Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PENYAKIT KONSTIPASI / SEMBELIT

Dosen Pengampu: Arita Murwani , S.Kep., Ns.

Disusun Oleh:

NAMA : Susanti
NIM : 04.12.3186
KELAS : B/KP-II

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KONSENTRASI INTENSIVE CARE UNIT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT KONSTIPASI PADA
MASYARAKAT PEDESAAN BANGUNTAAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Pokok Bahasan : Penyakit Konstipasi atau Sembelit


Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan Pencegahan Penyakit Konstipasi
Sasaran : Mahasiswa, Mahasiswi, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan
Remaja Warga Blado
WAKTU DAN TEMPAT
Pendidikan Kesehatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Rabu, 15 Mei 2013
Tempat : Balai Pertemuan warga blado,potorono, Bantul
Jam : 14.20 14.35
Waktu : 10 Menit
Pemateri : Rinzenian Susanty

I. LATAR BELAKANG
Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen pada
kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding
dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya
umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun
ke atas, terdapat penderita konstipasi sekitar 34 persen wanita dan pria 26 persen.
Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik
dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan
kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping
obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ
di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada
rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai penyakit konstipasi dan penanganannya
sangat penting untuk dilakukan.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


II. TUJUAN INSTRUKSIONAL
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang penanganan dan
pencegahan penyakit konstipasi selama 1 x 15 menit,Bapak, ibu, dan remaja mampu
memahami tentang konstipasi dan penangananya.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penanganan konstipasi selama 1
x 15 menit, peserta atau keluarga mampu menjelaskan atau menyebutkan tentang :
Pengertian Konstipasi
Penyebab Konstipasi
Tanda dan gejala Konstipasi
Pencegahan Konstipasi
Pengobatan Konstipasi

III. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

IV. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

POKOK BAHASAN SUB POKOK BAHASAN


PENYAKIT KONSTIPASI 1. Pengertian konstipasi
2. Penyebab konstipasi
3. Tanda dan gejala konstipasi
4. Pencegahan konstipasi
5. Pengobatan konstipasi

V. MEDIA
Leaflet
LCD

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


VI. MATERI
( Terlampir)
VII. PROSES PELAKSANAAN
KEGIATAN
NO WAKTU
PEMATERI PESERTA
1. 1 menit Tahap Pre Interaksi
Persiapan diri pemateri Peserta menyepakati
Siapkan tempat, materi, dan alat penyuluhan dengan tema,
yang di perlukan. waktu, dan tempat yang
Membuat kontak dengan sasaran. ditentukan.
2 2 menit Tahap Orientasi
Salam pembukaan Menjawab salam
Perkenalan Memperhatikan
Validasi Menjawab
Apersepsi Berpartisipasi aktif
Menjelaskan prosedur dan tujuan
dari kegiatan yang dilakukan.
Memberikan kesempatan pada Bertanya
peserta apakah ada yang ditanyakan.
Tahap Kerja
3 6 menit Mendengarkan
Menyampaikan dan menjelaskan dan
materi. mencatat materi yang

Member kesempatan pada peserta dijelaskan dengan cermat.

untuk bertanya. Menaanyakan hal-hal yang

Menjawab pertanyaan peserta belum jelas

berkaitan dengan materi yang belum Memperhatikan jawaban


jelas. pemateri.
Tahap Terminasi
4 1 menit
Menyimpulkan kegiatan Memperhatikan

Evaluasi kesimpulan dari materi

Mengakhiri kegiatan dengan salam Menyimak dan memberi

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


respon
Menjawab salam.

VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif : peserta pendidikan kesehatan berpartisipasi aktif selama
kegiatan berlangsung.
b. Evaluasi Sumatif : Peserta mampu menjelaskan definisi tentang penyakit
konstipasi, mengetahui penyebab konstipasi, mengetahui tanda dan gejalanya,
serta dapat mengetahui pencegahan penyakit konstipasi
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kontipasi?
2. Apa penyebab timbulnya penyakit konstipasi?
3. Apa tanda dan gejala penyakit konstipasi?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit konstipasi tersebut?
5. Bagaimana cara mengobati penyakit konstipasi?

