Disusun Oleh:
NAMA : Susanti
NIM : 04.12.3186
KELAS : B/KP-II
I. LATAR BELAKANG
Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen pada
kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding
dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya
umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun
ke atas, terdapat penderita konstipasi sekitar 34 persen wanita dan pria 26 persen.
Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik
dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan
kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping
obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ
di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada
rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai penyakit konstipasi dan penanganannya
sangat penting untuk dilakukan.
III. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
V. MEDIA
Leaflet
LCD
VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Formatif : peserta pendidikan kesehatan berpartisipasi aktif selama
kegiatan berlangsung.
b. Evaluasi Sumatif : Peserta mampu menjelaskan definisi tentang penyakit
konstipasi, mengetahui penyebab konstipasi, mengetahui tanda dan gejalanya,
serta dapat mengetahui pencegahan penyakit konstipasi
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kontipasi?
2. Apa penyebab timbulnya penyakit konstipasi?
3. Apa tanda dan gejala penyakit konstipasi?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit konstipasi tersebut?
5. Bagaimana cara mengobati penyakit konstipasi?
IX. REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Konstipasi
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Konstipasi&oldid=6725691
Sonnenberg, A; Koch, TR (1989). "Epidemiology of constipation in the United
States". Dis Colon Rectum
http://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/06/20/patologi-konstipasi-dan-
obstipasi/
http://riyadi777.blogspot.com/2010/11/contoh-makalah-konstipasi-pd-bbl.html
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/01/15/konstipasi-sembelit/
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-konstipasi-definisi-makalah.html
Walia, R.; Mahajan, L.; Steffen, R. (October 2009). "Recent advances in chronic
constipation". Curr Opin Pediatr
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang, atau
fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia
(lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat
dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum,
dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-
turut.
Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air
besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya berak setiap 2-3 hari
dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah persepsi
gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak
puasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami
penghambatan dan biasanya disertai kesulitan defekasi. Disebut konstipasi bila tinja yang
keluar jumlahnya hanya sedikit, keras, kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x
dalam 1 minggu. Kriteria baku untuk menentukan ada tidaknya konstipasi telah ditetapkan,
meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang diderita penderita minimal 25
% selama minimal 3 bulan:
1. Tinja yang keras
2. Mengejan pada saat defekasi
3. Perasaan kurang puas setelah defekasi, dan
4. Defekasi hanya 2 x atau kurang dalam seminggu.
1. Konstipasi sekunder
Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk,
kurang olahraga.
Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses
perineum, megakolon.
Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan
kehamilan.
Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi
sumsum tulang belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, mixed connective-tissue disease.
Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti
kholinergik, opioid (kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium),
Patofisiologi
Konstipasi dapat terjadi apabila salah satu atau lebih faktor yang terkait dengan faktor
anatomi dan fisiologi dalam proses mekanisme berak terganggu. Gangguan dapat terjadi pada
kekuatan propulsif, sensasi rektal ataupun suatu obstruksi fungsional pengeluaran (functional
outlet). Konstipasi dikatakan idiopatik apabila tidak dapat dijelaskan adanya abnormalitas
anatomik, fisiologik, radiologik dan histopatologik sebagai penyebabnya.
D. Cara Pencegahan
Jangan jajan di sembarang tempat.
Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari.
Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
Tidur minimal 4 jam sehari.
Menambah bumbu herbal dalam makanan, kecuali cabe.
Diet secara tidak berlebihan.
Mengonsumsi makanan anti imfalamsi, seperti alupkat, apel, dan kelapa.
E. Cara Pengobatan
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan
pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung, minum air
putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk
buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel
training. Jogging merupakan salah satu olahraga yang dapat meredakan dan mencegah
sembelit. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara
refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan
melancarkan buang air besar.
PROMKES Penyakit Konstipasi | SAP
Konstipasi dapat juga diredakan atau diatasi dengan merendam kaki ke dalam air
dingin. Kaki direndam sampai terasa cukup dingin. Terapi ini juga dapat mengatasi kaki
pegal, pendarahan hidung, dan insomnia.
Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu
dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadang-kadang menyebabkan
perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat
pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan
(walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan).
HUKNAH RENDAH
Pengertian
Adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon
dessendens melalui anus dengan menggunakan kanula rektal. Kanul masuk 10-15 cm ke
dalam rektal dengan ketinggian irigator 50 cm dengan posisi sims kiri.
Tujuan
1. Merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar karena kesulitan untuk
defekasi (obstipasi konstipasi)
2. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi
3. Sebagai tindakan pengobatan
f. Pengobatan Lain
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan
tergantung apakah penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat
yang menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan
anorektal, seperti prolapsus rekti. Atau menggunakan obat-obat lain seperti:
1. Prokinetik
2. Analog prostaglandin
3. Klisma dan supositoria
4. Biofeedback
5. Operasi
6. Obat-Obat Pencahar
B. PESERTA
Bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja warga blado,potorono, banguntapan, bantul,
Yogyakarta
C. PENYAJI
Rinzenian Susanty
D. SUSUNAN ACARA
1. Pembukaan
2. Peyajian Materi
3. Tanya jawab
4. Penutup : acara penutup, ditutup dengan bacaan tahmid
E. HASIL
Peserta pendidikan kesehatan cukup antusias mengikuti pendidikan kesehatan tentang
penyakit konstipasi yang diberikan : peserta mendengar dengan penuh perhatian dan
mengajukan pertanyaan.
NO NAMA PARAF
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10