan pembina PMR

22
Observasi ruangan UKS

23
Pembukaan kegiatan pengabdian

24
Observasi pre test

Pemberian materi

25
26
Observasi Post Test

Foto Bersama

27
28

Anda mungkin juga menyukai