IX. REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Konstipasi
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konstipasi&oldid=6725691
Sonnenberg, A; Koch, TR (1989). "Epidemiology of constipation in the United
States". Dis Colon Rectum
http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/06/20/patologi-konstipasi-dan-
obstipasi/
http://riyadi777.blogspot.com/2010/11/contoh-makalah-konstipasi-pd-bbl.html
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/konstipasi-sembelit/
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-konstipasi-definisi-makalah.html
Walia, R.; Mahajan, L.; Steffen, R. (October 2009). "Recent advances in chronic
constipation". Curr Opin Pediatr

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


LAMPIRAN
PENYAKIT KONSTIPASI

A. Definisi Penyakit Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang, atau
fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia
(lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat
dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum,
dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-
turut.
Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air
besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah persepsi
gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak
puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami
penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi. Disebut konstipasi bila tinja yang
keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x
dalam 1 minggu. Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan,
meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25
% selama minimal 3 bulan:
1. Tinja yang keras
2. Mengejan pada saat defekasi
3. Perasaan kurang puas setelah defekasi, dan
4. Defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Pada tahun 1999 Komite Konsensus Internasional telah membuat suatu pedoman untuk
membuat diagnosis konstipasi. Diagnosis dibuat berdasar adanya keluhan paling sedikit 2 dari
beberapa keluhan berikut, minimal dalam waktu 1 tahun tanpa pemakaian laksans (kriteria
Roma II), yaitu (Whitehead 1999):
1. Defekasi kurang dari 3x/minggu
2. Mengejan berlebihan minimal 25 % selama defekasi
3. Perasaan tidak puas berdefekasi minimal 25 % selama defekasi
4. Tinja yang keras minmal 25 %
5. Perasaan defekasi yang terhalang, dan
6. Penggunaan jari untuk usaha evakuasi tinja

B. Etiologi (Penyebab Konstipasi)


Penyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diet, kelainan
anatomi, kelainan endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan ikat, obat, dan
gangguan psikologi), konstipasi fungsional (konstipasi biasa, Irritabel bowel syndrome,
konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa dilatasi kolon, obstruksi intestinal kronik,
rectal outlet obstruction, daerah pelvis yang lemah, dan ineffective straining), dan lain-
lain (diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah, neuropati, Parkinson, dan
skleroderma).

1. Konstipasi sekunder
Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk,
kurang olahraga.
Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan
kehamilan.
Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi
sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, mixed connective-tissue disease.
Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti
kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium),

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


calcium channel blockers (verapamil), OAINS (ibuprofen, diclofenac),
simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan stimulans jangka
panjang.
Gangguan psikologi (depresi).

2. Konstipasi fungsional = kontipasi simple atau temporer


Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi.
Irritabel bowel syndrome
Konstipasi dengan dilatasi kolon : idiopathic megacolon or megarektum
Konstipasi tanpa dilatasi kolon : idiopathic slow transit constipation
Obstruksi intestinal kronik.
Rectal outlet obstruction : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi.
Daerah pelvis yang lemah : descending perineum, rectocele.
Mengejan yang kurang efektif (ineffective straining)
Penyebab lain
1.Diabetes mellitus
2.Hiperparatiroid
3.Hipotiroid
4.Keracunan timah (lead poisoning)
5.Neuropati
6.Penyakit Parkinson
7.Skleroderma
8.Idiopatik :
9.Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.(ipd)
Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain:
Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
Menderita panas dalam.
Stres atau depresi dan aktivitas yang cukup padat.
Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya karena menstruasi).
Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut).
Kelainan anatomis pada sistem pencernaan.
Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Efek samping akibat meminum obat yang mengandung banyak kalsium atau
alumunium (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida).
Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan berserat.
Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehigga pertaltik usus
terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi
semakin keras.
Jarang atau kurang berolahraga.
Kelebihan konsumsi serat.
Kelebihan memakan daging.
Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar
berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa
dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan
menghambat gerak peristaltik mandiri usus.

3. Penyebab Konstipasi Pada Anak


Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin
menyebabkan konstipasi harus diteliti dengan lebih cermat, terutama apabila
konstipasi disertai gejala lain seperti:
Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang kecil,
gagal tumbuh, demam, diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau terabanya
benjolan di perut.
Perut yang kembung.
Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung bagian
bawah.
Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat.
Banyak BAK, banyak minum.
Diare, pneumonia berulang.
Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya
Lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi
fungsional (tidak ada kelainan organik yang mendasarinya).

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Umumnya masalah ini kebiasaan BAB yang baik.
Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak dengan
riwayat feses yang lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal setelah lahir.
Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci mulut,
makanan-makanan manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan, whole grains).
Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital (obat
kejang), obat pereda nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk BAB
dengan tuntas.
Kurangnya asupan cairan.
Kurangnya aktivitas fisik.
Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan
mukosa anus (anal fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan untuk
mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri yang
disebabkan fissure menyebabkan anak menahan kebutuhan BAB yang memperparah
konstipasi.
Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap secara
emosional dapat mengakibatkan anak memberontak dengan menahan keinginan BAB.
Jika anak belum siap untuk menjalani toilet training, tunggu beberapa bulan sebelum
memulainya kembali.
Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya saraf
normal di sebagian usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang belakang,
kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan mental, atau beberapa kelainan metabolik.
Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai gejala lain.

Patofisiologi

Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor
anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat terjadi pada
kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran (functional
outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas
anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Konstipasi pada masa bayi biasanya disebabkan masalah diet atau pemberian minum.
Berak yang nyeri dapat merupakan pencetus primer dari konstipasi pada awal masa anak.
Pada masa bayi dan anak, konstipasi kronik dapat disebabkan lesi anatomis, masalah
neurologis, disfungsi neuromuskuler otot intrinsik, obat farmakologis, faktor metabolik atau
endokrin. Pada masa anak penyebab terbanyak adalah konstipasi fungsional yang biasanya
berawal dari kurangnya makanan berserat, kurang minum atau kurangya aktifitas.

Akibat dari konstipasi


Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit,
zat-zat organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens.
Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus
berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat
menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol,
skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada
tinja. Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol,
sehingga akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada
penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya
pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya hepatik encepalopati
pada penderita sirhosis hepatis.
Gangguan kulit biasanya jarang ditemukan pada penderita konstipasi biasa dan lebih
rentan menyerang penderita obstipasi. Apabila si penderita memilliki daya tahan tubuh yang
lemah maka gangguan tersebut akan semakin tampak. Penyebabnya karena racun atau toksin
yang berasal dari tinja, termasuk juga karbon dioksida dan asam laktat hasil pencernaan
makanan yang menumpuk di usus besar dan membebani kinerja hati. Karena kinerja hati
terbebani, maka tubuh tidak mampu menghasilkan darah bersih dan metabolisme pun
terganggu. Akibatnya, kekebalan tubuh berkurang, menyebabkan gejala akibat penyebaran
toksin inilah yang dapat langsung terlihat pada kulit penderita. Toksin-toksin yang terserap di
usus besar juga bisa menghambat proses penyerapan nutrisi, menimbulkan reaksi alergi,
bahkan menyebabkan penyakit jika sistem imun tubuh sedang lemah.
Gangguan yang dapat terjadi misalnya kulit terlihat kusam, kulit terasa kasar, flek hitam,
jerawat, eksim, dan sebagainya. Biasanya gangguan-gangguan ini hanya dapat hilang bila

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


si penderita sudah sembuh dari konstipasi atau obstipasi.

C. Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola
makan, hormon,gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya
gejala dan tanda yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa
penderitanya adalah sebagai berikut:
Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja
sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti
sedang hamil).
Tinja menjadi lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit
daripada biasanya (kurang dari 30 gram), dan bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil
bila sudah parah.
Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus
mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan
tinja (bahkan sampai mengalami ambeien dan berkeringat dingin).
Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan
dengan tinja yang panas dan keras.
Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya
(bahkan terkadang penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang angin).
Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air
besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Sakit punggung bila tinja yang tertumpuk cukup banyak.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Bau mulut.
Konstipasi dapat menyebabkan gejala lain sebagai berikut:
Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
Turun atau hilangnya napsu makan.
Rewel
Mual atau muntah
Turunnya berat badan
Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang tertahan di
rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jika anak mengalami konstipasi
yang cukup berat, ia dapat kehilangan kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet
untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB di celananya. Hal ini disebut encopresis
atau fecal incontinence.
Mengejan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil
pada lapisan mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan
Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih
Sedangkan untuk gejala psikologis yang dapat terjadi pada para penderita konstipasi
antara lain:
Kurang percaya diri
Lebih suka menyendiri atau menjauhkan diri dari orang sekitar.
Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang (apalagi ketika hamil
perut akan terasa mulas) karena ruang dalam perut berkurang.
Emosi meningkat dengan cepat.
Sering berdebar-debar sehingga cepat emosi yang mengakibatkan stres sehingga
rentan sakit kepala atau bahkan demam.
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan kadang-kadang sering mengantuk.
Kurang bersemangat dalam menjalani aktivitas.
Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi tubuh terasa terbebani yang
mengakibatkan kualitas dan produktivitas kerja menurun.
Nafsu makan dapat menurun.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Gambar Tingkatan Konstipasi
Seperti pada gambar disamping ini,
merupakan gambar yang menunjukkan model
tinja atau fases menurut tingkat keparahannya.
Dengan keterangan sebagai berikut:
Type 1= menunjukkan konstipasi parah
Type 2= menunjukkan konstipasi sedang
Type 3= menunjukkan konstipasi ringan
Type 4= menunjukkan model fases normal
Type 5= menunjukkan diare ringan
Type 6= menunjukkan diare sedang
Type 7= merupakan diare parah

D. Cara Pencegahan
Jangan jajan di sembarang tempat.
Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari.
Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Tidur minimal 4 jam sehari.
Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
Diet secara tidak berlebihan.
Mengonsumsi makanan anti imfalamsi, seperti alupkat, apel, dan kelapa.

Cara Penanganan pada anak sebagai berikut:


Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan BAB
yang baik. Salah satu caranya adalah dengan membiasakan duduk di toilet secara
teratur sekitar lima menit setelah sarapan, bahkan jika anak tidak merasa ingin BAB.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak telah menyelesaikan BAB
sebelum lima menit tersebut habis.
Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak
mengalami kekhawatiran jika harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang tua
mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua hendaknya membicarakan masalah
tersebut dengan anak maupun pihak sekolah.
Makanan tinggi serat
Serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan lebih
mudah untuk dikeluarkan. Memperbanyak jumlah serat dalam makanan anak
dapat mencegah konstipasi. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan serat
anak adalah:1,2,3
Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta
kulitnya, misalnya plum, aprikot, dan peach, memiliki banyak kandungan
serat.
Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal.
Hindari sereal seperti corn flakes.
Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih.
Banyak minum dapat mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali
makan, sekali di antara waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan
bahwa terlalu banyak susu sapi atau produk susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat
mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.

E. Cara Pengobatan
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan
pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung, minum air
putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk
buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel
training. Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah
sembelit. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara
refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan
melancarkan buang air besar.
PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air
dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki
pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu
dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan
perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat
pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan
(walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).

Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:


Menahan buang air besar
Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas
Makan dalam porsi yang banyak
Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan.

HUKNAH RENDAH
Pengertian
Adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
dessendens melalui anus dengan menggunakan kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke
dalam rektal dengan ketinggian irigator 50 cm dengan posisi sims kiri.
Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar karena kesulitan untuk
defekasi (obstipasi konstipasi)
2. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
3. Sebagai tindakan pengobatan

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


HUKNAH TINGGI
Pengertian
Adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon assendens melalui anus dengan menggunakan kanula rekti. Kanul masuk 15-20 cm ke
dalam rektal dengan ketinggian irigator 30 cm dengan posisi sims kanan
Tujuan
1. Membantu mengeluarkan fesces akibat konstipasi
2. Tindakan pengobatan/pemeriksaan diagnostic
Berikut ciri ciri gejala untuk konstipasi yang kronis atau obstipasi, diantaranya
adalah :
1. Perut akan terlihat seperti orang hamil dan terasa sangat mulas.
2. Feses yang dikeluarkan sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil.
3. Sampai berminggu-minggu anda tidak buang air besar.
4. Tubuh sering terasa panas, lemas dan berat.
5. Kurangnya percaya diri bahkan kadang-kadang ingin menyendiri.
6. Tetap merasa lapar tetapi saat makan akan lebih terasa cepat kenyang.
7. Mengalami mual bahkan muntah.
Bahkan setiap tahunnya 2, 5 juta orang pergi ke dokter karena masalah konstipasi.
Penderita konstipasi bisa melakukan pengobatan secara alami dengan cara mengubah pola
makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya,
meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan buang air besar setiap hari
dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training.

Cara lain dengan menggunakan obat contohnya sebagai berikut:


a. Laksans
Sebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak membutuhkan
pemberian laksans. Namun bagi mereka yang telah melakukan perubahan gaya hidup, tetapi
masih tetap mengalami konstipasi, pemberian laksans dan atau klisma untuk jangka waktu
tertentu dapat dipertimbangkan. Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi
konstipasi yang telah berlangsung lama akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan
laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya usus mau bergerak secara teratur, juga

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat diberikan per oral, dalam bentuk
cairan, tablet, bubuk.

b. Bulk forming agents/hydrophilic


Digunakan untuk meningkatkan masa tinja, hingga akan merangsang terjadinya
perilstatik. Bahan ini biasanya cukup aman, tetapi dapat mengganggu penyerapan obat lain.
Laksans ini juga dikenal dengan nama fiber supplements, dan harus diminum dengan air.
Dalam usus bahan ini akan menyerap air, dan membuat tinja menjadi lebih lunak. Beberapa
contoh : -Psyllium (Metamucil,Fiberall)
-Methylcellulose (Citrucel)
-Ispaghula (Mucofalk)
-Dietary brand

c. Emollients / softeners / surfactant / wetting agents


Menurunkan tekanan permukaan tinja, membantu penyampuran bahan cairan dan
lemak, sehingga dapat melunakkan tinja. Pelunak tinja (stool softeners) dapat melembabkan
tinja, dan menghambat terjadinya dehidrasi. Laksans ini banyak dianjurkan pada penderita
setelah melahirkan atau pasca bedah Beberapa contoh: -Docusate (Colace, Surfak)
-Mineral oil
-Polaxalko

d. Emollient stool softeners in combination with stimulants / irritant


Emollient stool softeners menyebabkan tinja menjadi lunak. Stimulan meningkatkan
aktivitas perilstatik saluran cerna, menimbulkan kontraksi otot yang teratur (rhythmic).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fenolftalen, yang dikandung dalam beberapa laksans
stimulans, ternyata dapat meningkatkan resiko kanker. FDA telah melakukan pelarangan
penjualan bebas produk yang mengandung bahan fenolftalen ini. Sebagian besar produsen
laksans saat ini telah mulai mengganti fenolftalen dengan bahan yang lebih aman.
Beberapa contoh :
-Docusate sodium and casanthranol combination (Peri-Colace, Diocto C, SilaceC)
-Bisacodyl (Dulcolax)
-Brand names include Correctol, Senna, Purge, Feen-A-Mint, and Senokot.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


e. Osmotic laxatives
Mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau mempengaruhi pola
distribusi air dalam tinja. Laksans jenis ini mempunyai kemampuan seperi spons, menarik
air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah melewati usus.
Hyperosmolar laxatives : Polyethylene glycol solution (Miralax) Lactulose (Cephulac,
Cholac, Constilac, Duphalac, Lactulax)
Penderita yang sudah tergantung pada pemakaian laksans ini, sebaiknya dianjurkan
untuk menghentikan obat ini secara perlahan-lahan.

f. Pengobatan Lain
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan
tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat
yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan
anorektal, seperti prolapsus rekti. Atau menggunakan obat-obat lain seperti:
1. Prokinetik
2. Analog prostaglandin
3. Klisma dan supositoria
4. Biofeedback
5. Operasi
6. Obat-Obat Pencahar

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT KONSTIPASI
PADA MASYARAKAT PEDESAAN BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA

A. WAKTU DAN TEMPAT


Rabu, 15 Mei 2013 tempat balai pertemuaan warga blado, potorono, bantul, yogyakata.

B. PESERTA
Bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja warga blado,potorono, banguntapan, bantul,
Yogyakarta

C. PENYAJI
Rinzenian Susanty

D. SUSUNAN ACARA
1. Pembukaan
2. Peyajian Materi
3. Tanya jawab
4. Penutup : acara penutup, ditutup dengan bacaan tahmid

E. HASIL
Peserta pendidikan kesehatan cukup antusias mengikuti pendidikan kesehatan tentang
penyakit konstipasi yang diberikan : peserta mendengar dengan penuh perhatian dan
mengajukan pertanyaan.

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP


DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
DIPEDESAAN BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA

NO NAMA PARAF

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP

Anda mungkin juga menyukai